Pemahaman Alkitab
G. K. R. I. ‘GOLGOTA’
(Rungkut Megah
Raya, blok D no 16)
Rabu, tgl 29 Juli 2015, pk 19.00
Pdt. Budi Asali, M. Div.
PRO KONTRA TENTANG
PERSEMBAHAN PERSEPULUHAN (8b)
Ajaran-ajaran selanjutnya dari John Owen
berkenaan dengan persembahan persepuluhan dalam exposisinya tentang Ibr 7:
1. Beberapa
arti dari persembahan persepuluhan.
John Owen: “But as
unto the question in hand, I shall briefly give my thoughts about it in the
ensuing observations and propositions: - By ‘tithes’
is understood either the express law
of tithing, or paying the tenth of all our substance
and of the whole increase of the earth; or only the dedicating of a certain portion of what
we have unto the uses of the worship and service of God.” [=
Tetapi berkenaan dengan pertanyaan yang ada, saya akan memberikan pemikiran
saya secara singkat tentangnya dalam pengamatan dan hal-hal yang perlu
dipertimbangkan sebagai berikut: - Oleh ‘persembahan persepuluhan’ dimengerti
atau hukum yang jelas tentang persembahan persepuluhan, atau membayar
sepersepuluh dari semua milik / kekayaan dan dari seluruh pertambahan dari bumi
/ tanah; atau hanya pembaktian dari suatu bagian
tertentu dari apa yang kita punyai pada penggunaan-penggunaan dari kebaktian /
ibadah dan pelayanan dari Allah.] - ‘Hebrews’, vol 7, hal 42 (AGES) / buku vol 5, hal 325.
Catatan: saya tidak tahu point terakhir itu John Owen dapatkan dari mana. Itu
jelas bukan persembahan persepuluhan!
John Owen: “1. If this latter be intended, it is with me past all doubt and
question that a bountiful part of our enjoyments is to be separated unto the use and service of the worship of God,
particularly unto the comfortable and honorable supportment of them that labor
in the ministry. And it is no small part of that confusion which we suffer
under, that Christians, being in all places compelled to pay the tenth by civil
laws unto some or other, whether they will or no, are either discouraged, or
disenabled, or think themselves discharged from doing that which God certainly
requireth at their hands in a way of duty. However, this will be no excuse for
any, for generally they have yet left unto them that whereby they may discharge
their duty in an acceptable manner; and I cannot but wonder how some men can
satisfy their consciences in this matter, in such circumstances as I shall not
now name.” [= 1.
Jika yang belakangan ini yang dimaksudkan, bagi
saya tak diragukan atau dipertanyakan bahwa suatu bagian yang banyak /
berlimpah-limpah dari penikmatan / milik kita harus dipisahkan pada penggunaan
dan pelayanan dari kebenaran / ibadah dari Allah, khususnya pada penyokongan
yang cukup / lumayan / sebanyak yang dibutuhkan dan terhormat dari mereka yang
berjerih payah dalam pelayanan. Dan bukanlah bagian kecil dari
kebingungan / kekacauan yang kita alami itu bahwa orang-orang Kristen, yang di
semua tempat dipaksa untuk membayar sepersepuluh oleh undang-undang pada satu
atau lain hal, apakah mereka mau atau tidak, merasa kecil hati, atau tidak mampu,
atau menganggap diri mereka sendiri dilepaskan dari tindakan melakukan apa yang
Allah secara pasti tuntut dari tangan mereka dalam suatu jalan kewajiban. Tetapi, ini bukan alasan / dalih bagi siapapun, karena pada
umumnya mereka masih mempunyai sisa bagi mereka sehingga dengan itu mereka bisa
melaksanakan kewajiban mereka dengan cara yang bisa diterima; dan
saya hanya bisa bertanya-tanya bagaimana beberapa / sebagian orang bisa
memuaskan hati nurani mereka dalam hal ini, dalam keadaan seperti itu yang tidak
akan saya sebutkan sekarang.]
- ‘Hebrews’, vol 7, hal 42 (AGES) / buku vol 5, hal 325.
2. Di bawah ini John Owen lagi-lagi menekankan
persembahan sukarela!
John Owen: “For my
part, I do judge that the way of maintenance of ministers by voluntary benevolence,
in a way of duty and obedience unto Christ, though it be not likely the most
plentiful, is yet the most honorable of all others. And of this judgment I
shall be, until I am convinced of two things: [1.] That true honor doth
not consist in the respect and regard of the minds of men unto the real worth
and usefulness of those who are honored, but in
outward ceremonies and forced works of regard. [2.] That it is not the duty which every church owes to Jesus
Christ, to maintain those who labor in the word
and doctrine, according to their ability; or that it
is any gospel-duty which is influenced by force or compulsion.” [=
Untuk saya, saya menilai bahwa cara pemeliharaan pelayan-pelayan oleh kemurahan
hati yang sukarela, dalam suatu jalan kewajiban dan ketaatan kepada Kristus,
sekalipun itu kemungkinannya bukan yang paling banyak / berlimpah-limpah,
tetapi adalah yang paling terhormat dari semua yang lain. Dan saya akan tetap
menilai seperti ini, sampai saya yakin tentang 2 hal: (1.) Bahwa hormat yang benar
/ sejati tidak terdiri dari rasa hormat dari pikiran manusia pada nilai dan
kebergunaan yang sungguh-sungguh dari mereka yang dihormati, tetapi dalam upacara-upacara
lahiriah dan pekerjaan-pekerjaan dari / tentang
hormat yang dipaksakan. (2.) Bahwa bukanlah kewajiban yang setiap
gereja berhutang kepada Yesus Kristus, untuk memelihara mereka yang berjerih
payah dalam firman dan ajaran, sesuai dengan kemampuan mereka; atau bahwa di sana ada kewajiban injil manapun yang
dipengaruhi oleh kekerasan atau paksaan.] - ‘Hebrews’, vol 7, hal 78 (AGES) /
buku vol 5, hal 356.
Tanggapan
saya:
a. Apakah memberi persembahan
persepuluhan termasuk ‘upacara lahiriah’? John Owen memang menganggap hukum tentang
persembahan persepuluhan sebagai Ceremonial Law (lihat no 3. di bawah), tetapi
ia tidak memberikan bukti yang bisa diterima tentang hal ini.
b. Apakah berbakti kepada Tuhan
pada hari Sabat bukan termasuk sesuatu yang diharuskan / ‘dipaksakan’ dalam
jaman Perjanjian Baru? Apakah hukum-hukum yang lain dari Perjanjian Lama yang
tetap berlaku pada jaman Perjanjian Baru, seperti misalnya hukum kasih, bukan
diharuskan / ‘dipaksakan’???
c. Bandingkan kata-kata John
Owen di atas dengan kata-kata Arthur W. Pink di bawah ini.
A.
W. Pink: “There are few things on which many of
the Lord’s people are more astray than the matter of giving to His cause and
work. Are our offerings to be regulated by sentiment and impulse, or by
principle and conscience? That is only another way of asking, Does God leave us
to the promptings of gratitude and generosity, or has He definitely specified
His mind and stated what portion
of His gifts to us are due Him in return? Surely He has not left this important
point undefined. He has given us His Word to be a lamp unto our feet, and
therefore He cannot have left us in darkness concerning any obligation or
privilege that pertains to our dealings with Him.” [= Di sana ada sedikit hal-hal tentang mana banyak
dari umat Tuhan lebih menyimpang dari pada persoalan memberi pada perkara dan
pekerjaanNya. Apakah pemberian-pemberian kita harus diatur oleh perasaan dan
dorongan hati yang tiba-tiba, atau oleh prinsip / hukum dan hati nurani? Itu
hanya merupakan suatu cara lain dari menanyakan, Apakah Allah meninggalkan kita
pada kesediaan dari rasa terima kasih dan kemurahan hati, atau apakah Ia telah
secara pasti menyatakan pikiranNya dan menyatakan berapa bagian dari
pemberianNya kepada kita harus diberikan kembali kepadaNya? Pasti Ia tidak membiarkan /
meninggalkan pokok penting ini tanpa ketentuan! Ia telah memberikan kita
FirmanNya sebagai suatu lampu bagi kaki kita, dan karena itu Ia tidak bisa
telah membiarkan / meninggalkan kita dalam kegelapan berkenaan dengan kewajiban
dan hak apapun dalam urusan kita dengan Dia.]
- ‘An Exposition of Hebrews’, hal 423 (AGES).
3. Dan
ini pembahasan John Owen dalam exposisinya tentang Ibr 7:8.
Ibr 7:8 - “Dan di sini (HODE) manusia-manusia fana
menerima persepuluhan, dan di sana (EKEI) Ia, yang tentang Dia diberi
kesaksian, bahwa Ia hidup.”.
John Owen
(tentang Ibr 7:8): “(2.) The determination of the time, or place, or manner of the opposition, in these adverbs w=de and ejkei~ ‘here’ and
there.’ =Wde usually refers unto place; and some think that the apostle hath respect unto Jerusalem, the
seat of the Levitical priesthood, and the land of Canaan,
which alone was tithable according to the law; for the Jews do judge, and that
rightly, that the law of legal tithing extended not itself beyond the
bounds of the land of Canaan, - a sufficient evidence that it was positive and
ceremonial. In opposition hereunto, ejkei~, ‘there,’ must
signify some other place, or any place where the priesthood of Melchisedec hath
its signification; that is, in Christian religion. But the truth is, if w=de, ‘here,’ signifies a
certain and determinate place, that opposed in ejkei~, ‘there,’ must be
Salem, where Melchisedec dwelt; which was not only afterwards tithable, as within the bounds of
Canaan, but most probably was
Jerusalem itself, as we have declared. This conjecture, therefore, is too curious; nor do we need to
tie up ourselves unto the precise signification of the word w=de, although that also
be sometimes used with respect unto time as well as place. Wherefore these
words, ‘here’ and ‘there,’ do express the several different states under consideration.
‘Here,’ is in the case of the Levitical priesthood; and ‘there’ respects the
case of Melchisedec, as stated, Genesis 14.” [= (2.)
Penentuan tentang waktu, atau tempat, atau cara pertentangan, dalam kata-kata
keterangan w=de (HODE) and ejkei~
(EKEI) ‘di
sini’ dan ‘di sana’. =Wde (HODE)
biasanya menunjuk pada tempat; dan beberapa / sebagian orang
beranggapan bahwa sang rasul menghubungkan dengan Yerusalem, kedudukan dari
imamat orang Lewi, dan tanah Kanaan, yang merupakan
satu-satunya yang bisa ditarik persembahan persepuluhan sesuai dengan hukum
Taurat; karena
orang-orang Yahudi memang menilai, dan itu secara benar,
bahwa hukum tentang pemberian persembahan persepuluhan yang sah tidak
menyebar / menjangkau di luar batasan dari tanah Kanaan, - suatu bukti yang
cukup bahwa itu adalah positif dan bersifat upacara.
Bertentangan
dengan ini, ejkei~ (EKEI),
‘di sana’,
harus berarti / menunjuk pada suatu tempat lain, atau tempat apapun dimana
imamat dari Melkisedek mempunyai artinya; yaitu, dalam agama Kristen. Tetapi
kebenarannya adalah, jika w=de (HODE),
‘di sini’, berarti / menunjuk pada suatu tempat yang pasti dan tertentu, maka
tempat yang bertentangan dalam ejkei~
(EKEI),
‘di sana’, harus adalah Salem, dimana Melkisedek tinggal; yang bukan hanya belakangan
bisa ditarik persembahan persepuluhan,
karena ada di dalam batasan-batasan dari Kanaan, tetapi
sangat mungkin adalah Yerusalem sendiri, seperti telah kami nyatakan.
Karena itu, dugaan ini adalah terlalu aneh; juga kita tidak perlu mengikat diri
kita sendiri pada arti yang persis dari kata w=de (HODE),
sekalipun itu juga kadang-kadang digunakan berkenaan dengan waktu maupun
tempat. Karena itu kata-kata ini, ‘di sini’ dan
‘di sana’,
menyatakan beberapa keadaan yang berbeda yang dipertimbangkan. ‘Di sini’,
adalah dalam kasus dari imamat orang Lewi; dan ‘di sana’ berkenaan dengan kasus dari Melkisedek,
seperti dinyatakan, Kej 14.] - ‘Hebrews’, vol 7, hal 105 (AGES) /
buku vol 5, hal 376.
Tanggapan
saya (saya hanya membahas hal-hal yang berhubungan dengan persembahan
persepuluhan):
a. John
Owen menganggap hukum tentang persembahan persepuluhan adalah hukum ceremonial
/ upacara, tetapi itu didasarkan pada suatu asumsi, yang menurut saya salah, bahwa hukum tentang persembahan persepuluhan hanya berlaku di
Kanaan. Ini sudah dibicarakan dalam pelajaran di depan (point no 1).
b. Tentang Melkisedek sebagai
raja Salem, ada
pro kontra tentang apa artinya istilah itu. Bandingkan dengan komentar-komentar
di bawah ini.
Simon Kistemaker: “Melchizedek
was king of Salem, a city generally identified
with Jerusalem (Ps. 76:2),” [= Melkisedek adalah Raja dari Salem, suatu kota
yang biasanya dikenali / dianggap Yerusalem (Maz 76:3),].
Maz 76:2-3 - “(2)
Allah terkenal di Yehuda, namaNya masyhur di Israel! (3) Di Salem sudah ada pondokNya, dan kediamanNya di
Sion!”.
Simon Kistemaker: “Also,
he was king of Salem, and the word Salem means ‘peace.’” [= Juga, ia adalah raja Salem,
dan kata Salem
berarti ‘damai’.].
Catatan: Bagi saya 2 komentar Kistemaker di atas ini saling bertentangan.
J. Vernon
McGee (tentang ay 2): “It has
been supposed by some that Salem was Jerusalem. I do not think
that is true at all. Salem is not a place - the
word salem means
‘peace.’ He does not say that Melchizedek was king of Jerusalem. He was king of peace; he was a man
who could make peace in that day. I am sure he was king of a literal city
somewhere, but it doesn’t mean he was king of Jerusalem - it could have been any place. He
was king of peace.” [=
Telah dianggap oleh beberapa / sebagian orang bahwa Salem adalah Yerusalem. Saya sama sekali
tidak menganggap bahwa itu adalah benar. Salem bukanlah suatu tempat - kata ‘Salem’ berarti ‘damai’. Ia tidak berkata bahwa
Melkisedek adalah raja dari Yerusalem. Ia adalah raja damai; ia
adalah seseorang yang bisa membuat damai pada jaman itu. Saya yakin ia adalah raja dari suatu kota hurufiah di suatu
tempat, tetapi itu tidak berarti ia adalah raja dari Yerusalem - itu bisa
adalah tempat manapun. Ia adalah raja
damai.] -
Libronix.
Catatan: Tafsiran ini sangat memungkinkan, karena 2 alasan:
(1) Kristus adalah raja / pangeran damai (Yes 9:5), sehingga kalau
Melkisedek sebagai TYPEnya juga adalah raja damai, maka itu cocok.
Yes 9:5 - “Sebab
seorang anak telah lahir untuk kita, seorang putera telah diberikan untuk kita;
lambang pemerintahan ada di atas bahunya, dan namanya disebutkan orang:
Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai.”.
(2) Ini juga cocok dengan kata-kata dari Ibr 7:2.
Ibr 7:2 - “Kepadanyapun Abraham memberikan
sepersepuluh dari semuanya. Menurut arti namanya Melkisedek adalah pertama-tama
raja kebenaran, dan juga raja Salem, yaitu raja
damai sejahtera.”.
KJV: ‘King of Salem, which is, King
of peace;’ [= Raja Salem,
yang adalah, Raja damai;].
RSV: ‘king
of Salem, that is, king of peace.’ [= raja
Salem, yaitu, raja damai.].
NIV: “‘king of Salem’ means ‘king of
peace.’ ” [= ‘raja
Salem’ artinya ‘raja damai’].
NASB: ‘King of Salem, which is King of peace;’ [= Raja Salem, yang adalah Raja damai;].
4. Lanjutan
pembahasan John Owen tentang Ibr 7:8.
John Owen
(tentang Ibr 7:8): “2. The foundation of the comparison, that wherein both agreed, is in
this, that they received tithes. It is expressed of the one
sort only, namely, the Levitical priests, - they received tithes; but it is understood of the other also, whereon the word is
repeated and inserted in our translation, ‘But there he receiveth them.’ Deka>tav lamba>nousi, ‘They do receive tithes,’ in
the present tense. But it may be said, there
was none that then did so, or at least ‘de jure’ could do so, seeing the law of tithing was abolished. Wherefore an enallage may be allowed here of the present time
for that which was past; ‘they do,’ that is, ‘they did so’ whilst the law was
in force. But neither is this necessary; for, as I have before observed, the
apostle admits, or takes it for granted, that the Mosaical system of worship
was yet continued, and argueth on that concession unto the necessity of its
approaching abolition. And yet we need not here the use of this supposition; for
the words determine neither time nor place, but the state of religion under the
law. According unto the law are tithes to be paid unto, and received by such
persons. This, therefore, is agreed, that both the Levitical priests and
Melchisedec received tithes.” [=
Dasar dari perbandingan, itu dalam mana keduanya setuju, adalah dalam ini,
bahwa mereka menerima persembahan persepuluhan.
Itu dinyatakan dari satu jenis saja, yaitu, imam-imam Lewi, - mereka menerima
persembahan persepuluhan; tetapi itu dimengerti tentang yang lain juga, dalam
mana kata itu diulang dan dimasukkan / disisipkan dalam terjemahan kita,
‘Tetapi di sana ia menerima mereka / persembahan persepuluhan’. Deka>tav lamba>nousi (Dekatas LAMBANOUSI), ‘Mereka
memang menerima persembahan persepuluhan’, DALAM
present tense. Tetapi bisa dikatakan, di sana tidak ada
siapapun yang pada waktu itu melakukan hal itu, atau setidaknya ‘de jure’ /
‘berdasarkan hukum’ bisa melakukan begitu, mengingat hukum tentang persembahan
persepuluhan telah dihapuskan. Karena itu suatu pertukaran (tenses)
bisa diijinkan di sini tentang saat present untuk itu yang sudah lalu / lampau;
‘mereka menerima’, yaitu, ‘mereka dulu menerima’ pada waktu hukum Taurat masih
berlaku. Tetapi ini juga tidak perlu dilakukan; karena, seperti telah saya
perhatikan sebelumnya, sang rasul mengakui, atau menganggapnya sebagai benar,
bahwa sistim penyembahan / ibadah Musa masih berlanjut, dan berargumentasi pada
penerimaan itu pada keharusan dari penghapusannya yang mendekat. Tetapi di sini
kita tidak membutuhkan penggunaan anggapan ini; karena kata-katanya tidak
menentukan waktu atau tempatnya, tetapi keadaan dari agama di bawah hukum
Taurat. Menurut hukum Taurat persembahan persepuluhan
dibayarkan kepada, dan diterima oleh orang-orang seperti itu. Karena itu, ini
disetujui, bahwa baik imam-imam Lewi maupun Melkisedek menerima persembahan
persepuluhan.] - ‘Hebrews’, vol 7, hal 105-106
(AGES) / buku vol 5, hal 376-377.
Catatan: John Owen mengatakan bahwa pada saat itu
tidak ada yang melakukan hukum tentang persembahan persepuluhan, karena hukum
itu telah dihapuskan. Tetapi ia mengatakan itu tanpa memberikan dasar /
argumentasi apapun.
Bandingkan
dengan kata-kata F. F. Bruce di bawah ini.
F. F. Bruce (tentang Ibr 7:5-6a): “In Israel agricultural produce was tithed year by year
and the tithe was allocated to the tribe of Levi ‘for an inheritance’ (Lev.
18:21, the ‘commandment’ of v. 5), and one tenth of that tithe was further earmarked
for the priesthood (Num. 18:26). In Nehemiah’s time the Levites received the tithes under the supervision of the priests and
brought the ‘tithe of the tithes’ to the temple
to be handed over to the priests (Neh. 10:38f.). By
the first century a.d., however,
there is reason to think that the administration of the tithes was carried out
by the priests.” [= Di Israel hasil dari tanah diambil persembahan persepuluhan tahun demi
tahun dan persembahan persepuluhan dialokasikan pada suku Lewi ‘sebagai suatu
warisan’ (Im 18:21, ‘hukum / perintah’ dari ay 5), dan sepersepuluh dari
persembahan persepuluhan itu selanjutnya ditandai untuk imamat (Bil 18:26).
Pada jaman Nehemia orang-orang Lewi menerima persembahan persepuluhan di bawah
pengawasan dari imam-imam dan membawa ‘persembahan persepuluhan dari
persembahan persepuluhan’ ke Bait Suci untuk diberikan kepada imam-imam (Neh
10:38-dst). Tetapi pada abad pertama Masehi, di sana
ada alasan untuk menganggap bahwa pelaksanaan dari persembahan persepuluhan
dilaksanakan oleh imam-imam.] - ‘The Epistle to the HEBREWS’
(Libronix).
Harus diakui F. F. Bruce juga mengatakan hal
itu tanpa dasar, karena ia tak menyebutkan apa alasan yang ia maksudkan. Tetapi
hal yang sama dilakukan oleh John Owen.
5. Komentar
aneh dari John Owen.
John Owen: “I shall
not enter into any long digression about this controverted subject. It is such
as wherein the various interests of men have engaged their utmost diligence, on
the one hand and on the other. ... And without
solicitousness concerning offense, I shall take leave to say, that it is no
safe plea for many to insist on, that tithes are due and divine, as they speak,
- that is, by a binding law of God, - now under the gospel. For be the law and institution what it will, nothing is more
certain than that there is nothing due under the gospel, by virtue of God’s
command or institution with respect unto his worship, unto any who do not
wholly give up themselves unto the ministry, and ‘labor in the word and
doctrine;’ unless they be such as are disenabled by age and infirmities, who
are not to be forsaken all the days of their lives. For men to live in pleasure
and idleness, according to the pomp, vanities, and grandeur of the world,
neither rising early, nor going to bed late, nor spending their time and
strength in the service of the church, according to the duties required of all
the ministers thereof in the gospel, to sing unto themselves that tithes are
due to them by the appointment and law of God, is a fond imagination, a dream
that will fill them with perplexity when they shall awake.” [= Saya tidak
akan masuk ke dalam penyimpangan panjang apapun tentang pokok yang
diperdebatkan ini. Itu adalah sedemikian rupa dalam mana berbagai-bagai
kepentingan manusia telah melibatkan kerajinan mereka yang tertinggi, pada sisi
yang ini maupun sisi yang lain. ... Dan tanpa
kekuatiran berkenaan dengan pelanggaran / tindakan menyinggung, saya akan minta
ijin untuk mengatakan, bahwa bukanlah pembelaan / dalih yang aman bagi banyak
orang untuk berkeras bahwa persembahan persepuluhan adalah harus dan ilahi,
seperti mereka katakan, - yaitu, oleh suatu hukum yang mengikat dari Allah, -
sekarang di bawah injil. Karena biarlah hukum
dan kebiasaan / praktek ada seperti yang dikehendakinya, tak ada yang lebih pasti
dari pada bahwa di sana tidak ada apapun yang
harus di bawah injil, berdasarkan atas hukum Allah atau kebiasaan / praktek
berkenaan dengan penyembahan / ibadahNya, kepada siapapun yang tidak
menyerahkan sepenuhnya diri mereka sendiri pada pelayanan, dan ‘berjerih payah
dalam firman dan ajaran’; kecuali mereka adalah orang-orang yang tidak mampu
oleh usia dan kelemahan-kelemahan, yang tidak boleh ditinggalkan sepanjang
hidup mereka. Bagi orang-orang untuk hidup
dalam kesenangan dan kemalasan, sesuai dengan kemegahan, kesia-siaan, dan
kebesaran dari dunia, tidak bangun pagi ataupun tidur terlambat, juga tidak
menghabiskan waktu dan kekuatan mereka dalam pelayanan dari gereja, sesuai
dengan kewajiban-kewajiban yang dituntut dari semua pelayan-pelayan / pendeta-pendeta
darinya dalam injil, untuk bernyanyi bagi diri mereka sendiri bahwa persembahan persepuluhan adalah hak mereka oleh penetapan dan hukum Allah, merupakan suatu
khayalan tolol, suatu mimpi yang akan memenuhi mereka dengan kebingungan pada
saat mereka terbangun.] - ‘Hebrews’, vol 7, hal 41-42 (AGES) / buku vol 5, hal 324-325.
Bdk. 1Tim
5:17 - “Penatua-penatua
yang baik pimpinannya patut dihormati dua kali lipat, terutama mereka yang
dengan jerih payah berkhotbah dan mengajar.”.
Tanggapan saya: rasanya di sini John Owen mengijinkan
persembahan persepuluhan bagi hamba Tuhan yang
sungguh-sungguh! Ini aneh dan rasanya bertentangan dengan
bagian-bagian lain dari tulisannya tentang Ibr 7 dimana ia menentang tetap
berlakunya persembahan persepuluhan.
Kesimpulan: John Owen menentang persembahan
persepuluhan dalam tafsirannya tentang Ibr 7, tetapi hal yang menyolok
bagi saya adalah, bahwa ia menentang persembahan persepuluhan TANPA MENGGUNAKAN
PENAFSIRANNYA TENTANG IBR 7 INI SAMA SEKALI! Yang ia lakukan adalah membantah
penggunaan ayat-ayat lain, yang menurut dia digunakan oleh orang-orang yang pro
persembahan persepuluhan, dan bahkan kebanyakan ayat yang ia bahas, saya
sendiri tidak pernah gunakan untuk menekankan keharusan memberikan persembahan
persepuluhan. Dan pembahasan tentang ayat-ayat yang saya gunakan, ia bahas
secara sangat tak memuaskan, karena menggunakan argument from silence [=
argumentasi dari ke-diam-an], misalnya berkenaan dengan 1Kor 9:13-14.
Berbeda sekali dengan Calvin dan Arthur W. Pink, yang akan
saya berikan di bawah, yang dalam tafsiran mereka tentang Ibr 7,
betul-betul menggunakan exposisi dari
ayat-ayat dalam Ibr 7 untuk mengharuskan persembahan persepuluhan.
Sekarang saya akan membahas exposisi dari penafsir-penafsir lain tentang
Ibr 7 berkenaan dengan persembahan persepuluhan.
J. Vernon McGee (tentang Ibr 7:5): “In Abraham the sons of Levi, who were
descended from Abraham, paid tithes to Melchizedek. This shows that Melchizedek
was superior to Aaron and his family. My friend, one of the ways in which you
recognize the lordship of Jesus Christ is by coming and making a gift to Him.
Every gift ought to be more than just to a church or to some other ministry; it
should be a gift to the Lord Jesus Christ. You recognize His lordship, and you
are a priest worshiping when you bring a gift to Him.” [= Dalam Abraham anak-anak Lewi, yang
diturunkan dari Abraham, memberikan persembahan
persepuluhan kepada Melkisedek. Ini menunjukkan bahwa Melkisedek
lebih tinggi dari Harun dan keluarganya. Sahabatku,
salah satu cara dalam mana engkau mengakui keTuhanan dari Yesus Kristus adalah
dengan datang dan memberi pemberian kepada Dia. Setiap pemberian seharusnya
harus lebih dari sekedar kepada suatu gereja atau suatu pelayanan yang lain;
itu harus merupakan suatu pemberian kepada Tuhan Yesus Kristus.
Engkau mengakui keTuhananNya, dan engkau adalah seorang imam yang sedang
berbakti / menyembah pada waktu engkau membawa suatu pemberian kepada Dia.] - Libronix.
Catatan: sebetulnya penafsir ini tak memberikan argumentasi tentang
persembahan persepuluhan, tetapi kutipan ini saya berikan di sini hanya karena
saya menganggap kata-katanya bagus.
Sekarang kita lihat exposisi Calvin tentang Ibr 7 berkenaan dengan
persembahan persepuluhan.
Calvin
(tentang Ibr 7:4): “‘Now consider,’ etc. This is the fourth comparison between Christ and
Melchisedec, that Abraham presented tithes to him. But though tithes were
instituted for several reasons, yet the Apostle here refers only to what serves
his present purpose. One reason why tithes were paid to the Levites was,
because they were the children of Abraham, to whose seed the land was promised.
It was, then, by a hereditary right that a portion of the land was allotted to
them; for as they were not allowed to possess land, a compensation was made to
them in tithes. There was also another reason, - that as they were occupied in
the service of God and the public ministry of the Church, it was right that
they should be supported at the public cost of the people. Then the rest of the
Israelites owed them tithes as a remuneration for their work. But these reasons
bear not at all on the present subject; therefore, the Apostle passes them by.
The only reason now alleged is, that as the people offered the tithes as a
sacred tribute to God, the Levites only received them. It hence appears that it
was no small honor that God in a manner substituted them for himself. ... Then
the argument is this, - Abraham, who excelled all others, was yet inferior to
Melchisedec; then Melchisedec had the highest place of honor, and is to be
regarded as superior to all the sons of Levi. The first part is proved, for
what Abraham owed to God he gave to Melchisedec: then by paying him the tenth
he confessed himself to be inferior.” [= ‘Sekarang pertimbangkanlah’ /
‘Camkanlah’, dst. Ini adalah perbandingan keempat antara Kristus dan
Melkisedek, bahwa Abraham memberikan persembahan persepuluhan kepada dia. Tetapi
sekalipun persembahan persepuluhan diadakan karena beberapa alasan, tetapi sang
Rasul di sini hanya menunjuk pada apa yang berguna untuk tujuannya saat ini.
Satu alasan mengapa persembahan persepuluhan dibayarkan kepada orang-orang Lewi
adalah, karena mereka adalah anak-anak / keturunan Abraham, kepada keturunan
siapa tanah itu dijanjikan. Maka, adalah oleh hak keturunan bahwa sebagian dari
tanah itu dibagikan kepada mereka; tetapi karena mereka tidak diijinkan untuk
memiliki tanah, suatu kompensasi / penggantian kerugian dibuat bagi mereka
dalam persembahan persepuluhan. Disana juga ada alasan yang lain, -
bahwa karena mereka mengambil tempat dalam pelayanan Allah dan pelayanan umum
dari Gereja, adalah benar bahwa mereka harus ditopang / disokong oleh
pengeluaran umum dari bangsa itu. Maka sisa dari bangsa Israel berhutang
persembahan persepuluhan kepada mereka sebagai suatu balasan untuk pekerjaan
mereka. Tetapi alasan-alasan ini sama sekali
tidak berhubungan dengan pokok saat ini; karena itu, sang Rasul melewatinya. Satu-satunya
alasan yang sekarang dinyatakan adalah, bahwa karena bangsa itu mempersembahkan
persembahan persepuluhan sebagai suatu upeti / penghormatan yang keramat /
kudus kepada Allah, orang-orang Lewi hanya menerimanya. Maka kelihatannya bukan
suatu kehormatan yang kecil bahwa Allah dengan suatu cara menggantikan mereka
untuk diriNya sendiri. ...
Maka argumentasinya adalah ini, - Abraham, yang
melampaui semua yang lain, adalah lebih rendah dari Melkisedek; maka Melkisedek
mempunyai tempat tertinggi dari kehormatan, dan harus dianggap lebih tinggi
dari semua anak-anak / keturunan Lewi. Bagian pertama dibuktikan, karena apa
yang Abraham berhutang kepada Allah, ia berikan kepada Melkisedek: maka dengan
memberinya sepersepuluh ia mengakui dirinya sendiri sebagai lebih rendah.].
Calvin
(tentang Ibr 7:5): “‘And verily they,’ etc. It would be more suitable to render the words thus, ‘because
they are the sons of Levi.’ The Apostle indeed does not assign it as a reason
that they received tithes because they were the sons of Levi; but he is comparing the whole
tribe with Melchisedec in this way. Though God granted to the Levites the right
of requiring tithes from the people, and thus set them above all the Israelites, yet
they have all descended from the same parent; and Abraham, the father of them
all, paid tithes to a priest of another race: then all the descendants of Abraham
are inferior to this priest. Thus the right conferred on the Levites was
particular as to the rest of their brethren; yet Melchisedec, without
exception, occupies the highest place, so that all are inferior to him. Some think
that the tenths of tenths are intended, which the Levites paid to the higher
priests; but there is no reason thus to confine the general declaration. The
view, then, I have given is the most probable.” [= ‘Dan sesungguhnya mereka’, dst.
Adalah lebih cocok untuk menterjemahkan kata-kata itu demikian, ‘karena mereka
adalah anak-anak Lewi’. Sang Rasul memang tidak memberikan itu sebagai suatu
alasan bahwa mereka menerima persembahan
persepuluhan karena mereka adalah anak-anak Lewi; tetapi ia sedang
membandingkan seluruh suku dengan Melkisedek dengan cara ini. Sekalipun Allah memberikan kepada orang-orang Lewi hak untuk
mendapatkan persembahan persepuluhan dari bangsa itu, dan dengan demikian
meletakkan mereka di atas semua orang Israel, tetapi mereka semua telah
diturunkan dari orang tua yang sama; dan Abraham, bapa dari mereka semua,
memberikan persembahan persepuluhan kepada seorang imam dari bangsa yang lain:
maka semua keturunan Abraham adalah lebih rendah dari imam ini. Demikianlah hak
yang diberikan kepada orang-orang Lewi adalah khusus berkenaan dengan
saudara-saudara mereka; tetapi Melkisedek, tanpa kecuali, menempati tempat
tertinggi, sehingga semua adalah lebih rendah dari dia. Beberapa orang / sebagian orang menganggap bahwa persembahan
persepuluhan dari persembahan persepuluhan yang dimaksudkan, yang orang-orang
Lewi berikan kepada imam-imam yang lebih tinggi; tetapi di sana tidak ada
alasan untuk membatasi pernyataan umum itu seperti itu. Maka,
pandangan yang telah saya berikan adalah yang paling memungkinkan.].
Calvin
(tentang Ibr 7:6): “‘Blessed him,’ etc. This is the fifth
comparison between Christ and Melchisedec. The Apostle assumes it as an
admitted principle that the less is blessed by the greater; and then he adds
that Melchisedec blessed Abraham: hence the conclusion is that the less was
Abraham. But for the sake of strengthening his argument he again raises the
dignity of Abraham; for the more glorious Abraham is made, the higher the
dignity of Melchisedec appears. For this purpose he says that Abraham had the promises; by which he means that he was the first of the holy race with whom
God made the covenant of eternal life. It was not indeed a common honor that
God chose him from all the rest that he might deposit with him the privilege of
adoption and the testimony of his love. But all this was no hindrance that he
should not submit himself in all his preeminence to the priesthood of
Melchisedec. We hence see how great he was
to whom Abraham gave place in these two things, - that he suffered himself to
be blessed by him, and that he offered him tithes as to God’s vicegerent.”
[= ‘Memberkati dia’, dst. Ini adalah perbandingan kelima antara Kristus dan
Melkisedek. Sang Rasul menganggapnya sebagai suatu prinsip yang diterima /
diakui bahwa yang lebih rendah diberkati oleh yang lebih tinggi; dan lalu ia
menambahkan bahwa Melkisedek memberkati Abraham: maka kesimpulannya adalah
bahwa yang lebih rendah adalah Abraham. Tetapi demi menguatkan argumentasinya
ia lagi-lagi menaikkan kewibawaan dari Abraham; karena makin mulia Abraham
dibuat, makin tinggi kewibawaan dari Melkisedek terlihat. Untuk tujuan ini ia
berkata bahwa Abraham mempunyai janji-janji; dengan mana ia maksudkan bahwa ia
adalah yang pertama dari bangsa yang kudus itu dengan siapa Allah telah membuat
perjanjian tentang hidup yang kekal. Memang bukan suatu kehormatan yang umum
bahwa Allah memilih dia dari semua sisanya supaya Ia bisa meletakkan /
menempatkan dengan dia hak dari adopsi dan kesaksian dari kasihNya. Tetapi
semua ini bukanlah halangan bahwa ia tidak boleh menundukkan dirinya sendiri
dalam semua keunggulannya pada imamat dari Melkisedek. Maka kita melihat betapa besar ia terhadap siapa Abraham
memberi tempat dalam dua hal ini, - bahwa ia membiarkan dirinya sendiri
diberkati olehnya, dan bahwa ia memberikan persembahan persepuluhan kepadanya
sebagai wakil Allah.].
Ibr 7:8 - “Dan di sini manusia-manusia fana menerima persepuluhan,
dan di sana Ia, yang tentang Dia diberi kesaksian, bahwa Ia hidup.”.
Catatan: Kata-kata ‘Dia’ dan ‘Ia’ tak seharusnya diawali dengan huruf besar
karena kedua kata ini menunjuk kepada Melkisedek, bukan kepada Kristus.
KJV: ‘And here men that die receive
tithes; but there he receiveth
them, of whom it is witnessed that he liveth.’ [= Dan di sini orang-orang yang
(bisa) mati menerima persembahan persepuluhan; tetapi di sana ia menerima
persembahan persepuluhan itu, tentang siapa disaksikan bahwa ia hidup.].
RSV: ‘Here tithes are received by
mortal men; there, by one of whom it is testified that he lives.’ [= Di sini persembahan persepuluhan
diterima oleh orang-orang yang fana / bisa mati; di sana, oleh seseorang
tentang siapa disaksikan bahwa ia hidup.].
NIV: ‘In the one case, the tenth is
collected by men who die; but in the other case, by him who is declared to be
living.’ [= Dalam satu kasus, sepersepuluh
dipungut oleh orang-orang yang (bisa) mati; tetapi dalam kasus yang lain, oleh
dia yang dinyatakan sebagai hidup.].
NASB: ‘And in this case mortal men
receive tithes, but in that case one receives them, of whom it is witnessed that he lives on.’ [= Dan dalam kasus ini orang-orang
yang fana / bisa mati menerima persembahan persepuluhan, tetapi dalam kasus itu
seseorang menerima persembahan persepuluhan itu, tentang siapa disaksikan bahwa
ia hidup terus.].
Calvin
(tentang Ibr 7:8): “‘Of whom it is witnessed that
he liveth.’ He takes the silence
respecting his death, as I have said, as an evidence of his life. This would
not indeed hold as to others, but as to Melchisedec it ought rightly to be so
regarded, inasmuch as he was a type of Christ. For as the spiritual kingdom and
priesthood of Christ are spoken of here, there is no place left for human
conjectures; nor is it lawful for us to seek to know anything farther than what
we read in Scripture. But we are not hence to conclude that the man who met
Abraham is yet alive, as some have childishly thought, for this is to be
applied to the other person whom he represented, even the Son of God. And by
these words the Apostle intended to show, that the dignity of Melchisedec’s
priesthood was to be perpetual, while that of the Levites was temporary. For he thus reasons, - those to whom the Law assigns tithes are dying men; by which it
was indicated that the priesthood would some time be abrogated, as their life
came to an end: but the Scripture makes no mention of the death of Melchisedec,
when it relates that tithes were paid to him; so the authority of his priesthood is limited by
no time, but on the contrary there is given an indication of perpetuity. And this is added for this
purpose, lest a posterior law, as it is usual, should seem to take away from
the authority of a former law. For it might have been otherwise objected and
said, that the right which Melchisedec formerly possessed is now void and null,
because God had introduced another law by Moses, by which he transferred the
right to the Levites. But the Apostle anticipates this objection by saying, that tithes were paid to the Levites only
for a time, because they did not live; but that Melchisedec, because he is
immortal, retains even to the end what was once given to him by God.”
[= ‘Yang tentang dia diberi kesaksian, bahwa ia hidup.’
Ia mengambil ke-diam-an berkenaan dengan kematiannya, seperti telah saya
katakan, sebagai suatu bukti dari kehidupannya. Ini memang tidak berlaku
berkenaan dengan orang lain, tetapi berkenaan dengan Melkisedek, itu secara
benar harus dianggap seperti itu, karena ia adalah TYPE dari Kristus. Karena
kerajaan rohani dan imamat Kristus yang dibicarakan di sini, di sana tidak ada
tempat tersisa untuk dugaan-dugaan manusia; juga tidaklah sah bagi kita untuk
mengetahui apapun lebih jauh dari apa yang kita baca dalam Kitab Suci. Tetapi
kita tidak boleh dari sini menyimpulkan bahwa orang yang bertemu dengan Abraham
masih hidup, seperti beberapa orang telah berpikir seperti anak-anak, karena
ini harus diterapkan kepada orang lain yang ia wakili, yaitu Anak Allah. Dan oleh kata-kata ini sang Rasul bermaksud untuk
menunjukkan, bahwa kewibawaan dari imamat Melkisedek haruslah kekal, sedangkan
imamat dari Lewi adalah sementara. Karena ia
berargumentasi demikian, - orang-orang bagi siapa hukum Taurat memberikan persembahan persepuluhan
adalah orang-orang yang akan mati; oleh mana ditunjukkan bahwa imamatnya suatu
waktu akan dihapuskan, pada waktu kehidupan mereka sampai pada akhirnya: tetapi
Kitab Suci tidak menyebutkan kematian dari Melkisedek, pada waktu itu
menceritakan bahwa persembahan persepuluhan diberikan kepadanya; maka otoritas dari imamatnya tidak
dibatasi oleh waktu, tetapi sebaliknya di sana diberikan suatu petunjuk tentang
kekekalan. Dan ini ditambahkan untuk
tujuan ini, supaya jangan suatu hukum yang datang belakangan, seperti biasanya,
kelihatannya mengambil otoritas dari suatu hukum yang lebih dulu. Karena kalau
tidak demikian bisa dibantah dan dikatakan, bahwa hak yang dulu dimiliki oleh
Melkisedek sekarang adalah kosong dan tidak mengikat, karena Allah telah
memperkenalkan suatu hukum yang lain oleh Musa, dengan mana ia memindahkan hak
itu kepada orang-orang Lewi. Tetapi sang Rasul mengantisipasi keberatan ini dengan
mengatakan bahwa persembahan persepuluhan diberikan kepada orang-orang Lewi hanya untuk suatu waktu,
karena mereka tidak hidup (selamanya); tetapi bahwa Melkisedek, karena ia
kekal, mempertahankan bahkan sampai akhir apa yang pernah sekali diberikan
kepadanya oleh Allah.].
Apa yang Calvin katakan di atas sesuai dengan
apa yang ia katakan dalam tafsirannya tentang Bil 18:20.
Calvin (tentang Bil 18:20): “As to the present
passage, God requires tithes of the people for the maintenance of the tribe of
Levi. It is indeed certain that the custom had existed of old among the ancient
patriarchs before the Law, that they should vow or offer tithes to God, as
appears from the example of Abraham and Jacob. Moreover, the Apostle infers
that the priesthood of Melchisedec was superior to that of the Law, because,
when Abraham paid him tithes, he also received tithes of Levi himself. (Genesis
14:20; 28:22; Hebrews 7:11.) But there were two different and
special reasons for this payment of tithes, which God ordained by Moses. First,
because the land had been promised to the seed of Abraham, the Levites were the
legitimate inheritors of a twelfth part of it; but they were passed over, and
the posterity of Joseph divided into two tribes: unless, therefore, they had
been provided for in some other way, the distribution would have been unequal.
Again, forasmuch as they were employed in the sanctuary, their labor was worthy
of some remuneration, nor was it reasonable that they should be defrauded of
their subsistence, when they were set apart for the performance of the sacred
offices, and for the instruction of the people. Two reasons are consequently
laid down why God would have them receive tithes from the rest of the people,
viz., because they had no part in Israel, and because they were engaged in the
service of the tabernacle. ... ‘The priesthood being
changed, the right also is at the
same time transferred.’ (Hebrews 7:12.) The Apostle there contends,
that whatever the Law had conferred on the Levitical priests now belongs to
Christ alone, since their dignity and office received its end in Him.” [= Berkenaan
dengan text ini, Allah menuntut persembahan persepuluhan dari bangsa itu untuk
pemeliharaan suku Lewi. Memang pasti bahwa kebiasaan itu telah ada sejak jaman
dulu di antara bapa-bapa leluhur kuno sebelum hukum Taurat, sehingga mereka
menazarkan dan mempersembahkan persembahan persepuluhan kepada Allah, seperti
terlihat dari contoh / teladan Abraham dan Yakub. Lebih lagi / selanjutnya, sang
Rasul menyimpulkan / berpendapat bahwa keimaman Melkisedek lebih tinggi dari
pada keimaman dari hukum Taurat, karena pada waktu Abraham memberikan
persembahan persepuluhan kepadanya, ia juga menerima persembahan persepuluhan
dari Lewi sendiri. (Kej 14:20; 28:22; Ibr 7:11). Tetapi disana ada dua alasan
yang berbeda dan khusus untuk pembayaran persembahan persepuluhan ini, yang
Allah tentukan oleh Musa. Pertama, karena tanah /
negeri itu telah dijanjikan kepada keturunan Abraham, orang-orang Lewi adalah
pewaris-pewaris yang sah dari seperduabelas bagian darinya; tetapi mereka
dilewati, dan keturunan Yusuf dibagi menjadi dua suku: karena itu,
kecuali mereka telah dipelihara dengan cara lain, pembagian ini akan tidak
merata / sama. Lalu, karena mereka dipekerjakan di tempat kudus, jerih payah
mereka layak mendapat suatu pemberian upah / gaji, juga merupakan sesuatu yang
tak masuk akal bahwa mereka harus kehilangan hal-hal pokok dari kehidupan
mereka, pada waktu mereka dipisahkan untuk melaksanakan tugas-tugas keramat /
kudus, dan untuk pengajaran bangsa / umat itu. Sebagai
akibatnya, dua alasan diberikan mengapa Allah menghendaki mereka menerima
persembahan persepuluhan dari sisa bangsa itu, yaitu, karena mereka tidak
mendapat bagian di Israel, dan karena mereka terlibat dalam pelayanan dari
Kemah Suci. ‘Keimaman / imamatnya berubah,
haknya juga pada
saat yang sama dipindahkan.’ (Ibr 7:12).
Sang Rasul disana berargumentasi, bahwa apapun
yang hukum Taurat telah berikan kepada imam-imam Lewi sekarang menjadi milik dari
Kristus saja, karena kewibawaan dan jabatan mereka berakhir di dalam Dia.].
Sekarang kita lihat exposisi A. W. Pink tentang Ibr 7 berkenaan dengan
persembahan persepuluhan.
A. W. Pink: “There is one other
passage to be looked at, namely Hebrews 7:5 and 6: ‘And verily they that are of
the sons of Levi, who receive the office of the priesthood, have a commandment
to take tithes of the people according to the law, that is, of their brethren,
though they come out of the loins of Abraham: But he, whose descent is not
counted from them, received tithes of Abraham, and blessed him that had the
promises.’ (Notice the order: ‘received tithes of Abraham, and blessed him that
had the promises’). And without all contradiction the less is blessed of the
better.’ In the seventh chapter of Hebrews the Holy Spirit through the apostle
Paul is showing the superiority of Christ’s priesthood over the order of the
priesthood of the Levites, and one of the proofs of which He establishes the
transcendency of the Melchizedek order of the priesthood of Christ was that
Abraham, the father of the chosen people, acknowledged the greatness of
Melchizedek by rendering tithes to him. The reference in Hebrews 7 is to what
is recorded in Genesis 14, where we have two typical characters brought before
us - Melchizedek, a type of Christ in three ways: first, in his person,
combining the kingly and the priestly offices; second, a type of Christ in his
names, combining righteousness and peace, for ‘Melchizedek’ itself means
‘peace’; and third, a type of Christ in that he pronounced blessing on Abraham
and brought forth bread and wine, the memorials of his death. But not only was Melchizedek there a type of
Christ, but Abraham was also a typical character, a representative character,
seen there as the father of the faithful; and we find he acknowledged the
priesthood of Melchizedek by giving him a tenth of the spoils which the Lord
had enabled him to secure in vanquishing those kings, and as that is referred
to in Hebrews, where the priesthood of Christ and our blessings from our
relations to it and our obligation to it are set forth, the fact that Abraham
paid tithes to Melchizedek as mentioned there, indicates that as Abraham is the
father of the faithful, so he left an example for us, his children, to follow -
in rendering tithes unto Him of whom Melchizedek was the type. And the
beautiful thing in connection with the Scripture is that the last time the
tithe is mentioned in the Bible (here in Hebrews 7) it links the tithe directly
with Christ Himself. All intermediaries are removed. In the Old Testament the
tithes were brought to the priests, then carried into the storehouse, but in
the final reference in Scripture, the tithe is linked directly with Christ,
showing us that our obligations in the matter are concerned directly with the
great Head of the Church.” [= Di sana ada satu text yang lain untuk
dilihat, yaitu Ibr 7:5 dan 6: ‘Dan mereka dari anak-anak Lewi, yang menerima
jabatan imam, mendapat tugas, menurut hukum Taurat, untuk memungut persepuluhan
dari umat Israel, yaitu dari saudara-saudara mereka, sekalipun mereka ini juga
adalah keturunan Abraham. Tetapi Melkisedek, yang bukan keturunan mereka,
memungut persepuluhan dari Abraham dan memberkati dia, walaupun ia adalah
pemilik janji.’ (Perhatikan urut-urutannya: ‘menerima persembahan persepuluhan
dari Abraham, dan memberkati dia yang mempunyai janji-janji’). ‘Memang tidak dapat disangkal, bahwa yang lebih
rendah diberkati oleh yang lebih tinggi.’ Dalam pasal yang
ketujuh dari surat Ibrani, Roh Kudus melalui rasul Paulus sedang menunjukkan
kesuperioran dari imamat Kristus atas orde dari imamat Lewi, dan salah satu dari bukti-bukti tentang mana ia
meneguhkan keunggulan imamat Kristus dari orde Melkisedek adalah bahwa Abraham,
nenek moyang dari bangsa pilihan, mengakui kebesaran Melkisedek dengan
memberikan persembahan persepuluhan kepadanya. Referensi dalam Ibr 7 adalah apa yang
dicatat dalam Kej 14, dimana kita mempunyai 2 karakter yang bersifat sebagai
TYPE dibawa ke hadapan kita - Melkisedek, suatu TYPE dari Kristus dalam 3
cara: pertama,
dalam diri / pribadinya, menggabungkan jabatan raja dan imam; kedua,
suatu TYPE dari Kristus dalam nama-namanya, menggabungkan kebenaran dan damai,
karena ‘Melkisedek’ itu sendiri berarti
‘damai’; dan ketiga,
suatu TYPE dari Kristus dalam hal ia memberikan berkat kepada Abraham dan
membawa roti dan anggur, tanda peringatan dari kematianNya.
Tetapi bukan hanya Melkisedek yang
merupakan suatu TYPE dari Kristus di sana, tetapi Abraham juga adalah karakter
yang bersifat sebagai TYPE, suatu karakter yang mewakili, dilihat di sana
sebagai bapa orang-orang percaya; dan kita mendapati ia mengakui imamat dari
Melkisedek dengan memberinya sepersepuluh dari hasil rampasan yang Tuhan telah
mampukan untuk ia dapatkan dalam mengalahkan raja-raja itu, dan karena itu
ditunjuk dalam surat Ibrani, di mana imamat dari Kristus dan berkat-berkat kita
dari hubungan kita padanya dan kewajiban kita padanya diajukan / dinyatakan,
fakta bahwa Abraham memberi persembahan persepuluhan kepada Melkisedek
sebagaimana disebutkan di sana, menunjukkan bahwa karena Abraham adalah bapa
orang-orang percaya, maka ia meninggalkan suatu teladan bagi kita,
anak-anaknya, untuk diikuti - dalam memberikan persembahan persepuluhan kepada
Dia tentang siapa Melkisedek adalah TYPEnya. Dan hal yang indah berkenaan dengan Kitab Suci adalah bahwa kali
yang terakhir persembahan persepuluhan disebutkan dalam Alkitab (di sini dalam
Ibr 7) itu menghubungkan persembahan persepuluhan secara langsung dengan
Kristus sendiri. Semua pengantara disingkirkan. Dalam Perjanjian Lama
persembahan persepuluhan dibawa kepada imam-imam, lalu dibawa ke dalam rumah
penyimpanan / perbendaharaan, tetapi dalam referensi terakhir dalam Kitab Suci, persembahan persepuluhan
dihubungkan secara langsung dengan Kristus, menunjukkan kepada kita bahwa
kewajiban-kewajiban kita dalam persoalan itu berkenaan secara langsung dengan
Kepala yang Agung dari Gereja.]
- ‘Tithing’, hal 10-11 (AGES).
Catatan: ada kesalahan dalam kata-kata
A. W. Pink di atas ini. Nama ‘Melkisedek’ bukan berarti ‘damai’ tetapi ‘raja kebenaran’ (Ibr
7:2).
A. W. Pink: “Again, in proportion
as the priesthood of Christ is superior to the priesthood of Aaron, so are our
obligations to render tithes to Him. The Aaronic priesthood was recognized and
owned by Israel through their payment of the tithe to them. In the seventh
chapter of Hebrews the Holy Spirit has argued the superiority of the priesthood
of Christ, which is after the order of Melchizedek, on the fact, or on the basis
of the fact rather, that Melchizedek himself received tithes from Abraham. That
is the very argument the Holy Spirit uses there to establish the superiority of
the Mechizedek order of Christ’s priesthood. He appeals to the fact as recorded
in Genesis 14, that Melchizedek, who was the type of Christ, received tithes
from Abraham, and argues from that that inasmuch as Levi was in the loins of
Abraham, therefore the Melchizedek priesthood of Christ is greater than that of
Aaron because Abraham himself paid tithes to Melchizedek, who is a type of
Christ. Therefore, in proportion to the greater blessings and privileges that
we enjoy, we are under deeper obligations to God; and in proportion as Christ’s
priesthood is superior to that of the Levites, so is our obligation the greater
to render tithes unto the Lord today, than that under which His people lived in
Old Testament times.” [= Sebagai tambahan, karena dalam perbandingan imamat Kristus
lebih tinggi dari imamat Harun, demikianlah kewajiban-kewajiban kita untuk
memberikan persembahan persepuluhan kepada Dia. Imamat Harun diakui oleh Israel melalui pemberian persembahan
persepuluhan mereka kepada mereka. Dalam pasal yang ketujuh dari surat Ibrani Roh Kudus telah
berargumentasi tentang kesuperioran dari imamat Kristus, yang mengikuti orde
Melkisedek, pada fakta, atau berdasarkan fakta, bahwa Melkisedek sendiri
menerima persembahan persepuluhan dari Abraham. Itu adalah argumentasi yang Roh
Kudus gunakan di sana untuk meneguhkan kesuperioran dari orde Melkisedek dari
imamat Kristus. Ia menarik pada fakta yang dicatat dalam Kej 14, bahwa
Melkisedek, yang adalah TYPE dari Kristus, menerima persembahan persepuluhan
dari Abraham, dan berargumentasi dari sana bahwa karena Lewi ada dalam tubuh
dari Abraham, karena itu imamat Melkisedek dari Kristus lebih besar dari pada imamat Harun karena Abraham sendiri
memberi persembahan persepuluhan kepada Melkisedek, yang adalah TYPE dari
Kristus. Karena itu, sebanding dengan berkat-berkat dan hak-hak yang lebih
besar yang kita nikmati, kita ada di bawah kewajiban-kewajiban yang lebih dalam
kepada Allah; dan sebanding dengan imamat Kristus yang lebih tinggi dari imamat
Lewi, demikian juga kewajiban kita lebih besar untuk memberi persembahan
persepuluhan jaman sekarang ini, dari pada kewajiban di bawah mana umatNya
hidup dalam jaman Perjanjian Lama.]
- ‘Tithing’, hal 13 (AGES).
A.
W. Pink: “‘To whom also Abraham gave a tenth part of all’ (verse 2).
Melchizedek’s ‘blessing’ of Abraham was the exercise of his priesthood; Abraham’s
paying him tithes was the recognition of it. Abraham had just
obtained a most memorable victory over the kings of Canaan, and now in his
making an offering to Melchizedek, he acknowledged that it was God who had
given him the victory and owned that Melchizedek was His servant. Under the
Mosaic dispensation we find the Levitical priests were supported by the tithes
of the people: Numbers 18:24. In like manner, God’s servants today ought to be
so maintained: 1 Corinthians 9:9,10. Melchizedek’s receiving of Abraham’s tithe
was a sacerdotal act: it was given as to God, and received by His officer in this world. This comes out plainly in the apostle’s
reasoning thereon in the later verses.” [= ‘Kepada siapa juga Abraham memberi
sepersepuluh dari semuanya’ (ay 2). Berkat Melkisedek kepada Abraham
adalah pelaksanaan dari imamatnya; pemberian persembahan persepuluhan oleh
Abraham kepadanya adalah pengakuan tentang hal itu. Abraham baru memperoleh
suatu kemenangan yang paling mengesankan atas raja-raja Kanaan, dan sekarang dalam
pemberian persembahannya kepada Melkisedek, ia mengakui bahwa adalah Allah yang
telah memberinya kemenangan dan mengakui bahwa Melkisedek adalah pelayanNya. Di bawah jaman Musa kita
mendapati imam-imam Lewi disokong oleh persembahan persepuluhan dari bangsa itu: Bil 18:24. Dengan cara yang sama, pelayan-pelayan
Allah jaman sekarang harus dipelihara seperti itu: 1Kor 9:9,10. Penerimaan Melkisedek
terhadap persembahan persepuluhan Abraham merupakan suatu tindakan imamat: itu
diberikan seperti kepada Allah, dan diterima oleh pejabatNya dalam dunia ini.
Ini muncul / keluar dengan jelas dalam argumentasi sang rasul setelah itu dalam
ayat-ayat belakangan.] - ‘An Exposition of Hebrews’, hal 413 (AGES).
Catatan: Saya kira 1Kor 9:9-10
seharusnya lebih tepat diganti dengan 1Kor 9:13-14.
1Kor 9:9-14
- “(9) Sebab dalam hukum Musa ada tertulis: ‘Janganlah engkau
memberangus mulut lembu yang sedang mengirik!’ Lembukah yang Allah perhatikan?
(10) Atau kitakah yang Ia maksudkan? Ya, untuk kitalah hal ini ditulis, yaitu
pembajak harus membajak dalam pengharapan dan pengirik harus mengirik dalam
pengharapan untuk memperoleh bagiannya. (11) Jadi, jika kami telah menaburkan
benih rohani bagi kamu, berlebih-lebihankah, kalau kami menuai hasil duniawi
dari pada kamu? (12) Kalau orang lain mempunyai hak untuk mengharapkan hal itu
dari pada kamu, bukankah kami mempunyai hak yang lebih besar? Tetapi kami tidak
mempergunakan hak itu. Sebaliknya, kami menanggung segala sesuatu, supaya
jangan kami mengadakan rintangan bagi pemberitaan Injil Kristus. (13) Tidak tahukah kamu, bahwa mereka yang melayani dalam tempat kudus
mendapat penghidupannya dari tempat kudus itu dan bahwa mereka yang melayani
mezbah, mendapat bahagian mereka dari mezbah itu? (14) Demikian
pula Tuhan telah menetapkan, bahwa mereka yang
memberitakan Injil, harus hidup dari pemberitaan Injil itu.”.
A.
W. Pink: “At a very early date the Lord made it known that a definite
portion of the saints’ income should be devoted to Him who is the Giver of all.
There was a period of twenty-five centuries from Adam until the time that God
gave the law to Israel at Sinai, but it is a great mistake to suppose that His
people were, at that time, without a definite communication from Him upon their
several duties. A careful study of the book of Genesis reveals clear traces of
a primitive revelation, which seems to have centered about these things: the
offering of sacrifices to God, the observance of the Sabbath, and the giving of
tithes. While we cannot today place our finger upon any positive enactment or
command of God for any of those three things in those early days, nevertheless,
from what is recorded we are compelled to assume that such must have been given.” [= Pada saat yang sangat
awal Tuhan menyatakan bahwa suatu bagian tertentu dari penghasilan orang-orang
kudus harus dikhususkan bagi Dia yang adalah sang Pemberi dari semua. Di sana
ada periode dari 25 abad dari Adam sampai saat dimana Allah memberikan hukum
Taurat kepada Israel di Sinai, tetapi merupakan suatu kesalahan yang besar
untuk menganggap bahwa umatNya pada saat itu berada tanpa suatu pemberian pesan
tertentu dari Dia tentang beberapa kewajiban mereka. Suatu pembelajaran yang
teliti tentang kitab Kejadian menyatakan jejak-jejak yang jelas dari suatu
wahyu primitif, yang kelihatannya telah berpusat pada hal-hal ini: persembahan dari
korban-korban kepada Allah, perayaan / ketaatan tentang Sabat, dan pemberian
persembahan persepuluhan. Sekalipun kita pada jaman ini tidak bisa menunjuk dengan jari kita
pada undang-undang atau perintah yang positif dari Allah untuk yang manapun
dari tiga hal itu pada jaman awal, tetapi dari apa yang dicatat kita dipaksa
untuk menganggap bahwa hal-hal seperti itu pasti telah diberikan.] - ‘An Exposition of Hebrews’,
Vol 1, hal 423-424 (AGES).
Memang tentang memberi korban kepada Allah,
itu sudah ada pada jaman Kain dan Habel, padahal belum pernah ada perintahnya.
Dari mana mereka tahu itu harus diberikan?
Larangan bekerja pada hari Sabat sudah ada
dalam Kel 16, sebelum hukum tentang hari Sabat diberikan dalam Kel 20:8-11.
Tetapi untuk larangan dalam Kel 16 itu ada firman Tuhan yang jelas.
Dan memberikan persembahan persepuluhan
dilakukan oleh Abraham (Kej 14:20) dan Yakub (Kej 28:22), sebelum
pertama-kalinya hukum tentang persembahan persepuluhan diberikan (Im 27:30).
A.
W. Pink: “No one can point to a ‘thus saith the Lord’ requiring Noah to
offer a sacrifice to Him, nor can we assign chapter and verse giving a command
for the saints to tithe ere the law was given; yet is it (it is?) impossible to
account for either without presupposing a revelation of God’s mind on those
points. The fact that Abraham did give a tithe or tenth to
Melchizedek, intimates that he acted in accordance with God’s will. So too the
words of Jacob in Genesis 28:22 suggests the same thing. This principle of
recognizing God’s ownership and owning His goodness, was later incorporated
into the Mosaic law: Leviticus 27:30. Finally, it is taken note of here in
Hebrews 7, and in the humble judgment of the writer the passage which is before
us presents an argument which admits of no refutation. Abraham paid tithes to
Melchizedek, and Abraham is the father of all that believe (Romans 4; Galatians
3). He is the pattern man of faith. He is the outstanding exemplar of the
stranger and pilgrim on earth whose Home is in Heaven. Melchizedek is the type
of Christ. If then Abraham gave the tithe to Melchizedek, most assuredly every
Christian should give tithes to Christ, our great High Priest.” [= Tak seorangpun bisa
menunjuk pada kata-kata ‘demikianlah firman Tuhan’ yang menuntut Nuh untuk
mempersembahkan suatu korban bagiNya, juga kita tidak bisa menyebutkan pasal
dan ayat yang memberikan suatu perintah untuk orang-orang kudus untuk
memberikan persembahan persepuluhan sebelum hukum Taurat diberikan; tetapi
adalah mustahil untuk menerangkan yang manapun dari keduanya tanpa mensyaratkan
suatu wahyu dari pikiran Allah tentang hal-hal itu. Fakta bahwa Abraham memang
memberikan suatu persembahan persepuluhan atau sepersepuluh kepada Melkisedek,
menunjukkan secara implicit bahwa ia bertindak sesuai dengan kehendak Allah.
Demikian juga kata-kata Yakub dalam Kej 28:22 menyatakan secara tak langsung
hal yang sama. Prinsip untuk mengakui kepemilikan Allah dan pengakuan akan
kebaikanNya, belakangan dimasukkan ke dalam Hukum Musa: Im 27:30. Akhirnya, itu
dicatat di sini dalam Ibr 7, dan dalam penilaian yang rendah hati dari penulis,
text yang ada di depan kita memberikan suatu argumentasi yang tidak bisa
dibantah. Abraham memberi persembahan persepuluhan kepada Melkisedek, dan
Abraham adalah bapa dari semua orang yang percaya (Ro 4; Gal 3). Ia adalah pola
dari orang percaya. Ia adalah model ideal yang sangat bagus tentang orang-orang
asing dan pengembara di bumi yang Rumahnya ada di Surga. Melkisedek adalah TYPE
dari Kristus. Maka jika Abraham memberikan persembahan persepuluhan kepada
Melkisedek, sudah pasti orang Kristen harus memberi persembahan persepuluhan
kepada Kristus, Imam Besar Agung kita.]
- ‘An Exposition of Hebrews’, Vol 1, hal 424 (AGES).
Nuh
juga tak pernah mendapat perintah untuk mempersembahkan korban kepada Tuhan.
Dari mana ia tahu-tahu bisa mempersembahkan korban? Tidak bisa tidak, itu pasti
diberitahukan kepadanya oleh Tuhan, sekalipun hal itu tidak ditulis dalam
Alkitab.
Juga
satu hal lagi berkenaan dengan korban yang diberikan oleh Nuh. Dari mana ia
tahu mana binatang yang haram dan yang tidak haram? Itu tak pernah
diberitahukan kepadanya, dan baru muncul dalam hukum Taurat (Im 11). Tidak bisa
tidak, kita harus menyimpulkan bahwa itu diberitahukan kepadanya oleh Tuhan,
sekalipun hal itu tidak diceritakan dalam Alkitab.
Kej
7:2,8-9 - “(2) Dari segala binatang yang tidak
haram haruslah kauambil tujuh pasang, jantan dan betinanya, tetapi dari
binatang yang haram satu pasang, jantan
dan betinanya; ... (8) Dari binatang yang tidak
haram dan yang haram, dari burung-burung dan dari segala yang merayap di muka bumi,
(9) datanglah sepasang mendapatkan Nuh ke dalam bahtera itu, jantan dan betina,
seperti yang diperintahkan Allah kepada Nuh.”.
Kej
8:20 - “Lalu Nuh mendirikan mezbah bagi TUHAN; dari segala binatang yang tidak haram dan dari segala burung yang tidak haram diambilnyalah beberapa ekor, lalu ia mempersembahkan korban
bakaran di atas mezbah itu.”.
-bersambung-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar