About us

Golgotha Ministry adalah pelayanan dari Pdt. Budi Asali,M.Div dibawah naungan GKRI Golgota Surabaya untuk memberitakan Injil ke seluruh dunia dan mengajarkan kebenaran firman Tuhan melalui khotbah-khotbah, pendalaman Alkitab, perkuliahan theologia dalam bentuk tulisan maupun multimedia (DVD video, MP3, dll). Pelayanan kami ini adalah bertujuan agar banyak orang mengenal kebenaran; dan bagi mereka yang belum percaya, menjadi percaya kepada Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat pribadinya, dan bagi mereka yang sudah percaya, dikuatkan dan didewasakan didalam iman kepada Kristus.
Semua yang kami lakukan ini adalah semata-mata untuk kemuliaan nama Tuhan Yesus Kristus.

Kami mengundang dengan hangat setiap orang yang merasa diberkati dan terbeban didalam pelayanan untuk bergabung bersama kami di GKRI Golgota yang beralamat di : Jl. Raya Kalirungkut, Pertokoan Rungkut Megah Raya D-16, Surabaya.

Tuhan Yesus memberkati.

Jumat, 29 November 2019

KRISTOLOGI (8)

GOLGOTHA SCHOOL OF MINISTRY

(Rungkut Megah Raya Blok D No 16)
Rabu, tgl 31 Juli 2019, pk 19.00
PDT. BUDI ASALI, M. DIV.

KRISTOLOGI (8)

PELAJARAN III
KESUCIAN KRISTUS

I) Kesucian hidup Kristus.

Hal-hal yang menunjukkan kesucian hidup Kristus:

1) Ayat-ayat seperti:

2Kor 5:21 - Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuatNya menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah.”.

Ibr 4:15 - “Sebab Imam Besar yang kita punya, bukanlah imam besar yang tidak dapat turut merasakan kelemahan-kelemahan kita, sebaliknya sama dengan kita, Ia telah dicobai, hanya tidak berbuat dosa.”.

Ibr 7:26 - “Sebab Imam Besar yang demikianlah yang kita perlukan: yaitu yang saleh, tanpa salah, tanpa noda, yang terpisah dari orang-orang berdosa dan lebih tinggi dari pada tingkat-tingkat sorga,”.

1Pet 2:22 - Ia tidak berbuat dosa, dan tipu tidak ada dalam mulutNya.”.

1Pet 3:18 - “Sebab juga Kristus telah mati sekali untuk segala dosa kita, Ia yang benar untuk orang-orang yang tidak benar, supaya Ia membawa kita kepada Allah; Ia, yang telah dibunuh dalam keadaanNya sebagai manusia, tetapi yang telah dibangkitkan menurut Roh,”.

1Yoh 3:5 - “Dan kamu tahu, bahwa Ia telah menyatakan diriNya, supaya Ia menghapus segala dosa, dan di dalam Dia tidak ada dosa.”.

2) Sebutan ‘Yang Kudus dari Allah’ dalam Luk 4:34 dan Yoh 6:69, sebutan ‘Yang Kudus dan Benar’ dalam Kis 3:14, sebutan ‘HambaMu yang Kudus’ dalam  Kis 4:27,30.

Luk 4:34 - “‘Hai Engkau, Yesus orang Nazaret, apa urusanMu dengan kami? Engkau datang hendak membinasakan kami? Aku tahu siapa Engkau: Yang Kudus dari Allah.’”.

Yoh 6:69 - “dan kami telah percaya dan tahu, bahwa Engkau adalah Yang Kudus dari Allah.’”.

Kis 3:14 - “Tetapi kamu telah menolak Yang Kudus dan Benar, serta menghendaki seorang pembunuh sebagai hadiahmu.”.

Kis 4:27,30 - “(27) Sebab sesungguhnya telah berkumpul di dalam kota ini Herodes dan Pontius Pilatus beserta bangsa-bangsa dan suku-suku bangsa Israel melawan Yesus, HambaMu yang kudus, yang Engkau urapi, ... (30) Ulurkanlah tanganMu untuk menyembuhkan orang, dan adakanlah tanda-tanda dan mujizat-mujizat oleh nama Yesus, HambaMu yang kudus.’”.

3) Yoh 10:36 mengatakan bahwa Yesus dikuduskan oleh Bapa.

Yoh 10:36 - “masihkah kamu berkata kepada Dia yang dikuduskan oleh Bapa dan yang telah diutusNya ke dalam dunia: Engkau menghujat Allah! Karena Aku telah berkata: Aku Anak Allah?”.

4) Berbeda dengan semua orang lain yang mengaku dosa pada waktu dibaptis oleh Yohanes Pembaptis (Mat 3:6), Yesus tidak mengakui dosa pada saat dibaptis oleh Yohanes Pembaptis (Mat 3:13-17).

Mat 3:6,13-17 - “(6) Lalu sambil mengaku dosanya mereka dibaptis oleh Yohanes di sungai Yordan. ... (13) Maka datanglah Yesus dari Galilea ke Yordan kepada Yohanes untuk dibaptis olehnya. (14) Tetapi Yohanes mencegah Dia, katanya: ‘Akulah yang perlu dibaptis olehMu, dan Engkau yang datang kepadaku?’ (15) Lalu Yesus menjawab, kataNya kepadanya: ‘Biarlah hal itu terjadi, karena demikianlah sepatutnya kita menggenapkan seluruh kehendak Allah.’ Dan Yohanespun menurutiNya. (16) Sesudah dibaptis, Yesus segera keluar dari air dan pada waktu itu juga langit terbuka dan Ia melihat Roh Allah seperti burung merpati turun ke atasNya, (17) lalu terdengarlah suara dari sorga yang mengatakan: ‘Inilah AnakKu yang Kukasihi, kepadaNyalah Aku berkenan.’.

Bahkan dalam sepanjang hidupNya kita tidak pernah melihat Yesus mengaku dosa atau memberi korban penghapus dosa.

Kalau dalam Mat 6:12 (Doa Bapa Kami) Ia mengatakan ‘dan ampunilah kami akan kesalahan kami’ jelas bahwa Ia bukannya mengakui dosa, tetapi Ia sedang mengajarkan doa Bapa Kami itu untuk murid-muridNya. Ini terlihat dari Mat 6:9 yang berbunyi ‘Karena itu berdoalah demikian’ yang jelas menunjukkan bahwa saat itu Ia sedang mengajarkan doa itu kepada murid-muridNya.

5) Bahwa Yesus itu suci / benar, diakui oleh:

a)    Allah Bapa (Mat 3:17).

Mat 3:17 - “lalu terdengarlah suara dari sorga yang mengatakan: ‘Inilah AnakKu yang Kukasihi, kepadaNyalah Aku berkenan.’”.

Bahwa Allah Bapa berkenan kepada Yesus, jelas menunjukkan kesucian Yesus.

b)    Yesus sendiri (Yoh 8:29,46).

Yoh 8:29,46 - “(29) Dan Ia, yang telah mengutus Aku, Ia menyertai Aku. Ia tidak membiarkan Aku sendiri, sebab Aku senantiasa berbuat apa yang berkenan kepadaNya.’ ... (46) Siapakah di antaramu yang membuktikan bahwa Aku berbuat dosa? Apabila Aku mengatakan kebenaran, mengapakah kamu tidak percaya kepadaKu?”.

c) Pontius Pilatus (Luk 23:4,14-15,22  Yoh 18:38b  Yoh 19:4).

Luk 23:4,14-15,22 - “(4) Kata Pilatus kepada imam-imam kepala dan seluruh orang banyak itu: ‘Aku tidak mendapati kesalahan apapun pada orang ini.’ ... (14) dan berkata kepada mereka: ‘Kamu telah membawa orang ini kepadaku sebagai seorang yang menyesatkan rakyat. Kamu lihat sendiri bahwa aku telah memeriksaNya, dan dari kesalahan-kesalahan yang kamu tuduhkan kepadaNya tidak ada yang kudapati padaNya. (15) Dan Herodes juga tidak, sebab ia mengirimkan Dia kembali kepada kami. Sesungguhnya tidak ada suatu apapun yang dilakukanNya yang setimpal dengan hukuman mati. ... (22) Kata Pilatus untuk ketiga kalinya kepada mereka: ‘Kejahatan apa yang sebenarnya telah dilakukan orang ini? Tidak ada suatu kesalahanpun yang kudapati padaNya, yang setimpal dengan hukuman mati. Jadi aku akan menghajar Dia, lalu melepaskanNya.’”.

Yoh 18:38b - “Sesudah mengatakan demikian, keluarlah Pilatus lagi mendapatkan orang-orang Yahudi dan berkata kepada mereka: ‘Aku tidak mendapati kesalahan apapun padaNya.”.

Yoh 19:4 - “Pilatus keluar lagi dan berkata kepada mereka: ‘Lihatlah, aku membawa Dia ke luar kepada kamu, supaya kamu tahu, bahwa aku tidak mendapati kesalahan apapun padaNya.’”.

d)    Istri Pontius Pilatus (Mat 27:19).

Mat 27:19 - “Ketika Pilatus sedang duduk di kursi pengadilan, isterinya mengirim pesan kepadanya: ‘Jangan engkau mencampuri perkara orang benar itu, sebab karena Dia aku sangat menderita dalam mimpi tadi malam.’”.

e)    Herodes (Luk 23:15).

Luk 23:15 - “Dan Herodes juga tidak, sebab ia mengirimkan Dia kembali kepada kami. Sesungguhnya tidak ada suatu apapun yang dilakukanNya yang setimpal dengan hukuman mati.”.

f)     Yudas Iskariot (Mat 27:4).

Mat 27:4 - “dan berkata: ‘Aku telah berdosa karena menyerahkan darah orang yang tak bersalah.’ Tetapi jawab mereka: ‘Apa urusan kami dengan itu? Itu urusanmu sendiri!’”.

g) Kepala Pasukan Romawi yang menyalibkan Yesus (Luk 23:47).

Luk 23:47 - “Ketika kepala pasukan melihat apa yang terjadi, ia memuliakan Allah, katanya: ‘Sungguh, orang ini adalah orang benar!’”.

6) Ia berhasil menggagalkan 3 x pencobaan setan (Mat 4:1-11  Luk 4:1-13).

Perlu juga dijelaskan bahwa sekalipun dalam Ibr 4:15 dikata­kan bahwa ‘sama dengan kita, Ia telah dicobai’, tetapi itu hanya berhubungan dengan pencobaan dari luar. Kesucian Kristus menyebabkan Ia tidak mungkin mengalami pencobaan dari dalam seperti yang sering dialami manusia yang lain (seperti berpikir untuk berzinah, dsb), karena dalam hal ini pencobaan itu sendiri sudah merupakan dosa.

Bdk. Maz 66:18 - Seandainya ada niat jahat dalam hatiku, tentulah Tuhan tidak mau mendengar..

Karena itu Yesus sendiri bisa berkata bahwa ‘penguasa dunia ini’ (yaitu setan), tidak berkuasa sedikitpun atas diriNya (Yoh 14:30).

Yoh 14:30 - “Tidak banyak lagi Aku berkata-kata dengan kamu, sebab penguasa dunia ini datang dan ia tidak berkuasa sedikitpun atas diriKu.”.

7) Lembu / domba / kambing untuk korban penebus dosa, dan domba Paskah, yang merupakan TYPE / gambaran dari Kristus (bdk. Yoh 1:29  1Kor 5:7) selalu digambarkan sebagai tidak bercela / tidak bercacat (Im 4:3b,23b,28b,32b  Kel 12:5). Bdk. 1Pet 1:18-19.

Im 4:3,23,28,32 - “(3) maka jikalau yang berbuat dosa itu imam yang diurapi, sehingga bangsanya turut bersalah, haruslah ia mempersembahkan kepada TUHAN karena dosa yang telah diperbuatnya itu, seekor lembu jantan muda yang tidak bercela sebagai korban penghapus dosa. ... (23) maka jikalau dosa yang telah diperbuatnya itu diberitahukan kepadanya, haruslah ia membawa sebagai persembahannya seekor kambing jantan yang tidak bercela. ... (28) maka jikalau dosa yang telah diperbuatnya itu diberitahukan kepadanya, haruslah ia membawa sebagai persembahannya karena dosa yang telah diperbuatnya itu seekor kambing betina yang tidak bercela. ... (32) Jika ia membawa seekor domba sebagai persembahannya menjadi korban penghapus dosa, haruslah ia membawa seekor betina yang tidak bercela.”.

Kel 12:5 - “Anak dombamu itu harus jantan, tidak bercela, berumur setahun; kamu boleh ambil domba atau kambing.”.

Yoh 1:29 - “Pada keesokan harinya Yohanes melihat Yesus datang kepadanya dan ia berkata: ‘Lihatlah Anak domba Allah, yang menghapus dosa dunia.”.

1Kor 5:7 - “Buanglah ragi yang lama itu, supaya kamu menjadi adonan yang baru, sebab kamu memang tidak beragi. Sebab anak domba Paskah kita juga telah disembelih, yaitu Kristus.”.

1Pet 1:18-19 - “(18) Sebab kamu tahu, bahwa kamu telah ditebus dari cara hidupmu yang sia-sia yang kamu warisi dari nenek moyangmu itu bukan dengan barang yang fana, bukan pula dengan perak atau emas, (19) melainkan dengan darah yang mahal, yaitu darah Kristus yang sama seperti darah anak domba yang tak bernoda dan tak bercacat.”.

8) Penderitaan dan kematian Yesus bisa menggantikan kita untuk menerima hukuman Allah.

Kalau Yesus tidak suci, maka pada saat Ia mati di kayu salib Ia mati untuk dosaNya sendiri, sehingga Ia tidak mungkin bisa menggantikan kita untuk memikul hukuman dosa kita. Bahwa Ia bisa menjadi pengganti, menunjukkan bahwa Ia suci.

Dengan demikian terlihat bahwa kesucian Kristus merupakan hal yang sangat vital dalam kekristenan, karena tanpa hal itu, seluruh penebusan hancur.

II) Serangan terhadap kesucian Kristus.

1) Ayat-ayat yang menunjukkan Yesus marah seperti:

Mark 3:5 - “Ia berdukacita karena kedegilan mereka dan dengan marah Ia memandang sekelilingNya kepada mereka lalu Ia berkata kepada orang itu: ‘Ulurkanlah tanganmu!’ Dan ia mengulurkannya, maka sembuhlah tangannya itu.”.

Yoh 2:14,15 - “(14) Dalam Bait Suci didapatiNya pedagang-pedagang lembu, kambing domba dan merpati, dan penukar-penukar uang duduk di situ. (15) Ia membuat cambuk dari tali lalu mengusir mereka semua dari Bait Suci dengan semua kambing domba dan lembu mereka; uang penukar-penukar dihamburkanNya ke tanah dan meja-meja mereka dibalikkanNya.”.

Mat 21:12-13 - “(12) Lalu Yesus masuk ke Bait Allah dan mengusir semua orang yang berjual beli di halaman Bait Allah. Ia membalikkan meja-meja penukar uang dan bangku-bangku pedagang merpati (13) dan berkata kepada mereka: ‘Ada tertulis: RumahKu akan disebut rumah doa. Tetapi kamu menjadikannya sarang penyamun.’”.

Penjelasan:

a) Marah tidak harus dianggap sebagai dosa, dan hal ini terlihat dari Ef 4:26 dan Maz 4:5.

Ef 4:26 - Apabila kamu menjadi marah, janganlah kamu berbuat dosa: janganlah matahari terbenam, sebelum padam amarahmu”.

Maz 4:5 - Biarlah kamu marah, tetapi jangan berbuat dosa; berkata-katalah dalam hatimu di tempat tidurmu, tetapi tetaplah diam. Sela”.

b) Kemarahan terhadap dosa justru harus ada dalam diri orang yang dikuasai Roh Kudus (Kel 32:19  1Sam 11:6).

Kel 32:19 - “Dan ketika ia dekat ke perkemahan itu dan melihat anak lembu dan melihat orang menari-nari, maka bangkitlah amarah Musa; dilemparkannyalah kedua loh itu dari tangannya dan dipecahkannya pada kaki gunung itu.”.

Bdk. Bil 12:3 yang menyatakan bahwa Musa itu ‘seorang sangat lembut hatinya’.

1Sam 11:6 - “Ketika Saul mendengar kabar itu, maka berkuasalah Roh Allah atas dia, dan menyala-nyalalah amarahnya dengan sangat.”.

Dalam Wah 2:2 ketidak-sabaran terhadap orang-orang yang jahat, justru merupakan sesuatu yang dipuji dari gereja / jemaat Efesus.

Wah 2:2 - “Aku tahu segala pekerjaanmu: baik jerih payahmu maupun ketekunanmu. Aku tahu, bahwa engkau tidak dapat sabar terhadap orang-orang jahat, bahwa engkau telah mencobai mereka yang menyebut dirinya rasul, tetapi yang sebenarnya tidak demikian, bahwa engkau telah mendapati mereka pendusta.”.

Sebaliknya, dalam 2Kor 11:4 kesabaran orang Korintus terhadap nabi-nabi palsu, justru dikecam oleh Paulus.

2Kor 11:4 - Sebab kamu sabar saja, jika ada seorang datang memberitakan Yesus yang lain dari pada yang telah kami beritakan, atau memberikan kepada kamu roh yang lain dari pada yang telah kamu terima atau Injil yang lain dari pada yang telah kamu terima.”.

Demikian juga dalam Wah 2:20, jemaat Tiatira yang membiarkan nabi palsu, juga dikecam.

Wah 2:20 - “Tetapi Aku mencela engkau, karena engkau membiarkan wanita Izebel, yang menyebut dirinya nabiah, mengajar dan menyesatkan hamba-hambaKu supaya berbuat zinah dan makan persembahan-persembahan berhala.”.

c) Kemarahan Yesus adalah kemarahan yang suci, yang ditujukan kepada dosa, sehingga jelas bukan merupakan dosa.

Penerapan: orang Kristen harus berani marah pada saat yang tepat, misalnya pada waktu melihat ada ajaran sesat dari nabi palsu, atau ada korupsi dalam gereja, atau ada suatu penindasan / ketidak-adilan, dsb.

Bdk. 1Kor 13:4-6 - “(4) Kasih itu sabar; kasih itu murah hati; ia tidak cemburu. Ia tidak memegahkan diri dan tidak sombong. (5) Ia tidak melakukan yang tidak sopan dan tidak mencari keuntungan diri sendiri. Ia tidak pemarah dan tidak menyimpan kesalahan orang lain. (6) Ia tidak bersukacita karena ketidakadilan, tetapi karena kebenaran.”.

2) Tuduhan bahwa Yesus melanggar peraturan Sabat.

Mat 12:9-14 - “(9) Setelah pergi dari sana, Yesus masuk ke rumah ibadat mereka. (10) Di situ ada seorang yang mati sebelah tangannyaMereka bertanya kepadaNya: ‘Bolehkah menyembuhkan orang pada hari Sabat?’ Maksud mereka ialah supaya dapat mempersalahkan Dia. (11) Tetapi Yesus berkata kepada mereka: ‘Jika seorang dari antara kamu mempunyai seekor domba dan domba itu terjatuh ke dalam lobang pada hari Sabat, tidakkah ia akan menangkapnya dan mengeluarkannya? (12) Bukankah manusia jauh lebih berharga dari pada domba? Karena itu boleh berbuat baik pada hari Sabat.’ (13) Lalu kata Yesus kepada orang itu: ‘Ulurkanlah tanganmu!’ Dan ia mengulurkannya, maka pulihlah tangannya itu, dan menjadi sehat seperti tangannya yang lain. (14) Lalu keluarlah orang-orang Farisi itu dan bersekongkol untuk membunuh Dia.”.

Luk 14:1-6 - “(1) Pada suatu hari Sabat Yesus datang ke rumah salah seorang pemimpin dari orang-orang Farisi untuk makan di situ. Semua yang hadir mengamat-amati Dia dengan saksama. (2) Tiba-tiba datanglah seorang yang sakit busung air berdiri di hadapanNya. (3) Lalu Yesus berkata kepada ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi itu, kataNya: ‘Diperbolehkankah menyembuhkan orang pada hari Sabat atau tidak?’ (4) Mereka itu diam semuanya. Lalu Ia memegang tangan orang sakit itu dan menyembuhkannya dan menyuruhnya pergi. (5) Kemudian Ia berkata kepada mereka: ‘Siapakah di antara kamu yang tidak segera menarik ke luar anaknya atau lembunya kalau terperosok ke dalam sebuah sumur, meskipun pada hari Sabat?’ (6) Mereka tidak sanggup membantahNya.”.

Yoh 5:8-18 - “(8) Kata Yesus kepadanya: ‘Bangunlah, angkatlah tilammu dan berjalanlah.’ (9) Dan pada saat itu juga sembuhlah orang itu lalu ia mengangkat tilamnya dan berjalan. Tetapi hari itu hari Sabat. (10) Karena itu orang-orang Yahudi berkata kepada orang yang baru sembuh itu: ‘Hari ini hari Sabat dan tidak boleh engkau memikul tilammu.’ (11) Akan tetapi ia menjawab mereka: ‘Orang yang telah menyembuhkan aku, dia yang mengatakan kepadaku: Angkatlah tilammu dan berjalanlah.’ (12) Mereka bertanya kepadanya: ‘Siapakah orang itu yang berkata kepadamu: Angkatlah tilammu dan berjalanlah?’ (13) Tetapi orang yang baru sembuh itu tidak tahu siapa orang itu, sebab Yesus telah menghilang ke tengah-tengah orang banyak di tempat itu. (14) Kemudian Yesus bertemu dengan dia dalam Bait Allah lalu berkata kepadanya: ‘Engkau telah sembuh; jangan berbuat dosa lagi, supaya padamu jangan terjadi yang lebih buruk.’ (15) Orang itu keluar, lalu menceriterakan kepada orang-orang Yahudi, bahwa Yesuslah yang telah menyembuhkan dia. (16) Dan karena itu orang-orang Yahudi berusaha menganiaya Yesus, karena Ia melakukan hal-hal itu pada hari Sabat. (17) Tetapi Ia berkata kepada mereka: ‘BapaKu bekerja sampai sekarang, maka Akupun bekerja juga.’ (18) Sebab itu orang-orang Yahudi lebih berusaha lagi untuk membunuhNya, bukan saja karena Ia meniadakan hari Sabat, tetapi juga karena Ia mengatakan bahwa Allah adalah BapaNya sendiri dan dengan demikian menyamakan diriNya dengan Allah.”.

Yoh 9:14-16 - “(14) Adapun hari waktu Yesus mengaduk tanah dan memelekkan mata orang itu, adalah hari Sabat. (15) Karena itu orang-orang Farisipun bertanya kepadanya, bagaimana matanya menjadi melek. Jawabnya: ‘Ia mengoleskan adukan tanah pada mataku, lalu aku membasuh diriku, dan sekarang aku dapat melihat.’ (16) Maka kata sebagian orang-orang Farisi itu: ‘Orang ini tidak datang dari Allah, sebab Ia tidak memelihara hari Sabat.’ Sebagian pula berkata: ‘Bagaimanakah seorang berdosa dapat membuat mujizat yang demikian?’ Maka timbullah pertentangan di antara mereka.”.

Untuk ini perlu diketahui bahwa:

a) Yesus adalah Tuhan atas hari Sabat (Mat 12:8).

Mat 12:8 - “Karena Anak Manusia adalah Tuhan atas hari Sabat.’”.

b) Yesus berkata bahwa hari Sabat diciptakan untuk manusia dan bukan manusia untuk hari Sabat (Mark 2:27).

Mark 2:27 - “Lalu kata Yesus kepada mereka: ‘Hari Sabat diadakan untuk manusia dan bukan manusia untuk hari Sabat,”.

c) Yesus berkata bahwa kita boleh berbuat baik pada hari Sabat (Mat 12:11-12  bdk. Yoh 7:22-23).

Mat 12:11-12 - “(11) Tetapi Yesus berkata kepada mereka: ‘Jika seorang dari antara kamu mempunyai seekor domba dan domba itu terjatuh ke dalam lobang pada hari Sabat, tidakkah ia akan menangkapnya dan mengeluarkannya? (12) Bukankah manusia jauh lebih berharga dari pada domba? Karena itu boleh berbuat baik pada hari Sabat.’”.

Yoh 7:22-23 - “(22) Jadi: Musa menetapkan supaya kamu bersunat - sebenarnya sunat itu tidak berasal dari Musa, tetapi dari nenek moyang kita - dan kamu menyunat orang pada hari Sabat! (23) Jikalau seorang menerima sunat pada hari Sabat, supaya jangan melanggar hukum Musa, mengapa kamu marah kepadaKu, karena Aku menyembuhkan seluruh tubuh seorang manusia pada hari Sabat.”.

Catatan: penyunatan HARUS dilakukan pada hari ke 8 (Im 12:3), sehingga tidak bisa tidak, pasti ada penyunatan yang jatuh pada hari Sabat.

Yesus bukan bekerja pada hari Sabat, tetapi menyembuhkan / menolong orang / berbuat baik pada orang lain pada hari Sabat. Ini jelas bukan dosa.

d) Yang dilanggar oleh Yesus bukanlah peraturan / hukum Tuhan tentang hari Sabat, tetapi penafsiran yang salah dari ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi tentang peraturan Sabat.

Kalau saudara ingin tahu bagaimana ahli-ahli Taurat pada jaman itu ‘menafsirkan’ hukum hari Sabat, maka bacalah komentar-komentar William Barclay tentang Mat 5:17-20 di bawah ini:

Barclay“The Law lays it down that the Sabbath Day is to be kept holy, and that on it no work is to be done. That is a great principle. But the Jewish legalists had a passion for definition. So they asked: What is work? All kinds of things were classified as work. For instance, to carry a burden on the Sabbath Day is to work. But next a burden has to be defined. So the Scribal Law lays it down that a burden is ‘food equal in weight to a dried fig, enough wine for making a goblet, milk enough for one swallow, honey enough to put upon a wound, oil enough to anoint a small member, water enough to moisten an eye-salve, paper enough to write a customs house notice upon, ink enough to write two letters of the alphabet, reed enough to make a pen’ - and so on endlessly. So they spent endless hours arguing whether a man could or could not lift a lamp from one place to another on the Sabbath, whether a tailor committed a sin if he went out with a needle in his robe, whether a woman might wear a brooch or false hair, even if a man might go out on the Sabbath with artificial teeth or an artificial limb, if a man might lift his child on the Sabbath Day. These things to them were the essence of religion. Their religion was a legalism of petty rules and regulations.” [= Hukum Taurat menetapkan bahwa hari Sabat harus dikuduskan, dan bahwa pada hari itu tidak ada pekerjaan yang boleh dilakukan. Itu merupakan prinsip yang besar. Tetapi para legalist Yahudi senang mendefinisikan. Karena itu mereka bertanya: Apakah pekerjaan itu? Semua jenis hal-hal digolongkan sebagai pekerjaan. Misalnya, membawa beban pada hari Sabat adalah bekerja. Tetapi selanjutnya ‘beban’ itu harus didefinisikan. Maka hukum dari ahli-ahli Taurat menetapkan bahwa ‘beban’ adalah ‘makanan yang sama beratnya dengan sebuah buah ara kering, anggur yang cukup untuk membuat satu gelas minuman, susu yang cukup untuk satu teguk, madu cukup untuk diberikan pada suatu luka, minyak cukup untuk mengurapi anggota yang kecil, air cukup untuk membasahkan salep mata, kertas cukup untuk menuliskan pemberitahuan suatu rumah cukai, tinta cukup untuk menuliskan 2 huruf dari alfabet, bambu cukup untuk membuat sebuah pena’, dst tanpa ada akhirnyaDemikianlah mereka menghabiskan banyak waktu untuk berdebat apakah seseorang boleh atau tidak boleh mengangkat sebuah lampu dari satu tempat ke tempat lain pada hari Sabat, apakah seorang penjahit melakukan dosa jika ia pergi keluar dengan sebuah jarum dalam jubahnya, apakah seorang perempuan boleh memakai bros atau rambut palsu, bahkan apakah seseorang boleh pergi keluar pada hari Sabat dengan gigi palsu atau kaki palsu, apakah seseorang boleh mengangkat anaknya pada hari Sabat. Hal-hal ini bagi mereka merupakan inti dari agama. Agama mereka adalah suatu legalisme yang terdiri dari peraturan-peraturan yang picik / remeh.] - hal 128.

Barclay“To write was to work on the Sabbath. But writing has to be defined. So the definition runs: ‘He who writes two letters of the alphabet with his right or with his left hand, whether of one kind or of two kinds, if they are written with different inks or in different languages, is guilty. Even if he should write two letters from forgetfulness, he is guilty, whether he has written them with ink or with paint, red chalk, vitriol, or anything which makes a permanent mark. Also he that writes on two walls that from an angle, or on two tablets of his account book so that they can be read together is guilty ... But, if anyone writes with dark fluid, with fruit juice, or in the dust of the road, or in sand, or in anything which does not make a permanent mark, he is not guilty. ... If he writes one letter on the ground, and one on the wall of the house, or on two pages of a book, so that they cannot be read together, he is not guilty.’ That is a typical passage from the Scribal Law; and that is what the orthodox Jew regarded as true religion and the true service of God.” [= Menulis pada hari Sabat berarti bekerja. Tetapi ‘menulis’ perlu didefinisikan. Dan demikianlah bunyi definisinya: ‘Ia yang menulis 2 huruf dari alfabet dengan tangan kanan atau tangan kirinya, apakah dari satu jenis atau 2 jenis, jika huruf-huruf itu ditulis dengan tinta yang berbeda atau dalam bahasa yang berbeda, bersalah. Bahkan jika ia menulis 2 huruf karena lupa, ia bersalah, apakah ia telah menulis huruf-huruf itu dengan tinta atau dengan cat, kapur merah, benda tajam, atau apapun yang membuat tanda permanen. Juga ia yang menulis pada 2 dinding yang membentuk suatu sudut, atau pada 2 lembaran dari buku catatan / rekeningnya sehingga huruf-huruf itu bisa dibaca bersama-sama, ia bersalah ... Tetapi jika seseorang menulis dengan cairan gelap, dengan air buah, atau di tanah di jalanan, atau pada pasir, atau pada apapun yang tidak membuat tanda permanen, ia tidak bersalah. ... Jika ia menulis satu huruf di tanah, dan satu di dinding rumah, atau pada 2 halaman dari suatu buku, sehingga huruf-huruf itu tidak bisa dibaca bersama-sama, ia tidak bersalah’. Itulah text yang khas dari hukum dari ahli-ahli Taurat; dan itulah yang dianggap oleh seorang Yahudi orthodox sebagai agama dan sebagai pelayanan yang benar kepada Allah.] - hal 129.

Barclay“To heal was to work on the Sabbath. Obviously this has to be defined. Healing was allowed when there was danger to life, and especially in troubles of the ear, nose and throat; but even then, steps could be taken only to keep the patient from becoming worse; no steps might be taken to make him get any better. So a plain bandage might be put on a wound, but no ointment; plain wadding might be put into a sore ear, but not medicated wadding.” [= Menyembuhkan pada hari Sabat berarti bekerjaJelas bahwa hal ini harus didefinisikanPenyembuhan diijinkan pada saat ada bahaya terhadap kehidupan, dan khususnya pada waktu ada gangguan telinga, hidung dan tenggorokan / kerongkongan; tetapi bahkan dalam keadaan itu, hanya boleh dilakukan langkah-langkah untuk menjaga supaya pasien itu tidak menjadi lebih parah; tidak boleh dilakukan langkah-langkah yang membuatnya lebih baik. Jadi, suatu perban biasa boleh diberikan pada suatu luka, tetapi tidak boleh diberi obat / salep; kapas biasa boleh diberikan pada telinga yang sakit, tetapi kapas dengan obat tidak boleh.] - hal 129.

Barclay“The Scribes were the men who worked out these rules and regulations. The Pharisees, whose names means The Separated Ones, were the men who had separated themselves from all the ordinary activities of life to keep all these rules and regulations. We can see the length to which this went from the following facts. For many generations this Scribal Law was never written down; it was the oral law, and it was handed down in the memory of generations Scribes. In the middle of the third century A. D. a summary of it was made and codified. That summary is known as the Mishnah; it contains sixty-three tractates on various subjects of the Law, and in English makes a book of almost eight hundred pages. Later Jewish scholarship busied itself with making commentaries to explain the Mishnah. These commentaries are known as the Talmuds. Of the Jerusalem Talmud there are twelve printed volumes; and of the Babylonian Talmud there are sixty printed volumes. To the strict orthodox Jew, in the time of Jesus, religion, serving God, was a matter of keeping thousands of legalistic rules and regulations; they regarded these petty rules and regulations as literally matters of life and death and eternal destiny. Clearly Jesus did not mean that not one of these rules and regulations was to pass away; repeatedly he broke them himself; and repeatedly he condemned them; that is certainly not what Jesus meant by the Law, for that is the kind of law that both Jesus and Paul condemned.” [= Ahli-ahli Taurat adalah orang-orang yang menyusun peraturan-peraturan ini. Orang-orang Farisi, yang namanya berarti ‘orang-orang yang terpisah’, adalah orang-orang yang memisahkan diri mereka sendiri dari semua aktivitas kehidupan biasa untuk mentaati semua peraturan-peraturan itu. Kita bisa melihat panjangnya peraturan-peraturan itu dari fakta-fakta yang berikut ini. Selama beberapa generasi, hukum dari ahli-ahli Taurat ini tidak pernah dituliskan; itu merupakan hukum lisan, dan diturunkan dalam ingatan dari generasi-generasi ahli-ahli Taurat. Pada pertengahan abad ketiga Masehi suatu ringkasan darinya dibuat dan disusun. Ringkasan itu dikenal sebagai Mishnah; itu terdiri dari 63 traktat tentang bermacam-macam pokok hukum Taurat, dan dalam bahasa Inggris menjadi sebuah buku yang terdiri dari hampir 800 halamanAhli-ahli theologia Yahudi selanjutnya menyibukkan dirinya sendiri dengan membuat tafsiran-tafsiran untuk menjelaskan Mishnah. Tafsiran-tafsiran ini dikenal sebagai Talmud. Talmud Yerusalem terdiri dari 12 volume; dan Talmud Babilonia terdiri dari 60 volume. Bagi seorang Yahudi orthodox, pada jaman Yesus, agama dan pelayanan kepada Allah merupakan persoalan ketaatan terhadap ribuan peraturan-peraturan legalistik; mereka menganggap peraturan-peraturan remeh / picik ini secara hurufiah sebagai persoalan hidup atau mati dan tujuan kekal. Jelas bahwa Yesus tidak memaksudkan bahwa tidak satupun dari peraturan-peraturan ini yang boleh ditiadakan; berulangkali Ia sendiri melanggar mereka; dan berulangkali Ia mengecam mereka; jelas bukan itu yang Yesus maksudkan dengan hukum Taurat, karena itu adalah jenis hukum Taurat yang dikecam oleh Yesus dan Paulus.] - hal 129-130.



-bersambung-

Author : Pdt. Budi Asali,M.Div.
Email : golgotha_ministry0@yahoo.com

KRISTOLOGI (7)

GOLGOTHA SCHOOL OF MINISTRY

(Rungkut Megah Raya Blok D No 16)
Rabu, tgl 17 Juli 2019, pk 19.00
PDT. BUDI ASALI, M. DIV.

KRISTOLOGI (7)


2) Communicatio Operationum / Apotelesmatum [communication of acts {= pemberian tindakan-tindakan}].

Semua tindakan / perbuatan Kristus, baik yang bersifat:
a) Ilahi, seperti penciptaan, pemeliharaan.
b) Manusia, seperti makan, minum.
c) Gabungan ilahi dan manusia, seperti penebusan.
adalah tindakan / perbuatan dari pribadi Kristus.

Jadi, pada waktu melihat Kristus makan, kita tidak perlu berkata ‘hakekat manusiaNya makan’, tetapi kita bisa berka­ta Kristus makan’. Pada waktu kita mau mengatakan bahwa Kristus mencipta dan mengatur alam semesta, kita tidak perlu berkata ‘hakekat ilahiNya mencipta dan mengatur alam semesta’, tetapi kita bisa berkata Kristus mencipta dan mengatur alam semesta’.

Catatan: sebutan ‘Yesus’ atau ‘Kristus’ atau penggunaan kata ganti orang (seperti ‘Aku’) untuk Yesus, biasanya menunjuk kepada pribadi.

Contoh:

Mat 27:26 - “Lalu ia membebaskan Barabas bagi mereka, tetapi YESUS disesahnya lalu diserahkannya untuk disalibkan.”.

Kata ‘disesah’ cocoknya untuk hakekat manusia Kristus, tetapi ditujukan kepada pribadiNya (‘Yesus’).

Mat 28:19-20 - “(19) Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa muridKu dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, (20) dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, AKU menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.’”.

Kata-kata ‘menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman’ cocoknya untuk hakekat ilahi Kristus, tetapi ditujukan kepada pribadiNya (‘Aku’).

Illustrasi:
Manusia terdiri dari tubuh + jiwa.
Ada tindakan hanya dari jiwa, seperti berpikir, marah, benci.
Ada tindakan hanya dari tubuh, seperti mencerna makanan, berdenyutnya jantung.
Ada tindakan dari gabungan tubuh dan jiwa, seperti membaca, menulis, berbicara dsb.
Tetapi adalah seluruh pribadi manusia yang marah, mencerna makanan, membaca dsb.
Karena itu kalau kita melihat seseorang (si A) sedang makan / berpikir, kita tidak mengatakan ‘tubuhnya makan’ tetapi ‘Dia / si A makan’. Kita tidak mengatakan ‘jiwanya berpi­kir’, tetapi ‘Dia / si A berpikir’.

Catatan: lagi-lagi ilustrasi ini hanya cocok untuk orang yang mempercayai Dichotomy, bukan Trichotomy.

3) Communicatio Charismatum / Gratiarum [communication of gifts {= pemberian karunia-karunia}].
Hakekat manusia dari Kristus, sejak saat pertama keberadaanNya, telah diberi bermacam-macam karunia yang mulia.

Misalnya:

a) Dipersatukannya hakekat manusia itu dengan LOGOS, dengan mana hakekat manusia itu ditinggikan melebihi semua ciptaan.

G. C. Berkouwer menggunakan Yoh 3:34 sebagai salah satu dasar: Sebab siapa yang diutus Allah, Dialah yang menyampaikan firman Allah, karena Allah mengaruniakan RohNya dengan tidak terbatas.”. - ‘Studies in Dogmatics: The Person of Christ’, hal 295.

Louis Berkhof berjalan lebih jauh dengan mengatakan bahwa ini menyebabkan hakekat manusia Yesus itu ‘menjadi object pemujaan (adoration) - ‘Systematic Theology’, hal 324.

Tetapi G. C. Berkouwer menentang pandangan ini dengan mengatakan: “Reformed theology resisted every form of the deification of the human nature of Christ.” [= Theologia Reformed menentang setiap bentuk pendewaan terhadap hakekat manusia Kristus.] - ‘Studies in Dogmatics: The Person of Christ’, hal 295.

Memang pada waktu seseorang bertemu dengan Kristus pada waktu Ia hidup dalam dunia ini, tentu saja orang itu boleh menyembahNya. Tetapi yang disembah sebetulnya adalah pribadi Kristus, atau hakekat ilahiNya, bukan hakekat manusiaNya.

Hal-hal ini memang tidak bisa dipisahkan tetapi bisa dibedakan.

Ini pandangan yang agak berbeda lagi.

John Owen“Hence the human nature of Christ, in his divine person and together with it, is the object of all divine adoration and worship, Rev. 5:13.” [= Jadi, hakekat manusia dari Kristus, dalam Pribadi Ilahinya dan bersama-sama denganNya, adalah obyek dari semua pemujaan dan penyembahan ilahi, Wah 5:13.] - ‘The Works of John Owen’, vol I, hal 241.

Wah 5:13 - Dan aku mendengar semua makhluk yang di sorga dan yang di bumi dan yang di bawah bumi dan yang di laut dan semua yang ada di dalamnya, berkata: ‘Bagi Dia yang duduk di atas takhta dan bagi Anak Dombaadalah puji-pujian dan hormat dan kemuliaan dan kuasa sampai selama-lamanya!’.
Catatan: menurut saya ayat ini tidak menunjukkan kebenaran dari apa yang Owen katakan di atas ini.

Jadi dalam hal ini, pandangan dari orang-orang Reformed tidak seragam!

Saya pribadi, condong pada pandangan G. C. Berkouwer.

Ini dasar saya:

Mat 4:10 - “Maka berkatalah Yesus kepadanya: ‘Enyahlah, Iblis! Sebab ada tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan HANYA kepada Dia sajalah engkau berbakti!’”.

‘Manusia Yesus’ bukan Allah, dan karena itu, berdasarkan ayat ini, tidak boleh disembah.

Mari kita melihat pandangan Calvin berkenaan dengan hal itu, dalam komentarnya tentang Fil 2:10. Tetapi sebelumnya kita melihat Fil 2:10 itu sendiri.

Fil 2:9-11 - “(9) Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepadaNya nama di atas segala nama, (10) supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi, (11) dan segala lidah mengaku: ‘Yesus Kristus adalah Tuhan,’ bagi kemuliaan Allah, Bapa!.

Calvin (tentang Fil 2:10)“‘Every knee might bow.’ Though respect is shewn to men also be means of this rite, there can nevertheless be no doubt that what is here meant is that adoration which belongs exclusively to God, of which the bending of the knee is a token. ... But here a question arises - whether this relates to the divinity of Christ or to his humanity, for either of the two is not without some inconsistency, inasmuch as nothing new could be given to his divinity; and his humanity in itself, viewed separately, has by no means such exaltation belonging to it that it should be adored as God? I answer, that this, like many things else, is affirmed in reference to Christ’s entire person, viewed as ‘God manifested in the flesh.’ (1 Timothy 3:16.) [= ‘Setiap lutut bisa bertelut’. Sekalipun hormat yang ditunjukkan kepada manusia juga merupakan cara dari upacara ini, tetapi di sana tidak bisa ada keraguan bahwa apa yang dimaksudkan di sini adalah pemujaan itu yang merupakan milik Allah secara exklusif, tentang mana penekukan lutut adalah sebuah tanda. ... Tetapi di sini suatu pertanyaan muncul - apakah ini berhubungan dengan keilahian Kristus atau dengan kemanusiaanNya, karena yang manapun dari keduanya bukanlah tanpa suatu ketidak-konsistenan, karena tidak ada apapun yang baru bisa diberikan kepada keilahianNya; dan kemanusiaanNya dalam diriNya sendiri, dilihat secara terpisah, pasti tidak mempunyai pemuliaan seperti itu sebagai milikNya sehingga itu harus dipuja sebagai AllahSaya menjawab, bahwa ini, seperti banyak hal yang lain, ditegaskan / dinyatakan berkenaan dengan seluruh Pribadi Kristus, dipandang sebagai ‘Allah yang dinyatakan dalam daging’. (1Tim 3:16).].

Jadi, Calvin juga berpandangan bahwa secara strict kemanusiaan Yesus, dalam diriNya sendiri, tidak boleh disembah. Yang kita sembah adalah PribadiNya (Allah yang menjadi manusia / The God-Man).

b) Karunia-karunia Roh, khususnya dalam hal intelek, kehendak dan kuasa, dengan mana hakekat manusia itu ditinggi­kan melebihi makhluk-makhluk ciptaan yang lain. Menurut Louis Berkhof, termasuk di sini ketidak-mungkinannya untuk berbuat dosa (impeccability / non posse peccare). Tetapi untuk yang terakhir ini ada pro kontra lagi, dan saya tidak setuju dengan Louis Berkhof.

Saya tidak melihat contoh-contoh yang diberikan oleh para ahli Theologia Reformed, sehingga ada hal-hal yang membingungkan saya.

Kalau dalam hal intelek, maka contohnya adalah kepandaian yang jelas menonjol sekali dalam diri manusia Yesus, sejak masa kecilNya.

Luk 2:40,46-47,52 - “(40) Anak itu bertambah besar dan menjadi kuat, penuh hikmat, dan kasih karunia Allah ada padaNya. ... (46) Sesudah tiga hari mereka menemukan Dia dalam Bait Allah; Ia sedang duduk di tengah-tengah alim ulama, sambil mendengarkan mereka dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada mereka. (47) Dan semua orang yang mendengar Dia sangat heran akan kecerdasanNya dan segala jawab yang diberikanNya. ... (52) Dan Yesus makin bertambah besar dan bertambah hikmatNya dan besarNya, dan makin dikasihi oleh Allah dan manusia.”.

Tetapi G. C. Berkouwer (hal 295) dengan sangat hati-hati menambahkan bahwa ini berbeda dengan ajaran Lutheran yang mengatakan bahwa ada pemberian sifat-sifat dari hakekat ilahi kepada hakekat manusia Yesus. Ini dianggap salah, karena karunia-karunia adalah pemberian dari Roh Kudus kepada manusia Yesus untuk bisa melakukan pelayananNya.
Jadi ayat di atas hanya menunjukkan bahwa Roh Kudus memberikan Yesus kecerdasan yang luar biasa dalam pengertian Kitab Suci, tetapi sama sekali tidak berarti bahwa manusia Yesus menjadi maha tahu karena pemberian sifat itu dari hakekat ilahiNya. Kalau manusia Yesus itu maha tahu, kita tidak akan bisa menjelaskan Mat 24:36, yang menunjukkan bahwa manusia Yesus tidak mengetahui hari Tuhan.

Tetapi dalam hal kehendak, itu membingungkan saya. Apa contohnya? Apakah hanya sekedar bahwa kehendakNya suci?

Kalau dalam hal kuasa, jelas bukan berarti Yesus sebagai manusia itu sebagai superman yang mempunyai kekuatan jasmani yang luar biasa. Tetapi mungkin ‘kuasa’ yang dimaksudkan adalah dalam hal wibawa dan kuasa dalam pengajaran / tindakan.

Yoh 2:14-16 - “(14) Dalam Bait Suci didapatiNya pedagang-pedagang lembu, kambing domba dan merpati, dan penukar-penukar uang duduk di situ. (15) Ia membuat cambuk dari tali lalu mengusir mereka semua dari Bait Suci dengan semua kambing domba dan lembu mereka; uang penukar-penukar dihamburkanNya ke tanah dan meja-meja mereka dibalikkanNya. (16) Kepada pedagang-pedagang merpati Ia berkata: ‘Ambil semuanya ini dari sini, jangan kamu membuat rumah BapaKu menjadi tempat berjualan.’”.

Catatan: coba bayangkan kalau orang biasa melakukan hal ini apakah ia tidak dirajam? Jelas di sini terlihat wibawa Yesus yang luar biasa, sehingga sekalipun ada yang menentangNya tetapi tak ada yang melakukan perlawanan fisik.

Luk 4:28-30 - “(28) Mendengar itu sangat marahlah semua orang yang di rumah ibadat itu. (29) Mereka bangun, lalu menghalau Yesus ke luar kota dan membawa Dia ke tebing gunung, tempat kota itu terletak, untuk melemparkan Dia dari tebing itu. (30) Tetapi Ia berjalan lewat dari tengah-tengah mereka, lalu pergi.”.

Calvin menganggap ini terjadi karena Allah melakukan mujijat, tetapi William Hendriksen membuka peluang (sekalipun tidak memastikan) bahwa sikap Yesus yang tenang dan agung membuat mereka tidak bisa / berani berbuat apa-apa.

Yoh 7:44-46 - “(44) Beberapa orang di antara mereka mau menangkap Dia, tetapi tidak ada seorangpun yang berani menyentuhNya. (45) Maka penjaga-penjaga itu pergi kepada imam-imam kepala dan orang-orang Farisi, yang berkata kepada mereka: ‘Mengapa kamu tidak membawaNya?’ (46) Jawab penjaga-penjaga itu: ‘Belum pernah seorang manusia berkata seperti orang itu!’.

William Hendriksen mengatakan bahwa penjaga-penjaga itu tidak berani menangkap Yesus karena sangat terkesan oleh kata-kata Yesus. Lenski mengatakan bahwa otoritas, keagungan dan kuasa Yesus membuat mereka tidak berani menangkapNya.

Yoh 18:3-6 - “(3) Maka datanglah Yudas juga ke situ dengan sepasukan prajurit dan penjaga-penjaga Bait Allah yang disuruh oleh imam-imam kepala dan orang-orang Farisi lengkap dengan lentera, suluh dan senjata. (4) Maka Yesus, yang tahu semua yang akan menimpa diriNya, maju ke depan dan berkata kepada mereka: ‘Siapakah yang kamu cari?’ (5) Jawab mereka: ‘Yesus dari Nazaret.’ KataNya kepada mereka: ‘Akulah Dia.’ Yudas yang mengkhianati Dia berdiri juga di situ bersama-sama mereka. (6) Ketika Ia berkata kepada mereka: ‘Akulah Dia,’ mundurlah mereka dan jatuh ke tanah.”.

Lenski menganggap bahwa seluruh pasukan rebah karena kata-kata Yesus ‘Akulah Dia’ dan ini pasti karena kuasa Ilahi. William Hendriksen berkata bahwa sikap, suara, pandangan mata, keagungan Yesus menyebabkan hal ini, tetapi ini juga merupakan suatu tanda dari Yesus bahwa Ia adalah Mesias / Kristus. Leon Morris mengatakan ini disebabkan keagungan Yesus.

Kuasa pengajaranNya terlihat dari ayat ini:
Mat 7:28-29 - “(28) Dan setelah Yesus mengakhiri perkataan ini, takjublah orang banyak itu mendengar pengajaranNya, (29) sebab Ia mengajar mereka sebagai orang yang berkuasa, tidak seperti ahli-ahli Taurat mereka.”.

Catatan: Communicatio Charismatum / Gratiarum ini tidak mengubah hakekat manusia itu menjadi Allah!

D) Ayat-ayat Kitab Suci yang berhubungan dengan Personal Union.

Ada 4 golongan ayat-ayat Kitab Suci:

1) Ayat-ayat yang menggunakan sebutan bagi Kristus dengan sebutan yang berlaku untuk pribadi Kristus, tetapi tidak cocok / berlaku baik untuk hakekat manusia saja maupun untuk hakekat ilahi saja.

Contoh:
a) Yoh 1:29 - Anak Domba Allah.
b) Yoh 5:21-23 - Hakim.
c) Yoh 9:5 - Terang dunia.
d) Yoh 10:9,11 - Pintu, Gembala.
e) Yoh 15:1 - Pokok anggur yang benar.
f) Ro 8:34 - Pembela.
g) Ef 4:15 - Kepala Gereja.

Sebutan-sebutan ini tidak ditujukan kepada Kristus sebagai Allah Anak / LOGOS, juga tidak kepada Kristus sebagai manusia, tetapi kepada Pribadi Kristus (The God-man).

Calvin“Let this, then, be our key to right understanding: those things which apply to the office of the Mediator are not spoken simply either of the divine nature or of the human.” [= Biarlah ini menjadi kunci bagi kita untuk mendapatkan pengertian yang benar: hal-hal yang berhubungan dengan jabatan dari Pengantara, tidak dikatakan HANYA tentang hakekat ilahi atau manusia.] - ‘Institutes of the Christian Religion’, Book II, chapter XIV, 3.

2) Ayat-ayat yang sebetulnya hanya cocok untuk hakekat ilahi / LOGOS, tetapi ditujukan kepada pribadi Kristus.

Contoh:

a) Yoh 8:58 - Kata Yesus kepada mereka: ‘Aku berkata kepadamu, sesungguhnya sebelum Abraham jadi, Aku (telah) ada.’.

Sebetulnya kata-kata ‘ada sebelum Abraham jadi’ hanya berlaku untuk hakekat ilahi, bukan untuk hakekat manusia. Tetapi sekalipun demikian, Yesus tidak berkata ‘sebelum Abraham jadi, hakekat ilahiKu ada’, tetapi Ia berkata ‘sebelum Abraham jadi, Aku (menunjuk pada pribadiNya) ada’.

b) Yoh 17:5 - Oleh sebab itu, ya Bapa, permuliakanlah Aku padaMu sendiri dengan kemuliaan yang Kumiliki di hadiratMu sebelum dunia ada..

Sebetulnya kata-kata ‘memiliki kemuliaan di hadirat Allah sebelum dunia dijadikan’ hanya berlaku untuk hakekat ilahi, bukan untuk hakekat manusia. Tetapi Yesus lagi-lagi menggunakan kata ‘Aku’, yang menunjukkan bahwa kata-kata itu Ia tujukan untuk pribadiNya.

3) Ayat-ayat yang sebetulnya hanya cocok untuk hakekat manusiaNya, tetapi ditujukan kepada pribadi Kristus.

Contoh:

a) Mat 26:37-38 - “(37) Dan Ia membawa Petrus dan kedua anak Zebedeus sertaNya. Maka mulailah Ia merasa sedih dan gentar, (38) lalu kataNya kepada mereka: ‘HatiKu sangat sedih, seperti mau mati rasanya. Tinggallah di sini dan berjaga-jagalah dengan Aku.’”.

Sebetulnya yang bisa merasa sedih dan gentar, seperti mau mati, dsb, hanyalah hakekat manusia, bukan hakekat ilahi. Tetapi ayat-ayat ini menujukannya untuk pribadi Yesus.

b) Hal yang sama bisa saudara jumpai dalam:

Luk 2:40,52 - “(40) Anak itu bertambah besar dan menjadi kuat, penuh hikmat, dan kasih karunia Allah ada padaNya. ... (52) Dan Yesus makin bertambah besar dan bertambah hikmatNya dan besarNya, dan makin dikasihi oleh Allah dan manusia.”.

Luk 24:39-43 - “(39) Lihatlah tanganKu dan kakiKu: Aku sendirilah ini; rabalah Aku dan lihatlah, karena hantu (roh) tidak ada daging dan tulangnya, seperti yang kamu lihat ada padaKu.’ (40) Sambil berkata demikian, Ia memperlihatkan tangan dan kakiNya kepada mereka. (41) Dan ketika mereka belum percaya karena girangnya dan masih heran, berkatalah Ia kepada mereka: ‘Adakah padamu makanan di sini?’ (42) Lalu mereka memberikan kepadaNya sepotong ikan goreng. (43) Ia mengambilnya dan memakannya di depan mata mereka.”.

Yoh 11:35 - “Maka menangislah Yesus.”.

4) Ayat-ayat yang menggunakan sebutan / gelar yang hanya cocok untuk hakekat yang satu, tetapi menggunakan predikat yang hanya cocok untuk hakekat yang lain.
Ini terbagi dalam 2 golongan:

a) Ayat-ayat yang menyebut Kristus dengan sebutan / gelar ilahi, tetapi menggunakan predikat yang hanya cocok untuk hakekat manusia.

Contoh:

1. Kis 20:28 - “Karena itu jagalah dirimu dan jagalah seluruh kawanan, karena kamulah yang ditetapkan Roh Kudus menjadi penilik untuk menggembalakan jemaat Allah yang diperolehNya dengan darah (Anak)Nya sendiri.”.
NIV: “... the church of God, which he bought with his own blood” [= ... jemaat / gereja Allah, yang Ia beli dengan darahNya sendiri].

Catatan: dalam ayat ini TB1 - LAI salah terjemahan karena menterjemahkan ‘darah AnakNya’. Ini dibetulkan dalam TB2 - LAI yang menterjemahkan ‘darahNya’ (menghapus kata ‘Anak’ yang memang sebetulnya tidak ada dalam bahasa aslinya).

Ayat ini menggunakan sebutan / gelar ilahi (‘Allah’), tetapi predikatnya berbicara tentang ‘darah’, yang sebetulnya hanya cocok untuk hakekat manusia Yesus.

2. 1Kor 2:8 - “Tidak ada dari penguasa dunia ini yang mengenalnya, sebab kalau sekiranya mereka mengenalnya, mereka tidak menyalibkan Tuhan yang mulia.”.

Ayat ini menggunakan sebutan / gelar ilahi (‘Tuhan yang mulia’ / ‘The Lord of glory’), tetapi menggunakan predi­kat ‘menyalibkan’ yang sebetulnya hanya cocok untuk hakekat manusia Yesus.

3. 1Yoh 1:1 - Apa yang telah ada sejak semula, yang telah kami dengar, yang telah kami lihat dengan mata kami, yang telah kami saksikan dan yang telah kami raba dengan tangan kami tentang Firman hidup - itulah yang kami tuliskan kepada kamu..

Ayat ini menggunakan sebutan / gelar ilahi (‘Firman’ / LOGOS), tetapi menggunakan predikat ‘telah kami lihat dengan mata kami’ dan ‘telah kami saksikan dan yang telah kami raba dengan tangan kami’, yang sebetulnya hanya cocok untuk hakekat manusia Yesus.

4. Wah 11:8 - “Dan mayat mereka akan terletak di atas jalan raya kota besar, yang secara rohani disebut Sodom dan Mesir, di mana juga Tuhan mereka disalibkan.”.

Ayat ini menggunakan sebutan / gelar ilahi (‘Tuhan’), tetapi menggunakan predikat ‘disalibkan’ yang sebetulnya hanya cocok untuk hakekat manusia Yesus.

5. Ibr 7:14 - “Sebab telah diketahui semua orang, bahwa Tuhan kita berasal dari suku Yehuda dan mengenai suku itu Musa tidak pernah mengatakan suatu apapun tentang imam-imam.”.

Ayat ini menggunakan sebutan / gelar ilahi (‘Tuhan’), tetapi menggunakan predikat ‘berasal dari suku Yehuda’, yang tentu saja hanya cocok untuk hakekat manusia Yesus.

b) Ayat-ayat yang menyebut Kristus dengan sebutan / gelar manusia, tetapi menggunakan predikat yang hanya cocok untuk hakekat ilahi.

Contoh:

1. Mat 9:6 - Tetapi supaya kamu tahu, bahwa di dunia ini Anak Manusia berkuasa mengampuni dosa’ - lalu berkatalah Ia kepada orang lumpuh itu -: ‘Bangunlah, angkatlah tempat tidurmu dan pulanglah ke rumahmu!’.

Ayat ini menggunakan sebutan / gelar manusia (‘Anak Manusia’), tetapi menggunakan predikat ‘berkuasa mengam­puni dosa’ yang hanya cocok untuk hakekat ilahi.

2. Mat 12:8 - “Karena Anak Manusia adalah Tuhan atas hari Sabat.’”.

Ayat ini menggunakan sebutan / gelar manusia (‘Anak Manusia’), tetapi menggunakan predikat ‘Tuhan atas hari Sabat’ yang hanya cocok untuk hakekat ilahi.

3. Hal yang sama bisa saudara lihat dalam ayat-ayat seper­ti:

Mat 13:41 - Anak Manusia akan menyuruh malaikat-malaikatNya dan mereka akan mengumpulkan segala sesuatu yang menyesatkan dan semua orang yang melakukan kejahatan dari dalam KerajaanNya..

Luk 19:10 - Sebab Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang.’.

Yoh 3:13 - Tidak ada seorangpun yang telah naik ke sorga, selain dari pada Dia yang telah turun dari sorga, yaitu Anak Manusia..

Yoh 6:62 - Dan bagaimanakah, jikalau kamu melihat Anak Manusia naik ke tempat di mana Ia sebelumnya berada?.

1Kor 15:47b - manusia kedua berasal dari sorga..

Calvin menjelaskan mengapa hal itu dilakukan dalam Kitab Suci dengan berkata sebagai berikut:

“And they (Scriptures) so earnestly express this union of the two natures that is in Christ as sometimes to inter­change them.”  [= Dan mereka (Kitab-kitab Suci) begitu sungguh-sungguh mewujudkan kesatuan dari dua hakekat yang ada di dalam Kristus sehingga kadang-kadang menukar / membolak-balik mereka.] - ‘Institutes of the Christian Religion’, book II, chapter XIV, 1.

“But because the selfsame one was both God and man, for the sake of the union of both natures he gave to the one what belonged to the other.” [= Tetapi karena ‘orang’ yang sama adalah Allah dan manusia, demi kesatuan dari kedua hakekat, ia memberikan kepada yang satu apa yang termasuk pada yang lain.] - ‘Institutes of the Christian Religion’, book II, chapter XIV, 2.


-o0o-

Author : Pdt. Budi Asali,M.Div.
Email : golgotha_ministry0@yahoo.com