Fitnah
Suhento Liauw tentang Stephen Tong
18)
Dalam pengajaran, Suhento Liauw ini sering memfitnah orang:
a)
Ia menunjukkan foto di koran, ada 4 orang, themanya kira-kira
penyatuan / penyamaan Kristen dengan Katolik. Lalu berkata: yang ini
James Ryadi (memang benar), yang ini Stephen Tong (ngawur, itu pasti
bukan Stephen Tong). Lalu di koran itu ditulis nama Sekolah Tinggi
Theologia Reformed Injili Indonesia.
Tanggapan
Budi Asali:
Ini
saya protes dalam acara tanya jawab dan saya jelaskan: yang satu
memang James Ryadi, yang satu lagi Yakub Susabda, tetapi tak ada
Stephen Tong, itu
FITNAH!
Dia agak malu, lalu bilang kalau fotonya kabur jadi mirip Stephen
Tong. Padahal fotonya nggak mirip sama sekali dengan Stephen Tong!
Dan kalau memang tidak tahu, lebih baik jangan omong tentang
kejelekan orang lain, atau itu harus dianggap sebagai
FITNAH!
Tanggapan
Steven Liauw:
Tuduhan
yang cukup berat, tetapi ada beberapa “barang bukti” yang tidak
disampaikan:
1.
Apakah Dr. Suhento Liauw, setelah mendapat klarifikasi dari Budi
Asali, bahwa itu bukan Stephen Tong, tetap mengatakan itu Stephen
Tong? Ini saya rasa adalah kuncinya. Kalau Dr. Suhento Liauw tetap
ngotot mengatakan itu Stephen Tong, dan terbukti bukan Stephen Tong,
maka bisa saja dikatakan fitnah. Tetapi, kalau sesudah diklarifikasi,
Dr. Liauw menerima baik klarifikasi itu, maka apanya yang fitnah??
Baik,
untuk menjernihkan, saya akan pampangkan foto yang dimaksud: Foto ini
diambil dari koran Suara Pembaruan, 27 Agustus 2008. Inti yang
dibahas oleh Dr. Liauw adalah bahwa ada gerakan penyatuan
Protestan-Katolik, dengan contoh kasus artikel ini, yang menyatakan
bahwa Sekolah Tinggi Teologi Reformed Injili Indonesia membuka dialog
agar tidak terjadi perpecahan dengan Katolik.
Tanggapan
balik Budi Asali:
Nonsense!
Kalau maling tertanggap basah pada saat mencuri, apakah dia akan
tetap ngotot kalau ia tidak mencuri? Suatu fitnah, kalaupun sudah
diakui dan bahkan kalaupun yang memfitnah sudah minta maaf, tetap
merupakan suatu fitnah! Ini tidak bisa ditarik kembali. Sama seperti
kalau seseorang mencuri, lalu tertangkap basah, lalu dia minta ampun,
dan mengembalikan barang yang ia curi, apakah itu membuat dia bukan
merupakan pencuri? Betul-betul omong kosong!
Apalagi
dalam kasus Suhento Liauw memfitnah Pdt. Stephen Tong, tidak pernah
ada pengakuan kalau ia memfitnah. Dia hanya bertanya: kalau begitu
itu siapa?
Bukan
saja tidak ada pengakuan kalau ia memfitnah, tetapi sebaliknya ada
bantahan yang merupakan dusta, yang dinyatakan oleh muridnya yang
bernama Dji Ji Liong (lihat tulisan saya dalam file ‘fitnah Suhento
Liauw ttg Stephen Tong’), maupun sekarang oleh anaknya, yaitu
Steven Liauw (lihat point 2 di bawah ini), bahwa pada saat itu bukan
ia yang mengucapkan nama ‘Stephen Tong’ itu, tetapi itu diucapkan
oleh salah satu audience, yang menjawab pertanyaannya (sambil
menunjuk kepada orang kedua dari kiri dalam foto dari koran) ‘Ini
siapa?’. Padahal, saya yakin bahwa yang mengucapkan nama ‘Stephen
Tong’ itu adalah Suhento Liauw sendiri, dan juga 2 jemaat saya
yang hadir dalam seminar mempunyai keyakinan yang sama dengan saya.
Kami bertiga duduk cukup depan (baris ke 2 atau ke 3 dari depan)
sehingga tidak mungkin salah dengar.
Catatan:
foto koran yang diberikan oleh Steven Liauw akan saya berikan dalam
file tersendiri.
2.
Dr.
Suhento Liauw mulai dengan bertanya kepada audiens: Nah, orang-orang
ini siapa? Lalu beliau mulai dengan tokoh paling kanan, dan berkata,
“Nah, kalau yang ini James Riady.” Audiens mengiyakan.
Tanggapan
balik Budi Asali:
Tak
ada audience mengiyakan. Dalam bagian ini tak ada dialog antara
Suhento Liauw dengan audience. Hanya ia sendiri yang bicara!
Lalu,
beralih ke tokoh kedua dari kanan, “Nah, kalau yang ini, apakah ini
Stephen Tong?” Audiens sebagian mengiyakan, “Ya itu Stephen
Tong.”
Tanggapan
balik Budi Asali:
Bohong!
Yang Suhento Liauw katakan adalah ‘Nah, ini siapa? Ini Stephen
Tong’. Lagi-lagi tak ada dialog antara Suhento Liauw dengan
audience! Ia sendiri yang tanya, dan ia sendiri yang menjawab! Juga
tak ada audience mengiyakan. Bahkan saya berbisik (cukup keras)
kepada kedua jemaat saya, ‘Itu bukan Stephen Tong!’.
Jadi,
Dr. Suhento sebenarnya mulai dengan pertanyaan, bukan pernyataan. Ada
audiens yang ikut mengiyakan.
Tanggapan
balik Budi Asali:
Lagi-lagi
bohong! Itu pertanyaan yang lalu diberi jawaban oleh Suhento Liauw
sendiri! Dan tak ada audience mengiyakan.
Disamping
itu, penjelasan Steven Liauw ini berbeda
dengan
penjelasan dari murid Suhento Liauw yang bernama Dji Ji Liong itu.
Akan saya kutipkan kata-kata Dji Ji Liong di sini.
Dji
Ji Liong menulis: “Mengenai
foto di koran itu memang buram (tidak jelas siapa) dan itu memang
koran tentang STT Reformed Injili Indonesia, dan kata
Dr. Suhento Liauw (ketika saya konfirmasi langsung dengan beliau)
beliau berkata: justru yang sebut “Stephen Tong” itu adalah
audiens seminar, bukan Dr.
Suhento Liauw yg menyebutnya.”.
Jadi,
kalau menurut Dji Ji Liong yang menyebutkan nama ‘Stephen Tong’
adalah audience! Jadi Suhento Liauw tidak menyebutkan nama ‘Stephen
Tong’ itu. Tetapi kalau menurut Steven Liauw, Suhento Liauw
menanyakan ‘Nah,
kalau yang ini, apakah ini Stephen Tong?’ Lalu
“Audiens sebagian mengiyakan, ‘Ya itu Stephen Tong.’”.
Yang
mana yang benar? Menurut saya keduanya berdusta untuk menutupi
fitnahan Suhento Liauw!
Baik
kepada Dji Ji Liong maupun Steven Liauw, dan juga kepada audience
(kalau-kalau ada yang mau mengakui kebenaran cerita Dji Ji Liong atau
Steven Liauw), saya ingin bertanya: kalian
mau jadi Juruselamat bagi Suhento Liauw?
Dan kalian mau menjadi Juruselamat dengan cara berdusta? Sudah
ada satu Juruselamat, dan hanya satu, yaitu Yesus!
Kalau mau diampuni, suruh Suhento Liauw percaya Yesus dan minta ampun
kepadaNya, dan saya jamin ia akan diampuni. Tetapi dengan berkomplot
seperti ini, membuat dusta untuk menutup-nutupi fitnahnya, ia justru
tidak diampuni. Tak heran, dari jaman Adam dan Hawa hal seperti ini
sudah terjadi. Adam bukannya mengakui dosanya, tetapi melemparkannya
kepada Hawa, dan demikian juga Hawa tidak mengkui dosanya tetapi
melemparkannya kepada ular / setan!
Nah,
memang, Dr. Suhento mengakui bahwa dirinya juga awalnya mengira ini
adalah Stephen Tong.
Tanggapan
balik Budi Asali:
Lucu
juga kalau Suhento Liauw bisa mengira bahwa foto itu adalah foto dari
Pdt. Stephen Tong! Dalam tulisan di bawah foto, maupun dalam seluruh
tulisan berkenaan penyatuan Kristen dan Katolik yang melibatkan
STTRII itu sama sekali tak ada disebutkan nama ‘Stephen Tong’.
Bagus sekali Steven Liauw memberikan foto koran itu dalam tulisannya.
Ini sama seperti ‘bunuh diri’, karena koran itu bisa dibaca
seluruh artikelnya berkenaan dengan hal ini, dan saya sudah
membacanya dan sama sekali tidak ada nama ‘Stephen Tong’ di sana!
Juga
foto itu sama sekali tidak mirip dengan Stephen Tong. Saya tak
percaya Suhento Liauw tak tahu wajahnya Stephen Tong, sehingga bisa
keliru dengan orang yang sama sekali tidak mirip. Saudara yang mau
membuktikan mirip atau tidaknya orang itu dengan Stephen Tong bisa
melihat koran itu, orang yang ditunjuk oleh Suhento Liauw adalah
orang kedua dari kanan.
Saya
ada buka-buka web untuk membandingkan dengan foto Stephen Tong (di
wikipedia, dan situs-situs lain), dan saya dapatkan bahwa memang bisa
saja orang terkecoh, terutama yang tidak kenal pribadi dengan pak
Tong. Tentunya Budi Asali yang sesama Reformed (walaupun beda
organisasi dan saya tahu ada beda doktrin juga) lebih kenal. Tetapi
rupanya bukan hanya Dr. Liauw yang terkecoh, tetapi audiens juga
lumayan banyak yang terkecoh. Mungkin karena konteks artikel mengenai
“Reformed,” itu membuat semacam sugesti. Tetapi memang Dr. Liauw
memulai dengan pertanyaan, bukan suatu deklarasi tegas, audiens
mengiyakan. Dr. Liauw memang secara pribadi juga mengira itu benar
Stephen Tong. Untuk kesalahan ini, Ev. Dance, salah satu panitia
seminar, lewat status FB-nya sudah minta maaf.
Tanggapan
balik Budi Asali:
Bohong
lagi! Pertama saya yakin tanpa buka web, anda pasti tahu tampangnya
Pak Tong. Kedua, dengan buka web dan cari foto Pak Tong, anda pasti
tahu dengan lebih pasti lagi bahwa foto orang yang ditunjuk (yang
kalau menurut keterangan gambar adalah seorang pastor) sangat berbeda
dengan wajah Pak Tong, seperti bumi dengan langit! Orang itu jauh
lebih kurus, dan agak membungkuk (orang Jawa bilang ‘sangkuk’),
sedangkan Pak Tong gemuk, kekar, dan tegak. Sama sekali beda!
Juga
bohong lagi kalau audience juga terkecoh! Kalau ada yang terkecoh,
itu adalah orang-orang yang kena katarak!
Bohong
lagi, kalau dikatakan bahwa “Tetapi
memang Dr. Liauw memulai dengan pertanyaan, bukan suatu deklarasi
tegas, audiens mengiyakan.”.
Lagi-lagi saya tegaskan, tidak ada dialog. Hanya Suhento Liauw yang
bicara. Ia yang tanya, dan ia yang jawab sendiri pertanyaannya!
Tentang
permintaan maaf dari Ev. Dance Suat saya merasa aneh. Kalau
cerita Dji Ji Liong ataupun cerita Steven Liauw benar, bukankah
Suhento Liauw tak salah sama sekali? Lalu untuk apa Dance Suat minta
maaf?
Dan
kalau memang diakui bahwa Suhento Liauw salah, maka yang bersalah /
memfitnah adalah Suhento Liauw, lalu mengapa yang minta maaf adalah
Dance Suat? Ini aturan dari Alkitab sebelah mana? Juga permintaan
maaf hanya masuk face book!! Bukankah lucu? Kalau mau tulus dalam
minta maaf, pertama,
jangan buat dusta macam-macam untuk menutup-nutupi kesalahan. Kedua,
Suhento Liauw yang seharusnya minta maaf. Dan ketiga,
permintaan maaf seharusnya ditujukan kepada orang yang difitnah,
yaitu Pdt. Stephen Tong sendiri!
APAKAH MIRIP ?
TIDAK !!!
3.
Pada
saat tanya jawab, Budi Asali membuat klarifikasi, bahwa itu bukanlah
Stephen Tong, melainkan Yakub Susabda. (Padahal sebenarnya yang mirip
Yakub Susabda adalah yang nomor tiga dari kanan, bukan nomor dua dari
kanan). Dia bilang tidak ada Stephen Tong di situ, tetapi Yakub
Susabda, dan ini dia tegaskan dengan yakin.
Tanggapan
balik Budi Asali:
Ngawur
atau dusta lagi! Yang saya katakan sebagai ‘Yakub Susabda’ bukan
orang yang ditunjuk oleh Suhento Liauw sebagai Pdt. Stephen Tong!
Dr.
Liauw, mengatakan, “benarkah?” Lalu setelah menayangkan kembali
foto, dan setelah ditegaskan lagi oleh Budi Asali, Dr. Liauw berkata
kira-kira “Ok, kalau begitu, tidak masalah [ini bukan Stephen
Tong], yang jelas ini adalah Reformed” (Dan Budi Asali juga
menjelaskan beda antara satu Reformed dengan kelompok Reformed
lainnya).
Tanggapan
balik Budi Asali:
Bohong
lagi. Tak ada pertanyaan ‘benarkah’ dari Suhento Liauw! Dan juga
tak ada tayangan ulang dari gambar / foto itu. Hanya satu kali
penayangan, dan tidak diulang dalam tanya jawab. Juga tak ada
kata-kata ‘Ok, kalau begitu, tidak masalah dsb’.
Intinya
adalah: Dr. Suhento Liauw menerima klarifikasi Budi Asali, dan
mengatakan bahwa poin
seminar tidak tergantung kepada siapa individu di dalam foto.
Semua orang yang hadir di seminar itu mendengarkan klarifikasi Budi
Asali.
Tanggapan
balik Budi Asali:
Omong
kosong! Menurut saya point seminar pada bagian itu justru terletak
pada siapa orang dalam foto itu! Kalau tidak, untuk apa ia tunjukkan
foto itu? Dia mau memfitnah Calvinist, seperti yang biasa ia lakukan
dalam tulisan-tulisannya dalam web! Ini kelihatannya merupakan
kebiasaan bejat dari Suhento Liauw dan Steven Liauw!
Dengan
kronologi seperti itu, saya jadi bingung mengapa hal ini diangkat
lagi oleh Budi Asali? Apakah dia merasa bahwa Dr. Liauw tidak
menerima klarifikasi-nya? Saya rasa tidak mungkin. Lalu kalau memang
klarifikasi sudah dibuat, sudah didengar semua yang hadir, mengapa
Dr. Liauw masih dikatakan memfitnah? Saya khawatir ini hanyalah suatu
serangan demi untuk menyerang. Suatu serangan untuk membuat sensasi.
Tanggapan
balik Budi Asali:
Anda
bingung, atau pura-pura bingung? Seperti saya katakan diatas, sekali
suatu fitnah dibuat, itu akan merupakan fitnah untuk selama-lamanya,
tak peduli diakui dinyatakan permintaan maaf dan sebagainya. Apalagi
kalau itu ternyata tidak diakui, sebaliknya diciptakan
kebohongan-kebohongan untuk menutup-nutupinya dsb! Makin kalian
tutup-tutupi makin membuat saya jengkel, dan makin akan saya tekan
kalian. Kalau kalian akui, saya anggap beres.
Serangan
demi untuk menyerang? Untuk membuat sensasi? Sama sekali tidak. Saya
bukan orang yang suka cari sensasi atau apapun.
Saya
jujur saja, dari semula saya tahu tulisan kalian, yang secara sangat
kurang ajar memfitnah Calvinisme luar biasa banyaknya, saya sudah
jengkel sekali dengan kalian, bapak dan anak! Apa maksud kalian?
Supaya para Calvinist terlihat sebagai orang tolol dan sesat,
sehingga jangan ada yang ikut Calvinisme, tetapi ikut kalian? Kalau
kalian menyerang dengan fair, saya tak masalah. Tetapi yang kalian
lakukan, adalah memfitnah dulu Calvinisme, baru menyerangnya, seperti
yang juga dilakukan oleh orang-orang Arminian, seperti Pdt. Jusuf B.
S. dan Guy Duty.
Dan
fitnahan ditujukan kepada Pdt. Stephen Tong, pasti karena ia adalah
Calvinist atau karena ia mengaku / diakui sebagai Calvinist!
Jadi,
saya memang ‘membuka / meledakkan’, atau dalam bahasa anda
‘mengangkat lagi’ hal ini, supaya dengan bukti hitam di atas
putih ini, orang-orang, baik di luar maupun di dalam GBIA Graphe,
tahu bahwa Suhento Liauw sering memfitnah. Saya ingin fitnahan kalian
tentang Calvinist / Calvinisme dilihat oleh semua orang, untuk
membersihkan citra Calvinist / Calvinisme!
Kalian
mau saya berhenti? Mudah saja! Tarik kembali file-file /
tulisan-tulisan kalian yang memfitnah Calvinist / Calvinisme, maka
saya juga akan berhenti dalam usaha saya menghancurkan kalian!
Ironisnya,
karena penasaran, saya memperbesar foto itu secara elektronik, dan
saya dapatkan bahwa caption di bawah foto masih bisa terbaca:
Jadi,
rupanya, Suara Pembaruan membuat caption nama-nama yang difoto: Wim
Tangkilisan, Samuel Budiprasetya, Yohanes Indrakusuma, dan James
Riady. (Catatan: pada waktu seminar, bagian ini tidak terbaca karena
buram/kecil).
Malah
tidak ada Yakub Susabda! Nah, kalau memang Dr. Liauw memfitnah
Stephen Tong, bukankah dapat dikatakan bahwa Budi Asali memfitnah
Yakub Susabda?
Tanggapan
balik Budi Asali:
Hmmm,
dalam hati anda pasti berkata kepada saya ‘Welcome
to the club’
[= Selamat datang dalam perkumpulan (dari para pemfitnah)]!!! Tetapi
jangan terburu-buru senang!
Seandainya
foto di koran itu bukan Yakub Susabda, saya tetap tidak memfitnah
dia, karena dalam berita di koran itu jelas-jelas dia ada. Nama
STTRII ada di koran itu, dan Yakub Susabda adalah rektornya, dan dia
yang jadi moderator dari acara tersebut!
Tetapi
lebih lagi, tidak mungkin orang dalam foto itu bukan dia! Foto anda
saya tayangkan di gereja saya, dan jemaat sayapun yakin kalau itu
(yang no 3 dari kanan) adalah Yakub Susabda. Semua terheran-heran
waktu tulisan di bawah foto saya bacakan, karena ternyata
menurut tulisan itu tidak ada Yakub Susabda dalam foto itu.
Tulisan
di bawah foto itu
pasti
salah!
Saya yakin 1000 % dan saya bisa buktikan itu dengan memberikan foto
dari internet. Saya berikan foto baik dari Yakub Susabda, maupun dari
Pdt. Samuel Budiprasetya, yaitu nama orang ke 3 dari kanan itu
menurut tulisan di bawah foto, yang keduanya didapatkan oleh Pdt.
Esra dari internet. Kalian, dan juga pembaca manapun yang membaca
tulisan ini, silahkan bandingkan sendiri, apakah orang ke 3 dari
kanan dalam foto itu, adalah Pdt. Yakub Susabda (sesuai kata-kata
saya), atau Pdt. Samuel Budiprasetya (sesuai dengan tulisan di bawah
foto dari koran itu)???
Kalau
saya pribadi berkesimpulan tidak demikian. KBBI online memberi
definisi berikut untuk “fitnah”: “perkataan bohong atau tanpa
berdasarkan kebenaran yg disebarkan dng maksud menjelekkan orang.”
Saya melihat bahwa salah satu elemen krusial dalam fitnah adalah:
sudah tahu itu salah, tetapi masih menyebarkannya dengan tujuan
menjelekkan yang bersangkutan. (Referensi:
http://kamusbahasaindonesia.org/fitnah#ixzz1ynWbP8uV)
Saya
rasa baik Dr. Liauw maupun Budi Asali memang membuat kesalahan yang
jujur, bukan bermaksud memfitnah. Semoga pembaca juga sampai pada
kesimpulan yang sama.
Tanggapan
balik Budi Asali:
Kalau
saya, memang tidak memfitnah. Apa yang saya katakan itu bahkan benar.
Orang dalam foto itu memang Yakub Susabda! Jadi, jangan samakan saya
dengan Suhento Liauw dalam hal ini! Menurut saya, Suhento Liauw
memang memfitnah / bermaksud memfitnah! Sudah memfitnah, masih
berusaha menutupi dengan dusta dari murid (Dji Ji Liong) dan anaknya
(Steven Liauw)! Apakah maksudnya memang untuk menjelekkan? Pikir
sendiri. Pertama, tulisan-tulisannya, selalu mejelek-jelekkan
Calvinisme dengan fitnahan. Kedua Pdt. Stephen Tong mengakui diri /
diakui sebagai Calvinist / Reformed! Ketiga, Sama-sama tinggal di
Jakarta, dan sama-sama punya gereja di Jakarta. Motivasinya jelas,
bukan?
Catatan:
tulisan Suhento Liauw di web mereka, sekalipun
tanpa nama, berbeda dengan tulisan Steven Liauw yang diberi nama,
tetapi saya yakin itu tulisan Suhento Liauw. Mengapa bisa yakin?
Pertama karena yang tanpa nama itu jauh lebih banyak dari yang pakai
nama Steven Liauw. Orang mana dalam kelompok mereka yang bisa menulis
lebih banyak dari Steven Liauw? Kedua, dari seminar yang saya hadiri
saya melihat kalimat-kalimat / argumentasi-argumentasi yang persis
sama dengan yang ada dalam tulisan tanpa nama di web itu.
Saya
akhiri tulisan ini dengan nasehat kepada kalian semua, baik Suhento
Liauw, Steven Liauw, Dance Suat, Dji Ji Liong, dan semua orang dalam
kelompok GBIA Graphe / STT kalian, jadilah orang yang tulus / jujur.
Kalau tak setuju dengan pandangan Calvinisme, silahkan serang, tetapi
serang dengan jujur / tulus, jangan dengan fitnahan! Itu bisa
merupakan serangan dan fitnahan terhadap Tuhan sendiri! Dan kalian
harus bertanggung jawab untuk hal itu! Jangan main-main! Orang bisa
dibohongi, tetapi Tuhan tahu isi hati kalian. Jadi, bertobatlah!
Tidak ada komentar:
Posting Komentar