About us

Golgotha Ministry adalah pelayanan dari Pdt. Budi Asali,M.Div dibawah naungan GKRI Golgota Surabaya untuk memberitakan Injil ke seluruh dunia dan mengajarkan kebenaran firman Tuhan melalui khotbah-khotbah, pendalaman Alkitab, perkuliahan theologia dalam bentuk tulisan maupun multimedia (DVD video, MP3, dll). Pelayanan kami ini adalah bertujuan agar banyak orang mengenal kebenaran; dan bagi mereka yang belum percaya, menjadi percaya kepada Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat pribadinya, dan bagi mereka yang sudah percaya, dikuatkan dan didewasakan didalam iman kepada Kristus.
Semua yang kami lakukan ini adalah semata-mata untuk kemuliaan nama Tuhan Yesus Kristus.

Kami mengundang dengan hangat setiap orang yang merasa diberkati dan terbeban didalam pelayanan untuk bergabung bersama kami di GKRI Golgota yang beralamat di : Jl. Raya Kalirungkut, Pertokoan Rungkut Megah Raya D-16, Surabaya.

Tuhan Yesus memberkati.

Rabu, 05 Desember 2018

PEMBAHASAN AJARAN ERASTUS SABDONO : CORPUS DELICTI (3)

SEMINAR


PEMBAHASAN AJARAN

PDT. ERASTUS SABDONO

G. K. R. I. ‘GOLGOTA’


(Rungkut Megah Raya, blok D no 16)

Rabu, tgl 17 Oktober 2018, pk 19.00

PDT. BUDI ASALI, M. DIV.

SESSION III


CORPUS DELICTI (3)

Rabu lalu (tanggal 10-10-2018) kita sudah membahas bahwa Yes 14:12 tidak menunjuk kepada Iblis dan kejatuhannya.

Tidak fair kalau kita tidak melihat bagaimana argumentasi ES dalam hal ini.

Untuk itu kita akan nonton video ES yang berjudul “Lucifer, anak Allah yang jatuh, part 1” (menit 8:30-9:54).


Ini transkripnya (ditulis oleh ND):

Catatan:

a) Transkrip ini tidak bisa persis mutlak, kadang-kadang karena kurang teliti, kadang-kadang karena kata yang diucapkan sukar terdengar, dan sebagainya. Tetapi semua itu bukan masalah, karena kita bisa menangkap maksudnya.

b) Kalau ES mengucapkan / menuliskan secara salah, maka transkrip mengikuti ES.

c) Kitab, pasal dan ayat yang saya tulis dengan huruf dengan font yang kecil, itu tambahan dari saya. Demikian juga dengan menit, dan detik dari video ini, pewarnaan huruf, garis bawah, penggunaan huruf tebal / bold, dan sebagainya.

d) Dalam membahas transkrip ini, saya memotong-motong transkrip yang kedua, tetapi tetap memasukkan seluruhnya, dan di sela-selanya, saya memberikan tanggapan saya.

===============================================
(Mnt 8:30)  ya harus lihat kitab Perjanjian Lama yang bicara soal makhluk ini dan tidak ada data kecuali Yehezkiel dan Yesaya yang ditentang banyak teolog hari ini. Itu sebenarnya menunjuk raja Babel dan raja Tirus. Beta juga tahu. Kok dipake keluar konteks?  Nanti kita lihat apakah benar? Haa… ini kita buktikan di situ. Nanti kita buktikan tapi sekarang saya ngomong dulu di sini. Ya, oke? nanti kita akan buktikan. Kan penentangan orang banyak itu. Raja…itu raja Babel dan raja Tirus, itu bukan Lucifer. Nanti akan kita buktikan, bagaimana Matius mengutip Hosea bahwa Israel menjadi tipologi dari Yesus, yang sejajar dengan raja Tirus, raja Babel, tipologi dari Lucifer. Nah tapi kalo masih nggak mau ngerti, ya sudah. Kalo you nggak ngerti ini, saya mau tanya: lalu kira-kira iblis dari mana? Coba situ jawab. Ya tapi Tuhan berkata dari mulanya dia memang seorang penipu atau pembohong; dari mulanya itu dari mulai taman Eden atau sebelum taman Eden? Kita kan harus cerdas(Menit 9:54)”.
===============================================

Saya beri sedikit komentar saja tentang bagian ini:

1) Saya sampai sekarang tak mengerti mengapa begitu penting untuk tahu tentang Iblis (namanya maupun kejatuhannya). Bagi saya itu tak penting. Kalau nama sama sekali tak penting. Kalau kejatuhannya, ada pentingnya, tetapi tak tahupun tak masalah!

Pertanyaan ES: Kalo you nggak ngerti ini, saya tanya: lalu kira-kira iblis dari mana? Coba situ jawab.”

Saya jawab:
Apa memang saya harus bisa jawab? Lagi-lagi, bagi ES itu penting, bagi saya tidak. Jadi tidak masalah saya tidak bisa jawab. Yang tidak ada dalam Alkitab, ya saya tidak bisa jawab. Mungkin karena merasa hal ini begitu penting, maka ES lalu mencari-cari mati-matian dalam Alkitab, sehingga lalu menggunakan EISEGESIS, dan bukannya EXEGESIS!

Untuk mengerti apa itu EISEGESIS dan apa itu EXEGESIS, mari kita membaca dua kutipan di bawah ini.

Henry A. VirklerThroughout history a second set of presuppositions and methods has been manifested in a variety of ways. The basic premise has been that the meaning of a text is discoverable, not by the methods usually used to understand communication between persons but by the use of some special interpretive key. The result of the use of most of these interpretive keys has been to impart the reader’s meaning to the text (eisegesis) rather than to read the author‘s meaning from the text (exegesis). [= Dalam sepanjang sejarah suatu set kedua dari anggapan-anggapan dan metode-metode telah dimanifestasikan dalam bermacam-macam cara. Premis / pernyataan dasar adalah bahwa arti dari suatu text bisa ditemukan, bukan dengan metode-metode yang biasanya digunakan untuk mengerti komunikasi antar pribaditetapi dengan menggunakan kunci-kunci penafsiran yang khusus. Hasil dari penggunaan dari kebanyakan dari kunci-kunci penafsiran ini adalah menanamkan arti dari si pembaca pada text itu (EISEGESIS) dan bukannya membaca arti dari si pengarang dari text itu (EXEGESIS).] - ‘Principles and Processes of Biblical Interpretation’, hal 77 (Libronix).

Karena itu, pada waktu ES mengecualikan Yes 14 dan Yeh 28, sehingga dua text ini bisa diartikan secara simbolis (ini akan kita lihat dalam kata-kata ES belakangan), menurut saya ia melakukan EISEGESIS, dan bukannya EXEGESIS!

Henry A. VirklerExegesis applies the principles of hermeneutics to understand the author’s intended meaning. [= Exegesis menerapkan prinsip-prinsip dari Hermeneutics untuk mengerti arti yang dimaksudkan si pengarang.] - ‘Principles and Processes of Biblical Interpretation’, hal 40 (Libronix).

Kalau prinsip Hermeneutics dilanggar, yang dihasilkan adalah EISEGESIS, bukan EXEGESIS.

2) Lalu kata-kata bagian akhir dari ES: Ya tapi Tuhan berkata dari mulanya dia memang seorang penipu atau pembohong;dari mulanya itu dari mulai taman Eden atau sebelum taman Eden?  Kita kan harus cerdas?.

Saya jawab:
Apa hubungannya??? Untuk apa tahu itu ‘mulai dari taman Eden atau sebelum taman Eden’??

Terus terang, saya malah tak lihat kecerdasan di sini.

Mari kita nonton video lanjutannya, tetapi agak meloncat ke bagian belakang (Menit 27:48-selesai).

Ini transkripnya (ditulis oleh ND) dan tanggapannya oleh saya:

===============================================

(Menit 27:48) Iblis ini realitas. Keberadaan oknum jahat tersebut tidak diragukan. Seluruh Alkitab, semua pasti memuat ini. Nah kita tidak menemukan asal usul iblis dalam Alkitab, kecuali Yehezkiel dan Yesaya. Nah, saya mengerti bahwa banyak teolog termasuk di GBI, termasuk di gereja-gereja karismatik, tidak setuju kalau Yehezkiel dan Yesaya itu menjadi landasan dari pemahaman mengenai asal usul Lucifer. Serangannya hebat.

===============================================

Tanggapan Budi Asali:

Saya kok sama sekali tidak yakin kalau dari kalangan GBI banyak, atau bahkan ada, yang tidak setuju kalau Lucifer itu nama Iblis. Bisakah ES sebutkan Teolog yang mana??

============Lanjutan kata-kata ES===================

Nah saudaraku sekalian, orang-orang ini berpikir kaku. Biasanya mereka memandang bahwa alegori itu penafsiran yang mutlak salah. Alegori artinya penafsiran yang berdasarkan pertimbangan benda-benda di dalam Perjanjian Lama, benda-benda dalam Perjanjian Lama, atau orang-orang tertentu diartikan rohani. Itu dianggap mutlak atau sesat sama sekali. Kalau saya mengatakan berbahaya – alegori itu berbahaya sekaliTapi bukan berarti selalu salah. Nah kalau Alkitab mengatakan seperti ular dinaikkan di padang gurun, ular jaman Musa, namanya Nehustan (Bil 21:1-9). Ular dinaikkan padang gurun, demikian pula Yesus dinaikkan. Lho, itu kan alegori sebenarnya. Kalau mau jujur, tapi tidak mau mengakui itu alegori. Tuhan berkata nanti ular akan mematuk tumit keturunan perempuan ini tapi keturunan perempuan ini akan menginjak kepala ular. Ini juga sebenarnya sebuah alegori…bisa diartikan begitu.

===============================================

Tanggapan Budi Asali:

1) Tentang ‘berpikir kaku’, saya justru beranggapan bahwa kalau sudah mempersoalkan hukum-hukum / rumus-rumus Hermeneutics, kita harus berpikir kaku.
Misalnya, jelas merupakan rumus Hermeneutics yang benar bahwa orang harus menafsir sesuai kontext. Apakah dalam text-text tertentu ini boleh dilanggar? Tidak bisa. Setiap pelanggaran dalam hal ini adalah salah. Kalau ini diijinkan dalam kasus-kasus tertentu, maka saya bertanya: dalam kasus yang bagaimana ini boleh dilanggar? Dan apa dasarnya?

Contoh yang lain, merupakan suatu rumus Hermeneutics yang sangat penting bahwa dalam menafsir kita harus mengharmoniskan ayat-ayat dalam Alkitab, dan kita tidak pernah boleh menafsirkan ayat yang satu sehingga bertentangan dengan ayat yang lain. Tidak ada perkecualian di sini. Harus ‘berpikir kaku’!

Demikian juga dalam hal alegori. Kalau textnya memang sifatnya alegori tentu boleh, dan bahkan harus, ditafsirkan sebagai alegori. Tetapi text yang memang bukan alegori, seperti cerita sejarah, mutlak tidak boleh ditafsirkan sebagai alegori! Tak ada tawar menawar dalam hal ini!

Tetapi dengan mencela tindakan ‘berpikir kaku’ ini ES secara implicit mau ‘berpikir secara bebas’, atau setidaknya, dalam text-text tertentu, kita boleh berpikir bebas. Ini justru yang menyebabkan jadi masalah besar, karena akan / bisa memunculkan ajaran-ajaran yang kacau balau.

Saya akan mengutip ulang dari Virkler (yang di atas sudah saya kutip).

Henry A. VirklerThroughout history a second set of presuppositions and methods has been manifested in a variety of ways. The basic premise has been that the meaning of a text is discoverable, not by the methods usually used to understand communication between persons but by the use of some special interpretive key. The result of the use of most of these interpretive keys has been to impart the reader’s meaning to the text (eisegesis) rather than to read the author‘s meaning from the text (exegesis). [= Dalam sepanjang sejarah suatu set kedua dari anggapan-anggapan dan metode-metode telah dimanifestasikan dalam bermacam-macam cara. Premis / pernyataan dasar adalah bahwa arti dari suatu text bisa ditemukan, bukan dengan metode-metode yang biasanya digunakan untuk mengerti komunikasi antar pribaditetapi dengan menggunakan kunci-kunci penafsiran yang khusus. Hasil dari penggunaan dari kebanyakan dari kunci-kunci penafsiran ini adalah menanamkan arti dari si pembaca pada text itu (EISEGESIS) dan bukannya membaca arti dari si pengarang dari text itu (EXEGESIS).] - ‘Principles and Processes of Biblical Interpretation’, hal 77 (Libronix).

2) Dari kata-katanya di sini, kelihatannya ES, yang mengaku mengerti Hermeneutics dsb, ternyata mengacau-balaukan antara dua hal dalam Hermeneutics, yaitu ‘alegori’ dan ‘type’.

Dalam Hermeneutics, yang disebut dengan ‘alegori’ adalah semacam perumpamaan, mirip dengan perumpamaan, tetapi bedanya adalah, dalam perumpamaan, ceritanya terpisah dari arti yang diberikan, sedangkan dalam alegori, cerita dan arti dicampur atau dituliskan berselang-seling (sebentar ceritanya, sebentar artinya, lalu ceritanya lagi, lalu artinya lagi, dst).

Sebagai contoh dari perumpamaan, yaitu Mat 13:3-8,18-23 - “(3) Dan Ia mengucapkan banyak hal dalam perumpamaan kepada mereka. KataNya: ‘Adalah seorang penabur keluar untuk menabur. (4) Pada waktu ia menabur, sebagian benih itu jatuh di pinggir jalan, lalu datanglah burung dan memakannya sampai habis. (5) Sebagian jatuh di tanah yang berbatu-batu, yang tidak banyak tanahnya, lalu benih itupun segera tumbuh, karena tanahnya tipis. (6) Tetapi sesudah matahari terbit, layulah ia dan menjadi kering karena tidak berakar. (7) Sebagian lagi jatuh di tengah semak duri, lalu makin besarlah semak itu dan menghimpitnya sampai mati. (8) Dan sebagian jatuh di tanah yang baik lalu berbuah: ada yang seratus kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada yang tiga puluh kali lipat. ... (18) Karena itu, dengarlah arti perumpamaan penabur itu. (19) Kepada setiap orang yang mendengar firman tentang Kerajaan Sorga, tetapi tidak mengertinya, datanglah si jahat dan merampas yang ditaburkan dalam hati orang itu; itulah benih yang ditaburkan di pinggir jalan. (20) Benih yang ditaburkan di tanah yang berbatu-batu ialah orang yang mendengar firman itu dan segera menerimanya dengan gembira. (21) Tetapi ia tidak berakar dan tahan sebentar saja. Apabila datang penindasan atau penganiayaan karena firman itu, orang itupun segera murtad. (22) Yang ditaburkan di tengah semak duri ialah orang yang mendengar firman itu, lalu kekuatiran dunia ini dan tipu daya kekayaan menghimpit firman itu sehingga tidak berbuah. (23) Yang ditaburkan di tanah yang baik ialah orang yang mendengar firman itu dan mengerti, dan karena itu ia berbuah, ada yang seratus kali lipat, ada yang enam puluh kali lipat, ada yang tiga puluh kali lipat.’.

Sebagai contoh dari alegori, yaitu Yoh 15:1-8 - “(1) Akulah pokok anggur yang benar dan BapaKulah pengusahanya. (2) Setiap ranting padaKu yang tidak berbuah, dipotongNya dan setiap ranting yang berbuah, dibersihkanNyasupaya ia lebih banyak berbuah. (3) Kamu memang sudah bersih karena firman yang telah Kukatakan kepadamu. (4) Tinggallah di dalam Aku dan Aku di dalam kamu. Sama seperti ranting tidak dapat berbuah dari dirinya sendiri, kalau ia tidak tinggal pada pokok anggur, demikian juga kamu tidak berbuah, jikalau kamu tidak tinggal di dalam Aku. (5) Akulah pokok anggur dan kamulah ranting-rantingnyaBarangsiapa tinggal di dalam Aku dan Aku di dalam diaia berbuah banyak, sebab di luar Aku kamu tidak dapat berbuat apa-apa. (6) Barangsiapa tidak tinggal di dalam Akuia dibuang ke luar seperti ranting dan menjadi kering, kemudian dikumpulkan orang dan dicampakkan ke dalam api lalu dibakar. (7) Jikalau kamu tinggal di dalam Aku dan firmanKu tinggal di dalam kamu, mintalah apa saja yang kamu kehendaki, dan kamu akan menerimanya. (8) Dalam hal inilah BapaKu dipermuliakan, yaitu jika kamu berbuah banyak dan dengan demikian kamu adalah murid-muridKu.’.

Catatanyang saya beri warna biru adalah ceritanya, sedangkan yang saya beri warna merah adalah artinya. Bisa terlihat dengan jelas bahwa cerita dan arti berselang-seling dalam text ini.

Henry A. VirklerTwo of the simplest literary devices are SIMILES and METAPHORS. A SIMILE is simply an expressed comparison: it typically uses the words ‘like’ or ‘as’ (e.g., ‘the kingdom of heaven is like …’). The emphasis is on some point of similarity between two ideas, groups, actions, and so on. The subject and the thing with which it is being compared are kept separate (i.e., not ‘the kingdom of heaven is …’ but rather ‘the kingdom of heaven is like …’). A METAPHOR is an unexpressed comparison: it does not use the words ‘like’ or ‘as.’ The subject and the thing with which it is being compared are intertwined rather than kept separate. Jesus used METAPHORS when he said, ‘I am the bread of life’ (John 6:35, 48) and ‘You are the light of the world’ (Matt. 5:14). Although the subject and its comparison are identified as one, the author does not intend his words to be taken literally: Christ is no more a piece of bread than Christians are photon emitters. In both SIMILES and METAPHORS, because of their compact nature, the author usually intends to stress a single point (e.g., that Christ is the source of sustenance for our spiritual lives or that Christians are to be examples of godly living in an ungodly world). [= Dua dari alat-alat yang berhubungan dengan literatur adalah SIMILE dan METAFOR. Suatu SIMILE secara sederhana merupakan suatu perbandingan yang dinyatakan: itu biasanya menggunakan kata ‘seperti’ (contoh, Kerajaan Surga adalah seperti ...’). Penekanannya adalah pada beberapa titik / pokok kemiripan antara kedua gagasan, kelompok, tindakan, dan seterusnya. Pokok dan hal dengan mana itu sedang dibandingkan dijaga untuk tetap terpisah (misalnya, bukan ‘kerajaan surga adalah ...’ tetapi ‘kerajaan surga itu seperti ...’). Suatu METAFOR adalah suatu perbandingan yang tidak dinyatakan: itu tidak menggunakan kata ‘seperti’. Pokoknya dan hal dengan mana itu sedang dibandingkan digabungkan / disatukan dan bukannya dijaga untuk tetap terpisah. Yesus menggunakan METAFOR pada waktu Ia berkata, ‘Akulah roti hidup’ (Yoh 6:35,48) dan ‘Kamu adalah terang dunia’ (Mat 5:14). Sekalipun pokoknya dan perbandingannya dianggap sebagai identik / disamakan sebagai satu, si pengarang tidak memaksudkan kata-katanya diartikan secara hurufiah: Kristus bukanlah sepotong roti, sama seperti orang-orang Kristen bukanlah pemancar cahaya. Baik dalam SIMILE maupun METAFOR, karena sifat mereka yang singkat / padat, si pengarang biasanya memaksudkan satu titik / pokok (contoh, bahwa Kristus adalah sumber dari makanan untuk kehidupan rohani kita atau bahwa orang-orang Kristen adalah contoh-contoh dari kehidupan yang saleh dalam suatu dunia yang jahat).] - ‘Principles and Processes of Biblical Interpretation’, hal 148 (Libronix).

Henry A. VirklerOn the most basic level, the English word PARABLE refers to an extended simile. The comparison is expressed, and the subject and the thing compared, explained more fully, are kept separate. Similarly an ALLEGORY can be understood as an extended metaphor: the comparison is unexpressed, and the subject and the thing compared are intermingled. [= Pada level yang paling dasari, kata bahasa Inggris PARABLE / PERUMPAMAAN menunjuk pada suatu SIMILE yang panjang. Perbandingannya dinyatakan, dan pokoknya dan hal yang dibandingkan, dijelaskan secara lebih penuh, dijaga untuk tetap terpisah. Secara mirip suatu ALEGORY bisa dimengerti sebagai suatu METAFOR yang panjang: perbandingannya tidak dinyatakan, dan pokok dan hal yang dibandingkan digabungkan / disatukan.] - ‘Principles and Processes of Biblical Interpretation’, hal 148 (Libronix).

Henry A. VirklerAllegories. Just as a parable is an extended simile, so an allegory is an extended metaphor. An allegory differs from a strict parable, as noted earlier, in that a parable typically keeps the story distinct from its interpretation or application, while an allegory intertwines the story and its meaning. ... Scripture contains many allegories. The allegory of Christ as the true vine (John 15:1–17) is analyzed here to show the relationship of the several points of comparison to the meaning of the passage. [= ALEGORY. Sama seperti suatu PERUMPAMAAN adalah suatu SIMILE yang panjang, demikian juga ALEGORY adalah suatu METAFOR yang panjang. Suatu ALEGORY berbeda dari suatu PERUMPAMAAN yang ketat, seperti sudah diperhatikan tadi, dalam hal bahwa suatu PERUMPAMAAN biasanya menjaga ceritanya terpisah dari penafsirannya dan artinya. ... Kitab Suci mengandung banyak alegory. Alegory dari Kristus sebagai pokok anggur yang benar (Yoh 15:1-17) dianalisa di sini untuk menunjukkan hubungan dari beberapa pokok dari perbandingan dengan arti dari text itu.] - ‘Principles and Processes of Biblical Interpretation’, hal 160 (Libronix).
Catatan: saya kira seharusnya textnya adalah Yoh 15:1-7.

Henry A. VirklerTypes. The Greek word TYPOS, to which the word TYPE is related, has a variety of denotations in the New Testament. The basic ideas expressed by TYPOS and its synonyms are the concepts of resemblance, likeness, and similarity. David Baker provides a solid general definition identifying a type as ‘a biblical event, person or institution which serves as an example or pattern for other events, persons or institutions.’ A typological relationship exists between an initial event that through divine inspiration foreshadows a corresponding event occurring at a later time in salvation history. ... Typology is based on the assumption that there is a pattern in God’s work throughout salvation history. God prefigured his redemptive work in the Old Testament and fulfilled it in the New; in the Old Testament are shadows of things to be more fully revealed in the New. ... The prefigurement is called the TYPE; the corresponding figure is called the ANTITYPE. [= TYPE. Kata Yunani TUPOS, dengan mana kata TYPE berhubungan, mempunyai bermacam-macam petunjuk / arti dalam Perjanjian Baru. Gagasan-gagasan dasar yang dinyatakan oleh TUPOS dan sinonim-sinonimnya adalah konsep-konsep dari keserupaan dan kemiripan. David Baker menyediakan suatu definisi umum yang padat yang mengenali suatu TYPE sebagai ‘suatu peristiwa, pribadi atau institusi dalam Alkitab yang berfungsi sebagai suatu model atau pola untuk peristiwa-peristiwa, pribadi-pribadi atau institusi-institusi yang lain’. Hubungan yang bersifat TYPE ada antara suatu peristiwa yang terjadi mula-mula / lebih dulu, yang melalui pengilhaman Ilahi membayangkan terlebih dulu suatu peristiwa yang sesuai / cocok yang terjadi pada waktu belakangan dalam sejarah keselamatan. ... TYPOLOGY didasarkan pada anggapan bahwa di sana ada suatu pola dalam pekerjaan Allah melalui sejarah keselamatan. Allah membayangkan lebih dulu pekerjaan penebusanNya dalam Perjanjian Lama dan menggenapinya dalam Perjanjian Baru; dalam Perjanjian Lama ada bayangan dari hal-hal yang akan / harus dinyatakan secara lebih penuh dalam Perjanjian Baru. ... Pembayangan lebih dulunya disebut TYPE; gambaran yang sesuai / cocok disebut ANTI-TYPE.] - ‘Principles and Processes of Biblical Interpretation’, hal 181,182,183 (Libronix).

Henry A. VirklerA well-known example of a biblical type is found in John 3:14–15, where Jesus says, ‘Just as Moses lifted up the snake in the desert, so the Son of Man must be lifted up, that everyone who believes in him may have eternal life.’ Jesus points out two corresponding resemblances: (1) the lifting up of the serpent and of himself, and (2) life for those who respond to the object lifted up. [= Suatu contoh yang terkenal dari suatu TYPE Alkitab ditemukan dalam Yoh 3:14-15, dimana Yesus berkata, ‘Sama seperti Musa meninggikan ular di padang gurun, demikian juga Anak Manusia harus ditinggikan, supaya setiap orang yang percaya kepadaNya mempunyai hidup yang kekal’. Yesus menunjukkan dua kemiripan yang cocok: (1) peninggian dari ular dan dari diriNya sendiri, dan (2) kehidupan untuk mereka yang menanggapi obyek yang ditinggikan.] - ‘Principles and Processes of Biblical Interpretation’, hal 182 (Libronix).

Jadi kalau ES mengatakan bahwa cerita ular tembaga itu adalah alegori, maka menurut Virkler itu salah. Itu bukan alegori, tetapi TYPE!

Henry A. VirklerTypes are similar to symbols and can even be considered a special kind of symbol. However, there are two differentiating characteristics. First, symbols serve as signs of something they represent without necessarily being similar in any respect, whereas types resemble in one or more ways the things they prefigure. For example, bread and wine are symbols of Christ’s body and blood; the seven golden lampstands (Rev. 1:20) are symbols of the churches in Asia. There is no necessary similarity between the symbol and the thing it symbolizes as there is between a type and its antitype. Second, types point forward in time, whereas symbols may not. A type always historically precedes its antitype, whereas a symbol may precede, exist concurrently with, or come after the thing it symbolizes. [= TYPE-TYPE mirip dengan simbol-simbol dan bahkan bisa dianggap sebagai sejenis simbol yang khusus. Tetapi, di sana ada dua ciri yang membedakan. Pertama, simbol-simbol berfungsi sebagai tanda-tanda dari sesuatu yang mereka wakili tanpa harus ada kemiripan dalam segi apapun, sedangkan TYPE-TYPE menyerupai dalam satu atau lebih cara hal-hal yang mereka bayangkan lebih dulu. Sebagai contoh, roti dan anggur adalah simbol-simbol dari tubuh dan darah Kristus; tujuh kaki dian (Wah 1:20) adalah simbol-simbol dari gereja-gereja di Asia. Di sana tidak ada keharusan adanya kemiripan antara simbol dan hal yang disimbolkannya seperti di sana harus ada antara suatu TYPE dan anti-TYPEnya. Kedua, TYPE-TYPE menunjuk ke depan dalam waktusedangkan simbol-simbol bisa tidakSuatu TYPE secara sejarah selalu mendahului anti-TYPEnyasedangkan suatu simbol bisa mendahului, ada bersamaan dengan, atau datang setelah hal yang disimbolkannya.] - ‘Principles and Processes of Biblical Interpretation’, hal 183 (Libronix).

Awas, ALLEGORISME / PENGALLEGORIAN berbeda dengan ALLEGORY. Kalau suatu cerita / text memang merupakan suatu allegory, seperti Yoh 15:1-7  Ef 6:13-17 dsb, maka memang HARUS diartikan sebagai allegory. Tidak ada bahaya sama sekali di sini. Jadi, kata-kata ES di atas Kalau saya mengatakan berbahaya - alegori itu berbahaya sekali. Tapi bukan berarti selalu salah.”, bagi saya sama sekali salah!
Kalau suatu allegory ditafsirkan sebagai allegory, tidak ada bahaya sama sekali. Itu benar. Tetapi pada waktu suatu cerita sejarah biasa, yang tidak bersifat allegory lalu ditafsirkan sebagai suatu allegory, maka itu salah, dan bahkan SELALU salah, dan itu yang disebut dengan ALLEGORISME / PENGALLEGORIAN.

Henry A. VirklerTypology is also to be distinguished from ALLEGORISM. Typology is the search for links between historical events, persons, or things within salvation history; ALLEGORISM is the search for secondary and hidden meanings underlying the primary and obvious meaning of a historical narrative. Typology rests on an objective understanding of the historical narrative, whereas allegorizing imports subjective meanings into it. For example, in the typological allusion in John 3:14–15 we recognize the existence of a real serpent and a real Christ, one as a type, the other as an antitype. The historical circumstances surrounding both present the key to understanding the relationship between them. In contrast, in ALLEGORISM the interpreter attributes meaning to a story that would ordinarily not be deduced from a straightforward understanding of it. For example, one ALLEGORIZATION of the story of Herod’s massacre of the infants in Bethlehem states that ‘the fact that only the children of two years old and under were murdered while those of three presumably escaped is meant to teach us that those who hold the Trinitarian faith will be saved whereas Binitarians and Unitarians will undoubtedly perish.’ [= Typology juga harus dibedakan dari ALLEGORISME. Typology adalah pencarian / pemeriksaan untuk hubungan-hubungan antara peristiwa-peristiwa, pribadi-pribadi, atau hal-hal yang bersifat sejarah dalam sejarah keselamatan; ALLEGORISME adalah pencarian untuk arti-arti kedua dan tersembunyi yang terletak di bawah arti utama dan jelas dari suatu cerita sejarahTypology berdasarkan pada suatu pengertian yang OBYEKTIF tentang cerita sejarahsedangkan pengallegorian memasukkan arti-arti SUBYEKTIF ke dalamnya. Sebagai contoh, dalam hubungan tak langsung yang bersifat typology dalam Yoh 3:14-15 kita mengenali / tahu adanya keberadaan dari suatu ular yang nyata dan suatu Kristus yang nyata, satu sebagai suatu TYPE, yang lain sebagai suatu anti-TYPE. Keadaan-keadaan yang bersifat sejarah yang mengelilingi keduanya menunjukkan kunci pada pengertian akan hubungan antara mereka. Sebagai kontrasnya, dalam ALLEGORISME si penafsir menganggap arti sebagai milik dari suatu cerita, yang secara umum / biasanya tidak akan ditarik dari suatu pengertian yang jujur dari / tentangnyaSebagai contoh, satu PENGALLEGORIAN dari cerita tentang pembantaian yang dilakukan oleh Herodes terhadap bayi-bayi di Betlehem menyatakan bahwa ‘fakta bahwa hanya anak-anak dari usia dua tahun dan di bawahnya dibunuh, sedangkan mereka yang berusia tiga tahun bisa dianggap lolos dimaksudkan untuk mengajar kita bahwa mereka yang memegang iman Tritunggal akan diselamatkan, sedangkan orang-orang yang mempercayai Dwitunggal dan para Unitarian tak diragukan akan binasa’.] - ‘Principles and Processes of Biblical Interpretation’, hal 183 (Libronix).

Yoh 3:14-15 - (14) Dan sama seperti Musa meninggikan ular di padang gurun, demikian juga Anak Manusia harus ditinggikan, (15) supaya setiap orang yang percaya kepadaNya beroleh hidup yang kekal.”.

Mat 2:16 - “Ketika Herodes tahu, bahwa ia telah diperdayakan oleh orang-orang majus itu, ia sangat marah. Lalu ia menyuruh membunuh semua anak di Betlehem dan sekitarnya, yaitu ANAK-ANAK YANG BERUMUR DUA TAHUN KE BAWAH, sesuai dengan waktu yang dapat diketahuinya dari orang-orang majus itu.”.

Kalau di atas tadi ES berkata “Kalau saya mengatakan berbahaya – alegori itu berbahaya sekaliTapi bukan berarti selalu salah.”, maka mungkin yang ES maksudkan adalah pengalegorian ini. Tetapi kalau memang ini yang ES maksudkan, maka saya tak bisa menerima kata-kata ES ‘bukan berarti selalu salah’Bagi saya, itu SELALU SALAH!!

===============Lanjutan kata-kata ES================

Tapi, Pak, kalau Yesaya 14, Yehezkiel 28 memang jelas itu kan Babel, raja Babel. Jelas itu raja Tirus, kok bisa dianggap sebagai Lucifer? Suka-suka saja! Lho?! (MENIT 30) Kalau saya ya Bapak, Ibu hampir, bukan hampir, memang tidak pernah menafsirkan sebuah kisah Perjanjian Lama, diartikan rohani. Kita nggak berani. Tapi saya satu-satunya yang saya berani adalah Yesaya 14, Yehezkiel 28Kenapa? Hanya satu-satunya, sebab kalau di Alkitab, anda menemukan Mat 2:15 ini diambil dari Hosea 11:1. Matius 2:15 berbunyi apa? dari Mesir kupanggil AnakKu. Maksudnya Yesus. Ini Israel. Ini diambil dari Hosea pasal 11:1. Dari Israel Kupanggil AnakKu. Tetapi Matius hanya pungut satu ayat ini: Hosea 11:1. Coba dibaca ayat berikutnya. Tetapi mereka memberontak…mereka tidak dengar-dengaran, mereka keras kepala. Nggak dipungut. Dia hanya ambil satu ayat saja. Lalu ini dianggap sebagai tipologi – namanya tipologi, yang sama dengan gambaran. Israel menjadi gambaran Yesus. Waktu itu Tuhan Yesus dibawa mama papaNya secara daging, yaitu Yusuf dan Maria ke Mesir karena Herodes bermaksud mau membunuh bayi atau anak Yesus – Yesus masih kanak-kanak, maksudnya; melarikan diri ke Mesir, tapi ketika Herodes meninggal, mereka balik kembali, balik ke Nazareth nantinya. Hal itu terjadi sesuai dengan firman Tuhan: dari Mesir Kupanggil AnakKu. Ini diambil dari Hosea 11:1. Tapi ayat berikutnya (Matius 2:15 - suara ES tdk jelas) tidak diperhatikan. Diabaikan oleh Matius.  Ayo ... ayo apa ini? Ini bukan alegori? Ini keluar konteks. Matius salah! Kalau kacamata orang yang menyerang bahwa raja Tirus, itu Babel tuh, bukan Lucifer.

===============================================
Tanggapan Budi Asali:

Hos 11:1 itu bukan alegori, tetapi TYPE! Lagi-lagi ES mengacaukan antara alegori dan TYPE.
Dalam Hos 11:1 ‘Israel’ adalah TYPE-nya, dan dalam Mat 2:15 ‘Yesus’ adalah anti-TYPE-nya. Persamaannya, keduanya sama-sama keluar dari Mesir, dan keduanya adalah ‘anak Allah’ (untuk Yesus ‘Anak Allah’).

Sekarang mari kita melihat kedua ayat itu.

Mat 2:14-15 - “(14) Maka Yusufpun bangunlah, diambilnya Anak itu serta ibuNya malam itu juga, lalu menyingkir ke Mesir, (15) dan tinggal di sana hingga Herodes mati. Hal itu terjadi supaya genaplah yang difirmankan Tuhan oleh nabi: ‘Dari Mesir Kupanggil AnakKu.’.

Hos 11:1-2 - “(1) Ketika Israel masih muda, Kukasihi dia, dan dari Mesir Kupanggil anakKu itu. (2) Makin Kupanggil mereka, makin pergi mereka itu dari hadapanKu; mereka mempersembahkan korban kepada para Baal, dan membakar korban kepada patung-patung..

William Hendriksen (tentang Mat 2:15)“There follows: ‘that what was spoken by the Lord through the prophet might be fulfilled, Out of Egypt I called my son.’ ... ‘When Israel was a child, then I loved him, and called my son out of Egypt’ (Hos. 11:1). ... Perhaps most relevant in connection with both Hos. 11:1 and Matt. 2:15 is Exod. 4:22: ‘Israel is my son, my firstborn’; ... WHEN MATTHEW QUOTES HOS. 11:1 AND APPLIES IT TO CHRIST, IT IS EVIDENT THAT HE REGARDS ISRAEL AS A TYPE OF THE MESSIAHJesus Christ, too, is God’s Son. This is true in the deepest, trinitarian, sense of the term (cf. John 1:14). Just as Pharaoh, that cruel king, had tried to destroy Israel, so another king, namely Herod, at least equally cruel, was attempting to destroy Christ. But just as on the way to Egypt, during their stay in that house of bondage, and in their exodus Jehovah had protected his people, so God had protected his Son, not only on the way to Egypt and during his temporary residence there but also on the way back. The Messiah was, as it were, recapitulating the history of his people Israel. [= Di sana mengikuti: ‘supaya apa yang dikatakan oleh Tuhan melalui sang nabi bisa digenapi, ‘Dari Mesir Kupanggil AnakKu’. ‘Pada waktu Israel adalah seorang anak, maka Kukasihi dia, dan memanggil anakKu keluar dari Mesir’ (Hos 11:1). ... Mungkin yang paling relevan dalam hubungan dengan baik Hos 11:1 maupun Mat 2:15 adalah Kel 4:22: ‘Israel adalah anakKu, anak sulungKu’; ... PADA WAKTU MATIUS MENGUTIP HOS 11:1 DAN MENERAPKANNYA KEPADA KRISTUS, ADALAH JELAS BAHWA IA MENGANGGAP ISRAEL SEBAGAI SUATU TYPE DARI SANG MESIASYesus Kristus, juga, adalah Anak Allah. Ini benar dalam arti yang terdalam, dan bersifat Tritunggal, dari istilah itu (bdk. Yoh 1:14). Sama seperti Firaun, raja yang kejam itu, telah berusaha untuk menghancurkan Israel, demikian juga raja yang lain, yaitu Herodes, sedikitnya sama kejamnya, berusaha untuk menghancurkan Kristus. Tetapi sama seperti dalam perjalanan ke Mesir, selama mereka tinggal di rumah perbudakan itu, dan dalam keluarnya mereka, Yehovah telah melindungi bangsa / umatNya, demikian juga Allah telah melindungi AnakNya, bukan hanya dalam perjalanan ke Mesir dan selama Ia tinggal sementara di sana, tetapi juga dalam perjalanan kembali. Sang Mesias seakan-akan, sedang mengulangi sejarah dari bangsa IsraelNya.].
Kel 4:22 - Maka engkau harus berkata kepada Firaun: Beginilah firman TUHAN: Israel ialah anakKu, anakKu yang sulung;.
Yoh 1:14 - Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaanNya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepadaNya sebagai Anak TUNGGAL Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran..

Lenski (tentang Mat 2:15)“‘And he was there until the death of Herod, that it might be fulfilled what was spoken by the Lord through the prophet, saying, Out of Egypt did I call my son.’ ... Matthew naturally discards the LXX with its plural τὰ τέκνα, which is well enough for general purposes but not nearly exact enough for what the prophet really says and what Matthew intends to use. So he himself translates the Hebrew: ‘Out of Egypt did I call my son.’ ... Now Hos. 11:1 is really only a historical statement although it is made by Jehovah himself. The first line of the passage, ‘When Israel was a child, then I loved him,’ shows that Jehovah is speaking of the childhood period of Israel when the young nation grew up in Egypt. Matthew reads Hos. 11:1 in exactly that sense and changes nothing. AND YET HE SAYS THAT THIS STATEMENT OF THE PROPHET FOUND ITS FULFILLMENT WHEN THE CHILD JESUS DWELT IN EGYPT. In what sense does Matthew understand: ‘that it might be fulfilled’? He certainly intends more than a mere coincident resemblance between the childhood of Israel as Jehovah’s son or chosen nation and the childhood of Jesus, the divine Son, both spending their early days in Egypt and thus both being called back from Egypt into the Holy Land. Mere accidental coincidences amount to little. Matthew sees far more here. Mere escape from Herod was not nearly all that God had in mind for Jesus. Then he might have arranged for the transfer of the holy family to Babylon by the aid of the magi. Abstractly considered it would have made no difference from what foreign land God would recall Jesus. WHAT MATTHEW POINTS OUT IS AN INNER AND DIVINELY INTENDED CONNECTION BETWEEN THE TWO SOJOURNS IN EGYPT. God brought about the first sojourn and made that first sojourn a factual prophecy of the second, which he also brought about. THE FIRST IS THUS A DIVINELY INTENDED TYPE OF THE SECOND. It is not accidental that the angel sent Joseph to Egypt and to no other land. ... It is always the antitype which reveals the type as what it really is in God’s original intentionSo here we see how the wickedness of Jacob’s sons brought Joseph to Egypt, and Herod’s wickedness did the same in the case of Jesus. Again, God caused this wickedness to lead to a refuge for the youthful people Israel in the shelter of Egypt, and then sheltered Jesus in Egypt in the same way. His wisdom and his love arranged it all. But God did more. Into the type he laid the key for the future recognition of the antitype. Matthew does not refer merely to the fact of Israel’s early sojourn in Egypt. The fact itself contains no key. He takes Hosea’s inspired statement of the fact in which the child Israel is by Jehovah himself called ‘my son.’ Read apart from the antitype, this designation had only its ordinary meaning, but read in conjunction with the antitype Jesus, ‘my son’ becomes highly significant. Deut. 32:18 states that Israel was begotten as Jehovah’s son, and this is a fatherhood which exceeds that of Abraham and of Jacob (Isa. 63:16) and thus points to the miraculous begetting of the Son Jesus ‘of the Holy Spirit’ (1:20; Luke 1:35). We now see how Matthew connects ‘my son’ in Hosea and Israel’s early sojourn in Egypt AS A TRUE TYPE AND A DIVINELY INTENDED PROPHECY of ‘my Son,’ the Messiah, who likewise must sojourn in Egypt. Both had to leave the Holy Land, and all the Messianic hopes connected with them seemed to be utterly lost in far-off Egypt. Yet ‘did call out of Egypt’ places the sure hand of God behind all these hopes. Israel returned from Egypt for its mission, and so did this greater Son, Jesus. [= ‘Dan Ia ada di sana sampai kematian dari Herodes, supaya bisa digenapi apa yang dikatakan oleh Tuhan melalui sang nabi, yang berkata, Dari Mesir Kupanggil AnakKu’. ... Matius secara wajar membuang LXX / Septuaginta dengan bentuk jamaknya (TA TEKNA / the children / anak-anak), yang cukup baik untuk tujuan-tujuan umum tetapi tidak cukup persis untuk apa yang sang nabi sungguh-sungguh katakan dan apa yang Matius bermaksud untuk menggunakan. Maka ia sendiri menterjemahkan bahasa Ibraninya (ke dalam bahasa Yunani - ini tambahan dari saya): ‘Dari Mesir Kupanggil anakKu’. ... Hos 11:1 sesungguhnya hanya merupakan suatu pernyataan yang bersifat sejarah sekalipun itu dibuat oleh Yehovah sendiri. Baris pertama dari text itu, ‘Pada waktu Israel adalah seorang anak, maka Aku mengasihi dia’, menunjukkan bahwa Yehovah sedang berbicara tentang masa kanak-kanak dari Israel pada waktu bangsa yang masih muda itu bertumbuh di Mesir. Matius membaca Hos 11:1 itu secara persis dalam arti itu dan tidak mengubah apapun. SEKALIPUN DEMIKIAN IA BERKATA BAHWA PERNYATAAN SANG NABI INI MENDAPATKAN PENGGENAPANNYA PADA WAKTU ANAK YESUS TINGGAL DI MESIR. Dalam arti apa Matius mengerti: ‘supaya itu bisa digenapi’? Ia pasti memaksudkan lebih dari sekedar suatu kemiripan yang bersifat kebetulan antara masa kanak-kanak Israel sebagai anak Yehovah atau bangsa pilihan, dan masa kanak-kanak Yesus, sang Anak Ilahi, keduanya menghabiskan hari-hari awal mereka di Mesir dan lalu keduanya dipanggil kembali dari Mesir ke Tanah / Negeri Kudus. Semata-mata kesesuaian-kesesuaian yang bersifat kebetulan sangat sedikit artinya. Matius melihat jauh lebih banyak di sini. Semata-mata lolos dari Herodes tidak mendekati semua yang Allah punyai dalam pikiranNya untuk Yesus. Kalau demikian Ia bisa telah mengatur untuk perpindahan dari keluarga kudus itu ke Babilonia dengan pertolongan orang-orang Majus. Dipertimbangkan secara abstrak itu tidak akan telah membuat perbedaan dari negeri asing apa Allah akan memanggil Yesus kembali. APA YANG MATIUS TUNJUKKAN ADALAH SUATU HUBUNGAN DI DALAM DAN DIMAKSUDKAN SECARA ILAHI ANTARA KEDUA ‘TINGGAL SEMENTARA’ DI MESIR. Allah menyebabkan terjadinya ‘tinggal sementara’ yang pertama dan membuat ‘tinggal sementara’ yang pertama itu suatu nubuat yang bersifat fakta dari yang kedua, yang juga Ia sebabkan terjadi. JADI YANG PERTAMA ADALAH SUATU TYPEYANG DIMAKSUDKAN SECARA ILAHI DARI YANG KEDUA. Bukanlah suatu kebetulan bahwa sang malaikat mengutus Yusuf ke Mesir dan tidak ke negara lain. ... Selalu anti TYPEnyalah yang menyatakan TYPEnya sebagai apa yang sungguh-sungguh ada dalam maksud orisinil AllahJadi di sini kita melihat bagaimana kejahatan dari anak-anak Yakub membawa Yusuf ke Mesir, dan kejahatan Herodes melakukan hal yang sama dalam kasus Yesus. Lagi-lagi, Allah menyebabkan kejahatan ini untuk membimbing ke suatu perlindungan untuk masa muda bangsa Israel dalam tempat perlindungan Mesir, dan lalu melindungi Yesus di Mesir dengan cara yang sama. HikmatNya dan kasihNya mengatur itu semua. Tetapi Allah melakukan lebih lagi. Ke dalam TYPEnya Ia meletakkan kunci untuk pengenalan di masa yang akan datang dari anti TYPEnya. Matius tidak semata-mata menunjuk pada fakta tentang ‘tinggal sementara’ yang awal / mula-mula dari Israel di Mesir. Fakta itu sendiri tidak mengandung kunci. Ia mengambil pernyataan Hosea yang diilhami tentang fakta dalam mana anak Israel oleh Yehovah sendiri dipanggil / disebut ‘anakKu’. Dibaca terpisah dari anti TYPEnya, sebutan ini hanya mempunyai artinya yang biasa, tetapi dibaca dalam hubungan dengan anti TYPE Yesus, sebutan ‘anakKu’ menjadi sangat berarti / penting. Ul 32:18 menyatakan bahwa Israel diperanakkan sebagai anak Yehovah, dan ini adalah kebapaan yang melampaui / lebih besar dari kebapaan Abraham dan dari Yakub (Yes 63:16) dan dengan demikian menunjuk pada tindakan memperanakkan yang bersifat mujijat ‘dari Roh Kudus’ dari Anak Yesus  (1:20; Luk 1:35). Sekarang kita melihat bagaimana Matius menghubungkan ‘anakKu’ dalam Hosea dan ‘tinggal sementara’ yang awal / mula-mula dari Israel di Mesir SEBAGAI SUATU TYPE YANG BENAR DAN SUATU NUBUAT YANG DIMAKSUDKAN SECARA ILAHI tentang ‘AnakKu’, sang Mesias, yang juga harus ‘tinggal sementara’ di Mesir. Keduanya harus meninggalkan Tanah / Negeri Kudus, dan semua pengharapan-pengharapan Mesianik yang berhubungan dengan mereka kelihatan menjadi sama sekali hilang di Mesir yang jauh. Tetapi ‘memanggil keluar dari Mesir’ menempatkan tangan yang pasti dari Allah di belakang semua pengharapan-pengharapan ini. Israel kembali dari Mesir untuk missinya, dan demikian juga Anak yang lebih besar ini, Yesus.].
Ul 32:18 - Gunung batu yang memperanakkan engkau, telah kaulalaikan, dan telah kaulupakan Allah yang melahirkan engkau..
Yes 63:16 - Bukankah Engkau Bapa kamiSungguh, Abraham tidak tahu apa-apa tentang kami, dan Israel tidak mengenal kami. Ya TUHAN, Engkau sendiri Bapa kami; namaMu ialah ‘Penebus kami’ sejak dahulu kala..

Calvin (tentang Mat 2:15)“‘Out of Egypt have I called my Son.’ Matthew says that a prediction was fulfilled. Some have thought, that the intention of the prophet was different from what is here stated, and have supposed the meaning to be, that the Jews act foolishly in opposing and endeavoring to oppress the Son of God, because the Father ‘hath called him out of Egypt.’ In this way, they grievously pervert the words of the prophet, (Hosea 11:1,) the design of which is, to establish a charge of ingratitude against the Jews, who, from their earliest infancy, and from the commencement of their history, had found God to be a kind and generous Father, and yet were provoking him by fresh offenses. Beyond all question, the passage ought not to be restricted to the person of Christ: and yet it is not tortured by Matthew, but skilfully applied to the matter in hand.” [= ‘Dari Mesir Kupanggil AnakKu’. Matius mengatakan bahwa suatu ramalan telah digenapi. Beberapa orang telah berpikir bahwa maksud dari sang nabi berbeda dari apa yang dinyatakan di sini, dan telah menganggap artinya sebagai bahwa orang-orang Yahudi bertindak secara bodoh dalam menentang dan berusaha untuk menekan / menindas Anak Allah karena Bapa ‘telah memanggilNya dari Mesir’. Dengan cara ini, mereka secara menyedihkan, membengkokkan kata dari sang nabi, (Hos 11:1), yang rancangannya adalah, untuk meneguhkan suatu tuduhan tentang rasa tak tahu terima kasih terhadap orang-orang Yahudi, yang, dari masa bayi mereka yang paling awal, dan dari pemulaian dari sejarah mereka, telah mendapati Allah sebagai seorang Bapa yang baik dan murah hati, tetapi memprovokasi Dia dengan pelanggaran-pelanggaran baru. Tak diragukan, text ini tidak seharusnya dibatasi pada Pribadi Kristus: tetapi itu tidak disalah-artikan oleh Matius, tetapi secara ahli diterapkan pada persoalan yang sedang dipersoalkan.].

Calvin (tentang Mat 2:15)“The words of the prophet ought to be thus interpreted: ‘When Israel was yet a child, I brought him out of that wretched bondage in which he had been plunged. He was formerly like a dead man, and Egypt served him for a grave; but I drew him out of it as from the womb, and brought him into the light of life.’ And justly does the Lord speak in this manner; for that deliverance was a sort of birth of the nation. ... The words of the prophet import, that the nation was rescued from Egypt as from a deep whirlpool of deathNow, what was the redemption brought by Christ, but a resurrection from the dead, and the commencement of a new life? The light of salvation had been almost extinguished, when God begat the Church anew in the person of Christ. Then did the Church come out of Egypt in its headas the whole body had been formerly brought out. [= Kata-kata dari sang nabi seharusnya ditafsirkan demikian: ‘Pada waktu Israel adalah seorang anak, Aku membawanya keluar dari perbudakan yang buruk dalam mana ia telah tercebur. Ia tadinya seperti seorang yang mati, dan Mesir berfungsi baginya sebagai suatu kuburan; tetapi Aku menariknya keluar darinya seperti dari kandungan, dan membawanya ke dalam terang kehidupan’. Dan secara benar Tuhan berbicara dengan cara ini; karena pembebasan itu adalah sejenis kelahiran dari bangsa itu. ... Kata-kata dari sang nabi berarti, bahwa bangsa itu ditolong dari Mesir seperti dari suatu kedalaman pusaran air dari kematianSekarang, apakah penebusan yang dibawa oleh Kristus, kalau bukan suatu kebangkitan dari orang mati, dan pemulaian dari suatu kehidupan yang baru? Terang keselamatan telah hampir dipadamkan, pada waktu Allah melahirkan / memperanakkan Gereja kembali dalam Pribadi Kristus. Pada waktu itu Gereja keluar dari Mesir dalam Kepalanyaseperti seluruh tubuh tadinya telah dibawa keluar.].

Calvin (tentang Hos 11:1)“I think that Matthew had more deeply considered the purpose of God in having Christ led into Egypt, and in his return afterwards into Judea. In the first place, it must be remembered that Christ cannot be separated from his Church, as the body will be mutilated and imperfect without a head. Whatever then happened formerly in the Church, ought at length to be fulfilled by the head. ... Then also there is no doubt, but that God in his wonderful providence intended that his Son should come forth from Egypt, that he might be a redeemer to the faithful; and thus he shows that a true, real, and perfect deliverance was at length effected, when the promised Redeemer appeared. It was then the full nativity of the Church, when Christ came forth from Egypt to redeem his Church. ... Matthew therefore most fitly accommodates this passage to Christ, that God loved his Son from his first childhood and called him from Egypt. We know at the same time that Christ is called the Son of God in a respect different from the people of Israel; for adoption made the children of Abraham the children of God, but Christ is by nature the only-begotten Son of God.” [= Saya berpikir bahwa Matius telah mempertimbangkan secara lebih dalam rencana Allah dalam membimbing Kristus ke Mesir, dan selanjutnya dalam kembalinya Dia ke Yudea. Pertama, harus diingat bahwa Kristus tidak bisa dipisahkan dari GerejaNya, seperti tubuh akan dimutilasi dan tidak sempurna tanpa sebuah kepala. Jadi, apapun yang tadinya terjadi dalam Gereja, harus akhirnya digenapi oleh Kepala. ... Lalu juga di sana tidak ada keraguan, bahwa Allah dalam ProvidensiaNya yang luar biasa, memaksudkan bahwa AnakNya harus keluar dari Mesir, supaya Ia bisa menjadi seorang Penebus bagi orang-orang setia / percaya; dan dengan demikian Ia menunjukkan bahwa suatu pembebasan yang benar, nyata, dan sempurna akhirnya dihasilkan, pada waktu Penebus yang dijanjikan muncul. Pada waktu itulah kelahiran penuh dari Gereja, pada waktu Kristus keluar dari Mesir untuk menebus GerejaNya. ... Karena itu Matius dengan cara yang paling cocok / tepat membuat text ini cocok bagi Kristus, bahwa Allah mengasihi AnakNya dari masa kanak-kanakNya yang paling awal dan memanggilNya dari Mesir. Pada saat yang sama kita tahu bahwa Kristus disebut Anak Allah dalam suatu segi yang berbeda dari bangsa Israel; karena pengadopsian membuat anak-anak / keturunan Abraham anak-anak Allah (bdk. Gal 4:5 KJV), tetapi Kristus secara alamiah adalah satu-satunya Anak Allah yang diperanakkan.].

Berkenaan dengan kata-kata ES bahwa Matius hanya mengambil bagian-bagian tertentu dan ada yang tidak diambil, atau bahwa kontext tak diperhatikan (‘keluar kontext’), maka perhatikan komentar Calvin di bawah ini.

Calvin (tentang Hos 11:1)But as to the charge of ingratitude, that so great a favour of God was not acknowledged, this cannot apply to the person of Christ, as we well know; nor is it necessary in this respect to refer to him; for we see from other places that every thing does not apply to Christ, which is said of David, or of the high priest, or of the posterity of David; though they were types of ChristBut there is ever a great difference between the reality and its symbols. [= Tetapi berkenaan dengan tuduhan tak punya rasa terima kasih, bahwa kebaikan yang begitu besar dari Allah tidak diakui, ini tidak bisa diterapkan kepada Pribadi Kristus, seperti yang kita tahu dengan baik; juga ini tidak harus / perlu dalam hal ini menunjuk kepada Dia; karena kita melihat dari tempat-tempat lain bahwa bukannya segala sesuatu diterapkan kepada Kristus, yang dikatakan tentang Daud, atau tentang imam besar, atau tentang keturunan Daud; sekalipun mereka adalah TYPE-TYPE dari KristusTetapi di sana selalu ada suatu perbedaan yang besar antara realitanya dan simbol-simbolnya.].

Jadi, dalam Hos 11:1 dan Mat 2:15. Israel dan Yesus adalah TYPE dan anti-TYPE, itu memang benar. Dan memang kalau sesuatu diambil sebagai TYPE, tak semuanya cocok antara TYPE dan anti-TYPEnya.

Misalnya Daud adalah TYPE dari Kristus, tetapi perzinahan Daud dengan Batsyeba, atau polygamynya Daud, dan tak ada penggenapannya dalam diri Kristus / anti-TYPEnya.

Juga kalau Salomo adalah TYPE dari Kristus, maka polygamy dan penyembahan berhala yang dilakukan oleh Salomo, lagi-lagi tak ada penggenapannya dalam diri Kristus / anti-TYPEnya.

Juga Yunus adalah TYPE dari Kristus, tetapi pemberontakan Yunus, sama sekali tak ada penggenapannya dalam diri Kristus / anti-TYPEnya.

Juga imam adalah TYPE dari Kristus, tetapi imam berbuat dosa, dan harus tiap kali mempersembahkan korban untuk dosa-dosanya sendiri. Ini tidak ada penggenapannya dalam diri Kristus / anti-TYPEnya.

Jadi, adanya kesesuaian antara TYPE dan anti-TYPEnya MEMANG SELALU MERUPAKAN KESESUAIAN SEBAGIAN!!! Tidak pernah SEMUANYA sesuai!!!

Jadi, dalam menafsirkan Hos 11:1 dan Mat 2:15 memang benar kalau kita menafsirkan bangsa Israel sebagai TYPE dari Kristus!

Tetapi baik Yes 14 dan Yeh 28 tidak bisa diartikan sebagai alegori (karena keduanya merupakan cerita sejarah), dan juga tidak bisa diartikan sebagai TYPE (karena TYPE selalu menunjuk ke depan / masa yang akan datang).


-bersambung-

Author : Pdt. Budi Asali,M.Div.
E-mail : buas22@yahoo.com
http://golgothaministry.org

Tidak ada komentar:

Posting Komentar