Pemahaman Alkitab
G. K. R. I. ‘GOLGOTA’
(Rungkut Megah
Raya, blok D no 16)
Rabu, tgl 26 Agustus 2015, pk 19.00
Pdt. Budi Asali, M. Div.
PRO KONTRA TENTANG
PERSEMBAHAN PERSEPULUHAN (10b)
b) Supaya mereka diberkati / tetap diberkati.
Sebetulnya merupakan sesuatu yang
salah kalau kita memberi persembahan persepuluhan SUPAYA KITA DIBERKATI. Yang
benar adalah, kalau kita memberi, dengan kasih / tanpa pamrih apapun, maka
Tuhan memang akan memberkati kita.
Ul 14:28-29
- “(28) Pada akhir tiga tahun engkau harus
mengeluarkan segala persembahan persepuluhan dari hasil tanahmu dalam tahun itu
dan menaruhnya di dalam kotamu; (29) maka orang Lewi, karena ia tidak mendapat bagian
milik pusaka bersama-sama engkau, dan orang asing, anak yatim dan janda yang di
dalam tempatmu, akan datang makan dan menjadi kenyang, supaya TUHAN, Allahmu, memberkati engkau di dalam segala
usaha yang dikerjakan tanganmu.’”.
Mal
3:8-11 - “(8) Bolehkah manusia menipu Allah? Namun
kamu menipu Aku. Tetapi kamu berkata: ‘Dengan cara bagaimanakah kami menipu Engkau?’
Mengenai persembahan persepuluhan dan persembahan khusus! (9) Kamu telah kena
kutuk, tetapi kamu masih menipu Aku, ya kamu seluruh bangsa! (10) Bawalah
seluruh persembahan persepuluhan itu ke dalam rumah perbendaharaan, supaya ada
persediaan makanan di rumahKu dan ujilah Aku, firman TUHAN semesta alam, apakah
Aku tidak membukakan bagimu tingkap-tingkap langit dan mencurahkan berkat
kepadamu sampai berkelimpahan. (11) Aku akan menghardik bagimu belalang
pelahap, supaya jangan dihabisinya hasil tanahmu dan supaya jangan pohon anggur
di padang tidak
berbuah bagimu, firman TUHAN semesta alam. (12) Maka segala
bangsa akan menyebut kamu berbahagia, sebab kamu ini akan menjadi negeri
kesukaan, firman TUHAN semesta alam.”.
Sebetulnya
bukan hanya dalam persembahan persepuluhan, tetapi dalam persembahan apapun,
baik kepada Tuhan ataupun kepada manusia / hamba Tuhan, itu mendatangkan
berkat.
1Raja
17:10-16 - “(10) Sesudah itu ia bersiap, lalu pergi
ke Sarfat. Setelah ia sampai ke pintu gerbang kota itu, tampaklah di sana seorang janda sedang
mengumpulkan kayu api. Ia berseru kepada perempuan itu, katanya: ‘Cobalah ambil
bagiku sedikit air dalam kendi, supaya aku minum.’ (11) Ketika perempuan itu
pergi mengambilnya, ia berseru lagi: ‘Cobalah ambil juga bagiku sepotong roti.’
(12) Perempuan itu menjawab: ‘Demi TUHAN, Allahmu, yang hidup, sesungguhnya
tidak ada roti padaku sedikitpun, kecuali segenggam tepung dalam tempayan dan
sedikit minyak dalam buli-buli. Dan sekarang aku sedang mengumpulkan dua tiga
potong kayu api, kemudian aku mau pulang dan mengolahnya bagiku dan bagi
anakku, dan setelah kami memakannya, maka kami akan mati.’ (13) Tetapi Elia
berkata kepadanya: ‘Janganlah takut, pulanglah, buatlah seperti yang
kaukatakan, tetapi buatlah lebih dahulu bagiku sepotong roti bundar kecil dari
padanya, dan bawalah kepadaku, kemudian barulah kaubuat bagimu dan bagi anakmu.
(14) Sebab beginilah firman TUHAN, Allah Israel:
Tepung dalam tempayan itu tidak akan habis dan minyak dalam buli-buli itupun
tidak akan berkurang sampai pada waktu TUHAN memberi hujan ke atas muka bumi.’
(15) Lalu pergilah perempuan itu dan berbuat seperti yang dikatakan Elia; maka
perempuan itu dan dia serta anak perempuan itu mendapat makan beberapa waktu
lamanya. (16) Tepung dalam tempayan itu tidak habis dan
minyak dalam buli-buli itu tidak berkurang seperti firman TUHAN yang
diucapkanNya dengan perantaraan Elia.”.
Amsal
3:9-10 - “(9) Muliakanlah TUHAN dengan hartamu dan
dengan hasil pertama dari segala penghasilanmu, (10) maka
lumbung-lumbungmu akan diisi penuh sampai melimpah-limpah, dan bejana
pemerahanmu akan meluap dengan air buah anggurnya.”.
Amsal 19:17 - “Siapa menaruh belas kasihan kepada orang yang
lemah, memiutangi TUHAN, yang akan membalas
perbuatannya itu.”.
Yeh
44:30 - “Dan yang terbaik dari buah sulung apapun dan segala
persembahan khusus dari apapun, dari segala persembahan khususmu adalah bagian
imam-imam; juga yang terbaik dari tepung jelaimu harus kamu berikan kepada imam
supaya rumah-rumahmu mendapat berkat.”.
Hag 1:2-11 - “(2) ‘Beginilah firman TUHAN semesta alam: Bangsa ini berkata:
Sekarang belum tiba waktunya untuk membangun kembali rumah TUHAN!’ (3) Maka
datanglah firman TUHAN dengan perantaraan nabi Hagai, bunyinya: (4) ‘Apakah
sudah tiba waktunya bagi kamu untuk mendiami rumah-rumahmu yang dipapani dengan
baik, sedang Rumah ini tetap menjadi reruntuhan? (5) Oleh sebab itu, beginilah
firman TUHAN semesta alam: Perhatikanlah
keadaanmu! (6) Kamu menabur banyak, tetapi membawa pulang hasil sedikit; kamu
makan, tetapi tidak sampai kenyang; kamu minum, tetapi tidak sampai puas; kamu
berpakaian, tetapi badanmu tidak sampai panas; dan orang yang bekerja untuk
upah, ia bekerja untuk upah yang ditaruh dalam pundi-pundi yang berlobang! (7) Beginilah firman TUHAN semesta alam: Perhatikanlah
keadaanmu! (8) Jadi naiklah ke gunung, bawalah kayu dan bangunlah Rumah itu;
maka Aku akan berkenan kepadanya dan akan menyatakan kemuliaanKu di situ,
firman TUHAN. (9) Kamu mengharapkan banyak,
tetapi hasilnya sedikit, dan ketika kamu membawanya ke rumah, Aku
menghembuskannya. Oleh karena apa?
demikianlah firman TUHAN semesta alam. Oleh karena rumahKu yang tetap menjadi
reruntuhan, sedang kamu masing-masing sibuk dengan urusan rumahnya sendiri.
(10) Itulah sebabnya langit menahan embunnya dan bumi menahan hasilnya,
(11) dan Aku memanggil kekeringan datang ke atas negeri, ke atas gunung-gunung,
ke atas gandum, ke atas anggur, ke atas minyak, ke atas segala yang dihasilkan
tanah, ke atas manusia dan hewan dan ke atas segala hasil usaha.’”.
Hag 2:16-20 - “(16) ‘Maka sekarang, perhatikanlah mulai dari hari ini dan
selanjutnya! Sebelum ditaruh orang batu demi batu untuk pembangunan bait TUHAN,
(17) bagaimana keadaanmu? Ketika orang pergi melihat suatu timbunan
gandum yang seharusnya sebanyak dua puluh gantang, hanya ada sepuluh; dan
ketika orang pergi ke tempat pemerasan anggur untuk mencedok lima puluh takar,
hanya ada dua puluh. (18) Aku telah memukul kamu dengan hama
dan penyakit gandum dan segala yang dibuat tanganmu dengan hujan batu; namun kamu tidak berbalik kepadaKu, demikianlah firman TUHAN.
(19) Perhatikanlah mulai dari hari ini dan selanjutnya - mulai dari hari
yang kedua puluh empat bulan kesembilan. Mulai dari hari diletakkannya dasar
bait TUHAN perhatikanlah (20) apakah benih masih tinggal tersimpan dalam
lumbung, dan apakah pohon anggur dan pohon ara, pohon delima dan pohon zaitun
belum berbuah? Mulai dari hari ini Aku akan memberi berkat!’”.
Mat 10:42
- “Dan
barangsiapa memberi air sejuk secangkir sajapun kepada salah seorang yang kecil
ini, karena ia muridKu, Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya
ia tidak akan kehilangan upahnya dari padanya.’”.
2Kor
9:6 - “Camkanlah ini: Orang yang menabur sedikit, akan
menuai sedikit juga, dan orang yang menabur banyak, akan menuai banyak juga.”.
Berkat dari
Tuhan karena kita memberi ini, berlaku baik dalam Perjanjian Lama maupun dalam
Perjanjian Baru. Tetapi juga perlu diingat bahwa jaman
Perjanjian Lama ada bedanya dengan jaman Perjanjian Baru. Jadi, kalau dalam
Perjanjian Lama balasan Tuhan itu berupa berkat jasmani berkelimpahan, maka
‘balasan Tuhan’ dalam Perjanjian Baru bisa berupa berkat rohani (sekalipun juga
bisa berupa berkat jasmani, tetapi tak harus berkelimpahan, dan tidak harus
menjadikan kita kaya). Orang-orang dalam gereja abad pertama yang
mempersembahkan harta, rumah / tanah, tidak dikatakan menjadi kaya.
Catatan:
saya sudah membahas tentang hal ini secara panjang lebar dalam point I, 6).
Kis 2:45 - “dan selalu ada dari mereka yang menjual harta
miliknya, lalu membagi-bagikannya kepada semua orang sesuai dengan keperluan
masing-masing.”.
Kis 4:32-37 - “(32)
Adapun kumpulan orang yang telah percaya itu, mereka sehati dan sejiwa, dan
tidak seorangpun yang berkata, bahwa sesuatu dari kepunyaannya adalah miliknya
sendiri, tetapi segala sesuatu adalah kepunyaan
mereka bersama. (33) Dan dengan kuasa yang besar
rasul-rasul memberi kesaksian tentang kebangkitan Tuhan Yesus dan mereka semua
hidup dalam kasih karunia yang melimpah-limpah. (34) Sebab tidak ada seorangpun
yang berkekurangan di antara mereka; karena semua orang yang mempunyai tanah
atau rumah, menjual kepunyaannya itu, dan hasil penjualan itu mereka bawa (35)
dan mereka letakkan di depan kaki rasul-rasul; lalu dibagi-bagikan kepada
setiap orang sesuai dengan keperluannya. (36) Demikian pula dengan Yusuf, yang
oleh rasul-rasul disebut Barnabas, artinya anak penghiburan, seorang Lewi dari
Siprus. (37) Ia menjual ladang, miliknya, lalu
membawa uangnya itu dan meletakkannya di depan kaki rasul-rasul.”.
2Kor 8:1-9 - “(1)
Saudara-saudara, kami hendak memberitahukan kepada kamu tentang kasih karunia
yang dianugerahkan kepada jemaat-jemaat di Makedonia. (2) Selagi dicobai dengan
berat dalam pelbagai penderitaan, sukacita mereka meluap dan meskipun mereka
sangat miskin, namun mereka
kaya dalam kemurahan. (3) Aku bersaksi, bahwa mereka telah
memberikan menurut kemampuan mereka, bahkan melampaui kemampuan mereka. (4) Dengan kerelaan sendiri mereka meminta
dan mendesak kepada kami, supaya mereka juga beroleh kasih karunia untuk
mengambil bagian dalam pelayanan kepada orang-orang kudus. (5) Mereka
memberikan lebih banyak dari pada yang kami harapkan. Mereka memberikan diri
mereka, pertama-tama kepada Allah, kemudian oleh karena kehendak Allah juga
kepada kami. (6) Sebab itu kami mendesak kepada Titus, supaya ia mengunjungi
kamu dan menyelesaikan pelayanan kasih itu sebagaimana ia telah memulainya. (7)
Maka sekarang, sama seperti kamu kaya dalam segala sesuatu, - dalam
iman, dalam perkataan, dalam pengetahuan, dalam kesungguhan untuk membantu, dan
dalam kasihmu terhadap kami - demikianlah juga hendaknya kamu kaya dalam
pelayanan kasih ini. (8) Aku mengatakan hal itu bukan
sebagai perintah, melainkan, dengan menunjukkan usaha orang-orang lain untuk
membantu, aku mau menguji keikhlasan kasih kamu. (9) Karena kamu telah mengenal
kasih karunia Tuhan kita Yesus Kristus, bahwa Ia, yang oleh karena kamu menjadi
miskin, sekalipun Ia kaya, supaya kamu menjadi kaya oleh karena kemiskinanNya.”.
Memang ay 9nya sering
digunakan sebagai dasar dari Theologia Kemakmuran, tetapi itu jelas ngawur,
karena kontext (ay 2,7) jelas menunjukkan mereka sangat miskin secara jasmani, tetapi kaya SECARA
ROHANI.
Bisa juga
berkat Tuhan itu baru kita dapatkan di surga nanti.
Mat 25:34-40 - “(34) Dan Raja itu akan berkata kepada mereka
yang di sebelah kananNya: Mari, hai kamu yang diberkati oleh BapaKu, terimalah
Kerajaan yang telah disediakan bagimu sejak dunia dijadikan.
(35) Sebab ketika Aku lapar, kamu memberi Aku
makan; ketika Aku haus, kamu memberi Aku minum; ketika Aku seorang asing, kamu
memberi Aku tumpangan; (36) ketika Aku telanjang, kamu memberi Aku pakaian;
ketika Aku sakit, kamu melawat Aku; ketika Aku di dalam penjara, kamu
mengunjungi Aku. (37) Maka orang-orang benar itu akan
menjawab Dia, katanya: Tuhan, bilamanakah kami melihat Engkau lapar dan kami
memberi Engkau makan, atau haus dan kami memberi Engkau minum? (38) Bilamanakah
kami melihat Engkau sebagai orang asing, dan kami memberi Engkau tumpangan,
atau telanjang dan kami memberi Engkau pakaian? (39) Bilamanakah kami melihat
Engkau sakit atau dalam penjara dan kami mengunjungi Engkau? (40) Dan Raja itu
akan menjawab mereka: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya
segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudaraKu yang paling
hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku.”.
The Bible Exposition Commentary (tentang Ul
12:6-7): “Moses
frequently reminded the people to support the Levites by faithfully bringing
tithes and offerings to the sanctuary (12:12,18-19; 14:27,29; 16:11,14). God
promised to bless His people abundantly if they would faithfully bring their
tithes and offerings to His sanctuary (Mal 3:6-12; see 1 Kings 7:51 and Neh
13:12)” [= Musa sering mengingatkan bangsa itu untuk
menyokong orang-orang Lewi dengan secara setia membawa persembahan persepuluhan
dan persembahan ke tempat kudus (12:12,18-19; 14:27,29; 16:11,14). Allah berjanji untuk memberkati bangsaNya secara
berlimpah-limpah jika mereka dengan setia membawa persembahan persepuluhan dan
persembahan mereka ke Tempat KudusNya (Mal 3:6-12; lihat 1Raja 7:51 and Neh
13:12).].
Keil & Delitzsch (tentang Ul 14): “As an encouragement to carry out these
instructions, Moses closes in v. 29 with an allusion to the divine blessing
which would follow their observance.”
[= Sebagai suatu dorongan / penguatan hati untuk melaksanakan
instruksi-instruksi ini Musa menutup dalam ay 29
dengan suatu referensi pada berkat ilahi yang akan mengikuti ketaatan mereka.].
c) Supaya mereka belajar takut akan Tuhan.
Ul 14:22-23 - “(22) ‘Haruslah engkau benar-benar mempersembahkan sepersepuluh
dari seluruh hasil benih yang tumbuh di ladangmu, tahun demi tahun. (23) Di
hadapan TUHAN, Allahmu, di tempat yang akan dipilihNya untuk membuat namaNya
diam di sana, haruslah engkau memakan persembahan persepuluhan dari gandummu,
dari anggurmu dan minyakmu, ataupun dari anak-anak sulung lembu sapimu dan
kambing dombamu, supaya
engkau belajar untuk selalu takut akan TUHAN, Allahmu.”.
KJV/RSV/NASB: ‘fear’ [=
takut].
NIV: ‘revere’ [= hormat].
Tentang rasa takut / hormat ini
ada beberapa penafsiran.
Matthew Henry
(tentang Ul 14:22-23): “They are here charged
to separate it, and set it apart for God: ‘Thou shalt truly tithe all the
increase of they seed,’ v. 22. The Levites took care of their own, but the
separating of this was left to the owners themselves, the law encouraging them
to be honest by reposing a confidence in them, and so trying their fear of God.
They
are commanded to tithe truly, that is, to be sure to do it, and to do it
faithfully and carefully, that God’s part might not be diminished either with
design or by oversight. Note, We must be sure to give God his full dues out of
our estates; for, being but stewards of them, it is required that we be
faithful, as those that must give account. The end of this law we have (v. 23): ‘That thou mayest learn to
fear the Lord thy God always;’ it was to keep them right and firm
to their religion, (1.) By acquainting them with the sanctuary, the holy
things, and the solemn services that were there performed. What they read the
appointment of their Bibles, it would do them good to see the observance of in
the tabernacle; it would make a deeper impression upon them, which would keep
them out of the snares of the idolatrous customs.” [= Mereka
di sini diperintahkan untuk memisahkannya, dan memisahkannya untuk Allah: ‘Haruslah engkau benar-benar mempersembahkan sepersepuluh dari
seluruh hasil benih yang tumbuh di ladangmu,’ ay 22. Orang-orang Lewi mengurus milik mereka sendiri, tetapi pemisahan
yang ini dibiarkan pada pemiliknya sendiri, hukum Taurat mendorong mereka untuk
jujur dengan menempatkan suatu keyakinan dalam diri mereka, dan dengan demikian
menguji rasa takut mereka kepada Allah. Mereka
diperintahkan untuk memberi persembahan persepuluhan ‘dengan benar-benar’,
artinya, memastikan untuk melakukannya, dan melakukannya dengan setia dan
dengan teliti, supaya bagian Allah tidak dikurangi baik dengan direncanakan
ataupun karena kelalaian. Perhatikan, Kita harus memastikan untuk memberikan
kepada Allah hakNya sepenuhnya dari tanah kita; karena, kita hanyalah
pengurus-pengurus dari mereka, dan dituntut bahwa kita setia, seperti mereka
yang harus memberi pertanggungjawaban. Tujuan dari hukum ini kita punyai / peroleh (ay 23): ‘Supaya engkau belajar untuk selalu takut akan TUHAN, Allahmu’; itu
adalah untuk menjaga mereka benar dan teguh terhadap agama mereka, (1.) dengan mengakrabkan mereka dengan tempat kudus, hal-hal
kudus, dan ibadah-ibadah / pelayanan-pelayanan yang khidmat yang dilakukan di sana. Apa yang mereka baca
tentang penetapan-penetapan dari Alkitab mereka, akan baik bagi mereka untuk
melihat prakteknya dalam Kemah Suci; itu akan membuat kesan yang lebih dalam
kepada mereka, yang akan menjaga mereka dari jerat dari kebiasaan penyembahan
berhala.].
The Bible Exposition Commentary (tentang Ul
14:23): “The people of Israel were to
be generous with tithes and offerings because the Lord had been generous with
them. Each time they brought their tithes and gifts to the sanctuary and
enjoyed a thanksgiving feast, it would teach them to fear the Lord (Deut 14:23),
because if the Lord hadn’t blessed them, they would have nothing to eat and
nothing to give. As David said, everything we give to God first comes from His
hand and it all belongs to Him (1 Chron 29:16). When we cease to fear God and
fail to appreciate His bountiful provision, we become proud and start to take
His blessings for granted. Then the Lord has to discipline us to remind us that
He is the Giver of every gift.” [= Bangsa Israel harus murah hati
dengan persembahan persepuluhan dan persembahan-persembahan karena Tuhan telah
bermurah hati kepada mereka. Setiap kali mereka
membawa persembahan persepuluhan dan pemberian mereka ke tempat kudus dan
menikmati suatu pesta syukur, itu akan mengajar mereka untuk takut kepada Tuhan
(Ul 14:23), karena seandainya Tuhan tidak memberkati mereka, mereka tidak akan
mempunyai apa-apa untuk dimakan dan diberikan. Seperti Daud katakan,
segala sesuatu yang kita berikan kepada Allah mula-mula datang dari tanganNya
dan itu semua adalah milikNya (1Taw 29:16). Pada
waktu kita berhenti untuk takut kepada Allah dan gagal untuk menghargai
penyediaanNya yang berlimpah-limpah, kita menjadi sombong dan mulai menganggap
berkat-berkatNya sudah selayaknya kita terima. Maka Tuhan harus
mendisiplin kita untuk mengingatkan kita bahwa Ia adalah sang Pemberi dari
setiap pemberian.].
1Taw 29:16 - “Ya TUHAN, Allah kami, segala
kelimpahan bahan-bahan yang kami sediakan ini untuk mendirikan bagiMu rumah
bagi namaMu yang kudus adalah dari tanganMu sendiri
dan punyaMulah segala-galanya.”.
Pulpit
Commentary (tentang Ul 14:22-29): “A tithing of each year’s produce
of the cultivated ground was to be made; and this tithe was to be brought to
the place which the Lord should choose, as also the firstling of the herds and
flocks; and there a sacrificial meal was to be partaken of, that Israel might
learn to fear Jehovah their God always, reverencing him as their Ruler, and
rejoicing in him as the Giver of all good.” [=
Suatu persembahan persepuluhan dari hasil tahunan dari tanah yang diusahakan
harus dibuat; dan persembahan persepuluhan ini harus dibawa ke tempat yang akan
Tuhan pilih, seperti juga yang sulung / pertama dari ternak dan kawanan; dan di
sana mereka harus ikut ambil bagian dalam makanan yang bersifat pengorbanan, supaya Israel bisa belajar untuk selalu takut kepada Yehovah
Allah mereka, menghormati Dia sebagai Penguasa / Pemerintah mereka, dan
bersukacita dalam Dia sebagai sang Pemberi dari semua yang baik.].
Keil &
Delitzsch (tentang Ul 14:23): “The sacrificial meals were to be held before the
Lord, in the place where He caused His name to dwell (see
at Deut 12:5), that Israel might learn to fear Jehovah its God always; not,
however, as Schultz supposes, that by the confession of its dependence upon Him
it might accustom itself more and more to the feeling of dependence. For
the fear of the Lord is not merely a feeling of dependence upon Him, but also
includes the notion of divine blessedness, which is the predominant idea here,
as the sacrificial meals were to furnish the occasion and object of the
rejoicing before the Lord. The true meaning therefore is, that Israel
might rejoice with holy reverence in the fellowship of its God.” [= Makanan korban harus dilakukan
di hadapan Tuhan, di tempat dimana Ia menyebabkan namaNya untuk tinggal (lihat
Ul 12:5), supaya Israel bisa belajar untuk selalu takut kepada Yehovah Allah
mereka; tetapi bukan seperti yang diduga oleh
Schultz, bahwa oleh pengakuan tentang ketergantungannya kepada Dia Israel bisa
makin membiasakan diri mereka sendiri pada perasaan ketergantungan. Karena rasa takut kepada Tuhan bukanlah semata-mata suatu
perasaan tergantung kepadaNya, tetapi juga mencakup pikiran / gagasan tentang
keberkatan ilahi, yang merupakan gagasan yang utama di sini, karena makanan
korban harus menyediakan peristiwa dan obyek tentang bersukacita di hadapan
Tuhan. Karena itu, arti yang benar adalah, bahwa Israel bisa bersukacita dengan rasa
hormat yang kudus dalam persekutuan dari Allah mereka.].
Catatan:
saya tidak terlalu mengerti kata-kata bagian akhir dari Keil & Delitzsch
ini, karena rasanya tidak ada bedanya antara pandangan Schultz ini
(ketergantungan kepada Allah) dan pandangan Keil & Delitzsch sendiri (bukan
hanya ketergantungan tetapi juga pikiran tentang berkat ilahi). Dan lalu
tahu-tahu pada bagian terakhir Keil & Delitzsch bisa menyimpang dan
berbicara tentang bersukacita di hadapan Tuhan dan persekutuan dengan Tuhan.
Peter C. Craigie
(tentang Ul 14:22-27): “By returning a tithe to God regularly, the people would
learn to fear the Lord (v. 23) and know that their prosperity did not depend on
irrigation or advanced agricultural techniques, but on the beneficence and
provision of their God.” [= Dengan mengembalikan suatu persembahan
persepuluhan kepada Allah secara teratur, bangsa itu
akan belajar untuk takut kepada Tuhan (ay 23) dan tahu bahwa kemakmuran mereka
tidak tergantung pada irigasi / pengairan atau tehnik-tehnik pertanian yang
maju, tetapi pada kemurahan hati dan persediaan dari Allah mereka.] - ‘The Book of
Deuteronomy’ (Libronix).
Kalau dalam Perjanjian Lama
persembahan persepuluhan harus diberikan supaya bangsa Israel belajar untuk takut kepada
Tuhan, apakah persembahan persepuluhan harus dihapuskan dalam Perjanjian Baru?
Mustahil, karena dalam Perjanjian Barupun kita harus belajar untuk takut kepada
Tuhan!
d) Melatih diri kita dalam memberi, bersikap
dermawan dan sebagainya.
The Biblical Illustrator (tentang Neh 10:37): “God carries on His cause in the
world by the aid of His people. He is constantly calling on us to give, now to
this cause and now to that. Why so? Surely He to whom the silver and gold
belong has no need of us to help forward His work. He could, if He would, do it
much more efficiently without us. But He is striving to educate us into
resemblance to Christ and meetness for heaven. If a father could place his
child where he would be habitually giving, giving, in the expression of a
benevolent sympathy and helpfulness, he would be putting him under the most
efficient of all means for the development in him of a truly Christian, or
Christlike, spirit. ... We need, then, to cultivate the habit of giving as much
as the habit of praying.” [= Allah
melanjutkan perkaraNya di dunia oleh bantuan umatNya. Ia secara terus menerus
memanggil kita untuk memberi, kadang-kadang pada perkara ini dan kadang-kadang
pada perkara itu. Mengapa demikian? Pastilah
Ia yang empunya perak dan emas
tidak membutuhkan kita untuk menolong memajukan pekerjaanNya. Ia bisa, jika Ia
mau, melakukan itu dengan jauh lebih efektif tanpa kita. Tetapi Ia sedang berusaha untuk mendidik kita ke dalam kemiripan
dengan Kristus dan kesesuaian untuk surga. Jika seorang bapa bisa menempatkan
anaknya dimana ia akan terbiasa memberi, memberi, dalam ungkapan dari suatu
simpati yang penuh kebaikan dan bersifat menolong, ia akan meletakkan dia di
bawah cara yang paling efektif untuk perkembangan di dalam dia dari suatu roh /
kecondongan yang sungguh-sungguh Kristen, atau menyerupai Kristus.
... Maka, kita perlu untuk mengusahakan / melatih kebiasaan memberi sama banyaknya
seperti kebiasaan berdoa.].
Matthew Henry (tentang Ul 14:22-29): “A
second portion from the produce of their land was required. The whole
appointment evidently was against the covetousness, distrust, and selfishness
of the human heart. It promoted friendliness, liberality, and cheerfulness, and
raised a fund for the relief of the poor. They were taught that their worldly
portion was most comfortably enjoyed, when shared with their brethren who were
in want. If we thus serve God, and do good with what we have, it is promised
that the Lord our God will bless us in all the works of our land (hand?). The blessing of God is all to our
outward prosperity; and without that blessing, the work of our hands will bring
nothing to pass. The blessing descends upon the working hand. Expect not that
God should bless thee in thy idleness and love of ease. And it descends upon
the giving hand. He who thus scatters, certainly increases; and to be free and
generous in the support of religion, and any good work, is the surest and
safest way of thriving.” [= Suatu bagian
yang kedua dari hasil dari tanah mereka dituntut. Seluruh
penetapan jelas adalah untuk menentang ketamakan, ketidak-percayaan, dan
keegoisan dari hati manusia. Itu memajukan keramahan, kedermawanan, dan sikap
sukacita, dan menggalang suatu dana untuk menolong orang miskin. Mereka diajar
bahwa bagian duniawi mereka dinikmati secara paling menyenangkan, pada waktu
dibagikan dengan saudara-saudara mereka yang ada dalam kebutuhan.
Jika kita melayani Allah seperti itu, dan melakukan yang baik dengan apa yang
kita miliki, dijanjikan bahwa Tuhan Allah kita akan memberkati kita dalam semua
pekerjaan dari tanah (tangan?) kita. Berkat
Allah adalah segalanya bagi kemakmuran / keberhasilan lahiriah kita; dan tanpa
berkat itu, pekerjaan dari tangan kita tidak akan menghasilkan apapun. Berkat
turun pada tangan yang bekerja. Jangan mengharapkan Allah akan memberkati
engkau dalam kemalasan dan kecintaan pada kemudahan / tak adanya usaha. Dan itu
turun pada tangan yang memberi. Ia yang menyebarkan seperti itu, pasti akan
bertambah; dan menjadi bebas dan murah hati dalam menyokong agama, dan
pekerjaan baik apapun, adalah cara / jalan yang paling pasti dan aman dari
kemajuan / perkembangan.] - ‘Matthew Henry’s Consice Commentary’ (Libronix).
Sekalipun tidak ada ayat yang explicit
tentang hal ini, dan kedua komentar di atas merupakan tafsiran, tetapi saya
yakin itu memang benar. Memberi persembahan
persepuluhan merupakan suatu latihan yang baik untuk memberi, bersikap
dermawan, mendukung pekerjaan Tuhan, dan sebagainya. Karena itu,
bukan hanya kita yang perlu melatih diri dalam hal ini, tetapi juga anak-anak
kita perlu kita latih untuk hal ini. Dan jelas dalam
hal ini juga tak ada perbedaan antara jaman Perjanjian Lama maupun Perjanjian
Baru.
e) Untuk mendukung penegakan nama Tuhan.
Ul 12:5-6,10-11 - “(5) Tetapi
tempat yang akan dipilih TUHAN, Allahmu, dari segala sukumu sebagai kediamanNya
untuk menegakkan namaNya di sana,
tempat itulah harus kamu cari dan ke sanalah harus kamu pergi. (6) Ke sanalah harus kamu bawa korban bakaran dan
korban sembelihanmu, persembahan
persepuluhanmu dan persembahan khususmu,
korban nazarmu dan korban sukarelamu, anak-anak sulung lembu sapimu dan kambing
dombamu. ... (10) Tetapi apabila nanti sudah kamu seberangi sungai Yordan dan
kamu diam di negeri yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu untuk dimiliki, dan
apabila Ia mengaruniakan kepadamu keamanan dari segala musuhmu di sekelilingmu,
dan kamu diam dengan tenteram, (11) maka ke
tempat yang dipilih TUHAN, Allahmu, untuk membuat namaNya diam di sana,
haruslah kamu bawa semuanya yang kuperintahkan kepadamu, yakni korban bakaran dan korban sembelihanmu, persembahan persepuluhanmu
dan persembahan khususmu dan segala korban nazarmu yang terpilih, yang kamu
nazarkan kepada TUHAN.”.
Ul 14:22-26 - “(22) ‘Haruslah engkau benar-benar mempersembahkan sepersepuluh dari seluruh hasil benih
yang tumbuh di ladangmu, tahun demi tahun. (23) Di hadapan TUHAN, Allahmu, di tempat yang akan dipilihNya
untuk membuat namaNya diam di sana, haruslah engkau memakan persembahan persepuluhan dari gandummu,
dari anggurmu dan minyakmu, ataupun dari anak-anak sulung lembu sapimu dan
kambing dombamu, supaya engkau belajar untuk selalu takut akan TUHAN, Allahmu.
(24) Apabila, dalam hal engkau diberkati TUHAN, Allahmu, jalan itu terlalu jauh
bagimu, sehingga engkau tidak dapat mengangkutnya, karena tempat yang akan dipilih TUHAN
untuk menegakkan namaNya di sana terlalu jauh dari tempatmu, (25) maka haruslah engkau
menguangkannya dan membawa uang itu dalam bungkusan dan pergi ke tempat yang
akan dipilih TUHAN, Allahmu, (26) dan haruslah engkau membelanjakan uang itu
untuk segala yang disukai hatimu, untuk lembu sapi atau kambing domba, untuk
anggur atau minuman yang memabukkan, atau apapun yang diingini hatimu, dan
haruslah engkau makan di sana di hadapan TUHAN, Allahmu dan bersukaria, engkau
dan seisi rumahmu.”.
Catatan: saya yakin kata ‘nama’ dalam Ul 12:5,11 dan Ul 14:23,24
tidak menunjuk pada nama YHWH, tetapi pada diri Allah sendiri.
Kedua text di atas ini menunjukkan alasan untuk memberikan
persembahan persepuluhan. Dalam jaman Perjanjian Lama, orang Israel harus membawa persembahan
persepuluhan ke Kemah Suci / Bait Suci, karena di tempat itu Tuhan menegakkan
namaNya!!! Apakah dalam jaman Perjanjian Baru, gereja (yang benar!) bukan
merupakan tempat dimana Tuhan menegakkan namaNya? Kalau ya, maka jelas kita
juga harus membawa persembahan persepuluhan ke gereja (yang benar!).
Jadi, menurut saya merupakan suatu omong kosong kalau orang
berargumentasi bahwa karena Bait Suci dan imam-imam dan orang-orang Lewi sudah
tidak ada, maka kita tidak lagi perlu / harus memberikan persembahan
persepuluhan. Persembahan persepuluhan harus diberikan ke tempat yang
menegakkan nama Tuhan, dan kalau dalam Perjanjian Lama ini adalah Bait Suci,
maka jelas bahwa dalam Perjanjian Baru, ini adalah gereja (yang benar!).
Orang yang tidak mendukung penegakan nama Tuhan sebetulnya
sedang mendukung penegakan nama setan!
Matthew Henry (tentang Ul 12:5-32): “The place which God would choose
is said to be the place where he would put his name, that is, which he would
have to be called his, where his honour should dwell, where he would manifest
himself to his people, and make himself known, as men do by their names, and
where he would receive addresses, by which his name is both praised and called
upon.” [=
Tempat yang akan Allah pilih dikatakan sebagai tempat
dimana Ia akan meletakkan namaNya, artinya, yang akan Ia haruskan untuk sebut sebagai milikNya, dimana
kehormatanNya tinggal, dimana Ia akan menyatakan diriNya sendiri kepada bangsa
/ umatNya, dan membuat diriNya sendiri dikenal, seperti manusia
lakukan dengan nama mereka, dan dimana Ia akan
menerima panggilan / sapaan, dengan mana Ia dipuji dan dipanggil.].
Barnes’ Notes (tentang Ul 12:5): “‘To put his name there’ means to
manifest to men His divine presence. ... the expression comprehends all the
various modes in which God vouchsafed to reveal Himself and His attributes to
men. ... The words ‘the place which the LORD shall choose to
put His Name there’ suggest Jerusalem
and Solomon’s temple to our minds. But though spoken as they were by a prophet,
and interpreted as they are by the Psalms (e.g. Ps
78:67-69), they have a proper application to the temple, yet they must
not be referred exclusively to it. The text does not import that God would
always from the first choose one and the same locality ‘to put His Name there,’
but that there would always be a locality so chosen by Him; and that there the
people must bring their sacrifices, and not offer them at their pleasure or
convenience elsewhere. Neither does the text forbid the offering of sacrifices
to God at other places than the one chosen by Him ‘to put His Name there’ on
proper occasions and by proper authority (compare Deut
27:5-6; Judg 6:24; 13:16; 1 Kings 3:4; 18:31). The text simply prohibits
sacrifices at any other locality than that which should be appointed or
permitted by God for the purpose.” [= ‘Meletakkan
namaNya di sana’
berarti menyatakan kepada manusia kehadiran ilahiNya. ... ungkapan itu meliputi semua cara yang bermacam-macam dalam
mana Allah menganugerahkan untuk menyatakan diriNya sendiri dan sifat-sifatNya
kepada manusia. ... Kata-kata ‘tempat yang akan TUHAN pilih untuk
meletakkan namaNya di sana’
menyatakan Yerusalem dan Bait Suci Salomo pada pikiran kita. Tetapi sekalipun
diucapkan sebagaimana adanya oleh seorang nabi, dan ditafsirkan sebagaimana
adanya oleh Mazmur-mazmur (misalnya Maz 78:67-69), mereka mempunyai suatu
penerapan yang benar pada Bait Suci, tetapi mereka tidak boleh ditunjukkan
secara eksklusif padanya. Textnya tidak
berarti bahwa Allah akan selalu dari pertama / semula memilih tempat yang satu
dan yang sama ‘untuk meletakkan namaNya di sana’, tetapi bahwa di sana akan selalu ada
suatu tempat yang dipilih seperti itu olehNya; dan bahwa di sana orang-orang
harus membawa korban-korban mereka, dan tidak mempersembahkan korban-korban itu
sesuka hati mereka atau sesuai kesenangan mereka di tempat lain. Juga textnya tidak melarang persembahan korban-korban kepada
Allah di tempat lain dari tempat yang dipilih olehNya ‘untuk meletakkan namaNya
di sana’ pada
peristiwa-peristiwa yang tepat dan oleh otoritas yang tepat (bandingkan dengan Ul 27:5-6; Hak 6:24; 13:16; 1Raja 3:4; 18:31). Textnya hanya melarang /
mencegah korban-korban di tempat lain manapun dari pada tempat yang ditetapkan
atau diijinkan oleh Allah untuk tujuan ini.].
Maz 78:67-69 - “(67)
Ia menolak kemah Yusuf, dan suku Efraim tidak dipilihNya, (68) tetapi Ia
memilih suku Yehuda, gunung Sion yang dikasihiNya; (69) Ia membangun tempat
kudusNya setinggi langit, laksana bumi yang didasarkanNya untuk selama-lamanya;”.
Ul
27:4-6 - “(4) Dan sesudah kamu menyeberangi sungai
Yordan, maka haruslah batu-batu itu, yang telah kuperintahkan kepadamu pada
hari ini, kamu tegakkan di gunung Ebal dan kaukapuri. (5) Juga haruslah
kaudirikan di sana
mezbah bagi TUHAN, Allahmu, suatu mezbah dari batu yang tidak boleh kauolah
dengan perkakas besi. (6) Dari batu yang tidak dipahat haruslah kaudirikan mezbah
TUHAN, Allahmu, itu dan di atasnya haruslah kaupersembahkan korban bakaran
kepada TUHAN, Allahmu.”.
Hak 6:24 - “Lalu Gideon mendirikan mezbah di
sana bagi TUHAN
dan menamainya: TUHAN itu keselamatan. Mezbah itu masih ada sampai sekarang di
Ofra, kota
orang Abiezer.”.
Hak 13:16 - “Tetapi jawab Malaikat TUHAN itu
kepada Manoah: ‘Sekalipun engkau menahan Aku di sini, hidanganmu itu tidak akan
Kumakan. Tetapi jika engkau hendak mengolahnya menjadi korban bakaran, persembahkanlah
itu kepada TUHAN.’ Sebab Manoah tidak mengetahui, bahwa Dia itu Malaikat
TUHAN.”.
1Raja 3:4 - “Pada suatu hari raja pergi ke Gibeon untuk mempersembahkan korban, sebab di situlah
bukit pengorbanan yang paling besar; seribu korban bakaran dipersembahkan
Salomo di atas mezbah itu.”.
1Raja 18:31
- “Kemudian Elia
mengambil dua belas batu, menurut jumlah suku keturunan Yakub. - Kepada Yakub ini
telah datang firman TUHAN: ‘Engkau akan bernama Israel.’ -”.
Keil &
Delitzsch (tentang Ul 12:5): “the place ‘which He shall choose out of all the
tribes to put His name there for His dwelling.’ Whereas the heathen seeks and
worships his nature-gods, wherever he thinks he can discern in nature any trace
of Divinity, the true God has not only revealed His eternal power and Godhead
in the works of creation, but His personal being, which unfolds itself to the
world in love and holiness, in grace and righteousness, He has made known to
man, who was created in His image, in the words and works of salvation; and in
these testimonies of His saving presence He has fixed for Himself a name, in
which He dwells among His people. This name presents His personality, as
comprehended in the word Jehovah, in a visible sign, the tangible pledge of His
essential presence.” [=
tempat ‘yang akan Ia pilih dari semua suku untuk meletakkan namaNya di sana untuk tempat
tinggalNya’. Sekalipun orang kafir mencari dan menyembah dewa-alamnya,
dimanapun ia pikir ia bisa mengenali dalam alam jejak apapun dari Keilahian, Allah yang benar tidak hanya menyatakan kuasaNya yang kekal dan
keAllahanNya dalam pekerjaan penciptaan, tetapi juga diriNya, yang menyatakan
kepada dunia dalam kasih dan kekudusan, dalam kasih karunia dan kebenaran, Ia
telah menyatakan kepada manusia, yang diciptakan dalam gambarNya, dalam
kata-kata dan pekerjaan keselamatan; dan dalam kesaksian-kesaksian dari
kehadiranNya yang menyelamatkan ini Ia telah menetapkan bagi diriNya sendiri
suatu nama, dalam mana Ia tinggal di antara bangsa / umatNya. Nama
ini memperkenalkan kepribadianNya, seperti tercakup dalam kata Yehovah, dalam
suatu tanda yang kelihatan, jaminan yang bisa dimengerti tentang kehadiran
hakikiNya.].
Pulpit
Commentary (tentang Ul 12:5-9): “Vers. 5-9. - Public worship. ...
It is required in it - I. That God be present with his people. We
meet in his Name. His presence is promised (Matt. 18:20). Without that presence
sought and obtained, worship is in vain.” [=
Ay 5-9. - Ibadah / kebaktian umum. ... Dituntut di dalamnya - I.
Bahwa Allah hadir bersama umatNya.
Kita bertemu dalam namaNya. KehadiranNya dijanjikan (Mat 18:20). Tanpa
kehadiran itu dicari dan didapatkan, ibadah / kebaktian itu sia-sia.].
Dalam
Perjanjian Lama mereka beribadah di Kemah Suci / Bait Suci, tetapi dalam
Perjanjian Baru, harus dicamkan text
ini:
Yoh 4:20-24 - “(20) Nenek moyang kami
menyembah di atas gunung ini, tetapi kamu katakan, bahwa Yerusalemlah tempat
orang menyembah.’ (21) Kata Yesus kepadanya: ‘Percayalah kepadaKu, hai perempuan,
saatnya akan tiba, bahwa kamu akan menyembah Bapa bukan di gunung ini dan
bukan juga di Yerusalem. (22) Kamu menyembah apa yang tidak kamu kenal, kami menyembah
apa yang kami kenal, sebab keselamatan datang dari bangsa Yahudi. (23) Tetapi
saatnya akan datang dan sudah tiba sekarang, bahwa penyembah-penyembah benar
akan menyembah Bapa dalam roh dan kebenaran; sebab Bapa menghendaki
penyembah-penyembah demikian. (24) Allah itu Roh dan barangsiapa menyembah Dia,
harus menyembahNya dalam roh dan kebenaran.’”.
Perempuan
Samaria itu menanyakan tempat, tetapi Yesus tidak mempersoalkan tempat. Ia
mengatakan orang akan menyembah Bapa dalam roh dan kebenaran, artinya, ibadah lahiriah pada jaman Perjanjian Lama sedang dalam
proses untuk diganti dengan ibadah dalam Perjanjian Baru yang bersifat rohani.
The Biblical Illustrator (tentang Ul 12:5-6): “The cessation of this
holiness of places under the New Testament (John 4:21-23; Matt 18:22; 1 Tim
2:8; Mal 1:11). Every place is now a Judaea, every house a Jerusalem,
every congregation a Zion.” [= Penghentian dari kekudusan
tempat-tempat ini di bawah Perjanjian Baru (Yoh
4:21-23; Mat 18:22; 1Tim 2:8; Mal 1:11). Setiap tempat sekarang adalah Yudea,
setiap rumah adalah suatu Yerusalem, setiap jemaat adalah suatu Zion.].
Catatan:
Mat 18:22 itu pasti salah, mungkin seharusnya Mat 18:20.
Mat 18:20 - “Sebab
di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam NamaKu,
di situ Aku ada di tengah-tengah mereka.’”.
1Tim 2:8 - “Oleh karena itu aku ingin,
supaya di mana-mana orang laki-laki
berdoa dengan menadahkan tangan yang suci, tanpa marah dan tanpa perselisihan.”.
Mal 1:11 - “Sebab dari terbitnya sampai kepada
terbenamnya matahari namaKu besar di antara bangsa-bangsa, dan di setiap tempat dibakar dan dipersembahkan
korban bagi namaKu dan juga korban sajian yang tahir; sebab namaKu besar di
antara bangsa-bangsa, firman TUHAN semesta alam.”.
Pulpit
Commentary (tentang Ul 12:1-32): “IV. There was to be (after they were settled in Palestine) one place which God choose to put his name
there. And this place where God would meet with his people is called, in
the beautiful Hebrew phrase, God’s rest (ver. 5), ‘his habitation’ (cf. Ps.
132:13, 14). Thus would God, in his condescending love, launch a new thought
into the world, in a form in which the people could understand it; viz. that
God’s home is with his believing worshippers. It was necessary, for a while, to
associate that truth with one special place, until ‘the fulness of times’
should come, when One should say - John 4:20-24; Matt. 18:20; and when
Christians should learn that they are the home of God (1 Cor. 3:16; Eph. 2:22).” [=
IV. Di sana
akan ada (setelah mereka menetap di
Palestina) satu tempat yang Allah pilih
untuk meletakkan namanya di sana.
Dan tempat ini dimana Allah akan bertemu dengan bangsa / umatNya disebut, dalam
ungkapan Ibrani yang indah, tempat perhentian Allah (ay 5), ‘tempat tinggalNya’
(bdk. Maz 132:13,14). Jadi, Allah akan, dalam kasihNya yang berkenan
merendahkan diri, memperkenalkan suatu pemikiran baru ke dalam dunia, dalam
suatu bentuk dalam mana orang-orang bisa mengertinya; yaitu bahwa rumah / bait Allah adalah bersama dengan
penyembah-penyembahNya yang percaya. Adalah perlu, untuk sementara,
untuk menghubungkan kebenaran itu dengan satu tempat khusus, sampai ‘kegenapan
waktunya’ tiba, dimana orang akan berkata - Yoh
4:20-24; Mat 18:20; dan pada waktu orang-orang Kristen mempelajari bahwa mereka
adalah rumah / bait Allah (1Kor 3:16; Ef 2:22).].
Ul 12:5 - “Tetapi
tempat yang akan dipilih TUHAN, Allahmu, dari segala sukumu sebagai
kediamanNya untuk menegakkan namaNya di sana,
tempat itulah harus kamu cari dan ke sanalah harus kamu pergi.”.
Maz 132:13-14 - “(13) Sebab TUHAN telah memilih Sion,
mengingininya menjadi tempat kedudukanNya: (14) ‘Inilah tempat perhentianKu selama-lamanya,
di sini Aku hendak diam, sebab Aku mengingininya.”.
1Kor 3:16 - “Tidak
tahukah kamu, bahwa kamu adalah bait Allah dan bahwa Roh Allah diam
di dalam kamu?”.
Ef 2:22 - “Di
dalam Dia kamu juga turut dibangunkan menjadi tempat kediaman Allah, di
dalam Roh.”.
Pulpit
Commentary (tentang Ul 12:6-29): “I. An assertion of the principle that God’s worship
must be associated with his presence. (Vers. 5–11.) The sanctuary was
constituted by God having ‘put his Name’ there. Under the New Testament the
worship of the Father ‘in spirit and in truth’ is liberated from special sacred
places (John 4:24), but the principle holds good that his being ‘in the midst’
of his people is essential to worship being acceptable (Matt. 18:20).” [=
I. Suatu pernyataan tentang prinsip
bahwa ibadah / penyembahan Allah harus dihubungkan dengan kehadiranNya.
(ay 5-11). Tempat Kudus didirikan oleh Allah
dengan ‘menempatkan namaNya’ di sana.
Di bawah Perjanjian Baru penyembahan Bapa ‘dalam roh
dan dalam kebenaran’ dibebaskan dari tempat-tempat kudus yang khusus (Yoh 4:24),
tetapi prinsipnya tetap berlaku bahwa keberadaan /
kehadiranNya ‘di tengah-tengah’ umatNya adalah hakiki / penting bagi
penyembahan / ibadah untuk bisa diterima (Mat 18:20).].
Jadi jelaslah
bahwa kalau dalam Perjanjian Lama penegakan nama Tuhan itu dilakukan pada
umumnya di Bait Suci, maka dalam jaman Perjanjian Baru itu dilakukan di gereja!
Jadi kalau
dalam Perjanjian Lama persembahan persepuluhan diberikan ke Bait Suci, maka
dalam Perjanjian Baru persembahan persepuluhan diberikan ke gereja (yang
benar)!
-bersambung-
Hotel Las Vegas - MapyRO
BalasHapusThis is the closest casino to Las Vegas 나주 출장안마 to Reno. It's a hotel that you can actually 오산 출장샵 get to Las Vegas via free 과천 출장샵 hotel 구미 출장안마 wifi 울산광역 출장안마 or via Internet.