About us

Golgotha Ministry adalah pelayanan dari Pdt. Budi Asali,M.Div dibawah naungan GKRI Golgota Surabaya untuk memberitakan Injil ke seluruh dunia dan mengajarkan kebenaran firman Tuhan melalui khotbah-khotbah, pendalaman Alkitab, perkuliahan theologia dalam bentuk tulisan maupun multimedia (DVD video, MP3, dll). Pelayanan kami ini adalah bertujuan agar banyak orang mengenal kebenaran; dan bagi mereka yang belum percaya, menjadi percaya kepada Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat pribadinya, dan bagi mereka yang sudah percaya, dikuatkan dan didewasakan didalam iman kepada Kristus.
Semua yang kami lakukan ini adalah semata-mata untuk kemuliaan nama Tuhan Yesus Kristus.

Kami mengundang dengan hangat setiap orang yang merasa diberkati dan terbeban didalam pelayanan untuk bergabung bersama kami di GKRI Golgota yang beralamat di : Jl. Raya Kalirungkut, Pertokoan Rungkut Megah Raya D-16, Surabaya.

Tuhan Yesus memberkati.

Rabu, 09 September 2015

PRO KONTRA TENTANG PERSEMBAHAN PERSEPULUHAN (10d)

Pemahaman Alkitab

G. K. R. I. ‘GOLGOTA’

(Rungkut Megah Raya, blok D no 16)

Rabu, tgl 9 September 2015, pk 19.00

Pdt. Budi Asali, M. Div.

PRO KONTRA TENTANG

PERSEMBAHAN PERSEPULUHAN (10d)



Mal 3:8-11 - “(8) Bolehkah manusia menipu (merampok) Allah? Namun kamu menipu (merampok) Aku. Tetapi kamu berkata: ‘Dengan cara bagaimanakah kami menipu (merampok) Engkau?’ Mengenai persembahan persepuluhan dan persembahan khusus! (9) Kamu telah kena kutuk, tetapi kamu masih menipu (merampok) Aku, ya kamu seluruh bangsa! (10) Bawalah seluruh persembahan persepuluhan itu ke dalam rumah perbendaharaan, supaya ada persediaan makanan di rumahKu dan ujilah Aku, firman TUHAN semesta alam, apakah Aku tidak membukakan bagimu tingkap-tingkap langit dan mencurahkan berkat kepadamu sampai berkelimpahan. (11) Aku akan menghardik bagimu belalang pelahap, supaya jangan dihabisinya hasil tanahmu dan supaya jangan pohon anggur di padang tidak berbuah bagimu, firman TUHAN semesta alam..

Ada beberapa hal yang perlu saya jelaskan dulu tentang text Maleakhi ini:

1.   Kutuk.
Russell Kelly secara bodoh menyerang R. C. Sproul, dengan mengatakan bagaimana mungkin seorang Calvinist, yang percaya predestinasi, bisa percaya bahwa orang yang tak memberi persembahan persepuluhan akan kembali menjadi orang terkutuk.

R. C. Sproul: It also means that ninety-six percent of us are for this reason exposing ourselves to a divine curse upon our lives. [= Itu juga berarti bahwa 96 % dari kita untuk alasan ini membuka diri kita sendiri bagi suatu kutuk ilahi atas hidup kita.] - http://www.ligonier.org/learn/articles/will-man-rob-god/

Catatan: kata-kata ini diucapkan oleh R. C. Sproul berdasarkan suatu penelitian yang ia sendiri ragukan kebenarannya, yang mengatakan bahwa hanya 4 % dari orang Kristen injili di Amerika Serikat yang memberi persembahan persepuluhan.

Russell Kelly: This is goofy theology coming from one who should know better. Sproul, who is supposed to be Calvinist and a Predestinationist teaches that God is responsible for both justification and sanctification. ... How can God allow a CURSED believer into heaven? Was that believer never saved, or did that believer fall from grace contrary to Calvinism? Sproul is inconsistent with the Bible and with his own theological hermeneutic. [= Ini adalah theologia yang tolol / menggelikan dari orang yang seharusnya tahu dengan lebih baik. Sproul, yang dianggap sebagai seorang Calvinist dan seorang yang mempercayai Predestinasi mengajar bahwa Allah bertanggung-jawab baik untuk pembenaran dan pengudusan. ... Bagaimana Allah bisa mengijinkan seorang percaya yang TERKUTUK masuk ke surga? Apakah orang percaya itu tidak pernah diselamatkan, atau apakah orang percaya itu murtad / jatuh dari kasih karunia, bertentangan dengan Calvinisme? Sproul tidak konsisten dengan Alkitab dan dengan hermeneutik theologianya sendiri.] - http://www.tithing-russkelly.com/id172.html

Jawaban saya: Kutuk dalam Mal 3 ini, sama seperti kutuk dalam Ul 28:15-dst, menunjuk pada hukuman / hajaran dari Tuhan karena dosa-dosa seseorang. Dan karena hukumannya berupa pencabutan berkat-berkat Tuhan maka itu disebut sebagai kutuk.
Kutuk ini sama sekali tak diartikan bahwa orang percaya yang sudah dicabut kutuknya oleh Kristus, kembali menjadi terkutuk, kalau / karena ia berdosa / tidak memberi persembahan persepuluhan. Bahwa kita yang adalah orang percaya bisa kembali menjadi terkutuk di hadapan Tuhan, kalau / karena berbuat dosa / tidak memberi persembahan persepuluhan, tentu tidak saya percayai, bukan hanya dalam jaman Perjanjian Baru, tetapi juga dalam jaman Perjanjian Lama.
Kalau ini mau diartikan betul-betul sebagai kutuk, maka itu hanya menimpa orang yang tidak sungguh-sungguh adalah orang percaya.

Ul 28:15-20 - “(15) ‘Tetapi jika engkau tidak mendengarkan suara TUHAN, Allahmu, dan tidak melakukan dengan setia segala perintah dan ketetapanNya, yang kusampaikan kepadamu pada hari ini, maka segala kutuk ini akan datang kepadamu dan mencapai engkau: (16) Terkutuklah engkau di kota dan terkutuklah engkau di ladang. (17) Terkutuklah bakulmu dan tempat adonanmu. (18) Terkutuklah buah kandunganmu, hasil bumimu, anak lembu sapimu dan kandungan kambing dombamu. (19) Terkutuklah engkau pada waktu masuk dan terkutuklah engkau pada waktu keluar. (20) TUHAN akan mendatangkan kutuk, huru-hara dan penghajaran ke antaramu dalam segala usaha yang kaukerjakan, sampai engkau punah dan binasa dengan segera karena jahat perbuatanmu, sebab engkau telah meninggalkan Aku. .

2.   Point ini lebih cocok untuk orang miskin dari pada untuk orang kaya.
Orang kaya tidak memberi persembahan persepuluhan biasanya karena alasan pelit atau tamak, tetapi orang miskin tidak memberi persembahan persepuluhan, sangat memungkinkan karena alasan kurang iman.
Tetapi justru dalam hal inilah imannya perlu diuji. Tidak sukar untuk memberi persembahan persepuluhan pada waktu kita kelebihan uang, tetapi bagaimana pada waktu kita pas-pasan atau bahkan pada waktu kita kekurangan uang (defisit)?

A. W. Pink: “Now then in the fourth place, God has appointed tithing as a test of our faith, and for the nourishing and developing of our faith - especially of the young Christians. Here is a young man who has just started housekeeping. He professes to trust God with the enormous matter of his eternal future. He professes to have confidently left his immortal interests in the hands of God. Well now, dare he trust God with one-tenth of his income for a year? My friends, tithing develops in young Christians the spirit of trusting the Lord in their temporal affairs.” [= Maka sekarang di tempat keempat, Allah telah menetapkan persembahan persepuluhan sebagai suatu ujian iman kita, dan untuk memelihara / memberi makan dan mengembangkan iman kita - khususnya dari orang-orang Kristen muda. Di sini ada seorang muda yang baru saja memulai berumah-tangga. Ia mengaku mempercayai Allah dengan persoalan yang besar dari masa depan kekalnya. Ia mengaku telah dengan yakin meninggalkan / menyerahkan kepentingan-kepentingan kekalnya dalam tangan Allah. Maka sekarang, beranikah ia mempercayai Allah dengan sepersepuluh dari penghasilannya untuk satu tahun? Sahabatku, persembahan persepuluhan mengembangkan dalam orang-orang Kristen muda roh / kecondongan mempercayai Tuhan dalam urusan-urusan sementara.] - ‘Tithing’, hal 15 (AGES).
Catatan: saya tidak mengerti mengapa ditekankan untuk orang Kristen muda. Bagi saya ini merupakan ujian iman bagi semua orang Kristen, tua ataupun muda.

A. W. Pink: “‘Bring ye all the tithes into the storehouse, that there may be meat in Mine house, and prove Me now herewith, saith the Lord of hosts’ (Malachi 3:10). My friends, that is a startling expression. It is a remarkable expression. God says, ‘Prove Me.’ Those words mean this: Place the Almighty on trial (and it would be sin, it would be positively wicked, for any creature to do so unless he was definitely commanded so to do). ‘Prove Me now herewith’ - with the tithe. In other words, our text tells us to put God to the proof, to test Him out and see what He will do. We are bidden to give Him one-tenth of our income and then to see whether He will let us be the loser or not. ‘Prove Me now herewith.’ I tell you, my friends, my soul is overwhelmed by the amazing condescension of the Most High to place Himself in such a position. God allows Himself to be placed on trial by us, and tithing is a process of proof. Tithing is a means whereby we can demonstrate in the material realm the existence of God and the fact of His governor-ship over all temporal affairs. If you have any shadow of doubt in your mind and heart as to whether or not God exists, or as to whether or not He controls all temporal affairs, you can have that doubt removed by an absolute demonstration of the actuality of God’s existence and of His control over temporal affairs. How? By regularly, faithfully, systematically giving Him one-tenth of your gross income, and then seeing whether He will let you be the loser or not: proving whether He does honor those who honor Him: proving whether He will allow Himself to be any man’s debtor. He says, ‘Prove Me, prove Me, put Me to the test.’ You trembling, fearful saints, never mind if your income is only $1 a day, and you have to scheme and scratch and strain to make both ends meet. Take one-tenth away and devote it to the Lord, and then see if He will remain your debtor. ‘Prove Me now herewith,’ He says. Try Me out and see whether I am worthy of your confidence; put Me to the test and see whether I will disappoint your faith. As we said above, God has appointed tithing as a test of faith, for the development of faith; and if the young Christian would only start by proving God in the material realm, testing Him out in His own appointed way, what a confirmation it would be! How it would enable him to trust God in temporal things - which is one of the hardest things that the average Christian finds to do.” [= ‘Bawalah seluruh persembahan persepuluhan itu ke dalam rumah perbendaharaan, supaya ada persediaan makanan di rumahKu dan ujilah Aku, firman TUHAN semesta alam’ (Mal 3:10). Sahabatku, itu adalah suatu pernyataan yang mengejutkan. Itu adalah suatu pernyataan yang luar biasa. Allah berkata, ‘Ujilah Aku’. Kata-kata itu berarti ini: Tempatkanlah Yang Maha Kuasa pada ujian (dan itu adalah dosa, itu adalah jahat secara positif, bagi makhluk ciptaan manapun untuk melakukan demikian kecuali ia dengan pasti diperintahkan untuk melakukan demikian). ‘Ujilah aku dengan ini’ - dengan persembahan persepuluhan. Dengan kata lain, text kita memberitahu kita untuk membuktikan Allah, untuk menguji Dia dan melihat apa yang akan Ia lakukan. Kita diminta untuk memberi Dia sepersepuluh dari penghasilan kita dan lalu melihat apakah Ia akan membiarkan kita menjadi pecundang atau tidak. ‘Ujilah Aku dengan ini’. Saya memberitahumu sahabatku, jiwaku diliputi / dibanjiri oleh perendahan yang mengherankan dari Yang Maha Tinggi untuk menempatkan diriNya sendiri dalam posisi seperti itu. Allah mengijinkan diriNya sendiri ditempatkan pada ujian oleh kita, dan persembahan persepuluhan adalah suatu proses pembuktian. Pemberian persembahan persepuluhan adalah cara dengan mana kita bisa mendemonstrasikan dalam alam / dunia materi keberadaan dari Allah dan fakta dari pemerintahanNya atas semua urusan sementara. Jika kamu mempunyai keraguan sekecil apapun dalam pikiran dan hatimu berkenaan dengan apakah Allah ada atau tidak, atau berkenaan dengan apakah Ia mengontrol semua urusan-urusan sementara, kamu bisa membuat keraguan itu disingkirkan dengan suatu demonstrasi yang mutlak dari kebenaran tentang keberadaan Allah dan dari kontrolNya atas urusan-urusan sementara. Bagaimana? Dengan secara teratur, secara setia, secara sistimatis, memberi Dia sepersepuluh dari penghasilan kotormu, dan lalu melihat apakah Ia akan membiarkan kamu menjadi pecundang atau tidak: membuktikan apakah Ia memang menghormati mereka yang menghormati Dia: membuktikan apakah Ia akan mengijinkan diriNya sendiri untuk menjadi orang yang berhutang kepada siapapun. Ia berkata, ‘Cobalah Aku, cobalah Aku, ujilah Aku’. Kamu orang-orang kudus yang gemetar dan takut, tak peduli penghasilanmu hanya 1 $ sehari, dan kamu harus merencanakan dan mengumpulkan dengan susah payah dan bersusah payah untuk membuat penghasilan dan pengeluaran sama / setara. Ambillah sepersepuluh darinya dan persembahkanlah kepada Tuhan, dan lalu lihatlah jika Ia akan tinggal sebagai orang yang berhutang kepadamu. ‘Cobalah / Ujilah Aku dengan ini’, Ia berkata. Cobalah Aku dan lihatlah apakah aku layak mendapatkan keyakinanmu; ujilah Aku dan lihatlah apakah Aku akan mengecewakan imanmu. Seperti kami katakan di atas, Allah telah menetapkan persembahan persepuluhan sebagai suatu ujian iman, untuk pengembangan iman; dan jika saja orang Kristen muda mau mulai dengan mencoba / menguji Allah dalam dunia / alam materi, menguji Dia dengan cara yang Ia tetapkan sendiri, alangkah meneguhkannya hal itu! Bagaimana itu akan memampukan dia untuk mempercayai Allah dalam hal-hal sementara - yang merupakan salah satu hal yang tersukar untuk dilakukan orang Kristen rata-rata.] - ‘Thiting’, hal 16-17 (AGES).
Catatan: saya tak setuju dengan yang bagian yang saya beri garis bawah ganda, karena tindakan menguji Tuhan ini hanya berlaku untuk orang percaya, dan tentu tak dimaksudkan supaya seorang atheis bisa menguji Tuhan itu ada atau tidak.
Juga ada perkecualian dalam persoalan ini. Kalau orang memberi persembahan persepuluhan, tetapi tetap hidup jahat, Tuhan tidak memberkatinya, bahkan tetap mengutuknya. Amos 4:1-dst (khususnya ay 4-5).

Amos 4:1-8 - “(1) ‘Dengarlah firman ini, hai lembu-lembu Basan, yang ada di gunung Samaria, yang memeras orang lemah, yang menginjak orang miskin, yang mengatakan kepada tuan-tuanmu: bawalah ke mari, supaya kita minum-minum! (2) Tuhan ALLAH telah bersumpah demi kekudusanNya: sesungguhnya, akan datang masanya bagimu, bahwa kamu diangkat dengan kait dan yang tertinggal di antara kamu dengan kail ikan. (3) Kamu akan keluar melalui belahan tembok, masing-masing lurus ke depan, dan kamu akan diseret ke arah Hermon,’ demikianlah firman TUHAN. (4) ‘Datanglah ke Betel dan lakukanlah perbuatan jahat, ke Gilgal dan perhebatlah perbuatan jahat! Bawalah korban sembelihanmu pada waktu pagi, dan persembahan persepuluhanmu pada hari yang ketiga! (5) Bakarlah korban syukur dari roti yang beragi dan maklumkanlah persembahan-persembahan sukarela; siarkanlah itu! Sebab bukankah yang demikian kamu sukai, hai orang Israel?’ demikianlah firman Tuhan ALLAH. (6) ‘Sekalipun Aku ini telah memberi kepadamu gigi yang tidak disentuh makanan di segala kotamu dan kekurangan roti di segala tempat kediamanmu, namun kamu tidak berbalik kepadaKu,’ demikianlah firman TUHAN. (7) ‘Akupun telah menahan hujan dari padamu, ketika tiga bulan lagi sebelum panen; Aku menurunkan hujan ke atas kota yang satu dan tidak menurunkan hujan ke atas kota yang lain; ladang yang satu kehujanan, dan ladang, yang tidak kena hujan, menjadi kering; (8) penduduk dua tiga kota pergi terhuyung-huyung ke satu kota untuk minum air, tetapi mereka tidak menjadi puas; namun kamu tidak berbalik kepadaKu,’ demikianlah firman TUHAN.”.

Jamieson, Fausset & Brown (tentang Mal 3:8-12): “Prove me now herewith - with this, by doing so. Test me whether I will keep my promise of blessing you, on condition of your doing your part.” [= Cobalah / Ujilah Aku dengan ini - dengan ini, dengan melakukan demikian. Ujilah Aku apakah aku akan menepati janjiKu untuk memberkati kamu, dengan syarat kamu melakukan bagianmu.].

John Courson (tentang Mal 3:10b): Throughout the Word God says, ‘Trust Me.’ But in the area of giving, He says, ‘Prove Me. Bring Me your tithes and offerings and see if I won’t bless you in such a way that you can’t even contain it.’ [= Dalam seluruh Firman, Allah berkata, ‘Percayailah Aku’. Tetapi dalam daerah memberi, Ia berkata, ‘Cobalah / Ujilah Aku. Bawalah kepadaKu persembahan persepuluhanmu dan lihatlah jika Aku tidak akan memberkati engkau dengan cara sedemikian rupa sehingga engkau bahkan tidak bisa menampungnya’.] - ‘John Courson’s Application Commentary’ (Libronix).

Andrew E. Hill (tentang Mal 3:10): “‘Put me to the test!’ The prophetic challenge is not in violation of the prohibition against ‘testing God’ (Deut 6:16). The word for testing in that context (nasah) means to try or prove (or even tempt) from a posture of arrogance and cynical unbelief. The term employed here (bakhan) signifies testing from a posture of honest doubt with the intent to encourage and approve faith in God. The divine invitation to ‘test God’ offers the restoration community an opportunity to ‘prove’ the faithfulness of Yahweh as it relates to his covenant promises with Israel. [= ‘Ujilah Aku!’ Tantangan nubuatan ini bukanlah suatu pelanggaran terhadap larangan ‘mencobai Allah’ (Ul 6:16). Kata untuk ‘menguji’ dalam kontext itu (NASAH) berarti mencoba atau membuktikan / menguji (atau bahkan mencobai) dari suatu postur kesombongan dan ketidak-percayaan yang sinis. Istilah yang digunakan di sini (BAKHAN) berarti menguji dari suatu postur keraguan yang jujur dengan maksud untuk mendorong dan membuktikan iman kepada Allah. Undangan ilahi untuk ‘menguji Allah’ menawarkan masyarakat / komunitas yang dipulihkan itu suatu kesempatan untuk ‘menguji’ kesetiaan Yahweh berkenaan dengan janji-janji perjanjianNya dengan Israel.] - ‘Cornerstone Biblical Commentary’, ‘Minor Prophets’, ‘Hosea - Malachi’ (Libronix).

Elizabeth Achtemeier (tentang Mal 3:7-12): We see such selfish grasping still in existence in the time of Nehemiah (cf. Neh. 13:10–13), but in the light of Judah’s economic circumstances, it is here not too surprising. She has suffered under drought and crop failure and locust plague and blight (cf. Mal. 3:10–11), and when one has little, one is tempted to guard jealously one’s meager stores. ... And the reason for all of that is trust - trust in the God whom we are to know and love with all our heart in the intimate fellowship of every day; trust that we are precious in his sight and that he will not abandon his care of us; trust that his love pours out with it more provision for all our needs than we could ever imagine ... It is to that trust that Malachi here calls his penurious people. ‘Prove me!’ exhorts the Lord of Hosts, ‘Put me to the test’ (v. 10)! Though we are not to test the Lord our God (Deut. 6:16; Matt. 4:7), he here is willing to allow that freedom to his unbelieving people. ‘Respond in love to my love,’ is the exhortation, ‘and see if I do not open the windows of heaven for you and pour down fructifying rain, and rid your crops of devouring locust and protect your vines from blight (vv. 10–11)! See if you do not become a land so delightful in every way that all the nations of the earth will call you blessed’ (v. 12; cf. Isa. 60:3–14; 61:9; 62:1–4, 10–12)! ... But it is not a tit-for-tat arrangement, not a vending machine concept of God, not a bargain by which Judah makes an investment and receives a reward in return. To find in this passage any such legalistic or automatic or materialistic understanding is a complete distortion of the covenant relation with our God. There is a true story of a man in Dade County, Florida, who sued his church for the return of the money which he had contributed to it. ‘I delivered $800 of my savings to the … Church,’ said the man in his court suit, ‘in response to the pastor’s promise that blessings, benefits and rewards would come to the person who did tithe 10 per cent of his wealth. I did not and have not received these benefits.’ That crude bargain is not what is involved here when Judah is admonished to ‘bring the full tithe’ (v. 10). Motivating and accompanying all true gifts to God is the pouring out of our life, our love, our all. [= Kita melihat genggaman egois seperti itu tetap ada dalam jaman Nehemia (bdk. Neh 13:10-13), tetapi dalam terang dari keadaan ekonomi Yehuda, itu tidaklah terlalu mengejutkan. Mereka telah menderita di bawah kekeringan dan kegagalan panen dan wabah belalang dan kutuk (bdk. Mal 3:10-11), dan pada waktu seseorang mempunyai sedikit, ia dicobai untuk menjaga dengan waspada simpanannya yang tipis / sedikit. ... Dan alasan dari semua itu adalah kepercayaan - kepercayaan kepada Allah yang harus kita kenal dan kasihi dengan segenap hati kita dalam persekutuan yang intim setiap hari; kepercayaan bahwa kita berharga dalam pandanganNya dan bahwa Ia tidak akan meninggalkan perhatianNya kepada kita; kepercayaan bahwa kasihNya mencurahkan dengannya pemeliharaan yang lebih untuk semua kebutuhan kita dari pada yang bisa kita bayangkan ... Pada kepercayaan itulah Maleakhi di sini memanggil bangsanya yang pelit / kikir. ‘Ujilah Aku’ desak Tuhan semesta alam, ‘Ujilah Aku’ (ay 10)! Sekalipun kita tidak boleh mencobai Tuhan Allah kita (Ul 6:16; Mat 4:7), Ia di sini mau mengijinkan kebebasan itu bagi umat / bangsaNya yang tidak percaya. ‘Tanggapilah dengan kasih pada kasihKu’, adalah desakannya, ‘dan lihatlah jika Aku tidak membuka jendela-jendela surga bagi kamu dan mencurahkan hujan yang menyebabkan hasil / buah, dan membuang dari panenmu belalang pelahap dan melindungi pohon-pohon anggurmu dari kutuk / penyakit (ay 10-11)! Lihatlah jika kamu tidak menjadi suatu negeri yang begitu menyenangkan dalam setiap hal sehingga semua bangsa di bumi akan menyebut engkau diberkati’ (ay 12; bdk. Yes 60:3-14; 61:9; 62:1-4,10-12)! ... Tetapi ini bukanlah suatu pengaturan balasan, bukan suatu konsep tentang Allah sebagai suatu mesin penjual, bukan suatu tawar-menawar dengan mana Yehuda membuat suatu investasi dan menerima suatu pahala sebagai balasan. Menemukan dalam text ini pengertian legalistik atau otomatis atau materialistik apapun merupakan suatu penyimpangan dari hubungan perjanjian dengan Allah. Ada suatu cerita yang sungguh-sungguh terjadi tentang seseorang di Kabupaten Dade, Florida, yang menuntut gerejanya untuk mengembalikan uang yang telah ia sumbangkan kepadanya. ‘Aku menyerahkan 800 $ dari tabunganku kepada Gereja ...’, kata orang itu dalam gugatan pengadilannya, ‘sebagai tanggapan terhadap janji pendeta bahwa berkat-berkat, keuntungan-keuntungan dan pahala-pahala akan datang kepada orang yang memberikan persembahan persepuluhan 10 % dari kekayaannya. Saya tidak dan belum menerima keuntungan-keuntungan ini’. Tawar-menawar / perdagangan yang kasar / mentah itu bukanlah apa yang terlibat di sini pada waktu Yehuda dinasehati untuk ‘membawa seluruh persembahan persepuluhan’ (ay 10). Memotivasi dan menyertai semua pemberian yang sejati kepada Allah adalah pencurahan dari kehidupan kita, kasih kita, seluruh diri kita.] - ‘Nahum - Malachi Interpretation, A Bible Commentary for Preaching and Teaching’ (Libronix).

Matthew Henry (tentang Mal 3:10-11): When they had but little they should have done the more good with that little, and that would have been the way to make it more; but it is ill with the patient when that which should cure the disease serves only to palliate it, and prevent its being searched into. 4. An earnest exhortation to reform in this matter, with a promise that if they did the judgments they were under should be quickly removed. (1.) Let them take care to do their duty (v. 10): ‘Bring you all the tithes into the storehouse.’ They had brought some; but, like Ananias and Sapphira, had kept back part of the price, pretending they could not spare so much as was required, and necessity has no law; but even necessity must have this law, and it would redress the grievance of their necessity: ‘Bring in the full tithes to the utmost that the law requires, that there may be meat in God’s house for those that serve at the altar, whether there be meat in your houses or no.’ Note, God must be served in the first place, and our quota must be contributed for the support of religion in the place where we live, that God’s name may be sanctified, and his kingdom may come, and his will be done, even before we provide our daily bread; for the interests of our souls ought to be preferred before those of our bodies. (2.) Let them then trust God to provide for them and their comfort ‘Let God be first served, and then prove me herewith, saith the Lord of hosts, whether I will not open the windows of heaven.’ They said, ‘Let God give us our plenty again, as formerly, and try us whether we will not then bring him his tithes and offerings, as we did formerly.’ ‘No,’ says God, ‘do you first bring in all your tithes as they become due, and all the arrears of what is past, and try me, whether I will not then restore you your plenty.’ Note, Those that will deal with God must deal upon trust; and we may all venture to do so, for, though many have been losers for him, never any were losers by him in the end. It is fit that we should venture first, for his reward is with him, but his work is before him; we must first do the work which is our part, and then try him and trust him for the reward. Elijah put the widow of Zarephath into this method when he said (1 Kings 17:13), ‘Make me a little cake first, and then prove me whether there shall not be enough afterwards for thee and thy son.’ That which discourages people from the expenses of charity is the weakness of their faith concerning the gains and advantages of charity; they cannot think that they shall get by it.[= Pada waktu mereka mempunyai hanya sedikit mereka harus melakukan lebih banyak hal baik dengan yang sedikit itu, dan itu adalah jalan untuk membuatnya lebih banyak; tetapi merupakan sesuatu yang buruk dengan si pasien pada waktu hal yang seharusnya menyembuhkan penyakitnya berfungsi hanya untuk menutupinya, dan mencegah penyelidikan terhadapnya. 4. Suatu desakan yang sungguh-sungguh untuk mereformasi dalam persoalan ini, dengan suatu janji bahwa jika mereka melakukannya penghakiman di atas mereka akan dibuang dengan cepat. (1.) Hendaklah mereka berhati-hati untuk melakukan kewajiban mereka (ay 10): ‘Bawalah SELURUH persembahan persepuluhan ke dalam rumah perbendaharaan’. Mereka telah membawa sebagian; tetapi, seperti Ananias dan Safira, telah menahan sebagian dari harga, berpura-pura mereka tidak bisa memberikan sebanyak yang dituntut, dan kebutuhan tidak mempunyai hukum; tetapi bahkan kebutuhan harus mempunyai hukum ini, dan itu akan menyembuhkan kesedihan dari kebutuhan mereka: ‘Bawalah seluruh persembahan persepuluhan sampai batas yang hukum Taurat tuntut, supaya di sana ada makanan dalam rumah Allah bagi mereka yang melayani mezbah, apakah disana ada makanan di rumahmu atau tidak’. Perhatikan, Allah harus dilayani di tempat pertama, dan bagian kita harus dikontribusikan untuk menyokong agama di tempat dimana kita hidup, supaya nama Allah bisa dikuduskan, dan kerajaanNya bisa datang, dan kehendakNya akan terjadi, bahkan sebelum kita menyediakan roti harian kita; karena kepentingan dari jiwa kita harus didahulukan sebelumkepentingan dari tubuh kita. (2.) Maka hendaklah mereka mempercayai Allah untuk menyediakan bagi mereka dan sokongan mereka. ‘Hendaklah Allah dilayani pertama / dahulu, dan lalu ujilah Aku dengan ini, kata Tuhan semesta alam, apakah Aku tidak akan membuka jendela-jendela surga’. Mereka berkata, ‘Hendaklah Allah memberi kita kelimpahan kita lagi, seperti sebelumnya, dan mencoba / menguji kita apakah kita tidak akan membawa kepadaNya persembahan persepuluhan dan persembahanNya, seperti yang kita lakukan sebelumnya’. ‘Tidak’, kata Allah, ‘Kamu pertama-tama membawa seluruh persembahan persepuluhanmu pada saatnya, dan semua hutang dari apa yang sudah lalu, dan ujilah Aku, apakah pada saat itu Aku tidak akan memulihkan kelimpahanmu’. Perhatikan, Mereka yang mau berurusan dengan Allah harus berurusan berdasarkan kepercayaan; dan kita semua bisa mengambil resiko untuk melakukan demikian, karena sekalipun banyak orang menjadi pecundang untuk Dia, tidak pernah ada siapapun adalah pecundang oleh Dia pada akhirnya. Adalah cocok bahwa kita mengambil resiko dahulu, karena pahalaNya ada bersama Dia, tetapi pekerjaanNya ada di depanNya; kita harus pertama-tama melakukan pekerjaan yang merupakan bagian kita, dan lalu menguji Dia dan mempercayai Dia untuk pahalanya. Elia meletakkan janda Sarfat ke dalam metode ini pada waktu ia berkata (1Raja 17:13), ‘Buatlah bagiku sebuah kue kecil dahulu, dan lalu ujilah aku apakah di sana tidak akan ada cukup setelahnya bagimu dan anakmu’. Hal yang mengecilkan hati dari pengeluaran kasih / sedekah adalah kelemahan iman mereka berkenaan dengan keuntungan dan manfaat dari kasih / sedekah; mereka tidak bisa memikirkan bahwa mereka akan mendapatkan olehnya.].
Catatan: orang-orang yang anti persembahan persepuluhan mengatakan bahwa merupakan suatu kekejaman untuk menyuruh orang yang sedang kekurangan untuk tetap memberikan persembahan persepuluhan. Mereka bisa berpikir seperti ini karena mereka hanya menggunakan logika manusia. Mereka lupa, kalau Tuhan tak bisa dinilai dengan logika! Dia ada di atas logika. Mereka juga lupa bahwa orang sering kekurangan karena itu merupakan hukuman Tuhan gara-gara mereka tidak memberi persembahan persepuluhan. Makin mereka tidak mau memberi persembahan persepuluhan, makin mereka kekurangan. Tetapi kalau mereka berani melangkah dengan iman, dan memberikan persembahan persepuluhan dengan kasih, maka Tuhan justru akan memberkati sehingga mereka menjadi cukup!

R. C. Sproul: “A second argument that people give to avoid the tithe is that they ‘cannot afford it.’ What that statement really means is that they cannot pay their tithe and pay all the other expenses they have incurred. Again, in their minds the tithe is the last resort in the budget. Their giving to God is something that is at the bottom of their list of priorities. It’s a weak argument before God to say, ‘Lord, I didn’t tithe because I couldn’t afford it’ - especially when we consider that the poorest among us has a higher standard of living than ninety-nine percent of the people who have ever walked on the face of the earth. ... In the text in Malachi, we find something exceedingly rare coming from the lips of God. Here God challenges His people to put Him to a test:  ‘Put me to the test, says the Lord of hosts, if I will not open the windows of heaven for you and pour down for you a blessing until there is no more need’ (3:10). Have you put God to that test? Have you tried Him to see if He will not open heaven itself and empty His own treasuries upon you? We need to stop robbing Him and thus receive from Him the blessing that He promises.” [= Argumentasi kedua yang orang-orang berikan untuk menghindari persembahan persepuluhan adalah bahwa mereka ‘tidak bisa mengusahakannya’. Apa arti sesungguhnya dari pernyataan itu adalah bahwa mereka tidak bisa memberi persembahan persepuluhan mereka dan membayar semua pengeluaran lain yang telah mereka adakan. Lagi-lagi, dalam pemikiran mereka persembahan persepuluhan adalah hal terakhir dalam perencanaan pengeluaran. Pemberian mereka kepada Allah adalah sesuatu yang ada di dasar dari daftar prioritas mereka. Merupakan suatu argumentasi yang lemah di hadapan Allah untuk mengatakan, ‘Tuhan, aku tidak memberi persembahan persepuluhan karena aku tidak bisa mengusahakannya’ - khususnya pada waktu kita mempertimbangkan bahwa yang paling miskin di antara kita (penduduk Amerika Serikat) mempunyai standard hidup yang lebih tinggi dari pada 99 % dari orang-orang yang pernah berjalan di muka bumi. ... Dalam text Maleakhi, kita mendapati sesuatu yang sangat jarang keluar dari bibir Allah. Di sini Allah menantang bangsa / umatNya untuk menguji Dia: ‘Ujilah Aku, kata Tuhan semesta alam, jika Aku tidak akan membuka jendela-jendela surga dan mencurahkan untukmu suatu berkat sampai di sana tidak ada lagi kebutuhan’ (3:10). Sudahkan kamu menguji Allah? Sudahkah kamu mencoba / menguji Dia untuk melihat jika Ia tidak akan membuka surga sendiri dan mengosongkan perbendaharaanNya bagi kamu? Kita perlu / harus berhenti merampok Dia dan lalu menerima dari Dia berkat yang Ia janjikan.] - http://www.ligonier.org/learn/articles/will-man-rob-god/

Peter C. Craigie (tentang Mal 3:6-12): The consequence of the nation’s robbery was the experience of the divine curse: if they knew not how to give, they would receive less and less. ... In keeping their tithes and offerings to themselves, they acted as if they owned all that they had. Their attitude towards property was not one of stewardship, according to which their possessions were held as a sacred trust from God, but one of ownership. What they had belonged to them; it was up to them to decide whether any portion of it should be given to God. And there is an irony in the situation: they actually had much less than they might have had, in part because their selfish and tight-fisted attitudes towards property had reduced their capacity for growth. ... The person who is stingy with wealth, refusing to give to God or to other persons, betrays a deep-seated lack of belief. Such persons do not really believe that God, if there is a God, has had any hand in making and giving them what they are and what they have. The proud and confident self-made person has at bottom little faith. And having little faith, such a person sees no need to give generously to the temple and to the support of God’s larger work in the world. Small giving and small faith go hand in hand together, and indeed the former may be a symptom of the latter. But the prophet makes something else clear: small giving and small faith lay the foundation for small receiving. Persons who do not give generously are ill-equipped to be the recipients of generosity. The positive point which the prophet makes is a delicate one, prone to misunderstanding. It is that the one who gives generously to God may receive bountifully from God. It cannot be reduced, as sometimes happens, to a formula for success in business: if you give such and such, you can be sure that your profits will rise phenomenally year after year! The principle is rooted more in the health of the relationship a person has with God. It is in the nature of rich relationships that the partners want to give to each other from what they have. But when one partner is stingy, that meanness inevitably affects the quality of the relationship and affects the capacity of the other partner to give. The generous giving to God from a full heart naturally results in the rich blessing of the One with whom we have a relationship. The blessing may be in physical or spiritual form, but is none the less real in either kind. Malachi addressed a community stingy at heart, and its failure to give to God and temple became a blight on the nation’s personality as a whole. But sadly the prophet did not address a rare or unique social situation. The Church, through many generations, has recreated in its life the conditions of Malachi’s time, making his message ever timely. [= Konsekwensi dari perampokan bangsa itu adalah pengalaman tentang kutuk ilahi: jika mereka tidak tahu bagaimana memberi, mereka akan menerima makin lama makin sedikit. ... Dalam menahan persembahan persepuluhan dan persembahan mereka bagi diri mereka sendiri, mereka bertindak seakan-akan mereka memiliki semua yang mereka punyai. Sikap mereka terhadap milik / harta bukanlah sikap dari pengurus, sesuai dengan milik mereka sebagai suatu kepercayaan kudus dari Allah, tetapi sikap dari pemilik. Apa yang mereka punyai adalah milik mereka; adalah hak mereka untuk memutuskan apakah bagian manapun darinya harus diberikan kepada Allah. Dan ada suatu ironi dalam situasi ini: mereka benar-benar mempunyai makin lama makin sedikit dari pada yang bisa mereka miliki, sebagian karena sikap egois dan pelit terhadap milik / harta telah menurunkan kapasitas mereka untuk pertumbuhan. ... Orang yang kikir / pelit dengan kekayaan, menolak untuk memberi kepada Allah atau kepada orang-orang lain, menyingkapkan suatu ketidak-percayaan yang ada di dalam. Orang-orang seperti itu tidak sungguh-sungguh percaya bahwa Allah, jika di sana ada Allah, menolong dan membuat dan memberi mereka apa adanya mereka dan apa yang mereka miliki. Orang yang membuat dirinya sendiri sombong dan yakin pada dasarnya mempunyai iman yang kecil. Dan karena mempunyai iman yang kecil, orang seperti itu tidak melihat suatu kebutuhan untuk memberi dengan murah hati bagi Bait Suci dan bagi sokongan dari pekerjaan Allah yang lebih besar dalam dunia. Pemberian yang kecil dan iman yang kecil berjalan bersama-sama, dan memang yang lebih dulu bisa merupakan suatu gejala dari yang belakangan. Tetapi sang nabi membuat jelas sesuatu yang lain: pemberian yang kecil dan iman yang kecil meletakkan fondasi untuk penerimaan yang kecil. Orang-orang yang tidak memberi dengan murah hati diperlengkapi secara buruk untuk menjadi penerima-penerima dari kemurahan. Hal yang positif yang sang nabi buat adalah sesuatu yang harus ditangani dengan hati-hati, cenderung pada kesalah-mengertian. Itu adalah bahwa orang yang memberi dengan murah hati kepada Allah bisa menerima secara berlimpah-limpah dari Allah. Itu tidak bisa diturunkan, seperti kadang-kadang terjadi, menjadi suatu formula untuk kesuksesan dalam bisnis: jika engkau memberi ini dan itu, kamu bisa yakin bahwa keuntunganmu akan meningkat secara luar biasa tahun demi tahun! Prinsipnya berakar lebih dalam kesehatan dari hubungan yang orang itu miliki dengan Allah. Adalah dalam hakekat / sifat dasar dari hubungan yang kaya sehingga partner-partner ingin saling memberi dari apa yang mereka miliki. Tetapi pada waktu satu partner pelit / kikir, kekikiran itu secara tak terhindarkan mempengaruhi kwalitet dari hubungan itu dan mempengaruhi kapasitas dari partner yang lain untuk memberi. Pemberian yang murah hati kepada Allah dari suatu hati yang penuh secara alamiah menghasilkan berkat yang kaya dari Dia dengan siapa kita mempunyai suatu hubungan. Berkat bisa ada dalam bentuk fisik atau rohani, tetapi bagaimanapun merupakan berkat yang sungguh-sungguh dalam jenis yang manapun. Maleakhi berbicara kepada suatu masyarakat yang pelit hatinya, dan kegagalan mereka untuk memberi kepada Allah dan Bait Suci menjadi suatu kutuk pada kepribadian bangsa itu secara keseluruhan. Tetapi yang menyedihkan, sang nabi tidak berbicara pada suatu keadaan sosial yang jarang atau unik. Gereja, melalui banyak generasi, telah menciptakan kembali dalam kehidupannya keadaan dari jaman Maleakhi, membuat pesan / beritanya selalu cocok.] - ‘THE DAILY STUDY BIBLE SERIES’, ‘TWELVE PROPHETS’, Vol 2 (Libronix)

Andrew E. Hill (tentang Mal 3:6-12): Malachi recognized that the ‘robbery’ of God in the failure to pay the tithe and the tithe-tax was merely a symptom of a more serious cancer. The stinginess of postexilic Judah was rooted in unbelief. Only by returning to a posture of faith and reverence could the people experience the wisdom of the sage: ‘Give freely and become more wealthy; be stingy and lose everything’ (Prov 11:24). Malachi understood that turning to God in spiritual renewal must begin somewhere, and God himself decreed the practical act of obedience to the Mosaic laws regulating the tithe as an important first step in reasserting the community’s fidelity in covenant relationship with Yahweh. [= Maleakhi mengenali bahwa ‘perampokan’ terhadap Allah dalam kegagalan memberi persembahan persepuluhan dan pajak persembahan persepuluhan adalah semata-mata suatu gejala dari suatu kanker yang lebih serius. Kekikiran dari Yehuda setelah pembuangan berakar pada ketidak-percayaan. Hanya dengan kembali pada suatu postur dari iman dan hormat bangsa itu bisa mengalami hikmat dari orang bijaksana: ‘Berilah dengan bebas / murah hati dan menjadi makin kaya; jadilah kikir dan kehilangan segala sesuatu’ (Amsal 11:24). Maleakhi mengerti bahwa kembali kepada Allah dalam pembaharuan rohani harus mulai di suatu tempat, dan Allah sendiri menetapkan tindakan ketaatan yang praktis terhadap hukum Taurat Musa yang mengatur persembahan persepuluhan sebagai suatu langkah pertama yang penting dalam menegaskan kembali kesetiaan masyarakat dalam hubungan perjanjian dengan Yahweh.] - ‘Cornerstone Biblical Commentary’, ‘Minor Prophets’ (Libronix).
Amsal 11:24 - Ada yang menyebar harta, tetapi bertambah kaya, ada yang menghemat secara luar biasa, namun selalu berkekurangan.”.
Catatan: penafsir ini menggunakan Amsal 11:24 dari versi NLT (New Living Translation).

Semua alasan-alasan untuk memberikan persembahan persepuluhan (point a-g) yang telah saya berikan diatas, tetap sama dalam Perjanjian Lama maupun dalam Perjanjian Baru. Dan karena itu, kalau dalam Perjanjian Lama persembahan persepuluhan diharuskan, adalah tak masuk akal kalau dalam Perjanjian Baru persembahan persepuluhan dihapuskan!

Penutup.

Sebagai penutup ada 2 hal yang ingin saya berikan:

1)         Kita harus memilih tindakan ‘yang aman’ dalam keadaan tidak yakin.

a)   Sebagai jemaat biasa.
Kalau saudara masih belum yakin tentang keharusan memberikan persembahan persepuluhan dalam jaman Perjanjian Baru, kalau dalam hati saudara masih ada pro kontra tentang apakah hukum tentang persembahan persepuluhan masih berlaku atau tidak dalam jaman Perjanjian Baru, maka apa yang harus saudara lakukan? Memberi atau tidak memberi persembahan persepuluhan?
Kalau saudara tidak memberi persembahan persepuluhan dan ternyata hukum tentang persembahan persepuluhan masih berlaku, maka saudara berdosa dan merampok Allah. Tetapi sebaliknya, kalau saudara memberi persembahan persepuluhan, dan ternyata hukum tentang persembahan persepuluhan sebetulnya sudah tidak berlaku, maka saudara tidak bersalah apa-apa.
Jadi, mana yang harus dipilih? Jelas bahwa saudara harus memberi persembahan persepuluhan. Itu adalah tindakan ‘yang aman’ dalam keadaan tidak yakin.

b)   Sebagai pendeta / pengajar firman.
Hal yang sama harus dilakukan oleh seorang pengajar firman yang tidak yakin apakah orang Kristen harus memberikan persembahan persepuluhan. Bagaimana ia harus mengajar jemaat tentang hal ini? Boleh saja ia mengatakan kepada jemaat bahwa ia tidak yakin dalam hal itu. Tetapi apakah ia harus menganjurkan mereka untuk memberi persembahan persepuluhan atau tidak?
Kalau ia menganjurkan jemaat memberi padahal sebetulnya hukum tentang persembahan persepuluhan sudah tidak berlaku, maka ia tetap tidak mengajarkan sesuatu yang salah. Tetapi kalau ia mengatakan jemaat tak perlu memberi, padahal hukum tentang persembahan persepuluhan masih berlaku, maka ia mengajar jemaat untuk merampok milik Allah!
Jadi, lagi-lagi menurut saya ia seharusnya menganjurkan jemaat tetap memberi persembahan persepuluhan.

2)         Apakah 10 % dari penghasilan itu terlalu besar untuk diberikan kepada Tuhan?

Barnes’ Notes (tentang Mal 3:10): “He asketh of thee ‘first-fruits and tithes.’ Niggard, what wouldest thou do, if He took nine parts to Himself, and left thee the tenth? What if He said to thee; ‘Man, thou art Mine, Who made thee; Mine is the land which thou tillest; Mine are the seeds, which thou sowest; Mine are the animals, which thou weariest; Mine are the showers, Mine the winds, Mine the sun’s heat; and since Mine are all the elements, whereby thou livest, thou who givest only the labor of thine hands, deservest only the tithes.’ But since Almighty God lovingly feeds us, He gives most ample reward to us who labor little: claiming to Himself the tithes only, He has condoned us all the rest.” [= Ia meminta darimu ‘hasil / buah pertama dan persembahan persepuluhan’. Orang kikir / pelit, apa yang akan kamu lakukan, jika Ia mengambil 9 bagian bagi diriNya sendiri, dan meninggalkan engkau sepersepuluh? Bagaimana seandainya Ia berkata kepadamu: ‘Manusia, engkau adalah milikKu, Yang membuat engkau; PunyaKulah tanah yang kaukerjakan; punyaKulah benihnya, yang kautaburkan; punyaKulah binatang-binatang, yang kau lelahkan; PunyaKulah hujan, punyaKulah angin, punyaKulah panas matahari; dan karena punyaKulah semua elemen-elemen itu, dengan mana engkau hidup, engkau yang hanya memberi jerih payah dari tanganmu, layak mendapat hanya sepersepuluh / persepuluhannya’. Tetapi karena Allah Yang Maha Kuasa dengan penuh kasih memberi makan kita, Ia memberi pahala / upah yang paling cukup kepada kita yang berjerih payah sedikit: menuntut bagi diriNya sendiri hanya sepersepuluh / persepuluhannya, Ia telah menyerahkan / memberikan kepada kita semua sisanya.].

-o0o-

PRO KONTRA TENTANG PERSEMBAHAN PERSEPULUHAN (10c)

Pemahaman Alkitab

G. K. R. I. ‘GOLGOTA’

(Rungkut Megah Raya, blok D no 16)

Rabu, tgl 2 September 2015, pk 19.00

Pdt. Budi Asali, M. Div.

PRO KONTRA TENTANG

PERSEMBAHAN PERSEPULUHAN (10c)



f)    Untuk menjamin bisa berjalan dengan baiknya rumah Allah, tercukupinya kebutuhan hamba-hamba Tuhan, sehingga mereka bisa berkonsentrasi pada pelayanan mereka.
Point ini berhubungan sangat dekat dengan point e) di atas, karena kita tidak mungkin bisa mendukung penegakan nama Tuhan, kalau kita tidak mendukung rumah Allah / tempat ibadah, dan juga mencukupi kebutuhan hidup hamba-hamba Tuhan.

Dalam Perjanjian Lama hamba-hamba Tuhan itu adalah orang-orang Lewi dan imam-imam. Memang dalam Perjanjian Baru, hamba-hamba Tuhan nama jabatannya berbeda, tetapi itu bukan masalah. Yang penting hamba-hamba Tuhan ini menegakkan nama Tuhan dan itu dilakukan dalam tempat ibadah / gereja.

Sekarang mari kita lihat perintah Allah untuk mencukupi kebutuhan hamba-hamba Tuhan dalam Perjanjian Lama.

Bil 18:21 - “Mengenai bani Lewi, sesungguhnya Aku berikan kepada mereka segala persembahan persepuluhan di antara orang Israel sebagai milik pusakanya, untuk membalas pekerjaan yang dilakukan mereka, pekerjaan pada Kemah Pertemuan.”.

Ul 12:19 - “Hati-hatilah, supaya jangan engkau melalaikan orang Lewi, selama engkau ada di tanahmu.”.
NIV: Be careful not to neglect the Levites as long as you live in your land. [= Hati-hatilah untuk tidak mengabaikan orang-orang Lewi selama kamu hidup di tanah / negerimu.].

2Taw 31:4 - “Ia memerintahkan rakyat, yakni penduduk Yerusalem, untuk memberikan sumbangan yang menjadi bagian para imam dan orang-orang Lewi, supaya mereka dapat mencurahkan tenaganya untuk melaksanakan Taurat TUHAN.”.
KJV: ‘that they might be encouraged in the law of the LORD’ [= supaya mereka bisa didorong / dibesarkan hati dalam hukum Taurat dari TUHAN].
RSV: ‘that they might give themselves to the law of the LORD’ [= supaya mereka bisa memberikan diri mereka sendiri pada hukum Taurat dari TUHAN].
NIV: ‘so they could devote themselves to the Law of the LORD’ [= sehingga mereka bisa membaktikan diri mereka sendiri pada hukum Taurat dari TUHAN].
NASB: ‘that they might devote themselves to the law of the LORD’ [= sehingga mereka bisa membaktikan diri mereka sendiri pada hukum Taurat dari TUHAN].

Neh 10:37-39 - “(37) Dan tepung jelai kami yang mula-mula, dan persembahan-persembahan khusus kami, dan buah segala pohon, dan anggur dan minyak akan kami bawa kepada para imam, ke bilik-bilik rumah Allah kami, dan kepada orang-orang Lewi akan kami bawa persembahan persepuluhan dari tanah kami, karena orang-orang Lewi inilah yang memungut persembahan-persembahan persepuluhan di segala kota pertanian kami. (38) Seorang imam, anak Harun, akan menyertai orang-orang Lewi itu, bila mereka memungut persembahan persepuluhan. Dan orang-orang Lewi itu akan membawa persembahan persepuluhan dari pada persembahan persepuluhan itu ke rumah Allah kami, ke bilik-bilik rumah perbendaharaan. (39) Karena orang Israel dan orang Lewi harus membawa persembahan khusus dari pada gandum, anggur dan minyak ke bilik-bilik itu. Di situ ada perkakas-perkakas tempat kudus, pula para imam yang menyelenggarakan kebaktian, para penunggu pintu gerbang dan para penyanyi. Kami tidak akan membiarkan rumah Allah kami.”.
Ay 39: ‘membiarkan’.
KJV: ‘forsake’ [= meninggalkan].
RSV/NIV/NASB: ‘neglect’ [= mengabaikan].

Dari text di atas ini terlihat bahwa pemberian persembahan-persembahan (termasuk persembahan persepuluhan) kepada orang-orang Lewi dan imam-imam berhubungan dengan ‘tidak akan membiarkan rumah Allah’ (ay 39 akhir).

Tetapi janji dalam Neh 10 di atas ternyata tidak mereka tepati, mereka lalai memberi persembahan-persembahan (termasuk persembahan persepuluhan) kepada orang-orang Lewi.

Neh 13:10-12 - “(10) Juga kudapati bahwa sumbangan-sumbangan bagi orang-orang Lewi tidak pernah diberikan, sehingga orang-orang Lewi dan para penyanyi yang bertugas masing-masing lari ke ladangnya. (11) Aku menyesali para penguasa, kataku: ‘Mengapa rumah Allah dibiarkan begitu saja?’ Lalu kukumpulkan orang-orang Lewi itu dan kukembalikan pada tempatnya. (12) Maka seluruh orang Yehuda membawa lagi persembahan persepuluhan dari pada gandum, anggur dan minyak ke perbendaharaan.”.
Ay 11: ‘dibiarkan’.
NIV: ‘neglected’ [= diabaikan].
KJV/RSV/NASB/ASV/NKJV: ‘forsaken’ [= ditinggalkan].

Perhatikan bahwa kelalaian bangsa Israel dalam memberikan persembahan persepuluhan menyebabkan para pelayan Tuhan terpaksa bekerja untuk menafkahi diri mereka sendiri dan keluarga mereka, sehingga rumah Allah (tempat dimana Allah menegakkan namaNya) diabaikan / ditinggalkan.

Sekarang mari kita melihat beberapa komentar dari para penafsir tentang ayat-ayat ini.

Pulpit Commentary (tentang 2Taw 31:5-19): “1. Promptly. ‘As soon as the commandment came abroad,’ the children of Israel began to pour in their contributions (ver. 5). The absence of delay, showed their zeal was not fanatical, but religious, and not seeming, but real - the last thing to be affected by a man’s religion being his purse;” [= 1. Dengan segera. ‘Segera setelah perintah ini tersiar,’ orang Israel mulai mencurahkan kontribusi mereka (ay 5). Tidak adanya penundaan, menunjukkan semangat mereka bukanlah bersifat fanatik, tetapi agamawi, dan bukannya hanya kelihatannya, tetapi sungguh-sungguh - Hal terakhir yang dipengaruhi oleh agama seseorang adalah dompetnya;].

Pulpit Commentary (tentang 2Taw 31:5-19): “3. Unweariedly. It was no sudden fit of liberality which had overtaken them and quickly expended itself. The firstfruits presenting, tithe-paying, and free-will offering went on for four months (ver. 7). Many can do a generous deed when seized by a momentary impulse, but are wholly unable to bear the strain of continuous giving. That these ancient givers grew not tired of their liberality was a proof that it proceeded from principle rather than from impulse - showed they were acting more from respect to the Divine Law than from a desire to gratify their own feelings.” [= 3. Dengan tidak jemu-jemu / bosan. Itu bukanlah suatu ledakan emosi mendadak dari kedermawanan yang telah mendatangi mereka secara tiba-tiba dan dengan cepat menghabiskan dirinya sendiri. Memberikan buah / hasil pertama, persembahan persepuluhan, dan persembahan sukarela berlangsung terus selama 4 bulan (ay 7). Banyak orang bisa melakukan tindakan murah hati pada waktu dikuasai oleh suatu dorongan hati sesaat yang tiba-tiba, tetapi sama sekali tidak mampu memikul / menahan ketegangan dari pemberian yang terus menerus. Bahwa pemberi-pemberi kuno ini tidak menjadi bosan tentang kedermawanan mereka merupakan suatu bukti bahwa itu keluar dari prinsip dan bukannya dari dorongan hati yang tiba-tiba - menunjukkan bahwa mereka bertindak lebih dari rasa hormat pada hukum Taurat ilahi dari pada dari suatu keinginan untuk memuaskan perasaan mereka sendiri.].

Adam Clarke (tentang Neh 10:39): ‘We will not forsake the house of our God.’ Here was a glorious resolution; and had they been faithful to it, they had been a great and good people to the present day. But what is implied in, We will not forsake the house of our God? I answer: I. The church of God is the house of God; there he has his constant dwelling-place. II. True believers are his family in this house, ... III. The ministers of the word of God are the officers and overseers of this house and family. IV. The worship of God is the grand employment of this family.[= ‘Kami tidak akan membiarkan rumah Allah kami.’ Di sini ada suatu keputusan yang mulia; dan seandainya mereka setia padanya, mereka akan sudah menjadi suatu bangsa / umat yang besar dan baik sampai hari ini. Tetapi apa yang secara implicit ditunjukkan dalam, ‘Kami tidak akan membiarkan rumah Allah kami’? Saya menjawab: I. Gereja Allah adalah rumah Allah; di sana Ia secara terus menerus mempunyai tempat tinggalNya. II. Orang-orang percaya yang sejati adalah keluargaNya dalam rumah ini, ... III. Pelayan-pelayan dari firman Allah adalah pejabat-pejabat dan pengawas-pengawas dari rumah dan keluarga ini. IV. Penyembahan / ibadah Allah adalah aktivitas terutama dari keluarga ini.].

Calvin (tentang Bil 18:20): “As to the present passage, God requires tithes of the people for the maintenance of the tribe of Levi. ... there were two different and special reasons for this payment of tithes, which God ordained by Moses. First, because the land had been promised to the seed of Abraham, the Levites were the legitimate inheritors of a twelfth part of it; but they were passed over, and the posterity of Joseph divided into two tribes: unless, therefore, they had been provided for in some other way, the distribution would have been unequal. Again, forasmuch as they were employed in the sanctuary, their labor was worthy of some remuneration, nor was it reasonable that they should be defrauded of their subsistence, when they were set apart for the performance of the sacred offices, and for the instruction of the people. Two reasons are consequently laid down why God would have them receive tithes from the rest of the people, viz., because they had no part in Israel, and because they were engaged in the service of the tabernacle.” [= Berkenaan dengan text ini, Allah menuntut persembahan persepuluhan dari bangsa itu untuk pemeliharaan suku Lewi. ... disana ada dua alasan yang berbeda dan khusus untuk pembayaran persembahan persepuluhan ini, yang Allah tentukan oleh Musa. Pertama, karena tanah / negeri itu telah dijanjikan kepada keturunan Abraham, orang-orang Lewi adalah pewaris-pewaris yang sah dari seperduabelas bagian darinya; tetapi mereka dilewati, dan keturunan Yusuf dibagi menjadi dua suku: karena itu, kecuali mereka telah dipelihara dengan cara lain, pembagian ini akan tidak merata / tidak adil. Lalu, karena mereka dipekerjakan di tempat kudus, jerih payah mereka layak mendapat suatu pemberian upah / gaji, juga merupakan sesuatu yang tak masuk akal bahwa mereka harus kehilangan hal-hal pokok dari kehidupan mereka, pada waktu mereka dipisahkan untuk melaksanakan tugas-tugas keramat / kudus, dan untuk pengajaran bangsa / umat itu. Sebagai akibatnya, dua alasan diberikan mengapa Allah menghendaki mereka menerima persembahan persepuluhan dari sisa bangsa itu, yaitu, karena mereka tidak mendapat bagian di Israel, dan karena mereka terlibat dalam pelayanan dari Kemah Suci.] - hal 277-278.

Wycliffe Bible Commentary (tentang 2Taw 31:2-5): “The Levites could devote themselves to God’s work unhindered by secular pursuits only if they received these ‘portions’ regularly (cf. Neh 13:10).” [= Orang-orang Lewi bisa membaktikan diri mereka sendiri pada pekerjaan Allah tanpa halangan oleh pekerjaan sekuler hanya jika mereka menerima ‘bagian-bagian’ ini secara teratur (bdk. Neh 13:10).].

Adam Clarke (tentang Ul 12:19): “‘Forsake not the Levite.’ These had no inheritance, and were to live by the sanctuary: if therefore the offerings were withheld by which the Levites were supported, they of course must perish. Those who have devoted themselves to the service of God in ministering to the salvation of the souls of men, should certainly be furnished at least with all the necessaries of life. Those who withhold this from them sin against their own mercies, and that ordinance of God by which a ministry is established for the salvation of souls.” [= ‘Janganlah meninggalkan orang-orang Lewi’. Mereka tidak mendapatkan warisan, dan harus hidup oleh tempat kudus: karena itu jika persembahan-persembahan ditahan dengan mana mereka disokong, tentu saja mereka pasti binasa. Mereka yang telah membaktikan diri mereka sendiri pada pelayanan Allah dalam pelayanan bagi keselamatan dari jiwa-jiwa manusia, pasti harus disokong sedikitnya dengan semua kebutuhan-kebutuhan hidup. Mereka yang menahan ini dari mereka berdosa terhadap berkat-berkat mereka sendiri, dan hukum Allah itu dengan mana suatu pelayanan diteguhkan untuk keselamatan dari jiwa-jiwa.].

Adam Clarke (tentang Bil 18:21): “‘Behold, I have given the children of Levi all the tenth.’ 1. The Levites had one-tenth of all the productions of the land. 2. They had forty-eight cities, each forming a square of 4,000 cubits. 3. They had 2,000 cubits of ground round each city. Total of the land they possessed, 53,000 acres. 4. They had the first-fruits and certain parts of all the animals killed in the land. Canaan contained about 11,264,000 acres; therefore the portion possessed by the Levites was rather less than as one to two hundred and twelve; for 11,264,000 divided by 53,000, quotes only 212 28/53, - See Lowman, Dodd, etc. But though this was a very small proportion for a whole tribe that had consented to annihilate its political existence, that it might wait upon the service of God, and labour for the people’s souls; yet let it be considered that what they possessed was the best of the land: and while it was a slender remuneration for their services, yet their portion was such as rendered them independent, and kept them comfortable; so that they could wait on the Lord’s work without distraction. This is a proper pattern for the maintenance of the ministers of God: let them have a sufficiency for themselves and families, that there may be no distracting cares; and let them not be encumbered with riches or worldly possessions, that they may not be prevented from taking care of souls.” [= ‘Lihatlah / sesungguhnya, Aku telah memberikan kepada orang-orang Lewi segala persembahan persepuluhan’. 1. Orang-orang Lewi mendapatkan 1/10 dari semua hasil tanah itu. 2. Mereka mempunyai / mendapatkan 48 kota, masing-masing membentuk 4000 hasta persegi. 3. Mereka mendapat 2000 hasta tanah di sekeliling setiap kota. Total tanah yang mereka miliki, 53.000 acres (kira-kira 21.200 hektar). 4. Mereka mendapatkan hasil / buah pertama dan bagian tertentu dari semua binatang yang dibunuh di negeri / tanah itu. Kanaan terdiri dari 11.264.000 acres (sekitar 4.507.600 hektar); karena itu bagian yang dimiliki oleh orang-orang Lewi adalah sedikit kurang dari 1/212; karena 11.264.000 dibagi dengan 53.000 hanyalah 212 28/53, - Lihat Lowman, Dodd, dsb. Tetapi sekalipun ini adalah suatu bagian yang sangat kecil untuk seluruh suku yang telah menyetujui penghilangan / penghapusan keberadaannya berhubungan dengan politik / pemerintah, sehingga mereka bisa melayani pelayanan / ibadah Allah, dan berjerih payah untuk jiwa-jiwa orang-orang / bangsa; tetapi hendaklah dipertimbangkan bahwa apa yang mereka miliki adalah yang terbaik dari tanah / negeri itu: dan sekalipun itu adalah suatu balasan yang kecil untuk pelayanan-pelayanan mereka, tetapi bagian mereka adalah sedemikian rupa sehingga menyebabkan mereka tak tergantung, dan menjaga mereka nyaman; sehingga mereka bisa melayani pekerjaan Tuhan tanpa gangguan / pikiran yang terpecah. Ini adalah suatu pola yang tepat / benar untuk pemeliharaan dari pelayan-pelayan Allah: hendaklah mereka mendapatkan suatu kecukupan untuk diri mereka sendiri dan keluarga mereka, sehingga disana tidak ada kekuatiran yang mengganggu / memecah pikiran; dan hendaklah mereka tidak dihalangi / dirintangi dengan kekayaan atau milik duniawi, sehingga mereka tidak dicegah dari pemeliharaan jiwa-jiwa.].

Jamieson, Fausset & Brown (tentang Bil 18:21-22): “‘I have given the children of Levi.’ Neither the priests nor the Levites were to possess any allotments of land, but to depend entirely upon Him who liberally provided for them out of His own portion; and this law was subservient to many important purposes - such as, that, being exempted from the cares and labours of worldly business, they might be exclusively devoted to His service; that a bond of mutual love and attachment might be formed between the people and the Levites, who, as performing religious services for the people, derived their subsistence from them; and further, that being the more easily dispersed among the different tribes: they might be more useful in instructing and directing the people.[= ‘Aku telah memberikan kepada orang-orang Lewi’. Baik imam-imam maupun orang-orang Lewi tidak boleh memiliki pembagian tanah / negeri apapun, tetapi tergantung sepenuhnya kepada Dia yang dengan bebas memelihara mereka dari bagianNya sendiri; dan hukum ini berguna bagi banyak tujuan-tujuan penting - seperti, karena dibebaskan dari kekuatiran dan jerih payah dari kesibukan duniawi, mereka bisa secara exklusif dibaktikan pada pelayananNya; sehingga suatu ikatan dari saling mengasihi dan menyayangi bisa dibentuk antara bangsa itu dan orang-orang Lewi, yang, karena melakukan pelayanan-pelayanan agamawi bagi bangsa itu, mendapatkan kebutuhan hidup mereka dari bangsa itu; dan selanjutnya, bahwa karena dengan lebih mudah tersebar di antara suku-suku yang berbeda: mereka bisa lebih berguna dalam mengajar dan mengarahkan bangsa itu.].
Catatan: Jadi ada hubungan timbal balik dimana bangsa itu mendapatkan hal rohani (pelayanan) dari orang-orang Lewi, dan sebaliknya orang-orang Lewi mendapatkan hal jasmani (kebutuhan hidup) dari bangsa itu. INI AKAN RUSAK TOTAL KALAU PERSEMBAHAN PERSEPULUHAN DIANGGAP SEBAGAI GAJI YANG MENGHARUSKAN ORANG-ORANG LEWI MENJADI PELAYAN BANGSA ITU DAN BUKAN PELAYAN TUHAN!!! Ini sangat penting diperhatikan oleh jemaat kristen jaman sekarang yang banyak sekali memperlakukan pendeta-pendetanya sebagai pelayan-pelayan mereka dan bukan pelayan-pelayan Tuhan!

Barnes’ Notes (tentang 2Taw 31:4): “‘That they might be encouraged ...’ i.e. to devote themselves wholly to their proper work, the service of the sanctuary and the teaching of God’s Law (2 Chron 17:7-9), and not engage in secular occupations. Compare Neh 13:10-14.” [= ‘Supaya mereka bisa didorong / dikuatkan ...’ yaitu membaktikan diri mereka sendiri dengan sepenuhnya pada pekerjaan mereka yang benar, pelayanan dari tempat kudus dan pengajaran hukum Taurat Allah (2Taw 17:7-9), dan tidak terlibat dalam pekerjaan-pekerjaan sekuler. Bandingkan Neh 13:10-14.].
2Taw 17:7-9 - “(7) Pada tahun ketiga pemerintahannya ia mengutus beberapa pembesarnya, yakni Benhail, Obaja, Zakharia, Netaneel dan Mikha untuk mengajar di kota-kota Yehuda. (8) Bersama-sama mereka turut juga beberapa orang Lewi, yakni Semaya, Netanya, Zebaja, Asael, Semiramot, Yonatan, Adonia, Tobia dan Tob-Adonia disertai imam-imam Elisama dan Yoram. (9) Mereka memberikan pelajaran di Yehuda dengan membawa kitab Taurat TUHAN. Mereka mengelilingi semua kota di Yehuda sambil mengajar rakyat.”.
Neh 13:10-13 - “(10) Juga kudapati bahwa sumbangan-sumbangan bagi orang-orang Lewi tidak pernah diberikan, sehingga orang-orang Lewi dan para penyanyi yang bertugas masing-masing lari ke ladangnya. (11) Aku menyesali para penguasa, kataku: ‘Mengapa rumah Allah dibiarkan begitu saja?Lalu kukumpulkan orang-orang Lewi itu dan kukembalikan pada tempatnya. (12) Maka seluruh orang Yehuda membawa lagi persembahan persepuluhan dari pada gandum, anggur dan minyak ke perbendaharaan. (13) Sebagai pengawas-pengawas perbendaharaan kuangkat imam Selemya dan Zadok, seorang ahli kitab, dan Pedaya, seorang Lewi, sedang Hanan bin Zakur bin Matanya diperbantukan kepada mereka, karena orang-orang itu dianggap setia. Mereka diserahi tugas untuk mengurus pembagian kepada saudara-saudara mereka.”.

Pulpit Commentary (tentang 2Taw 31:5-19): “4. Abundantly. So extraordinary was the outburst of liberality, that not only had the priests and Levites obtained the most ample maintenance, having had enough to eat and plenty over (ver. 10), but so fast came the people’s offerings in that they were obliged to be piled up in heaps (ver. 6), ... The Christian Church might herein find an example. It is poor policy, besides being unscriptural (Luke 10:7; 1 Cor 9:14), for Churches or congregations to starve or underpay their ministers.” [= 4. Dengan berlimpah-limpah. Begitu luar biasa ledakan dari kedermawanan itu, sehingga bukan hanya imam-imam dan orang-orang Lewi mendapatkan pemeliharaan yang sangat cukup, mempunyai cukup untuk dimakan dan berlebihan / sisanya banyak (ay 10), tetapi begitu cepat datangnya persembahan dari bangsa itu sehingga persembahan-persembahan itu harus ditumpuk dalam timbunan-timbunan (ay 6), ... Gereja Kristen bisa mendapatkan di sini suatu teladan. Merupakan suatu kebijaksanaan yang buruk, disamping tidak Alkitabiah (Luk 10:7; 1Kor 9:14), bagi Gereja-gereja atau jemaat-jemaat untuk melaparkan atau membayar terlalu rendah pendeta-pendeta mereka.].
Catatan: ini tentu tak dimaksudkan bagi gereja yang memang tak mampu memberi biaya hidup yang memadai bagi pendeta-pendetanya. Tetapi kalau gereja itu mampu, dan tetap memberi biaya hidup yang tidak memadai, maka itu merupakan kebijaksanaan yang buruk! Pendeta akan terpaksa mencari uang dengan cara lain, dan itu berarti mengurangi waktu, tenaga, pikiran, yang seharusnya ia curahkan semua untuk melayani gereja! Jadi akhirnya, yang dirugikan adalah gereja! PARA MAJELIS HARUS MEMPERHATIKAN HAL INI!

1Kor 9:7-14 - “(7) Siapakah yang pernah turut dalam peperangan atas biayanya sendiri? Siapakah yang menanami kebun anggur dan tidak memakan buahnya? Atau siapakah yang menggembalakan kawanan domba dan yang tidak minum susu domba itu? (8) Apa yang kukatakan ini bukanlah hanya pikiran manusia saja. Bukankah hukum Taurat juga berkata-kata demikian? (9) Sebab dalam hukum Musa ada tertulis: ‘Janganlah engkau memberangus mulut lembu yang sedang mengirik!’ Lembukah yang Allah perhatikan? (10) Atau kitakah yang Ia maksudkan? Ya, untuk kitalah hal ini ditulis, yaitu pembajak harus membajak dalam pengharapan dan pengirik harus mengirik dalam pengharapan untuk memperoleh bagiannya. (11) Jadi, jika kami telah menaburkan benih rohani bagi kamu, berlebih-lebihankah kalau kami menuai hasil duniawi dari pada kamu? (12) Kalau orang lain mempunyai hak untuk mengharapkan hal itu dari pada kamu, bukankah kami mempunyai hak yang lebih besar? Tetapi kami tidak mempergunakan hak itu. Sebaliknya, kami menanggung segala sesuatu, supaya jangan kami mengadakan rintangan bagi pemberitaan Injil Kristus. (13) Tidak tahukah kamu, bahwa mereka yang melayani dalam tempat kudus mendapat penghidupannya dari tempat kudus itu dan bahwa mereka yang melayani mezbah, mendapat bahagian mereka dari mezbah itu? (14) Demikian pula Tuhan telah menetapkan, bahwa mereka yang memberitakan Injil, harus hidup dari pemberitaan Injil itu.”.

Bible Knowledge Commentary (tentang Mal 3): If the Levites and priests would not receive the tithes and offerings, they would have to turn to other means of supporting themselves. As a result, the temple ministry would suffer. ... Since the temple was God’s house (v. 10), failure to support its ministry was considered equal to robbing God Himself.” [= Jika orang-orang Lewi dan imam-imam tidak menerima persembahan persepuluhan dan persembahan-persembahan, mereka akan harus berbelok / beralih pada cara-cara lain untuk menyokong diri mereka sendiri. Sebagai akibatnya, pelayanan Bait Suci akan menderita / mengalami kerugian. ... Karena Bait Suci adalah rumah Allah (ay 10), kegagalan untuk menyokong pelayanannya dianggap sama dengan merampok Allah sendiri.].

John Benton (tentang Mal 3:8-9): When God’s people will not give to the support of God’s work, it has a very direct and practical effect upon their influence. Perhaps a pastor is not well supported. He is forever worried about the financial needs of his family. You cannot expect a man who is continually plagued by such anxieties to produce the best sermons and teaching from God’s Word. Perhaps the church meets in a tumbledown old building much in need of renovation, but because of the lack of financial support, or willingness to give time and effort to a working party, it remains in a state of disrepair. All right. But outsiders are put off from entering such a building to hear the gospel. They are not attracted into the building. So the influence of the church declines. We cannot rob God without hurting ourselves. He wants us to give to him. [= Pada waktu umat Allah tidak mau memberi untuk menyokong pekerjaan Allah, itu mempunyai akibat langsung dan praktis pada pengaruh mereka. Mungkin seorang pendeta tidak disokong dengan baik. Ia selamanya / selalu kuatir tentang kebutuhan keuangan dari keluarganya. Kamu tidak bisa mengharapkan seseorang yang terus menerus diganggu oleh kekuatiran-kekuatiran seperti itu untuk menghasilkan khotbah-khotbah dan pengajaran yang terbaik dari Firman Allah. Mungkin gereja itu bertemu di suatu bangunan tua yang mau roboh yang ada dalam kebutuhan untuk direnovasi, tetapi karena kekurangan sokongan keuangan atau kerelaan untuk memberi waktu dan usaha pada pihak yang bekerja, itu tetap dalam suatu keadaan butuh diperbaiki. Baik. Tetapi orang-orang luar ditolak untuk memasuki suatu bangunan seperti itu untuk mendengar injil. Mereka tidak tertarik pada bangunan itu. Demikianlah pengaruh dari gereja itu menurun. Kita tidak bisa merampok Allah tanpa melukai / merugikan diri kita sendiri. Ia mau kita memberi kepadaNya.] - ‘Losing Touch With the Living God: The Message of Malachi’ (Libronix).

The Biblical Illustrator (tentang 1Kor 9:7-14): 2. Ministers should preach to their own people on this subject.[= 2. Pelayan-pelayan / pendeta-pendeta harus berkhotbah kepada umat mereka sendiri tentang subyek / pokok ini.].
Catatan: banyak pendeta-pendeta yang mata duitan yang terus-menerus berkhotbah tentang hal ini. Ini extrim kiri. Tetapi pendeta-pendeta yang baik tak boleh menghindari extrim kiri dengan masuk ke extrim kanan, yaitu dengan menjadi begitu takut / sungkan kepada jemaat mereka, sehingga tidak pernah memberitakan tentang hal ini sama sekali! Banyak jemaat yang, atau tidak mengerti, atau tidak pernah memikirkan, tentang hal ini, dan karena itu mereka perlu mendengar pengajaran tentang hal ini!

The Biblical Illustrator (tentang 1Kor 9:7-14): 4. If the church that is able to pay a just compensation to their minister does not and will not do it, their minister should leave them.[= 4. Jika gereja yang bisa / mampu untuk memberi kompensasi yang adil / benar / masuk akal kepada pendeta mereka dan tidak mau melakukannya, pendeta mereka harus meninggalkan mereka.].
Catatan: pendeta harus berani bicara terus terang, kalau memang ia kekurangan. Tetapi kalau terus tidak digubris, maka keputusan drastis untuk meninggalkan gereja itu, bukanlah sesuatu yang salah, mengingat bahwa ia juga tidak akan bisa melayani dengan baik, kalau terus menerus ada dalam kekurangan.

Barnes’ Notes (tentang 1Kor 9:14): That the command is that they shall ‘live’ ‎zeen of the gospel. It is not that they should grow rich, or lay up treasures, or speculate in it, or become merchants, farmers, teachers, or bookmakers for a living; but it is that they should have such a maintenance as to constitute a livelihood. They should be made comfortable; not rich. They should receive so much as to keep their minds from being harassed with cares, and their families from want not so much as to lead them to forget their dependence on God, or on the people.[= Bahwa perintahnya adalah bahwa mereka akan ‘hidup’ (ZEEN) dari injil. Bukan supaya mereka menjadi kaya, atau menimbun harta, atau berspekulasi di dalamnya, atau menjadi pedagang, petani, guru, atau pembuat buku untuk suatu penghidupan; tetapi itu adalah supaya mereka mendapatkan suatu pemeliharaan sedemikian rupa sehingga membentuk suatu nafkah. Mereka harus dibuat nyaman; bukan kaya. Mereka harus menerima begitu banyak sehingga menjaga / mencegah pikiran mereka dari gangguan terus menerus dari kekuatiran, dan keluarga mereka dari kekurangan begitu banyak sehingga membimbing mereka untuk melupakan ketergantungan mereka kepada Allah, atau kepada umat.].
Catatan: ‘guru’ tentu maksudnya guru sekuler. Dan ‘pembuat buku’ mungkin juga dalam arti sekuler. Bahkan dalam arti rohanipun, kalau itu terlalu ditekankan, itu jelas merupakan sesuatu yang salah! ‘Terlalu ditekankan’ misalnya kalau ia terlalu banyak mengurusi pembuatan buku (baik dalam belajar untuk itu, maupun dalam pembuatan / pencetakan buku itu sendiri), atau kalau ia membuat topik khotbah, bukan yang sesuai dengan kebutuhan jemaatnya, tetapi yang akan laku untuk dijual sebagai buku.

Matthew Henry (tentang Ul 12): IV. They are commanded to be kind to the Levites. Did they feast with joy? The Levites must feast with them, and rejoice with them, v. 12, and again, v. 18; and a general caution (v. 19), ‘Take heed that thou forsake not the Levite as long as thou livest.’ There were Levites that attended the altar as assistants to the priests, and these must not be forsaken, that is, the service they performed must be constantly adhered to; no other altar must be set up than that which God appointed; for that would be to forsake the Levites. But this seems to be spoken of the Levites that were dispersed in the country to instruct the people in the law of God, and to assist them in their devotions; for it is the Levite within their gates that they are here commanded to make much of. It is a great mercy to have Levites near us, within our gates, that we may ask the law at their mouth, and at our feasts to be a check upon us, to restrain excesses. And it is the duty of people to be kind to their ministers that give them good instructions and set them good examples. As long as we live we shall need their assistance, till we come to that world where ordinances will be superseded; and therefore as long as we live we must not forsake the Levites. The reason given (v. 12) is because ‘the Levite has no part nor inheritance with you,’ so that he cannot grow rich by husbandry or trade; let him therefore share with you in the comfort of your riches. They must give the Levites their tithes and offerings, settled on them by the law, because they had no other maintenance. [= IV. Mereka diperintahkan untuk baik terhadap orang-orang Lewi. Apakah mereka berpesta dengan sukacita? Orang-orang Lewi harus berpesta bersama mereka, dan bersukacita dengan mereka, ay 12, dan lagi, ay 18; dan suatu peringatan umum (ay 19), ‘Hati-hatilah, supaya jangan engkau melalaikan orang Lewi, selama engkau hidup.’ Di sana ada orang-orang Lewi yang melayani mezbah sebagai pembantu-pembantu bagi imam-imam, dan mereka ini tidak boleh ditinggalkan, artinya, pelayanan yang mereka lakukan harus secara terus menerus disokong; tak ada mezbah lain boleh didirikan dari pada itu yang Allah tetapkan; karena itu akan berarti meninggalkan orang-orang Lewi. Tetapi ini kelihatannya dibicarakan tentang orang-orang Lewi yang tersebar di negeri untuk mengajar bangsa itu hukum Taurat dari Allah, dan untuk membantu mereka dalam pembaktian mereka; karena adalah orang-orang Lewi di dalam pintu-pintu gerbang mereka yang di sini mereka diperintahkan untuk ditonjolkan. Merupakan suatu berkat yang besar untuk mempunyai orang-orang Lewi dekat dengan kita, di dalam pintu-pintu gerbang kita, sehingga kita bisa meminta hukum Taurat pada mulut mereka, dan di pesta-pesta menjadi suatu kekang bagi kita, untuk mengekang hal-hal yang berlebih-lebihan. Dan adalah kewajiban dari bangsa itu untuk baik pada pendeta-pendeta mereka, yang memberi mereka pengajaran yang baik dan memberi mereka teladan yang baik. Selama kita hidup kita akan membutuhkan bantuan mereka, sampai kita sampai ke dunia itu dimana hukum-hukum / peraturan-peraturan akan disingkirkan / digantikan; dan karena itu selama kita hidup kita tidak boleh meninggalkan orang-orang Lewi. Alasan yang diberikan (ay 12) adalah karena ‘orang-orang Lewi tidak mendapat bagian atau warisan bersama kamu’, sehingga ia tidak bisa menjadi kaya oleh hasil tanah / ternak atau perdagangan; karena itu hendaklah ia mendapat bagian bersama kamu dalam penghiburan / kepuasan dari kekayaanmu. Mereka harus memberi orang-orang Lewi persembahan persepuluhan dan persembahan mereka, ditetapkan kepada mereka oleh hukum Taurat, karena mereka tidak mempunyai pemeliharaan yang lain.].
Catatan: dari bagian akhir kutipan di atas ini terlihat secara implicit bahwa kalau pendeta punya pekerjaan lain yang menjadikan mereka kaya, mereka tidak perlu disokong! Pendeta-pendeta hanya boleh punya pekerjaan lain (sekuler) kalau gereja tidak bisa memberi sokongan yang mencukupi kehidupan mereka. Pendeta-pendeta yang sudah dicukupi kebutuhan hidupnya, harus mengingat bahwa tujuan pencukupan kebutuhan hidupnya itu adalah supaya ia membaktikan seluruh hidupnya bagi pelayanan / Tuhan! Kalau ia tetap berusaha mendapatkan uang dari hal-hal sekuler, ia adalah hamba uang dan bukan hamba Tuhan! Ini juga berlaku untuk istri pendeta!

Matthew Henry (tentang 2Taw 31:4-dst): IV. He issued out an order to the inhabitants of Jerusalem first, v. 4 ... but which was afterwards extended to, or at least admitted by, the cities of Judah, that they should carefully pay in their dues, according to the law, to the priests and Levites. This had been long neglected, which made the work to be neglected (for a scandalous maintenance makes a scandalous ministry); but Hezekiah, having himself been liberal, might with a good grace require his subjects to be just to the temple service. And observe the end he aims at in recovering and restoring to the priests and Levites their portion, that they ‘might be encouraged in the law of the Lord,’ in the study of it, and in doing their duty according to it. Observe here, 1. It is fit that ministers should be not only maintained, but encouraged, that they should not only be kept to do their work, but that they should also have wherewith to live comfortably, that they may do it with cheerfulness. 2. Yet they are to be maintained, not in idleness, pride, and luxury, but in the law of the Lord, in their observance of it themselves and in teaching others the good knowledge of it. [= IV. Ia mengeluarkan suatu perintah pertama-tama kepada penduduk-penduduk Yerusalem, ay 4 ... tetapi lalu / belakangan diperluas kepada, atau setidaknya diterima oleh kota-kota Yehuda, bahwa mereka harus memberi dengan teliti kewajiban pembayaran mereka, menurut hukum Taurat, kepada imam-imam dan orang-orang Lewi. Ini telah diabaikan untuk waktu yang lama, yang menyebabkan pekerjaan diabaikan (karena suatu pemeliharan yang memalukan / tidak benar membuat / menyebabkan suatu pelayanan yang memalukan / tidak benar); tetapi Hizkia, yang dirinya sendiri adalah dermawan, bisa dengan suatu kasih karunia yang baik memerintahkan warganya untuk menjadi benar terhadap pelayanan Bait Suci. Dan perhatikan tujuan yang ia arah / tuju dalam memulihkan dan mengembalikan kepada imam-imam dan orang-orang Lewi bagian mereka, supaya mereka ‘bisa didorong / dikuatkan dalam hukum Taurat dari Tuhan’, dalam pembelajaran darinya, dan dalam melakukan kewajiban mereka sesuai dengannya. Perhatikan di sini, 1. Adalah cocok bahwa pelayan-pelayan bukan hanya harus dipelihara, tetapi didorong / dikuatkan, sehingga mereka bukan hanya harus dijaga untuk melakukan pekerjaan mereka, tetapi juga supaya dengan itu mereka bisa hidup dengan nyaman / tanpa kekuatiran, supaya mereka bisa melakukannya dengan sukacita. 2. Tetapi mereka harus dipelihara, bukan dalam kemalasan, kesombongan, dan kemewahan, tetapi dalam hukum Taurat Tuhan, dalam ketaatan mereka sendiri padanya dan dalam pengajaran orang-orang lain pengetahuan yang baik tentangnya.].

The Bible Exposition Commentary (tentang Neh 12:44-47): The people brought their tithes and offerings, not only because it was the commandment of God, but also because they were ‘pleased with the ministering priests and Levites’ (12:44, NIV). The ministers at the temple were exemplary both in their personal purity and in their obedience to God’s Word (vv. 30, 45). They conducted the worship, not according to their own ideas, but in obedience to the directions given by David and Solomon. When believers have a godly ministry that exalts the Lord and obeys the Word, they are only too glad to bring their tithes and offerings to support it. A worldly ministry that seeks only to fulfill its own ambitions does not deserve the support of God’s people.[= Orang-orang / bangsa itu membawa persembahan persepuluhan dan persembahan mereka, bukan hanya karena itu adalah perintah Allah, tetapi juga karena mereka ‘senang dengan imam-imam dan orang-orang Lewi yang melayani’ (12:44, NIV). Pelayan-pelayan di Bait Suci merupakan contoh / teladan baik dalam kemurnian pribadi mereka dan dalam ketaatan mereka kepada Firman Allah (ay 30,45). Mereka memimpin ibadah bukan sesuai dengan gagasan mereka sendiri, tetapi dalam ketaatan pada pengarahan yang diberikan oleh Daud dan Salomo. Pada waktu orang-orang percaya mendapatkan suatu pelayanan yang saleh yang meninggikan Tuhan dan mentaati Firman, mereka juga sangat senang / gembira membawa persembahan persepuluhan dan persembahan-persembahan mereka untuk mendukungnya. Suatu pelayanan yang duniawi yang hanya berusaha untuk memenuhi ambisi-ambisinya sendiri, tidak layak menerima dukungan dari umat Allah.].

Matthew Henry (tentang 2Taw 31:8): “It is observable that after they had tasted the sweetness of God’s ordinance, in the late comfortable passover, they were thus free in maintaining the temple service. Those that experience the benefit of a settled ministry will not grudge the expense of it.” [= Merupakan sesuatu yang bisa diperhatikan bahwa setelah mereka telah merasakan manisnya hukum / peraturan Allah, dalam Paskah yang nyaman baru-baru ini (itu ada dalam 2Taw 30), maka mereka royal dalam memelihara pelayanan Bait Suci. Mereka yang mengalami manfaat dari suatu pelayanan yang tetap / beres tidak akan bersungut-sungut tentang biayanya.].

Matthew Henry (tentang Neh 13:10-14): “The better church-work is done the better will church-dues be paid.” [= Makin baik pekerjaan gereja dilakukan, makin baik hak-hak gereja dibayar.].

Catatan: 3 kutipan di atas ini merupakan sesuatu yang sangat penting untuk diperhatikan oleh para pendeta. Para pendeta harus ingat bahwa kewajiban mereka yang terutama adalah belajar dan mengajar! Kalau mereka tidak belajar, sehingga ajaran mereka tidak ada isinya, tak usah heran kalau jemaat yang merasa ‘tidak mendapat apa-apa’ lalu tidak punya beban untuk memberi kepada gereja, baik dalam hal persembahan biasa, maupun dalam persembahan persepuluhan! Kalau mereka melayani secara asal-asalan, khususnya dalam urusan khotbah / firman, dan jemaat tidak mendapat manfaat rohani apapun dari pelayanan mereka, bagaimana mereka mau mengharapkan untuk disokong sehingga bisa hidup dengan nyaman? Mereka tidak berhak mendapatkannya! Sebaliknya, bagi jemaat, kalau mereka mempunyai pendeta yang memang melayani mereka dengan baik, dan mereka mendapat manfaat rohani dari pelayanan itu, adalah sangat buruk kalau mereka tetap tidak mau memberikan persembahan persepuluhan, dan menyokong kehidupan dari pendeta mereka itu.

The Bible Exposition Commentary (tentang Ul 12:17-19): “It’s a basic principle in Scripture that those who serve the Lord and His people should have the support of God’s people. ‘The laborer is worthy of his hire’ (Luke 10:7) and ‘those who preach the gospel should live from the gospel’ (1 Cor 9:14, NKJV). Believers who receive spiritual blessings from teachers and preachers should share material blessings with them (Gal 6:6-10; 1 Tim 5:17-18). Paul saw the supporting gifts of God’s people as spiritual sacrifices dedicated to the Lord (Phil 4:10-19). If all of God’s people practiced the kind of giving described in 2 Cor 8-9, there would be no church debts, God’s servants would be provided for, and the work of the Lord would prosper around the world.” [= Merupakan suatu prinsip dasar dalam Kitab Suci bahwa mereka yang melayani Tuhan dan bangsa / umatNya harus mendapat sokongan dari bangsa / umat Allah. ‘Seorang pekerja patut mendapat upahnya’ (Luk 10:7) dan ‘mereka yang memberitakan Injil harus hidup dari injil itu’ (1Kor 9:14, NKJV). Orang-orang percaya yang menerima berkat-berkat rohani dari pengajar-pengajar dan pengkhotbah-pengkhotbah harus membagi berkat-berkat materi mereka bersama mereka (Gal 6:6-10; 1Tim 5:17-18). Paulus melihat pemberian-pemberian sokongan dari umat Allah sebagai korban-korban rohani yang didedikasikan kepada Tuhan (Fil 4:10-19). Seandainya semua umat Allah mempraktekkan jenis pemberian yang digambarkan dalam 2Kor 8-9, di sana tidak akan ada hutang gereja, pelayan-pelayan Allah akan dipelihara, dan pekerjaan Tuhan akan berkembang di seluruh dunia.].
Catatan: saya tak setuju dengan penggunaan 2Kor 8-9 karena ini merupakan persembahan bagi orang-orang Kristen yang miskin, bukan bagi gereja.

Luk 10:7 - “Tinggallah dalam rumah itu, makan dan minumlah apa yang diberikan orang kepadamu, sebab seorang pekerja patut mendapat upahnya. Janganlah berpindah-pindah rumah.”.
1Kor 9:13-14 - “(13) Tidak tahukah kamu, bahwa mereka yang melayani dalam tempat kudus mendapat penghidupannya dari tempat kudus itu dan bahwa mereka yang melayani mezbah, mendapat bahagian mereka dari mezbah itu? (14) Demikian pula Tuhan telah menetapkan, bahwa mereka yang memberitakan Injil, harus hidup dari pemberitaan Injil itu.”.
Gal 6:6 - “Dan baiklah dia, yang menerima pengajaran dalam Firman, membagi segala sesuatu yang ada padanya dengan orang yang memberikan pengajaran itu.”.
1Tim 5:17-18 - “(17) Penatua-penatua yang baik pimpinannya patut dihormati dua kali lipat, terutama mereka yang dengan jerih payah berkhotbah dan mengajar. (18) Bukankah Kitab Suci berkata: ‘Janganlah engkau memberangus mulut lembu yang sedang mengirik,’ dan lagi ‘seorang pekerja patut mendapat upahnya.’”.
Fil 4:10-19 - “(10) Aku sangat bersukacita dalam Tuhan, bahwa akhirnya pikiranmu dan perasaanmu bertumbuh kembali untuk aku. Memang selalu ada perhatianmu, tetapi tidak ada kesempatan bagimu. (11) Kukatakan ini bukanlah karena kekurangan, sebab aku telah belajar mencukupkan diri dalam segala keadaan. (12) Aku tahu apa itu kekurangan dan aku tahu apa itu kelimpahan. Dalam segala hal dan dalam segala perkara tidak ada sesuatu yang merupakan rahasia bagiku; baik dalam hal kenyang, maupun dalam hal kelaparan, baik dalam hal kelimpahan maupun dalam hal kekurangan. (13) Segala perkara dapat kutanggung di dalam Dia yang memberi kekuatan kepadaku. (14) Namun baik juga perbuatanmu, bahwa kamu telah mengambil bagian dalam kesusahanku. (15) Kamu sendiri tahu juga, hai orang-orang Filipi; pada waktu aku baru mulai mengabarkan Injil, ketika aku berangkat dari Makedonia, tidak ada satu jemaatpun yang mengadakan perhitungan hutang dan piutang dengan aku selain dari pada kamu. (16) Karena di Tesalonikapun kamu telah satu dua kali mengirimkan bantuan kepadaku. (17) Tetapi yang kuutamakan bukanlah pemberian itu, melainkan buahnya, yang makin memperbesar keuntunganmu. (18) Kini aku telah menerima semua yang perlu dari padamu, malahan lebih dari pada itu. Aku berkelimpahan, karena aku telah menerima kirimanmu dari Epafroditus, suatu persembahan yang harum, suatu korban yang disukai dan yang berkenan kepada Allah. (19) Allahku akan memenuhi segala keperluanmu menurut kekayaan dan kemuliaanNya dalam Kristus Yesus.”.

A. W. Pink: “One evil ever leads to another. God’s appointed method for the financing of the work which He has been pleased to place in our hands, is that of tithing - the strict setting aside one-tenth of all we receive, to be devoted to His cause. Where the Lord’s people faithfully do this, there is never any shortage or going into debt. Where tithing is ignored there is almost always a deficit, and then the ungodly are asked to help or worldly methods are employed to raise money. If we sow the wind, we must not be surprised if we reap the whirlwind.” [= Satu kejahatan selalu membimbing kepada kejahatan yang lain. Metode yang Allah tetapkan untuk membiayai pekerjaan yang telah Ia perkenan untuk tempatkan dalam tangan kita, adalah metode tentang persembahan persepuluhan - penyisihan yang ketat sepersepuluh dari semua yang kita terima, untuk diberikan pada perkaraNya. Dimana umat Tuhan melakukan ini dengan setia, di sana tidak akan pernah ada kekurangan atau hutang. Dimana persembahan persepuluhan diabaikan di sana hampir selalu ada suatu defisit, dan lalu orang-orang jahat / tak beriman diminta untuk menolong atau metode-metode duniawi digunakan untuk mendapatkan uang. Jika kita menabur angin, kita tidak boleh terkejut jika kita menuai puting beliung (Hos 8:7).] - ‘Tithing’, hal 11 (AGES).

A. W. Pink: “I believe that God has appointed tithing as the solution of every financial problem that can arise in connection with His work. While the children of Israel practiced tithing there was no difficulty in maintaining the system of worship that God had appointed. And if God’s people today practiced tithing, there would be an end of all financial straits that are crippling so many Christian enterprises. No church could possibly be embarrassed financially where its members tithed.” [= Saya percaya bahwa Allah telah menetapkan persembahan persepuluhan sebagai solusi dari setiap problem keuangan yang bisa muncul dalam hubungan dengan pekerjaanNya. Pada waktu orang-orang Israel mempraktekkan persembahan persepuluhan di sana tidak ada kesukaran dalam memelihara sistim ibadah yang telah Allah tetapkan. Dan jika umat Allah jaman sekarang mempraktekkan persembahan persepuluhan, di sana akan ada suatu akhir dari semua kesukaran / keterbatasan keuangan yang melumpuhkan begitu banyak usaha-usaha / kegiatan-kegiatan Kristen. Tak ada gereja bisa dipermalukan secara keuangan dimana anggota-anggotanya memberi persembahan persepuluhan.] - ‘Tithing’, hal 14 (AGES).

Keharusan mencukupi kebutuhan hidup hamba-hamba Tuhan ini tetap sama dalam jaman Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru, dan karena itu persembahan persepuluhan tetap merupakan keharusan dalam Perjanjian Baru.

-bersambung-