Pemahaman Alkitab
G. K. R. I. ‘GOLGOTA’
(Rungkut Megah
Raya, blok D no 16)
Rabu, tgl 12 Agustus 2015, pk 19.00
Pdt. Budi Asali, M. Div.
PRO KONTRA TENTANG
PERSEMBAHAN PERSEPULUHAN (9)
9) Persembahan
persepuluhan disalah-gunakan oleh banyak pendeta / gereja untuk cari duit.
Paulus Roi: “Memang
banyak pendeta yang menyetujui persepuluhan itu masih berlaku. Justru inilah
yang membuat saya heran. Jujur saja, saya sering mempertanyakan motivasi
mereka. Saya tahu ada sebagian yang tidak pernah mempelajari pokok ini secara
serius dan hanya mengikuti pengajaran yang beredar saja dan ada yang
memberlakukan persepuluhan dengan maksud baik, yaitu memang untuk mendukung
pekerjaan Tuhan. Tapi sebagian yang lain? Saya kuatir jangan-jangan mereka
takut mengajarkan ketidakberlakuan persepuluhan karena kuatir kenyamanan hidup
mereka terancam. (Maaf, ini hanya ungkapan hati saya yang jujur. Saya sama
sekali tidak bermaksud menujukannya kepada Pak Budi. Saya tahu sepak terjang
pak Budi. Saya yakin Pak Budi tidak termasuk golongan yang terakhir.)” - email.
Catatan: sangat banyak orang yang menyerang keharusan memberikan persembahan
persepuluhan dengan cara yang kurang lebih sama.
Tanggapan Budi Asali:
Saya memang tidak meragukan akan
adanya banyak pendeta yang memang menjadikan gereja sebagai bisnis, menekankan
persembahan persepuluhan mati-matian dengan motivasi yang brengsek, untuk
memperkaya diri mereka sendiri. Itu jelas sama sekali tidak pada tempatnya! Jemaat
yang tidak memberi persembahan persepuluhan merampok Allah, tetapi
pendeta-pendeta yang menyalahgunakan persembahan persepuluhan demi kekayaan
diri sendiri ini, adalah perampok-perampok Allah yang jauh lebih besar!
Untuk gereja-gereja /
pendeta-pendeta yang menyalahgunakan persembahan persepuluhan untuk memperkaya
diri sendiri, itu urusan mereka dengan Tuhan. Dan semua orang Kristen,
seharusnya tidak memberikan persembahan persepuluhan mereka kepada
gereja-gereja / pendeta-pendeta yang mereka tahu menyalahgunakan persembahan
persepuluhan itu. Persembahan persepuluhan seharusnya diberikan kepada gereja,
dan gereja (majelis) yang mengatur penggunaannya untuk semua keperluan gereja,
termasuk untuk biaya hidup pendeta. Gereja, dimana persembahan persepuluhan
langsung masuk ke pendeta, sekalipun hanya 10 % atau 20 %, itu sudah merupakan
gereja yang menyalahgunakan persembahan persepuluhan, dan menurut saya, orang
Kristen tak boleh memberikan persembahan persepuluhan ke gereja seperti ini!
Tetapi adanya banyak
penyalah-gunaan ini tidak bisa dijadikan argumentasi untuk menentang
persembahan persepuluhan. Sama seperti ada banyak orang Kristen yang pergi ke
gereja dengan motivasi yang salah, seperti cari cewek, dsb. Ini tentu tidak
bisa digunakan untuk menentang tindakan pergi ke gereja.
John Murray:
“... perversion does
not refute the truth of the doctrine perverted.” [= ... penyimpangan tidak
menyangkal kebenaran dari doktrin yang disimpangkan.] - ‘Collected
Writings of John Murray’, vol II, hal 87.
10) Bapa-bapa gereja tidak mengajarkan / mengharuskan
persembahan persepuluhan.
Russell Kelly:
“22. TITHING
DID NOT BECOME A LAW IN THE CHURCH UNTIL A.D. 777: The earliest Christian assemblies
patterned themselves after the Jewish synagogues which were led by rabbis who,
like Paul, refused to gain a profit from preaching and teaching God’s Word. There are many books on Jewish
social life which explain this in great detail. From Christ’s death until Christianity became a legally recognized
religion almost 300 years later, the majority of great church leaders took
self-imposed vows of poverty. This is historically documented! They took Jesus’ words to the rich young ruler in Luke 18:22 literally ‘sell all that you have, give it to the poor, and follow me.’ Most church historians agree that these early church leaders
for at least the first 200 years worked for a living and were self-supporting. A Christian leader could not tell
a Roman census-taker that he was a full-time preacher of an outlaw religion. Clement of Rome (c95), Justin
Martyr (c150), Irenaeus (c150-200) and Tertullian (c150-220) all opposed
tithing as a strictly Jewish tradition. The Didache (c150-200) condemns traveling
apostles who stay longer than three days and ask for money. And travelers who decided to remain
with them were required to learn a trade. These early opponents of tithing are
not quoted by tithe-teachers. Cyprian (200-258) tried
unsuccessfully to impose tithing in Carthage, North Africa around A. D. 250. At his conversion Cyprian gave
away great wealth to the poor and lived under a vow of poverty. His idea of
tithing included equal re-distribution to the poor. And - we must remember - his ideas
of tithing were not adopted. When tithe-teachers quote
Ambrose, Chrysostom and Augustine as church
fathers they conveniently leave out the first 200 years of church
history. Even after Christianity became legal in the fourth century
many of the greatest spiritual leaders took vows of deep poverty and preferred
to live unmarried lives in monasteries. If these tithe-teachers are quoted,
then the church should also be told what kind of lives they usually led. While disagreeing with their own
theologians, most church historians write that tithing did not become a legally
enforced doctrine in the church for over 700 years after the cross. According to the very best
sources it took over 500 years before a local church Council of Macon in
France, in the year 585, tried unsuccessfully to enforce tithing on its
members. It was not until the year 777 that Charlemagne legally allowed the
church to collect tithes. That is the history of tithing
found in the Encyclopedia Britannica,
Encyclopedia Americana and the Roman
Catholic Encyclopedia.” [= 22. Memberikan
persembahan persepuluhan tidak menjadi suatu hukum dalam gereja sampai tahun
777 M.: Perkumpulan / jemaat kristen yang paling awal menyesuaikan
diri mereka sendiri dengan sinagog-sinagog Yahudi yang dibimbing oleh rabi-rabi
yang, seperti Paulus, menolak untuk mendapatkan keuntungan dari pemberitaan dan
pengajaran Firman Allah. Ada banyak buku-buku tentang kehidupan sosial Yahudi yang
menjelaskan hal ini secara terperinci. Dari kematian Kristus sampai kekristenan menjadi suatu agama yang
diakui secara hukum / sah hampir 300 tahun sesudahnya, mayoritas dari
pemimpin-pemimpin gereja yang besar / agung mengambil nazar-nazar yang
dibebankan kepada diri sendiri tentang kemiskinan. Ini didokumentasikan secara
sejarah! Mereka mengambil kata-kata Yesus kepada pemimpin muda kaya dalam Luk
18:22 secara hurufiah ‘juallah semua yang kamu miliki, berikanlah itu kepada
orang-orang miskin dan ikutlah Aku’. Kebanyakan ahli-ahli sejarah gereja
setuju bahwa pemimpin-pemimpin gereja awal ini untuk setidaknya 200 tahun
pertama bekerja untuk hidup dan menyuport diri sendiri. Seorang pemimpin Kristen tidak
bisa memberitahu seorang pencacah jiwa Romawi bahwa ia adalah seorang
pengkhotbah penuh waktu dari suatu agama yang tidak sah. Clement dari Roma (c95), Justin
Martyr (c150), Irenaeus (c150-200) dan Tertullian (c150-220) semua menentang
tindakan memberikan persembahan persepuluhan sebagai suatu tradisi Yahudi yang
keras. Didache (c150-200) mengecam rasul-rasul keliling yang diam lebih
dari tiga hari dan meminta uang. Dan pelancong-pelancong / wisatawan yang
memutuskan untuk tinggal dengan mereka dituntut untuk belajar bekerja.
Penentang-penentang awal dari tindakan memberi persembahan persepuluhan ini
tidak dikutip oleh guru-guru dari persembahan persepuluhan. Cyprian (200-258) mencoba dengan
tidak sukses untuk menegakkan / memaksakan persembahan persepuluhan di
Carthage, Afrika Utara sekitar tahun 250 M. Pada pertobatannya Cyprian
memberikan kekayaannya yang besar kepada orang-orang miskin dan hidup di bawah
suatu nazar tentang / dari kemiskinan. Gagasannya tentang persembahan
persepuluhan mencakup pembagian ulang yang sama kepada orang miskin. Dan - kita harus mengingat -
gagasannya tentang persembahan persepuluhan tidak diadopsi / diterima. Pada waktu guru-guru tentang
persembahan persepuluhan mengutip Ambrose, Chrysostom dan Agustinus sebagai
bapa-bapa gereja mereka, secara menyesuaikan dengan pandangan mereka,
menghilangkan / menghapuskan 200 tahun pertama dari sejarah gereja. Bahkan setelah kekristenan
menjadi sah pada abad keempat banyak dari pemimpin-pemimpin rohani terbesar /
teragung bernazar tentang kemiskinan yang dalam dan lebih memilih untuk
menjalani kehidupan tidak menikah dalam biara-biara. Jika guru-guru tentang
persembahan persepuluhan ini dikutip, maka gereja juga harus diberitahu jenis
kehidupan apa mereka biasanya bimbing / arahkan. Sekalipun bertentangan dengan ahli-ahli theologia mereka sendiri,
kebanyakan ahli-ahli sejarah gereja menulis bahwa tindakan memberi persembahan
persepuluhan tidak menjadi suatu doktrin yang diharuskan / dipaksakan secara
hukum untuk lebih dari 700 tahun setelah salib. Menurut sumber-sumber
terbaik membutuhkan lebih dari 500 tahun sebelum suatu gereja lokal Council of
Macon di Perancis, pada tahun 585, mencoba secara tidak sukses untuk
mengharuskan / memaksakan pemberian persembahan persepuluhan kepada
anggota-anggotanya. Tidak sampai tahun 777 bahwa Charlemagne secara hukum / sah
mengijinkan gereja untuk mengumpulkan persembahan persepuluhan. Itu adalah sejarah dari
pemberian persembahan persepuluhan yang ditemukan dalam Encyclopedia
Britannica, Encyclopedia Americana dan Roman Catholic Encyclopedia.]
-
http://www.tithing-russkelly.com/
Saya akan membahas kata-kata
Russell Kelly ini kalimat demi kalimat.
a) Russell Kelly: “22. TITHING DID NOT BECOME A LAW IN THE CHURCH
UNTIL A.D. 777:” [= 22. Memberikan
persembahan persepuluhan tidak menjadi suatu hukum dalam gereja sampai tahun
777 M.:].
Tanggapan saya:
Ini bukan masalah, dan sama
sekali tidak membuktikan bahwa ajaran pro persembahan persepuluhan sebagai
ajaran yang salah. Gereja abad-abad awal dianiaya dan mereka sibuk dengan
penyesat-penyesat dalam hal-hal yang jauh lebih penting (seperti dalam hal
Allah Tritunggal dan Kristologi), sehingga kalau pembahasan tentang persembahan
persepuluhan, yang sebetulnya bahkan bukan merupakan suatu doktrin, ‘diabaikan’
selama beberapa abad, itu bukan hal yang mengherankan.
Yang penting, pada saat ini kita
bisa memberi dasar Alkitab yang benar tentang ajaran ini atau tidak. Dan saya
yakin bahwa dasar Alkitab yang kuat untuk mendukung ajaran ini memang ada.
b) Russell Kelly: “The earliest
Christian assemblies patterned themselves after the Jewish synagogues which
were led by rabbis who, like Paul, refused to gain a profit from preaching and
teaching God’s Word. There are many books on Jewish social life which explain
this in great detail.” [= Perkumpulan
/ jemaat kristen yang paling awal menyesuaikan diri mereka sendiri dengan
sinagog-sinagog Yahudi yang dibimbing oleh rabi-rabi yang, seperti Paulus, menolak untuk mendapatkan
keuntungan dari pemberitaan dan pengajaran Firman Allah. Ada banyak buku-buku tentang
kehidupan sosial Yahudi yang menjelaskan hal ini secara terperinci.].
Tanggapan saya:
1. Menurut saya Paulus mengajarkan persembahan
persepuluhan dalam 1Kor 9:13-14. Ini sudah saya ajarkan di depan dan tidak akan
saya ulangi di sini.
2. Rabi-rabi Yahudi jelas sangat bisa salah.
Juga Russell Kelly tidak mengatakan kapan persisnya hal ini terjadi, sebelum
kehancuran Yerusalem dan Bait Allah pada tahun 70 M. atau setelahnya? Russell
Kelly menyebutkan bahwa rabi-rabi itu membimbing sinagog-sinagog, dan ia tidak menyebutkan
Bait Allah, sehingga hampir pasti ini memang membicarakan jaman setelah tahun
70 M. Kalau ini
terjadi sesudah Bait Allah dihancurkan pada tahun 70 M., maka itu tidak
mengherankan. Mau dibawa kemana persembahan persepuluhan itu? Orang kristen
bisa membawanya ke gereja, tetapi rabi-rabi tentu tidak mungkin, karena mereka
bukan orang Kristen. Mereka seharusnya mengajar untuk membawa persembahan persepuluhan
ke Bait Allah, tetapi pada saat Bait Allahnya sudah tidak ada, lalu mereka
harus mengajar bagaimana? Seharusnya mereka mengajar untuk membawa persembahan
persepuluhan ke sinagog, tetapi orang-orang Yahudi ini biasanya sangat kepingin
persis dengan ajaran Perjanjian Lama / Hukum Taurat, sehingga mungkin itu
menyebabkan mereka tidak mengajar demikian.
Tidak ada kemungkinan lain yang
menyebabkan rabi-rabi Yahudi itu berhenti mengajarkan untuk memberikan
persembahan persepuluhan, karena sebagai orang-orang Yahudi non Kristen, mereka
pasti menganggap seluruh hukum Taurat berlaku untuk selama-lamanya. Kalau orang
Kristen yang anti persembahan persepuluhan, apalagi yang jaman sekarang, masih
bisa menghindari persembahan persepuluhan dengan cara:
a. Mengatakan bahwa itu tak ada dalam Perjanjian
Baru.
b. Menganggap hukum tentang persembahan
persepuluhan sebagai Ceremonial Law dan itu dihapuskan.
Tetapi mereka sebagai orang-orang
Yahudi non Kristen, tidak mungkin membuang ajaran tentang persembahan persepuluhan
dengan cara seperti itu!
3. Jemaat gereja awal bisa saja mengikuti
teladan yang salah dari rabi-rabi, atau mengikuti mereka dengan suatu
pengertian yang salah. Dengan ‘pengertian yang salah’ saya maksudkan mereka
tidak mengerti apa alasan rabi-rabi itu tak mengajarkan untuk memberikan
persembahan persepuluhan.
4. Perhatikan juga bahwa Paulus digambarkan oleh
Russell Kelly sebagai ‘menolak untuk mendapatkan
keuntungan dari pemberitaan dan pengajaran firman Tuhan’. Ini saya anggap menyimpangkan
pembicaraan, karena ini sangat berbeda dengan menolak persembahan persepuluhan!
Pendeta-pendeta jaman sekarangpun seharusnya melakukan hal itu, sekalipun
mengajarkan persembahan persepuluhan!
5. Tentang buku-buku yang membicarakan kehidupan
sosial orang-orang Yahudi, itu jelas sekali banyak mengandung kesalahan dan
kesesatan dan memang bukan merupakan standard bagi kita.
Russel Kelly tak menyebutkan buku
Yahudi apa yang ia maksudkan, tetapi semua buku-buku Yahudi itu kacau balau,
dipenuhi kesesatan, dan sikap anti Kristen. Bandingkan dengan kata-kata Schaff
tentang Talmud di bawah ini.
Philip Schaff: “The Talmud. After this the Jews
had no opportunity for any further independent persecution of the Christians. Yet they continued to circulate horrible calumnies on Jesus
and his followers. Their learned schools at Tiberias and Babylon nourished this
bitter hostility. The Talmud, i.e.
Doctrine, of which the first part (the Mishna, i.e. Repetition) was composed
towards the end of the second century, and the second part (the Gemara, i.e.
Completion) in the fourth century, well
represents the Judaism of its day, stiff, traditional, stagnant, and
anti-Christian. Subsequently the Jerusalem
Talmud was eclipsed by the Babylonian (430-521), which is four times larger,
and a still more distinct expression of Rabbinism. The terrible imprecation on apostates (pratio haereticorum),
designed to deter Jews from going over to the Christian faith, comes from the second century, and is stated by the
Talmud to have been composed at Jafna, where the Sanhedrin at that time had its
seat, by the younger Rabbi Gamaliel. The Talmud is the slow growth of several
centuries. It is a chaos of Jewish learning,
wisdom, and folly, a continent of rubbish, with hidden pearls of true maxims
and poetic parables. Delitzsch calls it ‘a vast debating club, in which there hum
confusedly the myriad voices of at least five centuries, a unique code of laws,
in comparison with which the law-books of all other nations are but
lilliputian.’ It is the Old Testament misinterpreted and turned against
the New, in fact, though not in form. It is a rabbinical Bible without inspiration, without the
Messiah, without hope. It shares the tenacity of the Jewish race, and, like it,
continues involuntarily to bear testimony to the truth of Christianity. A distinguished
historian, on being asked what is the best argument for Christianity, promptly
replied: the Jews.” [= Talmud. Setelah ini orang-orang Yahudi tidak mempunyai
kesempatan untuk penganiayaan yang tak tergantung yang lebih jauh terhadap
orang-orang Kristen. Tetapi mereka terus menyampaikan dari orang ke orang
fitnahan-fitnahan yang mengerikan tentang Yesus dan para pengikutNya.
Sekolah-sekolah terpelajar mereka di Tiberias dan Babilonia memberi makan /
menumbuhkan permusuhan yang pahit ini. Talmud, yaitu Doktrin / ajaran, tentang
mana bagian pertama (Mishna, yaitu Pengulangan) disusun dekat pada akhir abad
kedua, dan bagian kedua (Gemara, yaitu penyempurnaan / Pelengkapan) pada abad
keempat, menggambarkan dengan baik Yudaisme
dari jaman itu, kaku, tradisionil, tidak bergerak / berkembang, dan anti
Kristen. Selanjutnya Talmud Yerusalem
dikaburkan oleh Talmud Babilonia (430-521), yang empat kali lebih besar, dan
merupakan ungkapan yang lebih jelas lagi tentang ajaran rabi-rabi. Kutukan yang mengerikan kepada orang-orang yang murtad
(pratio haereticorum), dirancang untuk menahan / mencegah orang-orang Yahudi
dari pindah kepada iman Kristen, datang
dari abad kedua, dan dinyatakan oleh Talmud sebagai telah disusun di Jafna,
dimana Sanhedrin berkedudukan pada saat itu, oleh Rabi Gamaliel yang lebih
muda. Talmud adalah pertumbuhan yang lambat dari beberapa abad. Itu merupakan kekacauan dari pembelajaran, hikmat, dan
ketololan Yahudi, suatu benua dari sampah, dengan mutiara-mutiara tersembunyi
dari prinsip kehidupan yang benar dan perumpamaan-perumpamaan yang bersifat
puisi. Delitzsch
menyebutnya ‘perkumpulan debat yang sangat besar, dalam mana disana berdengung
secara membingungkan sejumlah besar suara-suara dari setidaknya lima abad,
suatu pernyataan sistimatis yang unik dari hukum-hukum, dibandingkan dengan
mana kitab-kitab hukum dari semua bangsa-bangsa lain hanyalah sesuatu yang
remeh / sangat kecil’. Itu merupakan Perjanjian Lama yang disalahtafsirkan dan
dibalikkan menentang Perjanjian Baru, dalam faktanya, sekalipun tidak dalam
bentuknya. Itu merupakan Alkitab
rabi-rabi tanpa ilham, tanpa sang Mesias, tanpa pengharapan. Itu mengambil
bagian dalam kengototan dari bangsa Yahudi, dan seperti itu, terus secara tak
sengaja memberi kesaksian pada kebenaran dari kekristenan. Seorang ahli sejarah yang terkenal, pada waktu ditanya apa
argumentasi yang terbaik bagi kekristenan, secara langsung menjawab:
orang-orang Yahudi.]
- ‘History of the Christian Church’, vol II, hal 38-39.
Catatan: Karena itu, orang Kristen / pendeta yang menggunakan Talmud /
kitab-kitab Yahudi sebagai dasar ajaran jelas-jelas merupakan orang sesat /
nabi palsu. Juga jangan percaya propaganda Yahudi jaman sekarang yang bilang
mereka tidak anti Kristen, tidak merendahkan bangsa-bangsa lain dan sebagainya.
Tetapi satu hal perlu diingat: jangan menyamakan Yahudi Kristen dengan Yahudi
non Kristen!
c)
Russell Kelly:
“From Christ’s death
until Christianity became a legally recognized religion almost 300 years later,
the majority of great church leaders took self-imposed vows of poverty. This
is historically documented! They took Jesus’ words to the rich young ruler in Luke 18:22 literally ‘sell
all that you have, give it to the poor, and follow me.’” [= Dari kematian Kristus sampai kekristenan menjadi suatu
agama yang diakui secara hukum / sah hampir 300 tahun sesudahnya, mayoritas dari pemimpin-pemimpin
gereja yang besar / agung mengambil nazar-nazar yang dibebankan kepada diri
sendiri tentang kemiskinan. Ini didokumentasikan secara sejarah! Mereka mengambil
kata-kata Yesus kepada pemimpin muda kaya dalam Luk 18:22 secara hurufiah
‘juallah semua yang kamu miliki, berikanlah itu kepada orang-orang miskin dan
ikutlah Aku’.].
Tanggapan saya:
1. Menurut saya, ia lagi-lagi membelokkan
pembicaraan, karena ini sama sekali tak menyangkut persembahan persepuluhan! Russell Kelly mengalihkan topik
pada nazar tentang kemiskinan, yang sangat berbeda dengan persoalan persembahan
persepuluhan.
2. Dan apakah nazar seperti itu sesuai dengan
kehendak Tuhan??? Ajaran untuk hidup sebagai pertapa (asceticisme) merupakan
ajaran extrim sebaliknya dari kehidupan duniawi, dan keduanya adalah salah.
3. Perintah Yesus dalam Luk 18:22 hanya
ditujukan kepada pemuda kaya itu dan tidak kepada semua orang.
d) Russell Kelly: “Most church
historians agree that these early church leaders for at least the first 200
years worked for a living and were self-supporting.” [= Kebanyakan ahli-ahli sejarah gereja setuju bahwa
pemimpin-pemimpin gereja awal ini untuk setidaknya 200 tahun pertama bekerja
untuk hidup dan menyuport diri sendiri.].
Tanggapan saya:
Ini lagi-lagi bukan sesuatu yang
aneh. Sampai awal abad keempat gereja terus dianiaya, sehingga berada dalam
keadaan darurat, dan hampir semua orang Kristen berada dalam keadaan sangat
miskin, maka mereka ‘mengabaikan’ ajaran tentang persembahan persepuluhan.
2Kor 8:1-2 - “(1) Saudara-saudara, kami hendak memberitahukan kepada kamu
tentang kasih karunia yang dianugerahkan kepada jemaat-jemaat di Makedonia. (2)
Selagi dicobai dengan berat dalam pelbagai penderitaan, sukacita mereka meluap
dan meskipun mereka sangat miskin, namun mereka kaya dalam kemurahan.”.
Kata Yunani yang diterjemahkan ‘miskin’ adalah PTOKHEIA.
A. T. Robertson: “Ptoocheia is an old word from ptoocheuoo, to be a beggar, as of
Jesus in 2 Cor 8:9 (from ptoochos, cowering in fear and poverty, as in Luke
14:13, but ennobled by Christ as in Matt 5:3; 2 Cor 8:9).” [= PTOKHEIA adalah suatu kata
kuno dari PTOKHEUO, menjadi seorang pengemis, seperti tentang Yesus dalam 2Kor
8:9 (dari PTOKHOS, mengkerut dalam rasa takut dan kemiskinan, seperti dalam Luk
14:13, tetapi dimuliakan oleh Kristus seperti dalam Mat 5:3; 2Kor 8:9).].
Luk 14:13 - “Tetapi apabila engkau
mengadakan perjamuan, undanglah orang-orang miskin, orang-orang cacat, orang-orang lumpuh dan orang-orang buta.”.
2Kor 8:9 - “Karena kamu telah mengenal
kasih karunia Tuhan kita Yesus Kristus, bahwa Ia, yang oleh karena kamu menjadi
miskin, sekalipun Ia kaya, supaya
kamu menjadi kaya oleh karena kemiskinanNya.”.
Mat 5:3 - “‘Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah (dalam roh), karena
merekalah yang empunya Kerajaan Sorga.”.
Paulus sendiri mengajar sesuatu yang
aneh / tak lazim dimana ia kelihatannya anti pernikahan, tetapi itu ada dalam
keadaan khusus. Dan ini tentu tak bisa diberlakukan secara umum. Baca 1Kor 7,
khususnya ay 26,29.
1Kor 7:26,29 - “(26) Aku berpendapat, bahwa, mengingat waktu darurat sekarang, adalah baik bagi manusia untuk tetap dalam keadaannya. ... (29) Saudara-saudara,
inilah yang kumaksudkan, yaitu: waktu telah singkat! Karena itu dalam waktu yang masih sisa ini orang-orang yang
beristeri harus berlaku seolah-olah mereka tidak beristeri;”.
Kita tidak tahu waktu darurat apa
yang Paulus maksudkan. Tetapi yang jelas, waktu darurat itu yang membuat Paulus
memberikan ajaran dalam 1Kor 7 itu, sehingga jelas banyak hal di sana yang
tidak berlaku umum.
Demikian juga pada waktu Paulus
menolak dibiayai gereja Korintus, itu merupakan suatu perkecualian, dan ia
mempunyai alasannya sendiri untuk melakukan hal itu. Dalam kasus-kasus lain, ia
mau menerima pembiayaan dari gereja-gereja lain.
1Kor 9:12,15,18 - “(12) Kalau orang lain mempunyai hak untuk mengharapkan hal itu
dari pada kamu, bukankah kami mempunyai hak yang lebih besar? Tetapi kami tidak mempergunakan hak itu. Sebaliknya, kami menanggung
segala sesuatu, supaya jangan kami
mengadakan rintangan bagi pemberitaan Injil Kristus. ... (15) Tetapi aku tidak pernah mempergunakan satupun dari hak-hak itu. Aku tidak menulis semuanya ini, supaya akupun diperlakukan juga
demikian. Sebab aku lebih suka mati dari pada…! Sungguh, kemegahanku tidak
dapat ditiadakan siapapun juga! ... (18) Kalau demikian apakah upahku? Upahku ialah ini: bahwa aku boleh memberitakan Injil tanpa upah,
dan bahwa aku tidak mempergunakan hakku sebagai pemberita Injil.”.
2Kor 11:7-9 - “(7) Apakah aku berbuat salah, jika aku merendahkan diri untuk
meninggikan kamu, karena aku memberitakan Injil Allah
kepada kamu dengan cuma-cuma? (8) Jemaat-jemaat lain telah kurampok dengan menerima tunjangan dari
mereka, supaya aku dapat melayani kamu! (9)
Dan ketika aku dalam kekurangan di tengah-tengah kamu, aku tidak
menyusahkan seorangpun, sebab apa yang kurang padaku, dicukupkan oleh saudara-saudara yang datang
dari Makedonia. Dalam segala hal aku menjaga diriku, supaya jangan menjadi beban
bagi kamu, dan aku akan tetap berbuat demikian.”.
Fil 4:16-18 - “(16) Karena di Tesalonikapun kamu
telah satu dua kali mengirimkan bantuan kepadaku. (17) Tetapi yang kuutamakan bukanlah pemberian itu, melainkan
buahnya, yang makin memperbesar keuntunganmu. (18) Kini aku telah menerima semua yang perlu dari padamu, malahan lebih
dari pada itu. Aku berkelimpahan, karena aku telah menerima kirimanmu dari
Epafroditus, suatu persembahan yang harum, suatu
korban yang disukai dan yang berkenan kepada Allah.”.
Intinya, suatu keadaan khusus,
memang sangat memungkinkan suatu penyimpangan, yang terpaksa dilakukan.
e) Russell Kelly: “A Christian leader
could not tell a Roman census-taker that he was a full-time preacher of an outlaw religion.” [= Seorang pemimpin
Kristen tidak bisa memberitahu seorang pencacah jiwa Romawi bahwa ia adalah
seorang pengkhotbah penuh waktu dari suatu agama yang tidak sah.].
Tanggapan saya:
Saya tidak mengerti apa sebabnya
dan untuk apa kalimat ini ada di sini, karena saya merasa ini tidak ada
hubungannya dengan kontext.
f) Russell Kelly: “Clement of Rome (c95), Justin Martyr
(c150), Irenaeus (c150-200) and Tertullian (c150-220) all opposed tithing as a
strictly Jewish tradition. The Didache (c150-200) condemns traveling
apostles who stay longer than three days and ask for money. And travelers who
decided to remain with them were required to learn a trade. These early
opponents of tithing are not quoted by tithe-teachers. Cyprian (200-258) tried
unsuccessfully to impose tithing in Carthage, North Africa around A. D. 250. At his conversion Cyprian
gave away great wealth to the poor and lived under a vow of poverty. His idea
of tithing included equal re-distribution to the poor. And - we must remember -
his ideas of tithing were not adopted.” [= Clement dari
Roma (c95), Justin Martyr (c150), Irenaeus (c150-200) dan Tertullian (c150-220)
semua menentang tindakan memberikan persembahan persepuluhan sebagai suatu
tradisi Yahudi yang keras. Didache (c150-200) mengecam
rasul-rasul keliling yang diam lebih dari tiga hari dan meminta uang. Dan
pelancong-pelancong / wisatawan yang memutuskan untuk tinggal dengan mereka
dituntut untuk belajar bekerja. Penentang-penentang awal dari
tindakan memberi persembahan persepuluhan ini tidak dikutip oleh guru-guru dari
persembahan persepuluhan. Cyprian (200-258) mencoba dengan tidak sukses untuk
menegakkan / memaksakan persembahan persepuluhan di Carthage, Afrika Utara
sekitar tahun 250 M. Pada pertobatannya Cyprian memberikan kekayaannya yang
besar kepada orang-orang miskin dan hidup di bawah suatu nazar tentang / dari
kemiskinan. Gagasannya tentang persembahan persepuluhan mencakup pembagian
ulang yang sama kepada orang miskin. Dan - kita harus mengingat - gagasannya
tentang persembahan persepuluhan tidak diadopsi / diterima.].
Tanggapan saya:
1. Russell Kelly seorang Ph. D., tetapi ia
mengatakan semua itu tanpa satupun kutipan, atau referensi (buku apa, halaman
berapa, dsb.) sehingga kata-katanya sukar dicek dan dianalisa. Tidak adanya
kutipan satupun ini membuat saya curiga bahwa ia berdusta, mengingat bahwa ia
sering membelokkan topik dalam pembicaraan!
2. Memberikan persembahan persepuluhan adalah
tradisi Yahudi??? Persembahan persepuluhan bukan sekedar suatu tradisi, tetapi
memang ajaran Alkitab (Perjanjian Lama).
Dan kalau di sini ia mengatakan
bahwa bapa-bapa gereja ini menentang tradisi Yahudi, ini bertentangan dengan
kata-katanya sendiri, yang sudah saya bahas pada point b) di atas, dimana ia
mengatakan orang-orang Kristen justru menyesuaikan diri dengan sinagog-sinagog
Yahudi! Untuk jelasnya saya kutip ulang kata-kata Russel Kelly.
Russell Kelly: “The earliest Christian assemblies patterned themselves
after the Jewish synagogues which were led by rabbis who, like Paul, refused to
gain a profit from preaching and teaching God’s Word. There are many books on
Jewish social life which explain this in great detail.” [= Perkumpulan / jemaat kristen yang paling awal menyesuaikan diri
mereka sendiri dengan sinagog-sinagog Yahudi yang dibimbing oleh rabi-rabi yang, seperti Paulus, menolak
untuk mendapatkan keuntungan dari pemberitaan dan pengajaran Firman Allah. Ada banyak
buku-buku tentang kehidupan sosial Yahudi yang menjelaskan hal ini secara
terperinci.].
3. Rasul-rasul keliling ‘meminta uang’? Ini
lagi-lagi penyimpangan pembicaraan. Ini sama sekali berbeda dengan persembahan
persepuluhan. Dan siapa yang ia maksud dengan rasul-rasul keliling itu? Setelah
Yohanes mati tidak ada lagi rasul!
4. Pelancong-pelancong yang memutuskan untuk
tinggal bersama ‘rasul-rasul’ itu dituntut untuk bekerja. Sudah tentu, karena
mereka bukan hamba-hamba Tuhan, lalu apa hak mereka dibiayai oleh gereja? Ini
lagi-lagi merupakan penyimpangan pembicaraan!
5. Orang-orang yang pro persembahan persepuluhan
tidak mengutip bapa-bapa gereja ini? Untuk ini ada jawaban:
a. Dalam membuktikan persembahan persepuluhan
masih berlaku pada jaman Perjanjian Baru, kalau saya, saya menggunakan Alkitab,
dan bukannya tindakan / praktek dari bapa-bapa gereja dari abad-abad awal,
karena memang ada sangat banyak kesalahan, dan bahkan kesesatan, dalam
ajaran-ajaran mereka!
b. Ada orang-orang pro persembahan persepuluhan
yang menggunakan bapa-bapa gereja, tetapi bapa-bapa gereja yang pro persembahan
persepuluhan. Lihat kata-kata R. C. Sproul dan penafsir lain di bawah.
6. Dan bahkan dari kata-kata Russell Kelly
sendiri terlihat bahwa masih ada pertentangan antar bapa-bapa gereja. Ia
sendiri mengatakan bahwa Cyprian (abad 3 M.) pro pada persembahan persepuluhan.
Gagasan Cyprian tentang persembahan persepuluhan ditolak, dan ini ditekankan
oleh Russell Kelly, seakan-akan penolaknya pasti benar! Ini sama sekali tidak
membuktikan bahwa Cyprian salah ataupun bahwa penolaknya benar!
Dua hal lain yang Russell Kelly
bicarakan tentang Cyprian:
a. Pada pertobatannya, Cyprian memberikan
seluruh kekayaannya kepada orang-orang miskin, dan ia bernazar untuk hidup di
bawah kemiskinan. Hal ini sudah saya bahas di atas, tak usah diulangi. Kelly
adalah seorang pendebat yang suka menyimpang, dan ini bagi saya merupakan ciri
pendebat yang tidak fair.
b. Ajaran Cyprian tentang persembahan
persepuluhan mencakup ‘pembagian ulang yang sama’ kepada orang-orang miskin. Saya
tak mengerti apa arti dari ‘pembagian ulang yang sama’, sehingga sukar mengomentari hal
ini. Tetapi yang jelas, Cyprian juga bisa salah.
7. Bapa-bapa gereja bukan standard kita.
Baik ajaran maupun praktek mereka
banyak yang salah, dan bahkan sesat! Ajaran-ajaran bapa-bapa gereja sebelum
abad ke 4 M. sangat buruk, bahkan banyak sekali yang sesat. Dan ini bahkan
berhubungan dengan ajaran-ajaran dasar / penting, seperti doktrin Allah
Tritunggal, Kristologi, keselamatan karena iman saja, dan sebagainya. Kalau
dalam hal-hal seperti itu mereka bisa salah, apalagi dalam ajaran tentang
persembahan persepuluhan.
8. Ada
penafsir yang mengatakan bahwa bapa-bapa gereja ada yang setuju dengan
persembahan persepuluhan. Juga Sidang-sidang Gereja.
The Biblical Illustrator (tentang Im 27:30-33): “The Fathers urged the obligation
of tithing on the earliest Christians. The ‘Apostolical Canons,’ the ‘Apostolical Constitutions,’ St. Cyprian on ‘The Unity of
the Church,’ and the writings of Ambrose, Chrysostom, Augustine, and other
Fathers of both divisions of the early Church, abound with allusions to
this as a duty; and the response was made, not in enforced tithing, but by
voluntary offerings.” [= Bapa-bapa
gereja mendorong / mendesak kewajiban tentang memberi persembahan persepuluhan
kepada orang-orang Kristen yang paling awal. ‘Apostolical Canons’, ‘Apostolical
Constitutions’, Santo Cyprian tentang ‘Unity of the Church’, dan
tulisan-tulisan dari Ambrose, Chrysostom, Augustine, dan bapa-bapa gereja yang
lain dari kedua kelompok Gereja awal, berlimpah-limpah dengan referensi tak
langsung pada hal ini sebagai suatu kewajiban; dan tanggapan dibuat, bukan
dalam pemberian persembahan persepuluhan yang dipaksakan, tetapi oleh
persembahan sukarela.].
Catatan: Cyprian hidup pada abad 3 M., Ambrose abad ke 4 M., sedangkan
Chrysostom dan Augustine dari abad 4 sampai awal abad 5 M..
The Biblical Illustrator (tentang Im 27:30-33): “3. Ancient Church
councils favoured tithings of land and produce, e.g., the Councils of
Tours, A.D. 567; the second Council of
Macon, A.D. 585; the Council of
Rouen, A.D. 650; of Nantes, A.D. 660; of Metz, 756 A.D..” [= 3. Sidang-sidang Gereja Kuno
mendukung persembahan persepuluhan dari tanah dan hasilnya, misalnya, Sidang
Gereja Tours, 567 M.; Sidang Gereja Macon, 585 M.; Sidang Gereja Rouen, 650 M.;
Nantes, 660 M.; Metz, 756 M.].
R. C. Sproul:
“Church history also bears
witness that many in the early church did not consider the tithe as having been
abrogated in the new covenant. One of the earliest (turn of the second century)
extrabiblical documents that survives to this day is the book of the Didache.
The Didache gives practical instruction for
Christian living. In the Didache,
the principle of the giving of the first fruits or the tithe is mentioned as a
basic responsibility for every Christian.” [= Sejarah Gereja juga
memberi kesaksian bahwa banyak (orang) dalam gereja awal tidak menganggap
persembahan persepuluhan sebagai telah dihapuskan / dibatalkan dalam Perjanjian
Baru. Salah satu dari dokumen-dokumen dari luar Alkitab yang paling awal
(peralihan abad kedua) yang masih ada sampai sekarang adalah kitab Didache.
Kitab Didache memberikan ajaran praktis untuk kehidupan Kristen. Dalam Didache,
prinsip memberikan buah / hasil pertama atau persembahan persepuluhan
disebutkan sebagai suatu tanggung jawab dasar bagi setiap orang Kristen.] -
http://www.ligonier.org/learn/articles/will-man-rob-god/
Catatan:
a. Dari Wikipedia saya dapatkan keterangan
sebagai berikut tentang ‘Didache’:
“The Teaching of the Twelve
Apostles
(Didachē means ‘Teaching’) is a brief early Christian
treatise, dated by most scholars to the mid to
late first century.
The first line of this treatise is ‘Teaching of the
Lord to the Gentiles (or Nations) by the Twelve Apostles’”. [= Ajaran dari Dua belas Rasul
(Didache berarti ‘ajaran / pengajaran’) adalah suatu tulisan Kristen awal
berisi exposisi / argumentasi, oleh kebanyakan sarjana dianggap berasal dari
pertengahan sampai belakangan / akhir abad pertama. Baris pertama dari tulisan
ini adalah ‘Ajaran dari Tuhan kepada orang-orang non Yahudi (atau
bangsa-bangsa) oleh Dua belas Rasul’.] -
https://en.wikipedia.org/wiki/Didache
b. Kutipan dari Didache tentang kewajiban orang
Kristen memberikan ‘first fruits’ [= buah / hasil pertama] kepada
nabi-nabi, yang dikatakan merupakan imam-imam besar bagi orang-orang Kristen.
Thomas O’Loughlin: “13.1
Any true prophet who wishes to settle down among you is
worthy of his food. In the same way, any true teacher is like a labourer who is
worthy of his food. 13.2 So take the first fruits of the vine and the harvest, of
cattle and sheep, and present these first fruits to the prophets because they
are, to you, the high priests. 13.3 But if you have no prophet (settled in your
community), then give the first fruits to the poor. 13.4
When you bake a batch of bread, take the first loaf and
present it as it says in the commandment. 13.5 Do likewise when you open a
fresh flask of wine or oil: take the first portion from it and present it to
the prophets. 13.6 So also with money and cloth and other commodities: set
aside the first fruits, and give it - as much as seems right to you - according
to the commandment. The Teaching of the Lord Given to the Gentiles”. [= 13.1 Nabi sejati manapun yang
ingin menetap di antara kamu layak mendapatkan makanannya. Dengan cara yang
sama, guru / pengajar manapun adalah seperti seorang pekerja yang layak
mendapatkan makanannya. 13.2 Jadi ambillah buah / hasil pertama dari pohon
anggur dan panen, dari ternak dan domba, dan berikanlah buah / hasil pertama
ini kepada nabi-nabi karena mereka adalah imam-imam besar bagi kamu. 13.3
Tetapi jika kamu tidak mempunyai nabi (menetap di masyarakatmu), maka
berikanlah buah / hasil pertama kepada orang-orang miskin. 13.4 Pada waktu kamu
membakar sejumlah roti, ambillah roti pertama dan berikanlah itu seperti
dikatakan dalam perintah / hukum. 13.5 Lakukan hal yang sama pada waktu kamu
membuka botol segar / baru dari anggur atau minyak: ambillah bagian pertama
darinya dan berikanlah itu kepada nabi-nabi. 13.6 Demikian juga dengan uang dan
pakaian dan komoditi yang lain: sisihkanlah buah / hasil pertama, dan
berikanlah - sebanyak yang kelihatan benar bagi kamu - sesuai dengan perintah /
hukum. Ajaran dari Tuhan Diberikan kepada Orang-orang non Yahudi.] -
‘The Didache: A Window on The Earliest Christians’, hal 169 (Libronix).
Kelihatannya R. C. Sproul
menyamakan ‘first fruits’ [= buah / hasil pertama] dengan persembahan
persepuluhan. Ada pro dan kontra tentang apakah 2 hal ini memang sama. Tetapi
kalau first fruits harus tetap diberikan tak ada alasan untuk mengatakan
persembahan persepuluhan dibatalkan.
Russell Kelly membantah R. C.
Sproul dengan kata-kata sebagai berikut:
Russell Kelly:
“This is not true. I have a shelf full of histories of the
Christian Church which cover all major denominations. NONE of the church
historians teach that the early church taught tithing for the first 200 years
after Calvary. They all teach that early
church leaders were self-employed!” [= Ini tidak benar. Saya mempunyai
satu rak penuh dengan (buku-buku) sejarah dari Gereja Kristen yang mencakup
semua denominasi besar. TIDAK ADA
dari ahli-ahli sejarah gereja yang mengajar bahwa gereja awal mengajarkan untuk
memberi persembahan persepuluhan untuk 200 tahun pertama setelah Kalvari. Mereka
semua mengajar bahwa pemimpin-pemimpin gereja awal bekerja sendiri!] -
http://www.tithing-russkelly.com/id172.html
Tanggapan
saya:
a. Perhatikan bahwa
lagi-lagi Russell Kelly mengatakan seperti itu tanpa memberikan satu
kutipanpun. Apa gunanya ia punya banyak buku kalau ia tak menggunakannya
sebagai bukti dari kata-katanya? Apalagi pada saat ini ia sedang membantah
kata-kata R. C. Sproul yang mengatakan bahwa bapa-bapa gereja ada yang
mengajarkan persembahan persepuluhan.
b. Dan pada saat ia
mengatakan ‘tidak ada’ sebetulnya merupakan ‘argument from
silence’ [= argumentasi dari ke-diam-an], dan ini tidak mempunyai kekuatan.
Bisa
saja para ahli sejarah itu tidak menceritakan hal remeh seperti persembahan
persepuluhan, karena pada abad-abad awal (abad 1-4 bahkan lebih) gereja masih
dipusingkan oleh perdebatan dalam urusan
doktrin Allah Tritunggal dan Kristologi.
Saya
sendiri mencari dalam buku sejarah Philip Schaff, ‘History of the
Christian Church’, dan saya tidak bisa menemukan apapun tentang persembahan
persepuluhan.
c. Bahwa para ahli sejarah
itu mengatakan bahwa pemimpin-pemimpin gereja awal bekerja sendiri, itu bisa
terjadi karena para pemimpin gereja pada saat itu melihat keadaan jemaat yang
ditindas dan sangat miskin, sehingga mereka tahu jemaat tidak mungkin bisa
memberi persembahan persepuluhan.
Philip
Schaff: “For the
first three centuries Christianity was placed in the most unfavorable
circumstances, ... Until the reign of Constantine it had not even a legal
existence in the Roman empire, but was first ignored as a Jewish sect, then
slandered, proscribed, and persecuted, as a treasonable innovation, and the
adoption of it made punishable with confiscation and death.” [= Untuk tiga abad pertama
kekristenan ditempatkan dalam keadaan yang paling tidak menyenangkan, ...
Sampai pemerintahan Konstantine kekristenan bahkan tidak mempunyai keberadaan
yang sah dalam kekaisaran Romawi, tetapi mula-mula diabaikan sebagai suatu
sekte Yahudi, lalu difitnah, dilarang, dan dianiaya, sebagai suatu gagasan baru
yang bersifat mengkhianat, dan penerimaan dari / terhadap kekristenan membuat
orang bisa dihukum dengan penyitaan dan kematian.] - ‘History of
the Christian Church’, vol II, hal 14.
Philip
Schaff: “The
Jewish origin of Christianity also, and the poverty and obscurity of a majority
of its professors particularly offended the pride of the Greeks, and Romans.
Celsus, exaggerating this fact, and ignoring the many exceptions, scoffingly
remarked, that ‘weavers, cobblers, and fullers, the most illiterate persons’
preached the ‘irrational faith,’ and knew how to commend it especially ‘to
women and children.’”
[= Juga asal usul kekristenan dari Yahudi, dan kemiskinan
dan keadaan tidak dikenal dari mayoritas dari para pengakunya secara khusus
tidak menyenangkan bagi kesombongan dari orang-orang Yunani, dan Romawi.
Celsus, secara melebih-lebihkan fakta ini, dan secara mengabaikan banyak
perkecualian, berkata secara menghina, bahwa ‘penenun-penenun /
penganyam-penganyam, tukang-tukang sepatu, dan penjahit-penjahit, orang-orang
yang paling buta huruf’ mengkhotbahkan / memberitakan ‘iman yang tidak
rasionil’, dan tahu bagaimana untuk memujinya khususnya ‘kepada
perempuan-perempuan dan anak-anak’.] - ‘History of the Christian
Church’, vol II, hal 14.
Di bawah ini
saya memberikan lagi 5 kutipan dari Philip Schaff, tetapi tidak saya
terjemahkan. Garis besarnya hanyalah menunjukkan penganiayaan dari pihak Romawi
maupun Yahudi terhadap orang-orang Kristen dalam 3 abad pertama, yang
menyebabkan mereka hidup dalam penderitaan dan kemiskinan. Dan
kebaktian-kebaktianpun sampai diadakan di rumah-rumah pribadi, padang pasir,
dan bahkan di kuburan-kuburan bawah tanah.
Philip Schaff: “The persecutions
of Christianity during the first three centuries
appear like a long tragedy: first, foreboding signs; then a succession of
bloody assaults of heathenism upon the religion of the cross; amidst the dark
scenes of fiendish hatred and cruelty the bright exhibitions of suffering
virtue; now and then a short pause; at last a fearful and desperate struggle of
the old pagan empire for life and death, ending in the abiding victory of the
Christian religion. Thus this bloody baptism of the church resulted in the
birth of a Christian world. It was a repetition and prolongation of the
crucifixion, but followed by a resurrection.” [= ] - ‘History of
the Christian Church’, vol II, hal 32.
Philip Schaff: “The persecutions
proceeded first from the Jews, afterwards from the Gentiles, and continued,
with interruptions, for nearly three hundred years. History
reports no mightier, longer and deadlier conflict than this war of
extermination waged by heathen Rome against defenseless Christianity.
It was a most unequal struggle, a struggle of the sword and of the cross;
carnal power all on one side, moral power all on the other. It was a struggle for life and death. One or the
other of the combatants must succumb. A compromise was impossible. The future
of the world’s history depended on the downfall of heathenism and the triumph
of Christianity.”
[= ] - ‘History of the Christian Church’, vol II, hal 33.
Philip Schaff: “From the fifth century it has
been customary to reckon ten great persecutions: under Nero, Domitian, Trajan,
Marcus Aurelius, Septimius Severus, Maximinus, Decius, Valerian, Aurelian, and
Diocletian. ... Only two imperial persecutions - those, of Decius and
Diocletian - extended over the empire; but Christianity
was always an illegal religion from Trajan to Constantine, and subject to
annoyance and violence everywhere. Some persecuting emperors - Nero,
Domitian, Galerius, were monstrous tyrants, but others - Trajan, Marcus
Aurelius, Decius, Diocletian - were among the best and most energetic emperors,
and were prompted not so much by hatred of Christianity as by zeal for the
maintenance of the laws and the power of the government. On the other hand,
some of the most worthless emperors - Commodus, Caracalla, and Heliogabalus -
were rather favorable to the Christians from sheer caprice. All were equally
ignorant of the true character of the new religion.” [= ] - ‘History of
the Christian Church’, vol II, hal 33-34.
Philip Schaff: “The Jews
had displayed their obstinate unbelief and bitter hatred of the gospel in the
crucifixion of Christ, the stoning of Stephen, the execution of James the
Elder, the repeated incarceration as of Peter and John, the wild rage against
Paul, and the murder of James the Just. No wonder that the fearful judgment of
God at last visited this ingratitude upon them in the destruction of the holy
city and the temple, from which the Christians found refuge in Pella. But this
tragical fate could break only the national power of the Jews, not their hatred of Christianity. They caused the
death of Symeon, bishop of Jerusalem (107); they were particularly active in
the burning of Polycarp of Smyrna; and they inflamed the violence of the
Gentiles by eliminating the sect of the Nazarenes.” [= ] - ‘History of
the Christian Church’, vol II, hal 36-37.
Philip Schaff: “The Christian worship, as might
be expected from the humble condition of the church in this period of
persecution, was very simple, strongly contrasting with the pomp of the Greek
and Roman communion; yet by no means puritanic. We perceive here, as well as in
organization and doctrine, the gradual and sure approach of the Nicene age,
especially in the ritualistic solemnity of the baptismal service, and the
mystical character of the eucharistic sacrifice. Let
us glance first at the places of public worship. Until about the close of the second century the Christians
held their worship mostly in private houses, or in desert places, at the graves
of martyrs, and in the crypts of the catacombs. This arose from their poverty, their oppressed and outlawed
condition, their love of silence and solitude, and their aversion to
all heathen art.”
[= ] - ‘History of the Christian Church’, vol II, hal 198-199.
Keadaan
seperti ini sangat memungkinkan dianggap sebagai suatu keadaan darurat yang
menyebabkan para pemimpin gereja / bapa-bapa gereja tidak membicarakan /
mengajarkan persembahan persepuluhan.
d. Kutipan dari Didache di
atas jelas menunjukkan kewajiban orang Kristen untuk memberi makan nabi-nabi /
pengajar-pengajar. Itu jelas bertentangan dengan kata-kata Russell Kelly yang
mengatakan para pemimpin Kristen itu bekerja sendiri!!! Ini bukti hitam di atas
putih bahwa kata-kata Russell Kelly itu salah!!
g) Russell Kelly: “When tithe-teachers
quote Ambrose, Chrysostom and Augustine as church
fathers they conveniently leave out the first 200 years of church
history.” [= Pada waktu guru-guru tentang persembahan persepuluhan
mengutip Ambrose, Chrysostom dan Agustinus sebagai bapa-bapa gereja, mereka,
untuk menyesuaikan dengan pandangan mereka, menghilangkan / menghapuskan 200
tahun pertama dari sejarah gereja.].
Tanggapan saya:
1. Ini berarti Russell Kelly setuju bahwa 3 bapa
gereja itu memang mengajarkan persembahan persepuluhan. Kalau ada pro kontra
antar bapa-bapa gereja berkenaan dengan persembahan persepuluhan, dengan dasar
apa ia menganggap yang kontra yang benar?
2. Ini suatu tuduhan yang tidak berdasar, dan
bahkan merupakan suatu fitnahan, karena kalimatnya menunjukkan bahwa tindakan
‘tidak mengutip’ itu suatu kesengajaan, untuk menyesuaikan dengan pandangan
mereka. Ia tidak tahu apa motivasi para pendukung persembahan persepuluhan
sehingga tidak mengutip bapa-bapa gereja yang anti persembahan persepuluhan!
Para pendukung persembahan persepuluhan tidak mengutip dari bapa-bapa gereja
awal (200 tahun pertama) bisa mempunyai alasan-alasan yang lain, misalnya:
a. Bapa-bapa gereja itu memang tidak mengajar
apapun tentang persembahan persepuluhan.
b. Bapa-bapa itu mengajar tetapi orang-orang
yang pro persembahan persepuluhan tidak bisa menemukan ajaran itu. Buku-buku
dari bapa-bapa gereja itu banyak, sehingga menemukannya bukan hal yang mudah
(seandainya memang ada).
c. Bapa-bapa gereja itu mengajar, tetapi dasar
ajarannya kacau. Ini bisa menyebabkan mereka menganggap itu sebagai tidak ada.
h) Russell Kelly: “Even after
Christianity became legal in the fourth century many of the greatest spiritual
leaders took vows of deep poverty and preferred to live unmarried lives in
monasteries. If these tithe-teachers are quoted, then the church should also be
told what kind of lives they usually led.” [= Bahkan setelah kekristenan menjadi sah pada abad
keempat banyak dari pemimpin-pemimpin rohani terbesar / teragung bernazar
tentang kemiskinan yang dalam dan lebih memilih untuk menjalani kehidupan tidak
menikah dalam biara-biara. Jika guru-guru tentang persembahan persepuluhan ini
dikutip, maka gereja juga harus diberitahu jenis kehidupan apa mereka biasanya
bimbing / arahkan.].
Tanggapan saya:
Ini lagi-lagi merupakan
penyimpangan pembicaraan, dan juga merupakan suatu cara argumentasi yang tidak
fair / tidak jujur! Bernazar untuk menjalani kehidupan yang miskin sama sekali
tak ada hubungannya dengan mengajarkan persembahan persepuluhan. Bisa saja
persembahan persepuluhan itu digunakan untuk gereja, dan mereka tetap hidup
miskin untuk memenuhi nazar mereka!
Karena ini merupakan topik yang
berbeda, adalah omong kosong bahwa mengutip ajaran mereka tentang persembahan
persepuluhan mengharuskan kita untuk juga memberitahu kehidupan bagaimana yang
mereka jalani!
j) Russell Kelly: “While disagreeing
with their own theologians, most church historians write that tithing did not
become a legally enforced doctrine in the church for over 700 years after the
cross. According to the very best sources it took over 500 years before a local
church Council of Macon in France, in the
year 585, tried unsuccessfully to enforce tithing on its
members. It was not until the year 777 that Charlemagne legally allowed the
church to collect tithes.” [= Sekalipun bertentangan dengan ahli-ahli theologia mereka
sendiri, kebanyakan ahli-ahli sejarah gereja
menulis bahwa tindakan memberi persembahan persepuluhan tidak menjadi suatu
doktrin yang diharuskan / dipaksakan secara hukum untuk lebih dari 700 tahun
setelah salib. Menurut sumber-sumber terbaik membutuhkan lebih dari 500 tahun
sebelum suatu gereja lokal Council of Macon
di Perancis, pada tahun 585, mencoba secara tidak sukses untuk mengharuskan /
memaksakan pemberian persembahan persepuluhan kepada anggota-anggotanya. Tidak
sampai tahun 777 bahwa Charlemagne secara hukum / sah mengijinkan gereja untuk
mengumpulkan persembahan persepuluhan.].
Tanggapan saya:
1. Kalimat pertama yang Russell Kelly berikan
menunjukkan bahwa para ahli sejarah bertentangan dengan ahli-ahli theologia
pada jaman mereka. Ahli sejarah spesialisasinya adalah sejarah, ahli-ahli
theologia spesialisasinya adalah theologia. Pada saat keduanya saling
bertentangan biasanya ahli-ahli theologianya yang benar.
Juga ia mengatakan ‘kebanyakan’, bukan ‘semua’, dan ini menunjukkan bahwa dalam
kalangan ahli-ahli sejarahpun ada pro kontra tentang hal ini!
2. Ahli-ahli sejarah tidak seharusnya mengajar
dalam urusan yang bukan sejarah. Kalau saya membaca buku Philip Schaff / David
Schaff saya sering menjumpai bahwa dalam menceritakan sejarah, mereka lalu
memberikan pandangan theologianya sendiri, dan pandangannya merupakan pandangan
yang konyol!
Contoh:
David Schaff: “Calvinism
emphasizes divine sovereignty and free grace; Arminianism emphasizes human
responsibility. The one restricts the saving grace to the elect: the other
extends it to all men on the condition of faith. Both
are right in what they assert; both are wrong in what they deny. ... The Bible
gives us a theology which is more human than Calvinism, and more divine than
Arminianism, and more Christian than either of them.” [=
Calvinisme menekankan kedaulatan ilahi dan kasih karunia yang cuma-cuma;
Arminianisme menekankan tanggung jawab manusia. Yang satu membatasi kasih
karunia yang menyelamatkan kepada orang pilihan: yang lain memperluasnya kepada
semua manusia dengan syarat iman. Keduanya benar
dalam apa yang mereka tegaskan; keduanya salah dalam apa yang mereka sangkal. ... Alkitab memberi kita suatu theologia yang lebih
manusiawi dari pada Calvinisme, dan lebih ilahi dari pada Arminianisme, dan
lebih kristiani dari yang manapun dari mereka.] - Philip Schaff, ‘History
of the Christian Church’, vol VIII, hal 816.
Catatan:
a. Tentang buku sejarah ‘History of the Christian Church’ ini
saya baru tahu bahwa sebetulnya bukan seluruhnya buku ini ditulis oleh Philip
Schaff. Philip Schaff hanya menulis vol I-IV, sedangkan vol V-VIII ditulis oleh
anaknya, yang bernama David Schaff, setelah kematian dari Philip Schaff.
b. David Schaff memberikan kata-kata ini pada
waktu ia menceritakan theologia Calvin. Seharusnya sebagai ahli sejarah, ia
hanya perlu menceritakan sejarahnya saja, tetapi di sini ia memberikan
pandangan theologianya, yang menurut saya adalah sangat konyol!
3. Dengan asumsi bahwa Russell Kelly benar,
bahwa persembahan persepuluhan tidak menjadi hukum selama 700 tahun setelah
salib, itu tidak membuktikan ajaran itu sebagai salah! Pro kontranya sudah ada
jauh sebelum itu.
4. Tentang Sidang Gereja, berlaku hal yang sama.
Misalnya, bahwa Bapa dan Anak mempunyai hakekat yang satu dan yang sama, baru
dirumuskan dalam Sidang Gereja Nicea pada tahun 325 M. tetapi pro kontra berkenaan
dengan hal itu sudah ada jauh sebelumnya.
5. Kata-kata Russell Kelly tentang Sidang Gereja
ini bertentangan dengan komentar dari The Biblical Illustrator tentang Im
27:30-33, yang sudah saya berikan di atas. Untuk jelasnya, saya berikan ulang
di sini.
The Biblical Illustrator (tentang Im 27:30-33): “3. Ancient Church
councils favoured tithings of land and produce, e.g., the Councils of Tours, A.D. 567;
the second Council of Macon, A.D. 585; the Council of Rouen, A.D. 650; of Nantes, A.D. 660; of Metz, 756 A.D..” [= 3. Sidang-sidang Gereja Kuno
mendukung persembahan persepuluhan dari tanah dan hasilnya, misalnya, Sidang
Gereja Tours, 567 M.; Sidang Gereja Macon, 585 M.; Sidang Gereja Rouen, 650 M.;
Nantes, 660 M.; Metz, 756 M.].
k) Russell Kelly: “That is the history
of tithing found in the Encyclopedia Britannica,
Encyclopedia Americana and the Roman
Catholic Encyclopedia.” [= Itu adalah sejarah dari pemberian persembahan persepuluhan
yang ditemukan dalam Encyclopedia Britannica, Encyclopedia Americana dan Roman Catholic Encyclopedia.].
Tanggapan saya:
Sekarang terlihat bagaimana dan
dari mana Russell Kelly mendapatkan semua itu. Kelihatannya, ia tak
mendapatkannya dari buku-buku sejarah, sekalipun ia mengaku punya satu rak
penuh buku-buku tentang hal itu, tetapi ia mendapatkannya dari
Encyclopedia-encyclopedia itu!
Kalau Bapa-bapa gereja dan
Sidang-sidang Gereja saja bisa salah, apalagi Encyclopedia-encyclopedia itu!
-bersambung-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar