Mengenai Apakah Seseorang Yg Sudah Diselamatkan
Dapat Meninggalkan Iman dan Terhilang
Ini adalah sebuah topik yang
diperdebatkan dengan sengit dalam kalangan orang Kristen. Maka tidak
mengherankan bahwa masing-masing pandangan memiliki pendukung setia, dan
diskusi biasanya berlangsung dengan semangat dan berapi-api. Namun demikian,
kita harus selalu mengingat bahwa yang kita cari adalah kebenaran, bukan
sekedar suatu cara untuk mempertahankan pendapat atau doktrin kita.
Tanggapan Budi Asali:
Setuju, Liauw, kebenaran yang harus dicari dan
dipertahankan, dan kita tidak boleh mati-matian mempertahankan pandangan kita,
kalau bisa dibuktikan berdasarkan Alkitab, yang ditafsirkan secara benar, bahwa
pandangan kita salah. Tetapi sampai sekarang saya sudah membahas banyak tulisan
anda, dan saya tak melihat sedikitpun argumentasi anda yang bisa menghancurkan
argumentasi saya.
Seharusnya kita sebagai orang
percaya selalu menjadi hamba kebenaran, sebagaimana Paulus katakan: “Karena
kami tidak dapat berbuat apa-apa melawan kebenaran; yang dapat kami perbuat
ialah untuk kebenaran” (2 Kor. 13:8). Jika anda hanya mencari cara untuk
membenarkan apa yang anda selama ini percayai, atau apa yang diajarkan pada
anda, maka mata anda tidak akan pernah terbuka. Saya sendiri pernah diajar dan
pernah percaya bahwa “sekali diselamatkan, kamu tidak bisa meninggalkan iman.”
Saya berusaha untuk mempertahankan ajaran ini mati-matian, sampai akhirnya saya
tidak dapat lagi menutup mata pada banyaknya bukti Alkitab bahwa hal tersebut
tidak benar. Nah, berikut ini adalah rangkuman dari penyelidikan saya mengenai
topik ini, dari Alkitab.
Tanggapan Budi Asali:
Sekali lagi, saya setuju, Liauw, dengan
kata-kata anda di bagian atas. Apalagi itu adalah ayat Alkitab, maka tentu saja
pasti benar.
Tetapi kata-kata anda ‘Jika anda
hanya mencari cara untuk membenarkan apa yang anda selama ini percayai, atau
apa yang diajarkan pada anda, maka mata anda tidak akan pernah terbuka.’, bagi saya cocok
untuk anda sendiri!
Kesaksian anda bisa saja palsu / dusta,
mengingat anda berdusta banyak sekali. Atau, bisa juga anda mengira anda
bertobat dari ajaran yang salah, padahal anda justru sedang tersesat, karena
meninggalkan ajaran yang benar, dan lalu memeluk yang salah. Itu sering terjadi
karena seseorang mempercayai ajaran yang benar tanpa mengerti
argumentasi-argumentasi yang mendukungnya, sehingga pada waktu diserang oleh
orang yang mempunyai ajaran yang salah / sesat, ia kalah, dan akhirnya menerima
ajaran salah / sesat itu. Ini terjadi pada diri C. T. Russel, pendiri Saksi
Yehuwa, yang dulunya percaya neraka dan bahkan banyak memperingatkan
orang-orang tentang neraka tetapi setelah perdebatan dengan seseorang (kalau
tak salah orang Advent) yang tidak percaya neraka, ia justru diyakinkan bahwa
neraka itu tidak ada.
Melihat tulisan-tulisan anda, saya tidak yakin
sedikitpun bahwa anda dahulu mempercaya keselamatan tidak bisa hilang dan
mengerti argumentasi-argumentasinya.
Pertama-tama, marilah kita
memperhatikan beberapa hal mendasar mengenai keselamatan. Saya akan paparkan
ini dalam bentuk poin-poin, dan setiap poin akan membangun di atas poin
sebelumnya, sehingga kebenaran tentang hal ini dipaparkan bukan saja secara
Alkitabiah, tetapi juga sistematis.
1. Keselamatan adalah karena
Kasih Karunia Allah, dan didapatkan melalui Iman
Tanggapan Budi Asali:
Saya setuju mutlak point ini, asal
penjabarannya benar. Sering orang punya slogan-slogan pendek yang benar, tetapi
pada waktu dijabarkan, ternyata artinya berbeda dengan slogannya.
Pertama-tama, saya berasumsi
bahwa anda bukanlah seorang Hiper-Kalvinis. Seorang Hiper-Kalvinis meyakini
bahwa manusia sama sekali tidak memiliki tanggung jawab dalam hal
keselamatannya. Hiper- Kalvinis (walaupun banyak yang mengajarkan
Hiper-Kalvinisme, jarang ada yang mau mengaku sebagai Hiper-Kalvinis) percaya
bahwa Allah menyelamatkan manusia dengan cara memaksa kehendak manusia tersebut
(manusia tidak punya kehendak bebas), dengan Irresistible Grace (Kasih Karunia
yang tak dapat ditolak). Jadi, pada intinya, menurut mereka sebagian manusia
dibuat menjadi percaya oleh Allah karena mereka orang pilihan, sedangkan yang
lainnya tidak dapat percaya karena mereka non-pilihan.
Tanggapan Budi Asali:
Hmmm, anda mengatakan ada banyak
Hyper-Calvinist????? Coba berikan satu nama saja!!!! Karena menurut saya, tak
ada orang yang betul-betul Hyper-Calvinist! Hyper-Calvinist cuma ada dalam
teori. Kalau seseorang adalah Hyper-Calvinist secara sungguh-sungguh, maka ia
tidak bisa hidup. Ia tak perlu makan, dan kalau sakit tak perlu ke dokter atau
minum obat, dan kalau setir mobil boleh saja dengan mata dipejamkan, karena
sehat atau sakit, lapar atau kenyang, hidup atau mati ditentukan Tuhan, dan
Karena itu ia tak perlu berbuat apa-apa. Dengan demikian, ia tidak mungkin
hidup!
Ayo, saya tantang anda untuk sebutkan satu saja
nama dari orang yang Hyper-Calvinist, dan berikan kutipan tulisannya yang
secara jelas menunjukkan bahwa ia adalah Hyper-Calvinist, dalam arti ia
menganggap bahwa manusia sama sekali tidak punya tanggung jawab!
Menurut saya, anda lagi-lagi asal bicara di
sini, karena saya yakin tak ada Hyper-Calvinist bisa hidup. Ayo sebutkan satu
nama saja, Liauw! Kalau tidak bisa menyebutkan, anda adalah pendusta!
Puji syukur pada Tuhan, mayoritas
pembaca Alkitab yang masih waras, dapat melihat bahwa Allah menuntut tanggung
jawab manusia untuk bertobat dan percaya pada Yesus Kristus sebagai syarat
mendapatkan keselamatan yang telah Kristus sediakan karena kasih karuniaNya. Oleh
sebab itulah, Efesus 2:8-9 menyatakan dua hal sebagai komponen kunci dalam
keselamatan, yaitu kasih karunia dan iman. Kasih karunia adalah komponen dari
pihak Allah, dan iman adalah komponen dari manusia. Agar seseorang
diselamatkan, Allah harus memberikan kasih karuniaNya (yang
sudah Ia lakukan), dan orang tersebut harus percaya atau dengan kata
lain beriman. Ingat bahwa iman bukanlah “membantu Allah” dalam proses
keselamatan, tetapi adalah menerima kasih karunia Allah.
Tanggapan Budi Asali:
Saya setuju manusia punya tanggung jawab untuk
percaya, dan saya juga setuju Allah harus memberikan kasih karuniaNya, tanpa
mana tak ada orang yang bisa percaya. Tetapi kata-kata yang anda letakkan dalam
tanda kurung, yaitu ‘yang sudah Ia lakukan’ menimbulkan tanda
tanya. Sudah Ia lakukan terhadap siapa?? Terhadap semua
orang tanpa kecuali? Saya tahu ini pandangan Arminian! Pandangan Calvinist,
Allah hanya memberi kasih karunia yang menyelamatkan itu kepada orang-orang
pilihan saja.
2. Iman
adalah syarat keselamatan, bukan perbuatan
Kepala
penjara Filipi bertanya, “apakah yang harus aku perbuat, supaya aku selamat?”
Paulus menjawab, “Percayalah kepada Tuhan Yesus Kristus.” Ini tidak berarti
bahwa kita diselamatkan karena perbuatan atau pekerjaan. Seseorang harus percaya
(beriman) untuk mendapatkan keselamatan. Keselamatan (termasuk di
dalamnya pendamaian dari dosa, pembenaran, kelahiran kembali, dan seluruh paket
keselamatan) disediakan untuk semua umat manusia oleh Kristus (1 Yohanes 2:2),
tetapi hanya diterapkan kepada mereka yang percaya (Yoh. 3:16).
Tanggapan Budi Asali:
Saya setuju bagian atas kata-kata anda yang
saya beri warna biru. Tetapi yang warna hitam, tidak.
Kelahiran baru, dalam pandangan Arminianisme,
sangat berbeda dengan dalam pandangan Calvinisme. Bagi kalian, itu
dicampur-adukkan / disamakan dengan iman. Bagi kami, kelahiran baru harus
terjadi lebih dulu dari iman. Tanpa kelahiran baru, orang itu mati secara
rohani (Yoh 10:10 Ef 2:1), dan dalam
keadaan mati rohani tidak mungkin ia akan bisa mengerti, menghargai, apalagi
menanggapi dengan positif hal-hal yang dari Roh.
1Kor 2:14 - “Tetapi manusia duniawi tidak
menerima apa yang berasal dari Roh Allah, karena hal itu baginya adalah
suatu kebodohan; dan ia tidak dapat memahaminya, sebab hal itu hanya
dapat dinilai secara rohani”.
Keselamatan disediakan untuk semua umat manusia
oleh Kristus? Saya juga tidak setuju! Tetapi ini akan saya bahas belakangan
saja pada waktu membahas ajaran anda yang menyerang ‘Limited Atonement’ (= Penebusan Terbatas). 1Yoh 2:2, memang
seolah-olah menunjukkan bahwa penebusan dilakukan oleh Yesus untuk semua orang,
tetapi kalau diselidiki betul-betul, artinya tidak demikian. Inipun saya tunda
penjelasannya sampai pada pembahasan tentang ‘Limited Atonement’ (= Penebusan Terbatas).
Jadi, mengatakan bahwa “engkau
harus percaya (beriman) untuk dapat diselamatkan,” bukanlah
Keselamatan-karena-usaha. Hal ini jelas terlihat dari Roma 4:2-9. Karena iman
Abraham, Allah memperhitungkannya sebagai orang benar, dan iman ini tidak sama
dengan “perbuatan.” Harus diperjelas di sini, bahwa iman adalah syarat
keselamatan bukan dasar keselamatan. Iman tidak membuat kita layak masuk surga,
tetapi adalah syarat yang Allah sendiri tentukan untuk mendapatkan keselamatan
yang berdasar pada kasih karuniaNya dan pekerjaan Yesus Kristus yang telah
selesai di kayu salib.
Tanggapan Budi Asali:
Saya setuju kata-kata ini.
3. Karena Iman adalah Syarat
untuk mendapatkan Keselamatan, maka Iman juga adalah Syarat untuk Tetap dalam
Keselamatan
Pertanyaannya berpusat di poin
ini. Alkitab cukup jelas, bahwa ada syarat untuk mendapatkan keselamatan –
iman! Nah, kalau begitu, adakah syarat untuk tetap di dalam keselamatan ini?
Jika kita menyelidiki Alkitab, maka jawabannya jelas: ada, yaitu – iman!
Beberapa ayat Firman Tuhan yang
mengajarkan hal ini dengan sangat jelas:
• “Oleh Injil itu kamu
diselamatkan, asal kamu teguh berpegang padanya, seperti yang telah kuberitakan
kepadamu kecuali kalau kamu telah sia-sia saja menjadi percaya.” (1 Kor. 15:2)
• “tetapi Kristus setia sebagai
Anak yang mengepalai rumah-Nya; dan rumah-Nya ialah kita, jika kita sampai
kepada akhirnya teguh berpegang pada kepercayaan dan pengharapan yang kita
megahkan.” (Ibrani 3:6)
• “Karena kita telah beroleh
bagian di dalam Kristus, asal saja kita teguh berpegang sampai kepada akhirnya
pada keyakinan iman kita yang semula.” (Ibrani 3:14)
• “Tetapi orang-Ku yang benar
akan hidup oleh iman, dan apabila ia mengundurkan diri, maka Aku tidak berkenan
kepadanya.” (Ibrani 10:38)
• “sekarang diperdamaikan-Nya, di
dalam tubuh jasmani Kristus oleh kematian-Nya, untuk menempatkan kamu kudus dan
tak bercela dan tak bercacat di hadapan-Nya. Sebab itu kamu harus bertekun
dalam iman, tetap teguh dan tidak bergoncang, dan jangan mau digeser dari
pengharapan Injil, yang telah kamu dengar dan yang telah dikabarkan di seluruh
alam di bawah langit, dan yang aku ini, Paulus, telah menjadi pelayannya.”
(Kol. 1:22-23)
Tanggapan Budi Asali:
Saya setuju, Liauw! Anda heran? Kalau ya, anda
tak mengerti ajaran Calvinisme! Sekali lagi saya tekankan, saya setuju bahwa
iman adalah syarat keselamatan, dan bahwa iman juga adalah syarat untuk tetap
ada di dalam keselamatan atau untuk tetap selamat.
Tetapi ada kepercayaan tambahan. Sekalipun
syarat untuk selamat adalah iman, tetapi manusia tidak bisa beriman, kecuali
Allah menganugerahkan iman itu kepada dia.
Fil 1:29 - “Sebab kepada kamu dikaruniakan
bukan saja untuk percaya kepada Kristus, melainkan juga untuk menderita
untuk Dia”.
Yoh 6:44,65 - “(44) Tidak ada seorangpun yang
dapat datang kepadaKu, jikalau ia tidak ditarik oleh Bapa yang mengutus
Aku, dan ia akan Kubangkitkan pada akhir zaman. ... (65) Lalu Ia berkata:
‘Sebab itu telah Kukatakan kepadamu: Tidak ada seorangpun dapat datang
kepadaKu, kalau Bapa tidak mengaruniakannya kepadanya.’”.
1Kor 12:3 - “Karena itu aku mau
meyakinkan kamu, bahwa tidak ada seorangpun yang berkata-kata oleh Roh Allah,
dapat berkata: ‘Terkutuklah Yesus!’ dan tidak ada seorangpun, yang dapat
mengaku: ‘Yesus adalah Tuhan’, selain oleh Roh Kudus”.
Alkitab sangat jelas dalam hal ini. Mana
kata-kata yang tidak anda mengerti dari ayat-ayat di atas ini? Iman adalah
anugerah Allah, dan tanpa Allah menganugerahi iman kepada seseorang, ia tidak
mungkin / tidak bisa percaya!
Sedikit tambahan lagi, sekalipun Allah
menganugerahi iman, tetapi yang beriman tetap adalah orangnya. Allah tidak
beriman untuk dia!
Sungguh mengherankan bagi saya
bahwa ada orang-orang yang berani berkata bahwa tidak ada syarat untuk
mendapatkan janji-janji keselamatan Allah dan berkat-berkat dalam keselamatan!
Tanggapan Budi Asali:
Orang-orang siapa, Liauw? Lagi-lagi, anda asal
bicara atau bisa menyebutkan orangnya, dan kutipan kata-katanya yang
menyebabkan anda menuduhnya untuk mengatakan demikian.
Alkitab sangat jelas. Kata “jika”
dan “asal” tidak terlalu sulit dimengerti. Toh mereka hanya terdiri dari empat
huruf, dan kata-kata itu mengindikasinya adanya suatu syarat!! 1 Korintus 15:2
berkata, “Oleh Injil itu kamu diselamatkan, asal kamu teguh berpegang padanya,
seperti yang telah kuberitakan kepadamu kecuali kalau kamu telah sia-sia saja
menjadi percaya.” Bagian mana dari ayat ini yang sulit untuk dimengerti?
Paulus mengajarkan bahwa orang
Kristen harus tetap percaya pada Injil yang telah ia beritakan, agar
keselamatan yang telah mereka terima tetap diterapkan pada mereka. Jika mereka tidak percaya lagi, maka kepercayaan mereka yang
pertama akan sia-sia. Pengajaran ini sedemikian jelas, sehingga orang
yang hendak menolaknya harus melakukan akrobatik penafsiran sedemikian rupa
untuk memutarbalikkan artinya.
Tanggapan Budi Asali:
Saya setuju bahwa orang harus tetap percaya
untuk bisa selamat. Yang saya tidak setuju adalah kata-kata anda yang saya beri
wanra biru. Anda mengatakan ‘Jika mereka
tidak percaya lagi, maka kepercayaan mereka yang pertama akan sia-sia.’. Ini menunjukkan
bahwa anda percaya bahwa orang yang tadinya beriman dengan sungguh-sungguh,
bisa hilang imannya! Ini yang saya tidak percaya. Saya percaya Allah yang
menganugerahkan iman, dan Ia tidak akan mengambilnya kembali. Jadi, sekali
seseorang bisa sungguh-sungguh percaya, ia akan percaya terus. Kalau ia
‘kehilangan iman’ maka tadinya ia tidak sungguh-sungguh percaya (1Yoh
2:18-19 Yoh 8:31).
Alkitab mengajarkan hal ini
dengan begitu jelas, saya sering rindu semua doktrin diajarkan sejelas ini
dalam Alkitab. Jadi, iman bukan hanya syarat untuk mendapatkan keselamatan,
tetapi juga adalah syarat untuk tetap dalam keselamatan, dan menerima fase
akhir dari keselamatan kita: kemuliaan di Surga bersama Kristus!
Tanggapan Budi Asali:
Kerinduan anda hanya mimpi, Liauw. Alkitab itu
banyak mengandung kesukaran.
2Pet 3:15-16 - “(15) Anggaplah kesabaran Tuhan
kita sebagai kesempatan bagimu untuk beroleh selamat, seperti juga Paulus,
saudara kita yang kekasih, telah menulis kepadamu menurut hikmat yang
dikaruniakan kepadanya. (16) Hal itu dibuatnya dalam semua suratnya, apabila ia
berbicara tentang perkara-perkara ini. Dalam surat-suratnya itu ada hal-hal
yang sukar difahami, sehingga orang-orang yang tidak memahaminya dan yang tidak
teguh imannya, memutarbalikkannya menjadi kebinasaan mereka sendiri, sama
seperti yang juga mereka buat dengan tulisan-tulisan yang lain”.
Nah, orang-orang yang percaya
“sekali selamat tetap selamat” (SSTS, tanpa peduli
orang itu beriman atau tidak), mereka akan
mengatakan bahwa apa yang percaya adalah “keselamatan karena usaha manusia.”
Tanggapan Budi Asali:
Nah, sekarang kelihatan kebodohan anda, atau
fitnah anda! Saya tak tahu anda mengatakan kata-kata di atas ini karena anda
tidak mengerti ajaran Calvinisme atau karena anda memfitnahnya, seperti yang
sudah sangat sering anda lakukan!
Kami Calvinist, memang percaya SSTS, tetapi
tanpa embel-embel ‘tanpa peduli orang itu
beriman atau tidak’. Anda menuduh demikian, mana
buktinya? Berikan satu saja seorang Calvinist yang percaya seperti itu, dan
berikan kutipan kata-katanya! Saya tantang anda, Liauw! Kalau tak bisa berikan,
maka sekali lagi, anda berdusta dan memfitnah!
Kata-kata anda pada bagian akhir saya tidak
mengerti. Saya kira ada kesalahan di sana.
Buat kalimat yang baik, Liauw! Apa artinya kata-kata ‘mereka akan mengatakan bahwa apa yang percaya adalah
“keselamatan karena usaha manusia.”’????
Tetapi hal ini tidak benar.
Syarat keselamatan adalah iman, bukan usaha!! Dan Alkitab membedakan antara keduanya.
Ada orang yang
mengajarkan bahwa kalau anda jatuh dalam dosa, maka keselamatanmu hilang.
Pengajaran ini juga bertentangan
dengan Alkitab! Satu-satunya cara kehilangan keselamatan adalah dengan
meninggalkan iman yang telah menyelamatkanmu!
Tanggapan Budi Asali:
Saya setuju, bahwa syarat keselamatan adalah
iman, bukan usaha / perbuatan baik. Saya setuju Alkitab membedakan, bahkan
mengkontraskan, kedua hal itu.
Tetapi anda menentang pandangan yang mengatakan
bahwa orang yang berbuat dosa kehilangan keselamatan, dan pada saat yang sama
anda mengatakan bahwa orang hanya kehilangan keselamatan kalau ia meninggalkan
iman. Apakah meninggalkan iman bukan dosa, Liauw? Jelas itu dosa, bukan? Saya
percaya bahwa yang disebut sebagai ‘dosa sengaja’ dalam Ibr 10:26 adalah dosa
meninggalkan Kristus, dan menyangkalNya secara terus menerus. Ini tindakan
meninggalkan iman, dan disebut dengan istilah ‘dosa’! Kalau dengan meninggalkan
iman bisa kehilangan keselamatan, maka seharusnya anda juga percaya bahwa
dengan berbuat dosa manusia bisa kehilangan keselamatan. Memang bukan
melakukan seadanya dosa manusia kehilangan keselamatan; tak ada Arminian
manapun yang segila itu. Tetapi biasanya mereka percaya bahwa seseorang yang
sudah selamat bisa berbuat dosa, dan makin lama makin hebat, sampai akhirnya
tidak lagi percaya kepada Kristus.
Semua dosamu telah diperdamaikan
oleh Yesus! Jadi, tidak ada dosa yang dapat membuat
kita terhilang lagi.
Tanggapan Budi Asali:
Lagi-lagi, Liauw, kata-katamu salah!
Meninggalkan iman jelas adalah dosa, dan itu bisa menghancurkan keselamatan
seseorang, tetapi anda mengatakan ‘tidak
ada dosa yang dapat membuat kita terhilang lagi’!
Tetapi, Allah menuntut iman agar
pendamaian ini diterapkan pada setiap individu. Iman adalah syaratnya. Jika
kita melangkah keluar dari iman, maka hak kepada hidup yang kekal dibatalkan,
sebagaimana diajarkan dengan jelas dari perikop berikut:
Tanggapan Budi Asali:
Hmmm, Liauw, orang yang percaya mendapat hidup
kekal, bukan? Kalau bisa keselamatan atau hidup itu bisa hilang, bukankah itu
bukan hidup kekal, tetapi hidup bersyarat? Tetapi Alkitab
mengatakan bahwa orang percaya mendapatkan hidup kekal (Yoh 3:16), bukan hidup
bersyarat!
• “Supaya kita sungguh-sungguh
merdeka, Kristus telah memerdekakan kita. Karena itu berdirilah teguh dan
jangan mau lagi dikenakan kuk perhambaan. Sesungguhnya, aku, Paulus, berkata
kepadamu: jikalau kamu menyunatkan dirimu, Kristus sama sekali tidak akan
berguna bagimu.
Sekali lagi aku katakan kepada
setiap orang yang menyunatkan dirinya, bahwa ia wajib melakukan seluruh hukum
Taurat. Kamu lepas dari Kristus, jikalau kamu mengharapkan kebenaran oleh hukum
Taurat; kamu hidup di luar kasih karunia. Sebab oleh Roh, dan karena iman, kita
menantikan kebenaran yang kita harapkan.” (Gal. 5:1-5)
Tanggapan Budi Asali:
Ini merupakan ancaman Paulus kepada orang-orang
Galatia,
dan ia mengancam, justru supaya mereka tidak meninggalkan iman! Kalau ternyata
memang ada orang-orang yang ‘meninggalkan iman’, maka itu harus diartikan
sesuai dengan 1Yoh 2:19, dan diartikan bahwa orang itu tidak pernah
sungguh-sungguh beriman.
1Yoh 2:18-19 - “(18) Anak-anakku, waktu ini
adalah waktu yang terakhir, dan seperti yang telah kamu dengar, seorang
antikristus akan datang, sekarang telah bangkit banyak antikristus. Itulah
tandanya, bahwa waktu ini benar-benar adalah waktu yang terakhir. (19) Memang
mereka berasal dari antara kita, tetapi mereka
tidak sungguh-sungguh termasuk pada kita; sebab jika mereka
sungguh-sungguh termasuk pada kita, niscaya mereka tetap bersama-sama dengan
kita. Tetapi hal itu terjadi, supaya menjadi nyata, bahwa tidak semua mereka sungguh-sungguh termasuk
pada kita”.
Coba katakan, Liauw, apanya dari ayat ini yang
tidak anda mengerti? Orang yang ‘murtad’, atau ‘meninggalkan iman’ sebetulnya
tidak pernah menjadi orang kristen yang sejati!
Masih kurang? Saya beri beberapa ayat lagi.
Mat 24:24 - “Sebab Mesias-mesias palsu dan
nabi-nabi palsu akan muncul dan mereka akan mengadakan tanda-tanda yang dahsyat
dan mujizat-mujizat, sehingga
sekiranya mungkin, mereka menyesatkan orang-orang pilihan juga”.
Ayat ini jelas menunjukkan bahwa orang-orang
pilihan tidak mungkin bisa disesatkan. Kalau begitu, bagaimana mungkin mereka
bisa meninggalkan iman? Bukankah itu berarti mereka disesatkan? Kalau anda
mengatakan, mereka mau sesat sendiri, maka saya tanya: apa alasannya seseorang
mau sesat sendiri? Ia pasti disesatkan oleh setan yang menggunakan nabi palsu
dan sebagainya. Tetapi tak peduli apapun yang terjadi ayat ini menjamin bahwa
orang-orang pilihan tidak mungkin disesatkan.
Yoh 8:31 - “Maka kataNya kepada orang-orang
Yahudi yang percaya kepadaNya: ‘Jikalau kamu tetap dalam firmanKu, kamu
benar-benar adalah muridKu”.
Apanya yang kurang jelas, Liauw? Kalau ia tetap
dalam firman, ia benar-benar murid. Kalau ia meninggalkan iman, ia tidak tetap
dalam firman, maka ia
bukan benar-benar murid!
Satu ayat lagi dari Perjanjian Lama, Liauw!
Yer
32:40 - “Aku akan mengikat perjanjian kekal dengan mereka, bahwa
Aku tidak akan membelakangi mereka, melainkan akan berbuat baik kepada mereka; Aku
akan menaruh takut kepadaKu ke dalam hati mereka, supaya mereka jangan menjauh dari padaKu”.
Bagaimana anda menafsirkan
ayat / janji Tuhan ini, Liauw???
• “Tetapi orang-Ku yang benar
akan hidup oleh iman, dan apabila ia mengundurkan diri, maka Aku tidak berkenan
kepadanya.” (Ibrani 10:38)
Tanggapan Budi Asali:
Alangkah baiknya, Liauw, kalau anda mengutip
Ibr 10:38 ini tanpa memotong ay 39nya!
Ibr 10:38-39 - “(38) Tetapi orangKu yang benar
akan hidup oleh iman, dan apabila ia mengundurkan diri, maka Aku tidak berkenan
kepadanya.’ (39) Tetapi kita
bukanlah orang-orang yang mengundurkan diri dan binasa, tetapi orang-orang yang
percaya dan yang beroleh hidup”.
Jelas bahwa ay 38b itu ancaman, tetapi dalam
faktanya tidak terjadi (ay 39)!
• “Sebab mereka yang pernah
diterangi hatinya, yang pernah mengecap karunia sorgawi, dan yang pernah
mendapat bagian dalam Roh Kudus, dan yang mengecap firman yang baik dari Allah
dan karunia-karunia dunia yang akan datang, namun yang murtad lagi, tidak mungkin
dibaharui sekali lagi sedemikian, hingga mereka bertobat, sebab mereka
menyalibkan lagi Anak Allah bagi diri mereka dan menghina-Nya di muka umum.”
(Ibrani 6:4-6)
Tanggapan Budi Asali:
Hmmm, saya mau tanya, Liauw. Kalau seseorang
meninggalkan iman, anda katakan ia kehilangan keselamatan. Bagaimana kalau
setelah itu ia kembali lagi kepada imannya? Ia selamat lagi, bukan? Setahu saya
Arminianisme mengajar demikian. Tetapi ayat di atas ini mengatakan ‘tidak
mungkin dibaharui sekali lagi sedemikian’!
Ayat ini tidak berbicara tentang orang-orang
kristen yang sejati. Semua ayat tentang orang kristen yang murtad harus
ditafsirkan dengan memperhatikan 1Yoh 2:18-19 tadi, yang jelas menunjukkan
bahwa yang murtad hanyalah orang yang tadinya tidak sungguh-sungguh Kristen!
Anda mungkin mengatakan, penggambaran tentang
orang ini dalam Ibr 6:4-6 itu sepertinya menunjukkan orang itu Kristen sejati.
Saya jawab, memang gandum mirip dengan lalang, bukan? Tak heran kalau
penggambarannya mirip? Saya bisa menjelaskan kata-kata yang digunakan untuk
menggambarkan orang itu. Mari kita perhatikan potong per potong:
Ibr 6:4-6
- “(4) Sebab mereka yang pernah diterangi hatinya, yang pernah mengecap
karunia sorgawi, dan yang pernah mendapat bagian dalam Roh Kudus,
(5) dan yang mengecap firman yang baik dari Allah dan karunia-karunia
dunia yang akan datang, (6) namun yang murtad lagi, tidak mungkin dibaharui
sekali lagi sedemikian, hingga mereka bertobat, sebab mereka menyalibkan lagi
Anak Allah bagi diri mereka dan menghinaNya di muka umum”.
Kalau
tadi (Ibr 5:11-6:3) penulis surat
Ibrani sudah menyatakan kelambanan mereka dalam hal mendengar Firman Tuhan dan
betapa kurangnya kemajuan mereka, maka sekarang ia memberikan suatu peringatan
akan bahayanya jika mereka terus ada dalam keadaan seperti itu. Ia lalu
menceritakan suatu kasus, dimana orang yang setelah mengaku percaya, akhirnya
murtad.
John
Owen: “The Apostle had told them to whom he is
writing that they were slow as to making progress in knowledge and in a
suitable practice; he now lets them know the danger that there was in
continuing in that slothful condition. That they might be acquainted with
their danger, and stirred up to avoid it, he gives them an account of those
who, after a profession of the gospel, beginning with a non-proficiency in it,
do end in apostasy from it” (= Sang Rasul telah memberitahu mereka, kepada
siapa ia sedang menulis, bahwa mereka lamban berkenaan dengan membuat kemajuan
dalam pengetahuan dan dalam praktek yang bersesuaian; sekarang ia
memberitahu mereka bahaya yang ada kalau terus ada dalam kondisi lamban
tersebut. Supaya mereka bisa memahami bahaya mereka, dan digerakkan untuk
menghindarinya, ia memberi mereka cerita tentang mereka yang, setelah mengakui
Injil, dimulai dengan ketidak-ahlian di dalamnya, berakhir dengan kemurtadan
darinya) - ‘Hebrews, abridged’,
hal 96.
Ada 5 hal yang
merupakan penggambaran dari orang-orang itu:
1) ‘diterangi hatinya’.
Ada yang
mengartikan ini sebagai baptisan, karena dalam terjemahan Syria, ini
diterjemahkan ‘dibaptis’. Ini
jelas salah; dan tentang bagaimana mungkin terjemahan Syria bisa menterjemahkan
seperti itu, dan penjelasan tentang kesalahan terjemahan ini diberikan oleh
John Owen di bawah ini, tetapi saya anggap tidak terlalu penting untuk dibahas.
John Owen:
“The first thing in the description is, that they were a[pax
fwtisqe>ntev, ‘once enlightened;’ saith the Syriac translation, as we
observed, ‘once baptized.’ It is very certain that, early in the church,
baptism was called fwtismo>v, ‘illumination;’ and
fwti>zein, ‘to enlighten,’ was
used for ‘to baptize.’ And the set times
wherein they solemnly administered that ordinance were called hJme>rai
tw~n fwtw~n, ‘the days of light.’ Hereunto the
Syriac interpreter seems to have had respect. And the word a[pax, ‘once,’ may give countenance hereunto. Baptism was once
only to be celebrated, according to the constant faith of the churches in all
ages. And they called baptism ‘illumination,’ because it being one ordinance
of the initiation of persons into a participation of all the mysteries of the
church, they were thereby translated out of the kingdom of darkness into that
of grace and light. And it seems to give further countenance hereunto, in that
baptism really was the beginning and foundation of a participation of all the
other spiritual privileges that are mentioned afterwards. For it was usual
in those times, that upon the baptizing of persons, the Holy Ghost came upon
them, and endowed them with extraordinary gifts, peculiar to the days of the
gospel, as we have showed in our consideration of the order between ‘baptism’
and ‘imposition of hands.’ And this opinion hath so much of probability in it,
having nothing therewithal unsuited to the analogy of faith or design of the
place, that I should embrace it, if the word itself, as here used, did not
require another interpretation. For it was a
good while after the writing of this epistle, and all other parts of the New
Testament, at least an age or two, if not more, before this word was used mystically to express baptism. In the whole Scripture it hath another sense,
denoting an inward operation of the Spirit, and not the outward administration
of an ordinance. And it is too much boldness, to take a word in a peculiar
sense in one single place, diverse from its proper signification and constant
use, if there be no circumstances in the text forcing us thereunto, as here are
not. And for the word a[pax, ‘once,’ it is not to be restrained unto this particular,
but refers equally unto all the instances that follow, signifying no more but
that those mentioned were really and truly partakers of them” (= ) - ‘Hebrews’,
vol 5, hal 73-74.
John Owen: “Wherefore, to be
‘enlightened’ in this place is to be instructed in the doctrine of the gospel,
so as to have a spiritual apprehension thereof” (= Karena itu, ‘diterangi’
di tempat ini adalah diajar dalam doktrin / ajaran dari Injil, sehingga
mempunyai pengertian / kepandaian tentangnya) - ‘Hebrews’, vol 5, hal 74.
Catatan:
dalam 2 kutipan dari Owen di bawah (yang saya letakkan dalam kotak), Owen
menunjukkan alasan yang sangat kuat mengapa ia mengambil pandangan seperti ini
atau menafsir seperti ini.
John Owen:
“Fwti>zomai, is
‘to give light or knowledge by teaching;’ - the same with hr,wOh, which, therefore, is so translated ofttimes by the Greeks;
as by Aquila, Exodus 4:12; Psalm 119:33; Proverbs 4:4; Isaiah 27:11, as Drusius
observes. And it is so by the LXX., Judges 13:8; 2 Kings 12:2, 17:27. Our
apostle useth it for ‘to make manifest;’ that is, ‘bring to light,’ 1 Corinthians
4:5, 2 Timothy 1:10. And the meaning of it, John 1:9, where we render it
‘lighteth,’ is to teach. And fwtismo>v is ‘knowledge upon instruction:’ 2 Corinthians 4:4, Eijv
to< mh< aujga>sai aujtoi~v toou, - ‘That the light of the gospel should not shine into
them;’ that is, the knowledge of it. So verse 6, Prosewv, - ‘The light of
the knowledge.’” (= ) - ‘Hebrews’, vol 5, hal 74.
John Owen:
“Of the object, or the things known and apprehended. For ‘life and immortality
are brought to light by the gospel,’ 2 Timothy 1:10. Hence it is called
‘light;’ ‘the inheritance of the saints in light.’ And the state which men are
thereby brought into is so called in opposition to the darkness that is in the
world without it, 1 Peter 2:9. The world without the gospel is the kingdom of Satan: JO
ko>smov o[lov ejn tw~| ponhrw~| kei~tai, 1
John 5:19. The whole of the world, and all that belongs unto it, in distinction
and opposition unto the new creation, is under the power of the wicked one, the
prince of the power of darkness, and so is full of darkness. It is to>pov
aujcmhro>v, 2 Peter 1:19; - ‘a dark place,’ wherein ignorance,
folly, error, and superstition do dwell and reign. By the power and efficacy of
this darkness are men kept at a distance from God, and know not whither they
go. This is called ‘walking in darkness,’ 1 John 1:6; whereunto ‘walking in the
light,’ that is, the knowledge of God in Christ by the gospel, is opposed,
verse 7. On this account is our instruction in the knowledge of the gospel
called ‘illumination,’ because itself is light” (= ) - ‘Hebrews’,
vol 5, hal 74.
John Owen
mengatakan bahwa mereka diterangi oleh ajaran injil dan pekerjaan Roh Kudus.
Ini merupakan pekerjaan umum dari Roh Kudus.
Ini tidak harus menunjukkan bahwa orangnya
sudah selamat, karena kata ini bisa digunakan terhadap seseorang yang bukan
kristen sejati, misalnya dalam Yoh 1:9.
Yoh 1:9 - “Terang yang sesungguhnya, yang menerangi setiap orang, sedang
datang ke dalam dunia”.
Catatan: kata
Yunani yang diterjemahkan ‘diterangi’
dalam Ibr 6:4 adalah PHOTISTHENTAS (fwtisqentaj), sedangkan kata Yunani yang diterjemahkan ‘menerangi’ dalam Yoh 1:9 adalah
PHOTIZEI (fwtizei), yang jelas
berasal dari kata dasar yang sama.
John Owen: “This is the first property whereby the
persons intended are described; they are such as were ‘illuminated’ by the
instruction they had received in the doctrine of the gospel, and the impression
made thereby on their minds by the Holy Ghost; for this is a common work of
his, and is here so reckoned. And the apostle would have us know that, - Obs. 1. It is a great mercy, a great
privilege, to be enlightened with the doctrine of the gospel, by the effectual
working of the Holy Ghost. But, - Obs.
2. It is such a privilege as may be lost, and end in the aggravation of
the sin, and condemnation of those who were made partakers of it. And, - Obs. 3. Where there is a total
neglect of the due improvement of this privilege and mercy, the condition of
such persons is hazardous, as inclining towards apostasy” (= Ini adalah
milik yang pertama dengan mana orang-orang yang dimaksudkan digambarkan; mereka
adalah sedemikian rupa sebagai telah ‘diterangi’ oleh instruksi / ajaran yang
telah mereka terima dalam doktrin dari Injil, dan dengan demikian kesan /
pengaruh telah dibuat pada pikiran mereka oleh Roh Kudus; karena ini adalah
pekerjaanNya yang umum, dan di sini begitu diperhitungkan. Dan sang rasul ingin
kita tahu bahwa, - Pengamatan 1. Merupakan suatu belas kasihan yang besar, hak yang
besar, untuk diterangi dengan doktrin dari Injil, oleh pekerjaan yang efektif
dari Roh Kudus. Tetapi, - Pengamatan 2. Itu adalah suatu hak yang bisa hilang,
dan berakhir dalam bertembahnya dosa, dan penghukuman dari mereka yang telah
dibuat menjadi pengambil bagian darinya. Dan, - Pengamatan 3. Dimana ada suatu
pengabaian total tentang kemajuan yang seharusnya dari hak dan belas kasihan
ini, kondisi dari orang-orang seperti itu adalah berbahaya, karena condong pada
kemurtadan) - ‘The Works of John Owen’,
vol 5, hal 75.
Untuk lebih
memperjelas tentang kasus dimana seseorang mendapatkan pencerahan dan
pengetahuan, tetapi ia sendiri tetap terhilang, John Owen memberikan penjelasan
tentang 3 macam pengetahuan:
a) Pengetahuan tentang hal-hal rohani yang semata-mata
bersifat alamiah (natural) - Owen, ‘Hebrews’,
vol 5, hal 75.
Ini didapatkan oleh
orangnya sekedar dengan belajar, tanpa pertolongan khusus apapun dari Roh
Kudus. Orang yang dengan rajin dan tekun mempelajari Alkitab, sama seperti
mereka mempelajari ilmu pengetahuan yang lain, bisa mendapatkan pengetahuan
jenis ini, tetapi mereka sama sekali asing terhadap semua karunia rohani.
Pertanyaan: apakah pandangan Owen ini tidak bertentangan dengan 1Kor
2:14?
1Kor 2:14 - “Tetapi
manusia duniawi tidak menerima apa yang berasal dari Roh Allah, karena hal itu
baginya adalah suatu kebodohan; dan ia tidak dapat memahaminya, sebab
hal itu hanya dapat dinilai secara rohani”.
Jawab: tidak bertentangan. Mengapa? Karena yang dikatakan sebagai
‘ia tidak dapat memahaminya’ dalam 1Kor 2:14 ini bukanlah tidak bisa
mengertinya secara intelektual. Tentu kita bisa mengajarkan Injil kepada orang
kafir, dan ia bisa mengertinya semata-mata secara intelektual. Adalah mustahil
bahwa kalau kita hanya mengajar bahwa Allah telah menjadi manusia dalam diri
Yesus Kristus, lalu mati disalib untuk dosa-dosa kita, sehingga sekarang orang
yang percaya akan diselamatkan, dan orang kafir itu sama sekali tidak bisa
mengertinya secara intelektual. Jadi, yang dimaksudkan oleh ayat ini dengan kata-kata
‘ia tidak dapat memahaminya’ adalah bahwa ia tidak bisa mengerti / melihat keunggulan
atau keindahan dari Injil itu. Sebaliknya, ia bahkan menganggapnya sebagai
‘suatu kebodohan’.
Bdk. 1Kor
1:18,22-23 - “(18) Sebab pemberitaan tentang salib memang adalah kebodohan
bagi mereka yang akan binasa, tetapi bagi kita yang diselamatkan pemberitaan
itu adalah kekuatan Allah. ... (22) Orang-orang Yahudi menghendaki tanda dan
orang-orang Yunani mencari hikmat, (23) tetapi kami memberitakan Kristus yang
disalibkan: untuk orang-orang Yahudi suatu batu sandungan dan untuk
orang-orang bukan Yahudi suatu kebodohan”.
Bahwa seseorang
bisa menilai Injil sebagai ‘suatu kebodohan’, mensyaratkan bahwa ia mengerti
(secara intelektual) tentang Injil itu. Kalau secara intelektual ia tidak
mengertinya sama sekali, ia tidak bisa memberikan penilaian apapun.
b) Pengetahuan yang didapatkan seseorang dengan
belajar Firman Tuhan dengan pencerahan dari Roh Kudus.
Owen mengatakan
bahwa berbeda dengan orang yang hanya belajar Firman Tuhan secara alamiah
(point a di atas), yang hanya akan menganggap Injil sebagai kebodohan, maka
orang yang di sini akan mendapatkan kepuasan tertentu dari pengertian tentang
Injil.
John Owen: “this spiritual illumination gives the mind
some satisfaction, with delight and joy, in the things that are known. By that
beam whereby it shines into darkness, although it be not fully comprehended,
yet it represents the way of the gospel as a way of righteousness, 2 Peter
2:21, which reflects peculiar regard of it on the mind” (= pencerahan
rohani ini memberi pikiran suatu kepuasan, dengan kesenangan dan sukacita,
dalam hal-hal yang diketahui. Oleh sinar itu dengan mana itu bersinar ke dalam
kegelapan, sekalipun itu tidak sepenuhnya dimengerti, tetapi itu menggambarkan
/ menunjukkan Injil sebagai suatu jalan kebenaran, 2Pet 2:21) - ‘Hebrews’, vol 5, hal 76.
2Pet 2:21 - “Karena itu bagi mereka adalah lebih baik, jika
mereka tidak pernah mengenal Jalan Kebenaran dari pada mengenalnya, tetapi
kemudian berbalik dari perintah kudus yang disampaikan kepada mereka”.
Saya juga berpendapat bahwa ayat-ayat di bawah ini berkenaan
dengan orang yang mendapat pengertian dengan pencerahan Roh Kudus seperti yang
dibicarakan Owen di sini.
·
Mat 13:20-21 - “(20) Benih yang ditaburkan di tanah yang
berbatu-batu ialah orang yang mendengar firman itu dan segera menerimanya
dengan gembira. (21) Tetapi ia tidak berakar dan tahan sebentar saja.
Apabila datang penindasan atau penganiayaan karena firman itu, orang itupun
segera murtad”.
·
Mat 19:16-22 - “(16) Ada seorang datang kepada Yesus, dan berkata:
‘Guru, perbuatan baik apakah yang harus kuperbuat untuk memperoleh hidup yang
kekal?’ (17) Jawab Yesus: ‘Apakah sebabnya engkau bertanya kepadaKu tentang apa
yang baik? Hanya Satu yang baik. Tetapi jikalau engkau ingin masuk ke dalam
hidup, turutilah segala perintah Allah.’ (18) Kata orang itu kepadaNya:
‘Perintah yang mana?’ Kata Yesus: ‘Jangan membunuh, jangan berzinah, jangan
mencuri, jangan mengucapkan saksi dusta, (19) hormatilah ayahmu dan ibumu dan
kasihilah sesamamu manusia seperti dirimu sendiri.’ (20) Kata orang muda itu
kepadaNya: ‘Semuanya itu telah kuturuti, apa lagi yang masih kurang?’ (21) Kata
Yesus kepadanya: ‘Jikalau engkau hendak sempurna, pergilah, juallah segala
milikmu dan berikanlah itu kepada orang-orang miskin, maka engkau akan beroleh
harta di sorga, kemudian datanglah ke mari dan ikutlah Aku.’ (22) Ketika
orang muda itu mendengar perkataan itu, pergilah ia dengan sedih, sebab banyak
hartanya”.
·
Mark 6:20 - “sebab Herodes segan akan Yohanes karena ia
tahu, bahwa Yohanes adalah orang yang benar dan suci, jadi ia
melindunginya. Tetapi apabila ia mendengarkan Yohanes, hatinya selalu
terombang-ambing, namun ia merasa senang juga mendengarkan dia”.
·
Kis 24:24-25 - “(24) Dan setelah beberapa hari datanglah
Feliks bersama-sama dengan isterinya Drusila, seorang Yahudi; ia menyuruh
memanggil Paulus, lalu mendengar dari padanya tentang kepercayaan kepada Yesus
Kristus. (25) Tetapi ketika Paulus berbicara tentang kebenaran, penguasaan
diri dan penghakiman yang akan datang, Feliks menjadi takut dan berkata:
‘Cukuplah dahulu dan pergilah sekarang; apabila ada kesempatan baik, aku akan
menyuruh memanggil engkau.’”.
c) Pengetahuan
yang menyelamatkan dan menguduskan. Ini jelas juga didapatkan dari pencerahan
Roh Kudus, tetapi dalam hal ini Ia menambahkan kasih karunia sehingga orang itu
diselamatkan.
John Owen: “There is a saving, sanctifying light and
knowledge, which this spiritual illumination riseth not up unto; for though it
transiently affects the mind with some glances of the beauty, glory, and
excellency of spiritual things, yet it doth not give that direct, steady, intuitive
insight into them which is obtained by grace. See 2 Corinthians 3:18, 4:4,6.
Neither doth it renew, change, or transform the soul into a conformity unto the
things known, by planting of them in the will and affections, as a gracious
saving light doth, 2 Corinthians 3:18; Romans 6:17, 12:2” [= Di sana ada
suatu terang dan pengetahuan yang menyelamatkan dan menguduskan, yang tidak
dicapai oleh pencerahan rohani ini (pengetahuan karena pencerahan Roh Kudus
pada point b di atas); karena sekalipun itu secara sementara mempengaruhi
pikiran dengan beberapa pandangan sekilas dari keindahan, kemuliaan dan
keunggulan dari hal-hal rohani, tetapi itu tidak memberikan pengetahuan /
pengertian yang langsung, menetap / kokoh / mantap, intuitif ke dalam
hal-hal rohani itu, yang didapatkan oleh kasih karunia. Lihat 2Kor 3:18;
4:4,6. Juga itu tidak memperbaharui, mengubah, atau membentuk jiwa ke dalam
suatu penyesuaian dengan hal-hal yang diketahui, dengan menanamkan mereka dalam
kehendak dan perasaan, seperti yang dilakukan oleh terang yang menyelamatkan,
2Kor 3:18; Ro 6:17; 12:2] - ‘Hebrews’,
vol 5, hal 76.
Catatan:
1. Kata ‘intuition’ berarti ‘the immediate
knowing or learning of something without the conscious use of reasoning;
instantaneous apprehension’ (= pengenalan
atau pengetahuan langsung tentang sesuatu tanpa penggunaan sadar dari pemikiran
/ pertimbangan; pengertian yang segera / seketika itu juga) - Webster’s New
World Dictionary.
2. Saya tak memberikan ayat-ayat
referensinya karena tak terlalu penting.
Dari perbandingan point b dan point c di atas,
harus disimpulkan bahwa adalah mungkin bagi seseorang untuk bisa belajar Firman
Tuhan, dan mendapatkan pengertian karena pencerahan Roh Kudus, tetapi tetap
tidak diselamatkan!
Bdk. 2Pet 1:19 -
“Dengan demikian kami makin diteguhkan oleh firman yang telah disampaikan oleh
para nabi. Alangkah baiknya kalau kamu memperhatikannya sama seperti
memperhatikan pelita yang bercahaya di tempat yang gelap sampai fajar
menyingsing dan bintang timur terbit bersinar di dalam hatimu”.
Ayat ini jelas
menunjukkan bahwa sekalipun firman / Injil menyinari seseorang, tetapi ia harus
memperhatikannya, untuk bisa mendapatkan manfaat darinya.
Calvin (tentang 2Pet 1:19):
“This is a remarkable passage: we
learn from it how God guides us. The Papists have ever and anon in their
mouth, that the Church cannot err. Though the word is neglected, they yet
imagine that it is guided by the Spirit. But Peter, on the contrary,
intimates that all are immersed in darkness who do not attend to the light of
the word. Therefore, except thou art resolved wilfully to cast thyself into
a labyrinth, especially beware of departing even
in the least thing from the rule and direction of the word” [= Ini merupakan suatu text yang luar biasa:
kita belajar darinya bagaimana Allah membimbing kita. Para
pengikut Paus (orang Katolik) selalu dan segera mengatakan bahwa Gereja
(Katolik) tidak bisa salah. Sekalipun firman diabaikan, tetapi mereka
mengkhayalkan bahwa Gereja itu dipimpin oleh Roh. Tetapi sebaliknya,
Petrus menyatakan bahwa semua yang tidak memperhatikan / mengikuti terang dari
firman tenggelam dalam kegelapan. Karena itu, kecuali engkau memutuskan
dengan sengaja untuk melemparkan dirimu sendiri ke dalam suatu struktur yang
membingungkan, hati-hatilah secara khusus untuk tidak menyimpang bahkan dalam hal yang terkecil dari peraturan
dan pengarahan dari firman].
2) ‘mengecap karunia sorgawi’.
a) Owen menganggap bahwa ‘karunia surgawi’ ini menunjuk kepada Roh Kudus.
Kis 2:38 - “Jawab
Petrus kepada mereka: ‘Bertobatlah dan hendaklah kamu masing-masing memberi
dirimu dibaptis dalam nama Yesus Kristus untuk pengampunan dosamu, maka kamu
akan menerima karunia Roh Kudus”.
Catatan:
kata-kata ‘karunia Roh Kudus’ bukan berarti ‘karunia dari Roh Kudus’, tetapi
‘karunia berupa Roh Kudus’.
Bagaimana mungkin
kata-kata ‘karunia surgawi’ bisa menunjuk kepada Roh Kudus? Perhatikan jawaban
Owen di bawah ini.
John Owen: “And he is said to be ejpoura>niov, ‘heavenly,’
or from heaven. ... The promise of him was, that he should be sent ‘from
heaven,’ or ‘from above;’ ... He, therefore, is this hJ
dwrea< hJ ejpoura>niov, the ‘heavenly gift’ here intended,
though not absolutely, but with respect to an especial work. ... That which
riseth up against this interpretation is, that the Holy Ghost is expressly
mentioned in the next clause, ‘And were made partakers of the Holy Ghost.’ It
is not therefore probable that he should be here also intended. ... The Holy
Ghost is here mentioned as the great gift
of the gospel times, as coming down from heaven, not absolutely, not as
unto his person, but with respect unto an especial work, namely, the change of
the whole state of religious worship in the church of God; whereas we shall see
in the next words he is spoken of only with respect unto external, actual
operations. But he was the great, the promised heavenly gift, to be bestowed
under the new testament, by whom God would institute and ordain a new way, and
new rites of worship, upon the revelation of himself and will in Christ. ...
The Spirit of God, therefore, as bestowed for the introduction of the new
gospel-state, in truth and worship, is ‘the heavenly gift’ here intended” (= Dan Ia dikatakan sebagai EPOURANIOS, ‘surgawi’, atau
‘dari surga’. ... JanjiNya adalah bahwa Ia dikirim ‘dari surga’, atau ‘dari
atas’; ... Karena itu, Ia adalah HE DOREA HE EPOURANIOS ini, ‘karunia surgawi’
yang dimaksudkan di sini, sekalipun bukan secara mutlak, tetapi berkenaan
dengan suatu pekerjaan khusus. ... Apa yang muncul terhadap / menentang
penafsiran ini adalah, bahwa Roh Kudus disebutkan secara explicit dalam anak
kalimat berikutnya, ‘Dan dibuat menjadi
pengambil bagian dari Roh Kudus’. Karena itu tidaklah mungkin bahwa di
sini Ia juga yang dimaksudkan. ... Roh Kudus disebutkan di sini sebagai karunia
yang besar dari jaman injil, sebagai turun dari surga, bukan secara mutlak,
bukan berkenaan dengan diri / pribadiNya, tetapi berkenaan dengan suatu
pekerjaan khusus, yaitu perubahan dari seluruh keadaan dari penyembahan /
ibadah agamawi dalam gereja Allah; sedangkan kita akan melihat dalam kata-kata
berikutnya Ia dibicarakan hanya berkenaan dengan operasi luar / lahiriah yang
sungguh-sungguh. Tetapi Ia adalah karunia surgawi yang dijanjikan dan besar,
untuk diberikan di bawah perjanjian baru, dengan mana Allah akan mengadakan dan
menentukan suatu cara yang baru, dan upacara-upacara baru dari penyembahan /
ibadah, pada penyataan / wahyu dari diriNya sendiri dan kehendak dalam Kristus.
... Karena itu, Roh Allah sebagai yang diberikan untuk perkenalan / pendahuluan
dari keadaan injil yang baru, dalam kebenaran dan penyembahan / ibadah, adalah
‘karunia surgawi’ yang dimaksudkan di sini) - ‘Hebrews’, vol 5, hal 77,78,79.
Catatan:
kata ‘surgawi’ diterjemahkan dari kata Yunani EPOURANIOU yang ada dalam kasus
genitive (Owen menuliskan kasus nominative-nya yaitu EPOURANIOS), sehingga
memang bisa diterjemahkan ‘of heaven /
from heaven’.
Kis 1:8 - “Tetapi kamu akan menerima
kuasa, kalau Roh Kudus turun ke atas kamu, dan kamu akan menjadi saksiKu
di Yerusalem dan di seluruh Yudea dan Samaria
dan sampai ke ujung bumi.’”.
Yoh 16:7 - “Namun benar yang Kukatakan ini
kepadamu: Adalah lebih berguna bagi kamu, jika Aku pergi. Sebab jikalau Aku
tidak pergi, Penghibur itu tidak akan datang kepadamu, tetapi jikalau Aku
pergi, Aku akan mengutus Dia kepadamu”.
Kis 2:1-4 - “(1) Ketika tiba hari Pentakosta,
semua orang percaya berkumpul di satu tempat. (2) Tiba-tiba turunlah dari
langit suatu bunyi seperti tiupan angin keras yang memenuhi seluruh rumah,
di mana mereka duduk; (3) dan tampaklah kepada mereka lidah-lidah seperti nyala
api yang bertebaran dan hinggap pada mereka masing-masing. (4) Maka penuhlah
mereka dengan Roh Kudus, lalu mereka mulai berkata-kata dalam bahasa-bahasa
lain, seperti yang diberikan oleh Roh itu kepada mereka untuk mengatakannya”.
Kis 2:33 - “Dan sesudah Ia ditinggikan
oleh tangan kanan Allah dan menerima Roh Kudus yang dijanjikan itu, maka
dicurahkanNya apa yang kamu lihat dan dengar di sini”.
b) Kata ‘mengecap’
(Inggris: ‘taste’).
Beberapa penafsir
mengatakan bahwa kata ‘taste’ (=
mengecap), tidak bisa diartikan ‘mencicipi
sedikit’, tetapi berarti ‘makan’ dan di sini artinya adalah ‘mengetahui / mengenal, mengetahui dari
pengalaman / mengalami, ikut ambil bagian, memiliki, merasakan, menikmati’.
Memang ada
ayat-ayat yang menunjukkan bahwa ‘mengecap’ betul-betul berarti ‘memakan’
seperti dalam 2Sam 3:35 dan 1Sam 14:29.
1Sam 14:29 -
“Lalu kata Yonatan: ‘Ayahku mencelakakan negeri; coba lihat, bagaimana
terangnya mataku, setelah aku merasai sedikit dari madu ini”.
KJV/RSV/NIV/NASB: ‘tasted’ (= mengecap).
2Sam 3:35 -
“Seluruh rakyat datang menawarkan kepada Daud untuk makan roti selagi hari
siang, tetapi Daud bersumpah, katanya: ‘Kiranya Allah menghukum aku, bahkan
lebih lagi dari pada itu, jika sebelum matahari terbenam aku mengecap
roti atau apapun.’”.
Tetapi Owen
menjawab bahwa dalam Kitab Suci kata ‘taste’ (= mengecap) bisa mencicipi
sedikit dan lalu memutuskan untuk memakan atau menolaknya, seperti dalam kasus
dari Yesus yang mencicipi anggur bercampur empedu / mur, dan lalu menolak untuk
meminumnya (Mat 27:34).
Mat 27:34 -
“Lalu mereka memberi Dia minum anggur bercampur empedu. Setelah Ia
mengecapnya, Ia tidak mau meminumnya”.
Owen menganggap ini
sebagai kiasan. Kita mengecap sesuatu, dan lalu kita bisa menerimanya atau
menolaknya.
John Owen:
“We may inquire what it is to ‘taste’ of
this heavenly gift. The expression of tasting is metaphorical, and signifies no
more but to make a trial or experiment; for so we do by tasting, naturally and
properly, of that which is tendered unto us to eat. We taste such things by the
sense given us naturally to discern our food; and then either receive or refuse
them, as we find occasion. It doth not, therefore, include eating, much less
digestion and turning into nourishment of what is so tasted; for its nature
being only thereby discerned, it may be refused, yea, though we like its relish
and savor, upon some other consideration. Some have observed, that to taste is
as much as to eat; as 2Samuel 2:35, ‘I will not taste bread, or ought else.’
But the meaning is, ‘I will not so much as taste it;’ whence it was impossible
he should eat it. And when Jonathan says he only tasted a little of the honey,
1Samuel 14:29, it was an excuse and extenuation of what he had done. But it is
unquestionably used for some kind of experience of the nature of things:
Proverbs 31:18, ‘She tasteth that her merchandise is good;’ or hath experience
of it, from its increase. Psalm 34:8, ‘O taste and see that the LORD is good:’
which Peter respects, 1Peter 2:3, ‘If so be that ye have tasted that the Lord
is gracious,’ or found it so by experience. It is therefore properly to make an
experiment or trial of any thing, whether it be received or refused; and is
sometimes opposed to eating and digestion, as Matthew 27:34. That, therefore,
which is ascribed unto these persons, is, that they had an experience of the
power of the Holy Ghost, that gift of God, in the dispensation of the gospel,
the revelation of the truth, and institution of the spiritual worship of it; of
this state, and of the excellency of it, they had made some trial, and had some
experience; - a privilege which all men were not made partakers of. And by this
taste they were convinced that it was far more excellent than what they had
been before accustomed unto; although now they had a mind to leave the finest
wheat for their old acorns. Wherefore, although tasting contains a diminution in it, if compared with that spiritual eating and drinking, with
that digestion of gospel truths, turning them into nourishment, which are in
true believers; yet, absolutely considered, it denotes that apprehension and
experience of the excellency of the gospel as administered by the Spirit, which
is a great privilege and spiritual advantage, the contempt whereof will prove
an unspeakable aggravation of the sin, and the remediless ruin of apostates.
The meaning, then, of this character given concerning these apostates is, that
they had some experience of the power and efficacy of the Holy Spirit from
heaven, in gospel administrations and worship. For what some say of faith, it
hath here no place; and what others affirm of Christ, and his being the gift of
God, comes in the issue unto what we have proposed” (= ) - ‘Hebrews’, vol 5, hal 79-80.
Catatan: Owen memberikan penjelasan tentang
kata ‘mengecap’ itu dengan sangat terperinci dan panjang dan karena itu saya
hanya memberikan ringkasan dan hal-hal terpentingnya saja.
Owen menyimpulkan bahwa orang-orang ini
mencicipi dan mengalami, dalam tingkat tertentu, pemberian surgawi ini, tetapi
tidak pernah betul-betul menerimanya dalam hidupnya.
3) ‘mendapat bagian dalam Roh Kudus’.
Owen mengatakan bahwa
Roh Kudus hadir dengan banyak orang berkenaan dengan pekerjaanNya yang
berkuasa, tetapi Ia tidak tinggal dalam diri orang itu.
John Owen: “the Holy Ghost is
present with many as unto powerful operations, with whom He is not present as
to gracious inhabitation; many are made partakers of Him in spiritual gifts,
who are never made partakers of Him in His saving grace” (= Roh Kudus hadir
dengan banyak orang berkenaan dengan pekerjaan-pekerjaan yang berkuasa, dengan
siapa Ia tidak hadir dalam arti ‘tinggal secara murah hati’; banyak orang ambil
bagian dalam Roh Kudus dalam pemberian-pemberian rohani, yang tidak pernah
ambil bagian dari Dia dalam kasih karunia yang menyelamatkan) - ‘Hebrews, abridged’, hal 97.
John Owen: “to partake of him is to have a share, part,
or portion, in what he distributes by way of spiritual gifts; ... So Peter told
Simon the magician, that he had no part in spiritual gifts, he was not partaker
of the Holy Ghost, Acts 8:21. Wherefore to be ‘partaker of the Holy Ghost,’ is
to have a share in and benefit of his spiritual operations. ... It is one thing
for a man to have a share in and benefit by the gifts of the church, another to
be personally himself endowed with them” (= mengambil bagian dari Dia
artinya mendapatkan bagian dalam apa yang Ia distribusikan melalui
karunia-karunia rohani; ... Demikianlah Petrus memberitahu Simon tukang sihir
bahwa ia tidak mendapat bagian dalam karunia-karunia rohani, ia bukanlah
pengambil bagian dari Roh Kudus, Kis 8:21. Karena itu menjadi ‘pengambil bagian
dari Roh Kudus’ berarti mendapat suatu bagian dalam, dan manfaat dari,
operasi-operasi rohaniNya. ... Bahwa seseorang ‘mendapatkan suatu bagian dalam,
dan manfaat oleh, karunia-karunia dari gereja’, merupakan sesuatu yang sangat
berbeda dengan ‘dirinya sendiri diberi secara pribadi dengan hal-hal itu’) - ‘Hebrews’, vol 5, hal 80-81.
Bdk.
Kis 8:17-23 - “(17) Kemudian keduanya menumpangkan tangan di atas mereka,
lalu mereka menerima Roh Kudus. (18) Ketika Simon melihat, bahwa pemberian Roh
Kudus terjadi oleh karena rasul-rasul itu menumpangkan tangannya, ia menawarkan
uang kepada mereka, (19) serta berkata: ‘Berikanlah juga kepadaku kuasa itu,
supaya jika aku menumpangkan tanganku di atas seseorang, ia boleh menerima Roh
Kudus.’ (20) Tetapi Petrus berkata kepadanya: ‘Binasalah kiranya uangmu itu
bersama dengan engkau, karena engkau menyangka, bahwa engkau dapat membeli
karunia Allah dengan uang. (21) Tidak ada bagian atau hakmu dalam perkara
ini, sebab hatimu tidak lurus di hadapan Allah. (22) Jadi bertobatlah dari
kejahatanmu ini dan berdoalah kepada Tuhan, supaya Ia mengampuni niat hatimu
ini; (23) sebab kulihat, bahwa hatimu telah seperti empedu yang pahit dan
terjerat dalam kejahatan.’”.
Catatan: bahwa ‘Roh Kudus’ diartikan
menunjuk bukan kepada diri / pribadi Roh Kudus tetapi pada karunia-karunia dari
Roh Kudus, juga terjadi dalam Ibr 2:4.
Ibr 2:4 - “Allah meneguhkan kesaksian
mereka oleh tanda-tanda dan mujizat-mujizat dan oleh berbagai-bagai penyataan
kekuasaan dan karena Roh Kudus, yang dibagi-bagikanNya menurut
kehendakNya”.
KJV/RSV/NIV/NASB: ‘gifts of the Holy Ghost / Spirit’ (= karunia-karunia dari Roh
Kudus).
Catatan: dalam bahasa Yunaninya kata ‘gifts’ (= karunia-karunia) itu tidak
ada.
Barnes’ Notes
(tentang Ibr 2:4): “The various influences of the Holy Spirit enabling them to
speak different languages, and to perform works beyond the power of man; see
notes on 1 Cor 12:4-11” (= Pengaruh-pengaruh yang bermacam-macam dari Roh Kudus yang
memampukan mereka untuk berbicara dalam bahasa-bahasa yang berbeda, dan untuk
melakukan pekerjaan-pekerjaan yang ada di luar kemampuan manusia; lihat catatan
tentang 1Kor 12:4-11).
4) ‘mengecap firman yang baik dari Allah’.
a) Kata-kata ‘firman yang baik dari Allah’ artinya adalah ‘janji-janji dari injil’.
Owen mengatakan
bahwa dalam Yudaisme / Perjanjian Lama mereka juga mengecap Firman Allah
(Ro 3:2), tetapi ia menambahkan bahwa yang dimaksudkan di sini adalah
Firman Tuhan dalam arti ‘Injil’.
John Owen: “it is the word of
God as preached in the dispensation of the gospel that is eminently thus
called, and concerning which such excellent things are spoken, Rom. 1:16; Acts
20:32; James 1:21” (= adalah firman Allah seperti yang diberitakan dalam
jaman Injil yang secara nyata disebut demikian, dan tentang mana hal-hal yang
sangat bagus seperti itu diucapkan, Ro 1:16; Kis 20:32; Yak 1:21) - ‘Hebrews’, vol 5, hal 82.
b) ‘Mengecap’.
Sama seperti dalam
point no 2) di atas, penulis surat
Ibrani menggunakan kata ‘mengecap’ atau ‘mencicipi’.
John Owen: “Hereof they are said to ‘taste,’ as they
were before of the heavenly gift. The apostle as it were studiously keeps
himself to this expression, on purpose to manifest that he intendeth not those
who by faith do really receive, feed, and live on Jesus Christ, as tendered in
the word of the gospel, John 6:35, 49-51, 54-56. It is as if he had said,
‘I speak not of those who have received and digested the spiritual food of
their souls, and turned it into spiritual nourishment; but of such as have so
far tasted of it, as that they ought to have desired it as ‘sincere milk, to
have grown thereby.’’ But they had received such an experiment of its divine
truth and power, as that it had various effects upon them” (= Tentang ini
mereka dikatakan ‘mengecap / mencicipi’ seperti mereka sebelumnya tentang
karunia surgawi. Seakan-akan sang rasul dengan sangat berhati-hati menjaga
dirinya sendiri pada ungkapan ini, dengan tujuan untuk menyatakan bahwa ia
bukan memaksudkan mereka yang dengan iman betul-betul menerima, memakan, dan
hidup dengan Yesus Kristus, sebagaimana ditawarkan dalam firman dari injil,
Yoh 6:35,49-51,54-56. Seakan-akan ia berkata, “Aku berbicara bukan tentang
mereka yang telah menerima dan mencerna makanan rohani dari jiwa-jiwa mereka,
dan mengubahnya menjadi nutrisi rohani; tetapi tentang orang-orang sejauh yang
telah mencicipinya, pada saat mereka seharusnya menginginkannya sebagai ‘susu
yang murni, supaya bertumbuh olehnya’”. Tetapi mereka telah menerima itu
sebagai suatu percobaan tentang kebenaran dan kuasa ilahinya, karena itu
mempunyai bermacam-macam hasil / akibat pada diri mereka) - ‘Hebrews’, vol 5, hal 82.
Bdk. 1Pet 2:2 -
“Dan jadilah sama seperti bayi yang baru lahir, yang selalu ingin akan air
susu yang murni dan yang rohani, supaya olehnya kamu bertumbuh dan
beroleh keselamatan”.
Owen mengatakan
bahwa ada hal-hal yang baik dalam Firman Tuhan, sehingga ada orang-orang yang
tertarik dan dipengaruhi pikirannya, tetapi yang tidak pernah sampai pada
ketaatan yang sungguh-sungguh terhadap Firman Tuhan itu.
John Owen: “Observe, there is a
goodness and excellency in the word of God, able to attract and affect the
minds of men, who yet never arrive at sincere obedience unto it” (=
Perhatikan bahwa ada kebaikan dalam Firman Allah, yang bisa menarik dan
mempengaruhi pikiran manusia, yang tidak pernah sampai pada ketaatan yang
sungguh-sungguh kepadanya) - ‘Hebrews’,
vol 5, hal 82.
Kata ‘mengecap’
(atau ‘mencicipi’) ini kontras dengan kata-kata ‘makan’ dan ‘minum’ yang
digunakan oleh Yesus dalam Yoh 6:50-58 - “(50) Inilah roti yang turun dari
sorga: Barangsiapa makan dari padanya, ia tidak akan mati. (51) Akulah
roti hidup yang telah turun dari sorga. Jikalau seorang makan dari roti
ini, ia akan hidup selama-lamanya, dan roti yang Kuberikan itu ialah dagingKu,
yang akan Kuberikan untuk hidup dunia.’ (52) Orang-orang Yahudi bertengkar
antara sesama mereka dan berkata: ‘Bagaimana
Ia ini dapat memberikan dagingNya
kepada kita untuk dimakan.’ (53) Maka kata Yesus kepada mereka: ‘Aku berkata
kepadamu, sesungguhnya jikalau kamu tidak makan daging Anak Manusia dan minum
darahNya, kamu tidak mempunyai hidup di dalam dirimu. (54) Barangsiapa makan
dagingKu dan minum darahKu, ia mempunyai hidup yang kekal dan Aku akan
membangkitkan dia pada akhir zaman. (55) Sebab dagingKu adalah benar-benar
makanan dan darahKu adalah benar-benar minuman. (56) Barangsiapa makan
dagingKu dan minum darahKu, ia tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam
dia. (57) Sama seperti Bapa yang hidup mengutus Aku dan Aku hidup oleh Bapa,
demikian juga barangsiapa yang memakan Aku, akan hidup oleh Aku. (58)
Inilah roti yang telah turun dari sorga, bukan roti seperti yang dimakan nenek
moyangmu dan mereka telah mati. Barangsiapa makan roti ini, ia akan
hidup selama-lamanya.’”.
Beberapa contoh
dimana orang non kristen senang mendengar Firman Tuhan, tetapi tidak
betul-betul menerimanya / mentaatinya, adalah:
1. Orang-orang yang
termasuk dalam golongan tanah berbatu.
Mat 13:20-21 -
“(20) Benih yang ditaburkan di tanah yang berbatu-batu ialah orang yang
mendengar firman itu dan segera menerimanya dengan gembira. (21) Tetapi ia
tidak berakar dan tahan sebentar saja. Apabila datang penindasan atau
penganiayaan karena firman itu, orang itupun segera murtad”.
2. Herodes yang senang
mendengar ajaran Yohanes Pembaptis (Mark 6:20b).
Mark 6:20 - “sebab
Herodes segan akan Yohanes karena ia tahu, bahwa Yohanes adalah orang yang
benar dan suci, jadi ia melindunginya. Tetapi apabila ia mendengarkan Yohanes, hatinya
selalu terombang-ambing, namun ia merasa senang juga mendengarkan dia”.
3. Orang-orang Yahudi
yang mendengar Yohanes Pembaptis (Yoh 5:35).
Yoh 5:35 - “Ia
(Yohanes Pembaptis) adalah pelita yang menyala dan yang bercahaya dan kamu
hanya mau menikmati seketika saja cahayanya itu”.
5) ‘karunia-karunia dunia yang akan datang’.
KJV: ‘the powers of the
world to come’ (= kuasa-kuasa dunia yang akan
datang).
NIV: ‘the powers of the coming
age’ (= kuasa-kuasa dari jaman yang
mendatang).
TB2-LAI: ‘kuasa-kuasa dunia yang akan datang’.
Tetapi dalam
penafsirannya, kelihatannya Owen justru sesuai dengan terjemahan dari Kitab
Suci Indonesia.
John Owen: “the mighty, great, miraculous operations
and works of the Holy Ghost” (= operasi-operasi dan pekerjaan-pekerjaan
yang hebat, besar, bersifat mujijat dari Roh Kudus) - ‘Hebrews’, vol 5, hal 83.
John Owen: “by ‘the world to come,’ our apostle in this
epistle intends the days of the Messiah, that being the usual name of it in the
church at that time, as the new world which God had promised to create” (=
dengan ‘dunia yang akan datang’, rasul kita dalam surat ini memaksudkan
hari-hari / jaman dari Mesias, karena itu merupakan sebutan yang umum darinya
dalam gereja pada saat itu, seperti dunia / alam semesta yang baru yang Allah
telah janjikan untuk ciptakan) - ‘Hebrews’,
vol 5, hal 83.
John Owen: “Wherefore these ‘powers of the world to
come,’ were the gifts whereby those signs, wonders, and mighty works, were then
wrought by the Holy Ghost, according as it was foretold by the prophets that
they should be so” (= Karena itu / maka ‘kuasa-kuasa dari dunia yang akan
datang’ ini, adalah karunia-karunia dengan mana tanda-tanda, mujijat-mujijat,
dan pekerjaan-pekerjaan hebat itu, yang pada saat itu dilakukan oleh Roh Kudus,
sesuai dengan yang diramalkan oleh nabi-nabi bahwa harus terjadi seperti itu) -
‘Hebrews’, vol 5, hal 83.
Kata ‘mengecap’
dalam point no 4) di atas oleh Owen juga diberlakukan untuk point ke 5) ini,
dan dari kalimat dalam ay 5 terlihat dengan jelas bahwa itu memang benar.
Perhatikan kalimat dari ay 5 sekali lagi.
Ay 5: “dan yang mengecap (Yunani: GEUSAMENOUS) firman yang baik dari Allah dan (Yunani:
TE) karunia-karunia dunia yang akan
datang”.
Jelas bahwa kata
‘mengecap’ itu berlaku baik untuk ‘firman yang baik dari Allah’ maupun untuk
‘karunia-karunia dunia yang akan datang’.
John Owen: “These the persons spoken of are supposed to
have ‘tasted;’ for the particle te refers
to geusame>nouv foregoing. Either
they had been wrought in and by themselves, or by others in their sight,
whereby they had an experience of the glorious and powerful working of the Holy
Ghost in the confirmation of the gospel” [=
Orang-orang yang dibicarakan ini dianggap telah ‘mengecap’; karena partikel TE
(dan) menunjuk pada GEUSAMENOUS (mengecap) yang mendahuluinya. Atau hal-hal itu
telah dilakukan dalam dan oleh diri mereka sendiri, atau oleh orang-orang lain
dalam pandangan mereka, dengan mana mereka mempunyai suatu pengalaman tentang
pekerjaan yang mulia dan berkuasa dari Roh Kudus dalam peneguhan dari injil] - ‘Hebrews’, vol 5, hal 83.
Sekarang mari kita memperhatikan seluruh
kontext, untuk melihat tentang siapa penulis surat Ibrani berbicara, dalam Ibr
6:4-6 ini.
Ibr 5:11-6:10 - “(5:11)
Tentang hal itu banyak yang harus kami katakan, tetapi yang sukar untuk
dijelaskan, karena kamu telah lamban dalam hal mendengarkan. (5:12)
Sebab sekalipun kamu, ditinjau dari sudut waktu, sudah seharusnya
menjadi pengajar, kamu masih perlu lagi diajarkan asas-asas pokok dari
penyataan Allah, dan kamu masih memerlukan susu, bukan makanan keras.
(5:13) Sebab barangsiapa masih memerlukan susu ia tidak memahami ajaran tentang
kebenaran, sebab ia adalah anak kecil. (5:14) Tetapi makanan keras adalah untuk
orang-orang dewasa, yang karena mempunyai pancaindera yang terlatih untuk
membedakan yang baik dari pada yang jahat. (6:1) Sebab itu marilah kita
tinggalkan asas-asas pertama dari ajaran tentang Kristus dan beralih kepada
perkembangannya yang penuh. Janganlah kita meletakkan lagi dasar
pertobatan dari perbuatan-perbuatan yang sia-sia, dan dasar kepercayaan kepada
Allah, (6:2) yaitu ajaran tentang pelbagai pembaptisan, penumpangan tangan,
kebangkitan orang-orang mati dan hukuman kekal. (6:3) Dan itulah yang akan kita
perbuat, jika Allah mengizinkannya. (6:4) Sebab mereka yang
pernah diterangi hatinya, yang pernah mengecap karunia sorgawi, dan yang pernah
mendapat bagian dalam Roh Kudus, (6:5) dan yang mengecap firman yang baik dari
Allah dan karunia-karunia dunia yang akan datang, (6:6) namun yang murtad lagi,
tidak mungkin dibaharui sekali lagi sedemikian, hingga mereka bertobat, sebab mereka menyalibkan lagi Anak Allah bagi diri mereka dan menghinaNya di muka umum. (6:7)
Sebab tanah yang menghisap air hujan yang sering turun ke atasnya, dan yang
menghasilkan tumbuh-tumbuhan yang berguna bagi mereka yang mengerjakannya,
menerima berkat dari Allah; (6:8) tetapi jikalau tanah itu menghasilkan semak
duri dan rumput duri, tidaklah ia berguna dan sudah dekat pada kutuk, yang
berakhir dengan pembakaran. (6:9) Tetapi, hai
saudara-saudaraku yang kekasih, sekalipun kami berkata demikian tentang kamu,
kami yakin, bahwa kamu memiliki sesuatu yang lebih baik, yang mengandung
keselamatan. (6:10) Sebab Allah bukan tidak adil, sehingga Ia lupa akan
pekerjaanmu dan kasihmu yang kamu tunjukkan terhadap
namaNya oleh pelayanan kamu kepada orang-orang kudus, yang masih kamu
lakukan sampai sekarang”.
Dalam Ibr 5:11-6:3 penulis surat Ibrani menggunakan kata ‘kamu’ atau ‘kita’.
Kedua kata ini tak terlalu saya bedakan, karena ‘kita’ mencakup ‘kamu’ +
Penulis surat
Ibrani itu sendiri. Dan dalam Ibr 6:7-10, ia kembali menggunakan kata ‘kamu’,
dan itu jelas menunjuk kepada ‘saudara-saudaraku yang kekasih’ pada awal Ibr
6:9!
TETAPI, dalam Ibr 6:4-6, penulis ini
menggunakan kata ganti orang yang sama sekali berbeda, yaitu ‘mereka’! Jelas bahwa ia
sedang membicarakan orang-orang yang berbeda dengan orang-orang percaya yang
dalam sepanjang text ini ia sebut sebagai ‘kamu’! Kata ‘mereka’ ini bukan menunjuk
kepada orang-orang percaya, Liauw! Ini menunjuk kepada orang-orang kristen KTP!
• “yang telah menyimpang dari
kebenaran dengan mengajarkan bahwa kebangkitan kita telah berlangsung dan
dengan demikian merusak iman sebagian orang.” (2 Tim. 2:18)
Tanggapan Budi Asali:
Dalam mengutip 2Tim 2:18, jangan berhenti di
situ, tetapi lanjutkan dengan 2Tim 2:19nya!
2Tim 2:18-19 - “(18) yang telah menyimpang dari
kebenaran dengan mengajarkan bahwa kebangkitan kita telah berlangsung dan
dengan demikian merusak iman sebagian orang. (19) Tetapi dasar yang diletakkan Allah itu teguh dan meterainya ialah: ‘Tuhan mengenal siapa kepunyaanNya’
dan ‘Setiap orang yang menyebut nama Tuhan hendaklah meninggalkan kejahatan.’”.
Kata ‘tetapi’ pada awal ay 19nya jelas menunjukkan suatu kontras. Jadi,
kalau ay 18nya bicara tentang orang-orang kristen KTP, maka ay 19nya bicara
tentang orang-orang kristen yang sejati!
Calvin (tentang 2Tim 2:19): “‘Nevertheless the foundation of God standeth firm.’ We know too well,
by experience, how much scandal is produced by the apostasy of those who at one
time professed the same faith with ourselves. This is especially the case with
those who were extensively known, and who had a more brilliant reputation than
others; for, if any of the common people apostatize, we are not so deeply
affected by it. But they who in the ordinary opinion of men held a
distinguished rank, having been formerly regarded as pillars, cannot fall in
this manner, without involving others in the same ruin with themselves; at
least, if their faith has no other support. This is the subject which Paul has
now in hand; for he declares that there is no reason why believers should lose
heart, although they see those persons fall, whom they were wont to reckon the
strongest. He makes use of this consolation, that the levity or treachery of
men cannot hinder God from preserving his Church to the last. And first he
reminds us of the election of God, which he metaphorically calls ‘a foundation,’ expressing by this
word the firm and enduring constancy of it. Yet all this tends to prove the
certainty of our salvation, if we are of the elect of God. As if he had said,
‘The elect do not depend on changing events, but rest on a solid and immovable
foundation; because their salvation is in the hand of God.’ For as ‘every plant which the heavenly Father hath not planted must
be rooted up,’ (Matthew 15:13,) so a root, which
has been fixed by his hand, is not liable to be injured by any winds or storms.
First of all, therefore, let us hold this principle, that, amidst so great
weakness of our flesh, the elect are nevertheless beyond the reach of danger,
because they do not stand by their own strength, but are founded on God. And if
foundations laid by the hand of men have so much firmness, how much more solid
will be that which has been laid by God himself? I am aware that some refer this to doctrine, ‘Let no man
judge of the truth of it from the unsteadfastness of men;’ but it may easily be
inferred from the context, that Paul speaks of the Church of God, or of the elect” (= ).
Catatan: Calvin, sama dengan
penafsir-penafsir kuno yang lain, percaya bahwa penulis surat Ibrani adalah Paulus; menurut saya ini
salah.
• “Sebab jika mereka, oleh
pengenalan mereka akan Tuhan dan Juruselamat kita, Yesus Kristus, telah
melepaskan diri dari kecemaran-kecemaran dunia, tetapi terlibat lagi di
dalamnya, maka akhirnya keadaan mereka lebih buruk dari pada yang semula.
Karena itu bagi mereka adalah lebih baik, jika mereka tidak pernah mengenal
Jalan Kebenaran dari pada mengenalnya, tetapi kemudian berbalik dari perintah
kudus yang disampaikan kepada mereka. Bagi mereka cocok apa yang dikatakan
peribahasa yang benar ini: "Anjing kembali lagi ke muntahnya, dan babi
yang mandi kembali lagi ke kubangannya.” (2 Petrus 2:20-22)
Tanggapan Budi Asali:
Tentang 2Pet 2:20-22 ini, saya sama sekali tidak mengerti bagaimana
anda bisa mengutip text ini, karena jelas sekali dari awal dari 2Pet 2, seluruh
kontext menunjuk kepada nabi-nabi palsu! Juga dalam ay 22 mereka
disebut ‘babi’ dan ‘anjing’, dan semua ini tidak memungkinkan untuk menafsirkan
bahwa mereka adalah orang-orang kristen yang sejati yang kehilangan
keselamatannya, tetapi menunjuk kepada orang-orang kristen KTP yang tidak
pernah diselamatkan!
Jadi, penyelidikan
yang jujur dan terbuka atas Firman Tuhan, menempatkan iman sebagai syarat
mendapatkan dan terus di dalam keselamatan, dan hal ini membuka kemungkinan
bagi mereka yang sudah selamat (sudah memiliki iman) untuk meninggalkan iman
(dan terhilang).
Tanggapan Budi Asali:
‘Penyelidikan’,
Liauw??? Anda tak menyelidiki, tetapi hanya mencomot seadanya ayat yang
seolah-olah mendukung pandangan anda, tanpa mempedulikan kontextnya,
membandingkan dengan ayat-ayat lain, dan sebagainya. Tidak heran anda sampai
pada kesimpulan yang salah, tetapi mengira itu sebagai kesimpulan yang
Alkitabiah!
Kalau anda memang melakukan penyelidikan
berkanaan dengan apakah orang kristen yang sejati bisa kehilangan iman, maka
setidaknya anda harus mempertimbangkan text ini, yaitu Yeh 34.
Yeh 34:1-16 - “(1) Lalu datanglah firman TUHAN
kepadaku: (2) ‘Hai anak manusia, bernubuatlah melawan gembala-gembala Israel, bernubuatlah dan katakanlah kepada
mereka, kepada gembala-gembala itu: Beginilah firman Tuhan ALLAH: Celakalah
gembala-gembala Israel,
yang menggembalakan dirinya sendiri! Bukankah domba-domba yang seharusnya
digembalakan oleh gembala-gembala itu? (3) Kamu menikmati susunya, dari bulunya
kamu buat pakaian, yang gemuk kamu sembelih, tetapi domba-domba itu sendiri
tidak kamu gembalakan. (4) Yang lemah tidak kamu kuatkan, yang sakit tidak kamu
obati, yang luka tidak kamu balut, yang tersesat tidak kamu bawa pulang,
yang hilang tidak kamu cari, melainkan kamu injak-injak mereka dengan
kekerasan dan kekejaman. (5) Dengan demikian mereka berserak, oleh
karena gembala tidak ada, dan mereka menjadi makanan bagi segala binatang di
hutan. Domba-dombaKu berserak (6) dan tersesat di semua gunung dan di semua
bukit yang tinggi; ya, di seluruh tanah itu domba-dombaKu berserak, tanpa
seorangpun yang memperhatikan atau yang mencarinya. (7) Oleh sebab itu, hai
gembala-gembala, dengarlah firman TUHAN: (8) Demi Aku yang hidup, demikianlah
firman Tuhan ALLAH, sesungguhnya oleh karena domba-dombaKu menjadi mangsa dan
menjadi makanan bagi segala binatang di hutan, lantaran yang menggembalakannya
tidak ada, oleh sebab gembala-gembalaKu tidak memperhatikan domba-dombaKu,
melainkan mereka itu menggembalakan dirinya sendiri, tetapi domba-dombaKu tidak
digembalakannya - (9) oleh karena itu, hai gembala-gembala, dengarlah firman
TUHAN: (10) Beginilah firman Tuhan ALLAH: Aku sendiri akan menjadi lawan
gembala-gembala itu dan Aku akan menuntut kembali domba-dombaKu dari mereka dan
akan memberhentikan mereka menggembalakan domba-dombaKu. Gembala-gembala itu
tidak akan terus lagi menggembalakan dirinya sendiri; Aku akan melepaskan
domba-dombaKu dari mulut mereka, sehingga tidak terus lagi menjadi makanannya.
(11) Sebab beginilah firman Tuhan ALLAH: Dengan sesungguhnya Aku sendiri akan memperhatikan domba-dombaKu dan
akan mencarinya. (12) Seperti seorang
gembala mencari dombanya pada waktu domba itu tercerai dari kawanan dombanya,
begitulah Aku akan mencari domba-dombaKu dan Aku
akan menyelamatkan mereka dari segala tempat, ke mana mereka diserahkan
pada hari berkabut dan hari kegelapan. (13) Aku akan membawa mereka keluar
dari tengah bangsa-bangsa dan mengumpulkan mereka dari negeri-negeri dan membawa
mereka ke tanahnya; Aku akan menggembalakan mereka di atas gunung-gunung Israel,
di alur-alur sungainya dan di semua tempat kediaman orang di tanah itu. (14) Di
padang rumput yang baik akan Kugembalakan mereka
dan di atas gunung-gunung Israel
yang tinggi di situlah tempat penggembalaannya; di sana
di tempat penggembalaan yang baik mereka akan berbaring dan rumput yang subur
menjadi makanannya di atas gunung-gunung Israel. (15) Aku sendiri akan
menggembalakan domba-dombaKu dan Aku akan membiarkan mereka berbaring,
demikianlah firman Tuhan ALLAH. (16) Yang
hilang akan Kucari, yang tersesat akan Kubawa pulang, yang luka akan
Kubalut, yang sakit akan Kukuatkan, serta yang gemuk dan yang kuat akan
Kulindungi; Aku akan menggembalakan mereka sebagaimana seharusnya”.
Jelas bahwa dalam text di atas ini Allah
mengkontraskan diriNya sendiri dengan gembala-gembala yang brengsek. Para
gembala yang brengsek itu, salah satu cirinya adalah ‘tidak mencari domba-domba
yang terhilang / tersesat’ (ay 4-6), sedangkan Allah sebagai Gembala yang baik
justru sebaliknya, yaitu mencari domba-domba yang hilang / tersesat,
menyelamatkan mereka dari segala tempat dan membawa mereka pulang (ay
11-12,16)!
Kalau, seperti ajaran anda, bahwa orang kristen
yang sejati bisa kehilangan iman, dan berarti kehilangan keselamatan, maka
bagaimana anda menafsirkan kata-kata yang saya beri garis bawah ganda dalam Yeh
34:1-16 itu? Jelas dikatakan Allah akan mencari domba-domba yang hilang /
tersesat, dan menyelamatkan mereka dari segala tempat, dan membawa mereka
pulang!
Saya akan menambahkan pandangan Dabney yang
mengatakan bahwa kalau semua janji Tuhan dalam Injil diberi persyaratan ‘asal
orang percaya itu tidak mundur / murtad’, maka janji itu menjadi tidak ada
harganya.
Robert Louis Dabney:
“I am
well aware that the force of these and all similar passages has been met, by
asserting that in all gospel promises there is a condition implied, viz: That
they shall be fulfilled, provided the believer does not backslide, on his part,
from his gospel privileges. But is this all which these seemingly precious
words mean? Then they mean nothing. To him who knows his own heart, what is
that promise of security worth, which offers him no certainty to secure him
against his own weakness? ‘All his sufficiency is of God.’ See also Rom. 7:21. If
his enjoyment of the promised grace is suspended upon his own perseverance in
cleaving to it, then his apostasy is not a thing possible, or probable, but
certain. There is no hope in the gospel”
(= Saya sadar bahwa kekuatan dari text-text ini dan text-text yang serupa telah
dijawab dengan menegaskan bahwa dalam semua janji-janji Injil secara implicit
ada suatu syarat, yaitu: bahwa janji-janji itu akan digenapi, asal orang
percaya itu tidak mundur, dari hak-hak injil. Tetapi apakah ini arti dari semua
kata-kata yang berharga itu? Maka janji-janji itu tidak berharga apa-apa. Bagi
dia yang mengenal hatinya sendiri, apa nilai dari janji keamanan itu, yang
tidak menawarkan kepadanya kepastian untuk mengamankan dia terhadap kelemahannya
sendiri? ‘Semua kecukupannya adalah dari Allah’. Lihat juga Ro 7:21. Jika
kemungkinan menikmati kasih karunia yang dijanjikan itu tergantung pada
ketekunannya dalam berpegang kepadanya, maka kemurtadannya bukan hanya mungkin
terjadi, tetapi pasti terjadi. Maka tidak ada pengharapan dalam injil) - ‘Lectures in Systematic Theology’, hal
693-694.
Catatan:
Kutipan ayat dari 2Kor 3:5b versi KJV.
Ro 7:21 - “Demikianlah aku dapati hukum ini:
jika aku menghendaki berbuat apa yang baik, yang jahat itu ada padaku”.
Dabney lalu menambahkan: “And when such a condition is thrust into such a promise as that of
Jno. 10:27: ‘None shall pluck them out of My hand,’ provided they do not choose
to let themselves be plucked away; are we to suppose that Christ did not know
that common Bible truth, that the only way any spiritual danger can assail any
soul successfully, is by persuasion: that unless the adversary can get the
consent of the believer’s free will, he cannot harm him? ... Surely Jesus knew
this; and if this supposed condition is to be understood, then this precious
promise would be but a worthless and pompous truism. ‘Your soul shall never be
destroyed, unless in a given way,’ and that way, the only and the common way,
in which souls are ever destroyed. ‘You shall never fall, as long as you stand
up.’” (= Dan pada saat persyaratan seperti itu dimasukkan ke dalam suatu
janji seperti Yoh 10:27: ‘seorangpun tidak akan merebut mereka dari tanganKu’,
asalkan mereka tidak memilih untuk membiarkan diri mereka direbut; apakah kita
menganggap bahwa Kristus tidak tahu akan kebenaran umum dari Alkitab, bahwa
satu-satunya jalan melalui mana bahaya rohani bisa menyerang jiwa dengan
sukses, adalah melalui bujukan: bahwa kecuali sang musuh / setan bisa
mendapatkan persetujuan dari kehendak bebas orang percaya, ia tidak bisa
menyakiti / merugikannya? ... Jelas Yesus mengetahui hal ini; dan jika syarat
ini ada dalam janji itu, maka janji yang berharga itu menjadi tak berharga dan
hanya merupakan suatu kebenaran yang dibesar-besarkan. ‘Jiwamu tidak akan
pernah dihancurkan, kecuali dengan cara tertentu’, dan cara itu adalah
satu-satunya cara dan merupakan cara yang umum, melalui mana jiwa-jiwa
dihancurkan. ‘Engkau tidak akan pernah jatuh, selama engkau berdiri’) - ‘Lectures in Systematic Theology’, hal
694.
Catatan:
ayat yang dimaksud sebetulnya bukan Yoh 10:27 tetapi Yoh 10:28.
Mungkin kata-kata Dabney ini agak mbulet dan
sukar dimengerti oleh orang kristen yang tidak terbiasa dengan bahasa
theologia. Karena itu saya mencoba untuk menjelaskannya dengan kata-kata saya
sendiri di bawah ini.
Kejatuhan manusia selalu terjadi karena adanya
bujukan setan yang lalu dituruti oleh manusia. Jadi ini merupakan jalan yang
umum untuk jatuh. Yesus sendiri pasti mengetahui hal ini. Dan karena itu Ia
tidak mungkin memberikan janji sebagai berikut: ‘seorangpun tidak akan merebut
mereka dari tanganKu, asalkan mereka tidak menyerah pada bujukan setan’. Mengapa? Karena perkecualian
yang Ia berikan justru merupakan jalan yang umum bagi manusia untuk jatuh.
Dengan memberikan perkecualian seperti ini, maka janji itu menjadi tidak ada
harganya.
Illustrasi:
·
ada seseorang yang berlatih angkat besi dengan maksud mengikuti
suatu kejuaraan angkat besi. Lalu ada seorang pelatih angkat besi yang
melatihnya, dan memberinya jaminan sebagai berikut: ‘Saya menjamin engkau pasti
menang, asalkan waktu mengangkat barbel, engkau bertekun sehingga barbel itu
naik ke atas’. Bukankah ini suatu lelucon? Semua lifter gagal dalam
kejuaraan angkat besi, karena mereka tidak berhasil mengangkat barbelnya.
Dengan demikian jaminan yang ia berikan merupakan jaminan yang kosong.
·
ada seorang pelatih sirkus yang melatih orang untuk berjalan di atas
tali. Dan ia memberikan jaminan kepada orang yang ia latih dengan kata-kata
sebagai berikut: ‘Saya menjamin engkau pasti bisa sampai ke seberang, asal
engkau tidak kehilangan keseimbanganmu’. Semua orang tahu bahwa seorang
yang berjalan di atas tali akan gagal sampai ke seberang kalau ia kehilangan
keseimbangannya. Itu jalan yang umum yang menyebabkan seseorang tidak sampai ke
seberang. Kalau pelatih itu memberikan jaminan, dengan hal itu sebagai
perkecualian, maka jaminan yang ia berikan menjadi tidak ada harganya!
Demikian juga adanya perkecualian / persyaratan yang diberikan
oleh orang Arminian terhadap janji-janji dari Injil, menyebabkan janji-janji
Injil itu kosong dan tak berguna.
Dabney menambahkan lagi: “the promise in Jer. 32:40, ... most expressly engages God to preserve
believers from this very thing - their own backsliding. Not only does He engage that He will not
depart from them, but ‘He will put His fear in their heart, so that they shall
not depart from Him.’” (= janji dalam Yer 32:40, ... dengan
cara yang paling jelas mengikat Allah dengan janji untuk menjaga orang-orang
percaya justru dari hal yang satu ini - kemunduran mereka sendiri. Ia bukan
hanya berjanji bahwa Ia tidak akan meninggalkan mereka, tetapi ‘Ia akan menaruh
rasa takutNya dalam hati mereka, sehingga mereka tidak akan meninggalkan Dia’)
- ‘Lectures in Systematic Theology’,
hal 694.
Yer 32:40 - “Aku akan mengikat perjanjian kekal dengan mereka, bahwa Aku tidak akan
membelakangi mereka, melainkan akan berbuat baik kepada mereka; Aku akan
menaruh takut kepadaKu ke dalam hati mereka, supaya mereka jangan menjauh dari
padaKu”.
Inilah ajaran Reformed! Allah bukan hanya
berjanji untuk menyelamatkan, tetapi juga berjanji akan menolong mereka
sedemikian rupa sehingga mereka tidak akan murtad!
Pendukung SSTS suka menunjuk pada
ayat-ayat yang mengandung janji-janji yang indah dari Allah, dan mengatakan
bahwa pada ayat-ayat ini tidak tercantum adanya syarat. Sebenarnya, harus
dimengerti bahwa Alkitab itu adalah satu kitab. Allah tidak perlu mengulangi
hal yang sama dalam setiap ayat. Jika sudah jelas
tercantum dalam ayat-ayat yang kita bahas di atas, bahwa tinggal dalam
iman (tetap percaya Yesus) adalah syarat untuk keselamatan, maka Allah tidak
perlu mengulangi syarat ini setiap kali Ia memberikan sebuah janji. Sekali
syarat itu sudah dinyatakan dengan jelas di minimal satu perikop (dan dalam
Alkitab terdapat banyak), maka syarat itu tentunya berlaku pada semua perikop
dalam Alkitab.
Tanggapan Budi Asali:
Ayat-ayat anda di atas sudah saya gugurkan
semua, jadi mau dibandingkan dengan ayat yang mana?
Saya tetap mempercayai bahwa iman adalah syarat
keselamatan, dan iman adalah syarat untuk tetap selamat. Tetapi saya juga
mempercayai bahwa Allah akan menjaga iman dari semua orang kristen yang sejati.
Fil 1:6 - “Akan hal ini aku yakin sepenuhnya,
yaitu Ia, yang memulai pekerjaan yang baik di antara kamu, akan
meneruskannya sampai pada akhirnya pada hari Kristus Yesus”.
1Kor 1:8-9 - “(8) Ia juga akan meneguhkan
kamu sampai kepada kesudahannya, sehingga kamu tak bercacat pada hari Tuhan
kita Yesus Kristus. (9) Allah, yang memanggil kamu kepada persekutuan dengan
AnakNya Yesus Kristus, Tuhan kita, adalah setia”.
Yudas 24-25 - “(24) Bagi Dia, yang berkuasa
menjaga supaya jangan kamu tersandung dan yang membawa kamu dengan tak bernoda
dan penuh kegembiraan di hadapan kemuliaanNya, (25) Allah yang esa,
Juruselamat kita oleh Yesus Kristus, Tuhan kita, bagi Dia adalah kemuliaan,
kebesaran, kekuatan dan kuasa sebelum segala abad dan sekarang dan sampai
selama-lamanya. Amin”.
4. Semua Berkat yang Terkait
dengan Keselamatan Adalah Milik Saya Karena Saya Ada Dalam Kristus Banyak
pendukung “sekali selamat tetap selamat” (SSTS), menggunakan argumen-argumen
yang bersifat emosional, yang sesungguhnya tidak lulus jika dicermati secara
Alkitabiah. Mereka menggunakan argumen seperti: “Agar
saya dapat kehilangan keselamatan saya, saya harus merebut jiwa saya
sendiri dari tangan Allah, membongkar meterai Roh Kudus, menyangkal bahwa saya
anak Allah, membatalkan kewargaan saya di surga, dan lain-lain.” Argumen
seperti ini menunjukkan salah pengertian yang mendalam tentang gambaran yang
sebenarnya di mata Allah.
Tanggapan Budi Asali:
Yang saya beri warna biru itu argumentasi dari
siapa, Liauw??? Adalah tidak masuk akal ada Calvinist manapun yang
berargumentasi seperti itu, karena Calvinist yang sejati tidak percaya bahwa
orang kristen yang sejati bisa kehilangan keselamatannya!
Alkitab mengatakan bahwa semua
berkat yang kita miliki, kita miliki dalam Kristus! “Terpujilah Allah dan Bapa
Tuhan kita Yesus Kristus yang dalam Kristus telah mengaruniakan kepada kita segala
berkat rohani di dalam sorga” (Ef. 1:3). Bacalah Efesus 1:1-14, dan penekanan perikop itu adalah tentang apa yang kita miliki
“dalam Kristus,” termasuk semua berkat, pemilihan kita, status kita
sebagai anak, penebusan, pengampunan dosa, dan meterai Roh Kudus. Kita memiliki
semua ini bukan karena kehebatan kita sendiri ataupun karena kita layak, tetapi
karena kita berhubungan dengan Kristus. Dengan kata lain, ketika Allah
Bapa melihat kita, Ia melihat kita sebagai anak-anakNya, bukan karena sesuatu
dalam diri kita sendiri, tetapi karena kita terhubung dengan Kristus.
Tanggapan Budi Asali:
Omong kosong. Kalau mau menguraikan suatu ayat
atau text, tuliskan ayat / textnya, Liauw, supaya orang bisa mengerti anda
ngawur atau tidak.
Ef 1:3-14 - “(3) Terpujilah Allah dan Bapa
Tuhan kita Yesus Kristus yang dalam Kristus telah mengaruniakan kepada kita
segala berkat rohani di dalam sorga. (4) Sebab di dalam Dia Allah telah
memilih kita sebelum dunia dijadikan,
supaya kita kudus dan tak bercacat di hadapan-Nya. (5) Dalam kasih Ia telah
menentukan kita dari semula oleh
Yesus Kristus untuk menjadi anak-anakNya, sesuai dengan kerelaan
kehendakNya, (6) supaya terpujilah kasih karuniaNya yang mulia, yang
dikaruniakanNya kepada kita di dalam Dia, yang dikasihiNya. (7) Sebab di dalam
Dia dan oleh darahNya kita beroleh penebusan, yaitu pengampunan dosa, menurut
kekayaan kasih karuniaNya, (8) yang dilimpahkanNya kepada kita dalam segala
hikmat dan pengertian. (9) Sebab Ia telah menyatakan rahasia kehendakNya kepada
kita, sesuai dengan rencana kerelaanNya, yaitu rencana kerelaan yang dari
semula telah ditetapkanNya di dalam Kristus (10) sebagai persiapan kegenapan
waktu untuk mempersatukan di dalam Kristus sebagai Kepala segala sesuatu, baik
yang di sorga maupun yang di bumi. (11) Aku katakan ‘di dalam Kristus’, karena
di dalam Dialah kami mendapat bagian yang dijanjikan - kami yang dari semula ditentukan untuk menerima
bagian itu sesuai dengan maksud Allah, yang di dalam segala sesuatu bekerja
menurut keputusan kehendakNya - (12) supaya kami, yang sebelumnya telah menaruh
harapan pada Kristus, boleh menjadi puji-pujian bagi kemuliaanNya. (13) Di
dalam Dia kamu juga - karena kamu telah mendengar firman kebenaran, yaitu Injil
keselamatanmu - di dalam Dia kamu juga, ketika kamu percaya, dimeteraikan
dengan Roh Kudus, yang dijanjikanNya itu. (14) Dan Roh Kudus itu adalah jaminan
bagian kita sampai kita memperoleh seluruhnya, yaitu penebusan yang menjadikan
kita milik Allah, untuk memuji kemuliaanNya”.
Coba perhatikan tulisan anda yang saya beri
warna biru. Untuk jelasnya, tulisan anda di atas yang saya beri warna biru itu
saya kutip lagi.
Anda mengatakan ‘penekanan perikop itu adalah tentang apa yang kita miliki
“dalam Kristus,” termasuk semua berkat, pemilihan kita, status kita sebagai
anak, penebusan, pengampunan dosa, dan meterai Roh Kudus. Kita memiliki semua
ini bukan karena kehebatan kita sendiri ataupun karena kita layak, tetapi
karena kita berhubungan dengan Kristus’.
Kalau ‘berkat’, ‘status sebagai anak’,
‘penebusan’, ‘pengampunan dosa’, dan ‘meterai Roh Kudus’, saya setuju. Tetapi
‘pemilihan kita’, itu dinyatakan secara explicit dalam Ef 1:4,5,11 sebagai
terjadi ‘sebelum dunia dijadikan’ dan ‘dari semula’. Jadi, Liauw, mana yang
terjadi lebih dulu: ‘pemilihan kita’ atau ‘kita beriman’???? Jelas pemilihan
terjadi lebih dulu, bukan? Lalu bagaimana mungkin berimannya kita itu yang
menyebabkan pemilihan?
Bdk. Kis 13:48 - “Mendengar itu bergembiralah
semua orang yang tidak mengenal Allah dan mereka memuliakan firman Tuhan; dan semua
orang yang ditentukan Allah untuk hidup yang kekal, menjadi percaya”.
Lagi-lagi dalam ayat ini, karena mereka sudah
ditentukan Allah untuk hidup yang kekal, maka mereka menjadi percaya! Pemilihan
yang menyebabkan kita bisa beriman, jangan dibalik! Anda meletakkan kereta di
depan kudanya, Liauw!
Baca Galatia 3:29 “Dan jikalau kamu
adalah milik Kristus, maka kamu juga adalah keturunan Abraham dan berhak
menerima janji Allah.” Perhatikan kata “jika”!! Jika kamu milik Kristus, kamu
memiliki semua janji Allah. Jadi, barangsiapa tidak ada di dalam Kristus, maka
ia tidak memiilki janji-janji itu. Pertanyaannya ialah, bagaimanakah kita bisa
berada dalam Kristus atau terhubung dengan Kristus? Jawabannya adalah dengan
iman!!
Tanggapan Budi Asali:
Setuju, Liauw. Janji apa? Janji hidup kekal,
pengampunan dosa, pengangkatan sebagai anak, semua OK! Tetapi tidak mungkin
‘pemilihan’. Ini bukan janji! Ini sudah dilakukan sebelum dunia dijadikan (Ef
1:4)! Jadi, mana mungkin ini diberikan pada waktu kita beriman?
Kristus disebut Adam kedua. Kita
terhubung dengan Adam pertama melalui proses kelahiran, dan kita akan mati
karena hubungan kita kepada Adam pertama itu. Kita dapat terhubung pada Adam
Kedua, bukan melalui kelahiran, tetapi melalui iman (kelahiran kembali). Jadi,
kondisi berada dalam Kristus, itu bergantung pada iman kita padaNya. Jika kita
tidak memiliki iman, kita tidak ada dalam Kristus. Mereka yang beriman adalah
mereka yang ada dalam Kristus. Efesus 3:17 sangat jelas, “sehingga oleh imanmu
Kristus diam di dalam hatimu dan kamu berakar serta berdasar di dalam kasih.”
Alkitab penuh dengan referensi bahwa kita berada dalam Kristus, atau terhubung
dengan Kristus, melalui iman.
Tanggapan Budi Asali:
Setuju semua, kecuali satu hal, yaitu anda
menyamakan kelahiran kembali dengan iman. Bagi saya / Calvinist, kelahiran baru
harus mendahului iman. Mengapa? Karena kita semua mati dalam dosa (Yoh
10:10 Ef 2:1), dan karena mati maka kita
tidak mungkin bisa mengerti ataupun menganggapi berita injil (1Kor 2:14). Kita
harus dilahir-barukan, baru kita bisa mengerti, menghargai Injil (Kis 16:14).
Itupun iman masih harus dianugerahkan oleh Allah (Fil 1:29).
Jadi, sungguh adalah
kesalahpahaman jika ada yang berkata, “kamu tidak dapat terhilang lagi, karena
kamu adalah anak Allah, kamu memiliki kewargaan surga, dll.” Argumen seperti
ini seolah-olah menyatakan bahwa semua berkat tersebut adalah sesuatu yang
melekat pada diri saya karena diri saya sendiri.
Tanggapan Budi Asali:
‘Karena diri saya sendiri’???? Dari mana kesimpulan itu, Liauw? Justru ajaran
Calvinisme mengatakan bahwa orang percaya tidak mungkin kehilangan
keselamatannya, bukan karena ia yang setia, tetapi karena Allah memegang
dia, dan karena Allah itu setia! Tak ada pengharapan dalam hal ini yang
diletakkan dalam diri sendiri.
Justru ajaran Arminian / anda yang mengatakan
bahwa supaya kita tetap selamat, kita
harus tetap percaya. Memang saya juga percaya ini, tetapi kan saya menambahkan bahwa kita bisa tetap
percaya karena ada pekerjaan Tuhan dalam diri kita. Anda tidak pernah
menambahkan itu. Jadi anda menganggap bahwa kita bisa tetap percaya karena
kesetiaan kita sendiri! Ini yang bersandar kepada diri sendiri, Liauw!
Tetapi Alkitab berkata bahwa di
luar Kristus, kita bukanlah apa-apa dan tidak dapat melakukan apa-apa (Yoh.
15:4-5). Jadi, jauh lebih Alkitabiah untuk melihat semua berkat tersebut bukan
melekat pada diri orang itu, tetapi berkat-berkat tersebut datang karena ia ada
“dalam Kristus.” Jadi, jika seseorang lepas dari Kristus (karena tidak beriman)
maka hubungannya dengan Kristus akan hilang, dan demikian juga semua berkat
keselamatan.
Tanggapan Budi Asali:
Orang percaya / orang kristen yang sejati tidak
bisa kehilangan imannya, Liauw! Kalau ‘imannya hilang’, dari tadi ia tidak
sungguh-sungguh percaya!
Seseorang yang adalah warga
surga, ia warga surga karena ia ada dalam Kristus. Jika ia lepas dari Kristus,
ia bukan warga surga lagi. Seseorang yang dimeteraikan Roh Kudus, ia
dimeteraikan karena ia percaya (beriman), dan ada dalam Kristus. Jika ia lepas dari
Kristus, maka meterai tersebut dicabut dari dirinya. Dapatkah seorang yang
sudah percaya lepas dari Kristus? Jawabannya, menurut Alkitab adalah YA yang lantang, lihat Galatia 5:1-6 (sudah dikutip di
atas), dan juga Yohanes 15:4-9: “Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu.
Sama seperti ranting tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri, kalau ia tidak
tinggal pada pokok anggur, demikian juga kamu tidak berbuah, jikalau kamu tidak
tinggal di dalam Aku. Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya.
Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab
di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa.
Tanggapan Budi Asali:
Gal 5:1-6 - “(1) Supaya kita
sungguh-sungguh merdeka, Kristus telah memerdekakan kita. Karena itu berdirilah
teguh dan jangan mau lagi dikenakan kuk perhambaan. (2) Sesungguhnya, aku,
Paulus, berkata kepadamu: jikalau
kamu menyunatkan dirimu, Kristus sama sekali tidak akan berguna bagimu. (3)
Sekali lagi aku katakan kepada setiap orang yang menyunatkan dirinya, bahwa ia
wajib melakukan seluruh hukum Taurat. (4) Kamu lepas dari Kristus, jikalau kamu mengharapkan kebenaran
oleh hukum Taurat; kamu hidup di luar kasih karunia. (5) Sebab oleh Roh, dan
karena iman, kita menantikan kebenaran yang kita harapkan. (6) Sebab bagi
orang-orang yang ada di dalam Kristus Yesus hal bersunat atau tidak bersunat
tidak mempunyai sesuatu arti, hanya iman yang bekerja oleh kasih”.
Perhatikan kata ‘jikalau’ itu, Liauw! Ini suatu
pengandaian, sama sekali bukan ‘bukan YA yang
lantang’!
Demikian juga dengan Yoh 15:4-9 sama saja.
Mari kita sekarang bicara tentang Roh Kudus
sebagai ‘meterai’.
2Kor 1:21-22
- “(21) Sebab Dia yang telah meneguhkan
kami bersama-sama dengan kamu di dalam Kristus, adalah Allah yang telah
mengurapi, (22) memeteraikan tanda milikNya atas kita dan yang memberikan
Roh Kudus di dalam hati kita sebagai jaminan dari semua yang telah disediakan
untuk kita”.
Saya kutipkan khotbah saya sendiri
tentang text ini:
2) Pemeteraian.
Perhatikan kata-kata ‘memeteraikan tanda milikNya atas
kita’ dalam 2Kor 1:22 di atas.
Ef 1:13 - “Di
dalam Dia kamu juga - karena kamu telah mendengar firman kebenaran, yaitu Injil
keselamatanmu - di dalam Dia kamu juga, ketika kamu percaya, dimeteraikan
dengan Roh Kudus, yang dijanjikanNya itu.
Charles Hodge: “A
seal is used, 1. To indicate proprietorship. 2. To authenticate or prove to be
genuine. 3. To preserve safe or inviolate. The Holy Spirit, which in one view
is an unction, in another view is a seal. He marks those in whom he dwells as
belonging to God. They bear the seal of God upon them. ... He also bears
witness in the hearts of believers that they are the children of God. He
authenticates them to themselves and others as genuine believers. And he
effectually secures them from apostasy and perdition. ... This last idea is
amplified in the next clause; and hath given the earnest of the Spirit in our
hearts” (= Suatu meterai digunakan, 1. Untuk menunjukkan kepemilikan. 2.
Mengesahkan atau membuktikan keaslian. 3. Menjaga supaya aman atau tidak
dilanggar / tidak hancur. Roh Kudus, yang dari satu sisi adalah suatu
pengurapan, dari sisi yang lain adalah suatu meterai. Ia menandai mereka, dalam
siapa Ia tinggal, sebagai milik Allah. Mereka mempunyai meterai Allah pada diri
mereka. ... Ia juga bersaksi dalam hati orang-orang percaya bahwa mereka adalah
anak-anak Allah. Ia mengesahkan mereka terhadap diri mereka sendiri dan
orang-orang lain sebagai orang-orang percaya yang sejati. Dan Ia secara
effektif mengamankan mereka dari kemurtadan dan kebinasaan / kehancuran /
penghukuman. ... Gagasan terakhir ini diperkuat dalam anak kalimat
selanjutnya; ‘dan yang memberikan Roh Kudus di dalam hati kita sebagai
jaminan’) - hal 400-401.
3) Pemberian Roh Kudus sebagai jaminan
Perhatikan kata-kata ‘yang memberikan Roh Kudus di
dalam hati kita sebagai jaminan dari semua yang telah disediakan untuk kita’
(2Kor 1:22).
Ada 2 bagian lain dalam Kitab Suci yang menunjukkan bahwa Roh
Kudus diberikan kepada orang percaya sebagai jaminan.
·
2Kor 5:5 - “Tetapi Allahlah yang justru mempersiapkan
kita untuk hal itu dan yang mengaruniakan Roh, kepada kita sebagai jaminan
segala sesuatu yang telah disediakan bagi kita”.
·
Ef 1:14 - “Dan Roh Kudus itu adalah jaminan bagian kita sampai kita
memperoleh seluruhnya, yaitu penebusan yang menjadikan kita milik Allah, untuk
memuji kemuliaanNya”.
Charles Hodge: “The
Holy Spirit is itself the earnest, i. e. at once the foretaste and pledge of
redemption. The word ARRABON, pledge, is a Hebrew word, ... It is properly that
part of the purchase money paid in advance, as a security for the remainder.
... So certain, therefore, as the Spirit dwells in us, so certain is our final
salvation” (= Roh Kudus itu sendiri
adalah jaminan, yaitu sekaligus suatu icip-icip dan jaminan penebusan. Kata
ARRABON, jaminan, adalah suatu kata Ibrani, ... Itu sebetulnya merupakan bagian
dari uang pembayaran yang dibayarkan lebih dulu, sebagai suatu jaminan untuk
pembayaran sisanya. ... Karena itu, sepasti Roh itu tinggal di dalam kita,
begitulah pastinya keselamatan akhir kita) - hal 401.
Baik
no 2 maupun no 3 menunjukkan bahwa orang percaya itu aman dalam Kristus. Tetapi
seakan-akan ini belum cukup, ayat di atas masih berbicara tentang ‘peneguhan
dalam Kristus’ (2Kor 1:21 - ‘Dia yang telah meneguhkan kami bersama-sama dengan kamu di dalam
Kristus’).
Charles
Hodge: “As by the pronouns ‘we’ and
‘us’, in what precedes, the apostle had meant himself and Silas and Timothy,
here where he has reference to all believers he unites them with himself, ‘us
with you’. The constancy in faith which God gave was not a gift peculiar to
teachers, but common to all true Christians” (= Kalau dengan kata ganti
orang ‘kami’, dalam bagian yang sebelumnya, sang rasul memaksudkan dirinya
sendiri dan Silas dan Timotius, maka di sini dimana ia memaksudkan semua orang
percaya, ia mempersatukan mereka dengan dirinya sendiri, ‘kami bersama-sama
dengan kamu’. Ketetapan dalam iman yang Allah berikan bukanlah suatu karunia
yang khusus bagi para guru / pengajar, tetapi umum bagi semua orang Kristen yang
sungguh-sungguh) - hal 399-400.
Charles
Hodge: “There is but one thing stated in
these verses, and that is that God establishes or renders his people firm and
secure in their union with Christ, and in their participation of the benefits
of redemption. How he does this, and the evidence that he does it, is expressed
or presented by saying he hath anointed, sealed, and given us the earnest of
the Spirit” (= Hanya ada satu hal yang dinyatakan dalam ayat-ayat ini, dan
itu adalah bahwa Allah meneguhkan atau membuat umatNya teguh dan aman dalam
persatuan mereka dengan Kristus, dan dalam partisipasi mereka terhadap
keuntungan penebusan. Bagaimana Ia melakukan hal ini, dan bukti bahwa Ia
melakukan hal ini, dinyatakan atau disajikan dengan mengatakan bahwa Ia telah
mengurapi, memeteraikan, dan memberikan kita jaminan Roh) - hal 401.
Barangsiapa tidak tinggal di
dalam Aku, ia dibuang ke luar seperti ranting dan menjadi kering, kemudian
dikumpulkan orang dan dicampakkan ke dalam api lalu dibakar. Jikalau kamu tinggal
di dalam Aku dan firman-Ku tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu
kehendaki, dan kamu akan menerimanya. Dalam hal inilah Bapa-Ku dipermuliakan,
yaitu jika kamu berbuah banyak dan dengan demikian kamu adalah
murid-murid-Ku." "Seperti Bapa telah mengasihi Aku, demikianlah juga
Aku telah mengasihi kamu; tinggallah di dalam kasih-Ku itu.”
Pertama-tama, perhatikan perintah
untuk tinggal di dalam. Yesus mengatakan semua ini kepada orang yang sudah
percaya. Mereka sudah “ada dalam Kristus,” barulah bisa ada perintah untuk
“tinggal di dalam.” Jika orang percaya tidak mungkin tidak “tinggal,” maka
tidak akan ada perintah untuk “tinggal.” Adanya suatu
perintah, tentunya berarti bahwa ada kemungkinan untuk tidak melakukan perintah
itu. Jika seorang tidak tinggal dalam Kristus (yaitu terus percaya padaNya),
maka ia diperhadapkan pada penghakiman yang digambarkan dengan kata-kata
“dicampakkan ke dalam api lalu dibakar.” Ini adalah acuan pada hukuman kekal.
Keith Piper mencoba untuk mengelak dengan berkata bahwa yang dikumpulkan untuk
dibakar adalah perbuatan orang tersebut, bukan orangnya sendiri. Jadi, menurut
Piper, yang terbakar adalah “perbuatannya,” bukan orangnya. Pemikiran seperti
ini salah dalam minimal tiga hal. Pertama, konteks perikop ini bukan berbicara
mengenai perbuatan seseorang, perikop ini berbicara mengenai ranting, yang
diidentifikasi dalam perikop sebagai orang yang percaya pada Kristus. Jadi,
bukan perbuatan yang disorot di sini, tetapi orangnya.
Kedua, ranting tersebut dikatakan
“dibuang keluar seperti ranting dan menjadi kering.” Jelas, yang dibuang adalah
ranting, dan bukan buah (perbuatan). Ranting menjadi kering karena tidak lagi
ada dalam pokok yang benar, yaitu Kristus. Ketiga, jika apa yang dikatakan
Piper benar, bahwa orang yang bersangkutan masih masuk surga maka lucu sekali
akan ada orang yang “di luar Kristus,” tetapi masuk surga. Ide seperti itu sama
sekali tidak ada dalam Alkitab.
Tanggapan Budi Asali:
Saya tak peduli siapa Piper itu, dan kalau ia
memang berpandangan seperti itu, saya juga tak setuju dengan pandangannya.
Memang yang dipersoalkan bukan perbuatannya tetapi orangnya.
Yoh 15:1-8 - “(1) ‘Akulah pokok anggur yang
benar dan Bapa-Kulah pengusahanya. (2) Setiap ranting padaKu yang tidak
berbuah, dipotongNya dan setiap ranting yang berbuah, dibersihkanNya, supaya ia
lebih banyak berbuah. (3) Kamu memang sudah bersih karena firman yang telah
Kukatakan kepadamu. (4) Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu. Sama
seperti ranting tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri, kalau ia tidak
tinggal pada pokok anggur, demikian juga kamu tidak berbuah, jikalau kamu tidak
tinggal di dalam Aku. (5) Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya.
Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab
di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa. (6) Barangsiapa tidak tinggal di
dalam Aku, ia dibuang ke luar seperti ranting dan menjadi kering, kemudian
dikumpulkan orang dan dicampakkan ke dalam api lalu dibakar. (7) Jikalau kamu
tinggal di dalam Aku dan firmanKu tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja yang
kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya. (8) Dalam hal inilah BapaKu
dipermuliakan, yaitu jika kamu berbuah banyak dan dengan demikian kamu adalah
murid-muridKu.’”.
Yoh 15 ini merupakan suatu alegori, dan ranting
yang berbuah jelas menunjuk pada orang kristen yang sejati, tetapi ranting yang
tidak berbuah menunjuk kepada orang kristen KTP. Ranting yang tidak berbuah
bisa tidak tetap melekat pada pokok anggur, karena ia dipotong oleh pengusaha
kebun anggur itu (yaitu ‘Bapa’ - ay 1-2a). Ini sama saja dengan Mat 15:13 -
“Jawab Yesus: ‘Setiap tanaman yang tidak ditanam oleh Bapa-Ku yang di sorga
akan dicabut dengan akar-akarnya”.
Tetapi ranting yang berbuah tidak akan
dipotongnya tetapi hanya dibersihkannya supaya lebih banyak berbuah (ay 2b).
Sekarang saya akan membahas kata-kata anda yang
saya beri warna biru. Untuk jelasnya saya kutip ulang di sini.
‘Adanya
suatu perintah, tentunya berarti bahwa ada kemungkinan untuk tidak melakukan
perintah itu. Jika seorang tidak tinggal dalam Kristus (yaitu terus percaya
padaNya), maka ia diperhadapkan pada penghakiman yang digambarkan dengan
kata-kata “dicampakkan ke dalam api lalu dibakar.” Ini adalah acuan pada
hukuman kekal’.
Siapa bilang bahwa adanya suatu perintah tentu
memungkinkan untuk tidak melakukan perintah itu? Perintah di sini hanya
menekankan tanggung jawab, supaya orang Kristen tidak hidup seenaknya sendiri,
tetapi tidak berarti bahwa orang Kristen itu bisa melepaskan dirinya dari
Kristus. Memang, kalau ditinjau secara teoretis, anda mungkin benar.
Orang itu secara teoretis bisa melepaskan diri dari Kristus. Tetapi secara praktis, dia tidak bisa melepaskan
diri dari Kristus. Mengapa? Karena Allah menjaga dia.
Contoh: Tuhan memerintahkan orang Kristen untuk
menguduskan hidupnya, bukan? Sekarang, bisakah seorang Kristen sejati tidak
mentaati perintah itu, dan sama sekali tidak menguduskan dirinya? Menurut saya,
tidak mungkin, Liauw, karena adanya Roh Kudus dalam dirinya menyebabkan pasti
akan munculnya buah Roh dalam diri orang itu, dan sedikit atau banyak, pasti
muncul pengudusan dalam hidupnya!
Saya beri contoh lain:
Kis
27:22-34 - “(22) Tetapi sekarang, juga dalam kesukaran ini, aku menasihatkan
kamu, supaya kamu tetap bertabah hati, sebab tidak seorangpun di antara kamu
yang akan binasa, kecuali kapal ini. (23) Karena tadi malam seorang
malaikat dari Allah, yaitu dari Allah yang aku sembah sebagai milikNya, berdiri
di sisiku, (24) dan ia berkata: Jangan takut, Paulus! Engkau harus menghadap
Kaisar; dan sesungguhnya oleh karunia Allah, maka semua orang yang ada
bersama-sama dengan engkau di kapal ini akan selamat karena engkau. (25)
Sebab itu tabahkanlah hatimu, saudara-saudara! Karena aku percaya kepada
Allah, bahwa semuanya pasti terjadi sama seperti yang dinyatakan kepadaku.
(26) Namun kita harus mendamparkan kapal ini di salah satu pulau.’ (27) Malam yang keempat belas sudah tiba dan kami masih
tetap terombang-ambing di laut Adria. Tetapi kira-kira tengah malam anak-anak
kapal merasa, bahwa mereka telah dekat daratan. (28) Lalu mereka mengulurkan
batu duga, dan ternyata air di situ dua puluh depa dalamnya. Setelah maju
sedikit mereka menduga lagi dan ternyata lima
belas depa. (29) Dan karena takut, bahwa kami
akan terkandas di salah satu batu karang, mereka membuang empat sauh di buritan,
dan kami sangat berharap mudah-mudahan hari lekas siang. (30) Akan tetapi
anak-anak kapal berusaha untuk melarikan diri dari kapal. Mereka menurunkan
sekoci, dan berbuat seolah-olah mereka hendak melabuhkan beberapa sauh di
haluan. (31) Karena itu Paulus berkata kepada
perwira dan prajurit-prajuritnya: ‘Jika mereka tidak tinggal di kapal, kamu
tidak mungkin selamat.’ (32) Lalu prajurit-prajurit itu memotong tali
sekoci dan membiarkannya hanyut. (33) Ketika hari menjelang siang, Paulus
mengajak semua orang untuk makan, katanya: ‘Sudah empat belas hari lamanya kamu
menanti-nanti saja, menahan lapar dan tidak makan apa-apa. (34) Karena itu aku menasihati kamu, supaya kamu makan dahulu.
Hal itu perlu untuk keselamatanmu. Tidak seorangpun di antara kamu akan
kehilangan sehelaipun dari rambut kepalanya.’”.
Jadi,
cerita Kitab Suci ini menunjukkan bahwa Allah mengirim malaikat yang memberikan
Firman Tuhan yang menjamin keselamatan (jasmani) semua mereka, kecuali
kapalnya (ay 23-24). Dan Paulus percaya penuh akan Firman Tuhan yang telah
ia terima itu (ay 22,25,34b), tetapi itu tidak menyebabkan Paulus hanya
berdiam diri, beriman, berdoa saja! Sekalipun ada Firman Tuhan yang menjamin
keselamatan mereka, tetapi Paulus tetap memberikan nasehat supaya Firman
Tuhan / janji Tuhan itu terjadi.
1. Ay 26:
Paulus menasehati mereka untuk mendamparkan kapal di salah 1 pulau. Perhatikan
kata ‘namun’ dan
‘harus’ (ay 26).
2. Ay 31:
Paulus menasehati perwira dan prajurit untuk tidak membiarkan anak-anak kapal
melarikan diri. Perhatikan kata-kata ‘Jika ..., kamu tidak mungkin selamat’
(ay 31).
3. Ay 33-34:
Paulus menasehati mereka untuk makan. Perhatikan bahwa sekalipun ia yakin akan
keselamatan mereka (ay 34b), ia tetap berkata ‘ini perlu untuk
keselamatanmu’ (ay 34a).
Jadi,
sekalipun ada janji Tuhan dan kita percaya janji itu, itu tidak berarti bahwa
kita tidak perlu berusaha supaya janji itu tergenapi!
Contoh:
a. Janji
bahwa Allah akan mencukupi hidup kita (Mat 6:25-34) tidak berarti bahwa kita
tidak perlu bekerja untuk mencari nafkah (bdk. 2Tes 3:10b) ataupun
mengatur pengeluaran kita dengan bijaksana.
b. Janji
bahwa orang kristen tidak akan kehilangan keselamatannya
(Yoh 10:27-29 Ro 5:9-10 1Kor 1:8-9 2Kor 1:21-22 Fil 1:6
1Yoh 2:18-19), tidak berarti bahwa kita tidak perlu berusaha untuk
setia, untuk memelihara keselamatan dan menjauhi hal-hal yang membinasakan
(bdk. Wah 2:10b Mat 24:13).
Jadi, Liauw, Alkitab memang memberikan jaminan
keselamatan (tidak bisa hilang), tetapi Alkitab yang sama juga memberikan
perintah / larangan sebagai tanggung jawab manusia, supaya tidak hidup
seenaknya sendiri.
Sekarang kembali pada kata-kata anda, ‘kalau
ada perintah, tentu ada kemungkinan untuk tidak melakukan perintah itu’. Saya
ingin terapkan dalam kasus dalam Kis 27 ini. Misalnya Paulus melarang untuk
membiarkan orang-orang lari dengan sekoci, dengan ancaman bahwa kalau itu
dibiarkan, mereka tidak mungkin selamat. Saya tanya, Liauw, bisakah orang-orang
tidak menuruti larangan Paulus itu. Menurut saya, secara teoretis bisa,
tetapi secara praktis tidak bisa. Kalau
anda katakan bisa, itu berarti janji Tuhan melalui malaikat itu bisa salah!
Juga pada waktu Paulus menyuruh mereka makan, karena itu perlu untuk
keselamatan mereka. Bisakah mereka tak mentaati sehingga mereka mati? Kalau
bisa, lagi-lagi itu berarti bahwa janji Tuhan bisa salah!
Mengertikah anda, Liauw? Memang pada umumnya,
adanya perintah memungkinkan kita tidak mentaatinya. Tetapi pada saat perintah
itu hanya merupakan tanggung jawab yang Tuhan berikan kepada orang-orang yang
dijamin keselamatannya, itu tidak mungkin tidak ditaati! Mengapa? Karena Dia
sendiri akan bekerja di dalam diri orang itu sehingga orang itu akan taat!
Misalnya Wah 2:10b - “Hendaklah engkau setia
sampai mati, dan Aku akan mengaruniakan kepadamu mahkota kehidupan”.
Bisakah orang kristen yang sejati tidak
mentaati perintah ini? Tidak mungkin, Liauw, karena kalau bisa, jaminan
keselamatan dari Allah gagal!
5. Janji-janji dalam Alkitab
selalu bersyarat pada Iman
Masih berhubungan dengan argumen
di poin sebelumnya, ingat bahwa semua yang kita miliki, kita miliki dalam
Kristus. Kita berada dalam Kristus karena kita percaya padaNya (beriman
padaNya). Jadi, semua janji dalam Alkitab sebenarnya bersyarat pada percaya!
Nah, percaya macam apa yang dimaksud?
Mayoritas janji-janji Allah yang
tercatat dalam Alkitab, menggunakan kata kerja present tense ketika mengacu
pada “percaya” yang mendatangkan hidup kekal. Beberapa contoh cukup:
• “supaya setiap orang yang
percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal.” (Yoh. 3:15)
• “Karena begitu besar kasih
Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan Anak-Nya yang tunggal,
supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh
hidup yang kekal.” (Yoh. 3:16)
• “Aku berkata kepadamu:
Sesungguhnya barangsiapa mendengar perkataan-Ku dan percaya kepada Dia yang
mengutus Aku, ia mempunyai hidup yang kekal dan tidak turut dihukum, sebab ia
sudah pindah dari dalam maut ke dalam hidup.” (Yoh. 5:24)
• “Kata Yesus kepada mereka:
"Akulah roti hidup; barangsiapa datang kepada-Ku, ia tidak akan lapar
lagi, dan barangsiapa percaya kepada-Ku, ia tidak akan haus lagi.” (John 6:35)
• “Sebab inilah kehendak Bapa-Ku,
yaitu supaya setiap orang, yang melihat Anak dan yang percaya kepada-Nya
beroleh hidup yang kekal, dan supaya Aku membangkitkannya pada akhir zaman.”
(Yoh. 6:40)
• “Domba-domba-Ku mendengarkan
suara-Ku dan Aku mengenal mereka dan mereka mengikut Aku, dan Aku memberikan
hidup yang kekal kepada mereka dan mereka pasti tidak akan binasa sampai
selama-lamanya dan seorangpun tidak akan merebut mereka dari tangan-Ku.” (Yoh.
10:27-28)
Semua kata kerja yang dicetak
tebal di atas adalah dalam bentuk present tense. Sebagaimana diketahui oleh
semua murid Yunani, present tense berarti aksi yang terus menerus. Jadi,
keselamatan itu bersyarat, bukan pada iman yang hanya sekali waktu, tetapi iman
yang terus menerus pada Yesus.
Tanggapan Budi Asali:
Tak masalah dengan ini, Liauw.
6. Manusia Tidak Kehilangan
Kehendak Bebas Ketika Ia Percaya
Doktrin SSTS pada dasarnya
menghilangkan kehendak bebas dari manusia ketika ia menjadi percaya. Ironisnya,
kehendak bebas ini hanya dihilangkan dalam hal keselamatan. Pendukung SSTS akan
mengakui bahwa ada kehendak bebas dalam semua aspek kehidupan lainnya (seorang
Kristen dapat mundur imannya, dapat melakukan hal-hal yang menyedihkan hati
Tuhan), tetapi sama sekali tidak punya kehendak bebas dalam hal menolak iman
yang pernah ia terima.
Tanggapan Budi Asali:
Kami Calvinist tak pernah mengajar demikian. Kami
yakin, bahwa orang percaya akan terus percaya. Memang Tuhan / Roh Kudus yang
bekerja dalam dirinya sehingga ia terus percaya, tetapi bagaimanapun yang terus
percaya adalah ia sendiri. Ia tetap melakukan itu dengan kemauannya! Ia tidak
dipaksa. Jadi, apanya yang tidak punya kebebasan lagi? Nonsense!
Bahkan dalam hal mundur imannya, berdosa
sehingga menyedihkan hati Tuhan, ia melakukan semua itu karena memang ada
penetapan dan pengaturan dari Tuhan. Tetapi ia tetap melakukannya dengan
kehendaknya sendiri, dan tidak dipaksa. Jadi, tak ada perbedaan antara tetap
percaya dan melakukan dosa dsb, semua sesuai ketetapan Tuhan, tetapi juga
dilakukan oleh orangnya sendiri. Tak ada pemaksaan.
Pendukung SSTS mencoba untuk
memaksakan bahwa orang yang percaya itu permanen percaya, dengan mengutip
ayat-ayat seperti Yoh. 5:24,
“Aku berkata kepadamu:
Sesungguhnya barangsiapa mendengar perkataan-Ku dan percaya kepada Dia yang
mengutus Aku, ia mempunyai hidup yang kekal dan tidak turut dihukum, sebab ia
sudah pindah dari dalam maut ke dalam hidup.”
Nah, kata mereka, ayat ini
memproklamirkan bahwa orang percaya “tidak turut dihukum.” Tetapi mereka lupa
bahwa ayat ini memberikan janji tersebut kepada orang percaya. Sebagai
perbandingan, mari kita lihat Yohanes 3:36: “Barangsiapa percaya kepada Anak,
ia beroleh hidup yang kekal, tetapi barangsiapa tidak taat kepada Anak, ia
tidak akan melihat hidup, melainkan murka Allah tetap ada di atasnya.”
Kalau kita bandingkan:
Yohanes 5:24
Yohanes 3:36
barangsiapa....percaya
barangsiapa....tidak taat [tidak percaya]
tidak
tidak
turut dihukum
akan melihat hidup
Picirilli menyatakan: Secara
grammatis, jika [pernyataan] yang pertama berarti bahwa keadaan orang percaya
tidak dapat berubah, maka [pernyataan] kedua juga berarti bahwa keadaan orang
yang tidak percaya juga tidak dapat diubah.
Sebenarnya, kedua perikop ini
tidak sedang berbicara tentang itu [apakah keadaannya dapat diubah] ... Setiap
janji tersebut berlaku dengan kuasa yang sama pada mereka yang terus menetap
pada keadaan yang digambarkan [percaya atau tidak percaya].
Tanggapan Budi Asali:
Dari pada menyoroti kata-kata ‘tidak turut
dihukum’, saya lebih baik menyoroti kata-kata ‘hidup yang kekal’, baik dalam
Yoh 5:24 maupun dalam Yoh 3:36. Seperti sudah saya katakan di atas, kalau orang
kristen yang sejati bisa meninggalkan iman dan binasa / kehilangan hidup kekal
itu, maka sebutannya salah. Mestinya bukan disebut ‘hidup yang kekal’ tetapi
‘hidup bersyarat’, syaratnya adalah ‘tidak meninggalkan iman / Kristus’!
Hidup bersyarat sebetulnya merupakan hidup yang
dimiliki oleh Adam sebelum ia berbuat dosa. Ia tetap hidup, selama tidak
berbuat dosa. Tetapi begitu ia berbuat dosa, ia mati. Tetapi keadaan orang
percaya saat ini lebih tinggi / lebih baik dari keadaan Adam sebelum jatuh ke
dalam dosa!
Bdk. Ro 5:15-17 - “(15) Tetapi karunia Allah tidaklah
sama dengan pelanggaran Adam. Sebab, jika karena pelanggaran satu orang
semua orang telah jatuh di dalam kuasa maut, jauh lebih besar lagi kasih
karunia Allah dan karuniaNya, yang dilimpahkanNya atas semua orang karena satu
orang, yaitu Yesus Kristus. (16) Dan kasih karunia tidak berimbangan dengan
dosa satu orang. Sebab penghakiman atas satu pelanggaran itu telah
mengakibatkan penghukuman, tetapi penganugerahan karunia atas banyak
pelanggaran itu mengakibatkan pembenaran. (17) Sebab, jika oleh dosa satu
orang, maut telah berkuasa oleh satu orang itu, maka lebih benar lagi
mereka, yang telah menerima kelimpahan kasih karunia dan anugerah kebenaran,
akan hidup dan berkuasa oleh karena satu orang itu, yaitu Yesus Kristus”.
Bahwa Tuhan menggunakan istilah ‘hidup yang
kekal’, jelas menunjukkan bahwa ia akan menolong semua orang percaya / orang
kristen yang sejati sehingga tidak satupun dari mereka yang akan meninggalkan
iman / Kristus!
Bdk. Yoh 17:11-12 - “(11) Dan Aku tidak ada
lagi di dalam dunia, tetapi mereka masih ada di dalam dunia, dan Aku datang
kepadaMu. Ya Bapa yang kudus, peliharalah mereka dalam namaMu, yaitu
namaMu yang telah Engkau berikan kepadaKu, supaya mereka menjadi satu sama
seperti Kita. (12) Selama Aku bersama mereka, Aku memelihara mereka dalam
namaMu, yaitu namaMu yang telah Engkau berikan kepadaKu; Aku telah
menjaga mereka dan tidak ada seorangpun
dari mereka yang binasa selain dari pada dia yang telah ditentukan untuk binasa, supaya
genaplah yang tertulis dalam Kitab Suci”.
Yang saya beri garis bawah ganda bukan
menunjukkan bahwa dari orang-orang yang Bapa berikan kepada Anak ada yang
binasa (perkecualian). Yang binasa ini tidak
termasuk dalam kelompok orang-orang yang oleh Bapa diberikan kepada
Anak.
Hal yang sama dapat dikatakan
tentang semua janji bahwa orang percaya “tidak akan binasa.” Saya kutip lagi
satu pemikiran:
“Tidak ada yang berani
mengatakan, bahwa karena orang yang tidak percaya dinyatakan tidak akan melihat
hidup, maka ia secara permanen terikat tanpa pengharapan pada kondisi itu.
Sebenarnya, adalah benar bahwa sebagai seorang yang tidak percaya, ia tidak
akan melihat hidup, tetapi jika ia kemudian menjadi percaya, maka ia akan
melihat hidup. Nah, kalau kata-kata “tidak akan melihat hidup” yang diterapkan
pada orang yang tidak percaya, ternyata tidak dilanggar jika orang tidak
percaya tadi menjadi percaya dan akhirnya melihat hidup, maka mana
kontradiksinya jika seorang percaya dikatakan “tidak akan binasa,” tetapi jika
ia menjadi tidak percaya, maka ia binasa? Faktanya,
sebagai seorang percaya, selama ia tetap percaya, ia tidak akan binasa.”
Tanggapan Budi Asali:
Betul-betul suatu argumentasi yang absurd /
menggelikan. Tidak ada analogi antara orang percaya dan orang yang tidak
percaya dalam persoalan ini. Tidak ada ayat yang mengatakan bahwa sekali seseorang tidak
percaya / menolak Kristus maka ia akan mendapatkan kebinasaan kekal. Ia
hanya binasa kekal kalau ia menolak Kristus terus
menerus sampai mati. Karena itu Injil
ditawarkan kepada orang-orang yang tidak / belum percaya! Tetapi sangat berbeda
dengan orang percaya. Pada saat ia percaya ia menerima hidup yang kekal!
Faktanya sebagai orang percaya ia akan terus
percaya!
Pada akhirnya:
• Jika seseorang dapat menerima
atau menolak Kristus sebelum ia diselamatkan, mengapa, kapan, dan bagaimanakah
ia kehilangan kehendak bebas itu? Jawaban Alkitabiah adalah bahwa ia tidak
kehilangan kehendak bebas itu dan masih dapat meninggalkan iman.
Tanggapan Budi Asali:
Pada saat ia belum percayapun, ia tidak bisa
beriman dengan kemauan dan kekuatannya sendiri! Yoh 6:44,65 dan 1Kor 12:3 sudah
saya berikan di atas, dan tidak saya ulangi.
Saya ingin menambahkan Fil 2:12-13 - “(12) Hai
saudara-saudaraku yang kekasih, kamu senantiasa taat; karena itu tetaplah
kerjakan keselamatanmu dengan takut dan gentar, bukan saja seperti waktu
aku masih hadir, tetapi terlebih pula sekarang waktu aku tidak hadir, (13)
karena Allahlah yang mengerjakan di dalam kamu
baik kemauan maupun pekerjaan menurut kerelaanNya”.
Yang saya beri garis bawah ganda terjemahannya
kurang jelas. Perhatikan terjemahan-terjemahan Kitab Suci bahasa Inggris di
bawah ini:
KJV: “For
it is God which worketh in you both to will and to do of his good
pleasure” (= Karena Allahlah yang bekerja dalam kamu baik untuk
menghendaki maupun untuk melakukan kehendakNya yang baik).
RSV: “for
God is at work in you, both to will and to work for his good pleasure”
(= karena Allah bekerja dalam kamu, baik untuk menghendaki maupun untuk
mengerjakan untuk kehendakNya yang baik).
NASB: “for
it is God who is at work in you, both to will and to work for His good
pleasure” (= karena Allahlah yang bekerja dalam ka-mu, baik untuk
menghendaki maupun untuk mengerjakan untuk kehendakNya yang baik).
NIV: “for
it is God who works in you to will and to act according to his good
purpose” (= karena Allahlah yang bekerja dalam kamu untuk menghendaki
dan untuk berbuat menurut rencanaNya yang baik).
Ini menunjukkan
bahwa baik keinginan maupun kemampuan untuk melakukan apa yang
baik itu datang dari Tuhan.
W. G. T. Shedd: “It is true that
the ‘cannot’ is a ‘will not,’ but it is equally true that the ‘will not’ is a
‘cannot.’ The sinful will is literally unable to incline to good, apart from
grace” (= Adalah benar bahwa
‘tidak bisa’ berarti ‘tidak mau’, tetapi secara sama adalah benar bahwa ‘tidak
mau’ berarti ‘tidak bisa’. Kehendak yang berdosa secara hurufiah tidak bisa
condong pada yang baik, terpisah dari kasih karunia) - ‘Shedd’s
Dogmatic Theology’, vol II, hal 229.
Jadi pertanyaan
anda ‘kapan dan bagaimana ia kehilangan kehendak bebas itu?’, saya jawab: ‘Dia
tidak pernah kehilangan apa yang ia tak pernah punya’.
Catatan: ‘kehendak bebas’ di sini, dalam arti yang diberikan oleh
Arminianisme, bukan dalam arti yang diberikan oleh Calvinisme!
Adalah tidak
Alkitabiah untuk mengatakan bahwa manusia mempunyai kehendak bebas dan karena
itu bisa meninggalkan iman, sementara Alkitab sendiri memberikan begitu banyak
ayat yang menunjukkan bahwa orang percaya yang sungguh-sungguh tidak mungkin
bisa meninggalkan Kristus / iman. Di atas sudah saya berikan Yoh 17:11-12, Yoh
10:27-29 dan banyak lagi, dan tidak usah saya ulang di sini.
• Jika keselamatan itu bersyarat
pada awalnya (seseorang harus percaya Kristus), sejak kapan, mengapa, dan
bagaimanakah sifat keselamatan itu tiba-tiba berubah menjadi tidak bersyarat
kemudian? Jawaban Alkitabiah sekali lagi adalah bahwa keselamatan masih
bersyarat pada iman.
Tanggapan Budi Asali:
Hmmm, akhirnya anda berkata secara explicit
bahwa keselamatan itu bersyarat (bukan pada saat mendapatkannya, tetapi setelah
mendapatkannya). Dengan kata lain, pada saat seseorang percaya, ia mendapatkan
hidup bersyarat. Saya tanya: mana ayatnya, Liauw? Semua ayat mengatakan orang
percaya mendapat hidup yang kekal, bukan hidup bersyarat!
Saya percaya bahwa untuk tetap selamat
seseorang harus tetap percaya, tetapi tetap percayanya ia bukan tergantung
dirinya sendiri, tetapi tergantung kepada Allah yang setia! Sama juga dengan
pada waktu ia mau percaya, itu juga bukan tergantung dia sendiri, tetapi
tergantung Tuhan!
7. Ada begitu banyak Firman Tuhan yang mendukung
Kemungkinan Meninggalkan Iman
Perikop-perikop ini terbagi
menjadi beberapa kategori:
A. Perikop yang dengan jelas
mengacu pada kejadian meninggalkan iman
• 1 Tim. 4:1
Tanggapan Budi Asali:
Enak sekali, ya, jadi orang malas yang
menuliskan ayatnya saja malas. Saya yakin orang-orang yang membaca tulisan anda
tak ada 1 % yang membaca ayatnya.
Saya akan tuliskan ayat-ayatnya satu per satu.
1Tim 4:1 - “Tetapi Roh dengan tegas mengatakan
bahwa di waktu-waktu kemudian, ada orang yang akan murtad lalu mengikuti roh-roh
penyesat dan ajaran setan-setan”.
Saya tanya: siapa yang mengatakan bahwa ini
ayat ini bicara tentang orang kristen yang sejati?
• 1 Tim. 1:18-20
1Tim 1:18-20 - “(18) Tugas ini kuberikan
kepadamu, Timotius anakku, sesuai dengan apa yang telah dinubuatkan tentang
dirimu, supaya dikuatkan oleh nubuat itu engkau memperjuangkan perjuangan yang
baik dengan iman dan hati nurani yang murni. (19) Beberapa orang telah menolak
hati nuraninya yang murni itu, dan karena itu kandaslah iman mereka, (20) di
antaranya Himeneus dan Aleksander, yang telah kuserahkan kepada Iblis, supaya
jera mereka menghujat”.
Secara sama saya tanya: siapa yang mengatakan
bahwa text ini bicara tentang orang kristen yang sejati?
• 2 Tim. 2:16-18
2Tim 2:16-18 - “(16) Tetapi hindarilah omongan
yang kosong dan yang tak suci yang hanya menambah kefasikan. (17) Perkataan
mereka menjalar seperti penyakit kanker. Di antara mereka termasuk Himeneus dan
Filetus, (18) yang telah menyimpang dari kebenaran dengan mengajarkan
bahwa kebangkitan kita telah berlangsung dan dengan demikian merusak iman
sebagian orang”.
Secara sama saya tanya lagi: siapa yang
mengatakan bahwa text ini bicara tentang orang kristen yang sejati?
B. Perikop yang memperingatkan
bahaya murtad atau meninggalkan iman (yang berarti ada kemungkinannya)
• Ibr. 6:4-6
Ibr 6:4-6 - “(4) Sebab mereka yang pernah diterangi hatinya, yang pernah mengecap karunia
sorgawi, dan yang pernah mendapat bagian dalam Roh Kudus, (5) dan yang mengecap
firman yang baik dari Allah dan karunia-karunia dunia yang akan datang, (6)
namun yang murtad lagi, tidak mungkin dibaharui sekali lagi sedemikian, hingga
mereka bertobat, sebab mereka menyalibkan lagi Anak Allah bagi diri mereka dan
menghinaNya di muka umum”.
Ini sudah saya jelaskan di depan.
• Ibr. 10:19-39
Ibr 10:19-39 - “(19) Jadi,
saudara-saudara, oleh darah Yesus kita sekarang penuh keberanian dapat masuk ke
dalam tempat kudus, (20) karena Ia telah membuka jalan yang baru dan yang hidup
bagi kita melalui tabir, yaitu diriNya sendiri, (21) dan kita mempunyai seorang
Imam Besar sebagai kepala Rumah Allah. (22) Karena itu marilah kita menghadap
Allah dengan hati yang tulus ikhlas dan keyakinan iman yang teguh, oleh karena
hati kita telah dibersihkan dari hati nurani yang jahat dan tubuh kita telah dibasuh
dengan air yang murni. (23) Marilah kita teguh berpegang pada pengakuan tentang
pengharapan kita, sebab Ia, yang menjanjikannya, setia. (24) Dan marilah kita
saling memperhatikan supaya kita saling mendorong dalam kasih dan dalam
pekerjaan baik. (25) Janganlah kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan
ibadah kita, seperti dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling
menasihati, dan semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat. (26)
Sebab jika kita sengaja berbuat dosa, sesudah memperoleh pengetahuan tentang
kebenaran, maka tidak ada lagi korban untuk menghapus dosa itu. (27) Tetapi
yang ada ialah kematian yang mengerikan akan penghakiman dan api yang dahsyat
yang akan menghanguskan semua orang durhaka. (28) Jika ada orang yang menolak
hukum Musa, ia dihukum mati tanpa belas kasihan atas keterangan dua atau tiga
orang saksi. (29) Betapa lebih beratnya hukuman yang harus dijatuhkan atas dia,
yang menginjak-injak Anak Allah, yang menganggap najis darah perjanjian yang menguduskannya,
dan yang menghina Roh kasih karunia? (30) Sebab kita mengenal Dia yang
berkata: ‘Pembalasan adalah hakKu. Akulah yang akan menuntut pembalasan.’ Dan
lagi: ‘Tuhan akan menghakimi umatNya.’ (31) Ngeri benar, kalau jatuh ke dalam
tangan Allah yang hidup. (32) Ingatlah akan masa yang lalu. Sesudah kamu
menerima terang, kamu banyak menderita oleh karena kamu bertahan dalam
perjuangan yang berat, (33) baik waktu kamu dijadikan tontonan oleh cercaan dan
penderitaan, maupun waktu kamu mengambil bagian dalam penderitaan mereka yang
diperlakukan sedemikian. (34) Memang kamu telah turut mengambil bagian dalam
penderitaan orang-orang hukuman dan ketika harta kamu dirampas, kamu menerima
hal itu dengan sukacita, sebab kamu tahu, bahwa kamu memiliki harta yang lebih
baik dan yang lebih menetap sifatnya. (35) Sebab itu janganlah kamu melepaskan
kepercayaanmu, karena besar upah yang menantinya. (36) Sebab kamu memerlukan
ketekunan, supaya sesudah kamu melakukan kehendak Allah, kamu memperoleh apa
yang dijanjikan itu. (37) ‘Sebab sedikit, bahkan sangat sedikit waktu lagi, dan
Ia yang akan datang, sudah akan ada, tanpa menangguhkan kedatanganNya. (38) Tetapi orangKu yang benar akan hidup oleh
iman, dan apabila ia mengundurkan diri, maka Aku tidak berkenan kepadanya.’
(39) Tetapi kita bukanlah orang-orang yang mengundurkan diri dan binasa, tetapi
orang-orang yang percaya dan yang beroleh hidup”.
Yang ay 26-29 saya yakin itu juga menunjuk
kepada orang kristen KTP, tetapi ay 38 harus dibaca dengan ay 39, dan justru menakankan
bahwa orang kristen yang sejati tidak akan mengundurkan diri dan binasa.
• 2 Pet. 2:20-22
2Pet 2:20-22 - “(20) Sebab jika mereka, oleh
pengenalan mereka akan Tuhan dan Juruselamat kita, Yesus Kristus, telah
melepaskan diri dari kecemaran-kecemaran dunia, tetapi terlibat lagi di
dalamnya, maka akhirnya keadaan mereka lebih buruk dari pada yang semula. (21)
Karena itu bagi mereka adalah lebih baik, jika mereka tidak pernah mengenal
Jalan Kebenaran dari pada mengenalnya, tetapi kemudian berbalik dari perintah
kudus yang disampaikan kepada mereka. (22) Bagi mereka cocok apa yang dikatakan
peribahasa yang benar ini: ‘Anjing kembali lagi ke muntahnya, dan babi yang
mandi kembali lagi ke kubangannya.’”.
Ini juga sudah saya jelaskan. Seluruh kontext,
mulai dari 2Pet 2:1 bicara tentang nabi-nabi palsu, bagaimana mungkin anda
terapkan pada orang kristen yang sejati yang murtad? Apalagi mereka disebut
‘babi’ dan ‘anjing’, mungkinkah itu orang kristen yang sejati?
• Yoh. 15:1-9
Yoh 15:1-8 - “(1) ‘Akulah pokok anggur yang
benar dan Bapa-Kulah pengusahanya. (2) Setiap ranting pada-Ku yang tidak
berbuah, dipotong-Nya dan setiap ranting yang berbuah, dibersihkan-Nya, supaya
ia lebih banyak berbuah. (3) Kamu memang sudah bersih karena firman yang telah
Kukatakan kepadamu. (4) Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu. Sama
seperti ranting tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri, kalau ia tidak
tinggal pada pokok anggur, demikian juga kamu tidak berbuah, jikalau kamu tidak
tinggal di dalam Aku. (5) Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnya.
Barangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam dia, ia berbuah banyak, sebab
di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa. (6) Barangsiapa tidak tinggal di
dalam Aku, ia dibuang ke luar seperti ranting dan menjadi kering, kemudian
dikumpulkan orang dan dicampakkan ke dalam api lalu dibakar. (7) Jikalau kamu
tinggal di dalam Aku dan firman-Ku tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja
yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya. (8) Dalam hal inilah Bapa-Ku
dipermuliakan, yaitu jika kamu berbuah banyak dan dengan demikian kamu adalah
murid-murid-Ku.’”.
Ini juga sudah saya bahas di atas.
• Ibr. 12:25
Ibr 12:25 - “Jagalah supaya kamu jangan menolak
Dia, yang berfirman. Sebab jikalau mereka, yang menolak Dia yang menyampaikan
firman Allah di bumi, tidak luput, apa lagi kita, jika kita berpaling dari Dia
yang berbicara dari sorga?”.
Ini sama sekali tidak bicara tentang orang yang
murtad. Ini menekankan supaya orang, pada waktu mendengar Firman Tuhan / Injil,
tidak menolaknya, tetapi menerimanya. Bahkan Adam Clarke yang adalah seorang
Arminian, menafsirkannya demikian.
Adam Clarke: “[See] Blepete. Take heed, that ye refuse not him-the Lord Jesus, the
mediator of the new covenant, who now speaketh from heaven, by his Gospel, to
the Jews and to the Gentiles, having in his incarnation come down from God.
[Him that spake on earth] Moses, who spoke on the part of God to the Hebrews,
every transgression of whose word received a just recompense of reward, none
being permitted to escape punishment; consequently, if ye turn away from
Christ, who speaks to you from heaven, you may expect a much sorer punishment,
the offence against God being so much the more heinous, as the privileges
slighted are more important and glorious”.
• 2 Tim. 2:11-13
2Tim 2:11-13 - “(11) Benarlah perkataan ini:
‘Jika kita mati dengan Dia, kitapun akan hidup dengan Dia; (12) jika kita
bertekun, kitapun akan ikut memerintah dengan Dia; jika kita menyangkal Dia,
Diapun akan menyangkal kita; (13) jika kita tidak setia, Dia tetap setia,
karena Dia tidak dapat menyangkal diriNya.’”.
Ini ayat yang menekankan tanggung jawab kita
sebagai orang-orang percaya, dan kata ‘menyangkal’ harus diartikan sebagai
penyangkalan yang terus menerus, karena kalau tidak, Petrus akan terkena oleh
ayat ini. Ini menekankan tanggung jawab kita, dan tak berarti bahwa orang
kristen yang sejati bisa terus menerus menyangkal Tuhan.
Ayat 13nya justru menunjukkan jaminan Tuhan,
karena kalaupun kita tidak setia, Dia tetap setia!
• 2 Yoh 1:9
2Yoh 9 - “Setiap orang yang tidak tinggal di dalam
ajaran Kristus, tetapi yang melangkah keluar dari situ, tidak memiliki Allah.
Barangsiapa tinggal di dalam ajaran itu, ia memiliki Bapa maupun Anak”.
Justru ayat ini sejalan dengan 1Yoh 2:18-19 dan
menunjukkan bahwa kalau seseorang ‘murtad’ ia tidak pernah sungguh-sungguh
selamat, ia tidak pernah memilki Allah.
C. Perikop tentang keselamatan
yang diperoleh atas syarat iman yang terus menerus
• Kolose 1:21-23
Kol 1:21-23 - “(21) Juga kamu yang dahulu hidup
jauh dari Allah dan yang memusuhi-Nya dalam hati dan pikiran seperti yang nyata
dari perbuatanmu yang jahat, (22) sekarang diperdamaikan-Nya, di dalam tubuh
jasmani Kristus oleh kematian-Nya, untuk menempatkan kamu kudus dan tak bercela
dan tak bercacat di hadapan-Nya. (23) Sebab itu kamu harus bertekun dalam iman,
tetap teguh dan tidak bergoncang, dan jangan mau digeser dari pengharapan
Injil, yang telah kamu dengar dan yang telah dikabarkan di seluruh alam di
bawah langit, dan yang aku ini, Paulus, telah menjadi pelayannya”.
Mudah sekali, ini lagi-lagi ayat yang
menekankan tanggung jawab kita.
• 1 Kor. 15:1-4
1Kor 15:1-4 - “(1) Dan sekarang,
saudara-saudara, aku mau mengingatkan kamu kepada Injil yang aku beritakan
kepadamu dan yang kamu terima, dan yang di dalamnya kamu teguh berdiri. (2)
Oleh Injil itu kamu diselamatkan, asal kamu teguh berpegang padanya, seperti
yang telah kuberitakan kepadamu--kecuali kalau kamu telah sia-sia saja menjadi
percaya. (3) Sebab yang sangat penting telah kusampaikan kepadamu, yaitu apa
yang telah kuterima sendiri, ialah bahwa Kristus telah mati karena dosa-dosa
kita, sesuai dengan Kitab Suci, (4) bahwa Ia telah dikuburkan, dan bahwa Ia
telah dibangkitkan, pada hari yang ketiga, sesuai dengan Kitab Suci”.
Sama dengan yang di atas, ini hanya menunjukkan
tanggung jawab. Kata-kata ‘kecuali kalau kamu telah sia-sia saja menjadi
percaya’ tidak berbeda dengan yang ada dalam Gal 3:4 - “Sia-siakah semua yang
telah kamu alami sebanyak itu? Masakan sia-sia!”.
Ini justru menjamin itu tidak mungkin terjadi,
dan iman mereka tidak mungkin sia-sia.
• Ibr. 3:6, 14
Ibr 3:6,14 - “(6) tetapi Kristus setia sebagai
Anak yang mengepalai rumahNya; dan rumahNya ialah kita, jika kita sampai kepada
akhirnya teguh berpegang pada kepercayaan dan pengharapan yang kita megahkan.
... (14) Karena kita telah beroleh bagian di dalam Kristus, asal saja kita
teguh berpegang sampai kepada akhirnya pada keyakinan iman kita yang semula”.
Lagi-lagi ayat yang menekankan tanggung jawab
kita.
• Ibr. 10:38
Anda pikun, Liauw? Ayat ini sudah ada di atas,
termasuk dalam Ibr 10:19-39, dan sudah saya jawab di atas.
• Gal. 5:1-6
Gal 5:1-6 - “(1) Supaya kita sungguh-sungguh
merdeka, Kristus telah memerdekakan kita. Karena itu berdirilah teguh dan
jangan mau lagi dikenakan kuk perhambaan. (2) Sesungguhnya, aku, Paulus,
berkata kepadamu: jikalau kamu menyunatkan dirimu, Kristus sama sekali tidak
akan berguna bagimu. (3) Sekali lagi aku katakan kepada setiap orang yang
menyunatkan dirinya, bahwa ia wajib melakukan seluruh hukum Taurat. (4) Kamu
lepas dari Kristus, jikalau kamu mengharapkan kebenaran oleh hukum Taurat; kamu
hidup di luar kasih karunia. (5) Sebab oleh Roh, dan karena iman, kita
menantikan kebenaran yang kita harapkan. (6) Sebab bagi orang-orang yang ada di
dalam Kristus Yesus hal bersunat atau tidak bersunat tidak mempunyai sesuatu
arti, hanya iman yang bekerja oleh kasih”.
Gereja Galatia, yang sudah diajar Injil yang
benar oleh Paulus kemasukan ajaran sesat yang mengajarkan keselamatan karena
iman + perbuatan baik. Surat Galatia ditulis oleh Paulus justru supaya tak ada
orang Kristen yang murtad, dan seandainya ada, ia harus dianggap sebagai orang
yang tidak pernah menjadi Kristen secara sungguh-sungguh (1Yoh 2:19).
Ijinkan saya untuk memotong
sebentar di sini untuk menunjukkan suatu poin kebenaran yang sangat penting.
Dalam sebuah dokumen, katakanlah
sebuah kontrak, atau surat
persetujuan antara dua pihak, maka jika suatu syarat dinyatakan dengan jelas di
salah satu bagian kontrak atau persetujuan tadi, syarat itu berlaku dan
mengikat, walaupun hanya satu kali dinyatakan!!
Di bawah ini saya berikan suatu
contoh fiktif, yaitu sebuah surat
imajiner dari seorang raja kepada rakyatnya:
Rakyatku yang ku kasihi, saya
menulis untuk memberitahukan kalian suatu kabar baik. Untuk memperingati ulang
tahunku yang kelima puluh, yang akan jatuh satu bulan dari sekarang, saya telah
memutuskan untuk membagikan banyak hadiah dan berkat. Hadiah dan berkat ini
adalah bagi semua yang turut memperingati ulang tahunku. Anda harus memakai
pita yang akan saya bagikan dalam satu bulan ini.
Barangsiapa yang memakai pita,
maka ia berhak atas semua hadiah dalam pesta ulang tahun saya. Apa saja hadiah
yang saya sediakan? Bagi semua kalian yang berhutang uang pada negara, maka
saya telah mempersiapkan uang pribadi saya untuk melunasi hutangmu. Ketahuilah
bahwa dana saya tidak terbatas, dan saya dapat membayar hutang semua orang.
Selain itu, orang yang ikut merayakan ulang tahun saya juga akan saya
pekerjakan di pabrik saya. Saya ingin tegaskan, bahwa saya akan memberi gaji
yang sangat bagus untuk pekerja pabrik saya. Lowongan pekerjaan tidak akan
habis. Ingat, jangan takut akan semua hutangmu, karena saya akan bayarkan itu
semua. Hadiah saya juga termasuk hak untuk menikmati taman saya yang indah
setiap hari. Kalian juga boleh memanggil saya dengan panggilan khusus, yaitu
Tuan yang Baik. Sungguh, kalian mendapatkan hadiah yang sedemikian hebat.
Ingat, bahwa kalian harus memakai pitaku hingga akhirnya, jika tidak sia-sia
saja kalian mendapat pita. Tetapi saya menulis kepada semua pemakai pitaku,
bahwa kalian dapat tahu dengan pasti, bahwa hutang kalian semua telah
dibayarkan untuk selama-lamanya.
Nah, ini hanyalah suatu surat imajiner yang
pendek. Saya bukan ingin mengatakan bahwa surat ini persis sama menggambarkan keselamatan yang kita
terima dari Allah, tetapi surat
fiktif ini membuat sebuah poin. Walaupun janji sang Raja banyak sekali, dan
sangat indah dalam dokumen ini, juga ada syarat (memakai dan terus memakai
pita) yang dinyatakan dengan jelas. Jadi, tidak peduli ada berapa janji yang
diberikan dan diulangi lagi setelah ini, syarat itu berlaku, walaupun syarat
mungkin tidak disebut ulang bersama tiap janji.
Hal yang
sama terjadi dalam Alkitab. Alkitab adalah satu dokumen. Jika Allah
dengan tegas menyatakan syarat keselamatan dalam minimal satu bagian Alkitab,
maka syarat tersebut berlaku pada semua janji Alkitab mengenai keselamatan.
Nyatanya, dalam Alkitab lebih indah lagi: Allah menyatakan syarat yang Ia
tuntut untuk mendapatkan keselamatan yang Ia sediakan, bukan sekali, bukan dua
kali, tetapi berulang-ulang kali. Syarat yang dimaksud adalah iman, dan bukan
iman yang hanya bertahan satu detik, satu hari, satu tahun, tetapi iman yang
terus sampai akhirnya. Juga, sama sekali tidak masuk akal untuk berkata, “ya,
sekali saya beriman, saya tidak bisa kehilangan iman itu.” Kalau demikian,
mengapa Allah berulang kali memperingatkan orang percaya!! tentang tanggung
jawab mereka untuk tetap tinggal dalam iman? Jika seorang percaya tidak dapat
meninggalkan iman, maka sama sekali tidak perlu untuk memperingatkan dia
tentang hal itu. Mengapa perlu memperingatkan seorang anak untuk tidak melompat
terlalu tinggi hingga sampai ke bulan? Wah, itu hal yang konyol, anda berkata,
mungkin bahkan dalam kategori membohongi anak kecil. Ya, memang benar demikian.
Karena tidak mungkin ia melompat sampai ke bulan. Allah juga tidak menipu orang
percaya dengan cara memperingatkan kita tentang hal yang tidak mungkin terjadi.
Allah tidak memberikan peringatan palsu.
Tanggapan Budi Asali:
Perhatikan yang saya beri warna biru, Liauw.
Anda mula-mula mengatakan tidak persis sama, lalu di bawahnya anda mengatakan
sama. Yang benar yang mana? Yang benar adalah bahwa ilustrasi anda beda total dengan yang ada dalam Alkitab. Mengapa? Karena dalam Alkitab
ada jaminan keselamatan, sedangkan dalam ilustrasi anda tidak.
Dalam Alkitab ada sederetan ayat yang menjamin
keselamatan, dan sederetan ayat yang menunjukkan tanggung jawab kita, dengan
ancaman keselamatan itu bisa hilang. Calvinisme menekankan bagian pertama, dan
menjelaskan bagian kedua sehingga harmonis dengan bagian pertama. Arminianisme
menekankan bagian kedua, tetapi tidak bisa menafsirkan bagian pertama sehingga
harmonis dengan bagian kedua, dan karena itu mereka pura-pura tidak melihat
ayat-ayat itu!
Mau melihat deretan ayat dari Calvinisme? Saya
berikan di bawah ini:
1Sam
12:22 - “Sebab TUHAN tidak akan membuang umatNya, sebab namaNya yang besar.
Bukankah TUHAN telah berkenan untuk membuat kamu menjadi umatNya?”.
2Sam 7:12-16
- “(12) Apabila umurmu sudah genap dan engkau telah mendapat perhentian
bersama-sama dengan nenek moyangmu, maka Aku akan membangkitkan keturunanmu
yang kemudian, anak kandungmu, dan Aku akan mengokohkan kerajaannya. (13)
Dialah yang akan mendirikan rumah bagi namaKu dan Aku akan mengokohkan takhta
kerajaannya untuk selama-lamanya. (14) Aku akan menjadi Bapanya, dan ia akan
menjadi anakKu. Apabila ia melakukan kesalahan, maka Aku akan menghukum dia
dengan rotan yang dipakai orang dan dengan pukulan yang diberikan anak-anak
manusia. (15) Tetapi kasih setiaKu tidak akan hilang dari padanya, seperti yang
Kuhilangkan dari pada Saul, yang telah Kujauhkan dari hadapanmu. (16)
Keluarga dan kerajaanmu akan kokoh untuk selama-lamanya di hadapanKu, takhtamu
akan kokoh untuk selama-lamanya.’”. Bandingkan dengan Maz 89:31-36 di
bawah.
2Sam
23:5 - “Bukankah seperti itu keluargaku di hadapan Allah? Sebab Ia
menegakkan bagiku suatu perjanjian kekal, teratur dalam segala-galanya dan
terjamin. Sebab segala keselamatanku dan segala kesukaanku bukankah Dia
yang menumbuhkannya?”.
Maz 23:6 - “Kebajikan
dan kemurahan belaka akan mengikuti aku, seumur hidupku; dan aku akan diam
dalam rumah TUHAN sepanjang masa”.
Maz 89:31-36 - “Jika
anak-anaknya meninggalkan TauratKu dan mereka tidak hidup menurut hukumKu, jika
ketetapanKu mereka langgar dan tidak berpegang pada perintah-perintahKu, maka
Aku akan membalas pelanggaran mereka dengan gada, dan kesalahan mereka dengan
pukulan-pukulan. Tetapi kasih setiaKu tidak akan Kujauhkan dari padanya dan
Aku tidak akan berlaku curang dalam hal kesetiaanKu. Aku tidak akan melanggar
perjanjianKu, dan apa yang keluar dari bibirKu tidak akan Kuubah. Sekali Aku
bersumpah demi kekudusanKu, tentulah Aku tidak akan berbohong kepada Daud:
Anak cucunya akan ada untuk selama-lamanya, dan takhtanya seperti matahari di
depan mataKu, seperti bulan yang ada selama-lamanya, suatu saksi yang setia di
awan-awan.’ Sela”.
Yes 43:1-5
- “Tetapi
sekarang, beginilah firman TUHAN yang menciptakan engkau, hai Yakub, yang
membentuk engkau, hai Israel:
‘Janganlah takut, sebab Aku telah menebus engkau, Aku telah memanggil engkau
dengan namamu, engkau ini kepunyaanKu. Apabila engkau menyeberang melalui
air, Aku akan menyertai engkau, atau melalui sungai-sungai, engkau tidak akan
dihanyutkan; apabila engkau berjalan melalui api, engkau tidak akan
dihanguskan, dan nyala api tidak akan membakar engkau. Sebab Akulah TUHAN,
Allahmu, Yang Mahakudus, Allah Israel,
Juruselamatmu. Aku menebus engkau dengan Mesir, dan memberikan Etiopia dan
Syeba sebagai gantimu. Oleh karena engkau berharga di mataKu dan mulia, dan Aku
ini mengasihi engkau, maka Aku memberikan manusia sebagai gantimu, dan
bangsa-bangsa sebagai ganti nyawamu. Janganlah takut, sebab Aku ini menyertai engkau,
Aku akan mendatangkan anak cucumu dari timur, dan Aku akan menghimpun engkau
dari barat”.
Yes
54:7-10 - “Hanya sesaat lamanya Aku
meninggalkan engkau, tetapi karena kasih sayang yang besar Aku mengambil engkau
kembali. Dalam murka yang meluap Aku telah menyembunyikan wajahKu terhadap
engkau sesaat lamanya, tetapi dalam kasih setia abadi Aku telah mengasihani
engkau, firman TUHAN, Penebusmu. Keadaan
ini bagiKu seperti pada zaman Nuh: seperti Aku telah bersumpah kepadanya bahwa
air bah tidak akan meliputi bumi lagi, demikianlah Aku telah bersumpah bahwa
Aku tidak akan murka terhadap engkau dan tidak akan menghardik engkau lagi.
Sebab biarpun gunung-gunung beranjak dan bukit-bukit bergoyang, tetapi kasih
setiaKu tidak akan beranjak dari padamu dan perjanjian damaiKu tidak akan
bergoyang, firman TUHAN, yang mengasihani engkau”.
Yes
57:16-19 - “Sebab bukan untuk selama-lamanya Aku hendak berbantah, dan
bukan untuk seterusnya Aku hendak murka, supaya semangat mereka jangan lemah
lesu di hadapan-Ku, padahal Akulah yang membuat nafas kehidupan. Aku murka
karena kesalahan kelobaannya, Aku menghajar dia, menyembunyikan wajahKu dan
murka, tetapi dengan murtad ia menempuh jalan yang dipilih hatinya. Aku telah melihat segala jalannya itu, tetapi Aku
akan menyembuhkan dan akan menuntun dia dan akan memulihkan dia dengan
penghiburan; juga pada bibir orang-orangnya yang berkabung Aku akan
menciptakan puji-pujian. Damai, damai sejahtera bagi mereka yang jauh dan bagi
mereka yang dekat - firman TUHAN - Aku akan menyembuhkan dia!”.
Yes 59:21
- “Adapun
Aku, inilah perjanjianKu dengan mereka, firman TUHAN: RohKu yang
menghinggapi engkau dan firmanKu yang Kutaruh dalam mulutmu tidak akan
meninggalkan mulutmu dan mulut keturunanmu dan mulut keturunan mereka, dari
sekarang sampai selama-lamanya, firman TUHAN”.
Yer 32:38-40
- “Maka
mereka akan menjadi umatKu dan Aku akan menjadi Allah mereka. Aku akan
memberi mereka satu hati dan satu tingkah langkah, sehingga mereka takut
kepadaKu sepanjang masa untuk kebaikan mereka dan anak-anak mereka yang datang
kemudian. Aku akan mengikat perjanjian kekal dengan mereka, bahwa Aku
tidak akan membelakangi mereka, melainkan akan berbuat baik kepada mereka; Aku
akan menaruh takut kepadaKu ke dalam hati mereka, supaya mereka jangan menjauh
dari padaKu”.
Yeh 36:25-27
- “Aku
akan mencurahkan kepadamu air jernih, yang akan mentahirkan kamu; dari segala
kenajisanmu dan dari semua berhala-berhalamu Aku akan mentahirkan kamu. Kamu
akan Kuberikan hati yang baru, dan roh yang baru di dalam batinmu dan Aku akan
menjauhkan dari tubuhmu hati yang keras dan Kuberikan kepadamu hati yang taat.
RohKu akan Kuberikan diam di dalam batinmu dan Aku akan membuat kamu hidup
menurut segala ketetapanKu dan tetap berpegang pada peraturan-peraturanKu dan
melakukannya”.
Dan 11:32
- “Dan orang-orang yang berlaku fasik terhadap Perjanjian akan dibujuknya
sampai murtad dengan kata-kata licin; tetapi umat yang mengenal Allahnya
akan tetap kuat dan akan bertindak”.
Hos 2:18-19
- “Aku
akan menjadikan engkau isteriKu untuk selama-lamanya dan Aku akan
menjadikan engkau isteriKu dalam keadilan dan kebenaran, dalam kasih setia dan
kasih sayang. Aku akan menjadikan engkau isteriKu dalam kesetiaan,
sehingga engkau akan mengenal TUHAN”.
Mat 12:20 - “Buluh
yang patah terkulai tidak akan diputuskanNya, dan sumbu yang pudar nyalanya
tidak akan dipadamkanNya, sampai Ia menjadikan hukum itu menang”.
Bdk. Yes 42:3 - “Buluh
yang patah terkulai tidak akan diputuskannya, dan sumbu yang pudar nyalanya
tidak akan dipadamkannya, tetapi dengan setia ia akan menyatakan hukum”.
Mat
16:18 - “Dan Akupun berkata kepadamu: Engkau adalah Petrus dan di atas batu
karang ini Aku akan mendirikan jemaatKu dan alam maut tidak akan
menguasainya”.
Mat 24:22-24
- “Dan sekiranya waktunya tidak dipersingkat, maka dari segala yang hidup
tidak akan ada yang selamat; akan tetapi oleh karena orang-orang pilihan waktu
itu akan dipersingkat. Pada waktu itu jika orang berkata kepada kamu: Lihat,
Mesias ada di sini, atau Mesias ada di sana, jangan kamu percaya. Sebab
Mesias-mesias palsu dan nabi-nabi palsu akan muncul dan mereka akan mengadakan
tanda-tanda yang dahsyat dan mujizat-mujizat, sehingga sekiranya mungkin,
mereka menyesatkan orang-orang pilihan juga”.
Luk
22:31-32 - “Simon, Simon, lihat, Iblis telah menuntut untuk menampi kamu seperti
gandum, tetapi Aku telah berdoa untuk engkau, supaya imanmu jangan gugur.
Dan engkau, jikalau engkau sudah insaf, kuatkanlah saudara-saudaramu.’”.
Yoh
4:13-14 - “Jawab Yesus kepadanya: ‘Barangsiapa minum air ini, ia akan haus lagi,
tetapi barangsiapa minum air yang akan Kuberikan kepadanya, ia tidak akan haus
untuk selama-lamanya. Sebaliknya air yang akan Kuberikan kepadanya, akan
menjadi mata air di dalam dirinya, yang terus-menerus memancar sampai kepada
hidup yang kekal.’”.
Yoh
6:54 - “Barangsiapa makan dagingKu dan minum darahKu, ia mempunyai hidup
yang kekal dan Aku akan membangkitkan dia pada akhir zaman”.
Yoh
6:39-40 - “Dan Inilah kehendak Dia yang telah mengutus Aku, yaitu supaya dari
semua yang telah diberikanNya kepadaKu jangan ada yang hilang, tetapi
supaya Kubangkitkan pada akhir zaman. Sebab inilah kehendak BapaKu, yaitu
supaya setiap orang, yang melihat Anak dan yang percaya kepadaNya beroleh hidup
yang kekal, dan supaya Aku membangkitkannya pada akhir zaman.’”.
Yoh 10:27-29
- “(27) Domba-dombaKu mendengarkan
suaraKu dan Aku mengenal mereka dan mereka mengikut Aku, (28) dan Aku
memberikan hidup yang kekal kepada mereka dan mereka pasti tidak akan binasa
sampai selama-lamanya dan seorangpun tidak akan merebut mereka dari
tanganKu. (29) BapaKu, yang memberikan mereka kepadaKu, lebih besar dari pada
siapapun, dan seorangpun tidak dapat merebut mereka dari tangan Bapa”.
Yoh 11:25-26
- “(25) Jawab Yesus: ‘Akulah kebangkitan dan hidup; barangsiapa percaya
kepadaKu, ia akan hidup walaupun ia sudah mati, (26) dan setiap orang yang
hidup dan yang percaya kepadaKu, tidak akan mati selama-lamanya. Percayakah
engkau akan hal ini?’”.
Yoh 14:16
- “Aku akan minta kepada Bapa, dan Ia akan memberikan kepadamu seorang
Penolong yang lain, supaya Ia menyertai kamu selama-lamanya”.
Yoh 13:1
- “Sementara
itu sebelum hari raya Paskah mulai, Yesus telah tahu, bahwa saatNya sudah tiba
untuk beralih dari dunia ini kepada Bapa. Sama seperti Ia senantiasa mengasihi
murid-muridNya demikianlah sekarang Ia mengasihi mereka sampai kepada
kesudahannya”.
Ro 5:8-10
- “(8) Akan tetapi Allah menunjukkan kasihNya kepada kita, oleh karena Kristus
telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa. (9) Lebih-lebih,
karena kita sekarang telah dibenarkan oleh darahNya, kita pasti akan
diselamatkan dari murka Allah. (10) Sebab jikalau kita, ketika masih seteru,
diperdamaikan dengan Allah oleh kematian AnakNya, lebih-lebih kita, yang
sekarang telah diperdamaikan, pasti akan diselamatkan oleh hidupNya!”.
Ro 8:28
- “Kita tahu sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk
mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang
terpanggil sesuai dengan rencana Allah”.
Ro 8:28
ini jelas bertentangan dengan doktrin Arminian yang menyatakan orang kristen
bisa kehilangan keselamatannya, dan sebaliknya mendukung doktrin Reformed yang
menyatakan bahwa orang kristen yang sejati tidak mungkin kehilangan
keselamatannya. Mengapa? Karena ayat ini merupakan janji untuk orang kristen,
bahwa Allah pasti bekerja untuk kebaikannya. Kalau ia sudah selamat, dan lalu
ia mundur / berbuat dosa terus menerus, dan akhirnya kehilangan keselamatannya,
itu sama sekali tidak menunjukkan bahwa Allah bekerja untuk kebaikannya.
Mungkin orang Arminian akan menjawab: ‘Pada waktu ia mundur, ia kehilangan
kasihnya kepada Tuhan sehingga janji ini tidak lagi berlaku untuk dia’.
Saya jawab dengan pertanyaan: “Kalau Allah memang bekerja untuk kebaikannya,
bagaimana mungkin / membiarkan ia mundur dari ‘mengasihi Tuhan’ menjadi ‘tidak
mengasihi Tuhan’?”.
Roma
8:29-30 - “(29) Sebab semua orang yang dipilihNya dari semula, mereka juga
ditentukanNya dari semula untuk menjadi serupa dengan gambaran AnakNya, supaya
Ia, AnakNya itu, menjadi yang sulung di antara banyak saudara. (30) Dan mereka
yang ditentukanNya dari semula, mereka itu juga dipanggilNya. Dan mereka yang
dipanggilNya, mereka itu juga dibenarkanNya. Dan mereka yang dibenarkanNya,
mereka itu juga dimuliakanNya”.
Roma
8:35-39 - “(35) Siapakah yang akan memisahkan kita dari kasih Kristus?
Penindasan atau kesesakan atau penganiayaan, atau kelaparan atau ketelanjangan,
atau bahaya, atau pedang? (36) Seperti ada tertulis: ‘Oleh karena Engkau kami
ada dalam bahaya maut sepanjang hari, kami telah dianggap sebagai domba-domba
sembelihan.’ (37) Tetapi dalam semuanya itu kita lebih dari pada orang-orang
yang menang, oleh Dia yang telah mengasihi kita. (38) Sebab aku yakin, bahwa
baik maut, maupun hidup, baik malaikat-malaikat, maupun pemerintah-pemerintah,
baik yang ada sekarang, maupun yang akan datang, (39) atau kuasa-kuasa, baik
yang di atas, maupun yang di bawah, ataupun sesuatu makhluk lain, tidak akan
dapat memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan
kita”.
Roma
11:29 - “Sebab Allah tidak menyesali kasih karunia dan panggilanNya”.
Roma
14:4 - “Siapakah kamu, sehingga kamu menghakimi hamba orang lain? Entahkah
ia berdiri, entahkah ia jatuh, itu adalah urusan tuannya sendiri. Tetapi ia
akan tetap berdiri, karena Tuhan berkuasa menjaga dia terus berdiri”.
1Kor
1:8-9 - “(8) Ia juga akan meneguhkan kamu sampai kepada kesudahannya,
sehingga kamu tak bercacat pada hari Tuhan kita Yesus Kristus. (9) Allah, yang
memanggil kamu kepada persekutuan dengan AnakNya Yesus Kristus, Tuhan kita,
adalah setia”.
1Kor 10:13
- “Pencobaan-pencobaan yang kamu alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang
tidak melebihi kekuatan manusia. Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan
membiarkan kamu dicobai melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan
memberikan kepadamu jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya”.
2Kor
1:21-22 - “(21) Sebab Dia yang telah meneguhkan kami bersama-sama dengan
kamu di dalam Kristus, adalah Allah yang telah mengurapi, (22) memeteraikan
tanda milik-Nya atas kita dan yang memberikan Roh Kudus di dalam hati kita
sebagai jaminan dari semua yang telah disediakan untuk kita”.
2Kor
2:14a - “Tetapi syukur bagi Allah, yang dalam Kristus selalu membawa kami
di jalan kemenanganNya”.
2Kor 4:8-9,14 - “(8)
Dalam segala hal kami ditindas, namun tidak terjepit; kami habis akal, namun
tidak putus asa; (9) kami dianiaya, namun tidak ditinggalkan sendirian, kami
dihempaskan, namun tidak binasa. ... (14) Karena kami tahu, bahwa Ia, yang
telah membangkitkan Tuhan Yesus, akan membangkitkan kami juga bersama-sama
dengan Yesus. Dan Ia akan menghadapkan kami bersama-sama dengan kamu kepada
diriNya”.
Ef
1:13-14 - “(13) Di dalam Dia kamu juga - karena kamu telah mendengar firman kebenaran,
yaitu Injil keselamatanmu - di dalam Dia kamu juga, ketika kamu percaya,
dimeteraikan dengan Roh Kudus, yang dijanjikanNya itu. (14) Dan Roh Kudus
itu adalah jaminan bagian kita sampai kita memperoleh seluruhnya, yaitu
penebusan yang menjadikan kita milik Allah, untuk memuji kemuliaanNya”.
Fil 1:6
- “Akan
hal ini aku yakin sepenuhnya, yaitu Ia, yang memulai pekerjaan yang baik di
antara kamu, akan meneruskannya sampai pada akhirnya pada hari Kristus Yesus”.
1Tes
5:24 - “Ia yang memanggil kamu adalah setia, Ia juga akan menggenapinya”.
2Tes 3:3
- “Tetapi
Tuhan adalah setia. Ia akan menguatkan hatimu dan memelihara kamu terhadap yang
jahat”.
2Tim 1:12 - “Itulah
sebabnya aku menderita semuanya ini, tetapi aku tidak malu; karena aku tahu
kepada siapa aku percaya dan aku yakin bahwa Dia berkuasa memeliharakan apa
yang telah dipercayakanNya kepadaku hingga pada hari Tuhan”.
2Tim
4:18 - “Dan Tuhan akan melepaskan aku dari setiap usaha yang jahat. Dia akan
menyelamatkan aku, sehingga aku masuk ke dalam KerajaanNya di sorga. BagiNyalah
kemuliaan selama-lamanya! Amin”.
Ibr
6:19-20 - “(19) Pengharapan itu adalah sauh yang kuat dan aman bagi jiwa kita,
yang telah dilabuhkan sampai ke belakang tabir, (20) di mana Yesus telah
masuk sebagai Perintis bagi kita, ketika Ia, menurut peraturan Melkisedek,
menjadi Imam Besar sampai selama-lamanya”.
Ibr 10:38-39
- “(38) Tetapi orangKu yang benar akan hidup oleh iman, dan apabila ia
mengundurkan diri, maka Aku tidak berkenan kepadanya.’ (39) Tetapi kita
bukanlah orang-orang yang mengundurkan diri dan binasa, tetapi orang-orang yang
percaya dan yang beroleh hidup”.
Ibr 12:2
- “Marilah
kita melakukannya dengan mata yang tertuju kepada Yesus, yang memimpin kita
dalam iman, dan yang membawa iman kita itu kepada kesempurnaan, yang dengan
mengabaikan kehinaan tekun memikul salib ganti sukacita yang disediakan bagi
Dia, yang sekarang duduk di sebelah kanan takhta Allah”.
KJV: ‘Looking unto
Jesus the author and finisher of our faith; who for the joy that was set
before him endured the cross, despising the shame, and is set down at the right
hand of the throne of God’ (= ).
Ibr
12:9-10 - “Selanjutnya: dari ayah kita yang sebenarnya kita beroleh ganjaran, dan
mereka kita hormati; kalau demikian bukankah kita harus lebih taat kepada Bapa
segala roh, supaya kita boleh hidup? Sebab mereka mendidik kita dalam waktu
yang pendek sesuai dengan apa yang mereka anggap baik, tetapi Dia menghajar
kita untuk kebaikan kita, supaya kita beroleh bagian dalam kekudusanNya”.
Ibr
13:5b - “Karena Allah telah berfirman: ‘Aku sekali-kali tidak akan
membiarkan engkau dan Aku sekali-kali tidak akan meninggalkan engkau.’”.
1Pet 1:5
- “Yaitu kamu, yang dipelihara dalam kekuatan Allah karena imanmu sementara
kamu menantikan keselamatan yang telah tersedia untuk dinyatakan pada zaman
akhir”.
1Pet 5:10
- “Dan Allah, sumber segala kasih karunia, yang telah memanggil kamu dalam
Kristus kepada kemuliaanNya yang kekal, akan melengkapi, meneguhkan, menguatkan
dan mengokohkan kamu, sesudah kamu menderita seketika lamanya”.
1Yoh
2:18-19 - “(18) Anak-anakku, waktu ini adalah waktu yang terakhir, dan
seperti yang telah kamu dengar, seorang antikristus akan datang, sekarang telah
bangkit banyak antikristus. Itulah tandanya, bahwa waktu ini benar-benar adalah
waktu yang terakhir. (19) Memang mereka berasal dari antara kita, tetapi mereka
tidak sungguh-sungguh termasuk pada kita; sebab jika mereka sungguh-sungguh
termasuk pada kita, niscaya mereka tetap bersama-sama dengan kita. Tetapi hal
itu terjadi, supaya menjadi nyata, bahwa tidak semua mereka sungguh-sungguh
termasuk pada kita”.
1Yoh
3:9 - “Setiap orang yang lahir dari Allah, tidak berbuat dosa lagi; sebab
benih ilahi tetap ada di dalam dia dan ia tidak dapat berbuat dosa, karena ia
lahir dari Allah”.
1Yoh
4:13 - “Demikianlah kita ketahui, bahwa kita tetap berada di dalam Allah dan
Dia di dalam kita: Ia telah mengaruniakan kita mendapat bagian dalam RohNya”.
1Yoh
5:18 - “Kita tahu, bahwa setiap orang yang lahir dari Allah, tidak berbuat
dosa; tetapi Dia yang lahir dari Allah melindunginya, dan si jahat tidak dapat
menjamahnya”.
2Yoh 9
- “Setiap orang yang tidak tinggal di dalam ajaran Kristus, tetapi yang
melangkah keluar dari situ, tidak memiliki Allah. Barangsiapa tinggal di dalam
ajaran itu, ia memiliki Bapa maupun Anak”.
Yudas
24 - “Bagi Dia, yang berkuasa menjaga supaya jangan kamu tersandung dan yang
membawa kamu dengan tak bernoda dan penuh kegembiraan di hadapan kemuliaanNya”.
Saya bisa menafsirkan
ayat-ayat anda sehingga harmonis dengan ajaran Calvinisme, coba anda
menafsirkan semua ayat-ayat saya sehingga harmonis dengan ajaran anda!
Anda mengatakan Allah tidak memberikan
peringatan yang palsu; apakah anda berani mengatakan bahwa Allah memberikan
jaminan keselamatan yang palsu dalam sederetan ayat-ayat yang saya sebutkan di
atas?
D. Perikop yang memerintahkan
kita untuk tinggal dalam Kristus atau memegang teguh iman kita (yang berarti
ada kemungkinan tidak mentaati perintah ini)
• Yohanes 15:4-6
• Yudas 1:21
• Wahyu 2:10
• Matius. 10:22
• Ibrani 10:35
Tanggapan Budi Asali:
Ini sudah saya jawab di atas, tak perlu saya
ulang.
E. Perikop yang menyatakan
kekhawatiran Paulus bahwa jerih payahnya akan sia-sia (karena bahaya bahwa
mereka yang telah ia menangkan bagi Kristus meninggalkan iman)
• Filipi 2:15-16
Fil
2:14-16 - “(14) Lakukanlah segala sesuatu dengan tidak bersungut-sungut dan
berbantah-bantahan, (15) supaya kamu tiada beraib dan tiada bernoda, sebagai
anak-anak Allah yang tidak bercela di tengah-tengah angkatan yang bengkok
hatinya dan yang sesat ini, sehingga kamu bercahaya di antara mereka seperti
bintang-bintang di dunia, (16) sambil berpegang pada firman kehidupan, agar
aku dapat bermegah pada hari Kristus, bahwa aku tidak percuma berlomba dan
tidak percuma bersusah-susah”.
Saya beranggapan tak ada
kekuatiran di sini. Ia menyuruh mereka taat dsb sebagai tanggung jawab mereka,
dan supaya mereka lebih terdorong untuk mentaati perintahnya, ia menghubungkan
itu dengan jerih payahnya. Asumsi Paulus adalah: mereka tak ingin jerih payah
Paulus jadi sia-sia, karena itu ia hubungkan dengan jerih payahnya.
• 1 Tesalonika 3:5
1Tes 3:5 - “Itulah
sebabnya, maka aku, karena tidak dapat tahan lagi, telah mengirim dia, supaya
aku tahu tentang imanmu, karena aku kuatir kalau-kalau kamu telah
dicobai oleh si penggoda dan kalau-kalau usaha kami menjadi sia-sia”.
Arti sebetulnya dari kata
Yunaninya bukanlah ‘kuatir’; kata Yunani yang dipakai adalah MEPOS atau ME POS,
yang artinya ‘lest’ (= supaya jangan)
- Bible Works 7. Silahkan cek sendiri.
Dan ayat-ayat ini seperti ini
tak berhubungan dengan keselamatan yang bisa hilang. Yang dikuatirkan oleh
Paulus bukannya bahwa mereka sudah sungguh-sungguh Kristen lalu terhilang.
Tetapi ia menguatirkan bahwa mereka tidak pernah menjadi Kristen yang sejati.
Kalau memang begitu maka seluruh jerih payahnya dalam memberitakan Injil, tak
berbuah. Itu yang dia kuatirkan. Ayat-ayat tentang Galatia di bawah ini juga bisa
ditafsirkan secara sama.
• Galatia 1:6; 4:9-11
Gal 1:6 -
“Aku heran, bahwa kamu begitu lekas berbalik dari pada Dia, yang oleh kasih
karunia Kristus telah memanggil kamu, dan mengikuti suatu injil lain”.
Calvin
(tentang Gal 1:6): “By using the
present tense, (‘ye are removed,’) he appears to say that they were only in the
act of falling. As if he had said, ‘I do not yet say that ye have been removed;
for then it would be more difficult to return to the right path. But now, at
the critical moment, do not advance a single step, but instantly retreat.’”
- hal 29.
Gal
4:9-11 - “(9) Tetapi sekarang sesudah kamu mengenal Allah, atau lebih baik,
sesudah kamu dikenal Allah, bagaimanakah kamu berbalik lagi kepada roh-roh
dunia yang lemah dan miskin dan mau mulai memperhambakan diri lagi kepadanya?
(10) Kamu dengan teliti memelihara hari-hari tertentu, bulan-bulan, masa-masa
yang tetap dan tahun-tahun. (11) Aku kuatir kalau-kalau susah payahku untuk
kamu telah sia-sia”.
Barnes’ Notes (tentang Gal 4:11): “‘I am afraid of you ...’ I have fears respecting you. His
fears were that they had no genuine Christian principle. They had been so
easily perverted and turned back to the servitude of ceremonies and rites, that
he was apprehensive that there could be no real Christian principle in the
case. What pastor has not often had such fears of his people, when he sees them
turn to the weak and beggarly elements of the world, or when, after having ‘run
well,’ he sees them become the slaves of fashion, or of some habit inconsistent
with the simplicity of the gospel?”.
Pada waktu
peringatan seperti ini diberikan kepada suatu gereja, yang tentu saja terdiri
dari banyak orang, dan banyak orang itu pasti ada yang orang kristen yang
sejati dan ada yang orang kristen KTP, maka peringatan itu bisa dimaksudkan
secara berbeda untuk kelompok yang berbeda. Bagi orang kristen yang sejati itu
hanya merupakan tanggung jawab; jadi sekalipun keselamatan mereka dijamin tidak
bisa hilang, tetapi mereka tetap punya tanggung jawab untuk hidup sebaik
mungkin. Bagi orang kristen KTP, maka mereka memang bisa terhilang (bukan
kehilangan keselamatan, karena mereka tak pernah selamat), dan itu menyebabkan
jerih payah Paulus untuk mereka menjadi sia-sia.
Ada begitu banyak ayat yang jelas mengajarkan
kemungkinan murtad, atau meninggalkan iman, atau menolak Kristus setelah pernah
menerima Dia. Lalu mengapakah banyak orang menentang doktrin ini? Ya, sebenarnya
karena mereka sudah diajarkan doktrin yang bertentangan. Mereka telah diajarkan
berbagai ayat yang seolah-olah
mendukung SSTS, dan SSTS sudah mendarah daging dalam diri mereka, sehingga
mereka menolak untuk melihat bukti yang begitu banyak menentang SSTS.
Tanggapan Budi Asali:
Ya, karena memang ada sangat banyak ayat, yang
sudah saya sebutkan di atas, bukan yang ‘seolah-olah’ menjamin keselamatan, tetapi ‘betul-betul’ menjamin
keselamatan orang kristen yang sejati. Saya bisa menjelaskan ayat-ayat anda
sehingga harmonis dengan pandangan saya, bisakah anda menjelaskan ayat-ayat
saya sehingga harmonis dengan ‘kemungkinan murtad’ ini?
Secara sama saya bisa mengatakan bahwa orang
Arminian sudah dicekoki dengan ayat-ayat yang seolah-olah menunjukkan
bahwa orang kristen yang sejati bisa murtad, sehingga mereka lalu menutup mata
terhadap janji-janji yang indah dari Tuhan bahwa keselamatan mereka terjamin!
Sama seperti seorang Kalvinis
yang telah dicekoki dengan doktrin Limited Atonement (bahwa Yesus mati bukan
untuk semua manusia). Ketika kita menunjukkan pada mereka ayat-ayat yang
mengajarkan bahwa “Yesus mati untuk semua manusia,” apa respons mereka
biasanya? Mereka akan berkata, “Semua tidak berarti semua.”
Tanggapan Budi Asali:
Jangan terlalu pendek dalam menjelaskan, Liauw!
Penjelasan singkat seperti itu menyebabkan orang berpikir seakan-akan kami
Calvinist adalah orang-orang tolol! Bahwa kalau Alkitab mengatakan A artinya
tidak harus A bisa dibuktikan. Misalnya Kej 1:14-16 - “(14) Berfirmanlah Allah:
‘Jadilah benda-benda penerang pada cakrawala untuk memisahkan siang dari malam.
Biarlah benda-benda penerang itu menjadi tanda yang menunjukkan masa-masa yang
tetap dan hari-hari dan tahun-tahun, (15) dan sebagai penerang pada cakrawala
biarlah benda-benda itu menerangi bumi.’ Dan jadilah demikian. (16) Maka Allah
menjadikan kedua benda penerang yang
besar itu, yakni yang lebih besar untuk menguasai siang dan yang
lebih kecil untuk menguasai malam, dan menjadikan
juga bintang-bintang”.
Kalau text ini mau diartikan apa adanya maka
Alkitab jadi salah, Pertama, bulan itu bukan benda terang, ia hanya memantulkan
sinar dari matahari. Kedua, bulan dan matahari dikatakan besar, secara implicit
bintang-bintang disebut kecil. Padahal bintang-bintang banyak yang jauh lebih
besar dari matahari. Apakah ini salah? Tidak, karena Alkitab sering
menggambarkan menurut pengetahuan saat itu, atau menurut kelihatannya dari
sudut pandang orang.
Dalam Yoh 6:66 banyak murid yang meninggalkan
Yesus. Apakah mereka betul-betul murid? Berdasarkan Yoh 8:31 mereka pasti bukan
sungguh-sungguh murid. Lalu mengapa disebut murid? Karena kelihatannya seperti
itu, atau karena mereka mengaku sebagai murid / orang Kristen.
Sekarang kembali pada topik pembicaraan, pada
waktu Alkitab berkata ‘semua’ memang tidak harus berarti ‘semua’. Ini bukan
hanya dalam Alkitab, tetapi bahkan dalam bahasa sehari-hari juga begitu. Kalau
saya sebagai guru mengajar di kelas, dan saya berkata ‘semua harap diam’,
apakah saya memaksudkan semua manusia di muka bumi? Tentu tidak, tetapi hanya
‘semua’ yang ada di kelas. Jadi, jelas bahwa kontext selalu harus menentukan
‘semua’ itu dalam arti yang bagaimana.
Sebagai contoh:
Tit 2:11 - “Karena
kasih karunia Allah yang menyelamatkan semua manusia sudah nyata”.
Saya tanya: ‘semua
manusia’ ini betul-betul berarti setiap individu yang pernah hidup dalam dunia?
Kalau ya, anda harus memeluk Universalisme, yang mempercayai bahwa pada
akhirnya semua manusia akan masuk surga! Ini jelas ajaran sesat. Kalau tidak,
maka anda harus mengakui bahwa ‘semua’ tak selalu harus berarti ‘semua’! Mau
pilih yang mana, Liauw???
Contoh lain:
Kis 2:17 - “Akan terjadi
pada hari-hari terakhir--demikianlah firman Allah--bahwa Aku akan
mencurahkan Roh-Ku ke atas semua manusia;
maka anak-anakmu laki-laki dan perempuan akan bernubuat, dan teruna-terunamu
akan mendapat penglihatan-penglihatan, dan orang-orangmu yang tua akan mendapat
mimpi”.
Saya tanya, Liauw, apakah
kata-kata ‘semua manusia’ harus diartikan betul-betul sebagai semua manusia di
dunia tanpa kecuali? Kalau anda berkata ‘ya’, berarti anda percaya bahwa Allah
memberikan Roh Kudusnya kepada orang Kristen maupun orang kafir! Ini jelas tak
cocok dengan pandangan dari ayat-ayat lain dalam Alkitab, yang mengatakan bahwa
hanya orang percaya saja yang diberi Roh Kudus (Kis 2:38 Ef 1:13
Yoh 7:38-39). Kalau anda berkata ‘tidak’, berarti anda harus setuju
dengan saya bahwa arti dari suatu kata tidak harus selalu sama, tetapi harus
diartikan sesuai dengan kontext, dan sesuai dengan seluruh Alkitab.
Pendukung SSTS mempertunjukkan
pola yang sama. Ketika kita menunjukkan kepada mereka ayat yang berkata,
“murtad,” mereka berkata, “ya, murtad tidak berarti murtad....tapi mereka belum
pernah percaya.” “Lepas dari Kristus” itu bukan artinya mereka belum pernah
percaya Kristus. Jadi, mereka mendefinisikan ulang kata “murtad,” dan
pengertian “lepas dari Kristus,” bertentangan dengan aturan bahasa yang
berlaku. Cara menafsir seperti ini tidak jujur terhadap fakta Alkitab, dan
datang dari pikiran yang mati-matian membela kepercayaan yang sudah dipegang.
Apakah yang akan anda pertahankan? Saya lebih suka
mempertahankan kebenaran, walaupun itu berarti mengubah kepercayaan saya.
Tanggapan Budi Asali:
Semua kata harus diartikan sesuai dengan
kontext, dan juga sesuai dengan seluruh ayat-ayat lain dalam Alkitab, yang
topiknya berhubungan dengannya! Setuju hal ini, Liauw!
Kalau tidak, saya beri contoh.
Gal 1:23 - “Mereka hanya mendengar, bahwa ia
yang dahulu menganiaya mereka, sekarang memberitakan iman, yang pernah hendak dibinasakannya”.
‘Iman’ biasanya
artinya kepercayaan. Tetapi dalam ayat ini, tidak mungkin diartikan
kepercayaan, karena bagaimana ia memberitakan suatu kepercayaan? Ia
memberitakan ‘ajaran’nya! Kalau anda berkeras bahwa ‘iman’ di sini tetap harus
diartikan kepercayaan, saya tanya: bagaimana mungkin ayat ini, pada bagian
akhirnya, mengatakan ‘yang pernah hendak
dibinasakannya’? Bagaimana mungkin Paulus (atau
Saulus) bisa berusaha membinasakan kepercayaan?
Contoh lain:
1Yoh 4:1-3 - “(1) Saudara-saudaraku yang
kekasih, janganlah percaya akan setiap roh, tetapi ujilah roh-roh itu, apakah mereka berasal dari Allah; sebab banyak nabi-nabi palsu yang telah
muncul dan pergi ke seluruh dunia. (2) Demikianlah kita mengenal Roh Allah:
setiap roh yang
mengaku, bahwa Yesus Kristus telah datang sebagai manusia, berasal dari Allah,
(3) dan setiap roh, yang tidak mengaku Yesus, tidak berasal dari Allah. Roh itu adalah roh antikristus dan tentang
dia telah kamu dengar, bahwa ia akan datang dan sekarang ini ia sudah ada di
dalam dunia”.
Biasanya apa ari dari kata ‘roh’, Liauw? Saya tanya,
dalam text di atas ini bisakah anda mengartikan seperti arti pada umumnya?
Jelas bahwa kata ‘roh’ di sini menunjuk kepada pengajar sesat atau ‘nabi palsu’!
Contoh lain lagi:
Yak 2:21 - “Bukankah Abraham, bapa kita, dibenarkan
karena perbuatan-perbuatannya, ketika ia mempersembahkan Ishak, anaknya,
di atas mezbah?”.
Ro 4:1-3 - “(1) Jadi apakah akan kita katakan
tentang Abraham, bapa leluhur jasmani kita? (2) Sebab jikalau Abraham
dibenarkan karena perbuatannya, maka ia beroleh dasar untuk bermegah, tetapi
tidak di hadapan Allah. (3) Sebab apakah dikatakan nas Kitab Suci? ‘Lalu
percayalah Abraham kepada Tuhan, dan Tuhan memperhitungkan hal itu kepadanya
sebagai kebenaran.’”.
Saya tanya, Liauw, apakah anda menafsirkan kata
‘perbuatan’ secara sama dalam Yak 2:21 dan dalam Ro 4:2? Jawab ini, Liauw! Anda
tak percaya keselamatan karena perbuatan baik, bukan? Itu ajaran sesat, bukan?
Jadi, kata ‘perbuatan’ dalam Yak 2:21 harus diartikan secara berbeda bukan?
Kalau anda tak setuju, anda membenturkan Yakobus dengan Paulus, dan anda
menganut ajaran sesat keselamatan karena perbuatan baik! Kalau anda setuju,
maka anda harus setuju juga bahwa suatu kata bisa ditafsirkan berbeda-beda,
sesuai dengan kontextnya!
Lalu, mengapa ini tak
berlaku untuk kata ‘murtad’, ‘lepas dari Kristus’ dsb????
Anda mengatakan ‘Saya lebih suka mempertahankan kebenaran, walaupun itu
berarti mengubah kepercayaan saya’. Bagus. Sekarang saya sudah hancurkan argumentasi-argumentasi
anda di atas. Mau mengubah kepercayaan dan mempertahankan kebenaran?
8. Perikop-Perikop Lain
Dijelaskan
Jadi, bagaimana dengan semua
ayat-ayat yang katanya mengajarkan bahwa seseorang yang telah diselamatkan
tidak dapat meninggalkan iman? Rupanya, setelah penyelidikan yang mendalam,
saya dapatkan bahwa tidak ada ayat yang menyatakan bahwa seorang yang sudah
selamat tidak dapat meninggalkan imannya. Ayat-ayat yang biasanya dipakai untuk
mengajarkan hal ini hanya dapat dipakai demikian jika dibaca dengan asumsi dan
pemikiran theologis tertentu. Nah, berikut ini beberapa ayat yang
disalahgunakan:
• “Domba-domba-Ku mendengarkan
suara-Ku dan Aku mengenal mereka dan mereka mengikut Aku, dan Aku memberikan hidup yang kekal kepada mereka dan mereka
pasti tidak akan binasa sampai selama-lamanya dan seorangpun tidak akan
merebut mereka dari tangan-Ku. Bapa-Ku, yang memberikan mereka kepada-Ku, lebih
besar dari pada siapapun, dan seorangpun tidak dapat merebut mereka dari tangan
Bapa.” Yohanes 10:27-29.
Ayat ini sama sekali tidak
menyulitkan posisi saya, bahkan adalah perikop yang begitu menguatkan saya.
Karena ayat seperti inilah saya dapat memiliki
kepastian keselamatan. Saya ada dalam tangan
Yesus, dan juga dalam tangan Bapa, dan tidak ada seorangpun, atau suatu kuasapun
yang dapat merebut saya keluar.
Amin!!
Namun, perhatikan, bahwa ayat ini sama sekali tidak berkata bahwa kalau saya sendiri
mau keluar, maka saya tidak bisa. Argumen yang sering diajukan adalah
seperti ini: “Akankah Allah membiarkan seorang yang telah diselamatkan untuk
keluar? Jika anda memiliki seorang anak yang anda kasihi, akankah anda
melepaskan dia dari genggaman tangan anda?” Argumen seperti ini kedengarannya
indah dan menggugah perasaan, tetapi sama sekali tidak memiliki dasar Alkitab.
Tanggapan singkat: Lucu sekali. Dasarnya ya Yoh 10:27-29 itu!
Firman Tuhan di bagian lain
membuat sangat jelas bahwa saya dapat meninggalkan iman jika saya memilih untuk
melakukannya, seperti dalam 1 Timotius 4:1.
Tanggapan singkat: Ini sudah saya bahas dan hancurkan di atas, jangan dipakai
lagi di sini!
Allah tidak pernah memaksa
seseorangpun untuk menerima Dia, dan Allah juga tidak memaksa seseorangpun
untuk tetap beriman.
Tanggapan Budi Asali:
Di atas anda sudah memberikan banyak ayat yang
menurut anda menunjukkan bahwa ada ancaman murtad, dan ada orang-orang yang
murtad, sehingga anda yakin bahwa orang kristen yang sejati bisa murtad /
meninggalkan iman / meninggalkan Kristus, sehingga akhirnya binasa / masuk
neraka!
Lalu bagaimana mungkin
berdasarkan Yoh 10:27-29 anda bisa mempunyai keyakinan keselamatan? Kalau orang
kristen yang sejati bisa murtad / meninggalkan iman, dan anda adalah orang
kristen yang sejati, maka harus diartikan bahwa anda juga bisa meninggalkan
iman / Kristus, sehingga akhirnya binasa dan masuk neraka! Bukankah begitu,
Liauw??? Lalu keyakinan keselamatan itu dari mana? Bukankah bertentangan dengan
kepercayan di atas bahwa orang kristen yang sejati bisa murtad dsb????
Dimana logika yang
anda bangga-banggakan itu, Liauw???
‘Yakin selamat’, tetapi
‘ada kemungkinan murtad dan binasa’ adalah 2 hal
yang bertentangan dan tidak bisa ada
dalam diri satu orang pada saat yang sama!
Jadi, kalau logika anda mau dipegang, tak ada
orang Arminian bisa yakin akan keselamatannya! Ia bisa yakin bahwa sekarang ia
selamat, tetapi ia tidak bisa yakin bahwa besok atau 1 tahun lagi atau 10 tahun
lagi, ia tetap selamat! Karena baginya selalu ada kemungkinan untuk melangkah
keluar, meninggalkan iman, dan akhirnya binasa / masuk neraka!!!
Hadapilah, Liauw, ini konsekwensi yang tak
terhindarkan dari ajaran anda! Jadi, kata-kata anda di depan, yang berbunyi ‘Ayat ini sama sekali tidak menyulitkan posisi saya, bahkan
adalah perikop yang begitu menguatkan saya. Karena ayat seperti inilah saya
dapat memiliki kepastian keselamatan. Saya ada dalam tangan Yesus, dan juga
dalam tangan Bapa, dan tidak ada seorangpun, atau suatu kuasapun yang dapat
merebut saya keluar. Amin!!’, hanyalah kata-kata emosional yang tanpa dipikir! Dengan
teologia seperti itu, adalah nonsense bahwa anda bisa bersukacita karena ayat
itu!
Hanya orang dengan teologia Calvinist yang bisa
/ boleh bersukacita karena ayat itu!
Lalu anda berkata berdasarkan Yoh 10:27-29 itu
bahwa ‘Saya ada dalam tangan Yesus, dan
juga dalam tangan Bapa, dan tidak ada seorangpun, atau suatu kuasapun yang
dapat merebut saya keluar’. Tetapi di bawah anda berkata bahwa ‘ayat ini sama sekali tidak berkata bahwa kalau saya sendiri
mau keluar, maka saya tidak bisa’.
Tak ada apapun atau siapapun bisa merebut anda
dari tangan Bapa dan Yesus, tetapi anda bisa melangkah keluar atas kemauan
sendiri. Sekarang saya tanya: kira-kira apa alasannya bagi anda untuk melangkah
keluar atas kemauan sendiri? Bukankah godaan / pencobaan setan? Kalau tak ada
godaan / pencobaan, hanya orang Kristen yang gila yang melangkah keluar tanpa
alasan! Kalau kita bisa melangkah keluar karena godaan / pencobaan setan, maka
itu berarti bahwa setan bisa merebut kita dari tangan Bapa / Yesus! Juga itu
berarti bahwa janji Tuhan dalam 1Kor 10:13, yang berlaku untuk semua orang
kristen yang sejati, tidak ditepati.
1Kor 10:13 - “Pencobaan-pencobaan yang kamu
alami ialah pencobaan-pencobaan biasa, yang tidak melebihi kekuatan manusia.
Sebab Allah setia dan karena itu Ia tidak akan membiarkan kamu dicobai
melampaui kekuatanmu. Pada waktu kamu dicobai Ia akan memberikan kepadamu
jalan ke luar, sehingga kamu dapat menanggungnya”.
Kalau kita bisa dicobai sehingga kita
meninggalkan iman, maka jelas bahwa itu adalah pencobaan yang lebih besar dari
kekuatan kita, dan itu membuktikan bahwa janji ini tidak ditepati oleh Allah.
Bdk. Mat 24:21-22 - “(21) Sebab pada masa itu
akan terjadi siksaan yang dahsyat seperti yang belum pernah terjadi
sejak awal dunia sampai sekarang dan yang tidak akan terjadi lagi. (22) Dan sekiranya
waktunya tidak dipersingkat, maka dari segala yang hidup tidak akan ada yang
selamat; akan tetapi oleh karena
orang-orang pilihan waktu itu akan dipersingkat”.
Allah tahu orang kristen yang sejati itu lemah,
dan kalau pencobaan / penganiayaan itu dibiarkan terlalu lama, tak ada yang
akan bertahan, dan semua orang kristen yang sejati akan melangkah keluar! Ia
tak mau itu terjadi, dan karena itu Ia mempersingkat masa penganiayaan itu,
sehingga tidak ada yang melangkah keluar dan semua akan selamat.
Sekarang saya tanya: bagaimana mungkin orang
kristen yang sejati bisa melangkah keluar / meninggalkan iman??? Dimana
penjagaan Tuhan? Dimana peranan Yesus sebagai Gembala YANG BAIK (Yoh 10)?
Dimana peranan Roh Kudus sebagai JAMINAN (Ef 1:14 2Kor 1:22) dan penolong / PARAKLETOS yang
menyertai kita selama-lamanya (Yoh 14:16, 25-26)???
Sekarang kita kembali pada Yoh 10:27-29 yang
sedang kita persoalkan. Anda hanya membahas bagian akhirnya yang menunjukkan
bahwa kita ada dalam tangan Bapa dan tangan Yesus, sehingga tak ada yang dapat
merebut kita. Mengapa bagian awalnya tidak dibahas, Liauw??
Bagian awalnya berbunyi ‘Aku memberikan hidup yang kekal kepada mereka dan
mereka pasti tidak akan binasa sampai selama-lamanya’.
Hidup yang kekal berarti tak ada
batasnya. Kalau bisa hilang, itu bukan hidup yang kekal! Itu hidup
bersyarat. Ini sudah saya bahas di depan! Lalu seakan-akan kurang kuat, ayat
itu menambahkan lagi dengan kata-kata ‘mereka
pasti tidak akan binasa sampai selama-lamanya’. Kalau bisa melangkah keluar / meninggalkan iman
dan binasa, maka penafsiran anda bertentangan frontal dengan bagian ini!
Lalu pada bagian terakhir anda berkata ‘Argumen
yang sering diajukan adalah seperti ini: “Akankah Allah membiarkan seorang yang
telah diselamatkan untuk keluar? Jika anda memiliki seorang anak yang anda
kasihi, akankah anda melepaskan dia dari genggaman tangan anda?” Argumen
seperti ini kedengarannya indah dan menggugah perasaan, tetapi sama sekali
tidak memiliki dasar Alkitab’.
Tak ada dasar Alkitab? Dasarnya adalah: Alkitab
sendiri menyebut orang percaya dengan sebutan anak Allah (Yoh 1:12 dsb). Apakah
tanpa alasan hubungan kita yang percaya dengan Allah disebut dengan hubungan
sebagai anak dengan bapa? Kalau memang tanpa alasan, mengapa tak disebut
‘tetangga’ saja? Bahwa Alkitab menyebutkan hubungan Allah dengan orang percaya
sebagai bapa dengan anak, jelas menunjukkan bahwa ada persamaan antara hubungan
bapa dengan anak, dan hubungan Allah dengan orang percaya! Jadi, argumentasi
yang anda serang, itu sama sekali bukannya tidak masuk akal, atau tidak
Alkitabiah, sebaliknya sangat Alkitabiah. Hanya bapa yang gila yang memberikan
‘kebebasan’ kepada anaknya untuk masuk neraka!
Bapa duniawi kita memang tidak maha kuasa,
sehingga memang tak bisa mencegah masuknya anaknya ke neraka, tetapi Bapa
surgawi kita maha kuasa, dan Ia berjanji dalam Yoh 10:27-29 itu untuk mencegah
siapapun merebut kita!
Juga Alkitab menyatakan Yesus sebagai gembala
yang baik. Akankah gembala yang baik memberikan kebebasan kepada
domba-dombanya? Kalau ya, semua dombanya pasti akan hilang!
Louis Berkhof: “The idea is that, after man is brought to a
state of grace by the operation of the Holy Spirit alone, or by the joint
operation of the Holy Spirit and the will of man, it rests solely with man to
continue in faith or to forsake the faith, just as he sees fit. This renders
the cause of man very precarious and makes it impossible for him to attain to
the blessed assurance of faith. Consequently, it is of the utmost importance to
maintain the doctrine of perseverance. In the words of Hovey, ‘It may be a
source of great comfort and power, - an incentive to gratitude, a motive to
self-sacrifice, and a pillar of fire in the hour of danger.’” [= Gagasannya
(dari orang Arminian) adalah, setelah seorang manusia dibawa ke suatu keadaan
kasih karunia oleh pekerjaan Roh Kudus saja, atau oleh kerja sama dari Roh
Kudus dan kehendak manusia, sekarang semata-mata terserah kepada orang itu
untuk terus dalam iman atau untuk meninggalkan iman, seperti yang ia anggap
baik. Ini membuat perkara manusia ini
sangat genting / berbahaya, dan membuat mustahil baginya untuk mencapai
keyakinan iman / keselamatan. Karena itu, mempertahankan doktrin ketekunan
merupakan sesuatu yang terpenting. Dalam kata-kata dari Hovey: ‘Doktrin itu
bisa menjadi sumber dari penghiburan dan kuasa, - suatu dorongan kepada rasa
syukur, suatu motivasi kepada pengorbanan diri sendiri, dan suatu tiang api
pada saat bahaya’.] - ‘Systematic
Theology’, hal 549.
Loraine
Boettner mengutip kata-kata Luther: “we ourselves are so feeble, that if the
matter were left in our hands, very few, or rather none, would be saved; but
Satan would overcome us all” (= kita sendiri adalah begitu lemah, sehingga seandainya
persoalannya diletakkan dalam tangan kita, sangat sedikit, atau sama sekali
tidak ada, yang akan diselamatkan; tetapi Setan akan mengalahkan kita semua)
- ‘The Reformed Doctrine of
Predestination’, hal 187.
Sekarang kembali pada keyakinan keselamatan
anda, Liauw! Kalau anda tetap yakin selamat, sekarang maupun di masa yang akan
datang, maka:
1. Itu menentang kata-kata anda bahwa orang
kristen yang sejati bisa meninggalkan iman, dan lalu binasa.
2. Saya tanya: apakah hanya anda yang berhak
yakin seperti ini, atau orang Kristen lain juga?
a. Kalau orang Kristen lain juga, bukankah itu
menjadi pandangan umum / universal, bahwa orang Kristen tak bisa kehilangan
keselamatan?
b. Kalau hanya anda, apa kelebihan anda dari
orang Kristen lain sehingga anda boleh yakin dan mereka tidak boleh? Berarti
anda harus menganggap diri sebagai lebih baik dari orang Kristen yang lain.
Juga berarti bahwa perbuatan baik, menentukan keselamatan anda.
3. Dan kalau anda yakin selamat, berarti anda
yakin tak akan meninggalkan iman, keyakinan itu anda dasarkan kepada siapa?
Anda sendiri, atau Allah?
a. Kalau pada Allah, anda jadi Reformed /
Calvinist!
b. Kalau pada diri sendiri, hehehe, tahukah anda
bagaimana pandangan Alkitab tentang manusia, bahkan yang percaya?
Yes 64:6a -
“Demikianlah kami sekalian seperti seorang najis dan segala kesalehan kami seperti
kain kotor”.
Maz 103:14 - “Sebab
Dia sendiri tahu apa kita, Dia ingat, bahwa kita ini debu”.
Yes 41:14 -
“Janganlah takut, hai si cacing Yakub, hai si ulat Israel! Akulah
yang menolong engkau, demikianlah firman TUHAN, dan yang menebus engkau ialah
Yang Mahakudus, Allah Israel”.
Ro 7:18a - “Sebab
aku tahu, bahwa di dalam aku, yaitu di dalam aku sebagai manusia, tidak ada
sesuatu yang baik”.
Loraine Boettner: “If
Arminianism were true, Christians would still be in very dangerous positions,
with their eternal destiny suspended upon the probability that their weak,
creaturely wills would continue to choose right. ... His assurance is based
largely on self-confidence. Others have failed, but he is confident that he
will not fail. But what a delusion is this when apllied to the spiritual realm!
What a pity that any one who is at all acquainted with his own tendency to sin
should base his assurance of salvation upon such grounds! His system places the
cause of his perseverance, not in the hands of an all-powerful, never-changing
God, but in the hands of weak sinful man” (= Seandainya Arminianisme benar,
orang-orang Kristen tetap ada dalam posisi yang sangat berbahaya, dengan nasib
/ tujuan kekal digantungkan pada kemungkinan dimana kehendak mereka yang lemah
dan bersifat makhluk ciptaan, akan terus memilih yang benar. ... Keyakinanannya
secara umum didasarkan pada keyakinan terhadap diri sendiri. Orang-orang lain
telah gagal, tetapi ia yakin bahwa ia tidak akan gagal. Tetapi kalau ini
diterapkan terhadap dunia rohani, itu betul-betul merupakan khayalan / tipuan.
Betul-betul menyedihkan bahwa ada orang yang mengenal kecenderungannya sendiri
ke dalam dosa, mendasarkan keyakinan keselamatannya pada dasar seperti itu!
Sistimnya meletakkan persoalan
ketekunannya, bukan dalam tangan Allah yang maha kuasa dan tak pernah berubah,
tetapi dalam tangan orang berdosa yang lemah) - ‘The Reformed Doctrine of Predestination’, hal 193-194.
Allah menciptakan manusia dengan
kehendak bebas, yang berarti manusia dapat benar-benar memilih Allah atau
memilih untuk tidak taat. Karena Allah jugalah yang menciptakan manusia dengan
kehendak bebas itu, Ia akan konsisten pada rencanaNya untuk membiarkan manusia
membuat keputusan. Tentunya ada begitu banyak faktor yang mempengaruhi keputusan
seseorang, tetapi pada akhirnya, keputusan yang ia ambil adalah keputusan atas
kehendak bebasnya. Demikian juga dalam hal keselamatan. Allah tidak melanggar
kehendak bebas yang Ia berikan pada manusia, dan tidak memaksa siapapun untuk
diselamatkan.
Kalau demikian, Allah juga tidak
akan menghilangkan kehendak bebas manusia setelah dia diselamatkan, dan memaksa
dia untuk tetap percaya pada Kristus.
Lalu bagaimana dengan kasih
Kristus? Bagaimana mungkin Allah, yang mengasihi orang percaya, membiarkan
mereka meninggalkan iman? Sekali lagi, ini argumen yang emosional, dan bukan
Alkitabiah.
Tanggapan Budi Asali:
O ya? Saya buktikan bahwa ini argumentasi yang
Alkitabiah.
Ro 8:38-39 - “(38) Sebab aku yakin, bahwa baik
maut, maupun hidup, baik malaikat-malaikat, maupun pemerintah-pemerintah, baik
yang ada sekarang, maupun yang akan datang, (39) atau kuasa-kuasa, baik yang di
atas, maupun yang di bawah, ataupun sesuatu makhluk lain, tidak akan dapat
memisahkan kita dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus, Tuhan kita”.
Saya akan berikan exposisi dari buku saya
sendiri tentang text ini di bawah ini.
Ini
adalah hal-hal lain yang juga tidak bisa memisahkan / menceraikan kita dari
Allah (Catatan: kata ‘memisahkan’ dalam ay 39 menggunakan kata Yunani
yang sama dengan dalam ay 35):
1. ‘Maut’.
Ini menunjukkan bahwa kematian tidak bisa memisahkan kita
dari Allah!
2. ‘Hidup’.
Kalau ajaran Arminian
benar, bahwa orang bisa murtad sehingga kehilangan keselamatannya, maka itu
berarti bahwa ‘hidup’ bisa memisahkan kita dari Allah! Tetapi di sini Paulus mengatakan bahwa bukan hanya ‘maut’,
tetapi juga ‘hidup’, tidak bisa memisahkan kita dari Allah.
3. ‘Malaikat-malaikat’.
Ada yang menganggap bahwa ini menunjuk kepada malaikat yang
baik, tetapi ada yang berpendapat bahwa ini menunjuk kepada malaikat yang jahat
/ setan. Kalau menunjuk pada malaikat yang baik, maka ini merupakan suatu hyperbole (= gaya bahasa yang melebih-lebihkan), sama
seperti dalam Gal 1:8, karena malaikat yang baik tidak mungkin berusaha
memisahkan kita dari Allah.
4. ‘Pemerintah-pemerintah’.
Ada yang menafsirkan bahwa ini menunjuk kepada setan, mungkin
karena dalam Ef 6:12 kata itu menunjuk kepada setan. Tetapi bisa juga ini
menunjuk kepada pemerintah manusia. Pemerintah bisa berubah sikap dari pro
kristen / netral menjadi anti kristen (seperti dalam Kel 1:8-dst). Tetapi
inipun tidak bisa memisahkan kita dari Allah.
Perlu diingat bahwa Ro 13:1b berkata: “tidak ada pemerintah, yang tidak berasal
dari Allah; dan pemerintah-pemerintah yang ada, ditetapkan oleh Allah”.
Mengingat bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu
untuk mendatangkan kebaikan bagi kita (Ro 8:28), maka Ia pasti tidak akan
memberikan pemerintah yang akan membuat kita terpisah dari Dia. Ia
mungkin memberikan pemerintah yang anti kristen, tetapi Ia pasti memberi
kekuatan bagi kita.
5. ‘Baik yang ada sekarang, maupun yang akan
datang’.
Bagian ini salah terjemahan, dan kesalahan penterjemahan
ini menyebabkan bagian ini seolah-olah merupakan keterangan dari ‘pemerintah-pemerintah’,
padahal sebetulnya bukan.
NASB: ‘nor things
present, nor things to come’ (= tidak hal-hal sekarang, tidak hal-hal yang
akan datang).
Jadi, bagian ini sebetulnya berdiri sendiri (terpisah dari
‘pemerintah-pemerintah’), dan menunjukkan
bahwa ‘waktu’ tidak bisa memisahkan kita dari Allah. Dengan berlalunya waktu,
maka godaan memang berubah, tetapi semua ini tetap tidak bisa memisahkan kita
dari Allah. Ini jelas menunjukkan bahwa Kitab Suci mengajarkan adanya jaminan
keselamatan (sekali selamat pasti tetap selamat). Lagi-lagi terlihat, bahwa
seandainya ajaran Arminian benar, bahwa orang kristen bisa murtad dan
kehilangan keselamatannya, maka itu berarti bahwa ‘hal-hal yang akan datang’
ini harus dibuang dari ay 38-39.
Calvin: “The
meaning then is, - that we ought not to fear, lest the continuance of evils,
however long, should obliterate the faith of adoption. This declaration is
clearly against the schoolmen, who idly talk and say, that no one is certain of
final perseverance, except through the gift of special revelation, which they
make to be very rare. By such a dogma the whole faith is destroyed, which is
certainly nothing, except it extends to death and beyond death. But we, on the
contrary, ought to feel confident, that he who has begun in us a good work,
will carry it on until the day of the Lord Jesus” (= Jadi artinya adalah,
bahwa kita tidak boleh takut, bahwa dengan berlanjutnya kejahatan, betapapun
lamanya, akan bisa menghapuskan iman adopsi. Pernyataan ini jelas menentang
para ahli theologia, yang berbicara dan mengatakan tanpa dasar, bahwa tidak
seorangpun yang pasti akan ketekunan akhir, kecuali melalui karunia wahyu
khusus, yang mereka katakan sebagai jarang terjadi. Dengan dogma seperti
itu seluruh iman dihancurkan, dan memang iman itu kosong kecuali iman itu diperluas
sampai kematian bahkan melampaui kematian. Tetapi sebaliknya kita harus merasa
yakin bahwa Ia yang memulai pekerjaan yang baik di dalam kita, akan
meneruskannya sampai hari Tuhan Yesus).
Bdk. Fil 1:6 - “Akan
hal ini aku yakin sepenuhnya, yaitu Ia, yang memulai pekerjaan yang baik di
antara kamu, akan meneruskannya sampai pada akhirnya pada hari Kristus Yesus”.
6. ‘Kuasa-kuasa’.
Sama seperti ‘pemerintah-pemerintah’, kata ini bisa
menunjuk pada kuasa setan ataupun manusia.
7. ‘Baik yang ada di atas, maupun yang ada di
bawah’.
Bagian ini juga salah terjemahan, dan menyebabkan bagian
ini seolah-olah menerangkan ‘kuasa-kuasa’, padahal seharusnya tidak.
NASB: ‘nor height,
nor depth’ (= tidak ketinggian, tidak kedalaman).
Macam-macam penafsiran:
a. ‘height’ / ‘ketinggian’
menunjuk pada keadaan yang enak / mulia; sedangkan ‘depth’ / ‘kedalaman’ menunjuk pada keadaan hina / tidak enak.
b. Surga maupun neraka. Kalau diartikan seperti ini, mungkin ini
merupakan hyperbole (= gaya bahasa yang
melebih-lebihkan), karena orang beriman kepada Kristus tidak mungkin masuk
neraka. Jadi artinya adalah: seandainya orang beriman bisa masuk neraka,
itu tetap tidak akan memisahkan dia dari kasih Allah dalam Kristus Yesus Tuhan
kita!
c. Apapun yang ada di surga maupun di bumi.
8. ‘Makhluk
lain’.
NASB: ‘nor any other
created thing’ (= tidak benda ciptaan lain yang manapun juga).
NIV: ‘nor anything
else in all creation’ (= tidak suatu benda apapun dalam seluruh ciptaan).
Lit: ‘nor any other
creature’ (= tidak makhluk ciptaan lain yang manapun juga).
Ini memberikan ketidak-mungkinan yang mutlak bagi seorang
kristen untuk terpisah dari Allah / kasih Allah dalam Kristus Yesus!
Loraine Boettner: “The
assurance that Christians can never be separated from the love of God is one of
the greatest comforts of the Christian life. To deny this doctrine is to
destroy the grounds for any rejoicing among the saints on earth; for what kind
of rejoicing can those have who believe that they may at any time be deceived
and led astray? ... It is not until we duly appreciate this wonderful truth,
that our salvation is not suspended on our weak and wavering love to God, but
rather upon His eternal and unchangeable love to us, that we can have peace and
certainty in the Christian life” (= Kepastian / jaminan bahwa orang-orang
kristen tidak pernah bisa dipisahkan dari kasih Allah adalah salah satu dari
penghiburan terbesar dalam kehidupan kristen. Menyangkal doktrin ini sama
dengan menghancurkan dasar untuk sukacita apapun di antara orang-orang kudus di
bumi; karena sukacita apa yang bisa dimiliki oleh mereka yang percaya bahwa
setiap saat mereka bisa ditipu dan disesatkan? ... Hanya kalau kita menghargai
kebenaran luar biasa ini dengan seharusnya, bahwa keselamatan kita bukannya
tergantung pada kasih yang lemah dan terombang-ambing dari kita kepada Allah,
tetapi tergantung pada kasih yang kekal dan tidak bisa berubah dari Allah
kepada kita, barulah kita bisa mempunyai damai dan kepastian dalam hidup
kristen ini) - ‘The Reformed Doctrine
of Predestination’, hal 194-195.
Loraine Boettner: “The
saints in heaven are happier but no more secure than are true believers here in
this world” (= Orang-orang kudus di surga lebih berbahagia tetapi tidak
lebih aman / terjamin dari pada orang-orang percaya yang sejati di sini di
dunia ini) - ‘The Reformed Doctrine
of Predestination’, hal 183.
Mau ayat lain, Liauw?
Yes 31:3 - “Dari jauh TUHAN menampakkan diri
kepadanya: Aku mengasihi engkau dengan kasih yang kekal, sebab itu Aku melanjutkan
kasih setiaKu kepadamu”.
Bagaimana ayat ini bisa benar dalam kasus orang
kristen yang sejati yang dibiarkan meninggalkan iman dan binasa? Apakah
sekalipun ia binasa, Allah tetap mengasihi Dia?
Dalam Alkitab, kasih Allah adalah
kasih yang tidak memaksa siapapun. Kasih tidak dapat dipaksakan. Yohanes 3:16,
misalnya, mendeklarasikan bahwa Allah mengasihi seluruh dunia, sedemikan
kasihNya, sehingga Ia mengirim Kristus untuk mati bagi dunia. Namun, faktanya
adalah sebagian besar dunia, yang toh dikasihi Allah itu, akan binasa
selama-lamanya, karena mereka menolak kasih Allah itu dan tidak mau percaya.
Kalau demikian adanya, mengapa sulit bagi kita untuk melihat bahwa walaupun
Allah mengasihi kita sedemikian rupa sebagai orang percaya, tetapi jika kita
tidak beriman lagi pada AnakNya, maka kita akan binasa?
Tanggapan Budi Asali:
Tidak memaksa, Liauw? Kasih pasti memaksa!
Kalau anak anda tak mau sekolah, apakah kasih anda kepadanya tidak menyebabkan
anda memaksanya untuk sekolah? Oh, argumentasi ini bukan Alkitab! Mau yang dari
Alkitab?
Wahtu Yunus tak mau pergi ke Niniwe, apakah
Allah membiarkan dia, atau memaksa dia untuk pergi? Siapa yang menumbulkan
badai, ikan dsb??
Yunus 1:4,17 - “(4) Tetapi TUHAN menurunkan
angin ribut ke laut, lalu terjadilah badai besar, sehingga kapal itu
hampir-hampir terpukul hancur. ... (17) Maka atas penentuan TUHAN
datanglah seekor ikan besar yang menelan Yunus; dan Yunus tinggal di dalam
perut ikan itu tiga hari tiga malam lamanya”.
Jawab, Liauw, Allah memaksa atau tidak?
Bdk. Ibr 12:5-11 - “(5) Dan sudah lupakah kamu
akan nasihat yang berbicara kepada kamu seperti kepada anak-anak: ‘Hai anakku,
janganlah anggap enteng didikan Tuhan, dan janganlah putus asa apabila engkau
diperingatkanNya; (6) karena Tuhan menghajar orang yang dikasihiNya, dan Ia
menyesah orang yang diakuiNya sebagai anak.’ (7) Jika kamu harus menanggung
ganjaran; Allah memperlakukan kamu seperti anak. Di manakah terdapat anak yang
tidak dihajar oleh ayahnya? (8) Tetapi, jikalau kamu bebas dari ganjaran,
yang harus diderita setiap orang, maka kamu bukanlah anak, tetapi anak-anak
gampang. (9) Selanjutnya: dari ayah kita yang sebenarnya kita beroleh
ganjaran, dan mereka kita hormati; kalau demikian bukankah kita harus lebih
taat kepada Bapa segala roh, supaya kita boleh hidup? (10) Sebab mereka
mendidik kita dalam waktu yang pendek sesuai dengan apa yang mereka anggap
baik, tetapi Dia menghajar kita untuk kebaikan kita, supaya kita beroleh bagian dalam kekudusanNya. (11) Memang
tiap-tiap ganjaran pada waktu ia diberikan tidak mendatangkan sukacita, tetapi
dukacita. Tetapi kemudian ia menghasilkan buah kebenaran yang memberikan damai
kepada mereka yang dilatih olehnya”.
Perhatikan bagian yang saya beri garis bawah
tunggal, Liauw! Kalau anda menyimpang, dan tidak diajar, anda bukan anak! Kalau
anak, dan anda menyimpang, Ia pasti menghajar! Apakah ini bukan ‘memaksa’,
Liauw? Yunus dihajar, sehingga akhirnya dengan terpaksa ia mau pergi ke Niniwe!
Sekarang perhatikan bagian yang saya beri garis
bawah ganda. Tujuan Allah menghajar adalah supaya
kita beroleh bagian dalam kekudusanNya. Jadi, mungkinkah Allah membiarkan
orang kristen yang sejati meninggalkan iman sehingga akhirnya binasa? Kalau ya,
bagaimana bisa cocok dengan ayat ini???
Mau ayat lain lagi, Liauw?
1Kor 11:32 - “Tetapi kalau kita menerima hukuman dari Tuhan, kita dididik, supaya kita tidak akan dihukum bersama-sama
dengan dunia”.
Bagian yang saya garis-bawahi
terjemahannya salah.
KJV: ‘we are
chastened’ (= kita dihajar).
Jadi jelas bahwa Tuhan
memang ‘memaksa’, Liauw! Kalau ada anakNya yang meninggalkan iman, Ia akan
kejar dan hajar anak itu sampai bertobat, dan tujuannya adalah supaya anak itu
tidak dihukum bersama dengan dunia!
Apakah ini tindakan dari
bapa yang kejam atau dari bapa yang kasih, Liauw?
Kalau anda punya anak
yang mau pakai narkoba, atau bahkan bunuh diri, apakah anda biarkan dia
bertindak seperti itu dengan ‘kehendak bebas’nya?
Perhatikan juga, dalam perikop
ini, siapakah yang aman di tangan Yesus? Adalah domba-dombaNya. Siapa yang
tidak dapat direbut? Domba-domba. Kepada siapakah Yesus sedang berikan hidup
yang kekal? Domba-domba. Siapa domba? Apa kriteria domba? Menurut Yoh. 10:26,
domba adalah mereka yang percaya! Jadi, yang aman dalam tangan Yesus, adalah
yang merupakan domba, yaitu mereka yang percaya! Mereka yang tidak percaya, bukan
domba, dan janji keamanan ini tentu bukan untuk mereka.
Tanggapan Budi Asali:
O ya, saya setuju sepenuhnya. Domba, orang
percaya, aman dalam tangan Yesus! Anda jadi Reformed / Calvinist, Liauw!
Saya tak habis pikir, kalau anda anggap orang
kristen yang sejati aman dalam tangan Yesus, lalu bagaimana anda beranggapan
mereka bisa murtad / meninggalkan iman?
Mungkin argumen lain yang
terkadang muncul adalah: mengapakah ada orang yang sudah sungguh selamat mau
meninggalkan iman lagi? Sejujurnya, saya juga tidak tahu dan tidak mengerti
mengapa ada orang yang sudah selamat ada yang mau meninggalkan iman.
Tanggapan Budi Asali:
Eh, ternyata anda berusaha menjawab pertanyaan
saya di atas, tetapi bagaimanapun anda berusaha anda takkan bisa! Mengapa?
Karena itu mustahil, Liauw! Mustahil, ‘tanpa ada hujan atau angin’ orang
kristen yang sejati meninggalkan imkan.
Namun, saya tidak boleh
membiarkan perasaan saya untuk mendikte doktrin saya, karena Alkitab dengan
jelas mengajarkan bahwa kemurtadan akan terjadi, dan orang akan meninggalkan
iman. Dalam hal ini saya juga teringat, bahwa Adam dan Hawa, saat di taman Eden, waktu itu belum
memiliki sifat dosa, tetapi toh dapat juga memilih perkataan Iblis daripada
perkataan Tuhan.
Tanggapan Budi Asali:
Hehehe, ini jelas berbeda. Adam dan Hawa
berbuat dosa, bukan meninggalkan iman. Itu dua hal yang sangat berbeda. Saya
percaya Allah bisa membiarkan saya berbuat dosa (itu tidak menghancurkan
keselamatan saya), tetapi saya tidak percaya Allah membiarkan saya meninggalkan
iman (karena itu menghancurkan keselamatan saya).
Juga Adam dan Hawa jelas jatuh karena godaan
setan. Kalau kita yang percaya bisa meninggalkan iman karena godaan setan, maka
setan berhasil / bisa merebut kita dari tangan Bapa dan Yesus, dan jelas tak
ada keamanan dalam tangan Bapa / Yesus. Juga itu pencobaan yang lebih besar
dari kekuatan kita dan karena itu, itu bertentangan dengan 1Kor 10:13.
• “Siapakah yang akan memisahkan
kita dari kasih Kristus? Penindasan atau kesesakan atau penganiayaan, atau
kelaparan atau ketelanjangan, atau bahaya, atau pedang? Seperti ada tertulis:
"Oleh karena Engkau kami ada dalam bahaya maut sepanjang hari, kami telah
dianggap sebagai domba-domba sembelihan." Tetapi dalam semuanya itu kita
lebih dari pada orang-orang yang menang, oleh Dia yang telah mengasihi kita.
Sebab aku yakin, bahwa baik maut, maupun hidup, baik malaikat-malaikat, maupun
pemerintah-pemerintah, baik yang ada sekarang, maupun yang akan datang” Roma
8:35-39
Ayat ini juga merupakan ayat yang
sangat menghibur saya. Tidak ada sesuatu apapun yang dapat memisahkan saya dari
kasih Kristus, dan saya katakan Amin!! Tetapi,
kita tidak dapat membangun doktrin hanya berdasarkan sebagian ayat-ayat
Alkitab, kita harus melihat keseluruhan kesaksian Firman Tuhan.
Tanggapan Budi Asali:
Anda selalu katakan ‘Amin’, lalu menambahkan ‘Tetapi’! Itu bukan ‘amin’
Liauw!
Ro 8:38-39 sudah saya bahas di atas. Tidak
sadarkah anda bahwa dengan demikian anda sebetulnya sedang berusaha
membengkokkan ayat yang sedang anda persoalkan?
Sekarang Ro 8:35 akan saya bahas.
Ay 35: “Siapakah yang akan memisahkan kita dari kasih Kristus? Penindasan
atau kesesakan atau penganiayaan, atau kelaparan atau ketelanjangan,
atau bahaya, atau pedang?”.
1. ‘penindasan’. Ini salah
terjemahan.
NASB: ‘tribulation’ (= kesengsaraan).
Ini menunjukkan semua problem /
penderitaan dari luar.
2. ‘kesesakan’.
Ini menunjuk pada
problem di dalam diri kita, seperti kesedihan, keputus-asaan, depresi, dan
sebagainya
3. ‘penganiayaan’.
Ini menunjuk pada
penyiksaan yang dilakukan oleh orang non kristen kepada kita karena iman,
pelayanan dan ketaatan kita kepada Tuhan.
4. ‘kelaparan’ dan ‘ketelanjangan’.
Ini menunjuk pada
kemiskinan. Karena itu jangan heran kalau dalam situasi ekonomi ini ada banyak
orang kristen yang menjadi miskin.
5. ‘bahaya’ atau ‘pedang’.
Ini menunjuk pada
hal-hal yang membahayakan jiwa kita.
Semua ini tak bisa memisahkan kita dari kasih
Allah dalam Kristus Yesus Tuhan kita (Ro 8:38-39).
Saya setuju bahwa kita harus selalu menafsirkan
ayat dengan melihat semua ayat dalam Alkitab, yang memang berhubungan dengan
ayat yang mau kita tafsirkan. Tetapi yang anda lakukan adalah hanya menyoroti
ayat-ayat yang mendukung pandangan anda, sedangkan untuk ayat-ayat yang
mendukung pandangan Calvinisme dan menentang pandangan anda, anda selalu
mengatakan ‘Amin. Tetapi’. Itu sama saja pura-pura menerima dan percaya pada ayat-ayat
itu, tetapi sebetulnya anda sedang membuang / mengabaikan ayat-ayat itu!
Ayat-ayat lain dengan jelas
menunjukkan bahwa keselamatan kita miliki dengan syarat iman/percaya, dan juga
mengajarkan kemungkinan kita meninggalkan iman itu. Dan sambil saya mempelajari
ayat ini, saya dapatkan bahwa yang disebut hanyalah kekuatan di luar diri saya
sendiri, dan tidak ada dari mereka yang dapat menghalangi saya dari kasih
Kristus. Tidak ada satu bagian pun dari ayat ini
yang mengatakan bahwa saya tidak dapat menolak kasih itu. Kasih yang tidak
dapat ditolak itu seperti konsep kacau tentang Kasih Karunia yang Tak Dapat
diTolak (Irresistible Grace) milik Kalvinis.
Tanggapan Budi Asali:
‘Ayat ini’ itu ayat yang mana, Liauw?
Mau tahu salah satu dasar dari Irresistible Grace (= Kasih karunia yang
tidak bisa ditolak)? Saya akan kutipkan dari tulisan saya sendiri.
6) Doktrin ini timbul dari ayat-ayat Kitab
Suci seperti Yoh 6:44 Yoh 12:32.
Sekarang mari kita soroti Yoh 6:44.
Yoh 6:44 - “Tidak ada seorangpun yang dapat datang
kepadaKu, jikalau ia tidak ditarik oleh Bapa yang mengutus Aku, dan ia
akan Kubangkitkan pada akhir zaman”.
Perhatikan kata-kata ‘jikalau ia tidak ditarik
oleh Bapa’.
Ada beberapa penafsiran yang salah tentang bagian ini:
a) ‘ditarik’ diartikan ‘dipikat’.
Jadi, Bapa
hanya ‘memikat’ orang itu, tetapi orang itu datang kepada Yesus dengan kemauan dan kekuatannya
sendiri.
b) Bapa hanya
menarik orang yang mau ditarik.
c) Orang yang
ditarik bisa menolak tarikan Bapa itu.
William Barclay: “The
interesting thing about the word is that it almost always implies some kind of
resistance ... God can draw men, but men’s resistance can defeat God’s pull”
(= hal yang menarik tentang kata ini adalah bahwa kata ini hampir selalu
menunjukkan secara tak langsung akan adanya tahanan / penolakan ... Allah bisa
menarik manusia, tetapi tahanan / penolakan manusia bisa mengalahkan tarikan
Allah) - hal 220.
John Owen: “‘All
unregenerate men,’ saith Arminius, ‘have by virtue of their free-will, a power
of resisting the Holy Spirit, of rejecting the offered grace of God, of
contemning the counsel of God concerning themselves, of refusing the gospel of
grace, of not opening the heart to him that knocketh’” (= ‘Semua orang yang
belum dilahirbarukan’, kata Arminius, ‘berdasarkan kehendak bebas mereka,
mempunyai kuasa untuk menahan / menolak Roh Kudus, untuk menolak kasih karunia
Allah yang ditawarkan, untuk meremehkan / menghina rencana Allah tentang diri
mereka sendiri, untuk menolak Injil kasih karunia, untuk tidak membuka hati
bagi Dia yang mengetuk) - ‘The Works
of John Owen’, vol 10, hal 117.
Catatan:
Dalam kutipan ini John Owen hanya mengutip kata-kata Arminius, tetapi ia sendiri
tentu saja tidak mempercayai kata-kata itu.
Kesalahan dari pandangan-pandangan di atas terlihat dari
penggunaan kata ‘ditarik’ (Yunani: HELKO / HELKUO) itu dalam Kitab
Suci. Kata Yunani HELKO / HELKUO ini hanya digunakan 8 x dalam Kitab Suci /
Perjanjian Baru, yaitu dalam:
·
Yoh 6:44 - “Tidak
ada seorangpun yang dapat datang kepadaKu, jikalau ia tidak ditarik oleh
Bapa yang mengutus Aku, dan ia akan Kubangkitkan pada akhir zaman”.
·
Yoh 12:32 - “dan
Aku, apabila Aku ditinggikan dari bumi, Aku akan menarik semua orang
datang kepadaKu.’”.
·
Yoh 18:10 - “Lalu
Simon Petrus, yang membawa pedang, menghunus pedang itu, menetakkannya
kepada hamba Imam Besar dan memutuskan telinga kanannya. Nama hamba itu
Malkhus”.
·
Yoh 21:6 - “Maka
kata Yesus kepada mereka: ‘Tebarkanlah jalamu di sebelah kanan perahu, maka
akan kamu peroleh.’ Lalu mereka menebarkannya dan mereka tidak dapat menariknya
lagi karena banyaknya ikan”.
·
Yoh 21:11 - “Simon
Petrus naik ke perahu lalu menghela jala itu ke darat, penuh ikan-ikan
besar: seratus lima
puluh tiga ekor banyaknya, dan sungguhpun sebanyak itu, jala itu tidak koyak”.
·
Kis 16:19 - “Ketika
tuan-tuan perempuan itu melihat, bahwa harapan mereka akan mendapat penghasilan
lenyap, mereka menangkap Paulus dan Silas, lalu menyeret mereka ke pasar
untuk menghadap penguasa”.
·
Kis 21:30 - “Maka
gemparlah seluruh kota,
dan rakyat datang berkerumun, lalu menangkap Paulus dan menyeretnya
keluar dari Bait Allah dan seketika itu juga semua pintu gerbang Bait Allah itu
ditutup”.
·
Yak 2:6 - “Tetapi
kamu telah menghinakan orang-orang miskin. Bukankah justru orang-orang kaya
yang menindas kamu dan yang menyeret kamu ke pengadilan?”.
Yoh 6:44 dan Yoh 12:32 menunjukkan bahwa ‘menarik’
itu adalah aktivitas Bapa dan Yesus. Sedangkan dari ke 6 ayat yang lain bisa
ditarik kesimpulan bahwa:
a) Ini bukan
sekedar ‘memikat’ tetapi betul-betul ‘menarik’.
Pada waktu Petrus menghunus / menarik pedangnya
(Yoh 18:10), atau pada waktu murid-murid menarik jala yang penuh ikan (Yoh
21:6), atau pada waktu orang banyak menyeret Paulus (Kis 16:19 Kis 21:30), atau pada waktu orang kaya
menyeret orang miskin ke pengadilan (Yak 2:6), maka itu tentu sama sekali
bukan dengan cara ‘memikat’, tetapi betul-betul ‘menarik’.
b) Ini bukan
menarik orang yang mau ditarik.
Waktu Paulus ditarik / diseret, atau waktu ikan dalam jala
ditarik, atau waktu orang miskin diseret oleh orang kaya ke pengadilan, mereka
tentunya tidak mau ditarik!
Memang ini tidak berarti bahwa Allah menggunakan kekuatan
luar untuk menarik / memaksa orang yang terus menerus tak mau ditarik.
Calvin: “True,
indeed, as to the kind of drawing, it is not violent, so as to compel men by
external force; but still it is a powerful impulse of the Holy Spirit, which
makes men willing who formerly were unwilling and reluctant” (= Memang,
tentang jenis tarikan, itu bukan sesuatu tarikan yang keras / kasar,
seakan-akan memaksa manusia dengan kekuatan luar; tetapi itu tetap merupakan
dorongan yang kuat dari Roh Kudus, yang membuat manusia yang tadinya tidak mau
dan segan menjadi mau) - hal 257.
c) Orang yang
ditarik tidak bisa menolak tarikan itu.
Dalam ke 6 ayat tersebut di atas, tidak pernah ada
perlawanan yang bisa mengalahkan tarikan, dan tarikannya selalu berhasil!
Dengan demikian bisa dikatakan bahwa ay 44 ini
mendukung doktrin Reformed tentang Irresistible
Grace (= kasih karunia yang tak bisa ditolak / ditahan), yang merupakan
point ke 4 dari 5 points Calvinisme.
Berbicara tentang ayat-ayat yang menggunakan kata HELKO /
HELKUO di atas, Hendriksen berkata:
“The drawing of which these passages speak indicates a
very powerful - we may even say, an irresistible - activity. To be sure, man
resists, but his resistance is ineffective. It is in that sense that we speak
of God’s grace as being irresistible” (=
Tarikan tentang mana text-text itu berbicara menunjukkan suatu aktivitas yang
sangat kuat, dan bahkan bisa dikatakan tak bisa ditahan / ditolak. Memang
manusia menahan / menolak, tetapi tahanan / penolakannya tidak efektif. Dalam
arti seperti itulah kami berbicara tentang kasih karunia Allah yang tidak bisa
ditolak) - hal 238.
Dan menanggapi komentar William Barclay di atas, yang
mengatakan bahwa manusia bisa mengalahkan tarikan Allah, Leon Morris (NICNT)
mengatakan:
“Barclay gives a number of examples of the use of the verb
HELKUO in the New Testament to show that ‘Always there is this idea of
resistance.’ This is surely true, and indicates that God brings men to Himself
although by nature they prefer sin. But curiously Barclay adds, ‘God can and
does draw men, but men’s resistance can defeat the pull of God.’ Not one of his
examples of the verb shows the resistance as successful. Indeed we can go
further. There is not one example in the New Testament of the use of this verb
where the resistance is successful”
(= Barclay memberi sejumlah contoh
penggunaan kata kerja HELKUO dalam Perjanjian Baru untuk menunjukkan bahwa ‘di sana selalu ada gagasan
tentang penolakan’. Ini memang benar, dan menunjukkan bahwa Allah membawa
manusia kepada diriNya sendiri sekalipun pada dasarnya / secara alamiah mereka
lebih memilih dosa. Tetapi secara aneh / mengherankan Barclay menambahkan,
‘Allah bisa dan Allah memang menarik manusia, tetapi penolakan manusia bisa
mengalahkan tarikan dari Allah’. Tidak ada satu contohpun dari Perjanjian Baru
tentang penggunaan kata kerja ini dimana tahanan / penolakan itu berhasil) -
hal 371, footnote.
Sekarang perhatikan ayat selanjutnya dari Yoh 6:44, yaitu
Yoh 6:45 - “Ada
tertulis dalam kitab nabi-nabi: Dan mereka semua akan diajar oleh Allah.
Dan setiap orang, yang telah mendengar dan menerima pengajaran dari Bapa,
datang kepadaKu”.
¨
Ini adalah kutipan
dari Yes 54:13 - “Semua anakmu akan menjadi murid TUHAN, dan besarlah
kesejahteraan mereka”.
¨
Kata ‘semua’
menunjuk kepada elects (= orang-orang
pilihan).
¨
Ini menjelaskan bahwa
Allah ‘menarik’ dengan ‘mengajar’.
Tetapi jelas bahwa ‘mengajar’ ini bukanlah
satu-satunya hal yang Allah lakukan untuk menarik seseorang. Ia juga
melahirbarukan, memberikan terang sehingga orang itu mengerti ajaran yang Ia
berikan, dan bahkan Ia juga memberikan iman.
¨
Orang yang telah
mendengar dan menerima ajaran dari Bapa akan datang kepada Yesus.
Calvin: “He
gives to them not only the choice of believing, but faith itself” (= Ia
memberi kepada mereka bukan hanya pemilihan untuk percaya tetapi iman itu sendiri) -
hal 259.
Kata-kata Calvin ini penting untuk diingat karena adanya
ajaran Arminian yang mengatakan bahwa Allah hanya memberi kasih karunia untuk
mengangkat seseorang sampai pada tingkat dimana ia bisa memilih sendiri, apakah
mau percaya kepada Kristus atau tidak. Reformed / Calvinisme mengajarkan bahwa
Allah bukan hanya mengangkat seseorang sampai pada tingkat dimana ia bisa
memilih sendiri, tetapi Allah bahkan memberikan iman, sehingga orang itu
betul-betul percaya kepada Yesus. Bdk. Fil 1:29 yang menunjukkan bahwa iman
adalah karunia.
Fil 1:29 - “Sebab kepada kamu dikaruniakan bukan saja
untuk percaya kepada Kristus, melainkan juga untuk menderita untuk Dia”.
7) Kalau
kasih karunia Allah itu bisa ditolak, tak ada gunanya kita berdoa kepada Allah
supaya Ia mempertobatkan orang-orang yang belum percaya.
Loraine Boettner: “If God
does not effectually call, we may imagine Him saying, ‘I will that all men
should be saved; nevertheless, it must finally be, not as I will but as they
will.’ He is then put into the same extremity with Darius who would gladly have
saved Daniel, but could not (Dan. 6:14). ... Furthermore, if God actually stood
powerless before the majesty of man’s lordly will, there would be but little
use to pray for Him to convert any one. It would then be more reasonable for us
to direct our petitions to the man himself” [= Jika Allah memanggil secara
tidak efektif, kita bisa membayangkan Dia berkata: ‘Aku mau supaya semua
manusia diselamatkan; tetapi, akhirnya adalah bukan seperti yang Kukehendaki,
tetapi seperti yang mereka kehendaki’. Maka Ia dimasukkan ke dalam keadaan
kebutuhan yang sangat yang sama seperti Darius, yang dengan senang hati ingin
menyelamatkan Daniel tetapi tidak bisa (Dan 6:14). ... Lebih jauh lagi, jika
Allah sungguh-sungguh berdiri tanpa daya di depan keagungan dari kehendak
manusia yang mulia, di sana
tidak ada gunanya untuk berdoa supaya Ia mempertobatkan siapapun. Akan lebih
masuk akal bagi kita untuk mengarahkan permohonan kita kepada manusia itu
sendiri] - ‘The Reformed Doctrine of Predestination’, hal 171.
Jadi, tidak ada apapun, tidak
orang, tidak benda, tidak kuasa manapun, yang dapat memisahkan saya dari kasih
Kristus, tetapi saya harus tetap menerima kasih itu melalui iman. Hal ini
sesuai dengan pengajaran Yudas 1:21: “Peliharalah dirimu demikian dalam kasih
Allah sambil menantikan rahmat Tuhan kita, Yesus Kristus, untuk hidup yang
kekal.” tidak ada yang dapat memisahkan kita dari kasih Kristus, tetapi kita
harus tinggal dalam kasih itu, melalui iman kepadaNya.
Tanggapan Budi Asali:
Bukankah anda sendiri katakan harus lihat
ayat-ayat Alkitab yang lain. Anda soroti Yudas 21, tanpa menyoroti Yudas 24 -
“Bagi Dia, yang berkuasa menjaga supaya jangan kamu tersandung dan yang
membawa kamu dengan tak bernoda dan penuh kegembiraan di hadapan kemuliaanNya”.
Kalau saya, saya menyoroti kedua-duanya. Yudas
24 memberikan kita jaminan keselamatan, tetapi Yudas 21 memberikan kita
tanggung jawab untuk tetap melakukan yang terbaik. Kalau tak ada jaminan, kita
akan melakukan tanggung jawab kita dengan takut-takut dan dengan gemetar,
karena kalau gagal, kita masuk neraka! Kalau tak ada Yudas 21, kita akan
terjamin, dan menjadi orang ceroboh dan kurang ajar, yang berbuat dosa
seenaknya. Calvinisme memperhatikan keduanya, dan dengan demikian ada
keseimbangan!
• “Yaitu kamu, yang dipelihara
dalam kekuatan Allah karena imanmu sementara kamu menantikan keselamatan yang
telah tersedia untuk dinyatakan pada zaman akhir.” 1 Petrus 1:5
Sungguh
mengejutkan bahwa ada orang yang berani memakai ayat ini untuk mendukung
posisi “sekali selamat tetap selamat” (SSTS). Kita dipelihara dalam kekuatan
Allah! Amin! Saya tidak akan komplain apa-apa
tentang ayat ini. Jika saya harus memelihara diri
saya sendiri, saya tidak akan selamat bahkan untuk satu detik. Tetapi, itu tidak berarti saya tidak punya tanggung
jawab. Tanggung jawab saya adalah untuk percaya pada Kristus, atau dengan kata
lain, beriman. Ayat ini toh mengajarkan hal itu juga, “dipelihara...karena
imanmu.” Jadi, iman adalah syarat yang Allah berikan. Yang memelihara tetap
Allah, dengan memakai kekuatanNya. Tidak bisa itu dilakukan dengan kekuatan
Allah. Tetapi, Allah mengatakan bahwa saya harus percaya, barulah Ia mau
memelihara saya.
Tanggapan Budi Asali:
Hmmmmm, ‘Amin ... Tetapi’ nya muncul lagi,
bukan????
Penjelasan anda menghindari arah / tujuan ayat
ini. Tujuan ayat ini untuk menunjukkan keselamatan tidak bisa hilang, tetapi
anda mengarahkan pembahasan anda pada bagaimana orang mendapatkan keselamatan.
Memang, kalau untuk mendapatkan keselamatan kami juga percaya bahwa kita harus
beriman. Tetapi sekarang yang dipersoalkan adalah apakah keselamatan yang sudah
diperoleh melalui iman kepada Kristus itu, bisa hilang atau tidak. Ayat ini
mengatakan kita ‘dipelihara dalam kekuatan Allah’. Lalu, bisakah keselamatan
kita terhilang. Ini tidak anda bahas, Liauw, tetapi anda hindari!
Anda terkejut, Liauw? Saya juga terkejut, melihat bagaimana kepura-puraan
anda, seakan-akan mau membahas ayat itu tetapi sebetulnya menghindarinya!
Jangan harap bisa berdebat dengan saya dengan cara seperti itu!
Tetapi yang paling mengejutkan saya adalah
kata-kata anda yang saya beri warna hijau! Anda berkata: ‘Jika saya harus memelihara diri saya sendiri, saya tidak
akan selamat bahkan untuk satu detik.’. Jadi, anda percaya bahwa kita orang percaya
bisa bertahan karena kekuatan Allah memelihara kita, bukan? Bukan karena kita
sendiri, dengan kekuatan kita, berusaha untuk setia, tidak meninggalkan iman
dsb, bukan? Bukankah ini bertentangan dengan penjelasan-penjelasan anda di
depan? Kalau yang di sini ini yang merupakan kepercayaan anda, saya ucapkan
selamat, Liauw! Anda sudah jadi Reformed / Calvinist, tanpa anda sadari, karena
memang itulah kepercayan Calvinisme!
Cobalah bandingkan ajaran anda satu dengan yang
lain, Liauw! Jangan mengajar secara bertentangan! Sekarang saya mau tegaskan,
yang benar yang mana? Yang di atas, bahwa kita sendiri harus berusaha supaya
tidak meninggalkan iman, atau yang di sini, bahwa kita dipelihara oleh kekuatan
Allah???? Jawab ini, Liauw!
• “Dan janganlah kamu mendukakan
Roh Kudus Allah, yang telah memeteraikan kamu menjelang hari penyelamatan.”
Efesus 4:30.
Ayat ini sama sekali tidak
mendukung doktrin “berbuat apapun tidak akan terhilang” jika kita sudah
memiliki konsep yang Alkitabiah tentang keselamatan yang bersyarat pada iman.
Yang diajarkan oleh ayat ini adalah bahwa Roh Kudus adalah jaminan kita, bahwa sebagai orang percaya kita akan
diselamatkan. Roh Kudus adalah “uang muka,”
boleh dibilang, dari kemuliaan yang menanti kita. Roh Kudus adalah juga bukti
dari iman kita (Ef. 1:13), dan kita menerima Roh Kudus
saat kita percaya.
Ayat ini sama sekali tidak
mengatakan bahwa seorang percaya tidak dapat meninggalkan iman. Tidak ada juga di ayat ini dikatakan bahwa Allah sendiri
tidak dapat mencabut meterai itu, misalnya karena orang yang bersangkutan tidak
memiliki iman, karena toh iman adalah syarat awal agar seseorang dimeteraikan.
Kita harus berhati-hati untuk
tidak menyalahgunakan analogi dalam Alkitab. Ayat ini mengajarkan bahwa kita
dimeteraikan. Di tempat lain, Ia mengajarkan bahwa kita harus tetap memegang
iman, kalau tidak kepercayaan awal kita menjadi sia-sia (1 Kor. 15:2). Jadi,
kita tidak boleh membuat kesimpulan yang manusiawi dan salah bahwa: “sekali dimeteraikan, tetap dimeteraikan.” Hal itu
tidak ada dalam Alkitab, tetapi diasumsikan begitu saja. Sebuah meterai efektif
untuk melawan otoritas dari luar yang berusaha masuk. Tidak boleh ada orang
yang tidak berotoritas membuka meterai itu. Tetapi, dia yang pada awalnya
menaruh meterai itu, maka secara alami ia memiliki hak untuk membuka meterai
itu jika memang ada alasan untuk melakukannya.
Tanggapan Budi Asali:
Kata-kata anda dalam bagian ini betul-betul
kacau balau! Anda sudah mengantuk pada waktu menulis bagian ini, Liauw? Ayat itu
bicara soal Roh Kudus sebagai ‘meterai’, tetapi tidak bicara soal Roh Kudus
sebagai ‘jaminan’. Yang bicara soal Roh Kudus sebagai ‘jaminan’ adalah Ef
1:14 2Kor 1:22 dan 2Kor 5:5. Bagaimana
bisa anda campur-adukkan, Liauw?
Tetapi anda sama dengan saya dalam hal,
pemeteraian dengan Roh Kudus itu anda anggap sebagai pemberian Roh Kudus, atau
dari sudut orang percaya, sebagai penerimaan Roh Kudus, pada saat orang itu
percaya Yesus.
Tetapi kalau itu memang penerimaan Roh Kudus,
bagaimana mungkin Allah bisa mencabut kembali Roh KudusNya? Kita membicarakan
jaman Perjanjian Baru, Liauw! Kalau jaman Perjanjian Lama memang bisa, karena
fungsi pemberian Roh Kudus berbeda. Tetapi jaman Perjanjian Baru, ada ayat yang
menjamin bahwa itu tidak mungkin terjadi.
Yoh 14:16 - “Aku akan minta kepada Bapa, dan Ia
akan memberikan kepadamu seorang Penolong yang lain, supaya Ia menyertai
kamu selama-lamanya”.
Lalu kata-kata anda yang saya beri warna hijau
betul-betul menggelikan, Liauw!
Anda berkata ‘Tidak ada juga di ayat ini dikatakan bahwa Allah sendiri
tidak dapat mencabut meterai itu, misalnya karena orang yang bersangkutan tidak
memiliki iman, karena toh iman adalah syarat awal agar seseorang dimeteraikan’.
Anda sendiri mengatakan bahwa kita dimeteraikan
/ diberi Roh Kudus pada saat kita percaya. Ini benar, dan sesuai dengan Ef
1:13.
Tetapi anda mengatakan bahwa Allah bisa
mencabut meterai itu, misalnya kalau orang itu tidak memiliki iman! Liauw, ini
kata-kata tolol luar biasa! Mengapa? Kalau ia tidak memiliki iman, ia belum
dimeteraikan / diberi Roh Kudus. Lalu apanya yang Allah cabut? Allah sendiri
tidak bisa mencabut apa yang belum ada dalam diri seseorang!
Anda tak setuju dengan kata-kata ‘sekali
dimeteraikan, tetap dimeteraikan’. Dan anda katakan itu tidak ada dalam
Alkitab. Lucu sekali. Kalau dimeteraikan sama dengan diberi Roh Kudus, maka Yoh
14:16 itu merupakan jaminan bahwa ‘sekali dimeteraikan, tetap dimeteraikan’,
karena Yoh 14:16 itu mengatakan bahwa Roh Kudus diberikan ‘untuk
selama-lamanya’!
Anda mengatakan bahwa karena Allah yang memberi
meterai maka ia berhak untuk membuka / membuang meterai itu??? Omong kosong. Ia
tidak bisa dan tidak berhak, karena Ia berjanji Roh Kudus itu diberikan untuk
selama-lamanya (Yoh 14:16). Kalau Ia membuka / membuang meterai itu, Ia
melanggar janjinya dalam Yoh 14:16 itu!
Sekarang karena anda toh sudah menyinggung
tentang Roh Kudus sebagai jaminan / uang muka, saya akan bicara tentang hal
itu. Itu sudah saya bahas di depan. Jadi di sini saya hanya akan menakankan
sedikit saja.
Pertama-tama saya beri 3 ayat yang menunjukkan
Roh Kudus sebagai jaminan:
Ef 1:14 - “Dan Roh Kudus itu adalah jaminan bagian kita sampai
kita memperoleh seluruhnya, yaitu penebusan yang menjadikan kita milik
Allah, untuk memuji kemuliaanNya”.
2Kor 1:22 - “memeteraikan tanda milikNya atas
kita dan yang memberikan Roh Kudus di dalam hati kita sebagai jaminan dari semua yang
telah disediakan untuk kita”.
2Kor 5:5 - “Tetapi Allahlah yang justru
mempersiapkan kita untuk hal itu dan yang mengaruniakan Roh, kepada kita
sebagai jaminan segala
sesuatu yang telah disediakan bagi kita”.
Ketiga ayat ini menunjukkan Roh Kudus sebagai
jaminan (memang bisa diartikan sebagai ‘uang muka’). Jaminan untuk apa? Ketiga
ayat ini mengatakan jaminan dari segala sesuatu yang akan diberikan kepada
kita. Ini pasti menunjuk pada surga dan segala sesuatu yang akan kita dapatkan
di sana.
Sekarang pikirkan dua hal:
1. Kalau Allah memberikan Roh Kudus sebagai
jaminan tentang surga, bagaimana mungkin Ia bisa mencabut kembali jaminan itu?
Jaminan macam apa, yang bisa dicabut seenaknya? Bukankah itu sama saja dengan
tidak diberi jaminan?
2. Jaminan itu bisa diartikan ‘uang muka’. Kalau
anda beli barang dan anda beri uang muka, lalu anda batal membeli, bagaimana
nasib uang mukanya? Hilang bukan? Kalau Roh Kudus diberikan sebagai uang muka,
dan Allah batal menyelamatkan kita, Roh KudusNya akan hilang. Mungkinkah itu
terjadi???
Jangan berkhayal, Liauw!
Mempelajari Galatia pasal 3
sungguh adalah pengalaman yang membukakan mata rohani saya. Galatia adalah surat yang spesial berhubungan dengan topik
yang sedang kita bahas ini. Orang-orang
Galatia sedang dalam bahaya meninggalkan iman mereka yang mula-mula,
dan mengikuti suatu Injil palsu (menambahkan sunat). Paulus menyadari bahayanya
kesesatan seperti itu, dan dengan cepat menulis surat ini untuk memperingatkan mereka. Dalam Galatia
pasal 5, ia memperingatkan mereka, bahwa jika
mereka percaya pada sunat, maka Kristus sama sekali tidak berguna bagi mereka.
Untuk memperkuat peringatan ini, ia katakan bahwa mereka akan lepas dari
Kristus. Bagi pikiran yang belum terpengaruh oleh doktrin manapun, surat
Galatia ini jelas mengajarkan bahwa seseorang yang sedang berada dalam Kristus,
dan sedang menerima berkat penebusan Kristus melalui iman, dapat lepas dari
Kristus, dan kehilangan segala berkat dalam Kristus, jika ia meninggalkan iman
sejatinya yang semula.
Tanggapan Budi Asali:
Anda sendiri secara benar mengatakan ‘sedang
dalam bahaya meninggalkan iman’. Berarti belum terjadi bukan? Dan supaya tidak
terjadi, Paulus menuliskan surat Galatia untuk
memperingatkan mereka. Dalam Calvinisme ini bukan hal yang aneh, karena kami
percaya bahwa sekalipun keselamatan
terjamin, tetapi tanggung jawab tetap ada. Baik dari pihak Paulus, tanggung
jawab untuk berusaha supaya orang Galatia tidak kehilangan keselamatan, maupun
dari pihak jemaat Galatia, tanggung jawab untuk memperhatikan ancaman Paulus
dan tetap memegang Injil yang benar. Jadi, dalam kasus ini tidak terjadi
kemurtadan. Hampir murtad, berarti belum / tidak murtad!
Tetapi, perhatikan apa yang
diajarkan Galatia
pasal 3 tentang Roh Kudus. Perhatikan penekanan pada kata “iman.” Dalam 6 pasal
kitab Galatia,
kata “iman” atau “beriman” muncul 23 kali. Dalam Galatia 3:14, ”oleh iman kita
menerima Roh yang telah dijanjikan itu.” Dalam Galatia 3:11, “orang yang benar
akan hidup oleh iman.” Jelas sekali, bahwa Roh Kudus diberikan kepada kita,
oleh kasih karunia Allah, hanya jika kita memiliki iman. Lebih mengena lagi
adalah pertanyaan ini oleh Paulus: “Hanya ini yang hendak kuketahui dari pada
kamu: Adakah kamu telah menerima Roh karena melakukan hukum Taurat atau karena
percaya kepada pemberitaan Injil? Adakah kamu sebodoh itu? Kamu telah mulai
dengan Roh, maukah kamu sekarang mengakhirinya di dalam daging? Sia-siakah semua
yang telah kamu alami sebanyak itu? Masakan sia-sia!”
(Gal. 3:2-4) Jadi, orang yang mulai dengan Roh, waktu mereka beriman dan
percaya pada Injil yang benar. Kini, ada bahaya
mereka percaya Injil yang palsu, dan jika demikian mereka akan mengakhirinya dalam
daging. Jadi, apa kesimpulan pengajaran Alkitab tentang Roh Kudus? Bahwa Roh
Kudus adalah meterai bagi kita dengan syarat iman. Hal ini konsisten dengan
semua aspek pengajaran tentang keselamatan lainnya.
Tanggapan Budi Asali:
Anda tak punya kekuatan dalam argumentasi anda.
Kata-kata ‘masakan sia-sia’ dalam Gal 3:4 itu justru menunjukkan bahwa mereka tidak
mungkin betul-betul murtad!
Anda mengatakan ‘ada bahaya’, tetapi itu tak
berarti bahwa mereka betul-betul meningalkan iman, bukan?
Jadi, menurut saya, tak ada masalah dengan
gereja Galatia!
• “Marilah kita melakukannya
dengan mata yang tertuju kepada Yesus, yang memimpin
kita dalam iman, dan yang membawa iman kita itu kepada kesempurnaan,
yang dengan mengabaikan kehinaan tekun memikul salib ganti sukacita yang
disediakan bagi Dia, yang sekarang duduk di sebelah kanan takhta Allah.” Ibrani
12:2.
Pendukung Jaminan Kekal Tak
Bersyarat menunjuk pada ayat ini dan berkata, “Yesuslah yang membawa iman kita
pada kesempurnaan.” Jadi, menurut mereka, iman kita
tidak tergantung pada diri kita sendiri, dan karenanya kita tidak bisa
meninggalkan iman.
Tanggapan Budi Asali:
Ayat ini dalam Kitab Suci Indonesia, khususnya
yang saya beri warna biru, kurang tepat terjemahannya.
KJV: Looking unto Jesus the author and
finisher of our faith; who for the joy that was set before him endured the
cross, despising the shame, and is set down at the right hand of the throne of
God.
RSV: looking to Jesus the pioneer and
perfecter of our faith, who for the joy that was set before him endured the
cross, despising the shame, and is seated at the right hand of the throne of
God.
NIV: Let us fix our eyes on Jesus, the
author and perfecter of our faith, who for the joy set before him endured
the cross, scorning its shame, and sat down at the right hand of the throne of
God.
NASB: fixing our eyes on Jesus, the author
and perfecter of faith, who for the joy set before Him endured the cross,
despising the shame, and has sat down at the right hand of the throne of God.
Saya percaya kata ‘author’ di sini harus
diartikan ‘pemulai’ (Webster). Jadi, Yesus yang memulai iman kita. Dan Ia juga
adalah ‘perfecter / finisher’ (= penyempurna / penyelesai) dari iman kita!
Sekarang saya tanya: bisakah Yesus gagal menyempurnakan / menyelesaikan iman kita?
Anda mengatakan ‘menurut mereka, iman kita tidak tergantung pada diri kita
sendiri, dan karenanya kita tidak bisa meninggalkan iman’. Ya, itu
pandangan Calvinist, bahkan pandangan Calvin sendiri, dan juga pandangan saya.
Dan lebih-lebih lagi, itulah pandangan dari Ibr 12:2 ini!!! Yang memulai iman
kita adalah Yesus, yang menyempurnakan iman kita juga adalah Ia!
Pemikiran seperti ini sungguh
salah. Jika kita menerapkan logika ini, maka sungguh berbahaya. Jika iman kita
sungguh adalah urusan Yesus saja, dan tidak ada
tanggung jawab kita, untuk apa dalam Alkitab ada begitu banyak ayat yang
menyuruh kita untuk beriman? Ada
begitu banyak ayat yang menyuruh kita tetap pada iman. Bukankah Yesus yang
beriman untuk kita? Nah, disinilah terlihat kebodohan
dari pemikiran seperti ini. Tidak ada orang lain yang dapat beriman untuk orang
lain. Ayat ini mengajarkan doktrin bahwa Yesuslah
yang memungkinkan adanya iman. Tanpa Yesus, manusia bahkan tidak dapat memilih
antara percaya Yesus atau tidak. Tanpa Yesus, tidak ada objek yang dapat
kita imani. Yesus pulalah yang memberikan kita
kekuatan untuk terus beriman, dan memungkinkan iman kita bertumbuh. Jika kita
memegang teguh iman kita, itu adalah karena Yesus! Tetapi tidak berarti
kita tidak punya tanggung jawab untuk tinggal dalam iman. Juga tidak berarti
kita tidak dapat memilih untuk keluar dari iman.
Tanggapan Budi Asali:
Eh, jangan diplesetkan, Liauw. Kata-kata ‘dan tidak ada tanggung jawab kita’ saya tidak terima. Lagi-lagi adalah fitnah
kalau mengatakan bahwa Calvinist percaya kita tidak punya tanggung jawab. Kami
percaya Allah menentukan segala sesuatu, tetapi manusia tetap punya tanggung
jawab. Kurang seringkah saya tekankan hal itu?
Hmmm, perhatikan kata ‘kebodohan’ yang anda pakai. Ini bukan makian yang kasar, Liauw? Anda
boleh memaki, kasar dsb, dan saya anda kecam karena mengatakan ‘tolol’ dsb?
Berkacalah, Liauw, anda melakukan apa yang sama dengan yang saya lakukan.
Bedanya, kalau saya katakan ‘tolol’ itu betul-betul tolol; tetapi kalau anda
katakan ‘bodoh’, yang bodoh adalah anda sehingga menganggap kebenaran sebagai
kebodohan!
Mat 7:1-5 - “(1) ‘Jangan kamu menghakimi,
supaya kamu tidak dihakimi. (2) Karena dengan penghakiman yang kamu pakai untuk
menghakimi, kamu akan dihakimi dan ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan
diukurkan kepadamu. (3) Mengapakah engkau melihat selumbar di mata saudaramu,
sedangkan balok di dalam matamu tidak engkau ketahui? (4) Bagaimanakah engkau
dapat berkata kepada saudaramu: Biarlah aku mengeluarkan selumbar itu dari
matamu, padahal ada balok di dalam matamu. (5) Hai orang munafik, keluarkanlah
dahulu balok dari matamu, maka engkau akan melihat dengan jelas untuk
mengeluarkan selumbar itu dari mata saudaramu.’”.
Ro 2:1-3 - “(1) Karena itu, hai manusia,
siapapun juga engkau, yang menghakimi orang lain, engkau sendiri tidak bebas
dari salah. Sebab, dalam menghakimi orang lain, engkau menghakimi dirimu
sendiri, karena engkau yang menghakimi orang lain, melakukan hal-hal yang
sama. (2) Tetapi kita tahu, bahwa hukuman Allah berlangsung secara jujur
atas mereka yang berbuat demikian. (3) Dan engkau, hai manusia, engkau yang
menghakimi mereka yang berbuat demikian, sedangkan engkau sendiri
melakukannya juga, adakah engkau sangka, bahwa engkau akan luput dari
hukuman Allah?”.
Sekarang saya bahas kata-kata anda yang saya
beri warna ungu.
Anda berkata ‘Ayat ini mengajarkan doktrin bahwa Yesuslah yang
memungkinkan adanya iman. Tanpa Yesus, manusia bahkan tidak dapat memilih
antara percaya Yesus atau tidak. ... Yesus
pulalah yang memberikan kita kekuatan untuk terus beriman, dan memungkinkan
iman kita bertumbuh. Jika kita memegang teguh iman kita, itu adalah karena
Yesus!’.
Saya setuju mutlak, Liauw. Sekali lagi, saya
beri selamat, karena anda sudah jadi Reformed / Calvinist! Apa yang anda katakan
betul-betul adalah pandangan Calvinist!
Saya pikir-pikir, mengapa gerangan anda
terombang ambing antara pandangan Arminian dan Calvinist? Saya kira karena
memang ada ayat-ayat yang tidak bisa tidak harus ditafsirkan sesuai dengan
pandangan Calvinisme! Anda tak bisa mengindarinya!
• “Akan hal ini aku yakin
sepenuhnya, yaitu Ia, yang memulai pekerjaan yang baik di antara kamu, akan
meneruskannya sampai pada akhirnya pada hari Kristus Yesus.” Filipi 1:6.
Ini adalah argumen favorit
lainnya dari pendukung Jaminan Kekal Tak Bersyarat yang sebenarnya gagal untuk
berurusan dengan inti permasalahan. Keyakinan Paulus adalah bahwa Yesus akan
menyelesaikan apa yang Ia mulai, dalam hal keselamatan. Tuhan Yesus telah
memulai pekerjaan yang baik di antara orang Korintus. Tetapi apakah pekerjaan
baik yang Yesus mulai itu dimulai dengan syarat tertentu? Ya, kesaksian Alkitab
jelas, dan Filipi 1:5 juga membuatnya jelas, bahwa persekutuan orang Filipi
dalam berita Injil adalah syarat pekerjaan baik yang telah mulai.
Nah, jika awal dari pekerjaan
yang baik itu bersyarat (yaitu bahwa seseorang harus percaya untuk
diselamatkan), maka tidak ada alasan untuk menolak bahwa penerusan keselamatan
itu hingga pada hari Kristus Yesus juga bersyarat. Yang jelas, ayat ini tidak sedang
berbicara masalah persyaratan. Ayat ini mengajarkan aspek bahwa Allah akan
melakukan bagianNya. Janji Allah adalah: jika kamu percaya Kristus, kamu akan
diselamatkan. Allah akan menepati janjiNya itu. Itulah yang diajarkan ayat ini,
dan yang merupakan keyakinan Paulus. Allah tidak akan tiba-tiba berubah
pikiran. Ia akan menyelamatkan mereka yang beriman. Ia akan meneruskan
pekerjaan baik itu. Tetapi, tentunya, jika orang itu tidak beriman lagi, maka
Allah sama sekali tidak terikat untuk menyelamatkan dia.
Yang penting untuk diingat
adalah, bahwa ayat seperti ini dan yang lainnya, tidak menghilangkan ayat-ayat
lain yang mengajarkan bahwa kita harus tinggal dalam iman untuk diselamatkan.
Kita harus membangun doktrin kita atas semua ayat, bukan hanya sebagian ayat
Alkitab.
Tanggapan Budi Asali:
Fil 1:6 secara sah dan mutlak mendukung doktrin
SSTS!
Fil 1:5-6 - “(5) Aku mengucap syukur kepada
Allahku karena persekutuanmu dalam Berita Injil mulai dari hari pertama sampai
sekarang ini. (6) Akan hal ini aku yakin sepenuhnya, yaitu Ia, yang memulai
pekerjaan yang baik di antara kamu, akan meneruskannya sampai pada akhirnya
pada hari Kristus Yesus”.
Baik ay 5 maupun ay 6 tidak memberikan persyaratan (tidak
tertulis apa-apa tentang syarat). Jadi ‘syarat’ itu hanya khayalan anda.
Ay 5 hanya menunjukkan bahwa mereka sedang
percaya Injil, dan itu bisa terjadi karena Allah memulai pekerjaan baik di
antara mereka (ay 6a), dan Allah yang memulai itu, akan meneruskannya sampai
akhir (ay 6b). Jadi, ini tak terlalu berbeda dengan Ibr 12:2 di atas, dimana
Yesus disebut sebagai ‘author and perfecter of our faith’.
9. Keyakinan akan Keselamatan
Pendukung SSTS secara rutin
menuduh apa yang saya percayai (Jaminan Kekal Bersyarat) sebagai posisi yang
tidak menawarkan keamanan (jaminan) dan tidak ada keyakinan akan selamat. Hal
ini tidak benar. Tentunya, jaminan dan keyakinan saya berbeda dengan yang
dimiliki SSTS. SSTS mendapatkan jaminan dan keyakinan dari doktrin mereka, yang
telah kita lihat adalah tidak Alkitabiah. Jadi, mereka mendapatkan jaminan dari
doktrin buatan manusia. Saya sudah sering mendengar mereka berkata, “Saya tahu
saya pasti ke Surga, karena saya sudah diselamatkan umur sekian (10 tahun
misalnya) dan sekali selamat, tetap selamat.”
Tetapi,
ini adalah jaminan yang palsu. Dalam skenario terburuk, bisa saja orang itu
suatu hari menyangkal Kristus dan menolakNya, sambil berpikir, “toh saya masih
diselamatkan.”
Jaminan yang Alkitabiah adalah
seperti yang ada dalam 1 Yohanes 5:13. Bagaimanakah seseorang dapat tahu bahwa
ia memiliki hidup yang kekal? Apakah karena “sekali selamat tetap selamat”?
Tidak!!
Jaminan yang Alkitabiah berkata,
“kamu yang percaya [sedang percaya, present tense] kepada nama Anak Allah,
tahu, bahwa kamu memiliki hidup yang kekal.” Jadi, rahasia jaminan Alkitabiah
adalah percaya (saat ini, present tense). Jika
saya menguji diri sendiri, dan saya sekarang
adalah seorang yang beriman (bukan bahwa dulu saya pernah beriman), maka saya
memiliki hidup yang kekal. Pendukung SSTS mungkin tidak suka jaminan yang
seperti ini, tetapi inilah jaminan dan keyakinan yang kita dapatkan dalam
Alkitab.
Untuk membandingkan: SSTS
memiliki jaminan yang didasarkan pada doktrin mereka “sekali selamat tetap
selamat.” Saya, di lain sisi, memiliki jaminan karena posisi saya yang saat ini percaya dalam Kristus.
Tanggapan Budi Asali:
Perhatikan kata-kata anda yang saya beri wana
hijau, Liauw.
Ini kata anda ‘Tetapi, ini adalah jaminan yang palsu. Dalam skenario
terburuk, bisa saja orang itu suatu hari menyangkal Kristus dan menolakNya,
sambil berpikir, “toh saya masih diselamatkan.”’.
Anda mencampur-adukkan kepercayaan anda sendiri
bahwa orang kristen yang sejati bisa murtad, dan memasukkan hal itu ke dalam
pemikiran orang Reformed / Calvinist! Ingat Reformed / Calvinist tidak percaya
bahwa orang kristen yang sejati bisa murtad, lalu bagaimana bisa berpikir
seperti itu dalam keadaan murtad????
Sekarang perhatikan kata-kata yang saya beri
warna biru. Semua menunjukkan bahwa orang Arminian hanya percaya keselamatannya
pada saat ini, pada saat ia percaya. Tetapi untuk masa depan, tidak ada yang
yakin keselamatannya. Bagaimana hal seperti ini anda sebut sebagai ‘jaminan’
dan ‘keyakinan’? Anda menuduh kami memberikan arti yang berbeda tentang kata
‘kebebasan’ atau ‘bebas’, tetapi sekarang anda sendiri boleh memberikan
definisi yang begitu aneh tentang kata-kata ‘jaminan’ dan ‘keyakinan’.
Seharusnya diubah menjadi ‘jaminan sementara / saat ini’ dan ‘keyakinan
sementara / saat ini’.
Dan saya tanya: apa gunanya jaminan / keyakinan
model seperti itu? Kalau tadi anda bersukacita karena Yoh 10:27-29 menjamin
keselamatan anda, itu juga dalam arti seperti ini? You are pathetic, Liauw!
(Kamu itu menyedihkan, Liauw!).
Saya lagi-lagi beri kutipan dari buku saya
sendiri.
Ajaran
Arminian ini menghancurkan damai, sukacita dan kepastian dari kehidupan
kristen.
A. H.
Strong mengutip kata-kata Adolph Saphir sebagai berikut:
“My
objection to the Arminianism or semi-Arminianism is not that they make the
entrance very wide; but that they do not give you anything definite, safe
and real, when you have entered. ... Do not believe the devil’s gospel, which
is a chance of salvation: chance of salvation is chance of damnation” (= Keberatan saya terhadap Arminianisme atau
semi-Arminianisme bukan bahwa mereka membuat jalan masuk sangat lebar; tetapi
bahwa mereka tidak memberikan kepadamu apapun yang pasti, aman, dan nyata,
pada saat kamu masuk. ... Jangan percaya kepada injil setan, yang
merupakan suatu kemungkinan untuk selamat: kemungkinan untuk mendapat keselamatan
adalah kemungkinan untuk mendapat penghukuman) - A. H. Strong, ‘Systematic
Theology’, hal 605.
Catatan: kata-kata Strong ini bukan main kerasnya. Ia menyebut
ajaran Arminian sebagai ‘injil setan’!
Loraine
Boettner:
“A
consistent Arminian, with his doctrine of free will and of falling from grace,
can never in this life be certain of his eternal salvation. He may, indeed,
have the assurance of his present salvation, but he can have only a hope
of his final salvation. He may regard his final salvation as highly
probable, but he cannot know it as a certainty. He has seen many of his
fellow Christians backslide and perish after making a good start. Why may not
he do the same thing?” (= Seorang
Arminian yang konsisten, dengan doktrinnya tentang kehendak bebas dan
kemurtadan, tidak akan pernah dalam hidup ini mempunyai keyakinan akan
keselamatan yang kekal. Ia memang bisa mempunyai keyakinan untuk keselamatannya
saat ini, tetapi ia hanya bisa mempunyai pengharapan tentang keselamatan
akhirnya. Ia bisa menganggap keselamatan akhirnya sebagai sangat
memungkinkan, tetapi ia tidak bisa mengetahuinya sebagai suatu kepastian. Ia
telah melihat banyak sesama Kristennya mundur dan binasa setelah melakukan
permulaan yang baik. Mengapa ia tidak bisa melakukan hal yang sama?) - ‘The Reformed
Doctrine of Predestination’, hal 193.
Loraine
Boettner:
“The
assurance that Christians can never be separated from the love of God is one of
the greatest comforts of the Christian life. To deny this doctrine is to
destroy the grounds for any rejoicing among the saints on earth; for what kind
of rejoicing can those have who believe that they may at any time be deceived
and led astray? ... It is not until we duly appreciate this wonderful
truth, that our salvation is not suspended on our weak and wavering love to
God, but rather upon His eternal and unchangeable love to us, that we can have
peace and certainty in the Christian life”
(= Kepastian bahwa orang-orang Kristen tidak pernah bisa dipisahkan dari kasih
Allah adalah salah satu penghiburan terbesar dari kehidupan Kristen. Menyangkal
doktrin ini sama dengan menghancurkan dasar untuk sukacita apapun di antara
orang-orang kudus di bumi; karena jenis sukacita apa yang bisa mereka miliki
jika mereka percaya bahwa pada setiap saat mereka bisa ditipu dan disesatkan?
... Hanya kalau kita menghargai dengan seharusnya kebenaran yang hebat ini,
bahwa keselamatan tidak tergantung pada kasih kita yang lemah dan berubah-ubah
kepada Allah, tetapi pada kasihNya yang kekal dan tak berubah kepada kita, maka
kita bisa mendapatkan damai dan kepastian dalam kehidupan Kristen) - Loraine Boettner, ‘The
Reformed Doctrine of Predestination’, hal 194-195.
Alan
P. F. Sell mengutip kata-kata Thomas Watson (1620-1686) sebagai berikut:
“How despairing is the Arminian doctrine of falling from
grace! To-day a saint, to-morrow a reprobate; to-day a Peter, to-morrow a
Judas. This must needs cut the sinews of a Christian endeavour, and be like
boring a hole in a vessel: to make all the wine of joy run out ... What comfort
were it to have one’s name written in the book of life, if it might be blotted
out again? But be assured, for your comfort, grace, if true, though never so
weak, shall persevere” (= Alangkah tidak
ada harapannya doktrin Arminian tentang kemurtadan! Hari ini seorang kudus,
besok seorang yang ditetapkan binasa; hari ini seorang Petrus, besok seorang
Yudas. Ini pasti memotong otot dari usaha Kristen, dan seperti melubangi
bejana: untuk membuat semua anggur sukacita keluar ... Penghiburan apa untuk
mendapati nama seseorang tertulis dalam kitab kehidupan, jika itu bisa dihapus lagi? Tetapi yakinlah, untuk
penghiburanmu, kasih karunia, jika itu benar / sejati, tetapi tidak pernah
begitu lemah, akan bertekun) - ‘The Great Debate, Calvinism, Arminianism
and Salvation’, hal 30.
10. Argumen-Argumen Lain Melawan
Jaminan Kekal Tak Bersyarat
A. Orang Kristen mula-mula,
sebelum Agustinus yang sangat Kalvinistik, tidak percaya doktrin “jaminan kekal
tak bersyarat.” Berikut ini ada beberapa kutipan dari Irenaeus, Cyprian, dan
Tertullian:
Irenaeus (120-205 AD), Adv. Haer.
4,27,2 ,"Christ will not die again on behalf of those who now commit sin
because death shall no more have dominion over Him.... Therefore we should not
be puffed up.... But we should beware lest somehow, after [we have come to] the
knowledge of Christ, if we do things displeasing to God, we obtain no further
forgiveness of sins but rather be shut out from His kingdom" (Heb. 6:4-6).
“Kristus tidak akan mati lagi
bagi merea yang sekarang melakukan dosa karena maut tidak akan lagi berkuasa
atas Dia....oleh karena itu kita jangan sombong.....tetapi kita harus
berjaga-jaga, agar jangan, setelah [kita memiliki] pengenalan akan Kristus,
jika kita melakukan hal-hal yang mendukakan Allah, kita tidak mendapatkan pengampunan
dosa, tetapi tertutup dari kerajaanNya.” (Ibrani 6:4-6)
Tanggapan Budi Asali:
Mengutipnya kurang panjang. Tidak terlihat
dalam kontext pembicaraan bagaimana ia mengatakan kata-kata itu.
Cyprian (200-258 AD), Unity of
the Church, sec. 21 , "It is written, 'He who endures to the end, the same
shall be saved' [Matt. 10:22]. So whatever precedes the end is only a step by
which we ascend to the summit of salvation. It is not the final point wherein
we have already gained the full result of the ascent."
“Ada tertulis, ‘Ia yang bertahan sampai
akhirnya, ia akan diselamatkan’ [Mat. 10:22]. Jadi, apapun yang terjadi sebelum
akhirnya hanyalah satu jenjang yang kita naiki untuk mencapai puncak
keselamatan. Itu bukanlah titik akhir di mana kita telah mendapatkan hasil
penuh dari pendakian.”
Tanggapan Budi Asali:
Saya tak bermasalah dengan kata-kata ini. Saya
percaya, dan pada saat yang sama, saya juga percaya bahwa orang kristen yang
sejati akan bertahan sampai akhir.
Tertullian (140-230 AD), On
Repentance ch. 6 , "Some people act as though God were under an obligation
to bestow even on the unworthy His intended gift. They turn His liberality into
slavery.... For do not many afterwards fall out of grace? Is not this gift
taken away from many?"
“Ada orang yang bertindak seolah Allah wajib
untuk memberikan KaruniaNya bahkan pada mereka yang tidak layak. Mereka
mengubah kemurahanNya menjadi perbudakan...Karena bukankah banyak yang akhirnya
jatuh dari kasih karunia? Bukankah anugerah ini diambil dari banyak orang?”
Hal ini mendukung teori bahwa
doktrin SSTS berasal dari pengaruh Kalvinis.
Tanggapan Budi Asali:
Siapa / apa yang anda jadikan otoritas / tolok
ukur untuk menentukan benar atau salah? Bapa-bapa gereja? Anda pernah
mempelajari ajaran bapa-bapa gereja, apalagi yang ada pada abad-abad 1-3 M.????
Penuh dengan kesesatan, dan baru mulai bagus memang pada jaman Agustinus,
Athanasius, yaitu pada abad ke 4!
Jadi, saya tak peduli bapa gereja yang mana
bilang apa, bahkan saya tak peduli Agustinus dan Calvin bilang apa, kalau
kata-kata mereka tak sesuai dengan Firman Tuhan, saya tolak. Dan dari Firman
Tuhan saya yakin bahwa dalam hal TULIP, Agustinus dan Calvin mengajar sesuai
dengan Firman Tuhan. Karena itu saya mempercayai mereka.
Saya ingin menambahkan kata-kata John Owen
dalam tafsirannya tentang Ibr 6:4-6. Kata-kata ini sangat penting karena
membahas penafsiran tentang text ini dalam sejarah, dengan memperhatikan latar
belakang dari jaman itu, dan sebagainya.
John Owen: “That this passage
in our apostle’s discourse hath been looked upon as accompanied with great
difficulties is known to all; and many have the differences been about its
interpretation. For, both doctrinally and practically, sundry have here
stumbled and miscarried. It is almost generally agreed upon, that from these
words, and the colorable but indeed perverse interpretation and application
made of them by some in the primitive times, occasioned by the then present
circumstances of things, to be mentioned afterwards, the Latin church was so
backward in receiving the epistle itself, that it had not absolutely prevailed
therein in the days of Jerome, as we have elsewhere declared. Wherefore it
is necessary that we should a little inquire into the occasion of the great
contests which have been in the church, almost in all ages, about the sense of
this place. It is known that the primitive church, according to its duty, was
carefully watchful about the holiness and upright walking of all that were
admitted into the society and fellowship of it. Hence, upon every known and
visible failing, they required an open repentance from the offenders before
they would admit them unto a participation of the sacred mysteries. But upon
flagitious and scandalous crimes, such as murder, adultery, or idolatry, in
many churches they would never admit those who had been guilty of them into
their communion any more. Their greatest and most signal trial was with
respect unto them who, through fear of death, complied with the Gentiles in
their idolatrous worship in the time of persecution. For they had fixed no
certain general rules whereby they should unanimously proceed, but every church
exercised severity or lenity, according as they saw cause, upon the
circumstances of particular instances. Hence Cyprian, in
his banishment, would not positively determine concerning those of the church
in Carthage who had so sinned and fallen, but deferred his thoughts until his
return; when he resolved to advise with the whole church, and settle all things
according to the counsel that should be agreed on amongst them. Yea, many of
his epistles are on this subject peculiarly; and in them all, if compared
together, it is evident that there was no rule agreed upon herein; nor was he
himself resolved in his own mind, though strictly on all occasions opposing
Novatianus;
wherein it had been well if his arguments had answered his zeal. Before
this, the church of Rome was esteemed in particular more remiss in their
discipline, and more free than other churches in their re-admission unto
communion of notorious offenders. Hence Tertullian, in his book de Poenitentia, reflects on Zephyrinus, the
bishop of Rome, that he had admitted adulterers unto repentance, and thereby
unto the communion of the church. But that church proceeding in
her lenity, and every day enlarging her charity, Novatus and Novatianus taking offense
thereat, advanced an opinion on the contrary extreme. For they denied all
hope of church pardon, or of a return unto ecclesiastical communion, unto them
who had fallen into open sin after baptism; and, in especial, peremptorily
excluded all persons whatsoever who had outwardly complied with idolatrous
worship in time of persecution, without respect unto any distinguishing
circumstances. Yea, they seem to have excluded them from all expectation of
forgiveness from God himself. But their followers, terrified with the
uncharitableness and horror of this persuasion, tempered it so far as that,
leaving all persons absolutely to the mercy of God upon their repentance, they
only denied such as we mentioned before a re-admission into church communion,
as Acesius
speaks expressly in Socrates, lib. 1. cap. 7. Now
this opinion they endeavored to confirm, as from the nature and use of baptism,
which was not to be reiterated, whereon they judged that no pardon was to be
granted unto them who fell into those sins which they lived in before, and were
cleansed from at their baptism; so principally from this place of our apostle,
wherein they thought their whole opinion was taught and confirmed. And so usually
doth it fall out, very unhappily, with men who think they see some peculiar
opinion or persuasion in some singular
text of Scripture, and will not bring their interpretations of it unto
the analogy of faith, whereby they might see how contrary it is to the whole
design and current of the word in other places. But the church of Rome, on the
other side, though judging rightly, from other directions given in the
Scripture, that the Novatians transgressed the rule of charity and gospel discipline in
their severities, yet, as it should seem, and is very probable, knew not how to
answer the objection from this place of our apostle: therefore did they rather
choose for a season to suspend their assent unto the authority of the whole
epistle, than to prejudice the church by its admission. And well was it that
some learned men afterward, by their sober interpretations of the words,
plainly evinced that no countenance was given in them unto the errors of the
Novatians; for without this it is much to be feared that some would have
preferred their interest in their present controversy before the authority of
it: which would, in the issue, have proved ruinous to the truth itself; for the
epistle, being designed of God unto the common edification of the church, would
at length have prevailed, whatever sense men, through their prejudices and
ignorance, should put upon any passages of it. But this controversy is long
since buried; the generality of the churches in the world being sufficiently
remote from that which was truly the mistake of the Novatians, yea, the most of
them do bear peaceably in their communion, without the least exercise of gospel
discipline towards them, such persons as concerning whom the dispute was of old
whether they should ever in this world be admitted into the communion of the
church, although upon their open and professed repentance. We shall not,
therefore, at present need to labor in this controversy” (= ) - ‘Hebrews’,
vol 5, hal 68-70.
Saya tidak menterjemahkan kata John Owen
karena kata-katanya begitu panjang. Saya hanya memberikan arti ringkasnya di
sini.
Ia mengatakan bahwa pada abad-abad awal,
gereja mula-mula sangat keras dalam pandangan mereka tentang orang-orang
Kristen yang jatuh ke dalam dosa, dengan tujuan untuk menjaga kekudusan dari hidup
orang-orang Kristen pada saat itu. Orang-orang Kristen yang berbuat dosa diharuskan
mengaku dosa di depan umum sebelum mereka bisa diterima kembali ke dalam
persekutuan Kristen. Tetapi orang-orang Kristen yang melakukan dosa-dosa yang
sangat besar dan memalukan, seperti pembunuhan, perzinahan, dan penyembahan
berhala, tidak diterima kembali oleh banyak gereja ke dalam persekutuan Kristen
sampai selama-lamanya. Pengadilan yang paling menyolok adalah berkenaan dengan
orang-orang Kristen yang, karena takut dibunuh olah orang-orang kafir pada masa
penganiayaan, lalu menuruti / tunduk pada kemauan orang-orang kafir itu dan
lalu menyembah berhala. Mereka tidak mempunyai peraturan-peraturan yang pasti
berkenaan dengan orang-orang seperti itu, sehingga ada yang bersikap keras dan
ada yang lunak, sesuai dengan penyebab dari kasus itu. Karena itu, Cyprian, yang sedang ada
dalam pembuangan, tidak mau memberikan keputusan yang positif tentang
orang-orang seperti itu, dan menyuruh menunggu sampai ia kembali dari pembuangan.
Owen menambahkan bahwa dari tulisan-tulisan Cyprian terlihat bahwa dia sendiri
tidak mempunyai peraturan yang pasti, dan kelihatannya, bahkan ia sendiri tidak
mempunyai keputusan yang pasti dalam pikirannya berkenaan dengan hal itu.
Karena itu tidak terlalu mengherankan kalau
Steven Liauw bisa mendapatkan kutipan dari Cyprian, yang ia anggap mendukung dia berkenaan dengan Ibr 6:4-6.
Tetapi kalau Owen benar, pasti ada tulisan-tulisan lain dari Cyprian yang menunjukkan
kebalikannya.
Sedangkan pada saat itu Gereja Roma bersikap sangat
lunak terhadap orang-orang Kristen yang jatuh ke dalam dosa. Uskup Roma
menerima pelanggar-pelanggar yang sangat buruk dan pezinah-pezinah yang
bertobat ke dalam persekutuan gereja / Kristen. Tertullian tidak setuju dengan ini, dan ia menulis menentang gereja
Roma pada saat itu. Tetapi gereja Roma bahkan bersikap makin lunak terhadap
orang-orang Kristen yang berdosa. Lalu muncul dua orang yang bernama Novatus dan Novatianus, yang
menentang sikap lunak gereja Roma itu dengan cara yang extrim, dimana mereka
mengatakan bahwa orang Kristen yang melakukan dosa apapun setelah baptisan,
tidak bisa diampuni, lebih-lebih orang-orang Kristen yang menyembah berhala tak
peduli apapun alasannya. Ada
kata-kata Owen berkenaan dengan cara penafsiran dari orang-orang seperti
Novatus dan Novatianus, yang saya ulang dan beri terjemahannya di sini.
Owen:
“And so usually doth it fall out, very
unhappily, with men who think they see some peculiar opinion or persuasion in
some singular text of Scripture,
and will not bring their interpretations of it unto the analogy of faith,
whereby they might see how contrary it is to the whole design and current of
the word in other places” (= Dan begitulah biasanya terjadi, sangat
menyedihkan, dengan orang-orang yang berpikir / mengira bahwa mereka melihat
pandangan atau kepercayaan khas tertentu dalam beberapa aneh dari Kitab Suci,
dan tidak mau membawa penafsiran-penafsiran mereka tentangnya pada analogi /
persamaan dari iman, dengan mana mereka bisa melihat betapa bertentangannya itu
dengan seluruh rancangan dan aliran / arus dari firman di tempat-tempat lain) -
‘The Works of John Owen’, vol 5, hal
69.
Catatan: saya kira ini sikap dari Liauw
juga!
Sikap extrim dari Novatus dan Novatianus ini
ditentang oleh Cyprian, Acesius, dan bahkan juga oleh pengikut-pengikut dari Novatus dan
Novatianus sendiri.
Sementara itu, gereja Roma, sekalipun
sebetulnya dalam hal ini lebih benar, tidak bisa menjawab argumentasi yang
diberikan berdasarkan Ibr 6:4-6, dan karena itu mereka lalu memilih untuk
menunda persetujuan mereka terhadap otoritas dari surat Ibrani dari pada
merugikan gereja mereka dengan menerima surat Ibrani ini.
Belakangan baru muncul orang-orang yang
menafsirkan Ibr 6:4-6 ini dengan cara yang benar, sambil memperhatikan seluruh
Alkitab.
Pertengkaran tentang persoalan ini sudah lama
dikubur, dan secara umum gereja-gereja menerima kembali orang-orang Kristen
yang menyembah berhala karena alasan seperti itu, asalkan ada pertobatan dari
orang-orang itu.
B. Ada begitu banyak ayat yang
mengajarkan bahwa orang percaya harus memiliki iman hingga pada akhirnya.
Mereka yang bertahan hingga akhir akan diselamatkan.
“Dan kamu akan dibenci semua
orang oleh karena nama-Ku; tetapi orang yang bertahan sampai pada kesudahannya
akan selamat.” Mat. 10:22, lihat juga Mar. 13:13.
“Tetapi orang yang bertahan
sampai pada kesudahannya akan selamat.” Mat. 24:13
“...Hendaklah engkau setia sampai
mati, dan Aku akan mengaruniakan kepadamu mahkota kehidupan.”
Wah. 2:10
Tanggapan Budi Asali:
Ini sudah saya bahas, anda hanya bertele-tele
saja. Ayat-ayat ini menekankan tanggung jawab. Sekalipun Alkitab menjamin
keselamatan, tetapi tidak membuang keselamatan. Sama seperti Tuhan menjamin
kecukupan hidup kita (Mat 6:25-34), tetapi ia mengharuskan orang Kristen
bekerja (2Tes 3:10).
C. Kemungkinan bahwa nama
seseorang dapat dihapuskan dari buku kehidupan berarti orang itu dapat
meninggalkan iman.
“Dan jikalau seorang mengurangkan
sesuatu dari perkataan-perkataan dari kitab nubuat ini, maka Allah akan
mengambil bagiannya dari pohon kehidupan [dalam bahasa aslinya “buku kehidupan]
dan dari kota kudus, seperti yang tertulis di dalam kitab ini.” (Wah. 22:19)
“Barangsiapa menang, ia akan
dikenakan pakaian putih yang demikian; Aku tidak akan menghapus namanya dari
kitab kehidupan, melainkan Aku akan mengaku namanya di hadapan Bapa-Ku dan di
hadapan para malaikat-Nya.” (Wah. 3:5).
“Tetapi sekarang, kiranya Engkau
mengampuni dosa mereka itu dan jika tidak, hapuskanlah kiranya namaku dari
dalam kitab yang telah Kautulis." Tetapi TUHAN berfirman kepada Musa:
"Siapa yang berdosa kepada-Ku, nama orang itulah yang akan Kuhapuskan dari
dalam kitab-Ku.” (Kel. 32:32-33)
Tanggapan Budi Asali:
Saya beri kutipan saja dari khotbah saya
tentang kitab kehidupan.
Kitab kehidupan
Luk 10:20 - “Namun demikian
janganlah bersukacita karena roh-roh itu takluk kepadamu, tetapi bersukacitalah
karena namamu ada terdaftar di sorga.’”.
Fil 4:3 - “Bahkan, kuminta
kepadamu juga, Sunsugos, temanku yang setia: tolonglah mereka. Karena mereka
telah berjuang dengan aku dalam pekabaran Injil, bersama-sama dengan Klemens
dan kawan-kawanku sekerja yang lain, yang nama-namanya tercantum dalam kitab
kehidupan”.
Wah 20:12,15 - “Dan aku melihat
orang-orang mati, besar dan kecil, berdiri di depan takhta itu. Lalu dibuka
semua kitab. Dan dibuka juga sebuah kitab lain, yaitu kitab kehidupan. Dan
orang-orang mati dihakimi menurut perbuatan mereka, berdasarkan apa yang ada
tertulis di dalam kitab-kitab itu. ... Dan setiap orang yang tidak ditemukan namanya
tertulis di dalam kitab kehidupan itu, ia dilemparkan ke dalam lautan api itu”.
Wah 21:27 - “Tetapi tidak akan
masuk ke dalamnya sesuatu yang najis, atau orang yang melakukan kekejian atau
dusta, tetapi hanya mereka yang namanya tertulis di dalam kitab kehidupan Anak
Domba itu”.
Wah 3:5 - “Barangsiapa menang,
ia akan dikenakan pakaian putih yang demikian; Aku tidak akan menghapus namanya
dari kitab kehidupan, melainkan Aku akan mengaku namanya di hadapan BapaKu dan
di hadapan para malaikatNya”.
Kel 32:31-33 - “Lalu kembalilah
Musa menghadap TUHAN dan berkata: ‘Ah, bangsa ini telah berbuat dosa besar,
sebab mereka telah membuat allah emas bagi mereka. (32) Tetapi sekarang,
kiranya Engkau mengampuni dosa mereka itu - dan jika tidak, hapuskanlah kiranya
namaku dari dalam kitab yang telah Kautulis.’ (33) Tetapi TUHAN berfirman
kepada Musa: ‘Siapa yang berdosa kepadaKu, nama orang itulah yang akan
Kuhapuskan dari dalam kitabKu”.
Maz 69:29 - “Biarlah mereka
dihapuskan dari kitab kehidupan, janganlah mereka tercatat bersama-sama dengan
orang-orang yang benar!”.
I) Pandangan Arminian (Pdt. Jusuf B. S.) tentang
Kitab Kehidupan.
Pdt. Jusuf B.
S.: “Buku kehidupan adalah catatan dari orang-orang percaya yang
masuk Surga, termasuk segala pahalanya, yang ditulis Allah. Buku ini tidak
berbentuk seperti buku catatan kita, juga bukan seperti disket-disket komputer,
tetapi jauh lebih canggih yaitu suatu catatan dengan cara Illahi yang sempurna,
tidak bisa salah / hilang dan betul-betul tercatat dengan rapi, teliti, langkah
(?) dan betul” - “Keselamatan tidak bisa hilang?’, hal 55.
Pdt. Jusuf B.
S.: “Di mana terdapat buku ini? Terletak di hadapan hadirat
Tuhan, itu berarti ada di dalam Surga” - “Keselamatan tidak bisa hilang?’,
hal 56.
Kelihatannya
dia percaya bahwa betul-betul ada catatan seperti itu, sekalipun bentuknya
tidak ia ketahui. Pertanyaannya: apakah Allah yang maha tahu itu membutuhkan
catatan dalam bentuk apapun?
Pdt. Jusuf B.
S.: “Buku Kehidupan bukanlah catatan dari nama-nama orang yang
pernah lahir dan hidup di dunia. Tetapi setiap orang yang percaya, yang
mengakui nama Yesus, ia selamat dan menjadi putra Allah, baru namanya
ditulis di dalam buku hayat” - “Keselamatan tidak bisa hilang?’, hal
60.
Jadi ia percaya
bahwa penulisan nama dalam kitab kehidupan itu baru dilakukan pada saat
orangnya percaya kepada Yesus.
Pdt. Jusuf B.
S.: “Nama di dalam Buku Kehidupan masih dapat dihapus! Selama
kita hidup di dunia ini, masih dapat terjadi perubahan. Bukan satu kali selamat
tetap selamat. Sebab itu Tuhan menyuruh kita memelihara keselamatan itu dengan
hati-hati” - “Keselamatan tidak bisa hilang?’, hal 63.
Pdt. Jusuf B.
S.: “Dalam Kel 32:33 nama-nama orang Israel akan dihapus dari dalam Buku
Kehidupan oleh sebab dosa-dosanya. Tuhan tidak akan mengancam atau menindak dengan
sesuatu dusta atau omong kosong. Sebab itu penghapusan nama dari Buku Kehidupan
itu ada, bisa terjadi! Musa memintakan ampun sehingga hal itu ditunda” -
“Keselamatan tidak bisa hilang?’, hal
64.
Ia percaya
bahwa nama seseorang bisa dihapuskan dari kitab kehidupan. Dengan kata lain
orang itu kehilangan keselamatannya.
II) Pandangan Reformed tentang kitab kehidupan.
1) Memang benar bahwa kitab kehidupan mencatat
nama-nama orang yang percaya kepada Yesus dan diselamatkan.
Luk 10:20
- “Namun demikian janganlah bersukacita karena roh-roh itu takluk kepadamu,
tetapi bersukacitalah karena namamu ada terdaftar di sorga.’”.
Fil 4:3 - “Bahkan,
kuminta kepadamu juga, Sunsugos, temanku yang setia: tolonglah mereka. Karena
mereka telah berjuang dengan aku dalam pekabaran Injil, bersama-sama dengan
Klemens dan kawan-kawanku sekerja yang lain, yang nama-namanya tercantum dalam
kitab kehidupan”.
Wah 20:12,15
- “Dan aku melihat orang-orang mati, besar dan kecil, berdiri di depan
takhta itu. Lalu dibuka semua kitab. Dan dibuka juga sebuah kitab lain, yaitu
kitab kehidupan. Dan orang-orang mati dihakimi menurut perbuatan mereka,
berdasarkan apa yang ada tertulis di dalam kitab-kitab itu. ... Dan setiap
orang yang tidak ditemukan namanya tertulis di dalam kitab kehidupan itu, ia
dilemparkan ke dalam lautan api itu”.
Wah 21:27
- “Tetapi tidak akan masuk ke dalamnya sesuatu yang najis, atau orang yang
melakukan kekejian atau dusta, tetapi hanya mereka yang namanya tertulis di
dalam kitab kehidupan Anak Domba itu”.
Jadi jelas
bahwa kitab kehidupan mencatat nama dari orang-orang yang selamat, atau dengan
kata lain, orang yang namanya tercatat dalam Kitab Kehidupan itulah yang akan
masuk surga (Wah 21:27). Sebaliknya, orang yang namanya tidak tercatat
dalam kitab kehidupan itu akan masuk ke neraka (Wah 20:15). Karena itu
Tuhan Yesus berkata: bersukacitalah karena namamu tercatat dalam kitab
kehidupan (Luk 10:20).
John Stott: “One
day the books will be opened, and the dead will be judged by what is written in
the books, and everyone whose name is not found written in the Book of Life
will be ‘thrown into the lake of fire’ (Rev. 20:11-15). Is your name written in
the Lamb’s book of life? You can have a name among men for being alive (like
the Church of Sardis) and still have no entry in God’s
book of the living. ... Jesus told His disciples to rejoice that their names
were ‘written in heaven’ (Lk. 10:20; cf. Heb. 12:23). Can you rejoice like that
today?” [= Suatu hari kitab-kitab ini akan dibuka, dan orang mati akan
dihakimi berdasarkan apa yang tertulis dalam kitab-kitab ini, dan setiap orang
yang namanya tidak ditemukan tertulis dalam Kitab Kehidupan akan ‘dilemparkan
ke dalam lautan api’ (Wah 20:11-15). Apakah namamu tertulis dalam kitab
kehidupan Anak Domba? Di antara manusia
kamu bisa terkenal sebagai orang yang hidup (spt Gereja Sardis) tetapi tetap
tidak masuk dalam kitab orang hidup dari Allah. ... Yesus menyuruh
murid-muridNya untuk bersukacita bahwa nama mereka ‘tertulis di surga’ (Luk
10:20; bdk. Ibr 12:23). Bisakah engkau bersukacita seperti itu hari ini?] -
hal 97.
Karena itu
jangan puas / bersukacita kalau nama saudara sekedar tercatat di gereja, bahkan
tercatat sebagai orang yang menduduki jabatan tertentu dalam gereja / donatur
gereja. Ini tidak menjamin keselamatan saudara! Tetapi kalau saudara percaya
kepada Yesus dengan sungguh-sungguh, maka nama saudara tercatat dalam kitab
kehidupan, dan itu yang menjamin keselamatan saudara!
2) Penulisan nama dalam kitab kehidupan sudah
dilakukan sejak dunia belum dijadikan!
Kalau tadi kita
sudah mendengar bahwa kitab kehidupan itu mencatat nama-nama orang-orang yang
percaya kepada Yesus, maka logikanya kita juga harus beranggapan bahwa
penulisan nama terjadi pada saat seseorang percaya kepada Yesus (seperti yang
diajarkan oleh Pdt. Jusuf B. S. di atas).
Tetapi ternyata
tidak demikian! Kitab Suci mengajar bahwa Tuhan bukannya baru menuliskan nama
seseorang di dalam kitab itu pada waktu orang itu bertobat / percaya kepada
Yesus! Nama seseorang sudah tertulis atau tidak tertulis dalam kitab kehidupan sejak dunia belum dijadikan.
Ini bisa
terlihat dalam 2 ayat Kitab Suci yaitu Wah 13:8 dan Wah 17:8.
a) Wah 17:8 - “Dan mereka yang diam di bumi, yaitu mereka yang tidak tertulis di
dalam kitab kehidupan sejak dunia
dijadikan, akan heran, apabila ....”.
b) Wah 13:8 - “Dan semua orang yang diam di atas bumi akan menyembahnya, yaitu setiap
orang yang namanya tidak tertulis sejak
dunia dijadikan di dalam kitab kehidupan dari Anak Domba, yang telah
disembelih”.
Hal yang perlu
kita ketahui tentang Wah 13:8 ini adalah bahwa dalam bahasa Yunaninya,
kata-kata ‘sejak dunia dijadikan’ mempunyai 2 kemungkinan:
1. Dihubungkan dengan ‘penulisan dalam kitab
kehidupan’.
Ini sesuai
dengan terjemahan Kitab Suci Indonesia,
dan juga RSV, NASB, dan ASV. Kalau dipilih arti ini, maka Wah 13:8 ini
menjadi seperti Wah 17:8.
2. Dihubungkan dengan ‘penyembelihan Anak
Domba’.
Ini sesuai
dengan KJV yang menterjemahkan: “... whose names are not written in the book
of life of the Lamb slain from the foundation of the world” (= ... yang
namanya tidak tertulis dalam kitab kehidupan dari Anak Domba yang disembelih
sejak dunia dijadikan).
NIV dan NKJV
menterjemahkan seperti KJV.
William Barclay
(lebih-lebih orang-orang Reformed) memilih pandangan yang pertama, dengan berkata:
“We have in
these two translations two equally precious truths. But, if we must choose, we
must choose the first, because there is no doubt that is the way in which John
uses the phrase when he repeats it in Revelation 17:8” (= Dalam kedua terjemahan ini kita mempunyai dua
kebenaran yang sama berharga. Tetapi, jika kita harus memilih, kita harus
memilih yang pertama, karena tidak ada keraguan bahwa demikianlah Yohanes
menggunakan ungkapan itu ketika ia mengulanginya dalam Wahyu 17:8) - hal 96.
Catatan: perlu diingat
bahwa andaikatapun yang benar dari dua kemungkinan ini adalah yang kemungkinan
yang kedua, tetap ada Wah 17:8 yang jelas-jelas berbicara bahwa tertulisnya /
tidak tertulisnya nama dalam kitab kehidupan itu sudah dilakukan sejak dunia
dijadikan!
Memang kalau
kita melihat Wah 13:8 dan Wah 17:8 di atas, kita melihat bahwa kedua
ayat itu berbicara tentang orang yang namanya tidak tertulis dalam kitab
kehidupan sejak dunia dijadikan. Tetapi bahwa orang-orang tertentu namanya
tidak tertulis dalam kitab kehidupan sejak dunia belum dijadikan, secara implicit / tidak langsung menunjukkan
sebaliknya, yaitu bahwa orang yang namanya ada dalam kitab kehidupan, juga
sudah tercatat sejak dunia belum dijadikan.
Bahwa nama
seseorang sudah tertulis atau tidak tertulis dalam kitab kehidupan sebelum
dunia dijadikan, jelas menunjukkan bahwa selamat atau tidaknya seseorang sudah
ditentukan sejak dunia belum dijadikan. Inilah Predestinasi!
Calvin (tentang
Maz 69:29): “the book of life being nothing else than the eternal
purpose of God, by which he has predestinated his own people to salvation”
(= kitab kehidupan bukan lain dari pada rencana kekal Allah, dengan mana Ia
telah mempredestinasikan umatNya kepada keselamatan) - hal 73.
Calvin (tentang
Kel 32:32): “By ‘the book,’ in which God is said to have written His
elect, must be understood, metaphorically, His decree” (= Dengan kata
‘kitab’, dalam mana dikatakan Allah telah menuliskan orang-orang pilihanNya,
harus dimengerti, secara simbolis, ketetapanNya) - hal 361-362.
Calvin (tentang
Luk 10:20): “As it was the design of Christ to withdraw his disciples
from a transitory joy, that they might glory in eternal life, he leads them to
its origin and source, which is, that they were chosen by God and adopted as
his children. ... The metaphorical expression, ‘your names are written in
heaven,’ means, that they were acknowledged by God as His children and heirs, as
if they had been inscribed in a register” (= Karena tujuan Kristus
adalah untuk menarik murid-muridNya dari sukacita yang fana / tidak kekal,
supaya mereka bisa bermegah dalam kehidupan yang kekal, Ia memimpin mereka
kepada asal usul dan sumber dari keselamatan itu, yaitu bahwa mereka telah
dipilih oleh Allah dan diadopsi menjadi anak-anakNya. ... Ungkapan yang bersifat
simbolis ‘namamu tertulis di surga’ berarti bahwa mereka diakui oleh Allah
sebagai anak-anak dan pewaris-pewarisNya, seakan-akan mereka telah
dituliskan dalam sebuah daftar / catatan) - hal 34-35.
B. B. Warfield: “Book
of life ..., which is certainly a symbol of Divine appointment to
eternal life revealed in and realized through Christ” (= Kitab kehidupan
..., yang merupakan simbol dari penetapan pada kehidupan kekal yang
dinyatakan dalam Kristus dan diwujudkan melalui Kristus) - ‘Biblical and Theological Studies’, hal
306.
John Owen: “This
book of life is no other but the roll of God’s elect, immutable designation of
them unto grace and glory” (= Kitab Kehidupan ini bukan lain dari daftar
nama orang-orang pilihan Allah, penandaan yang kekal terhadap mereka kepada
kasih karunia dan kemuliaan) - ‘Hebrews’,
vol 7, hal 341.
Dengan
mengatakan bahwa kitab kehidupan ini adalah suatu simbol, kelihatannya baik
Calvin maupun Warfield tidak mempercayai bahwa kitab seperti itu betul-betul
ada. Ini cuma suatu simbol yang menunjukkan bahwa orang-orang pilihan itu sudah
tertentu dan mereka pasti akan selamat. Tidak mungkin terjadi kesalahan dalam
hal ini, karena Allah itu maha tahu dan tidak mungkin salah.
Illustrasi: Seorang
wanita setengah baya terkena serangan jantung dan dibawa ke rumah sakit. pada
saat di meja operasi dan dekat dengan kematian, ia melihat Allah. Ia bertanya:
‘Tuhan apakah ini memang sudah saatnya bagiku untuk mati?’. Tuhan menjawab:
‘Tidak, engkau masih punya waktu sekitar 30-40 tahun lagi untuk hidup’. Setelah
sembuh, dengan pemikiran bahwa ia masih punya waktu beberapa puluh tahun untuk
hidup, wanita itu melakukan operasi wajah, sedot lemak dan sebagainya. Ia lalu
juga pergi ke seorang penata rambut, dan mengubah potongan rambut maupun warna
rambutnya. Tetapi beberapa hari setelah itu, ia mengalami kecelakaan dan mati.
Pada saat bertemu dengan Allah, ia lalu bertanya: ‘Aku kira Engkau mengatakan
bahwa aku masih punya waktu 30-40 tahun lagi untuk hidup. Mengapa aku mati
sekarang?’. ‘Oh’, jawab Allah, ‘Aku tidak mengenalimu’.
Kalau Allah
memang seperti itu, maka Ia pasti betul-betul membutuhkan suatu kitab supaya
jangan sampai salah. Tetapi karena Allah itu maha tahu, jelas bahwa Ia tidak
membutuhkan semua itu. Jadi kitab kehidupan hanya merupakan simbol, yaitu
simbol dari predestinasi.
Dalam persoalan ini mungkin
muncul suatu pertanyaan: bagaimana kita bisa diharuskan percaya kepada Yesus
kalau hal itu sudah ditetapkan oleh Tuhan? Kalau kita ditentukan sebagai orang reprobate
(= orang yang ditentukan untuk binasa), bukankah kita tidak bisa percaya?
Jawab:
·
Rencana kekal Allah merupakan sesuatu yang tidak kita
ketahui. Kita tidak tahu siapa yang ditentukan binasa, dan hal ini bukan
merupakan pedoman hidup kita. Pedoman hidup kita adalah kehendak Allah yang
dinyatakan, yaitu Firman Tuhan (Ul 29:29), dan Firman Tuhan menyuruh kita
percaya.
·
Teologia Reformed memang menekankan kedaulatan Allah /
penentuan Allah maupun tanggung jawab manusia. Sekalipun kedua hal itu rasanya
tidak cocok, tetapi keduanya diajarkan oleh Kitab Suci, dan karena itu keduanya
harus diterima. Jadi, sekalipun ada penentuan Allah, tetapi manusia tetap
mempunyai tanggung jawab untuk percaya kepada Yesus.
3) Penghapusan nama dari kitab kehidupan.
Maz 69:29
- “Biarlah mereka dihapuskan dari kitab kehidupan, janganlah mereka tercatat
bersama-sama dengan orang-orang yang benar!”.
Kel 32:31-33
- “Lalu kembalilah Musa menghadap TUHAN dan berkata: ‘Ah, bangsa ini telah
berbuat dosa besar, sebab mereka telah membuat allah emas bagi mereka. (32)
Tetapi sekarang, kiranya Engkau mengampuni dosa mereka itu - dan jika tidak,
hapuskanlah kiranya namaku dari dalam kitab yang telah Kautulis.’ (33) Tetapi
TUHAN berfirman kepada Musa: ‘Siapa yang berdosa kepadaKu, nama orang itulah
yang akan Kuhapuskan dari dalam kitabKu”.
Ayat-ayat di
atas ini tidak boleh diartikan bahwa nama memang bisa dihapus dari kitab
kehidupan. Alasannya:
a) Predestinasi / rencana Allah tidak mungkin
gagal (Ayub 42:2 Yes 14:24,26-27).
b) Kita tidak boleh menafsirkan Maz 69:29 dan
Kel 32:32-33 itu sehingga bertentangan dengan Wah 3:5 - “Barangsiapa menang,
ia akan dikenakan pakaian putih yang demikian; Aku tidak akan menghapus
namanya dari kitab kehidupan, melainkan Aku akan mengaku namanya di hadapan
BapaKu dan di hadapan para malaikatNya”.
John Stott (hal
97,98) mengatakan bahwa kata-kata ‘tidak akan menghapus’ dalam bahasa
Yunaninya menggunakan ‘double negatives’
(2 x kata ‘tidak’), dan ini menunjukkan suatu penekanan bahwa Kristus
tidak akan menghapus nama mereka dari kitab kehidupan.
Tetapi orang
Arminian akan berkata: ‘Itu janji bagi orang kristen yang menang. Tetapi orang
kristen yang kalah, namanya akan dihapuskan dari kitab kehidupan’.
Pdt. Jusuf B.
S.: “Juga di sini (dalam Wah 3:5) Tuhan menjanjikan pada
orang yang menang bahwa namanya akan jadi permanen di dalam Buku Kehidupan,
sebab mereka menang. Tetapi orang-orang yang selalu jatuh bangun dalam dosa
itu dalam bahaya. Kalau mereka terus menuruti daging dan hidup dalam dosa
sampai mati, maka namanya yang sudah tertulis di dalam Buku Kehidupan akan
terhapus dari dalamnya dan itu berarti tidak masuk dalam Kerajaan Surga” -
“Keselamatan tidak bisa hilang?’, hal 65.
Saya menjawab
argumentasi ini dengan 2 pertanyaan:
1. Orang kristen mana yang tidak jatuh bangun
dalam dosa? Jatuh bangun dalam dosa itu pasti terjadi pada diri orang kristen
manapun, termasuk Paulus (Ro 7:15-19 bdk. 1Yoh 1:10). Ini berbeda dengan ‘terus
menuruti daging dan hidup dalam dosa sampai mati’ yang jelas menunjukkan bahwa
orangnya adalah orang kristen KTP.
2. Apakah orang kristen yang sejati bisa kalah?
Jelas tidak mungkin. Bandingkan dengan:
·
Ro 8:35-37 - “Siapakah yang akan memisahkan kita
dari kasih Kristus? Penindasan atau kesesakan atau penganiayaan, atau kelaparan
atau ketelanjangan, atau bahaya, atau pedang? Seperti ada tertulis: ‘Oleh
karena Engkau kami ada dalam bahaya maut sepanjang hari, kami telah dianggap
sebagai domba-domba sembelihan.’ Tetapi dalam semuanya itu kita lebih dari
pada orang-orang yang menang, oleh Dia yang telah mengasihi kita”.
Ini masih
ditambahi lagi dengan Ro 8:38-39 yang menjamin bahwa tidak ada apapun yang bisa
memisahkan kita (orang kristen) dari kasih Allah, yang ada dalam Kristus Yesus,
Tuhan kita.
·
Wah 17:14 - “Mereka akan berperang melawan Anak Domba. Tetapi
Anak Domba akan mengalahkan mereka, karena Ia adalah Tuan di atas segala
tuan dan Raja di atas segala raja. Mereka bersama-sama dengan Dia juga
akan menang, yaitu mereka yang terpanggil, yang telah dipilih dan yang
setia.’”.
Catatan: kata-kata
‘juga akan menang’ (yang saya cetak miring) sebetulnya tidak ada, tetapi secara
implicit itu ada.
·
1Kor 15:57 - “Tetapi syukur kepada Allah, yang
telah memberikan kepada kita kemenangan oleh Yesus Kristus, Tuhan kita”.
·
2Kor 2:14a - “Tetapi syukur bagi Allah, yang dalam
Kristus selalu membawa kami di jalan kemenanganNya”.
Kalau orang
kristen sejati tidak mungkin kalah, maka jelas bahwa Wah 3:5 itu berlaku
untuk setiap orang kristen dan dengan demikian penghapusan nama dari kitab
kehidupan itu tidak mungkin terjadi.
Sekarang mari
kita membahas lebih teliti kedua text tersebut di atas.
a) Maz 69:29 - “Biarlah mereka
dihapuskan dari kitab kehidupan, janganlah mereka tercatat bersama-sama dengan
orang-orang yang benar!”.
Beberapa
penafsir seperti Adam Clarke, Albert Barnes, dan Keil & Delitzsch,
menafsirkan bahwa ayat ini artinya adalah bahwa Daud berdoa supaya mereka
dibunuh, dan tidak mendapat kehidupan yang panjang yang dijanjikan Allah kepada
pengikut-pengikutNya.
Barnes’ Notes: “‘Let
them be blotted out of the book of the living.’ That is, Let them cease to
live; let them not be numbered among the living men; let them be cut off. ...
The language has no reference to the future world; it is not a prayer that they
should not be saved. ‘And not be written with the righteous.’ Let them not be
registered or numbered with the righteous. ... The language is evidently
derived from the idea so common in the Old Testament that length of days would
be the reward of a righteous life ..., and that the wicked would be cut off in
the midst of their days” (= ) - hal 230.
Keil &
Delitzsch: “Let them be blotted out of ... that is to say, struck
out of the list of the living, and that of the living in this present world;
for it is only in the New Testament that we meet with the Book of Life as a
list of the names of the heirs of the zwh aviwnioV” (= ) - hal 285.
Catatan: tetapi dalam
tafsirannya tentang Kel 32:32-33 Keil & Delitzsch memberikan kata-kata yang
agak membingungkan artinya (lihat dalam bagian tentang Kel 32:32-33).
Calvin
mengatakan bahwa kata-kata ini disesuaikan dengan kapasitas pengertian manusia.
Calvin: “he
denounces against them eternal destruction, which is the obvious meaning of the
prayer, that they might be blotted out of the book of the living; for all those
must inevitably perish who are not found written or enrolled in the book of
life. This is indeed an improper manner of speaking; but it is one well adapted
to our limited capacity, the book of life being nothing else than the eternal
purpose of God, by which he has predestinated his own people to salvation. God,
it is certain, is absolutely immutable; and, farther, we know that those who
are adopted to the hope of salvation were written before the foundation of the
world, (Eph. 1:4;) but as God’s eternal purpose of election is
incomprehensible, it is said, in accommodation to the imperfection of the human
understanding, that those whom God openly, and by manifest signs, enrols among
his people, ‘are written.’ On the other hand, those whom God openly rejects and
casts out of his Church are, for the same reason, said ‘to be blotted out.’”
(= ) - hal 73-74.
Calvin: “Yet I
do not deny that the Spirit sometimes accommodates the utterance to the measure
of our understanding - for instance, when he says: ‘They shall not be in the
secret of my people, or be enrolled in the register of my servants’ (Ezek.
13:9). It is as if God were beginning to write in the book of life those whom
he reckons among the number of His people, although we know, as Christ bears
witness (Luke 10:20), that the names of the children of God have been written
in the book of life from the beginning (Phil. 4:3). But these words simply
express the casting away of those who seemed the chief among the elect, as the
psalm had it: ‘Let them be blotted out of the book of life; let them not be
enrolled among the righteous’ (Ps. 69:28; cf. Rev. 3:5)” (= ) - ‘Institutes
of the Christian Religion’, Book III, Chapter 24, no 9.
Catatan:
·
Luk 10:20 secara hurufiah seharusnya adalah ‘your
names have been written in heaven’ (= namamu telah tertulis
di surga).
·
sebetulnya kalau mau menunjukkan bahwa nama sudah tertulis
dalam kitab kehidupan sejak semula, lebih baik menggunakan Wah 13:8 dan Wah
17:8.
Spurgeon
menafsirkan bahwa penghapusan nama dari kitab kehidupan menunjukkan bahwa nama
itu tidak pernah dituliskan dalam kitab kehidupan itu.
C. H. Spurgeon: “the
inner meaning of being blotted out from the book of life is to have it made
evident that the name was never written there at all. Man in his imperfect copy
of God’s book of life will have to make many emendations, both of insertion and
erasure; but, as before the Lord, the record is for ever fixed and unalterable”
(= ) - ‘The Treasury of David’,
vol 2, hal 184.
Matthew Poole
mengatakan bahwa nama seseorang dikatakan ditulis dalam kitab kehidupan, atau
dihapuskan dari kitab kehidupan, sesuai dengan kelihatannya dari jalan
kehidupan mereka. Tetapi bahwa penghapusan nama tidak bisa diartikan secara
hurufiah, terlihat dengan jelas dari bagian akhir dari Maz 69:29 itu.
Matthew Poole: “In
this book men may be said to be written, either, 1. In reality, by God’s
election and predestination. Or, 2. In appearance, when a man is called by
God to the profession and practice of the true religion, and into covenant with
himself, and professeth to comply with it; ... And when a man renounceth this
profession and religion, he may be said to be ‘blotted out of’ that ‘book’,
because his apostacy makes it evident that he was not written in it, as he
seemed to be. ... men may be said to be ‘written in’ or ‘blotted out of this
book’, when they seem to be so by the course of their lives and actions.
But that this ‘blotting out’ is not meant properly and positively, is clear
from the last branch of this verse; which, after the manner of these books,
expounds the former, wherein this doubtful phrase is explained by one which is
evident and unquestionable, even by his not being ‘written’ in it; for
it is impossible that a man’s name should be properly blotted out of that book
in which it was never written” (= ) - hal 110.
Psalm 69:28
(KJV): ‘Let them be blotted out of the book of the living, and not be written
with the righteous’ (= Biarlah mereka dihapuskan dari kitab kehidupan, dan
tidak ditulis dengan orang benar).
Kata Ibraninya
bisa diartikan ‘menulis’ atau ‘mencatat’.
Kata-kata Poole ini, khususnya yang bagian akhir, perlu
diperhatikan. Memang Maz 69:29 itu mengidentikkan ‘penghapusan nama’ dan ‘tidak
dituliskannya nama’.
W. S. Plumer: “To ‘be
blotted out of this book’ is the same thing as not to ‘be written with the
righteous’. The clauses are parallel” (= Dihapuskan dari kitab ini adalah
sama dengan tidak ditulis dengan orang benar. Kedua kalimat itu paralel) - ‘The
Psalms’, hal 684.
Pulpit
Commentary memberikan penafsiran yang berbeda / bertentangan. Ia berkata: “‘And
not be written with the righteous;’ i.e. not remain written in the book
side by side with the names of the righteous” (= ‘Dan tidak ditulis dengan
orang benar’; artinya tidak tetap tertulis dalam kitab itu bersama-sama
dengan nama-nama orang benar) - hal
55.
Tetapi kata ‘remain’
(= tetap) ini sebetulnya tidak ada dalam ayat itu, dan karena itu penafsiran
ini tidak bisa diterima!
b) Kel 32:31-33 - “Lalu kembalilah Musa
menghadap TUHAN dan berkata: ‘Ah, bangsa ini telah berbuat dosa besar, sebab
mereka telah membuat allah emas bagi mereka. (32) Tetapi sekarang, kiranya
Engkau mengampuni dosa mereka itu - dan jika tidak, hapuskanlah kiranya namaku
dari dalam kitab yang telah Kautulis.’ (33) Tetapi TUHAN berfirman kepada Musa:
‘Siapa yang berdosa kepadaKu, nama orang itulah yang akan Kuhapuskan dari dalam
kitabKu”.
Adam Clarke
mengatakan bahwa kitab itu merupakan catatan dari orang-orang Israel. Yang
namanya dihapus adalah orang-orang yang tidak diperkenankan untuk masuk ke
Kanaan.
Keil &
Delitzsch: “To blot out of Jehovah’s book, therefore, is to cut off
from fellowship with the living God, or from the kingdom of those who live
before God, and to deliver over to death” (= ) - hal 231.
Pulpit
Commentary mengatakan (hal 343) bahwa ada yang mengartikan bahwa kata-kata Musa
dalam Kel 32:32 ini hanya sekedar berarti ‘Bunuhlah aku’. Jadi, kitab itu hanya
diartikan sebagai kitab yang mencatat nama-nama orang-orang yang masih hidup,
dan tak berhubungan dengan keselamatan. Tetapi Pulpit Commentary sendiri lebih
setuju bahwa itu juga berhubungan dengan keselamatan.
Sama seperti
dalam tafsirannya tentang Maz 69:29 di atas Calvin menganggap bahwa istilah
‘penghapusan nama’ dipakai untuk menyesuaikan dengan pengertian manusia
(semacam bahasa antropomorphis). Tentu kita tidak bisa mengartikan bahwa bisa
terjadi perubahan dalam rencana kekal Allah. Istilah ‘penghapusan nama’ itu
hanya untuk menunjukkan bahwa Tuhan akhirnya menyatakan bahwa orang-orang
reprobate, yang untuk sementara kelihatannya terhitung bersama-sama dengan
orang-orang pilihan, sebetulnya sama sekali tidak termasuk di dalamnya.
Dalam
tafsirannya tentang Kel 32:32, Calvin berkata: “By ‘the book,’ in which
God is said to have written His elect, must be understood, metaphorically, His
decree. But the expression which Moses uses, asking to be blotted out of the
number of the pious, is an incorrect one, since it cannot be that one who has
been once elected should be ever reprobated; and those lunatics who, on this
ground, overturn, as far as they can, that prime article of our faith
concerning God’s eternal predestination, thereby demonstrate their malice no
less than their ignorance. David uses two expressions in the same sense,
‘blotted out,’ and ‘not written:’ ‘Let them be blotted out of the book of the
living, and not be written with the righteous.’ (Ps. 69:28.) We cannot hence
infer any change in the counsel of God; but this phrase is merely equivalent to
saying, that God will at length make it manifest that the reprobate, who for a
season are counted amongst the number of the elect, in no respect belong to the
body of the Church. Thus the secret catalogue, in which the elect are
written, is contrasted by Ezekiel (13:9) with that external profession, which
is often deceitful. Justly, therefore, does Christ bid His disciples rejoice,
‘because their names are written in heaven,’ (Luke 10:20;) for, albeit the
counsel of God, whereby we are predestinated to salvation, is incomprehensible
to us, ‘nevertheless (as Paul testifies) this seal standeth sure, The Lord
knoweth them that are his.’ (2Tim. 2:19)” (= ) - hal 361-362.
Yeh 13:9 -
“Aku akan mengacungkan tanganKu melawan nabi-nabi yang melihat
perkara-perkara yang menipu dan yang mengucapkan tenungan-tenungan bohong;
mereka tidak termasuk perkumpulan umatKu dan tidak akan tercatat dalam daftar
kaum Israel, dan tidak akan
masuk lagi di tanah Israel;
dan kamu akan mengetahui bahwa Akulah Tuhan ALLAH”.
Dan tentang
Kel 32:33, Calvin berkata: “In these words God adapt Himself to the
comprehension of the human mind, when He says, ‘Him will I blot out;’ for
hypocrites make such false profession of His name, that they are not accounted
aliens, until God openly renounces them: and hence their manifest rejection is
called erasure” (= Dalam kata-kata ini Allah menyesuaikan diriNya sendiri
dengan pengertian pikiran manusia, pada saat Ia berkata ‘Aku tidak akan
menghapuskannya’; karena orang-orang munafik membuat pengakuan palsu tentang
namaNya supaya mereka tidak dianggap sebagai orang asing / non kristen, sampai
Allah secara terbuka menyangkal mereka sebagai anak: dan karena itu penolakan
yang nyata ini disebut penghapusan) - hal 362.
Juga dalam
Kel 32:33 itu, mungkin sekali Tuhan menggunakan kata-kata itu untuk
menyesuaikan dengan kata-kata Musa dalam Kel 32:32.
Kesimpulan / penutup.
Kitab kehidupan hanya merupakan simbol
dari predestinasi. Penghapusan nama dari kitab kehidupan tidak benar-benar ada.
Istilah itu digunakan hanya karena Allah menyesuaikan diri dengan pengertian
manusia yang terbatas, sehingga Ia menggambarkan tindakanNya seperti tindakan
manusia yang mencatat, menghapus dan sebagainya. Orang yang ‘dihapus namanya’
adalah orang kristen KTP, yang sebetulnya tidak pernah tercatat di dalam kitab
kehidupan itu. Bagi orang percaya / pilihan, namanya sudah ada dalam kitab
kehidupan sejak dunia belum dijadikan dan tidak mungkin akan dihapuskan. Puji
Tuhan.
-AMIN-
D. Yang mana yang lebih baik:
Mengajarkan orang Kristen bahwa mereka harus memegang iman mereka dengan teguh
(pengajaran yang Alkitabiah), atau mengajarkan orang Kristen bahwa tidak peduli
apapun juga yang mereka lakukan, mereka akan masuk surga? Dalam hal ini, saya
memperhatikan suatu dampak yang sudah dapat diperkirakan: gereja-gereja yang mengajarkan SSTS tidak menekankan pada
anggota mereka untuk tetap beriman. Hal ini wajar, karena tidak ada
motivasi bagi mereka untuk melakukan hal itu, karena mentalitasnya adalah “toh
mereka tidak mungkin meninggalkan iman.” Tetapi, para Penulis Alkitab memiliki
pandangan yang berbeda. Banyak sekali ayat yang menghimbau kita untuk bertahan
dalam iman, untuk bertahan hingga akhirnya, memegang teguh iman, dsb. Paulus
beberapa kali khawatir, bahwa jika orang-orang yang dia menangkan meninggalkan
iman, maka segala jerih payahnya menjadi sia-sia. Mentalitas para Penulis
Alkitab berbeda jauh dari pada pengajar SSTS.
Tanggapan Budi Asali:
Yang warna biru adalah fitnah, Liauw! Saya
mengajarkan SSTS, tetapi saya tetap menekankan kepada jemaat bahwa mereka harus
tetap memelihara dan meningkatkan iman, dan setahu saya semua Calvinist yang
waras, pasti mengajar seperti saya.
Anda tanya, yang mana yang lebih baik? Saya
jawab: yang mengajar SSTS! Mengapa? Ada
beberapa alasan:
1. Ini memberikan rasa sukacita, damai, dan
ketenangan. Orang-orang tetap diajar untuk memelihara iman, dan mereka
melakukannya dengan sukacita, dan tenang, bukan dengan takut-takut dan gemetar!
2. Ini menyebabkan orang yang diajar itu akan
merasakan cinta Tuhan yang begitu besar sehingga menjamin keselamatan mereka.
Dan itu akan menyebabkan mereka sendiri membalas mencintai Tuhan, dan ini akan
menyebabkan mereka taat kepada Tuhan. Dan taat ini mereka lakukan dengan
motivasi yang benar, bukan karena takut tetapi karena cinta (Yoh 14:15).
3. Orang yang diajar KBH (Keselamatan Bisa
Hilang), kalau mereka punya otak yang tidak bebal, maka mau tidak mau mereka
akan takut. Karena setiap saat mereka bisa meninggalkan iman dan binasa, dan
masuk neraka selama-lamanya. Anda tidak ngeri memikirkan hal ini, Liauw? Kalau
ya, saya heran anda bisa tidur. Kalau tidak, anda bebal!
4. Orang yang diajar KBH memang akan berjuang
mentaati dan berjuang untuk tidak meninggalkan iman. Tetapi mereka melakukan
semua itu dengan takut-takut dan gemetar, karena bisa saja mereka tak berhasil,
dan akhirnya binasa, dan masuk neraka!
5. Orang yang diajar KBH pasti akan berjuang
untuk taat. Tetapi motivasi ketaatan mereka adalah takut, bukan kasih. Dan ini
bukan ketaatan yang Tuhan kehendaki. Ia mau kita taat karena kasih (Yoh 14:15).
6. Yang terburuk dari pengajaran KBH adalah
bahwa orang-orang yang mendengar akan salah menangkap maksud pengajarnya dan
akhirnya mereka percaya pada ajaran sesat tentang keselamatan karena iman +
perbuatan baik! Orang-orang seperti ini saya jamin banyak ada dalam gereja yang
yang mengajarkan KBH!
E. Kita tidak percaya
Irresistible Grace (Kasih Karunia yang Tidak Dapat Ditolak). Istilah Kasih
Karunia berkontradiksi dengan istilah “tidak dapat ditolak.” Namun demikian, para pendukung SSTS, pada hakekatnya
berkata, “Setelah seseorang diselamatkan, maka kasih karunia baginya menjadi
tidak dapat ditolak.” Ini adalah suatu ketidak-konsistenan!
Tanggapan Budi Asali:
Anda terbalik, Liauw. Apa arti ‘kasih karunia’?
Itu adalah sesuatu dalam diri Allah yang menyebabkan Ia memberi yang baik
kepada orang-orang yang tidak layak mendapatkannya. Bukankah begitu, Liauw?
Kalau kasih karunia itu ternyata hanya
diberikan kepada orang-orang yang mau menerima (mereka pasti harus dianggap
lebih baik dari pada yang tidak mau menerima, bukan?), maka itu berarti kasih
karunia itu dalam faktanya diberikan kepada orang-orang yang lebih baik. Justru
dalam kasus seperti itu kasih karunia itu bukan lagi kasih karunia!
Ro 11:6 - “Tetapi jika hal itu terjadi
karena kasih karunia, maka bukan lagi karena perbuatan, sebab jika tidak
demikian, maka kasih karunia itu bukan lagi kasih karunia”.
Juga, bagaimana anda menafsirkan ayat ini?
Yes 65:1 - “Aku telah berkenan memberi petunjuk
kepada orang yang tidak menanyakan Aku; Aku telah berkenan ditemukan oleh orang
yang tidak mencari Aku. Aku telah berkata: ‘Ini Aku, ini Aku!’ kepada bangsa
yang tidak memanggil namaKu”.
Ro 10:20 - “Dan dengan berani Yesaya
mengatakan: ‘Aku telah berkenan ditemukan mereka yang tidak mencari Aku, Aku
telah menampakkan diri kepada mereka yang tidak menanyakan Aku.’”.
Ro 9:30-31 - “(30) Jika demikian, apakah yang
hendak kita katakan? Ini: bahwa bangsa-bangsa lain yang tidak mengejar
kebenaran, telah beroleh kebenaran, yaitu kebenaran karena iman. (31)
Tetapi: bahwa Israel, sungguhpun mengejar hukum yang akan
mendatangkan kebenaran, tidaklah sampai kepada hukum itu”.
Saya akan bahas kata-kata anda yang saya beri
warna biru. Anda berkata ‘Namun demikian,
para pendukung SSTS, pada hakekatnya berkata, “Setelah seseorang
diselamatkan, maka kasih karunia baginya menjadi tidak dapat ditolak.”’.
Lagi-lagi fitnah. Calvinist mana yang mengajar
demikian? Kami mengajar bahwa kasih karunia itu tidak bisa ditolak, pada waktu
Allah mau / akan mempertobatkan dia. Dia tidak bisa menolak, karena ia
sudah dilahirbarukan, dan iman juga diberikan kepadanya. Jadi, sama sekali bukan
seperti yang anda katakan, dimana tidak bisa ditolaknya kasih karunia terjadi setelah
orangnya diselamatkan! Anda tak mengerti ajaran Calvinisme tetapi ngawur saja
kalau bicara!
Pada awal tulisan ini anda bilang tulisan akan
sistimatis. Saya sendiri tak melihat ini sebagai tulisan yang sistimatis,
tetapi loncat sana, loncat sini, bertele-tele dan sebagainya. Tadi sudah bicara
tentang Irresistible Grace (= Kasih
karunia yang tidak bisa ditolak), ,lalu kembali ke SSTS, lalu ke Irresistible Grace (= Kasih karunia yang
tidak bisa ditolak) lagi. Apanya yang sistimatis?
Tidak ada komentar:
Posting Komentar