About us

Golgotha Ministry adalah pelayanan dari Pdt. Budi Asali,M.Div dibawah naungan GKRI Golgota Surabaya untuk memberitakan Injil ke seluruh dunia dan mengajarkan kebenaran firman Tuhan melalui khotbah-khotbah, pendalaman Alkitab, perkuliahan theologia dalam bentuk tulisan maupun multimedia (DVD video, MP3, dll). Pelayanan kami ini adalah bertujuan agar banyak orang mengenal kebenaran; dan bagi mereka yang belum percaya, menjadi percaya kepada Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat pribadinya, dan bagi mereka yang sudah percaya, dikuatkan dan didewasakan didalam iman kepada Kristus.
Semua yang kami lakukan ini adalah semata-mata untuk kemuliaan nama Tuhan Yesus Kristus.

Kami mengundang dengan hangat setiap orang yang merasa diberkati dan terbeban didalam pelayanan untuk bergabung bersama kami di GKRI Golgota yang beralamat di : Jl. Raya Kalirungkut, Pertokoan Rungkut Megah Raya D-16, Surabaya.

Tuhan Yesus memberkati.

Rabu, 26 Desember 2012

MANUSIA YESUS TIDAK KEKAL! (3)



Kebaktian

G. K. R. I. ‘GOLGOTA’

(Rungkut Megah Raya Blok D No 16)

Minggu, tgl 23 Desember 2012, pk 17.00

Pdt. Budi Asali
(HP: 7064-1331 / 6050-1331 / 0819-455-888-55)
buas22@yahoo.com

Manusia Yesus tidak kekal! (3)

Yoh 1:1,14 - “(1) Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah. ... (14) Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaanNya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepadaNya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran.”.

8)   Yoh 1:14 mengatakan bahwa ‘Firman itu telah menjadi manusia’.
Yoh 1:14 - Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaanNya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepadaNya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran.”.
KJV: ‘And the Word was made flesh’ (= Dan Firman itu telah dibuat daging).
RSV/NASB: ‘And the Word became flesh’ (= Dan Firman itu menjadi daging).
NIV: ‘The Word became flesh’ (= Firman itu menjadi daging).

a)         ‘Menjadi’.

A. T. Robertson: John does not here say that the LOGOS entered into a man or dwelt in a man or filled a man. ... What ordinary mother or father ever speaks of a child ‘becoming flesh’? ... Thus John asserts the deity and the real humanity of Christ” (= Di sini Yohanes tidak mengatakan bahwa sang LOGOS masuk ke dalam seorang manusia atau tinggal dalam seorang manusia atau mengisi / memenuhi seorang manusia. ... Ibu dan ayah biasa mana yang pernah berbicara tentang seorang anak ‘menjadi daging’? ... Dengan cara ini Yohanes menegaskan keilahian dan kemanusiaan yang sungguh-sungguh dari Kristus) - ‘Word Pictures in the New Testament’, vol 5, hal 12,13.

Robert M. Bowman Jr.: “In his ‘Prologue’ John contrasts the Word, which ‘was’ (EN, third person imperfect form of EIMI) in the beginning, with his bringing into existence (EGENETO, the third person singular indicative form of GENESTHAI) of all things (John 1:1-3). ... to say that the Word was continuing to exist at the beginning of created time is simply another way of saying that the Word was eternal. By going on to say that this uncreated Logos ‘became’ (egeneto) flesh (1:14), John draws another contrast between the two natures of Christ. To put it in the classic terminology of orthodox incarnational theology, Christ was uncreated (EN) with respect to his deity, but created (EGENETO) with respect to his humanity [= Dalam ‘Pendahuluan’nya Yohanes mengkontraskan Firman, yang ‘was’ / telah ada (EN, orang ketiga, bentuk imperfect dari EIMI) pada mulanya, dengan pembuatan / penciptaan (EGENETO, orang ketiga tunggal, bentuk indikatif dari GENESTHAI) dari segala sesuatu (Yoh 1:1-3). ... mengatakan bahwa Firman terus ada pada permulaan dari waktu yang diciptakan hanyalah merupakan cara lain untuk mengatakan bahwa Firman itu kekal. Dengan mengatakan selanjutnya bahwa Logos yang tidak diciptakan ini ‘became’ / ‘menjadi’ (EGENETO) daging (1:14), Yohanes membuat kontras yang lain antara kedua hakekat Kristus. Untuk mengatakannya dalam ungkapan klasik dari theologia inkarnasi yang ortodox, Kristus tidak diciptakan (EN) berkenaan dengan keallahanNya, tetapi diciptakan (EGENETO) berkenaan dengan kemanusiaanNya] - ‘Jehovah’s Witnesses, Jesus Christ, and the Gospel of John’, hal 114.

Kata ‘menjadi’ bisa digunakan dalam 2 arti:
1.   Kalau kita berkata ‘nasi sudah menjadi bubur’, maka itu berarti bahwa mula-mula hanya ada nasi, dan setelah itu hanya ada bubur, sedangkan nasinya hilang / tidak ada lagi.
2.   Kalau saya berkata ‘tahun lalu saya menjadi pendeta’, maka itu berarti mula-mula ada saya, dan setelah itu saya tetap ada / tidak hilang, tetapi lalu ditambahi dengan jabatan pendeta .

Kalau kita berbicara tentang ‘Firman / Allah yang menjadi manu­sia’, maka kita harus mengambil arti ke 2 dari kata ‘menjadi’ tersebut! Pada waktu Allah menjadi manusia, keilahian Yesus tidak hilang (bahkan tidak berkurang sedikitpun), tetapi Ia ketambahan hakekat manusia pada diriNya.

Calvin: “Christ, when he became man, did not cease to be what he formerly was, and that no change took place in that eternal essence of God which was clothed with ‘flesh.’ In short, the Son of God began to be man in such a manner that he still continues to be that eternal Speech who had no beginning” (= Kristus, pada waktu Ia menjadi manusia, tidak berhenti menjadi apa adanya Ia dahulu / sebelumnya, dan bahwa tidak ada perubahan terjadi dalam hakekat Allah itu, yang dipakaiani dengan ‘daging’. Singkatnya, Anak Allah mulai menjadi manusia dengan cara sedemikian rupa sehingga Ia tetap adalah Ucapan / Firman yang kekal, yang tidak mempunyai permulaan) - hal 46.

Kalau manusia Yesus itu kekal, Calvin tidak mungkin mengatakan ‘began to be man’ / ‘mulai menjadi manusia’, dan juga kata ‘menjadi’ dalam Yoh 1:14 tidak bisa ada. Dan perlu diperhatikan bahwa kata ‘menjadi’ itu dalam bahasa Yunani ada dalam aorist tense (= past tense), yang menunjuk pada tindakan sesaat di masa lampau. Penggunaan ini mustahil kalau manusia Yesus itu kekal. Bandingkan dengan penyataan bahwa Yesus itu adalah Allah dalam Yoh 1:1 dimana digunakan imperfect tense.

Gresham Machen: “the imperfect refers to continuous action in past time, while the aorist is the simple past tense. ... in present time this distinction between the simple assertion of the act and the assertion of continued (or repeated) action is not made in Greek (luw / LUO, therefore, means either ‘I loose’ or ‘I am loosing’. But in past time the distinction is very carefully made; the Greek language shows no tendency whatever to confuse the aorist with the imperfect” [= imperfect tense menunjuk pada tindakan terus menerus di masa lampau, sedangkan aorist tense adalah simple past tense / past tense biasa. ... dalam waktu present pembedaan antara pernyataan biasa dari tindakan ini dan pernyataan dari tindakan yang terus menerus (atau diulangi) tidak dibuat dalam bahasa Yunani (karena itu, luw / LUO, berarti atau ‘saya kehilangan’ atau ‘saya sedang kehilangan’. Tetapi pada masa lampau / past pembedaan itu dibuat dengan hati-hati / seksama; bahasa Yunani tidak menunjukkan kecenderungan apapun untuk mencampur-adukkan aorist tense dengan imperfect tense] - ‘New Testament Greek For Beginners’, hal 81-82.

Bandingkan dengan ayat-ayat lain, yang berhubungan dengan inkarnasi, yang juga menggunakan aorist tense.

a.   Ibr 2:14 - “Karena anak-anak itu adalah anak-anak dari darah dan daging, maka Ia juga menjadi sama dengan mereka dan mendapat bagian dalam keadaan mereka, supaya oleh kematianNya Ia memusnahkan dia, yaitu Iblis, yang berkuasa atas maut”.
KJV: ‘Forasmuch then as the children are partakers of flesh and blood, he also himself likewise took part of the same; that through death he might destroy him that had the power of death, that is, the devil;.
Kata-kata ‘took part’ berasal dari kata Yunani METESKHEN, yang ada dalam bentuk aorist tense.

b.   Ibr 2:17 - “Itulah sebabnya, maka dalam segala hal Ia harus disamakan dengan saudara-saudaraNya, supaya Ia menjadi Imam Besar yang menaruh belas kasihan dan yang setia kepada Allah untuk mendamaikan dosa seluruh bangsa.”.
KJV: Wherefore in all things it behoved him to be made like unto his brethren, that he might be a merciful and faithful high priest in things pertaining to God, to make reconciliation for the sins of the people..
Kata-kata ‘to be made like’ berasal dari kata Yunani HOMOIOTHENAI, yang lagi-lagi ada dalam bentuk aorist tense.

c.   1Tim 3:16 - “Dan sesungguhnya agunglah rahasia ibadah kita: ‘Dia, yang telah menyatakan diriNya dalam rupa manusia, dibenarkan dalam Roh; yang menampakkan diriNya kepada malaikat-malaikat, diberitakan di antara bangsa-bangsa yang tidak mengenal Allah; yang dipercayai di dalam dunia, diangkat dalam kemuliaan.’”.
KJV: And without controversy great is the mystery of godliness: God was manifest in the flesh, justified in the Spirit, seen of angels, preached unto the Gentiles, believed on in the world, received up into glory..
Kata-kata yang diterjemahkan ‘was manifest’ dalam bahasa Yunani adalah EPHANEROTHE, yang lagi-lagi ada dalam bentuk aorist tense.

d.   Ro 8:3 - Sebab apa yang tidak mungkin dilakukan hukum Taurat karena tak berdaya oleh daging, telah dilakukan oleh Allah. Dengan jalan mengutus AnakNya sendiri dalam daging, yang serupa dengan daging yang dikuasai dosa karena dosa, Ia telah menjatuhkan hukuman atas dosa di dalam daging,”.
Kata ‘mengutus’ berasal dari kata Yunani PEMPSAS yang juga ada dalam aorist tense.

e.   Fil 2:7 - “melainkan telah mengosongkan diriNya sendiri, dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia.”.
Kata-kata ‘telah mengosongkan’ (Yunani: EKENOSEN), ‘mengambil’ (Yunani: LABON), ‘menjadi’ (Yunani: GENOMENOS), semua ada dalam bentuk aorist tense.

f.    Yoh 1:11 - “Ia datang kepada milik kepunyaanNya, tetapi orang-orang kepunyaanNya itu tidak menerimaNya.”.
Kata ‘datang’ (Yunani: ELTHEN) juga ada dalam bentuk aorist tense.

Bdk. 1Yoh 4:2 - “Demikianlah kita mengenal Roh Allah: setiap roh yang mengaku, bahwa Yesus Kristus telah datang sebagai manusia, berasal dari Allah,”.
Kata-kata ‘telah datang’ berasal dari kata Yunani ELULUTHOTA, yang merupakan suatu ‘verb participle perfect’.
Memang ini bukan aorist tense, tetapi tak peduli apapun tense yang digunakan, bagaimana mungkin dikatakan ‘Yesus Kristus telah datang sebagai manusia, kalau manusia Yesus itu kekal?
Dan berbicara tentang perfect tense, Gresham Machen berkata: “The Greek perfect denotes the present state resultant upon a past action” (= Tensa perfect dalam bahasa Yunani menunjukkan keadaan present / sekarang yang dihasilkan / diakibatkan oleh suatu tindakan di masa lampau) - ‘New Testament Greek For Beginners’, hal 187.

b)         ‘Manusia’.
NIV/NASB: ‘flesh’ (= daging).
Kata Yunaninya adalah SARX, yang artinya memang adalah ‘flesh’ / daging.
Dalam tulisan Paulus, kata ‘daging’ sering menunjuk pada keberdosaan kita (misalnya: Gal 5:16,17,19). Tetapi dalam Yoh 1:14 ini kata ‘daging’ merupakan synecdoche (= suatu gaya bahasa dimana yang sebagian mewakili seluruhnya), dan menunjuk pada seluruh manusia (the whole man), yaitu baik tubuh maupun jiwa / roh (bandingkan dengan Maz 145:21 dimana kata ‘makhluk’ dalam bahasa Ibraninya adalah BASHAR, yang arti sebenarnya adalah ‘daging’).
Maz 145:21 - “Mulutku mengucapkan puji-pujian kepada TUHAN dan biarlah segala makhluk memuji namaNya yang kudus untuk seterusnya dan selamanya.”.

Calvin: “this is a figure of speech in which a part is taken for the whole; for the lower part includes the whole man” (= ini merupakan gaya bahasa dimana yang sebagian mewakili seluruhnya; karena bagian yang lebih rendah mencakup seluruh manusia) - hal 45.
Keterangan: Kristus adalah sungguh-sungguh Allah dan sungguh-sungguh manusia. Kata-kata ‘the lower part’ (= bagian yang lebih rendah) menunjuk kepada kemanusiaan dari Kristus, karena itu memang lebih rendah dari keilahianNya.

Jadi, kalimat ‘Firman telah menjadi daging’ itu tidak boleh diar­tikan seakan-akan Yesus hanya mempunyai tubuh manusia, tetapi tidak mempunyai jiwa / roh manusia (seperti yang diajarkan oleh ajaran Apollinarianisme).

c)         Beberapa komentar tentang Yoh 1:14.
Adam Clarke: The only begotten of the Father.’ That is, the only person born of a woman, whose human nature never came by the ordinary way of generation; it being a mere creation in the womb of the virgin, by the energy of the Holy Spirit. (= ‘Satu-satunya yang dipernakkan dari Bapa’. Artinya, satu-satunya pribadi yang dilahirkan dari seorang perempuan, yang hakekat manusiaNya tidak pernah datang dari cara kelahiran biasa; itu adalah suatu ciptaan belaka / hanya suatu ciptaan, dalam kandungan dari sang perawan, oleh kekuatan dari Roh Kudus.).
Catatan: jadi, bukan hanya orang-orang Reformed yang menganggap manusia Yesus sebagai ciptaan / tidak kekal. Adam Clarke adalah seorang Arminian, tetapi ia juga mempunyai pandangan itu. Saya menganggap bahwa doktrin bahwa ‘manusia Yesus tidak kekal’, bukanlah sekedar merupakan pandangan Reformed, tetapi merupakan pandangan Kristen!

Barnes’ Notes (tentang Yoh 1:1): In the beginning.’ This expression is used also in Gen 1:1. John evidently has allusion here to that place, and he means to apply to ‘the Word’ an expression which is there applied ‘to God.’ In both places it clearly means BEFORE creation, before the world was made, when as yet there was nothing. The meaning is: that the ‘Word’ had an existence before the world was created. This is not spoken of the MAN Jesus, but of that which ‘became’ a man, or was incarnate, John 1:14. The Hebrews, by expressions like this, commonly denoted eternity. Thus the eternity of God is described (Ps 90:2): ‘Before the mountains were brought forth, etc.;’ and eternity is commonly expressed by the phrase, ‘before the foundation of the world.’ Whatever is meant by the term ‘Word,’ it is clear that it had an existence before ‘creation.’ It is not, then, a ‘creature’ or created being, and must be, therefore, uncreated and eternal. There is only ONE Being that is uncreated, and Jesus must be therefore divine. [= ‘Pada mulanya’. Ungkapan ini digunakan juga dalam Kej 1:1. Di sini Yohanes jelas menunjuk secara tak langsung pada tempat itu, dan ia memaksudkan untuk menerapkan pada ‘Firman’ suatu ungkapan yang di sana diterapkan ‘kepada Allah’. Dalam kedua tempat itu jelas berarti SEBELUM penciptaan, sebelum dunia / alam semesta diciptakan, pada waktu di sana belum ada apa-apa. Artinya adalah: bahwa ‘Firman’ mempunyai suatu keberadaan sebelum dunia / alam semesta diciptakan. Ini tidak dibicarakan tentang manusia Yesus, tetapi tentang itu yang ‘menjadi’ seorang manusia, atau berinkarnasi, Yoh 1:14. Orang-orang Ibrani, dengan ungkapan seperti ini, biasanya memaksudkan kekekalan. Maka kekekalan dari Allah digambarkan (Maz 90:2): ‘Sebelum gunung-gunung dilahirkan, dst.’; dan kekekalan biasanya dinyatakan oleh ungkapan, ‘sebelum dunia dijadikan’. Apapun yang dimaksudkan dengan istilah ‘Firman’, adalah jelas bahwa itu mempunyai keberadaan sebelum ‘penciptaan’. Maka, itu bukanlah suatu ‘ciptaan’ atau makhluk ciptaan, dan karena itu haruslah tidak dicipta dan kekal. Hanya ada satu makhluk yang tidak dicipta, dan karena itu Yesus haruslah ilahi / Allah].

Kekekalan dari Kristus memang ditekankan dalam Yoh 1:1, tetapi itu menunjuk pada keilahianNya. Sedangkan Yoh 1:14 mengatakan bahwa Dia ‘telah menjadi’ manusia. Ini tidak bisa tidak, terjadi bukan dalam kekekalan, tetapi dalam waktu!

9)   Kemanusiaan Yesus dibutuhkan untuk menangani / membereskan dosa manusia.
Karena itu merupakan suatu kemustahilan untuk mengatakan bahwa manusia Yesus itu kekal, dan sudah ada sebelum dosa ada.
Memang ada orang yang menganggap bahwa Kristus harus tetap menjadi manusia sekalipun Adam / manusia tidak jatuh ke dalam dosa. Tetapi Calvin membantah ini (‘Institutes of the Christian Religion’, Book II, Chapter 12, no 1-5), karena Alkitab secara jelas menunjukkan bahwa tujuan Kristus menjadi manusia adalah untuk membereskan dosa manusia.
Mari kita membaca beberapa ayat berkenaan dengan hal ini.
Yoh 3:16 - “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengaruniakan AnakNya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepadaNya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal.”.
Luk 19:10 - “Sebab Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang.’”.
Ro 8:3-4 - “(3) Sebab apa yang tidak mungkin dilakukan hukum Taurat karena tak berdaya oleh daging, telah dilakukan oleh Allah. Dengan jalan mengutus AnakNya sendiri dalam daging, yang serupa dengan daging yang dikuasai dosa karena dosa, Ia telah menjatuhkan hukuman atas dosa di dalam daging, (4) supaya tuntutan hukum Taurat digenapi di dalam kita, yang tidak hidup menurut daging, tetapi menurut Roh.”.
Luk 24:46-47 - “(46) KataNya kepada mereka: ‘Ada tertulis demikian: Mesias harus menderita dan bangkit dari antara orang mati pada hari yang ketiga, (47) dan lagi: dalam namaNya berita tentang pertobatan dan pengampunan dosa harus disampaikan kepada segala bangsa, mulai dari Yerusalem.”.
1Tim 2:5 - “Karena Allah itu esa dan esa pula Dia yang menjadi pengantara antara Allah dan manusia, yaitu manusia Kristus Yesus,”.
Ro 5:8 - “Akan tetapi Allah menunjukkan kasihNya kepada kita, oleh karena Kristus telah mati untuk kita, ketika kita masih berdosa.”.
Ibr 9:22 - “Dan hampir segala sesuatu disucikan menurut hukum Taurat dengan darah, dan tanpa penumpahan darah tidak ada pengampunan.”.
Ibr 9:26-28 - “(26) Sebab jika demikian Ia harus berulang-ulang menderita sejak dunia ini dijadikan. Tetapi sekarang Ia hanya satu kali saja menyatakan diriNya, pada zaman akhir untuk menghapuskan dosa oleh korbanNya. (27) Dan sama seperti manusia ditetapkan untuk mati hanya satu kali saja, dan sesudah itu dihakimi, (28) demikian pula Kristus hanya satu kali saja mengorbankan diriNya untuk menanggung dosa banyak orang. Sesudah itu Ia akan menyatakan diriNya sekali lagi tanpa menanggung dosa untuk menganugerahkan keselamatan kepada mereka, yang menantikan Dia.”.
Yoh 10:10 - “Pencuri datang hanya untuk mencuri dan membunuh dan membinasakan; Aku datang, supaya mereka mempunyai hidup, dan mempunyainya dalam segala kelimpahan.”.
Gal 4:4-5 - “(4) Tetapi setelah genap waktunya, maka Allah mengutus AnakNya, yang lahir dari seorang perempuan dan takluk kepada hukum Taurat. (5) Ia diutus untuk menebus mereka, yang takluk kepada hukum Taurat, supaya kita diterima menjadi anak.”.
1Tim 1:15 - “Perkataan ini benar dan patut diterima sepenuhnya: ‘Kristus Yesus datang ke dunia untuk menyelamatkan orang berdosa,’ dan di antara mereka akulah yang paling berdosa.”.
1Yoh 3:8 - “barangsiapa yang tetap berbuat dosa, berasal dari Iblis, sebab Iblis berbuat dosa dari mulanya. Untuk inilah Anak Allah menyatakan diriNya, yaitu supaya Ia membinasakan perbuatan-perbuatan Iblis itu.”.

III) Tambahan-tambahan penting.

Perlu diingat bahwa kata-kata ‘begotten, not made’ (= ‘diperanakkan, bukan dicipta’) dalam Pengakuan Iman Nicea - Konstantinople, tidak menunjuk kepada kemanusiaan / hakekat manusia Yesus, tetapi menunjuk kepada keilahianNya.

Perhatikan juga beberapa kutipan pendukung di bawah ini, baik dari penulis Reformed maupun bukan Reformed, yang menyatakan bahwa manusia Yesus tidak kekal dan merupakan ciptaan!

John Owen: “The framing, forming, and miraculous conception of the body of Christ in the womb of the blessed Virgin was the peculiar and especial work of the Holy Ghost. ... The act of the Holy Ghost in this matter was a creating act; not, indeed, like the first creating act, which produced the matter and substance of all things out of nothing, causing that to be which was not before, neither in matter, nor form, nor passive disposition; but like those subsequent acts of creation, whereby, out of matter before made and prepared, things were made that which before they were not, and which of themselves they had no active disposition unto nor concurrence in. So man was created or formed of the dust of the earth, and woman of a rib taken from man. There was a previous matter unto their creation, but such as gave no assistance nor had any active disposition to the production of that particular kind of creature whereinto they were formed by the creating power of God. Such was this act of the Holy Ghost in forming the body of our Lord Jesus Christ; for although it was effected by an act of infinite creating power, yet it was formed or made of the substance of the blessed Virgin” [= Penyusunan, pembentukan, dan pembuahan yang bersifat mujijat dari tubuh Kristus di dalam kandungan Perawan yang diberkati merupakan pekerjaan yang khas dan khusus dari Roh Kudus. ... Tindakan Roh Kudus dalam persoalan ini merupakan tindakan penciptaan; memang tidak seperti tindakan penciptaan pertama, yang menghasilkan bahan dan zat dari segala sesuatu dari tidak ada, menyebabkannya ada padahal tadinya tidak ada, baik dalam bahannya, bentuknya, maupun penyusunan / kecondongan pasif (?); tetapi seperti tindakan-tindakan penciptaan yang berikutnya, dengan mana, dari bahan yang sudah dibuat dan dipersiapkan sebelumnya, benda-benda / hal-hal yang sebelumnya tidak ada dibuat / dicipta, dan yang dari dirinya sendiri mereka tidak mempunyai kecondongan aktif kepada hal itu maupun persetujuan. Demikianlah manusia / orang laki-laki diciptakan atau dibentuk dari debu tanah, dan perempuan dari tulang rusuk laki-laki. Disana sudah ada bahan untuk penciptaan mereka, tetapi sedemikian rupa sehingga tidak memberikan bantuan atau mempunyai kecondongan aktif pada produksi dari jenis ciptaan tertentu ke dalam mana mereka dibentuk oleh kuasa penciptaan Allah. Demikian jugalah tindakan Roh Kudus dalam membentuk tubuh dari Tuhan Yesus Kristus; karena sekalipun itu dihasilkan oleh tindakan dari kuasa penciptaan yang tak terbatas, tetapi itu dibentuk atau dibuat dari zat dari sang Perawan yang diberkati] - ‘The Works of John Owen’, vol 3, ‘The Holy Spirit’, hal 162,163-164.

John Owen: the creating act of the Holy Ghost, in forming the body of our Lord Jesus Christ in the womb, ... the conception of Christ in the womb, being the effect of a creating act, was not accomplished successively and in process of time, but was perfected in an instant;” (= tindakan penciptaan dari Roh Kudus, dalam membentuk tubuh dari Tuhan kita Yesus Kristus dalam kandungan, ... pembuahan Kristus dalam kandungan, yang merupakan hasil dari tindakan penciptaan, tidak dicapai secara berturutan dan dalam proses waktu, tetapi disempurnakan dalam sesaat;) - ‘The Works of John Owen’, vol 3, ‘The Holy Spirit’, hal 165.

Herman Bavinck:
·         “Even though Christ has assumed a human nature which is finite and limited and which began in time, as person, as Self, Christ does not in Scripture stand on the side of the creature but on the side of God” (= Sekalipun Kristus telah mengambil suatu hakekat manusia yang terbatas dan yang dimulai dalam waktu, tetapi sebagai Pribadi, sebagai Diri / Ego, dalam Kitab Suci Kristus tidak berdiri di pihak makhluk ciptaan tetapi di pihak Allah) - ‘Our Reasonable Faith’, hal 317.
·         “The relationship is that of Creator and creature, and the creature from the nature of his being can never become Creator, nor have the significance and worth for us human beings of the Creator” (= Hubungan itu adalah hubungan Pencipta dan makhluk ciptaan, dan makhluk ciptaan sesuai dengan hakekat / keadaan alamiah keberadaanNya tidak pernah bisa menjadi Pencipta, atau mempunyai arti dan nilai dari sang Pencipta bagi kita manusia) - ‘Our Reasonable Faith’, hal 323.
·         That human nature did not exist beforehand. ... But in the incarnation, also, Scripture holds to the goodness of creation and to the Divine origin of matter” (= Hakekat manusia itu tidak ada sebelumnya. ... Tetapi juga dalam inkarnasi, Kitab Suci berpegang pada kebaikan penciptaan dan pada asal usul Ilahi dari zat / bahan) - ‘Our Reasonable Faith’, hal 325.
·         “Just as the human nature of Christ did not exist before the conception in Mary, so it did not exist for sometime before, nor some time after, in a state of separation from Christ” (= Sebagaimana hakekat manusia Kristus itu tidak ada sebelum pembuahan di dalam Maria, begitu juga hakekat manusia itu tidak ada sebelumnya, ataupun setelahnya, dalam keadaan terpisah dari Kristus) - ‘Our Reasonable Faith’, hal 326.
·         “In short, to one and the same subject, one and the same person, Divine and human attributes and works, eternity and time, omnipresence and limitation, creative omnipotence and creaturely weakness are ascribed” (= Singkatnya, subyek yang satu dan yang sama, pribadi yang satu dan yang sama, dianggap mempunyai sifat-sifat dasar dan pekerjaan-pekerjaan Ilahi dan manusia, kekekalan dan waktu / terbatas waktu, kemaha-adaan dan keterbatasan, kemaha-kuasaan yang bersifat mencipta dan kelemahan makhluk ciptaan) - ‘Our Reasonable Faith’, hal 326.

Dan dalam tafsirannya tentang Mikha 5:1, Calvin berkata sebagai berikut:
the Prophet could not properly nor wisely mention the human nature of Christ with the divine, with reference to eternity. The Word of God, we know, was eternal; and we know, that when the fulness of time came, as Paul says, Christ put on our nature, (Gal. 4:4.) Hence the beginning of Christ as to the flesh was not so old, if his existence be spoken of: to set them together then would have been absurd [= sang Nabi tidak bisa secara tepat / benar ataupun secara bijaksana menyebutkan hakekat manusia dari Kristus dengan hakekat ilahiNya, berkenaan dengan kekekalan. Firman Allah, kita tahu, adalah kekal; dan kita tahu, bahwa pada saat kegenapan waktunya datang, seperti Paulus katakan, Kristus memakai / mengenakan hakekat kita, (Gal 4:4). Karena itu permulaan dari Kristus berkenaan dengan daging tidaklah begitu tua, jika keberadaanNya dibicarakan: maka, membuat mereka bersama-sama akan merupakan sesuatu yang menggelikan].
Gal 4:4 - “Tetapi setelah genap waktunya, maka Allah mengutus AnakNya, yang lahir dari seorang perempuan dan takluk kepada hukum Taurat.”.

Philip Schaff: “The Son, as man, is produced; as God, he is unproduced or uncreated; he is begotten from eternity of the unbegotten Father. To this Athanasius refers the passage concerning the Only-begotten who is in the bosom of the Father” [= Anak, sebagai manusia, dihasilkan / diciptakan; sebagai Allah, Ia tidak dihasilkan atau tidak diciptakan; Ia diperanakkan dari kekekalan dari Bapa yang tidak diperanakkan. Untuk ini Athanasius menunjuk pada text tentang Satu-satunya yang diperanakkan, yang ada di dada Bapa (Yoh 1:18)] - ‘History of the Christian Church’, vol III, hal 658.
Catatan: Schaff adalah seorang ahli sejarah, dan dia jelas bukan Reformed.

Pengakuan Iman Chalcedon: “We, then, following the holy Fathers, all with one consent, teach men to confess, one and the same Son, our Lord Jesus Christ; the same perfect in Godhead and also perfect in Manhood; truly God, and truly Man, of a reasonable soul and body; consubstantial with the Father according to the Godhead, and consubstantial with us according to the Manhood; in all things like unto us without sin; begotten before all ages of the Father according to the Godhead, and in these latter days, for us and for our salvation, born of Mary the Virgin Mother of God according to the Manhood. He is one and the same Christ, Son, Lord, Only begotten, existing in two natures without mixture, without change, without division, without separation; the diversity of the two natures not being at all destroyed by their union, but the peculiar properties of each nature being preserved, and concurring to one person and one subsistence, not parted or divided into two persons, but one and the same Son, and Only-begotten, God The Word, the Lord Jesus Christ; as the prophets from the beginning have declared concerning Him, and as the Lord Jesus Christ Himself hath taught us, and as the Creed of the holy fathers has delivered to us” (= Maka, kami semua, mengikuti Bapa-bapa kudus, dengan suara bulat, mengajar manusia untuk mengaku, Anak yang satu dan yang sama, Tuhan kita Yesus Kristus, sempurna dalam keilahian dan juga sempurna dalam kemanusiaan, sungguh-sungguh Allah dan sungguh-sungguh manusia, dengan jiwa yang bisa berpikir dan tubuh; menurut keilahianNya mempunyai zat / hakekat yang sama dengan Sang Bapa, dan menurut kemanusiaanNya mempunyai zat / hakekat yang sama dengan kita, dalam segala hal sama seperti kita tetapi tanpa dosa; menurut keilahianNya diperanakkan sebelum segala jaman dari Bapa, dan menurut kemanusiaanNya dilahirkan dari Maria, sang Perawan, Bunda Allah dalam hari-hari akhir ini. Ia adalah Kristus, Anak, Tuhan yang satu dan yang sama, satu-satunya yang diperanakkan, mempunyai keberadaan dalam 2 hakekat, tanpa percampuran, tanpa perubahan, tanpa perpecahan, tanpa perpisahan; perbedaan dari dua hakekat itu sama sekali tidak dihancurkan oleh persatuan mereka, tetapi sifat-sifat dasar yang khas dari setiap hakekat dipertahankan dan bersatu menjadi satu pribadi dan satu keberadaan / makhluk, tidak berpisah atau terbagi menjadi dua pribadi, tetapi Anak yang satu dan yang sama, dan satu-satunya yang diperanakkan, Allah Firman, Tuhan Yesus Kristus; seperti nabi-nabi dari semula telah menyatakan tentang Dia, dan seperti Tuhan Yesus Kristus sendiri telah mengajar kita, dan seperti pengakuan iman bapa-bapa kudus telah menyampaikan kepada kita).

Pengakuan Iman Athanasius: “1. Whosoever wishes to be saved, it is above all necessary for him to hold the Catholic faith.  2. Which, unless each one shall preserve perfect and inviolate, he shall certainly perish forever.  3. But the Catholic faith is this, that we worship one God in trinity, and trinity in unity.  4. Neither confounding the persons, nor separating the substance.  5. For the person of the Father is one, of the Son another, and of the Holy Ghost another.  6. But of the Father, of the Son, and of the Holy Ghost there is one divinity, equal glory and co-eternal majesty.  7. What the Father is, the same is the Son, and the Holy Ghost.  8. The Father is uncreated, the Son uncreated, the Holy Ghost uncreated.  9. The Father is immense, the Son immense, the Holy Ghost immense.  10. The Father is eternal, the Son eternal, the Holy Ghost eternal.  11. And yet there are not three eternals, but one eternal.  12. So there are not three (beings) uncreated, nor three immense, but one uncreated, and one immense.  13. In like manner the Father is omnipotent, the Son is omnipotent, the Holy Ghost is omnipotent.  14. And yet there are not three omnipotents, but one omnipotent.  15. Thus the Father is God, The Son is God, the Holy Ghost is God.  16. And yet there are not three Gods, but one God.  17. Thus The Father is Lord, the Son is Lord, the Holy Ghost is Lord.  18. And yet there are not three Lords, but one Lord.  19. Because as we are thus compelled by Christian verity to confess each person severally to be God and Lord; so we are prohibited by the Catholic religion from saying that there are three Gods or Lords.  20. The Father was made from none, nor created, nor begotten.  21. The Son is from the Father alone, neither made, nor created, but begotten.  22. The Holy Ghost is from the Father and the Son, neither made, nor created, nor begotten, but proceeding.  23. Therefore there is one Father, not three fathers, one Son, not three sons, one Holy Ghost, not three Holy Ghosts.  24. And in this trinity no one is first or last, no one is greater or less.  25. But all the three co-eternal persons are co-equal among themselves; so that through all, as is above said, both unity in trinity, and trinity in unity is to be worship.  26. Therefore, he who wishes to be saved must think thus concerning the trinity.  27. But it is necessary to eternal salvation that he should also faithfully believe the incarnation of our Lord Jesus Christ.  28. It is, therefore, true faith that we believe and confess that our Lord Jesus Christ is both God and man.  29. He is God, generated from eternity from the substance of the Father; man, born in time from the substance of his mother.  30. Perfect God, perfect man, subsisting of a rational soul and human flesh.  31. Equal to the Father in respect to his divinity, less than the Father in respect to his humanity.  32. Who, although he is God and man, is not two but one Christ.  33. But one, not from the conversion of his divinity into flesh, but from the assumption of his humanity into God.  34. One not at all from confusion of substance, but from unity of person.  35. For as a rational soul and flesh is one man, so God and man is one Christ.  36. Who suffered for our salvation, descended into hell, the third day rose from the dead.  37. Ascended to heaven, sitteth at the right hand of God the Father omnipotent, whence he shall come to judge the living and the dead.  38. At whose coming all men shall rise again with their bodies, and shall render an account for their own works.  39. And they who have done well shall go into life eternal; they who have done evil into eternal fire.  40. This is the Catholic faith, which, unless a man shall faithfully and firmly believe, he can not be saved.” (= 1. Barangiapa yang ingin diselamatkan, adalah perlu baginya di atas segala-galanya untuk memegang / mempercayai iman Katolik / universal / am.  2. Yang, kecuali setiap orang memelihara / mempertahankannya secara sempurna dan tidak diganggu gugat, ia pasti akan binasa selama-lamanya.  3. Tetapi iman Katolik / universal / am adalah ini, bahwa kami menyembah satu Allah dalam tritunggal, dan tritunggal dalam kesatuan.  4. Tidak ada kekacauan / percampuran pribadi-pribadi ataupun pemisahan zat.  5. Karena pribadi dari Bapa adalah satu, dari Anak adalah pribadi yang lain, dan dari Roh Kudus adalah pribadi yang lain.  6. Tetapi dari Bapa, dari Anak, dan dari Roh Kudus ada satu keilahian, kemuliaan yang sama / setara dan keagungan yang sama kekalnya.  7. Apa adanya Bapa itu, demikian juga dengan Anak, dan juga Roh Kudus.  8. Bapa tidak diciptakan, Anak tidak diciptakan, Roh Kudus tidak diciptakan.  9. Bapa itu maha besar, Anak itu maha besar, Roh Kudus itu maha besar.  10. Bapa itu kekal, Anak itu kekal, Roh Kudus itu kekal.  11. Tetapi tidak ada tiga yang kekal, tetapi satu yang kekal.  12. Demikian juga tidak ada tiga (makhluk) yang tidak dicipta, juga tidak tiga yang maha besar, tetapi satu yang tidak dicipta, dan satu yang maha besar.  13. Dengan cara yang sama Bapa adalah maha kuasa, Anak adalah maha kuasa, Roh Kudus adalah maha kuasa.  14. Tetapi tidak ada tiga yang maha kuasa, tetapi satu yang maha kuasa.  15. Demikian juga Bapa adalah Allah, Anak adalah Allah, Roh Kudus adalah Allah.  16. Tetapi tidak ada tiga Allah, tetapi satu Allah.  17. Demikian pula Bapa adalah Tuhan, Anak adalah Tuhan, dan Roh Kudus adalah Tuhan.  18. Tetapi tidak ada tiga Tuhan, tetapi satu Tuhan.  19. Karena sebagaimana kami didorong seperti itu oleh kebenaran Kristen untuk mengakui setiap pribadi secara terpisah / individuil sebagai Allah dan Tuhan; demikian pula kami dilarang oleh agama Katolik / universal / am untuk mengatakan bahwa ada tiga Allah atau Tuhan.  20. Bapa tidak dibuat dari apapun, tidak diciptakan, tidak diperanakkan.  21. Anak itu dari Bapa saja, tidak dibuat, tidak dicipta, tetapi diperanakkan.  22. Roh Kudus itu dari Bapa dan Anak, tidak dibuat, tidak dicipta, tidak diperanakkan, tetapi keluar.  23. Karena itu ada satu Bapa, bukan tiga bapa, satu Anak, bukan tiga anak, satu Roh Kudus, bukan tiga Roh Kudus.  24. Dan dalam tritunggal ini tidak ada yang pertama atau terakhir, tidak ada yang lebih besar atau lebih kecil.  25. Tetapi ketiga pribadi yang sama-sama kekal dan setara di antara mereka sendiri; sehingga mereka semua secara keseluruhan, seperti dikatakan di atas, baik kesatuan dalam tritunggal, maupun tritunggal dalam kesatuan, harus disembah.  26. Karena itu, ia yang ingin diselamatkan harus berpikir demikian tentang tritunggal.  27. Tetapi adalah perlu untuk keselamatan kekal bahwa ia juga percaya dengan setia / benar inkarnasi dari Tuhan kita Yesus Kristus.  28. Karena itu adalah iman yang benar bahwa kita percaya dan mengaku bahwa Tuhan kita Yesus Kristus adalah Allah dan manusia.  29. Ia adalah Allah, diperanakkan dari kekekalan dari zat Sang Bapa; manusia, dilahirkan dalam waktu dari zat ibuNya.  30. Allah yang sempurna, manusia yang sempurna, terdiri dari jiwa yang rasionil dan daging manusia.  31. Setara dengan Sang Bapa dalam hal keilahianNya, lebih rendah dari Sang Bapa dalam hal kemanusiaanNya.  32. Yang, sekalipun adalah Allah dan manusia, bukanlah dua tetapi satu Kristus.  33. Tetapi satu, bukan dari perubahan dari keilahianNya menjadi daging, tetapi dari penerimaan / pengambilan dari kemanusiaanNya kepada / ke dalam Allah.  34. Satu, sama sekali bukan karena percampuran zat, tetapi dari kesatuan pribadi.  35. Karena sebagaimana jiwa yang rasionil dan daging adalah satu manusia, demikian juga Allah dan manusia adalah satu Kristus.  36. Yang menderita untuk keselamatan kita, turun ke neraka, hari yang ketiga bangkit dari antara orang mati.  37. Naik ke surga, duduk di sebelah kanan Allah Bapa yang mahakuasa, darimana Ia akan datang untuk menghakimi orang yang hidup dan yang mati.  38. Pada kedatangan siapa semua manusia akan bangkit kembali dengan tubuhnya, dan akan mempertanggungjawabkan pekerjaan / perbuatan mereka sendiri.  39. Dan mereka yang telah berbuat baik akan pergi ke dalam kehidupan kekal; mereka yang telah berbuat jahat ke dalam api yang kekal.  40. Inilah iman Katolik / universal / am, yang, kecuali seseorang percaya dengan setia dan teguh, ia tidak bisa diselamatkan) - A. A. Hodge, ‘Outlines of Theology’, hal 117-118.

Penutup / kesimpulan.

Yesus sebagai Allah memang jelas kekal, tetapi manusia Yesus tidak kekal, mulai ada dalam waktu, dan Ia memang diciptakan! Siapapun yang mempunyai kepercayaan yang berbeda dengan ini, harus memperhatikan kata-kata Herschel H. Hobbs di bawah ini:

Herschel H. Hobbs mengutip George W. Truett: “He was God as though he were not man. And he was man as though he were not God. He was the God-man. And never did a hyphen mean so much” (= Ia adalah Allah seakan-akan Ia bukanlah manusia. Dan Ia adalah manusia seakan-akan Ia bukanlah Allah. Ia adalah manusia-Allah. Dan sebuah tanda ‘-’ tidak pernah berarti begitu banyak seperti di sini) - hal 21.
Catatan: a hyphen adalah tanda ‘-’ yang muncul dalam istilah ‘the God-man’.

Herschel H. Hobbs mengutip Robert G. Lee: “As in eternity he leaned upon the bosom of his Father without a mother, so in time he leaned upon the bosom of his mother without a father” (= Sebagaimana dalam kekekalan Ia bersandar pada dada BapaNya tanpa seorang ibu, demikian juga dalam waktu Ia bersandar pada dada ibuNya tanpa seorang bapa) - hal 21.

Herschel H. Hobbs: “It is just as great a heresy to deny His humanity as to deny His deity” (= Menyangkal kemanusiaanNya adalah sama sesatnya dengan menyangkal keilahianNya) - hal 21.

John Calvin: The second requirement of our reconciliation with God was this: that man, who by his disobedience had become lost, should by way of remedy counter it with obedience, satisfy God’s judgment, and pay the penalties for sin. Accordingly, our Lord came forth as true man and took the person and the name of Adam in order to take Adam’s place in obeying the Father, to present our flesh as the price of satisfaction to God’s righteous judgment, and, in the same flesh, to pay the penalty that we had deserved. In short, since neither as God alone could he feel death, nor as man alone could he overcome it, he coupled human nature with divine that to atone for sin he might submit the weakness of the one to death; and that, wrestling with death by the power of the other nature, he might win victory for us. Those who despoil Christ of either his divinity or his humanity diminish his majesty and glory, or obscure his goodness. On the other hand, they do just as much wrong to men whose faith they thus weaken and overthrow, because it cannot stand unless it rests upon this foundation. (= Persyaratan kedua dari perdamaian kita dengan Allah adalah ini: bahwa manusia, yang oleh ketidak-taatannya telah menjadi terhilang, harus dengan cara pengobatan membalasnya dengan ketaatan, memuaskan penghakiman Allah, dan membayar hukuman dosa. Karena itu, Tuhan kita tampil ke depan sebagai manusia sejati / sungguh-sungguh dan mengambil pribadi dan nama dari Adam untuk mengambil tempat Adam dalam mentaati Bapa, untuk memberikan daging kita sebagai harga dari pemuasan bagi penghakiman yang benar dari Allah, dan, dalam daging yang sama, membayar hukuman yang layak kita dapatkan. Singkatnya, karena sebagai Allah saja Ia tidak bisa merasakan kematian, dan sebagai manusia saja Ia tidak bisa menanggulanginya, Ia menggandengkan hakekat manusia dengan hakekat ilahi sehingga untuk menebus dosa Ia bisa menundukkan kelemahan yang satu kepada kematian; dan supaya, bergumul dengan kematian oleh kuasa dari hakekat yang lain, Ia bisa memenangkan kemenangan bagi kita. Mereka yang merampok Kristus, atau dari keilahianNya atau dari kemanusiaanNya, mengurangi keagungan dan kemuliaanNya, atau mengaburkan kebaikanNya. Di sisi lain, mereka melakukan sama banyaknya kesalahan kepada orang-orang, yang imannya mereka lemahkan dan robohkan, karena itu tidak bisa berdiri / bertahan kecuali itu berdiri di atas dasar ini.) - ‘Institutes of the Christian Religion’, Book II, Chapter 12, no 3.




-AMIN-

MANUSIA YESUS TIDAK KEKAL! (2)



Kebaktian

G. K. R. I. ‘GOLGOTA’

(Rungkut Megah Raya Blok D No 16)

Minggu, tgl 23 Desember 2012, pk 08.00

Pdt. Budi Asali
(HP: 7064-1331 / 6050-1331 / 0819-455-888-55)
buas22@yahoo.com

Manusia Yesus tidak kekal! (2)

Yoh 1:1,14 - “(1) Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah. ... (14) Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaanNya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepadaNya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran.”.

II) Argumentasi yang mendukung bahwa manusia Yesus tidak kekal.

Sebelum memberikan argumentasi-argumentasi ini saya menekankan bahwa di sini saya tidak membicarakan Yesus sebagai Allah. Sebagai Allah Ia jelas kekal, sama kekalnya dengan Bapa dan Roh Kudus. Yang saya bicarakan di sini adalah Yesus sebagai manusia! Sebagai manusia Yesus tidak kekal,  tetapi mempunyai titik awal, dan merupakan makhluk ciptaan.

1)   Yesus adalah anak / keturunan Adam.
Luk 3:23-38 - “(23) Ketika Yesus memulai pekerjaanNya, Ia berumur kira-kira tiga puluh tahun dan menurut anggapan orang, Ia adalah anak Yusuf, anak Eli, (24) anak Matat, anak Lewi, anak Malkhi, anak Yanai, anak Yusuf, (25) anak Matica, anak Amos, anak Nahum, anak Hesli, anak Nagai, (26) anak Maat, anak Matica, anak Simei, anak Yosekh, anak Yoda, (27) anak Yohanan, anak Resa, anak Zerubabel, anak Sealtiel, anak Neri, (28) anak Malkhi, anak Adi, anak Kosam, anak Elmadam, anak Er, (29) anak Yesua, anak Eliezer, anak Yorim, anak Matat, anak Lewi, (30) anak Simeon, anak Yehuda, anak Yusuf, anak Yonam, anak Elyakim, (31) anak Melea, anak Mina, anak Matata, anak Natan, anak Daud, (32) anak Isai, anak Obed, anak Boas, anak Salmon, anak Nahason, (33) anak Aminadab, anak Admin, anak Arni, anak Hezron, anak Peres, anak Yehuda, (34) anak Yakub, anak Ishak, anak Abraham, anak Terah, anak Nahor, (35) anak Serug, anak Rehu, anak Peleg, anak Eber, anak Salmon, (36) anak Kenan, anak Arpakhsad, anak Sem, anak Nuh, anak Lamekh, (37) anak Metusalah, anak Henokh, anak Yared, anak Mahalaleel, anak Kenan, (38) anak Enos, anak Set, anak Adam, anak Allah.”.

John Calvin: Also, the commonly accepted understanding of ‘Son of Adam’ ought to be beyond controversy. ... For even though he was not immediately begotten of a mortal father, his origin derived from Adam. (= Juga, pengertian yang diterima pada umumnya tentang ‘Anak Adam’ harus berada di luar jangkauan kontroversi. ... Karena sekalipun Ia tidak langsung diperanakkan dari seorang ayah yang fana, asal usulNya didapatkan dari Adam) - ‘Institutes of the Christian Religion’, Book II, Chapter 13, no 2.

Adam saja tidak kekal (tetapi mempunyai titik awal), lalu bagaimana mungkin manusia Yesus itu kekal?

2)   Yesus disebut ‘Adam yang kedua’.
Calvin mengatakan bahwa tentang seseorang yang bernama Osiander, yang menyatakan bahwa Kristus sebagai manusia sudah diketahui lebih dulu dalam pikiran Allah, dan Ia adalah ‘pattern’ / ‘pola’ dari pembentukan manusia.
Calvin menjawab bahwa Paulus mengatakan bahwa Kristus adalah ‘Adam kedua’ (1Kor 15:47).
1Kor 15:47 - “Manusia pertama (= Adam) berasal dari debu tanah dan bersifat jasmani, manusia kedua (= Yesus) berasal dari sorga.”.
Kalau Kristus (sebagai manusia!) sudah ada sebelum Adam / sebelum penciptaan, maka Ia harus disebut ‘Adam / manusia pertama’, dan Adamnya tidak bisa disebut sebagai ‘Adam / manusia pertama’.

John Calvin: For why will Osiander shudder at what Scripture teaches so clearly, that Christ was made like us in all respects except sin (Hebrews 4:15)? For this reason, Luke also does not hesitate to reckon him as a descendant of Adam (Luke 3:38). I should also like to know why Paul calls Christ the ‘Second Adam’ (1 Corinthians 15:47), unless the human condition was ordained for him in order that he might lift Adam’s descendants out of ruin. For if Christ came before creation, then he ought to be called the ‘first Adam.’ Osiander blithely declares that because Christ as man had been foreknown in the mind of God, he was the pattern to which men were formed. But Paul, calling Christ the ‘Second Adam,’ sets the Fall, from which arose the necessity of restoring nature to its former condition, between man’s first origin and the restoration that we obtain through Christ. It follows, then, that it was for this same cause that the Son of God was born to become man. (= ) - ‘Institutes of the Christian Religion’, Book II, Chapter 12, no 7.

3)   Kristus dan kita berasal usul dari satu orang, yaitu Adam.
Ibr 2:11-12 - “(11) Sebab Ia yang menguduskan dan mereka yang dikuduskan, mereka semua berasal dari Satu; itulah sebabnya Ia tidak malu menyebut mereka saudara, (12) kataNya: ‘Aku akan memberitakan namaMu kepada saudara-saudaraKu, dan memuji-muji Engkau di tengah-tengah jemaat,’”.

a)   Ia yang menguduskan (= Yesus) dan mereka yang dikuduskan (manusia yang ditebus) semua berasal dari satu (Ibr 2:11a).
Ibr 2:11a: ‘Ia yang menguduskan dan mereka yang dikuduskan, mereka semua berasal dari Satu’.
TB2-LAI hampir sama dengan TB1.
NASB: are all of one Father (= semua dari satu Bapa).
Kitab Suci Indonesia (TB1 maupun TB2) dan NASB salah, karena kata ‘satu’ diartikan menunjuk kepada Allah.
NIV: ‘are of the same family’ (= semua dari satu keluarga).
RSV: ‘have all one origin’ (= semua mempunyai satu asal usul).
KJV: ‘are all of one’ (= semua dari satu).
Terjemahan-terjemahan ini lebih benar karena kata ‘satu’ sebetulnya bukan menunjuk kepada Allah, tetapi menunjuk kepada Adam, karena maksud bagian ini adalah untuk menunjukkan bahwa Yesus betul-betul telah menjadi manusia yang sama dengan kita.
Ini menunjukkan bahwa Yesus betul-betul berasal dari benih Maria! Yesus bukanlah semacam bayi tabung ‘made in heaven’ (= buatan surga) yang lalu dimasukkan ke dalam kandungan Maria!
Sekalipun ada orang yang berpendapat bahwa kata ‘satu’ di sini menunjuk kepada Allah, tetapi Calvin, John Owen, dsb, menganggap bahwa kontex menunjukkan kalau kata ‘satu’ ini menunjuk kepada ‘Adam’, atau kepada ‘satu hakekat’, karena tujuan kontex ini memang menunjukkan bahwa Yesus betul-betul menjadi manusia yang sama dengan kita (baca Ibr 2 itu terus sampai ay 17).
Kalau manusia Yesus adalah bayi dari surga yang dimasukkan ke dalam kandungan Maria, atau kalau manusia Yesus itu kekal, maka kata ‘satu’ dalam Ibr 2:11 harus diganti dengan ‘dua’!

John Calvin: In this sense he also says that ‘the Author of sanctification and those who are sanctified have all one origin’ (Hebrews 2:11a). [= Dalam arti ini ia juga mengatakan bahwa ‘Pencipta dari pengudusan dan mereka yang dikuduskan semua mempunyai satu asal usul’ (Ibrani 2:11a).] - ‘Institutes of the Christian Religion’, Book II, Chapter 13, no 2.

b)   Tafsiran ini cocok dengan kata-kata selanjutnya dari ayat itu yang mengatakan ‘itulah sebabnya Ia tidak malu menyebut mereka saudara (Ibr 2:11b).
Kalau Yesus bukan keturunan Adam, maka Ia tidak bisa menyebut kita sebagai ‘saudara’. Dan kalau dalam Ibr 2:11a kata ‘satu’ menunjuk kepada Allah, lalu mengapa muncul kata-kata ‘Ia tidak malu menyebut mereka saudara?

John Calvin: In this sense he also says that ‘the Author of sanctification and those who are sanctified have all one origin’ (Hebrews 2:11a). The context shows that this expression refers to the fellowship of nature, for he immediately adds: ‘That is why he is not ashamed to call them brethren’ (Hebrews 2:11b). For if he had previously said that believers are of God, in such great dignity what reason would there have been for shame? But because Christ of his boundless grace joins himself to base and ignoble men, it is said that ‘he is not ashamed’ (Hebrews 2:11b). [= Dalam arti ini ia juga mengatakan bahwa ‘Pencipta dari pengudusan dan mereka yang dikuduskan semua mempunyai satu asal usul’ (Ibrani 2:11a). Kontext menunjukkan bahwa ungkapan ini menunjuk pada persekutuan hakekat, karena ia segera menambahkan: ‘itulah sebabnya Ia tidak malu menyebut mereka saudara (Ibrani 2:11b). Karena seandainya ia sebelumnya telah mengatakan bahwa orang-orang percaya adalah dari Allah, dalam martabat yang begitu besar, alasan apa yang ada di sana untuk rasa malu? Tetapi karena Kristus dari kasih karuniaNya yang tak terbatas menggabungkan diriNya sendiri dengan manusia yang hina dan rendah, dikatakan bahwa Ia tidak malu’ (Ibrani 2:11b).] - ‘Institutes of the Christian Religion’, Book II, Chapter 13, no 2.

c)   Bdk. Kis 17:26 - Dari satu orang saja Ia telah menjadikan semua bangsa dan umat manusia untuk mendiami seluruh muka bumi dan Ia telah menentukan musim-musim bagi mereka dan batas-batas kediaman mereka,”.

4)   Yesus disebut benih / keturunan dari Hawa / dilahirkan oleh Hawa / perempuan.
Kej 3:15 - “Aku akan mengadakan permusuhan antara engkau dan perempuan ini, antara keturunanmu dan keturunannya; keturunannya akan meremukkan kepalamu, dan engkau akan meremukkan tumitnya.’”.

5)   Kristus disebut sebagai anak / keturunan Abraham, Ishak, Yakub, Daud, dan juga dari bangsa Yahudi.
Calvin mengatakan (‘Institutes of the Christian Religion’, Book II, Chapter 13, no 1.) bahwa Kristus bukan hanya kelihatannya adalah manusia, dan Calvin juga tak setuju kalau dikatakan bahwa Ia diberi daging surgawi / daging dari surga. Ia berkata bahwa Kristus adalah manusia sejati / sungguh-sungguh, karena dalam Alkitab Ia disebut sebagai anak / keturunan Abraham dan Yakub (Kej 12:3  17:2,7  18:18  22:18  26:4), juga sebagai anak / keturunan Daud (Maz 45:7  132:11), dan juga Ia dikatakan diturunkan dari bangsa Yahudi (Ro 9:5).
Kej 12:3 - “Aku akan memberkati orang-orang yang memberkati engkau, dan mengutuk orang-orang yang mengutuk engkau, dan olehmu semua kaum di muka bumi akan mendapat berkat.’”.
Kej 17:2,7 - “(2) Aku akan mengadakan perjanjian antara Aku dan engkau, dan Aku akan membuat engkau sangat banyak.’ ... (7) Aku akan mengadakan perjanjian antara Aku dan engkau serta keturunanmu turun-temurun menjadi perjanjian yang kekal, supaya Aku menjadi Allahmu dan Allah keturunanmu.”.
Kej 18:18 - “Bukankah sesungguhnya Abraham akan menjadi bangsa yang besar serta berkuasa, dan oleh dia segala bangsa di atas bumi akan mendapat berkat?”.
Kej 22:18 - “Oleh keturunanmulah semua bangsa di bumi akan mendapat berkat, karena engkau mendengarkan firmanKu.’”.
Kej 26:4 - “Aku akan membuat banyak keturunanmu seperti bintang di langit; Aku akan memberikan kepada keturunanmu seluruh negeri ini, dan oleh keturunanmu semua bangsa di bumi akan mendapat berkat,”. Ini janji Tuhan kepada Ishak.
Kej 28:14 - “Keturunanmu akan menjadi seperti debu tanah banyaknya, dan engkau akan mengembang ke sebelah timur, barat, utara dan selatan, dan olehmu serta keturunanmu semua kaum di muka bumi akan mendapat berkat.”. Ini janji Tuhan kepada Yakub.
Maz 45:7 - “Takhtamu kepunyaan (ya) Allah, tetap untuk seterusnya dan selamanya, dan tongkat kerajaanmu adalah tongkat kebenaran.”. Ayat ini tak cocok!
Maz 132:11 - “TUHAN telah menyatakan sumpah setia kepada Daud, Ia tidak akan memungkirinya: ‘Seorang anak kandungmu akan Kududukkan di atas takhtamu;”.
Ro 1:3 - “tentang AnakNya, yang menurut daging diperanakkan dari keturunan Daud,”.
Ro 9:5 - “Mereka (orang-orang Yahudi) adalah keturunan bapa-bapa leluhur, yang menurunkan Mesias dalam keadaanNya sebagai manusia, yang ada di atas segala sesuatu. Ia adalah Allah yang harus dipuji sampai selama-lamanya. Amin!”.
Mat 1:1 - “Inilah silsilah Yesus Kristus, anak Daud, anak Abraham.”.
Ibr 7:14 - “Sebab telah diketahui semua orang, bahwa Tuhan kita berasal dari suku Yehuda dan mengenai suku itu Musa tidak pernah mengatakan suatu apapun tentang imam-imam.”.
Ayat ini mengatakan bahwa ‘Tuhan kita berasal dari suku Yehuda’ [Lit: out of / keluar dari (Yunani: EX) Judah]. Kalau Yesus adalah bayi dari surga yang dimasukkan ke dalam kandungan Maria, atau kalau manusia Yesus itu kekal, maka Ia tidak bisa dikatakan ‘keluar dari Yehuda’ ataupun ‘berasal dari suku Yehuda’. Kalau Ia memang adalah bayi dari surga yang dimasukkan ke dalam kandungan Maria, atau kalau manusia Yesus itu kekal, maka sebetulnya Ia bahkan bukan orang Israel / Yahudi.

Bagaimana mungkin Yesus adalah keturunan dari Abraham, Ishak, Yakub, Daud, dan dari bangsa Yahudi, kalau manusia Yesus itu kekal?

6)   Yesus dilahirkan oleh Maria, dan dikatakan sebagai ‘buah rahim’ Maria.

a)   Gal 4:4 - “Tetapi setelah genap waktunya, maka Allah mengutus AnakNya, yang lahir dari seorang perempuan dan takluk kepada hukum Taurat.”.
KJV: made of a woman’ (= dibuat dari seorang perempuan).
RSV: born of woman’ (= dilahirkan dari perempuan).
NIV/NASB: born of a woman’ (= dilahirkan dari seorang perempuan).
Kedua terjemahan (‘made’ maupun ‘born’) memungkinkan (Bible Works 7).

William Hendriksen (tentang Gal 4:4): We say that Jesus ‘was born’ in Bethlehem, and that is correct. But in some respects his birth was not like that of any other child. Other children do not exist in any real sense before they are conceived in the womb. It is by means of conception and birth that they come into existence. But God’s Son existed already from eternity with the Father (John 1:1; 8:58; 17:5; Rom. 8:3; II Cor. 8:9; Phil. 2:6; Col. 1:15; Heb. 1:3). He existed - and exists forevermore - as to his deity. Accordingly, the fact that he was now sent forth must mean that he now assumed the human nature (John 1:14), which was wondrously prepared in the womb of Mary by the Holy Spirit (Luke 1:35). Thus he now became, and would forever remain, the possessor of two natures, the divine and the human, united indissolubly in the one divine person. [= Kita mengatakan bahwa Yesus ‘dilahirkan’ di Betlehem, dan itu benar. Tetapi dalam beberapa hal kelahiranNya tidaklah seperti kelahiran dari anak lain manapun. Anak-anak lain tidak ada (tidak mempunyai keberadaan) dalam arti yang benar apapun sebelum mereka dikandung dalam kandungan. Adalah melalui cara kehamilan dan kelahiran maka mereka menjadi ada (jadi mempunyai keberadaan). Tetapi Anak Allah telah ada dari kekekalan bersama dengan Bapa (Yoh 1:1; 8:58; 17:5; Ro 8:3; 2Kor 8:9; Fil 2:6; Kol 1:15; Ibr 1:3). Ia ada - dan ada selama-lamanya - berkenaan dengan keallahanNya. Sesuai dengan itu, fakta bahwa Ia sekarang diutus harus berarti bahwa sekarang Ia mengambil hakekat manusia (Yoh 1:14), yang secara ajaib / luar biasa dipersiapkan dalam kandungan Maria, oleh Roh Kudus (Luk 1:35). Jadi sekarang Ia menjadi, dan akan selama-lamanya tinggal / tetap, sebagai pemilik dari dua hakekat, ilahi dan manusia, bersatu secara tak terpisahkan dalam satu pribadi ilahi.].

b)   Luk 1:41-42 - “(41) Dan ketika Elisabet mendengar salam Maria, melonjaklah anak yang di dalam rahimnya dan Elisabetpun penuh dengan Roh Kudus, (42) lalu berseru dengan suara nyaring: ‘Diberkatilah engkau di antara semua perempuan dan diberkatilah buah rahimmu.”.
Catatan: perhatikan bahwa Elisabet mengucapkan kata-kata dalam ay 42 itu dalam keadaan dipenuhi Roh Kudus (ay 41), dan karena itu kata-katanya pasti benar!

John Calvin: Now, if he had not truly been begotten of the seed of David, what will be the point of this expression that he is ‘the fruit of her womb’ (Luke 1:42)? [= Sekarang, seandainya Ia tidak sungguh-sungguh dilahirkan / diperanakkan dari benih / keturunan Daud, apa tujuan dari ungkapan ini bahwa Ia adalah ‘buah rahimnya’ (Luk 1:42)?] - ‘Institutes of the Christian Religion’, Book II, Chapter 13, no 3.

c)         Bagaimana Maria bisa mengandung Yesus?
Dalam Luk 1:34 Maria bertanya bagaimana mungkin ia bisa mengandung padahal ia belum bersuami. Kalau Yesus memang adalah ciptaan baru yang dimasukkan ke dalam perut Maria (semacam ‘bayi tabung’), atau kalau manusia Yesus itu kekal, maka dalam Luk 1:35 seharusnya Gabriel akan menjawab bahwa Roh Kudus akan memasukkan bayi dari surga ke dalam kandungan Maria. Tetapi ternyata Gabriel tidak menjawab begitu melainkan ia berkata bahwa:

1.   Roh Kudus akan turun ke atasmu dan kuasa Allah Yang Mahatinggi akan menaungi engkau.
Luk 1:34-35 - “(34) Kata Maria kepada malaikat itu: ‘Bagaimana hal itu mungkin terjadi, karena aku belum bersuami?’ (35) Jawab malaikat itu kepadanya: ‘Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Allah Yang Mahatinggi akan menaungi engkau; sebab itu anak yang akan kaulahirkan itu akan disebut kudus, Anak Allah.”.

Ini menunjukkan bahwa Maria sendiri dipakai oleh Roh Kudus dalam menjadikan / mencipta janin Yesus itu.

William Hendriksen (tentang Luk 1:35): The answer is cast in the form of synonymous parallelism, so that ‘The Holy Spirit’ is paired with ‘the power of the Most High,’ and ‘will come upon you’ with ‘will overshadow you.’ Resultant meaning: The personal Holy Spirit will bring about this wonder in Mary’s womb by exerting his divine power. ... Nevertheless, something must perhaps be added. The ‘overshadowing’ or ‘covering’ of which Luke speaks here is not static but active. It is creative, productive. It causes Mary to conceive a child. Our thoughts are therefore also - and perhaps especially - directed to the Spirit of God creatively hovering over the waters at the time of creation (Gen. 1:2). In this same connection see Ps. 104:30, expressed poetically in the line: ‘Thy Spirit O God makes life to abound.’ The overshadowing Spirit, therefore, not only protects but also creates. It brings about conception within Mary’s womb. [= Jawaban diberikan dalam bentuk paralelisme yang sinonim, sehingga ‘Roh Kudus’ berpasangan dengan ‘kuasa dari Yang Maha-tinggi’ dan ‘akan turun ke atasmu’ dengan ‘akan menaungi engkau’. Arti yang dihasilkan: Roh Kudus yang bersifat pribadi akan menimbulkan / menghasilkan keajaiban ini dalam kandungan Maria dengan menggunakan kuasa ilahiNya. ... Namun, sesuatu mungkin harus ditambahkan. ‘Penaungan’ atau ‘penutupan / penurunan atas’ tentang mana Lukas berbicara di sini bukanlah statis tetapi aktif. Itu adalah bersifat mencipta, bersifat menghasilkan. Itu menyebabkan Maria mengandung seorang anak. Karena itu, pikiran kita juga - dan mungkin khususnya - diarahkan kepada Roh Allah dengan / secara mencipta melayang-layang di atas permukaan air pada saat penciptaan (Kej 1:2). Dalam hubungan yang sama lihat Maz 104:30, khususnya dalam kalimat yang bersifat puisi: ‘RohMu, ya Allah’ membuat kehidupan berlimpah-limpah’. Karena itu, Roh yang menaungi, bukan hanya melindungi tetapi juga mencipta. Itu menyebabkan / menimbulkan / menghasilkan janin dalam kandungan Maria.].
Kej 1:2 - “Bumi belum berbentuk dan kosong; gelap gulita menutupi samudera raya, dan Roh Allah melayang-layang di atas permukaan air.”.
Maz 104:30 - “Apabila Engkau mengirim rohMu, mereka tercipta, dan Engkau membaharui muka bumi.”.

2.   Anak yang akan dilahirkan itu akan disebut kudus.
Ini menunjukkan bahwa Yesus bisa lahir kudus karena pekerjaan Roh Kudus dalam pembuahan tersebut. Padahal kalau Yesus adalah bayi tabung dari surga, atau kalau manusia Yesus itu kekal, maka tentu tidak dibutuhkan pengudusan seperti itu. Tetapi karena Yesus memang berasal dari benih Maria (yang juga adalah orang berdosa), maka dibutuhkan pengudusan dari Roh Kudus supaya Yesus bisa lahir suci.

Westminster Confession of Faith’ pasal 8 ayat 2 berbunyi:
The Son of God, the second person in the Trinity, being very and eternal God, of one substance and equal with the Father, did, when the fulness of time was come, take upon Him man’s nature, with all the essential properties, and common infirmities thereof, yet with­out sin; being conceived by the power of the Holy Ghost, in the womb of the virgin Mary, of her substance. So that two whole, perfect, and distinct natures, the Godhead and the manhood, were inseparably joined together in one person, without conversion, composition, or confusion. Which person is very God, and very man, yet one Christ, the only Mediator between God and man. (= Anak Allah, pribadi kedua dalam Tritunggal, yang adalah Allah yang sungguh-sungguh dan kekal, dari satu zat dan setara dengan Bapa, pada waktu kegenapan waktunya sudah tiba, memang mengambil kepada diriNya hakekat manusia, dengan semua sifat-sifat hakiki, dan kelemahan-kelemahan umum darinya, tetapi tanpa dosa; dikandung oleh kuasa Roh Kudus, dalam rahim / kandungan dari perawan Maria, dari zatnya / zat Maria. Maka / jadi, kedua hakekat yang penuh / utuh, sempurna, dan berbeda, keAllahan dan kemanusiaan, digabungkan bersama-sama secara tak terpisahkan dalam satu pribadi, tanpa perubahan / penukaran, percampuran, atau kekacauan / percampuran. Pribadi mana adalah sungguh-sungguh Allah, dan sungguh-sungguh manusia, tetapi satu Kristus, satu-satunya Pengantara antara Allah dan manusia.).

Pandangan ini juga didukung oleh Athanasian Creed / Pengakuan Iman Athanasius: “28. It is, therefore, true faith that we believe and confess that our Lord Jesus Christ is both God and man.  29. He is God, generated from eternity from the substance of the Father; man, born in time from the substance of his mother.” (= 28. Karena itu adalah iman yang benar bahwa kita percaya dan mengaku bahwa Tuhan kita Yesus Kristus adalah Allah dan manusia.  29. Ia adalah Allah, diperanakkan dari kekekalan dari zat Sang Bapa; manusia, dilahirkan dalam waktu dari zat ibuNya.) - A. A. Hodge, ‘Outlines of Theology’, hal 117-118.

Perhatikan kontras antara kata-kata “Allah, diperanakkan dari kekekalan dari zat Sang Bapa, yang menunjuk pada keilahianNya, dan kata-kata “manusia, dilahirkan dalam waktu dari zat ibuNya. Ini jelas menunjukkan bahwa manusia Yesus itu tidak kekal!

Bahwa manusia Yesus / hakekat manusia Yesus itu berasal dari Maria, juga menunjukkan bahwa manusia Yesus / hakekat manusia Yesus itu adalah makhluk ciptaan, dan jelas tidak kekal, atau mulai ada di dalam waktu.

7)   Ibr 10:5 - “Karena itu ketika Ia masuk ke dunia, Ia berkata: ‘Korban dan persembahan tidak Engkau kehendaki - tetapi Engkau telah menyediakan tubuh bagiku -.”.

Ayat ini jelas berbicara tentang ‘tubuh’ dari Kristus, tetapi yang dimaksud dengan ‘tubuh’ adalah seluruh manusia (termasuk jiwa), karena ini merupakan gaya bahasa synecdoche (gaya bahasa dimana yang dinyatakan hanya sebagian, tetapi yang dimaksudkan adalah seluruhnya).
Bahwa Allah menyediakan suatu tubuh (dan jiwa) bagi Kristus, jelas tidak memungkinkan bahwa manusia Yesus itu kekal!

John Owen: “A ‘body’ is here a synecdochical expression of the human nature of Christ. (= Suatu ‘tubuh’ di sini adalah suatu ungkapan yang bersifat synecdoche dari hakekat manusia dari Kristus.) - ‘Hebrews’, vol 6, hal 460.

John Owen: As unto the operation in the production of the substance of it, and the forming its structure, it was the peculiar and immediate work of the Holy Ghost, Luke 1:35. (= Berkenaan dengan pekerjaan dalam menghasilkan zatnya, dan pembentukan strukturnya, itu merupakan tindakan khusus dan langsung dari Roh Kudus, Luk 1:35.) - ‘Hebrews’, vol 6, hal 464.
Luk 1:35 - “Jawab malaikat itu kepadanya: ‘Roh Kudus akan turun atasmu dan kuasa Allah Yang Mahatinggi akan menaungi engkau; sebab itu anak yang akan kaulahirkan itu akan disebut kudus, Anak Allah.”.

John Owen: Neither soul nor body have any personal subsistence before their union; but the sole foundation of this union was in this, that the Son of God was a selfsubsisting person from eternity.” (= Baik jiwa maupun tubuh tidak mempunyai keberadaan pribadi sebelum persatuan mereka; tetapi satu-satunya dasar dari persatuan ini adalah dalam hal ini, bahwa Anak Allah adalah pribadi yang ada dengan sendirinya dari kekekalan.) - ‘The Works of John Owen’, vol I, hal 229 (Libronix).

John Owen: “But we must yet inquire more particularly into the nature of this preparation of the body of Christ, here ascribed unto the Father. And it may he considered two ways: - (1.) In the designation and contrivance of it. So ‘preparation’ is sometimes used for ‘predestination,’ or the resolution for the effecting any thing that is future in its proper season, Isaiah 30:33; Matthew 20:33; Romans 9:23; 1 Corinthians 2:9. In this sense of the word God had prepared a body for Christ; he had in the eternal counsel of his will determined that he should have it in the appointed time. So he was ‘foreordained before the foundation of the world, but was manifest in these last times for us,’ 1 Peter 1:20. (2.) In the actual effecting, ordering, and creating of it, that it might be fitted and suited unto the work that it was ordained unto.” [= Tetapi kita harus menyelidiki dengan lebih khusus ke dalam hakekat / sifat dasar dari persiapan tubuh Kristus ini, yang di sini dianggap berasal dari Bapa. Dan itu bisa dipertimbangkan dengan dua cara / jalan: - (1.) Dalam perancangan dan penemuan darinya. Demikianlah ‘persiapan / penyediaan’ kadang-kadang digunakan untuk ‘predestinasi’, atau penetapan untuk menyebabkan apapun di masa yang akan datang pada waktunya yang tepat, Yes 30:33; Mat 20:33; Ro 9:23; 1Kor 2:9. Dalam arti kata ini Allah telah menyiapkan / menyediakan suatu tubuh untuk Kristus; Ia telah menentukan dalam rencana kekal dari kehendakNya bahwa Ia harus mempunyainya pada waktu yang telah ditetapkan. Demikianlah Ia ‘telah ditentukan sebelum dunia dijadikan, tetapi dinyatakan pada jaman akhir bagi kita’, 1Pet 2:20. (2.) Dalam tindakan menghasilkan, mengatur, dan menciptakannya dengan sungguh-sungguh, supaya itu bisa cocok dan sesuai dengan pekerjaan yang ditentukan bagiNya.] - ‘Hebrews’, vol 6, hal 461-462.

John Owen: “(1.) He prepared him such a body, such a human nature, as might be of the same nature with ours, for whom he was to accomplish his work therein. For it was necessary that it should be cognate and allied unto ours, that he might be meet to act on our behalf, and to suffer in our stead. He did not form him a body out of the dust of the earth, as he did that of Adam, whereby he could not have been of the same race of mankind with us; nor merely out of nothing, as he created the angels, whom he was not to save. See Hebrews 2:14-16, and the exposition thereon. He took our flesh and blood, proceeding from the loins of Abraham. [= (1.) Ia mempersiapkan / menyediakan bagiNya suatu tubuh seperti itu, suatu hakekat manusia seperti itu, sehingga bisa dari hakekat yang sama dengan tubuh kita, untuk siapa Ia akan menyelesaikan pekerjaanNya di sana. Karena adalah perlu bahwa tubuh / hakekat manusia itu harus sama asalnya dan berhubungan dengan tubuh / hakekat manusia kita, sehingga Ia bisa cocok untuk bertindak demi kita, dan menderita di tempat kita. Ia tidak membentuk bagiNya suatu tubuh dari debu tanah, seperti yang Ia lakukan dengan tubuh Adam, dengan jalan mana Ia tidak bisa adalah dari ras / kelompok yang sama dari umat manusia dengan kita; juga tidak dari nihil, seperti Ia mencipta malaikat-malaikat, yang Ia tidak akan selamatkan. Lihat Ibr 2:14-16, dan exposisi tentangnya. Ia mengambil daging dan darah kita, keluar dari pinggang / tubuh Abraham.] - ‘Hebrews’, vol 6, hal 462.
Ibr 2:14-16 - “(14) Karena anak-anak itu adalah anak-anak dari darah dan daging, maka Ia juga menjadi sama dengan mereka dan mendapat bagian dalam keadaan mereka, supaya oleh kematianNya Ia memusnahkan dia, yaitu Iblis, yang berkuasa atas maut; (15) dan supaya dengan jalan demikian Ia membebaskan mereka yang seumur hidupnya berada dalam perhambaan oleh karena takutnya kepada maut. (16) Sebab sesungguhnya, bukan malaikat-malaikat yang Ia kasihani, tetapi keturunan Abraham yang Ia kasihani.”.

John Owen: “Wherefore it is an article of faith, that the formation of the human nature of Christ in the womb of the Virgin was the peculiar act of the Holy Ghost.” (= Karena itu merupakan suatu bagian dari iman bahwa pembentukan dari hakekat manusia dari Kristus dalam kandungan dari sang Perawan adalah tindakan khusus dari Roh Kudus) - ‘Hebrews’, vol 6, hal 464.

John Owen: “The Father prepared it in the authoritative disposition of all things; the Holy Ghost actually wrought it; and he himself assumed it.” (= Bapa mempersiapkannya / menyediakannya dalam pengaturan yang berotoritas dari / tentang segala sesuatu; Roh Kudus sungguh-sungguh / secara aktual membuat / membentuk / menjadikannya; dan Ia sendiri mengambilnya.) - ‘Hebrews’, vol 6, hal 464.

Coba pikirkan, apanya yang disediakan / disiapkan oleh Bapa, dibuat / dibentuk oleh Roh Kudus, dan diambil oleh Anak, kalau hakekat manusia Yesus itu kekal?

- BERSAMBUNG -