5) Jadi, kalau terjadi kematian,
pada ujung yang terakhir, Tuhanlah yang menentukan dan mengatur
terjadinya hal itu. Mati hidupnya semua makhluk betul-betul secara
mutlak tergantung kepada Tuhan.
a) Kis
17:28 - “Sebab
di
dalam Dia kita hidup, kita bergerak, kita ada,
seperti yang telah juga dikatakan oleh pujangga-pujanggamu: Sebab
kita ini dari keturunan Allah juga”.
Calvin
(tentang Kis 17:28):
“we
have our being in him, inasmuch as by his Spirit he keepeth us in
life, and upholdeth us. For the power of the Spirit is spread abroad
throughout all parts of the world, that it may preserve them in their
state; that he may minister unto the heaven and earth that force and
vigor which we see, and motion to all living creatures. ... God doth,
by the wonderful power and inspiration of his Spirit, preserve those
things which he hath created of nothing. ... We have not only no life
but in God, but not so much as moving; yea, no being, which is
inferior to both”
(= kita
mempunyai keberadaan kita di dalam Dia, karena oleh RohNya Ia menjaga
kita dalam kehidupan, dan menegakkan / menguatkan kita.
Karena kuasa dari Roh tersebar dengan luas di semua bagian dari dunia
/ alam semesta, supaya itu bisa memelihara mereka dalam keadaan
mereka; supaya Ia bisa menyuplai langit dan bumi dengan kekuatan /
tenaga dan kegiatan yang kita lihat, dan gerakan kepada semua makhluk
hidup. ... Allah, oleh kuasa yang luar biasa dan ilham RohNya, memang
menjaga / memelihara hal-hal itu, yang telah Ia ciptakan dari tidak
ada. ... Kita
bukan hanya tidak mempunyai kehidupan kecuali di dalam Allah, tetapi
bahkan pergerakan; ya, tidak mempunyai keberadaan, yang merupakan
sesuatu yang lebih rendah dari keduanya).
Lenski:
“‘for
in him we live and move and are.’ ‘To
live’
is more than ‘to
move’,
which even the inanimate creatures may do; ‘to
move’
is more than merely ‘to
be,
to exist’. Here, then, is an anticlimax. Man should be cognizant of
God, for without him he could not live for a moment, could not move
hand or foot, could not in any way even exist”
(= ‘karena di
dalam Dia kita hidup, dan kita bergerak, dan kita ada’. ‘Hidup’
adalah lebih dari pada ‘bergerak’, yang bahkan makhluk-makhluk
yang tak bernyawa bisa melakukan; ‘bergerak’ adalah lebih dari
pada semata-mata ‘ada’. Maka di sini, ada suatu anti klimax.
Manusia harus sadar / tahu tentang Allah, karena tanpa Dia ia tidak
bisa hidup sesaatpun, tidak bisa menggerakkan tangan atau kaki, tidak
bisa dengan cara apapun bahkan untuk tetap ada).
Catatan:
di sini orang Arminian ini jadi Reformed!
Matthew
Henry:
“‘That
in him we live, and move, and have our being,’ v. 28. We have a
necessary and constant dependence upon his providence, as the streams
have upon the spring, and the beams upon the sun. (1.) ‘In him we
live;’ that is, the continuance of our lives is owing to him and
the constant influence of his providence; he is our life, and the
length of our days. It is not only owing to his patience and pity
that our forfeited lives are not cut off, but it is owing to his
power, and goodness, and fatherly care, that our frail lives are
prolonged. There needs not a positive act of his wrath to destroy us;
if he suspend the positive acts of his goodness, we die of ourselves.
(2.) ‘In him we move;’ it is by the uninterrupted concourse of
his providence that our souls move in their outgoings and operations,
that our thoughts run to and fro about a thousand subjects, and our
affections run out towards their proper objects. It is likewise by
him that our souls move our bodies; we cannot stir a hand, or foot,
or a tongue, but by him, who, as he is the first cause, so he is the
first mover. (3.) ‘In him we have our being;’ not only from him
we had it at first, but in him we have it still; to his continued
care and goodness we owe it, not only that we have a being and are
not sunk into nonentity, but that we have our being, have this being,
were and still are of such a noble rank of beings, capable of knowing
and enjoying God; and are not thrust into the meanness of brutes, nor
the misery of devils”
[= ‘Sebab
di dalam Dia kita hidup, kita bergerak, kita ada’, ay 28. Kita
mempunyai suatu ketergantungan yang perlu dan tetap pada
ProvidensiaNya; Ia adalah kehidupan kita, seperti sungai mempunyai
ketergantungan pada sumber, dan sinar-sinar mempunyai ketergantungan
pada matahari. (1.)
‘Dalam Dia kita hidup’; artinya, kelanjutan
dari hidup kita berhutang budi kepadaNya dan pengaruh tetap dari
ProvidensiaNya; Ia adalah kehidupan kita, dan panjangnya hari-hari
kita.
Itu bukan hanya berhutang budi kepada kesabaran dan belas kasihanNya
sehingga kehidupan kita yang hilang tidak dipotong, tetapi itu
merupakan hutang budi pada kuasa, dan kebaikan, dan pemeliharaan
kebapaanNya, maka kehidupan kita yang lemah diperpanjang. Tidak
dibutuhkan suatu tindakan positif dari murkaNya untuk menghancurkan
kita; jika
Ia menghentikan tindakan-tindakan positif dari kebaikanNya, kita mati
dengan sendirinya.
(2.) ‘Dalam Dia kita bergerak’; adalah oleh gerakan terus menerus
dari ProvidensiaNya maka jiwa kita bergerak dalam kepergian dan
operasi mereka, sehingga pikiran kita pergi ke sana kemari tentang
seribu subyek, dan perasaan kita lari keluar kepada obyek-obyek yang
benar. Juga olehNya bahwa jiwa kita menggerakkan tubuh kita; kita
tidak bisa mengerakkan tangan, kaki atau lidah, kecuali oleh Dia,
yang, sebagaimana Ia adalah penyebab pertama, demikian juga Ia adalah
penggerak pertama. (3.) ‘Dalam Dia kita mempunyai keberadaan kita’;
bukan hanya dari Dia kita mula-mula mempunyainya, tetapi dalam Dia
kita tetap mempunyainya; pada
pemeliharaan dan kebaikanNya yang terus menerus kita berhutang hal
itu,
bukan hanya bahwa kita mempunyai suatu keberadaan dan tidak tenggelam
dalam ketidak-adaan, tetapi bahwa kita mempunyai keberadaan kita,
mempunyai keberadaan ini, dulu adalah dan tetap adalah, suatu
rangking keberadaan yang mulia, mampu untuk mengenal dan menikmati
Allah; dan tidak didorong / dimasukkan ke dalam keburukan dari
binatang-binatang, ataupun kesengsaraan dari setan-setan].
b) Ayub 12:7-25 - “(7)
Tetapi bertanyalah kepada binatang, maka engkau akan diberinya
pengajaran, kepada burung di udara, maka engkau akan diberinya
keterangan. (8) Atau bertuturlah kepada bumi, maka engkau akan
diberinya pengajaran, bahkan ikan di laut akan bercerita kepadamu.
(9) Siapa
di antara semuanya itu yang tidak tahu, bahwa tangan Allah yang
melakukan itu; (10) bahwa di dalam tanganNya terletak nyawa segala
yang hidup dan nafas setiap manusia?
(11) Bukankah telinga menguji kata-kata, seperti langit-langit
mencecap makanan? (12) Konon hikmat ada pada orang yang tua, dan
pengertian pada orang yang lanjut umurnya. (13) Tetapi pada Allahlah
hikmat dan kekuatan, Dialah yang mempunyai pertimbangan dan
pengertian. (14) Bila Ia membongkar, tidak ada yang dapat membangun
kembali; bila Ia menangkap seseorang, tidak ada yang dapat
melepaskannya. (15) Bila Ia membendung air, keringlah semuanya; bila
Ia melepaskannya mengalir, maka tanah dilandanya. (16) Pada Dialah
kuasa dan kemenangan, Dialah yang menguasai baik orang yang tersesat
maupun orang yang menyesatkan. (17) Dia yang menggiring menteri
dengan telanjang, dan para hakim dibodohkanNya. (18) Dia membuka
belenggu yang dikenakan oleh raja-raja dan mengikat pinggang mereka
dengan tali pengikat. (19) Dia yang menggiring dan menggeledah para
imam, dan menggulingkan yang kokoh. (20) Dia yang membungkamkan
orang-orang yang dipercaya, menjadikan para tua-tua hilang akal. (21)
Dia yang mendatangkan penghinaan kepada para pemuka, dan melepaskan
ikat pinggang orang kuat. (22) Dia yang menyingkapkan rahasia
kegelapan, dan mendatangkan kelam pekat pada terang. (23) Dia
yang membuat bangsa-bangsa bertumbuh, lalu membinasakannya, dan
memperbanyak bangsa-bangsa, lalu menghalau mereka.
(24) Dia menyebabkan para pemimpin dunia kehilangan akal, dan membuat
mereka tersesat di padang belantara yang tidak ada jalannya. (25)
Mereka meraba-raba dalam kegelapan yang tidak ada terangnya; dan Ia
membuat mereka berjalan terhuyung-huyung seperti orang mabuk.’”.
Ayub
12:16 (NIV):
‘To
him belong strength and victory; both deceived and deceiver are his’
(= Pada Dialah kekuatan dan kemenangan; baik penipu dan yang ditipu
adalah milikNya).
Matthew
Henry (tentang Ayub 12:12-25):
“This
is a noble discourse of Job’s concerning the wisdom, power, and
sovereignty of God, in ordering and disposing of all the affairs of
the children of men, according to the counsel of his own will, which
none dares gainsay or can resist”
(= Ini merupakan suatu percakapan yang mulia dari Ayub berkenaan
dengan hikmat, kuasa dan kedaulatan dari Allah, dalam mengatur dan
menentukan semua urusan dari anak-anak manusia, sesuai dengan rencana
dari kehendakNya, yang tak seorangpun berani menyangkal atau bisa
menolak / menahannya).
c) Ul 32:39 - “Lihatlah
sekarang, bahwa Aku, Akulah Dia. Tidak ada Allah kecuali Aku. Akulah
yang mematikan dan yang menghidupkan,
Aku telah meremukkan, tetapi Akulah yang menyembuhkan, dan seorangpun
tidak ada yang dapat melepaskan dari tanganKu”.
Bdk.
1Sam 2:6 - “TUHAN
mematikan dan menghidupkan,
Ia menurunkan ke dalam dunia orang mati dan mengangkat dari sana”.
Bandingkan
juga dengan ayat-ayat ini:
1. Kej 38:7,10 - “(7)
Tetapi Er, anak sulung Yehuda itu, adalah jahat di mata TUHAN, maka
TUHAN
membunuh dia.
... (10) Tetapi yang dilakukannya itu adalah jahat di mata TUHAN,
maka TUHAN
membunuh dia juga”.
2. 2Sam 6:7 - “Maka
bangkitlah murka TUHAN terhadap Uza, lalu Allah
membunuh dia
di sana karena keteledorannya itu; ia mati di sana dekat tabut Allah
itu”.
d) Maz 90:3 - “Engkau
mengembalikan manusia kepada debu,
dan berkata: ‘Kembalilah, hai anak-anak manusia!’”.
e) Maz 73:18-19 - “(18)
Sesungguhnya di
tempat-tempat licin Kautaruh mereka,
Kaujatuhkan
mereka sehingga hancur.
(19) Betapa binasa mereka dalam sekejap mata, lenyap, habis oleh
karena kedahsyatan!”.
f) Yes 40:6-8
- “(6)
Ada
suara yang berkata: ‘Berserulah!’ Jawabku: ‘Apakah yang harus
kuserukan?’ ‘Seluruh umat manusia adalah seperti rumput dan semua
semaraknya seperti bunga di padang. (7) Rumput menjadi kering, bunga
menjadi layu, apabila
TUHAN menghembusnya dengan nafasNya.
Sesungguhnyalah bangsa itu seperti rumput. (8) Rumput menjadi kering,
bunga menjadi layu, tetapi firman Allah kita tetap untuk
selama-lamanya.’”.
E.
J. Young:
“Men
of flesh are weak and mortal; their life is brief and soon comes to
an end.
In this respect it
is like the grass, for under the burning rays of the sun the grass
may soon dry up.
... There is a reason for these widely observed facts, namely, that
the breath
of the Lord
blows upon the grass and the flower. ... Isaiah
employs a picture of someone blowing upon the grass and flowers with
the result that all moisture is taken from them and they become dried
up and wither.
... Possibly it is of this wind that the prophet is thinking when he
speaks of the
breath (RUACH)
of the Lord,
for the wind is an elemental manifestation of the Lord’s breath. A
contemplation of the transitory and temporal character of the grass
and flowers leads the prophet to exclaim that what
is true of them is also true of the people”
(= Manusia
dari daging adalah lemah dan fana; kehidupan mereka singkat dan
segera sampai pada akhirnya.
Dalam hal ini itu
seperti rumput, karena di bawah sinar matahari yang membakar rumput
bisa segera kering.
... Disana ada suatu alasan untuk fakta-fakta yang diperhatikan
secara luas, yaitu bahwa nafas Tuhan menghembus pada rumput dan
bunga. ... Yesaya
menggunakan suatu gambaran dari seseorang yang menghembus / meniup
pada rumput dan bunga-bunga dengan akibat bahwa semua embun / air
diambil dari mereka dan mereka menjadi kering dan layu.
... Mungkin adalah tentang angin ini sang nabi sedang berpikir pada
waktu ia mengatakan tentang nafas
(RUAKH) dari Tuhan,
karena angin adalah suatu manifestasi dasar dari nafas Tuhan. Suatu
perenungan tentang karakter yang fana dan sementara dari rumput dan
bunga-bunga membimbing sang nabi untuk berseru bahwa apa
yang benar tentang mereka juga adalah benar tentang orang-orang).
Calvin:
“as
soon as the Lord has breathed upon them, all their strength and
beauty perish and decay.
But it may be thought that he assigns to ‘the Spirit of God’ an
office which is greatly at variance with his nature; for it belongs
to him ‘to renew by his power the face of the earth.’ (Psalm
104:30.) On the other hand, if
the Lord withdraw his Spirit, all is reduced to nothing.
Here Isaiah asserts what is exceedingly different, and appears to
contradict David. But there is no absurdity in saying that all things
are renewed by the power of the Spirit, and again, that what formerly
appeared to be something is reduced to nothing; for we are nothing
but in God, and, in order that we may begin to be something in him,
we must first be convinced, and made thoroughly to know, that we are
vanity. Therefore does the Lord breathe upon us, that we may know
that of ourselves we are nothing.”
[= begitu
Tuhan menghembuskan nafas kepada mereka, semua kekuatan dan keindahan
mereka binasa dan membusuk.
Tetapi bisa dipikirkan bahwa ia memberikan kepada ‘Roh Allah’
suatu fungsi yang sangat berbeda dengan sifat dasarNya; karena adalah
milikNya ‘untuk memperbaharui oleh kuasaNya permukaan bumi’ (Maz
104:30). Di sisi lain, jika
Tuhan menarik RohNya, semua dimusnahkan menjadi nihil.
Di sini Yesaya menegaskan apa yang sangat berbeda, dan kelihatannya
menentang Daud. Tetapi disana tidak ada yang menggelikan dalam
mengatakan bahwa segala sesuatu diperbaharui oleh kuasa Roh, dan
lalu, bahwa apa yang tadinya kelihatan sebagai sesuatu, dimusnahkan
menjadi nihil; karena kita adalah nihil kecuali di dalam Allah, dan,
supaya kita bisa mulai menjadi sesuatu di dalam Dia, kita harus
pertama-tama diyakinkan, dan dibuat mengetahui secara sepenuhnya,
bahwa kita adalah kesia-siaan. Karena itu Tuhan menghembuskan
nafasNya kepada kita, supaya kita tahu bahwa dari diri kita sendiri
kita adalah nihil].
h) Maz
104:1-30 - “(1)
Pujilah TUHAN, hai jiwaku! TUHAN, Allahku, Engkau sangat besar!
Engkau yang berpakaian keagungan dan semarak, (2) yang berselimutkan
terang seperti kain, yang membentangkan langit seperti tenda, (3)
yang mendirikan kamar-kamar lotengMu di air, yang menjadikan
awan-awan sebagai kendaraanMu, yang bergerak di atas sayap angin, (4)
yang membuat angin sebagai suruhan-suruhanMu, dan api yang menyala
sebagai pelayan-pelayanMu, (5) yang telah mendasarkan bumi di atas
tumpuannya, sehingga takkan goyang untuk seterusnya dan selamanya.
(6) Dengan samudera raya Engkau telah menyelubunginya; air telah naik
melampaui gunung-gunung. (7) Terhadap hardikMu air itu melarikan
diri, lari kebingungan terhadap suara gunturMu, (8) naik gunung,
turun lembah ke tempat yang Kautetapkan bagi mereka. (9) Batas
Kautentukan, takkan mereka lewati, takkan kembali mereka menyelubungi
bumi. (10) Engkau yang melepas mata-mata air ke dalam lembah-lembah,
mengalir di antara gunung-gunung, (11) memberi minum segala binatang
di padang, memuaskan haus keledai-keledai hutan; (12) di dekatnya
diam burung-burung di udara, bersiul dari antara daun-daunan. (13)
Engkau yang memberi minum gunung-gunung dari kamar-kamar lotengMu,
bumi kenyang dari buah pekerjaanMu. (14) Engkau yang menumbuhkan
rumput bagi hewan dan tumbuh-tumbuhan untuk diusahakan manusia, yang
mengeluarkan makanan dari dalam tanah (15) dan anggur yang menyukakan
hati manusia, yang membuat muka berseri karena minyak, dan makanan
yang menyegarkan hati manusia. (16) Kenyang pohon-pohon TUHAN,
pohon-pohon aras di Libanon yang ditanamNya, (17) di mana
burung-burung bersarang, burung ranggung yang rumahnya di pohon-pohon
sanobar; (18) gunung-gunung tinggi adalah bagi kambing-kambing hutan,
bukit-bukit batu adalah tempat perlindungan bagi pelanduk. (19)
Engkau yang telah membuat bulan menjadi penentu waktu, matahari yang
tahu akan saat terbenamnya. (20) Apabila Engkau mendatangkan gelap,
maka haripun malamlah; ketika itulah bergerak segala binatang hutan.
(21) Singa-singa muda mengaum-aum akan mangsa, dan menuntut
makanannya dari Allah. (22) Apabila matahari terbit, berkumpullah
semuanya dan berbaring di tempat perteduhannya; (23) manusiapun
keluarlah ke pekerjaannya, dan ke usahanya sampai petang. (24) Betapa
banyak perbuatanMu, ya TUHAN, sekaliannya Kaujadikan dengan
kebijaksanaan, bumi penuh dengan ciptaanMu. (25) Lihatlah laut itu,
besar dan luas wilayahnya, di situ bergerak, tidak terbilang
banyaknya, binatang-binatang yang kecil dan besar. (26) Di situ
kapal-kapal berlayar dan Lewiatan yang telah Kaubentuk untuk bermain
dengannya. (27) Semuanya menantikan Engkau, supaya diberikan makanan
pada waktunya. (28) Apabila Engkau memberikannya, mereka memungutnya;
apabila Engkau membuka tanganMu, mereka kenyang oleh kebaikan. (29)
Apabila
Engkau menyembunyikan wajahMu, mereka terkejut; apabila Engkau
mengambil roh mereka, mereka mati binasa dan kembali menjadi debu.
(30) Apabila Engkau mengirim rohMu, mereka tercipta, dan Engkau
membaharui muka bumi”.
Seluruh
Maz 104 ini secara kelewat jelas menunjukkan bahwa segala sesuatu
yang terjadi merupakan pekerjaan / pengaturan Tuhan, dan ay 29-nya
secara khusus menyebutkan bahwa kematian juga merupakan pekerjaan
Tuhan!
Calvin
(tentang Maz 104:29):
“In
these words, the Psalmist declares, that
we stand or fall according to the will of God. We continue to live,
so long as he sustains us by his power; but no sooner does he
withdraw his life-giving spirit than we die.
Even Plato knew this, who so often teaches that, properly speaking,
there is but one God, and that all things subsist, or have their
being only in him. Nor do I doubt, that it was the will of God, by
means of that heathen writer, to awaken all men to the knowledge,
that they derive their life from another source than from themselves”
(= Dalam kata-kata ini, sang Pemazmur menyatakan, bahwa
kita berdiri atau jatuh menurut kehendak Allah. Kita terus hidup,
selama Ia menopang kita dengan kuasaNya; tetapi begitu Ia menarik roh
pemberi-hidupNya kita mati.
Bahkan Plato tahu tentang hal ini, yang begitu sering mengajarkan
bahwa, berbicara secara tepat / benar, disana hanya ada satu Allah,
dan bahwa segala sesuatu ada / hidup, atau mempunyai keberadaan
mereka, hanya dalam Dia. Juga saya tidak meragukan bahwa adalah
kehendak Allah, melalui penulis kafir itu, untuk membangunkan semua
manusia pada pengetahuan, bahwa mereka mendapatkan kehidupan mereka
dari sumber yang lain dari pada dari diri mereka sendiri).
Kesimpulan
dari semua ini: semua kematian terjadi karena penentuan dan pekerjaan
Allah. Sekalipun datangnya kematian bisa melalui bermacam-macam cara,
dan dari sudut pandang manusia seolah-olah datang dari setan, secara
kebetulan, karena kejahatan orang lain, bunuh diri, dan sebagainya,
tetapi sebetulnya semuanya telah ditentukan oleh Allah, dan lalu
diatur olehNya supaya terjadi sesuai dengan kehendak / rencanaNya!
Perhatikan
sekali lagi kedua kutipan di bawah ini yang tadi di atas sudah saya
kutip.
John
Owen (tentang Ibr 9:27):
“The
death of all is equally determined and certain in God’s
constitution. It hath various ways of approach unto all individuals,
- hence is it generally looked on as an accident befalling this or
that man, - but the law concerning it is general and equal”
(= Kematian dari semua secara sama ditentukan dan pasti dalam
undang-undang Allah. Kematian mempunyai bermacam-macam jalan / cara
pendekatan kepada semua individu, - karena itu hal itu pada umumnya
dipandang / dianggap sebagai suatu kecelakaan / kebetulan yang
menimpa orang ini atau orang itu, - tetapi hukum berkenaan dengannya
adalah umum dan sama).
Matthew
Henry (tentang Ayub 14:5):
“It
is certain that God’s providence has the ordering of the period of
our lives; our times are in his hand.
The
powers of nature depend upon him, and act under him. In him we live
and move. Diseases are his servants; he kills and makes alive.
Nothing comes to pass by chance, no, not the execution done by a bow
drawn at a venture.
It
is therefore certain that God’s prescience has determined it
before;
for ‘known unto God are all his works.’ Whatever he does he
determined, yet with a regard partly to the settled course of nature
(the end and the means are determined together) and to the settled
rules of moral government, punishing evil and rewarding good in this
life. We are no more governed by the Stoic’s blind fate than by the
Epicurean’s blind fortune”
[= Adalah
pasti bahwa Providensia Allah mempunyai pengaturan dari masa hidup
kita; waktu kita ada dalam tanganNya.
Kuasa-kuasa
dari alam tergantung kepada Dia, dan bertindak di bawah Dia. Dalam
Dia kita hidup dan bergerak (Kis 17:28).
Penyakit-penyakit adalah pelayan-pelayanNya; ‘Ia mematikan dan
menghidupkan’ (Ul 32:39
1Sam 2:6).
Tak ada apapun terjadi secara kebetulan, tidak, bahkan tidak eksekusi
yang dilakukan oleh suatu busur yang ditarik secara sembarangan
(1Raja
22:34).
Karena
itu adalah pasti bahwa pra pengetahuan Allah telah menentukannya
sebelumnya;
karena ‘diketahui oleh Allah semua pekerjaanNya’ (Kis
15:18).
Apapun yang Ia lakukan Ia tentukan lebih dulu, tetapi sambil memberi
sebagian perhatian pada jalan alam yang ditentukan (tujuan / akhir
dan cara / jalannya ditentukan bersama-sama) dan pada
peraturan-peraturan yang ditetapkan dari pemerintahan moral,
penghukuman kejahatan dan pemberian pahala bagi kebaikan dalam hidup
ini. Kita tidak diperintah oleh takdir buta dari golongan Stoa maupun
oleh keberuntungan buta dari golongan Epikuros].
Catatan:
Kis 15:18 diterjemahkan secara berbeda-beda. Yang digunakan oleh
Matthew Henry adalah terjemahan KJV.
V)
Kewajiban manusia berkenaan dengan kematian.
1) Jangan takuti / kuatir
tentang kematian, baik itu berkenaan dengan kematian saudara sendiri
atau kematian dari orang yang saudara cintai.
Kematian
memang harus dihindari selama hal itu memungkinkan, tetapi itu harus
dilakukan tanpa kekuatiran. Ingat bahwa kekuatiran tak akan menambah
sehasta saja pada jalan hidup kita (Mat 6:27)! Jadi, lakukan yang
terbaik untuk tetap hidup, seperti menjauhi bahaya, menjaga /
meningkatkan kesehatan, mengobati penyakit yang ada, dsb, tetapi
lakukan itu tanpa takut ataupun kuatir.
2) Menyiapkan
diri menghadapi kematian.
a) Bagi orang-orang yang belum
percaya, persiapan yang pertama dan terutama adalah dengan percaya
kepada Kristus. Tanpa ini, semua persiapan lain tak ada gunanya sama
sekali, karena kalau seseorang mati tanpa Kristus, ia pasti masuk
neraka.
b) Bagi orang-orang yang sudah
percaya, kita harus mempersiapkan diri dengan melakukan apapun yang
terbaik sesuai dengan Firman Tuhan.
1. Jangan
utamakan uang / harta, karena itu tak berguna pada waktu kita mati.
Amsal
11:4 - “Pada
hari kemurkaan harta tidak berguna, tetapi kebenaran melepaskan orang
dari maut”.
Pkh
2:8,11 - “(8)
Aku
mengumpulkan bagiku juga perak dan emas, harta benda raja-raja
dan daerah-daerah. Aku mencari bagiku biduan-biduan dan
biduanita-biduanita, dan yang menyenangkan anak-anak manusia, yakni
banyak gundik. ... (11) Ketika aku meneliti segala pekerjaan yang
telah dilakukan tanganku dan segala usaha yang telah kulakukan untuk
itu dengan jerih payah, lihatlah,
segala sesuatu adalah kesia-siaan dan usaha menjaring angin; memang
tak ada keuntungan di bawah matahari”.
Mat 6:19-24
- “(19)
‘Janganlah
kamu mengumpulkan harta di bumi;
di bumi ngengat dan karat merusakkannya dan pencuri membongkar serta
mencurinya. (20) Tetapi
kumpulkanlah bagimu harta di sorga;
di sorga ngengat dan karat tidak merusakkannya dan pencuri tidak
membongkar serta mencurinya. (21) Karena di mana hartamu berada, di
situ juga hatimu berada. (22) Mata adalah pelita tubuh. Jika matamu
baik, teranglah seluruh tubuhmu; (23) jika matamu jahat, gelaplah
seluruh tubuhmu. Jadi jika terang yang ada padamu gelap, betapa
gelapnya kegelapan itu. (24) Tak
seorangpun dapat mengabdi kepada dua tuan. Karena jika demikian, ia
akan membenci yang seorang dan mengasihi yang lain, atau ia akan
setia kepada yang seorang dan tidak mengindahkan yang lain. Kamu
tidak dapat mengabdi kepada Allah dan kepada Mamon.’”.
Luk 12:15-21
- “(15)
KataNya lagi kepada mereka: ‘Berjaga-jagalah dan waspadalah
terhadap segala ketamakan, sebab walaupun
seorang berlimpah-limpah hartanya, hidupnya tidaklah tergantung dari
pada kekayaannya itu.’
(16) Kemudian Ia mengatakan kepada mereka suatu perumpamaan, kataNya:
‘Ada seorang kaya, tanahnya berlimpah-limpah hasilnya. (17) Ia
bertanya dalam hatinya: Apakah yang harus aku perbuat, sebab aku
tidak mempunyai tempat di mana aku dapat menyimpan hasil tanahku.
(18) Lalu katanya: Inilah yang akan aku perbuat; aku akan merombak
lumbung-lumbungku dan aku akan mendirikan yang lebih besar dan aku
akan menyimpan di dalamnya segala gandum dan barang-barangku. (19)
Sesudah
itu aku akan berkata kepada jiwaku: Jiwaku, ada padamu banyak barang,
tertimbun untuk bertahun-tahun lamanya; beristirahatlah, makanlah,
minumlah dan bersenang-senanglah!
(20) Tetapi
firman Allah kepadanya: Hai engkau orang bodoh, pada malam ini juga
jiwamu akan diambil dari padamu, dan apa yang telah kausediakan,
untuk siapakah itu nanti? (21) Demikianlah jadinya dengan orang yang
mengumpulkan harta bagi dirinya sendiri, jikalau ia tidak kaya di
hadapan Allah.’”.
What
money cannot buy
(= Apa yang uang tidak bisa beli).
“Money
will buy a bed but not sleep; books but not brains; food but not
appetite; finery but not beauty; a house but not a home; medicine but
not health; luxuries but not culture; amusements but not happiness;
religion but not salvation; a passport to everywhere but heaven”
(= Uang bisa membeli ranjang tetapi tidak bisa membeli tidur;
buku-buku tetapi tidak otak; makanan tetapi tidak nafsu makan;
pakaian bagus / perhiasan tetapi tidak kecantikan; rumah tetapi tidak
suasana rumah yang menyenangkan; obat tetapi tidak kesehatan;
barang-barang lux / kemewahan tetapi tidak kebudayaan; hiburan tetapi
tidak kebahagiaan; agama tetapi tidak keselamatan; sebuah paspor
kemana saja kecuali ke surga).
Pulpit
Commentary (tentang 2Raja 1:1-18):
“Men
who sacrifice everything for money soon find that they have lost
things which money cannot buy”
(= Orang-orang yang mengorbankan segala sesuatu untuk uang akan
segera mendapati bahwa mereka telah kehilangan hal-hal yang tidak
bisa dibeli dengan uang)
- hal 9.
George
Horace Lorimer: “It’s
good to have money and the things that money can buy, but it’s
good, too, to check up once in a while and make sure that you haven’t
lost the things that money can’t buy”
(= Adalah baik untuk mempunyai uang dan hal-hal yang bisa dibeli
dengan uang, tetapi juga baik untuk kadang-kadang mengecheck dan
memastikan bahwa engkau tidak kehilangan hal-hal yang tidak bisa
dibeli dengan uang)
- ‘The Encyclopedia
of Religious Quotations’,
hal 463.
Benjamin
Franklin: “Money
never made a man happy yet, nor will it. There is nothing in its
nature to produce happiness. The more a man has, the more he wants.
Instead of its filling a vacuum, it makes one. If it satisfies one
want, it doubles and trebles that want another way. That was a true
proverb of a wise man, rely upon it: ‘Better is little with the
fear of the Lord, than great treasure, and trouble therewith’”
(= Uang tidak pernah dan tidak akan membuat orang berbahagia. Dalam
uang tidak ada apapun yang menghasilkan kebahagiaan. Makin banyak
yang dimiliki seseorang, makin banyak yang ia inginkan. Bukannya
mengisi kekosongan tetapi sebaliknya uang membuat suatu kekosongan.
Jika uang memuaskan suatu kebutuhan, maka uang lalu melipatgandakan
kebutuhan itu dengan cara lain. Ini adalah amsal yang benar dari
orang yang bijaksana: ‘Lebih baik sedikit barang dengan disertai
takut akan TUHAN dari pada banyak harta dengan disertai kecemasan’)
- ‘The Encyclopedia
of Religious Quotations’,
hal 462-463.
Catatan:
bagian terakhir itu dikutip dari Amsal 15:16.
2. Utamakan
hal-hal rohani / kekal, seperti:
a. Belajar
Firman Tuhan.
b. Berdoa.
c. Menguduskan
diri.
d. Melayani
sesuai kehendak Tuhan, memberitakan Injil, dan sebagainya.
Juga
lakukanlah tugas pelayanan saudara, pemberitaan Injil dsb, tanpa
takut kepada orang-orang yang hanya bisa membunuh tubuh, karena nyawa
saudara tidaklah terletak di tangan manusia manapun, tetapi di tangan
Tuhan (bdk. Mat 10:27-31)!
-AMIN-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar