8) Tuhan
mengeraskan orang-orang yang memang Ia tetapkan harus mati.
Yang
seperti ini ada beberapa contoh:
a) 1Sam
2:22-25 - “(22)
Eli telah sangat tua. Apabila didengarnya segala sesuatu yang
dilakukan anak-anaknya terhadap semua orang Israel dan bahwa mereka
itu tidur dengan perempuan-perempuan yang melayani di depan pintu
Kemah Pertemuan, (23) berkatalah ia kepada mereka: ‘Mengapa kamu
melakukan hal-hal yang begitu, sehingga kudengar dari segenap bangsa
ini tentang perbuatan-perbuatanmu yang jahat itu? (24) Janganlah
begitu, anak-anakku. Bukan kabar baik yang kudengar itu bahwa kamu
menyebabkan umat TUHAN melakukan pelanggaran. (25) Jika seseorang
berdosa terhadap seorang yang lain, maka Allah yang akan mengadili;
tetapi jika seseorang berdosa terhadap TUHAN, siapakah yang menjadi
perantara baginya?’ Tetapi
tidaklah didengarkan mereka perkataan ayahnya itu, sebab
TUHAN hendak mematikan mereka”.
Kalau
dilihat dari terjemahan kita, maupun terjemahan-terjemahan dari semua
Kitab Suci bahasa Inggris, maka ‘kehendak Tuhan untuk membunuh
mereka’ merupakan penyebab sehingga mereka dikeraskan oleh Tuhan
dan tidak mau mendengarkan nasehat ayah mereka. Tetapi ada
penafsir-penafsir yang mengubah kata ‘sebab’
menjadi ‘karena
itu’. Jadi
kalimat terakhir dari ay 25 itu menjadi “Tetapi
tidaklah didengarkan mereka perkataan ayahnya itu, karena
itu
TUHAN hendak mematikan mereka”.
Dengan demikian, maka ‘tidak mendengarnya mereka terhadap nasehat
ayah mereka’ merupakan penyebab dari kehendak Tuhan untuk membunuh
mereka. Saya memberi 4 contoh penafsir yang menafsirkan seperti itu.
Jamieson,
Fausset & Brown:
“‘They
hearkened not unto the voice of their father, because
(it should be ‘therefore’) the Lord would slay them.’ It was
not God’s pre-ordination, but their own willful and impenitent
disobedience, which was the cause of their destruction”
[= ‘Mereka tidak mendengarkan suara dari ayah mereka, karena
(itu seharusnya ‘karena itu’) Tuhan akan membunuh mereka’.
Bukan penentuan lebih dulu dari Allah, tetapi ketidak-taatan yang
sengaja dan tidak mau bertobat dari mereka sendiri, yang merupakan
penyebab dari kehancuran mereka].
Word
Biblical Commentary (tentang 1Sam 2:25):
“his
sons did not listen to him. Their
disobedience facilitated Yahweh’s plans to kill them (vv 22–25).
... Their failure to listen to their father or obey him functions
much like the hardening of Pharaoh’s heart: it justifies Yahweh’s
death threat against them. Since they would not hear, he took
pleasure in killing them”
[= anak-anaknya tidak mendengarkannya. Ketidak-taatan
mereka memudahkan rencana Yahweh untuk membunuh mereka (ay 22-25).
... Kegagalan mereka untuk mendengarkan ayah mereka atau mentaatinya
berfungsi seperti pengerasan hati Firaun: itu membenarkan ancaman
kematian dari Yahweh terhadap mereka. Karena mereka tidak mau
mendengar, Ia berkenan membunuh mereka].
The
Bible Exposition
Commentary: Old Testament:
“Hophni
and Phinehas had no respect for the Lord or for the office of their
father the high priest, so all God could do was judge them and
replace them with faithful servants”
(= Hofni dan Pinehas tidak mempunyai rasa hormat untuk Tuhan ataupun
untuk jabatan dari ayah mereka sang imam besar, sehingga semua yang
Allah bisa lakukan adalah menghakimi mereka dan menggantikan mereka
dengan pelayan-pelayan yang setia).
Adam
Clarke (tentang 2Sam 2:25):
“‘Because
the Lord would slay them.’ The particle kiy,
which we translate ‘because,’ and thus make their continuance in
sin the effect of God’s determination to destroy them, should be
translated ‘therefore,’ as it means in many parts of the sacred
writings. See Noldius’ Particles, where the very text in question
is introduced: Sed non auscultarunt, etc.; IDEO voluit Jehova eos
interficere; ‘But they would not hearken, etc.; THEREFORE God
purposed to destroy them.’ It was their not hearkening that induced
the Lord to will their destruction”
(= ‘Karena Tuhan hendak membunuh mereka’. Partikel KIY, yang kita
terjemahkan ‘karena’, dan dengan demikian membuat ‘terusnya
mereka dalam dosa’ sebagai hasil / akibat dari ‘penentuan Allah
untuk membunuh mereka’, harus diterjemahkan ‘karena itu’,
sebagaimana itu merupakan artinya dalam banyak bagian dari
tulisan-tulisan kudus. lihat Noldius’ Particles, dimana text yang
dipersoalkan ini dinyatakan: Sed
non auscultarunt, etc.; IDEO voluit Jehova eos interficere;
‘Tetapi mereka tidak mau mendengarkan, dst.; Karena
itu
Allah bermaksud / memutuskan untuk menghancurkan mereka’. Adalah
ketidak-mauan mereka mendengarkan yang menyebabkan Tuhan untuk
menghendaki kehancuran mereka).
Ada beberapa hal yang perlu saya
jelaskan tentang kata-kata Clarke ini:
1. Saya tak bisa menemukan dalam
kamus Ibrani bahwa kata Ibrani KI bisa diterjemahkan ‘karena
itu’.
2. Adalah aneh kalau Clarke
mengatakan bahwa dalam tulisan-tulisan kudus ada banyak
penterjemahan seperti itu, tetapi ia tidak memberikan satu contohpun.
3. Saya mencarinya sendiri
dengan menggunakan ‘Young’s
Analytical Concordance to the Bible’.
Buku konkordansi ini menunjukkan bahwa dalam KJV kata ‘therefore’
yang berasal dari kata Ibrani KI, hanya
satu, yaitu dalam
Kej 29:32.
Kej
29:32 - “Lea
mengandung, lalu melahirkan seorang anak laki-laki, dan menamainya
Ruben, sebab katanya: ‘Sesungguhnya TUHAN telah memperhatikan
kesengsaraanku; sekarang tentulah aku akan dicintai oleh suamiku.’”.
KJV:
‘And
Leah conceived, and bare a son, and she called his name Reuben: for
she said, Surely
the LORD hath looked upon my affliction; now therefore
my husband will love me.’
(= Dan Lea mengandung, dan melahirkan seorang anak laki-laki, dan ia
memanggil / menyebut namanya Ruben: karena ia berkata, Pastilah
TUHAN telah melihat penderitaanku; karena
itu
sekarang suamiku akan mencintai aku).
NKJV:
“So Leah conceived
and bore a son, and she called his name Reuben; for she said, ‘The
LORD has surely
looked on my affliction. Now therefore,
my husband will love me.”.
Catatan:
dalam ayat ini ada 2 x kata Ibrani KI, yang pertama diterjemahkan
‘surely’
(= pastilah), dan yang kedua diterjemahkan ‘therefore’
(= karena itu).
Tetapi
saya berpendapat terjemahan KJV/NKJV ini menjadikan kalimatnya aneh,
dan RSV/NIV/NASB semua menterjemahkan yang pertama ‘because’
(= sebab) dan yang kedua ‘surely’
(= pastilah). ASV
menterjemahkan yang
pertama ‘because’
(= sebab) dan yang kedua ‘for’
(= karena).
RSV:
“And Leah conceived
and bore a son, and she called his name Reuben; for she said,
‘Because
the LORD has looked upon my affliction; surely
now my husband will love me.’”
(=
Dan Lea mengandung, dan melahirkan seorang anak laki-laki, dan ia
memanggil / menyebut namanya Ruben; karena ia berkata, ‘Sebab
TUHAN telah melihat penderitaanku; karena
itu
sekarang suamiku akan mencintai aku’.).
NIV:
“Leah became
pregnant and gave birth to a son. She named him Reuben, for she said,
‘It is because
the LORD has seen my misery. Surely
my husband will love me now.’”
(= Lea menjadi mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki. Ia
menamainya Ruben: karena ia berkata, Adalah karena
/ sebab
TUHAN telah melihat penderitaanku. Pastilah
suamiku akan mencintai aku sekarang).
NASB:
“Leah conceived and
bore a son and named him Reuben, for she said, ‘Because
the LORD has seen my affliction; surely
now my husband will love me.’” (=
Lea mengandung, dan melahirkan seorang anak laki-laki dan menamainya
Ruben, karena ia berkata, Sebab
/ karena
TUHAN telah melihat penderitaanku; pastilah
sekarang suamiku akan mencintai aku).
ASV:
“And Leah conceived,
and bare a son, and she called his name Reuben. For she said, Because
Jehovah hath looked upon my affliction. For
now my husband will love me”
(= Dan Lea mengandung, dan melahirkan seorang anak laki-laki, dan ia
memanggil / menyebut namanya Ruben. Karena ia berkata, Sebab
/ karena
TUHAN telah melihat penderitaanku. Karena
sekarang suamiku akan mencintai aku).
Jadi kesimpulannya, sebetulnya
tidak ada satu kasuspun dalam Alkitab dimana kata Ibrani KI harus
diterjemahkan ‘therefore’
(= karena itu)! Dan setahu saya memang tidak ada Kitab Suci bahasa
Inggris manapun yang menterjemahkan 1Sam 2:25b seperti
terjemahan Clarke itu.
KJV:
‘Notwithstanding
they hearkened not unto the voice of their father, because
the LORD would slay them’
(= Sekalipun demikian mereka tidak mendengarkan suara ayah mereka,
karena
TUHAN mau membunuh mereka).
RSV:
‘But they would not
listen to the voice of their father; for
it was the will of the LORD to slay them’
(= Tetapi mereka tidak mau mendengarkan suara ayah mereka; karena
merupakan kehendak TUHAN untuk membunuh mereka).
NIV:
‘His sons, however,
did not listen to their father’s rebuke, for
it was the LORD's will to put them to death’
(= Tetapi anak-anaknya tidak mendengar teguran ayah mereka, karena
merupakan kehendak TUHAN untuk membunuh mereka).
NASB:
‘But they would not
listen to the voice of their father, for
the LORD desired to put them to death’
(= Tetapi mereka tidak mau mendengarkan suara ayah mereka, karena
TUHAN berkeinginan untuk membunuh mereka).
ASV:
‘Notwithstanding,
they hearkened not unto the voice of their father, because
Jehovah was minded to slay them’
(= Sekalipun demikian, mereka tidak mendengarkan suara ayah mereka,
karena
Yehovah telah menentukan untuk membunuh mereka).
NKJV:
‘Nevertheless they
did not heed the voice of their father, because
the LORD desired to kill them’
(= Namun mereka tidak memperhatikan suara ayah mereka, karena
TUHAN menginginkan untuk membunuh mereka).
Dalam
Bible Works 8 ada 32 versi bahasa Inggris dan 30 diantaranya
menterjemahkan dengan menggunakan kata ‘because’
atau ‘for’
atau ‘since’,
yang semuanya berarti ‘karena’ / ‘sebab’. Lalu yang dua lagi
adalah yang di bawah ini.
a. YLT: ‘and
they hearken not to the voice of their father, though
Jehovah hath delighted to put them to death’
(= dan mereka tidak mendengarkan suara ayah mereka, sekalipun
Yehovah senang untuk membunuh mereka).
Terjemahan
ini rasanya tidak masuk akal, karena kalimatnya jadi sangat aneh;
tetapi ini beda dengan terjemahan Clarke.
b. GWN: ‘But
they wouldn’t listen to their father’s warning-the LORD wanted to
kill them’
(= Tetapi mereka tidak mau mendengar pada peringatan ayah
mereka-TUHAN mau / ingin membunuh mereka).
Terjemahan
ini membuang kata KI itu dan menggantikan dengan -. Ini juga aneh;
tetapi ini juga beda dengan terjemahan Clarke.
Mari
kita bandingkan dengan kata-kata dalam buku tafsiran Keil &
Delitzsch yang memang ahli dalam bahasa Ibrani, dan juga dengan
tafsiran dari para penafsir yang lain.
Keil
& Delitzsch:
“But
Eli’s sons did not listen to this admonition, which was designed to
reform daring sinners with mild words and representation; ‘for,’
adds the historian, ‘Jehovah was resolved to slay them.’ The
father’s reproof made no impression upon them, because they were
already given up to the judgment of hardening”
(= Tetapi anak-anak Eli tidak mendengarkan pada nasehat ini, yang
dirancang untuk mereformasi orang-orang berdosa yang berani dengan
kata-kata dan gambaran yang ringan; ‘karena’,
sang sejarawan menambahkan, ‘Yehovah memutuskan untuk membunuh
mereka’. Teguran sang ayah tidak membuat pengaruh pada mereka,
karena mereka telah diserahkan pada penghukuman dari pengerasan).
Jadi
jelas bahwa penafsir ini menterjemahkan kata KI sebagai ‘for’
(= karena), sama seperti semua terjemahan Kitab Suci bahasa Inggris
yang lain.
Barnes’
Notes: “‘Because
the LORD would slay them.’ ... It may be explained by saying that
in the case of Hophni and Phinehas God’s will to kill them was
founded upon His foreknowledge of their impenitence; while from
another point of view, in which God’s will is the fixed point, that
impenitence may be viewed in its relation to that fixed point, and so
dependent upon it, and a necessary step to it”
(= ‘Karena TUHAN mau membunuh mereka’. ... Itu
bisa dijelaskan dengan mengatakan bahwa dalam kasus Hofni dan Pinehas
kehendak Allah untuk membunuh mereka didasarkan pada
pra-pengetahuanNya tentang tidak mau bertobatnya mereka;
sementara
dari sudut pandang yang lain, dalam mana kehendak Allah adalah titik
yang tertentu / pasti, suatu ketidak-mauan bertobat bisa dipandang
dalam hubungannya dengan titik yang tertentu / pasti itu, dan begitu
tergantung padanya, dan merupakan suatu langkah yang perlu
kepadanya).
Catatan:
yang saya beri garis bawah tunggal adalah pandangan Arminian, dan
yang saya beri garis bawah ganda adalah pandangan Reformed /
Calvinist.
Matthew
Henry (tentang 2Sam 2:25b):
“They
‘hearkened not to their father,’ though he was also a judge. They
had no regard either to his authority or to his affection, which was
to them an evident token of perdition; it was ‘because the Lord
would slay them.’ They had long hardened their hearts, and now God,
in a way of righteous judgment, hardened their hearts, and seared
their consciences, and withheld from them the grace they had resisted
and forfeited. Note,
Those that are deaf to the reproofs of wisdom are manifestly marked
for ruin. The Lord has ‘determined to destroy
them,’
2 Chron 25:16. See Prov 29:1”
(= Mereka ‘tidak mendengarkan ayah mereka’, sekalipun ia juga
adalah seorang hakim. Mereka tidak mempunyai hormat pada otoritasnya
ataupun pada kasihnya, yang bagi mereka merupakan ‘suatu tanda yang
jelas dari kebinasaan’; itu adalah ‘karena Tuhan hendak membunuh
mereka’. Mereka telah lama mengeraskan
hati mereka, dan sekarang Allah, dengan suatu cara penghakiman yang
benar, mengeraskan hati mereka, dan menghanguskan hati nurani mereka,
dan menahan dari mereka kasih karunia yang telah mereka tolak dan
hilang dari mereka. Perhatikan,
Mereka yang tuli terhadap hikmat secara nyata / jelas ditandai untuk
kehancuran. Tuhan telah ‘menentukan untuk menghancurkan mereka’,
2Taw 25:16. Lihat Amsal 29:1).
Amsal
29:1 - “Siapa
bersitegang leher, walaupun telah mendapat teguran, akan
sekonyong-konyong diremukkan tanpa dapat dipulihkan lagi”.
2Taw
25:16 akan kita lihat di bawah.
Saya secara mutlak memilih
terjemahan-terjemahan / penafsiran-penafsiran ini. Jadi, memang Tuhan
sudah mempunyai kehendak untuk membunuh Hofni dan Pinehas, dan karena
itu, Ia mengeraskan hati mereka, sehingga mereka tidak mau
mendengarkan nasehat ayah mereka.
Bandingkan
ini dengan kata-kata Pdt. Stephen Tong: “Alkitab
tidak pernah mencatat si anu mati di dalam kehendak Allah. Lagi pula,
mana mungkin Allah menghendaki seorang mati?”.
Dengan
kata-kata ‘mana
mungkin Allah menghendaki seorang mati?’,
saya kira Pdt. Stephen Tong melupakan ayat-ayat ini:
Yes 55:8-9 - “(8)
Sebab rancanganKu bukanlah rancanganmu, dan jalanmu bukanlah jalanKu,
demikianlah firman TUHAN. (9) Seperti tingginya langit dari bumi,
demikianlah tingginya jalanKu dari jalanmu dan rancanganKu dari
rancanganmu”.
Ro 11:33-34 - “(33)
O,
alangkah dalamnya kekayaan, hikmat dan pengetahuan Allah!
Sungguh
tak terselidiki keputusan-keputusanNya dan sungguh tak terselami
jalan-jalanNya!
(34) Sebab, siapakah
yang mengetahui pikiran Tuhan?
Atau siapakah yang pernah menjadi penasihatNya?”.
b) Ul
2:24,30 - “(24)
Bersiaplah kamu, berangkatlah dan seberangilah sungai Arnon.
Ketahuilah, Aku
menyerahkan Sihon, raja Hesybon, orang Amori itu, beserta negerinya
ke dalam tanganmu;
mulailah menduduki negerinya dan seranglah Sihon. … (30) Tetapi
Sihon,
raja Hesybon, tidak mau memberi kita berjalan melalui daerahnya,
sebab TUHAN, Allahmu, membuat dia keras kepala dan tegar hati, dengan
maksud menyerahkan dia ke dalam tanganmu, seperti yang terjadi
sekarang ini”.
Calvin
(tentang Ul 2:24):
“Scripture,
as we see, has not placed God in a watch-tower, from which He may
behold at a distance what things are about to be; but teaches that He
is the director (moderatorem)
of
all things; and that He subjects to His will, not only the events of
things, but the designs and affections of men also. ... why did God
harden the heart of Sihon? that ‘He might deliver him into the
hand’ of His people to be slain; because He willed that he should
perish, and had destined his land for the Israelites”
(= Kitab
Suci, seperti yang kita lihat, tidak menempatkan Allah di sebuah
menara penjaga, dari mana Ia bisa melihat dari jarak jauh hal-hal apa
yang akan terjadi; tetapi mengajar bahwa Ia adalah pengarah dari
segala sesuatu; dan bahwa Ia menundukkan pada kehendakNya, bukan
hanya peristiwa-peristiwa, tetapi juga rancangan dan
perasaan-perasaan manusia. ... mengapa Allah mengeraskan hati Sihon?
supaya ‘Ia bisa menyerahkannya ke dalam tangan’ dari umatNya
untuk dibunuh; karena Ia menghendaki bahwa ia harus mati, dan telah
menentukan tanah / negaranya bagi orang-orang Israel).
Adam
Clarke menghubungkan pengerasan Allah terhadap Sihon dengan
pengerasan Allah terhadap Firaun (Kel 4:21), dan ia menganggap,
bahwa semua ini hanya merupakan sesuatu yang diijinkan oleh Allah!
Kel
4:21 - “Firman
TUHAN kepada Musa: ‘Pada waktu engkau hendak kembali ini ke Mesir,
ingatlah, supaya segala mujizat yang telah Kuserahkan ke dalam
tanganmu, kauperbuat di depan Firaun. Tetapi Aku
akan mengeraskan hatinya, sehingga ia tidak membiarkan bangsa itu
pergi”.
Adam
Clarke (tentang Kel 4:21):
“All
those who have read the Scriptures with care and attention, know well
that God is frequently represented in them as doing what he only
permits to be done. So because a man has grieved his Spirit and
resisted his grace he withdraws that Spirit and grace from him, and
thus he becomes bold and presumptuous in sin. Pharaoh made his own
heart stubborn against God, Ex
9:34;
and God gave him up to judicial blindness, so that he rushed on
stubbornly to his own destruction. From the whole of Pharaoh’s
conduct we learn that he was bold, haughty, and cruel; and God chose
to permit these dispositions to have their full sway in his heart
without check or restraint from divine influence”
(= Semua mereka yang telah membaca Kitab Suci dengan teliti dan
perhatian, tahu dengan baik bahwa Allah sering digambarkan dalam
Kitab Suci sebagai melakukan apa yang Ia hanya ijinkan untuk
dilakukan. Jadi karena seseorang telah mendukakan RohNya dan menolak
kasih karuniaNya, Ia menarik Roh dan kasih karunia itu dari dia, dan
dengan demikian ia menjadi berani dan sombong / kurang ajar dalam
dosa. Firaun membuat hatinya sendiri tegar terhadap Allah, Kel 9:34;
dan Allah menyerahkannya pada kebutaan yang bersifat penghakiman,
sehingga ia lari dengan keras kepala pada kehancurannya sendiri. Dari
seluruh tingkah laku Firaun kita belajar bahwa ia adalah berani,
sombong, dan kejam; dan Allah memilih untuk membiarkan
kecenderungan-kecenderungan ini untuk mendapatkan pengaruh yang penuh
dalam hatinya tanpa pencegahan atau pengekangan dari pengaruh ilahi).
Ada
beberapa hal yang bisa diberikan sebagai jawaban terhadap kata-kata
Clarke ini:
1. Ayatnya tidak menggunakan
kata ‘ijin’ atau ‘mengijinkan’, tetapi ‘membuat keras’,
‘mengeraskan’ dan sebagainya.
2. Kalau itu dianggap hanya
sebagai sekedar / semata-mata ijin, maka itu menyebabkan rencana
Allah tergantung kepada manusia.
3. Dalam
kasus Firaun, perlu diketahui bahwa dari dua hal ini, yaitu ‘Tuhan
mengeraskan hati Firaun’, dan ‘Firaun mengeraskan hatinya
sendiri’, yang muncul pertama adalah ‘Tuhan mengeraskan hati
Firaun’, yaitu dalam Kel 4:21. Lalu terjadi lagi dalam Kel 7:3.
Kel 5 hanya menunjukkan penolakan Firaun, tetapi tidak ada
kata-kata ‘Firaun mengeraskan hatinya’. Ini baru muncul dalam
Kel 7:13-14,22 Kel 8:15. Lalu dalam Kel 9:12
dikatakan lagi ‘Tuhan mengeraskan hati Firaun’, dan Kel 9:34-35
dikatakan lagi bahwa ‘Firaun mengeraskan hati’. Kel 10:20,27
Kel 11:10 muncul lagi ‘Tuhan mengeraskan hati Firaun’.
Juga
setelah Firaun membiarkan bangsa Israel pergi, lalu dikatakan lebih
dulu bahwa ‘Tuhan mengeraskan hatinya’ (Kel 14:4,8), dan ini
yang menyebabkan Firaun mengejar bangsa Israel. Di sini tak dikatakan
‘Firaun mengeraskan hatinya’. Hanya diceritakan kalau ia mengejar
bangsa Israel.
Jadi
adalah mustahil untuk menafsirkan bahwa karena Firaun mengeraskan
hatinya, maka Tuhan membiarkan / mengijinkan ia keras hati.
Sebetulnya semua orang yang tidak percaya keras hatinya, dan baru
bisa bertobat kalau Tuhan melunakkan hatinya.
Yeh
11:19 - “Aku
akan memberikan mereka hati yang lain dan roh yang baru di dalam
batin mereka; juga Aku akan menjauhkan dari tubuh mereka hati yang
keras dan memberikan mereka hati yang taat”.
Yeh
36:26 - “Kamu
akan Kuberikan hati yang baru, dan roh yang baru di dalam batinmu dan
Aku akan menjauhkan dari tubuhmu hati yang keras dan Kuberikan
kepadamu hati yang taat”.
Dalam
kasus-kasus dimana Allah memang menghendaki seseorang binasa, maka Ia
tidak melunakkan hati orang itu (ini sama dengan mengeraskan hati
orang itu), sehingga orang itu tetap jahat, atau bahkan bertambah
jahat, dan lalu Tuhan membinasakan mereka.
4. Apa bedanya Firaun dengan
Paulus? Keduanya sama-sama jahat, kejam dan sebagainya. Mengapa
Paulus bertobat dan Firaun tidak? Karena Firaun tegar dan Paulus
tidak? Kalau begitu Paulus selamat dan Firaun tidak, karena Paulus
lebih baik dari pada Firaun. Ini jelas kesimpulan yang sesat, tetapi
inilah yang didapatkan kalau kita tidak meletakkan pertobatan mereka
sepenuhnya dalam tangan / kehendak Allah!
c) Yos
11:19-20 - “(19)
Tidak ada satu kotapun yang mengadakan ikatan persahabatan dengan
orang Israel, selain dari pada orang Hewi yang diam di Gibeon itu,
semuanya telah direbut mereka dengan berperang. (20) Karena TUHAN
yang menyebabkan hati orang-orang itu menjadi keras, sehingga mereka
berperang melawan orang Israel, supaya mereka ditumpas, dan jangan
dikasihani, tetapi dipunahkan,
seperti yang diperintahkan TUHAN kepada Musa”.
d) 2Taw 25:16
- “Waktu
nabi sedang berbicara, berkatalah Amazia kepadanya: Apakah kami telah
mengangkat engkau menjadi penasihat raja? Diamlah! Apakah engkau mau
dibunuh?’ Lalu diamlah nabi itu setelah berkata: ‘Sekarang aku
tahu, bahwa Allah
telah menentukan akan membinasakan engkau,
karena engkau telah berbuat hal ini, dan tidak mendengarkan
nasihatku!’”.
Bdk.
2Taw 25:20 - “Tetapi
Amazia
tidak mau mendengarkan; sebab hal itu telah ditetapkan Allah
yang hendak menyerahkan mereka ke dalam tangan Yoas, karena mereka
telah mencari allah orang Edom”.
Penolakan
Amazia terhadap nasehat nabi membuat nabi itu yakin / tahu bahwa
Allah telah menentukan
supaya Amazia tidak mendengarkan nasehatnya, karena Allah hendak
menyerahkannya ke tangan Yoas. Jelas bahwa penolakan Amazia terhadap
nasehat nabi, yang jelas merupakan suatu dosa, termasuk dalam
pelaksanaan Rencana Allah.
9) Kel 9:12-16 - “(12)
Tetapi TUHAN mengeraskan hati Firaun, sehingga ia tidak mendengarkan
mereka - seperti yang telah difirmankan TUHAN kepada Musa. (13)
Berfirmanlah TUHAN kepada Musa: ‘Bangunlah pagi-pagi dan berdirilah
menantikan Firaun dan katakan kepadanya: Beginilah firman TUHAN,
Allah orang Ibrani: Biarkanlah umatKu pergi, supaya mereka beribadah
kepadaKu. (14) Sebab sekali ini Aku akan melepaskan segala tulahKu
terhadap engkau sendiri, terhadap pegawai-pegawaimu dan terhadap
rakyatmu, dengan maksud supaya engkau mengetahui, bahwa tidak ada
yang seperti Aku di seluruh bumi. (15) Bukankah
sudah
lama Aku dapat mengacungkan tanganKu untuk membunuh engkau dan
rakyatmu
dengan penyakit sampar, sehingga engkau terhapus dari atas bumi; (16)
akan tetapi inilah sebabnya Aku
membiarkan engkau hidup,
yakni supaya memperlihatkan kepadamu kekuatanKu, dan supaya namaKu
dimasyhurkan di seluruh bumi”.
Ay
15 terjemahan KJV salah.
KJV:
‘For now I will
stretch out my hand, that I may smite thee and thy people with
pestilence; and thou shalt
be cut off from the earth’
(= Karena sekarang Aku akan
mengulurkan tanganKu, supaya Aku bisa memukul engkau dan rakyatmu
dengan wabah / penyakit sampar; dan engkau akan
dihapuskan dari bumi).
RSV:
‘For by now I could
have put forth my hand and struck you and your people with
pestilence, and you would have been cut off from the earth;’
(= Karena Aku bisa telah
mengulurkan tanganKu dan memukul engkau dan rakyatmu dengan wabah /
penyakit sampar; dan
engkau akan sudah
dihapuskan dari bumi). NIV/NASB ≈
RSV.
Kel 9:15-16 ini secara
sangat jelas menunjukkan bahwa orang itu hidup atau mati semuanya
tergantung Tuhan! Tuhan bisa saja telah membunuh mereka dari dulu.
Kalau Ia menahan diri dari hal itu, itu disebabkan Ia mempunyai
rencana tertentu.
Matthew
Henry: “Note,
God sometimes raises up very bad men to honour and power, spares them
long, and suffers them to grow insufferably insolent, that he may be
so much the more glorified in their destruction at last. See how the
neighbouring nations, at that time, improved the ruin of Pharaoh to
the glory of God. Jethro said upon it, ‘Now know I that the Lord is
greater than all gods,’ ch. 18:11”
(= Perhatikan, Allah kadang-kadang membangkitkan / menaikkan
orang-orang yang sangat jahat pada kehormatan dan kuasa, menyimpan
mereka untuk waktu yang lama, dan membiarkan mereka untuk bertumbuh
menjadi kurang ajar secara tak tertahankan, supaya pada akhirnya Ia
bisa begitu jauh lebih dipermuliakan dalam kehancuran mereka. Lihat
bagaimana bangsa-bangsa tetangga, pada saat itu, menjadi lebih baik
dalam memuliakan Allah karena kehancuran Firaun. Yitro berkata
tentangnya, ‘Sekarang aku tahu bahwa Tuhan itu lebih besar dari
semua allah-allah / dewa-dewa’, pasal 18:11).
Kel
18:8-12 - “(8)
Sesudah itu Musa menceritakan kepada mertuanya segala yang dilakukan
TUHAN kepada Firaun dan kepada orang Mesir karena Israel dan segala
kesusahan yang mereka alami di jalan dan bagaimana TUHAN
menyelamatkan mereka. (9) Bersukacitalah
Yitro tentang segala kebaikan, yang dilakukan TUHAN kepada orang
Israel, bahwa Ia telah menyelamatkan mereka dari tangan orang Mesir.
(10) Lalu kata Yitro: ‘Terpujilah TUHAN, yang telah menyelamatkan
kamu dari tangan orang Mesir dan dari tangan Firaun. (11) Sekarang
aku tahu, bahwa TUHAN lebih besar dari segala allah; sebab Ia telah
menyelamatkan bangsa ini dari tangan orang Mesir, karena memang
orang-orang ini telah bertindak angkuh terhadap mereka.’
(12) Dan Yitro, mertua Musa, mempersembahkan korban bakaran dan
beberapa korban sembelihan bagi Allah; lalu Harun dan semua tua-tua
Israel datang untuk makan bersama-sama dengan mertua Musa di hadapan
Allah”.
10) Dan 5:23 - “Tuanku
meninggikan diri terhadap Yang Berkuasa di sorga: perkakas dari
BaitNya dibawa orang kepada tuanku, lalu tuanku serta para pembesar
tuanku, para isteri dan para gundik tuanku telah minum anggur dari
perkakas itu; tuanku telah memuji-muji dewa-dewa dari perak dan emas,
dari tembaga, besi, kayu dan batu, yang tidak dapat melihat atau
mendengar atau mengetahui, dan tidak tuanku muliakan Allah,
yang menggenggam nafas tuanku dan menentukan segala jalan tuanku”.
Matthew
Henry: “not
only from his hand our breath was at first, but ‘in his hand our
breath is’ still; it is he that ‘holds our souls in life,’ and,
if he ‘take away our breath, we die.’ Our times being ‘in his
hand,’ so is our breath, by which our times are measured. ‘In him
we live, and move, and have our being;’ we live by him, live upon
him, and cannot live without him. ‘The way of man is not in
himself,’ not at his own command, at his own disposal, ‘but his
are all our ways;’ for our hearts are in his hand, and so are the
hearts of all men, even of kings, who seem to act most as
free-agents”
(= bukan hanya dari tanganNya nafas kita mula-mula, tetapi nafas kita
tetap ada dalam tanganNya; adalah Dia yang memegang jiwa kita dalam
kehidupan, dan jika Ia mengambil nafas kita, kita mati. Waktu kita
ada dalam tanganNya, demikian juga nafas kita, dengan mana waktu kita
diukur. ‘Dalam Dia kita hidup, kita bergerak, kita ada’; kita
hidup oleh Dia, hidup dalam Dia, dan tidak bisa hidup tanpa Dia.
‘Jalan manusia bukan dalam dirinya sendiri’, bukan ada dalam
kuasanya sendiri, ada dalam kontrol kita, ‘tetapi semua jalan kita
adalah milikNya’; karena hati kita ada dalam tanganNya, dan
demikian juga hati semua manusia, bahkan hati dari raja-raja, yang
kelihatannya bertindak sebagai agen-agen yang paling bebas).
Kis 17:28
- “Sebab
di
dalam Dia kita hidup, kita bergerak, kita ada,
seperti yang telah juga dikatakan oleh pujangga-pujanggamu: Sebab
kita ini dari keturunan Allah juga”.
Yer 10:23
- “Aku
tahu, ya TUHAN, bahwa manusia tidak berkuasa untuk menentukan
jalannya, dan orang yang berjalan tidak berkuasa untuk menetapkan
langkahnya”.
Barnes’
Notes: “that
great Being who keeps you in existence, and who has power to take
away your life at any moment. What is here said of Belshazzar is true
of all men - high and low, rich and poor, bond and free, princes and
people. It is a deeply affecting consideration, that the breath, on
which our life depends, and which is itself so frail a thing, is in
the ‘hand’ of a Being who is invisible to us, over whom we can
have no control; who can arrest it when he pleases; who has given us
no intimation when he will do it, and who often does it so suddenly
as to defy all previous calculation and hope. Nothing
is more absolute than the power which God holds over the breath of
men,
yet there is nothing which is less recognized than that power, and
nothing which men are less disposed to acknowledge than their
dependence on him for it”
(= Allah yang besar itu yang menjaga kamu untuk tetap ada, dan yang
mempunyai kuasa untuk mengambil nyawamu pada setiap saat. Apa yang
dikatakan di sini tentang Belsyazar adalah benar tentang semua
manusia - tinggi dan rendah, kaya dan miskin, budak atau merdeka,
pangeran-pangeran dan rakyat. Merupakan suatu pertimbangan yang
mempengaruhi secara mendalam, bahwa nafas, pada mana hidup / nyawa
kita tergantung, dan yang merupakan sesuatu yang begitu lemah, ada
dalam tangan dari Allah yang tak terlihat oleh kita, atas siapa kita
tidak bisa mempunyai kontrol; yang bisa menahan / menghentikannya
pada saat yang Ia senangi; yang tidak memberi kita isyarat kapan Ia
akan melakukannya, dan yang seringkali melakukannya dengan begitu
mendadak sehingga menentang semua perhitungan dan pengharapan
sebelumnya. Tak
ada apapun yang lebih mutlak dari pada kuasa yang Allah pegang atas
nafas manusia,
tetapi tidak ada apapun yang lebih kurang dikenali / disadari dari
pada kuasa itu, dan tidak ada apapun yang manusia kurang mau untuk
mengakui dari pada ketergantungan mereka kepadaNya untuk itu).
11) Maz 139:16 - “mataMu
melihat selagi aku bakal anak, dan dalam kitabMu semuanya tertulis
hari-hari
yang akan dibentuk, sebelum ada satupun dari padanya”.
KJV:
‘my members’
(= anggota-anggotaku).
RSV/NASB/ASV/NKJV:
‘the days’
(= hari-hariku).
NIV:
‘All the days’
(= Semua hari-hariku).
Barnes’
Notes: “‘All
my members were written.’ The words ‘my members’ are not in the
original. The Hebrew is, as in the margin, ‘all of them.’ The
reference may be, not to the members of his body, but to his ‘days’
... and then the sense would be, all my ‘days,’ or all the
periods of my life, were delineated in thy book. That is, When my
substance - my form - was not yet developed, when yet an embryo, and
when
nothing could be determined from that by the eye of man as to what I
was to be, all the future was known to God, and was written down -
just what should be my form and vigor; how
long I should live;
what I should be; what would be the events of my life”
(= ‘Semua anggota-anggotaku telah ditulis’. Kata-kata
‘anggota-anggota’ tidak ada dalam bahasa aslinya. Bahasa
Ibraninya adalah seperti pada catatan tepi, ‘semua mereka’.
Hubungannya mungkin bukan pada anggota-anggota tubuhnya,
tetapi pada ‘hari-hari’nya ... dan lalu artinya akan menjadi,
semua ‘hari-hari’ku, atau semua periode dari hidupku, digambarkan
/ dituliskan dalam kitabMu. Artinya, Pada waktu zatku - bentukku -
belum berkembang, pada waktu masih suatu embrio, dan pada waktu tidak
ada apapun bisa ditentukan dari itu oleh mata manusia berkenaan
dengan aku akan jadi apa, seluruh masa depan diketahui oleh Allah,
dan dituliskan - bagaimana bentukku dan kekuatanku; berapa
lama aku harus hidup;
aku akan jadi apa; bagaimana peristiwa-peristiwa dari hidupku).
Word
Biblical Commentary:
“Yahweh
has foreknowledge of all the psalmist’s days, the period of his
life (cf. Gen 25:7). ... Here divine foreknowledge of length of life
is evidently in view (cf. Exod 32:32–33; Job 14:5; Ps 69:29 [28]
[Gunkel, 588; Weiser, 806])”
[= Yahweh mempunyai pra pengetahuan tentang semua hari dari sang
pemazmur, masa / priode dari hidupnya (bdk. Kej 25:7). ... Di sini
pra pengetahuan ilahi tentang panjangnya kehidupan tampak dengan
jelas {bdk. Kel 32:32-33; Ayub 14:5; Maz 69:29 (28)
(Gunkel, 588; Weiser, 806)}]
- Libronix.
James
Montgomery Boice (tentang Maz 139:16):
“From
that very first moment, God knew him and had ordained what his life
was to be”
(= Dari saat paling awal itu, Allah mengenalnya dan telah menentukan
hidupnya harus menjadi apa)
- Libronix.
-bersambung-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar