12) Mat 10:27-31 - “(27)
Apa yang Kukatakan kepadamu dalam gelap, katakanlah itu dalam terang;
dan apa yang dibisikkan ke telingamu, beritakanlah itu dari atas atap
rumah. (28) Dan janganlah kamu takut kepada mereka yang dapat
membunuh tubuh, tetapi yang tidak berkuasa membunuh jiwa; takutlah
terutama kepada Dia yang berkuasa membinasakan baik jiwa maupun tubuh
di dalam neraka. (29) Bukankah burung pipit dijual dua ekor seduit?
Namun seekorpun dari padanya tidak akan jatuh ke bumi di
luar kehendak Bapamu.
(30) Dan kamu, rambut kepalamupun terhitung semuanya. (31) Sebab itu
janganlah kamu takut, karena kamu lebih berharga dari pada banyak
burung pipit”.
KJV:
‘without
your Father’
(= tanpa Bapamu).
Kata
‘kehendak’
(ay 29) sebetulnya tidak ada.
Jamieson,
Fausset & Brown (tentang Mat 10:29):
“‘And
one of them shall not fall on the ground (exhausted or killed)
without your Father’ - ‘Not one of them is forgotten before God,’
as it is in Luke”
[= Dan seekorpun dari mereka tidak akan jatuh ke tanah (kelelahan
atau dibunuh) tanpa Bapamu’ - ‘Tak seekorpun dari mereka
dilupakan di hadapan Allah’, seperti dalam Lukas].
Luk 12:6-7
- “(6)
Bukankah burung pipit dijual lima ekor dua duit? Sungguhpun demikian
tidak seekorpun dari padanya yang
dilupakan Allah,
(7) bahkan rambut kepalamupun terhitung semuanya. Karena itu jangan
takut, karena kamu lebih berharga dari pada banyak burung pipit”.
Luk
21:18 - “Tetapi
tidak sehelaipun dari rambut kepalamu akan hilang”.
KJV/RSV/NIV/NASB:
‘perish’
(= mati / binasa).
Catatan:
Luk 21:8 ini kontextnya berbeda, tetapi juga menunjukkan
perlindungan Tuhan terhadap anak-anakNya.
Burung
pipit begitu murah sehingga kalau 1 duit dapat 2 ekor, maka kalau 2
duit dapat 5 ekor (buy
four get one free!),
tetapi tetap burung pipit ini dijaga / diperhatikan oleh Bapa.
Adam
Clarke (tentang Mat 10:29):
“The
doctrine intended to be inculcated is this: The
providence of God extends to the minutest things; everything is
continually under the government and care of God, and nothing occurs
without his will or permission; if then he regards sparrows, how much
more man, and how much more still the soul that trusts in him!
... ‘Without your Father.’ Without the
will
of your Father: tees
boulees,
the will or counsel, is added here by Origen, Coptic, all the Arabic,
latter Persic, Gothic, all the Itala except two; Tertullian,
Irenaeus, Cyprian, Novatian, and other Latin fathers. If the evidence
be considered as insufficient to entitle it to admission into the
text, let it stand there as a supplementary italic word, necessary to
make the meaning of the place evident. All
things are ordered by the counsel of God.
This is a great consolation to those who are tried and afflicted. The
belief of an all-wise, all-directing Providence, is a powerful
support under the most grievous accidents of life. Nothing escapes
his merciful regards, not even the smallest things of which he may be
said to be only the creator and preserver; how much less those of
whom he is the Father, Saviour, and endless felicity!”
(= Doktrin / ajaran yang dimaksudkan untuk ditanamkan di sini adalah
ini: Providensia Allah meluas pada hal-hal yang paling kecil; segala
sesuatu secara terus menerus ada di bawah pemerintahan dan penjagaan
/ kepedulian Allah, dan tak ada apapun yang terjadi tanpa kehendak
atau ijinNya; maka jika Ia mempedulikan burung pipit, betapa lebih
lagi manusia, dan betapa lebih lagi jiwa yang percaya kepadaNya! ...
‘Tanpa Bapamu’. Tanpa kehendak
Bapamu: tees
boulees,
‘kehendak’ atau ‘rencana’, ditambahkan di sini oleh Origen,
Coptic, semua bahasa Arab, Persic yang belakangan, Gothic, semua
bahasa Itala kecuali dua; Tertullian, Irenaeus, Cyprian, Novatian,
dan bapa-bapa gereja Latin yang lain. Jika bukti itu dianggap sebagai
tidak cukup untuk memberinya hak untuk masuk ke dalam text, biarlah
itu berada di sana sebagai kata yang dicetak miring dan bersifat
penambahan, perlu untuk membuat jelas arti dari bagian ini. Segala
sesuatu diatur / diperintah oleh rencana Allah.
Ini adalah suatu penghiburan yang besar bagi mereka yang dicobai dan
menderita. Kepercayaan tentang suatu Providensia yang seluruhnya
bijaksana dan mengarahkan, merupakan suatu dukungan yang kuat di
bawah kejadian-kejadian kehidupan yang paling menyedihkan. Tak ada
yang lolos dari kepedulianNya yang penuh belas kasihan, bahkan tidak
hal-hal yang terkecil tentang mana Ia bisa dikatakan hanya sebagai
pencipta dan pemelihara; apalagi mereka bagi siapa Ia adalah Bapa,
Juruselamat, dan kebahagiaan yang tak ada akhirnya).
Catatan:
aneh, orang ini jadi Reformed di sini!
Barnes’
Notes (tentang Mat 10:29):
“‘Without
your Father.’ That is, God, your Father, guides and directs its
fall. It falls only with HIS permission, and where HE chooses”
(= ‘Tanpa Bapamu’. Yaitu / artinya, Allah, Bapamu, membimbing dan
mengarahkan kejatuhannya. Ia jatuh hanya dengan ijinNYA, dan dimana
IA memilih tempatnya).
Carson
(tentang Mat 10:29-31):
“The
third reason for not being afraid is an a fortiori argument: If God’s
providence is so all embracing that not even a sparrow drops from the
sky apart from the will of God, cannot that same God be trusted to
extend his providence over Jesus’ disciples? ... God’s
sovereignty is not limited only to life-and-death issues; even the
hairs of our heads are counted. Jesus’ third argument against fear
is thus the very opposite of what is commonly advanced. People say
that God cares about the big things but not about little details. But
Jesus says that God’s sovereignty over the tiniest detail should
give us confidence that he also superintends the larger matters”
(= Alasan ketiga untuk tidak takut adalah suatu argumentasi a
fortiori:
Jika Providensia Allah begitu mencakup segala sesuatu sehingga bahkan
seekor burung pipit tidak jatuh dari langit terpisah dari kehendak
Allah, tidak bisakah Allah yang sama dipercaya untuk memperluas
providensiaNya kepada murid-murid Yesus? ... Kedaulatan Allah tidak
dibatasi hanya pada persoalan-persoalan hidup dan mati; bahkan rambut
kepala kita dihitung. Argumentasi ketiga dari Yesus terhadap rasa
takut adalah persis kebalikan dari apa yang biasanya diajukan.
Orang-orang berkata bahwa Allah peduli tentang hal-hal yang besar
tetapi tidak tentang detail-detail yang kecil. Tetapi Yesus berkata
bahwa kedaulatan Allah atas detail yang terkecil harus memberi kita
keyakinan bahwa Ia juga mengawasi / mengarahkan persoalan-persoalan
yang lebih besar)
- Libronix.
Catatan:
argumentasi a fortiori
adalah argumentasi yang lebih kuat dari argumentasi yang telah
diberikan sebelumnya.
Matthew
Henry (tentang Mat 10:29-31):
“Now
this God, who has such an eye to the sparrows, because they are his
creatures, much more will have an eye to you, who are his children.
If a sparrow die not ‘without your Father,’ surely a man does
not, - a Christian, - a minister, - my friend, my child. A bird falls
not into the fowler’s net, nor by the fowler’s shot, and so comes
not to be sold in the market, but according to the direction of
providence; ... ‘But the very hairs of your head are all numbered.’
This is a proverbial expression, denoting the account which God takes
and keeps of all the concernments of his people, even of those that
are most minute, and least regarded. ... If
God numbers their hairs, much more does he number their heads, and
take care of their lives, their comforts, their souls.
It intimates, that God takes more care of them, than they do of
themselves. They who are solicitous to number their money, and goods,
and cattle, yet were never careful to number their hairs, which fall
and are lost, and they never miss them: but God ‘numbers the hairs
of’ his people, and ‘not a hair of their head shall perish’
(Luke 21:18); not the least hurt shall be done them, but upon a
valuable consideration: so precious to God are his saints, and their
lives and deaths!”
[= Sekarang Allah ini, yang mempunyai perhatian seperti itu pada
burung-burung pipit, karena mereka adalah makhluk-makhluk ciptaanNya,
lebih-lebih lagi Ia akan memperhatikan kamu, yang adalah
anak-anakNya. Jika seekor burung pipit tidak mati ‘tanpa Bapamu’,
pastilah seorang manusia juga tidak, - seorang Kristen, - seorang
pendeta / pelayan, - sahabatku, anakku. Seekor burung tidak jatuh ke
dalam jerat seorang penangkap burung, ataupun oleh tembakan dari sang
penangkap burung, dan tidak akan sampai di pasar untuk dijual,
kecuali sesuai dengan pengarahan dari providensia; ... ‘Tetapi
rambut kepalamupun terhitung semuanya’. Ini merupakan suatu
ungkapan yang bersifat peribahasa, menunjukkan catatan yang Allah
buat dan pegang tentang semua perhatian tentang umatNya, bahkan
tentang hal-hal yang paling kecil, dan paling kurang dipedulikan. ...
Jika
Allah menghitung rambut mereka, lebih-lebih lagi Ia menghitung kepala
mereka, dan menjaga kehidupan mereka, hiburan / pertolongan mereka,
jiwa-jiwa mereka.
Itu mengisyaratkan bahwa Allah lebih peduli pada hal-hal itu dari
pada mereka sendiri mempedulikan hal-hal itu. Mereka yang cukup
mempunyai perhatian untuk menghitung uang, dan harta benda, dan
ternak mereka, tidak pernah menghitung rambut mereka, yang rontok dan
hilang, dan mereka tak pernah kehilangan rambut-rambut itu: tetapi
Allah menghitung rambut dari umatNya dan tak sehelai rambutpun dari
kepala mereka akan binasa (Luk 21:18); tak akan ada rasa sakit yang
terkecil akan dilakukan terhadap mereka, kecuali karena suatu
pertimbangan yang berharga: demikian berharga bagi Allah orang-orang
kudusNya, dan
kehidupan dan kematian mereka!].
Spurgeon
(tentang Mat 10:29-31):
“Those
birds are of little worth, and you are of far greater consideration
than many of them. God observes the death of a sparrow, and he much
more notes the lives and deaths of his people. Even the least part of
his children’s bodily frame has been registered. ‘The
very hairs of their head’
are counted and catalogued; and, to the most minute circumstance, all
their lives are under the arrangement of the Lord of love. Chance is
not in our creed: the decree of the Eternal Watcher rules our
destiny, and love is seen in every line of that decree. Since we
shall not suffer harm at the hand of men by their arbitrary conduct,
apart from the will and permission of our
Father,
let us be ready to bear with holy courage whatever the wrath of man
may bring upon us. God will not waste the life of one of his
soldiers; no, nor a hair of his head”
(= Burung-burung itu sedikit nilai / harganya, dan kamu merupakan
pertimbangan yang jauh lebih besar dari pada banyak dari mereka.
Allah memperhatikan kematian dari seekor burung pipit, dan betapa
lebih Ia memperhatikan kehidupan dan kematian dari umatNya. Bahkan
bagian terkecil dari kerangka tubuh anak-anakNya telah dicatat.
‘Rambut kepala mereka’ dihitung dan didaftarkan; dan, sampai pada
keadaan yang paling kecil, semua kehidupan mereka ada di bawah
pengaturan dari Tuhan dari kasih. ‘Kebetulan’ tidak ada dalam
pengakuan iman kita: ketetapan dari Penjaga Kekal mengatur /
memerintah nasib kita, dan kasih terlihat dalam setiap baris dari
ketetapan itu. Karena kita tidak akan mengalami kerugian / kerusakan
pada tangan manusia oleh tingkah laku yang sewenang-wenang, terpisah
dari kehendak dan ijin dari Bapa kita, hendaklah kita siap untuk
memikul dengan keberanian kudus apapun yang bisa dibawa oleh murka
manusia kepada kita. Allah tidak akan membuang-buang / memboroskan
kehidupan dari salah satu dari tentaraNya, tidak, tidak sehelai
rambutpun dari kepalanya)
- ‘The
Gospel of the Kingdom’
(Libronix).
III)
Orang Arminian menganggap bahwa umur / saat kematian bisa diubah.
1) Kematian
bisa dimajukan atau dimundurkan? Umur bisa dikurangi atau ditambah?
Ayub 14:5
- “Jikalau
hari-harinya sudah pasti, dan jumlah bulannya sudah tentu padaMu, dan
batas-batasnya sudah Kautetapkan, sehingga tidak dapat
dilangkahinya”.
Di
atas kita sudah membahas ayat ini, tetapi sekarang kita akan melihat
tafsiran Adam Clarke, seorang Arminian, tentang ayat ini.
Adam
Clarke (tentang Ayub 14:5):
“‘Seeing
his days are determined.’ The general term of human life is fixed
by God himself; in vain are all attempts to prolong it beyond this
term. ... Nor can death be avoided. Dust thou art, and unto dust thou
shalt return, is the law, ... But, although man cannot pass his
appointed bounds, yet he may so live as never to reach them; for
folly and wickedness abridge the term of human life; and therefore
the psalmist says, Bloody and deceitful men shall not live out HALF
their days, Ps 55:23, for by indolence, intemperance, and disorderly
passions, the life of man is shortened in cases innumerable. We are
not to understand the bounds as applying to individuals, but to the
race in general. Perhaps there is no case in which God has determined
absolutely that man’s age shall be so long, and shall neither be
more nor less. The contrary supposition involves innumerable
absurdities”
(= ‘Melihat hari-harinya ditentukan’. Masa hidup yang umum dari
kehidupan manusia ditentukan oleh Allah sendiri; sia-sia semua usaha
untuk memperpanjangnya melampaui masa hidup ini. ... Juga kematian
tidak bisa dihindari. ‘Dari debu engkau berasal, kepada debu engkau
akan kembali’, adalah hukumnya, ... Tetapi,
sekalipun manusia tidak bisa melampaui batasan-batasan yang
ditentukanNya, tetapi ia bisa hidup sedemikian rupa sehingga tak
pernah mencapainya; karena kebodohan dan kejahatan mempersingkat masa
hidup manusia; dan karena itu sang pemazmur berkata: ‘Orang
penumpah darah dan penipu tidak akan mencapai setengah
umurnya’, Maz 55:24, karena oleh kemalasan, tak adanya penguasaan
diri / minum minuman keras berlebihan, dan nafsu-nafsu yang kacau /
melanggar peraturan, hidup manusia diperpendek dalam kasus-kasus yang
tak terhitung / sangat banyak.
Kita
tidak boleh mengerti batasan-batasan itu sebagai diterapkan kepada
individu-individu, tetapi kepada bangsa secara umum. Mungkin tak ada
kasus dalam mana Allah telah menentukan secara mutlak bahwa umur
manusia akan sepanjang ini, dan tidak akan lebih atau kurang.
Anggapan yang bertentangan melibatkan / mencakup hal-hal menggelikan
yang sangat banyak).
Maz 55:24
- “Tetapi
Engkau, ya Allah, akan menjerumuskan mereka ke lubang sumur yang
dalam; orang
penumpah darah dan penipu tidak akan mencapai setengah umurnya.
Tetapi aku ini percaya kepadaMu”.
Catatan:
menurut saya ini adalah penafsiran yang sangat tolol! Tetapi Albert
Barnes memberikan penafsiran tentang Maz 55:24 ini dengan kata-kata
yang kurang lebih sama seperti komentar Clarke tentang Ayub 14:5.
Barnes’ Notes (tentang Maz
55:24): “‘Shall
not live out half their days.’ Margin, as in Hebrew, ‘shall not
halve their days.’ So the Septuagint, and the Latin Vulgate. The
statement is general, not universal. The meaning is, that they do not
live half as long as they might do, and would do, if they were ‘not’
bloody and deceitful. Beyond all question this is true. Such people
are either cut off in strife and conflict, in personal affrays in
duels, or in battle; or they are arrested for their crimes, and
punished by an ignominious death. Thousands and tens of thousands
thus die every year, who, ‘but’ for their evil deeds, might have
doubled the actual length of their lives; who might have passed
onward to old age respected, beloved, happy, useful. There is to all,
indeed, an outer limit of life. There is a bound which we cannot
pass. That natural limit, however, is one that in numerous cases is
much ‘beyond’ what people actually reach, though one to which
they ‘might’ have come by a course of temperance, prudence,
virtue, and piety. God
has fixed a limit beyond which we cannot pass; but, wherever that may
be, as arranged in his providence, it is our duty not to cut off our
lives ‘before’ that natural limit is reached; or, in other words,
it is our duty to live on the earth just as long as we can. Whatever
makes us come short of this is self-murder, for there is no
difference in principle between a man’s cutting off his life by the
pistol, by poison, or by the halter, and cutting it off by vice, by
crime, by dissipation, by the neglect of health, or by those habits
of indolence and self-indulgence which undermine the constitution,
and bring the body down to the grave. Thousands die each year whose
proper record on their graves would be ‘self-murderers.’
Thousands of young people are indulging in habits which, unless
arrested, ‘must’ have such a result, and who are destined to an
early grave - who will not live out half their days - unless their
mode of life is changed, and they become temperate, chaste, and
virtuous. One of the ablest lawyers that I have ever known - an
example of what often occurs - was cut down in middle life by the use
of tobacco. How many thousands perish each year, in a similar manner,
by indulgence in intoxicating drinks!”
(= ).
Matthew
Henry (tentang Maz 55:24):
“They
were bloody men, and cut others off, and therefore God will justly
cut them off: they were deceitful men, .. and
now God will cut them short, though not of that which was their due,
yet of that which they counted upon”
(= Mereka adalah orang-orang penumpah darah, dan membunuh orang-orang
lain, dan karena itu Allah dengan adil akan membunuh mereka: mereka
adalah orang-orang penipu, ... dan sekarang Allah akan memotong
mereka pendek, sekalipun
bukan dari apa yang merupakan hak / milik mereka, tetapi dari apa
yang mereka harapkan / perhitungkan).
Maz
139:16 - “mataMu
melihat selagi aku bakal anak, dan dalam kitabMu semuanya tertulis
hari-hari yang akan dibentuk, sebelum ada satupun dari padanya”.
Sekarang
perhatikan bagaimana penafsir ini menafsirkan ayat di atas ini.
The
Bible Exposition Commentary: Old Testament (tentang Maz 139:16):
“But
the Lord did more than design and form our bodies; He also planned
and determined our days (v. 16). This probably includes the length of
life (Job 14:5) and the tasks He wants us to perform (Eph 2:10; Phil
2:12-13). This is not some form of fatalism or heartless
predestination, for what we are and what He plans for us come from
God’s loving heart (33:11) and are the very best He has for us (Rom
12:2). If
we live foolishly, we might die before the time God has ordained, but
God’s faithful children are immortal until their work is done”
[= Tetapi Tuhan melakukan lebih dari pada merancang dan membentuk
tubuh kita; Ia juga merencanakan dan menentukan hari-hari kita (ay
16). Ini mungkin mencakup panjangnya kehidupan (Ayub 14:5) dan
tugas-tugas yang Ia inginkan untuk kita lakukan (Ef 2:10; Fil
2:12-13). Ini bukanlah sejenis fatalisme atau predestinasi tanpa hati
/ perasaan, karena apa adanya kita dan apa yang Ia rencanakan bagi
kita datang dari hati Allah yang penuh kasih (33:11) dan merupakan
yang terbaik yang Ia punyai untuk kita (Ro 12:2). Jika
kita hidup secara bodoh, kita bisa mati sebelum waktu yang Allah
tentukan, tetapi anak-anak yang setia dari Allah tidak bisa mati
sampai pekerjaan mereka dilakukan / diselesaikan].
Catatan:
saya tak mengerti mengapa Fil 2:12-13 Maz 33:11 dan Ro 12:2 dipakai
sebagai ayat referensi, karena semuanya tidak cocok.
Ef 2:10
- “Karena
kita ini buatan Allah, diciptakan dalam Kristus Yesus untuk melakukan
pekerjaan
baik, yang dipersiapkan Allah sebelumnya.
Ia mau, supaya kita hidup di dalamnya”.
Lenski
(tentang Mat 6:27):
“Worry
does not lengthen life, it usually shortens life”
(= Kekuatiran tidak memperpanjang hidup, itu biasanya mempersingkat
hidup).
Maz 102:24-25
- “(24)
Ia telah mematahkan kekuatanku di jalan, dan memperpendek
umurku.
(25) Aku berkata: ‘Ya Allahku, janganlah mengambil aku pada
pertengahan
umurku!
Tahun-tahunMu tetap turun-temurun!’”.
Pkh 8:13
- “Tetapi
orang yang fasik tidak akan beroleh kebahagiaan dan seperti
bayang-bayang ia tidak
akan panjang umur,
karena ia tidak takut terhadap hadirat Allah”.
Ul 4:25-26
- “(25)
Apabila kamu beranak cucu dan kamu telah tua di negeri itu lalu kamu
berlaku busuk dengan membuat patung yang menyerupai apapun juga, dan
melakukan apa yang jahat di mata TUHAN, Allahmu, sehingga kamu
menimbulkan sakit hatiNya, (26) maka aku memanggil langit dan bumi
menjadi saksi terhadap kamu pada hari ini, bahwa pastilah kamu habis
binasa dengan segera dari negeri ke mana kamu menyeberangi sungai
Yordan untuk mendudukinya; tidak
akan lanjut umurmu di sana,
tetapi pastilah kamu punah”.
Lalu
bagaimana dengan ayat-ayat yang mengatakan bahwa dengan melakukan
sesuatu seseorang bisa panjang umur?
Misalnya:
Kel
20:12 - “Hormatilah
ayahmu dan ibumu, supaya
lanjut umurmu
di tanah yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu”.
Adam
Clarke: “‘That
thy days may be long.’ This, as the apostle observes, Eph 6:2, is
the first commandment to which God has annexed a promise; and
therefore we may learn in some measure how important the duty is in
the sight of God. In Deut 5:16 it is said, ‘And that it may go well
with thee,’ we may therefore conclude that it will go ill with the
disobedient, and there is no doubt that the untimely deaths of many
young persons are the judicial consequence of their disobedience to
their parents. Most who come to an untimely end are obliged to
confess that this, along with the breach of the Sabbath, was the
principal cause of their ruin”
(= ‘Supaya lanjut umurmu’. Ini, seperti sang rasul amati, Ef 6:2,
adalah perintah / hukum yang pertama pada mana Allah telah
menambahkan suatu janji; dan karena itu kita bisa belajar dalam
ukuran tertentu betapa penting kewajiban ini dalam pandangan Allah.
Dalam Ul 5:16 dikatakan, ‘dan baik
keadaanmu’, dan karena itu kita boleh menyimpulkan bahwa akan buruk
keadaannya dengan orang-orang yang tidak taat, dan tidak ada keraguan
bahwa kematian-kematian yang terjadi sebelum waktunya dari banyak
orang-orang muda merupakan konsekwensi yang bersifat penghakiman dari
ketidak-taatan mereka kepada orang tua mereka. Kebanyakan dari mereka
yang sampai pada akhir / kematian yang sebelum waktunya harus
mengakui bahwa hal ini, bersama-sama dengan pelanggaran Sabat,
merupakan penyebab utama dari kehancuran mereka).
Catatan:
aneh dan tidak konsekwen! Dari ayat seperti Ayub 14:5 di atas,
Adam Clarke mengatakan bahwa usia manusia tidak bisa melampaui
batasan yang diberikan oleh Allah, tetapi bisa diperpendek. Lalu
mengapa dari ayat seperti Kel 20:12, ia tidak menyimpulkan bahwa
usia bisa diperpanjang, tetapi tetap mengatakan bisa diperpendek!
Padahal ayat ini berkata ‘supaya
lanjut umurmu’!
Dan ayat-ayat seperti ini ada banyak! Lihat-lihat ayat-ayat di bawah
ini:
Ul 4:40
- “Berpeganglah
pada ketetapan dan perintahNya yang kusampaikan kepadamu pada hari
ini, supaya baik keadaanmu dan keadaan anak-anakmu yang kemudian,
dan supaya
lanjut umurmu
di tanah yang diberikan TUHAN, Allahmu, kepadamu untuk selamanya.’”.
Ul 5:33
- “Segenap
jalan, yang diperintahkan kepadamu oleh TUHAN, Allahmu, haruslah
kamu jalani, supaya kamu hidup, dan baik keadaanmu serta lanjut
umurmu
di negeri yang akan kamu duduki.’”.
Ul 6:1-2
- “(1)
‘Inilah perintah, yakni ketetapan dan peraturan, yang aku ajarkan
kepadamu atas perintah TUHAN, Allahmu, untuk dilakukan di negeri, ke
mana kamu pergi untuk mendudukinya, (2) supaya seumur hidupmu engkau
dan anak cucumu takut akan TUHAN, Allahmu, dan berpegang pada segala
ketetapan dan perintahNya yang kusampaikan kepadamu, dan supaya
lanjut umurmu”.
Ul 11:8-9
- “(8)
‘Jadi kamu harus berpegang pada seluruh perintah yang kusampaikan
kepadamu pada hari ini, supaya kamu kuat untuk memasuki serta
menduduki negeri, ke mana kamu pergi mendudukinya, (9) dan supaya
lanjut umurmu
di tanah yang dijanjikan TUHAN dengan sumpah kepada nenek moyangmu
untuk memberikannya kepada mereka dan kepada keturunan mereka, suatu
negeri yang berlimpah-limpah susu dan madunya”.
Ul 11:18-21
- “(18)
Tetapi kamu harus menaruh perkataanku ini dalam hatimu dan dalam
jiwamu; kamu harus mengikatkannya sebagai tanda pada tanganmu dan
haruslah itu menjadi lambang di dahimu. (19) Kamu harus
mengajarkannya kepada anak-anakmu dengan membicarakannya, apabila
engkau duduk di rumahmu dan apabila engkau sedang dalam perjalanan,
apabila engkau berbaring dan apabila engkau bangun; (20) engkau
harus menuliskannya pada tiang pintu rumahmu dan pada pintu
gerbangmu, (21) supaya
panjang umurmu dan umur anak-anakmu
di tanah yang dijanjikan TUHAN dengan sumpah kepada nenek moyangmu
untuk memberikannya kepada mereka, selama ada langit di atas bumi”.
Ul 22:6-7
- “(6)
Apabila engkau menemui di jalan sarang burung di salah satu pohon
atau di tanah dengan anak-anak burung atau telur-telur di dalamnya,
dan induknya sedang duduk mendekap anak-anak atau telur-telur itu,
maka janganlah engkau mengambil induk itu bersama-sama dengan
anak-anaknya. (7) Setidak-tidaknya induk itu haruslah kaulepaskan,
tetapi anak-anaknya boleh kauambil. Maksudnya
supaya baik keadaanmu dan lanjut umurmu”.
Ul 25:15
- “Haruslah
ada padamu batu timbangan yang utuh dan tepat; haruslah ada padamu
efa yang utuh dan tepat - supaya
lanjut umurmu
di tanah yang diberikan kepadamu oleh TUHAN, Allahmu”.
Ul 32:46-47
- “(46)
berkatalah ia kepada mereka: ‘Perhatikanlah segala perkataan yang
kuperingatkan kepadamu pada hari ini, supaya kamu memerintahkannya
kepada anak-anakmu untuk melakukan dengan setia segala perkataan
hukum Taurat ini. (47) Sebab perkataan ini bukanlah perkataan hampa
bagimu, tetapi itulah hidupmu, dan dengan perkataan ini akan
lanjut umurmu
di tanah, ke mana kamu pergi, menyeberangi sungai Yordan untuk
mendudukinya.’”.
1Raja
3:14 - “Dan
jika engkau hidup menurut jalan yang Kutunjukkan dan tetap mengikuti
segala ketetapan dan perintahKu, sama seperti ayahmu Daud, maka Aku
akan memperpanjang
umurmu.’”.
Maz 91:14,16
- “(14)
‘Sungguh, hatinya melekat kepadaKu, maka Aku akan meluputkannya,
Aku akan membentenginya, sebab ia mengenal namaKu. ... (16) Dengan
panjang
umur
akan Kukenyangkan dia, dan akan Kuperlihatkan kepadanya keselamatan
dari padaKu.’”.
Amsal 3:1-2
- “(1)
Hai anakku, janganlah engkau melupakan ajaranku, dan biarlah hatimu
memelihara perintahku, (2) karena panjang
umur dan lanjut usia
serta sejahtera akan ditambahkannya kepadamu”.
Amsal 9:10-11
- “(10)
Permulaan hikmat adalah takut akan TUHAN, dan mengenal Yang
Mahakudus adalah pengertian. (11) Karena oleh aku umurmu
diperpanjang, dan tahun-tahun hidupmu ditambah”.
Adam
Clarke (tentang Amsal 9:11):
“Vice
shortens human life, by a necessity of consequence: and by the same,
righteousness lengthens it”
(= Perbuatan jahat memperpendek kehidupan manusia, oleh suatu
keharusan dari konsekwensi: dan oleh konsekwensi yang sama, kebenaran
memperpanjangnya).
Catatan:
kata-katanya di bagian akhir bertentangan dengan tafsirannya tentang
Ayub 14:5 yang saya berikan di atas.
Jadi,
sangat banyak ayat yang mengatakan bahwa dengan hidup sesuai kehendak
Tuhan umur bisa diperpanjang dan sebaliknya, dengan hidup jahat umur
diperpendek.
Amsal 10:27
- “Takut
akan TUHAN memperpanjang
umur,
tetapi tahun-tahun
orang fasik diperpendek”.
Ul 30:17-20
- “(17)
Tetapi jika hatimu berpaling dan engkau tidak mau mendengar, bahkan
engkau mau disesatkan untuk sujud menyembah kepada allah lain dan
beribadah kepadanya, (18) maka aku memberitahukan kepadamu pada hari
ini, bahwa pastilah
kamu akan binasa; tidak akan lanjut umurmu
di tanah, ke mana engkau pergi, menyeberangi sungai Yordan untuk
mendudukinya. (19) Aku memanggil langit dan bumi menjadi saksi
terhadap kamu pada hari ini: kepadamu kuperhadapkan kehidupan dan
kematian, berkat dan kutuk. Pilihlah kehidupan, supaya engkau hidup,
baik engkau maupun keturunanmu, (20) dengan mengasihi TUHAN, Allahmu,
mendengarkan suaraNya dan berpaut padaNya, sebab hal
itu berarti hidupmu dan lanjut umurmu
untuk tinggal di tanah yang dijanjikan TUHAN dengan sumpah kepada
nenek moyangmu, yakni kepada Abraham, Ishak dan Yakub, untuk
memberikannya kepada mereka.’”.
Kalau
semua ayat-ayat ini diartikan bahwa umur manusia betul-betul bisa
diperpanjang atau diperpendek, maka itu akan bertentangan dengan
semua ayat-ayat di atas yang menunjukkan bahwa usia manusia
ditentukan oleh Tuhan. Jadi, saya berpendapat bahwa ayat-ayat seperti
ini harus ditafsirkan dari
sudut pandang manusia!
Hanya dari sudut pandang manusia saja maka hidup yang jahat, dan juga
segala macam kebodohan (seperti merokok dsb), bisa memperpendek umur,
dan sebaliknya, hidup yang saleh bisa memperpanjang umur. Tetapi dari
sudut Tuhan, semua itu (baik usianya maupun hidup baik / jahatnya)
sudah ditentukan.
Sama seperti tentang hari Tuhan
yang sudah ditentukan oleh Tuhan.
Bdk. Kis 17:31 - “Karena
Ia
telah menetapkan suatu hari, pada waktu mana Ia dengan adil akan
menghakimi dunia oleh seorang yang telah ditentukanNya,
sesudah Ia memberikan kepada semua orang suatu bukti tentang hal itu
dengan membangkitkan Dia dari antara orang mati.’”.
Tetapi ada ayat yang menunjukkan
bahwa itu bisa dimajukan.
2Pet 3:12 - “yaitu
kamu yang menantikan dan mempercepat
kedatangan hari Allah.
Pada hari itu langit akan binasa dalam api dan unsur-unsur dunia akan
hancur karena nyalanya”.
Mat 24:21-22 - “(21)
Sebab pada masa itu akan terjadi siksaan yang dahsyat seperti yang
belum pernah terjadi sejak awal dunia sampai sekarang dan yang tidak
akan terjadi lagi. (22) Dan sekiranya
waktunya tidak dipersingkat,
maka dari segala yang hidup tidak akan ada yang selamat; akan tetapi
oleh
karena orang-orang pilihan waktu itu akan dipersingkat”.
Dua text ini pasti berbicara
dari sudut pandang manusia, sedang ayat yang di atas (Kis 17:31)
berbicara dari sudut pandang Allah.
Juga
dalam memikirkan umur panjang atau pendek, kita harus mengingat Pkh
8:12-13 - “(12)
Walaupun orang yang berdosa dan yang berbuat jahat seratus kali hidup
lama, namun aku tahu, bahwa orang yang takut akan Allah akan beroleh
kebahagiaan, sebab mereka takut terhadap hadiratNya. (13) Tetapi
orang yang fasik tidak akan beroleh kebahagiaan dan seperti
bayang-bayang ia tidak akan panjang umur, karena ia tidak takut
terhadap hadirat Allah”.
2) Doa
kita bisa mengubah umur kita / menunda kematian kita?
2Raja 20:1-6a
- “(1)
Pada hari-hari itu Hizkia jatuh sakit dan hampir mati. Lalu datanglah
nabi Yesaya bin Amos, dan berkata kepadanya: ‘Beginilah firman
TUHAN: Sampaikanlah pesan terakhir kepada keluargamu, sebab engkau
akan mati, tidak akan sembuh lagi.’ (2) Lalu Hizkia memalingkan
mukanya ke arah dinding dan ia berdoa kepada TUHAN: (3) ‘Ah TUHAN,
ingatlah kiranya, bahwa aku telah hidup di hadapanMu dengan setia dan
dengan tulus hati dan bahwa aku telah melakukan apa yang baik di
mataMu.’ Kemudian menangislah Hizkia dengan sangat. (4) Tetapi
Yesaya belum lagi keluar dari pelataran tengah, tiba-tiba datanglah
firman TUHAN kepadanya: (5) ‘Baliklah dan katakanlah kepada Hizkia,
raja umatKu: Beginilah firman TUHAN, Allah Daud, bapa leluhurmu:
Telah Kudengar doamu dan telah Kulihat air matamu; sesungguhnya Aku
akan menyembuhkan engkau; pada hari yang ketiga engkau akan pergi ke
rumah TUHAN. (6) Aku akan memperpanjang hidupmu lima belas tahun
lagi”.
Yes
38:1-5 - “(1)
Pada hari-hari itu Hizkia jatuh sakit dan hampir mati. Lalu datanglah
nabi Yesaya bin Amos dan berkata kepadanya: ‘Beginilah firman
TUHAN: Sampaikanlah pesan terakhir kepada keluargamu, sebab engkau
akan mati, tidak akan sembuh lagi.’ (2) Lalu Hizkia memalingkan
mukanya ke arah dinding dan ia berdoa kepada TUHAN. (3) Ia berkata:
‘Ah TUHAN, ingatlah kiranya, bahwa aku telah hidup di hadapanMu
dengan setia dan dengan tulus hati dan bahwa aku telah melakukan apa
yang baik di mataMu.’ Kemudian menangislah Hizkia dengan sangat.
(4) Maka berfirmanlah TUHAN kepada Yesaya: (5) ‘Pergilah dan
katakanlah kepada Hizkia: Beginilah firman TUHAN, Allah Daud, bapa
leluhurmu: Telah Kudengar doamu dan telah Kulihat air matamu.
Sesungguhnya Aku akan memperpanjang hidupmu lima belas tahun lagi”.
Banyak
orang, khususnya yang Arminian, yang menganggap bagian ini sebagai
dasar bahwa doa bisa mengubah Rencana Allah. Tetapi benarkah di sini
terjadi perubahan rencana Allah, khususnya berkenaan dengan umur
Hizkia? Saya tidak percaya hal itu, dengan alasan sebagai berikut:
a) Kitab Suci menyatakan bahwa
doa yang dikabulkan hanyalah doa yang sesuai dengan kehendak /
rencana Allah (1Yoh 5:14), dan karena itu dalam berdoa kita
harus berserah / tunduk pada kehendak / rencana Allah itu (Mat 6:10b
Mat 26:39b,42).
1Yoh
5:14 - “Dan
inilah keberanian percaya kita kepadaNya, yaitu bahwa Ia mengabulkan
doa kita, jikalau kita meminta sesuatu kepadaNya menurut
kehendakNya”.
Mat
6:10b - “jadilah
kehendakMu”.
Mat 26:39
- “Maka
Ia maju sedikit, lalu sujud dan berdoa, kataNya: ‘Ya BapaKu,
jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari padaKu, tetapi
janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau
kehendaki.’”.
Mat 26:42
- “Lalu
Ia pergi untuk kedua kalinya dan berdoa, kataNya: ‘Ya BapaKu,
jikalau cawan ini tidak mungkin lalu, kecuali apabila Aku meminumnya,
jadilah kehendakMu!’”.
Kalau
kita menafsirkan bahwa di sini terjadi perubahan rencana Allah karena
doa Hizkia, maka penafsiran itu akan menentang ayat-ayat tersebut di
atas.
Sebagai
perbandingan, Musa sendiri, yang dihukum Tuhan dengan tidak boleh
masuk ke Kanaan (Bil 20:12 Ul 1:37), berdoa supaya diijinkan hidup
lebih lama sehingga bisa masuk tanah Kanaan, tetapi tidak dikabulkan
(Ul 3:23-26).
Bil
20:12 - “Tetapi
TUHAN berfirman kepada Musa dan Harun: ‘Karena kamu tidak percaya
kepadaKu dan tidak menghormati kekudusanKu di depan mata orang
Israel, itulah sebabnya kamu
tidak akan membawa jemaah ini masuk ke negeri yang akan Kuberikan
kepada mereka.’”.
Ul 1:37
- “Juga
kepadaku TUHAN murka oleh karena kamu, dan Ia berfirman: Juga engkau
tidak akan masuk ke sana”.
Ul 3:23-26
- “(23)
‘Juga pada waktu itu aku
mohon kasih karunia dari pada TUHAN,
demikian: (24) Ya, Tuhan ALLAH, Engkau telah mulai memperlihatkan
kepada hambaMu ini kebesaranMu dan tanganMu yang kuat; sebab allah
manakah di langit dan di bumi, yang dapat melakukan perbuatan perkasa
seperti Engkau? (25) Biarlah
aku menyeberang dan melihat negeri yang baik yang di seberang sungai
Yordan, tanah pegunungan yang baik itu, dan gunung Libanon.
(26) Tetapi TUHAN murka terhadap aku oleh karena kamu dan tidaklah
mendengarkan permohonanku.
TUHAN
berfirman kepadaku: Cukup! Jangan lagi bicarakan perkara itu dengan
Aku”.
b) Kitab Suci menyatakan
berulang-ulang bahwa usia manusia ditetapkan oleh Allah, dan
ketetapan itu tidak mungkin dilampaui. Ayat-ayat sudah sangat banyak
saya berikan di atas. Kalau kita menafsirkan bahwa di sini terjadi
perubahan penetapan usia karena doa Hizkia, maka kita menentang
ayat-ayat tersebut di atas.
c) Pada saat itu Hizkia belum
mempunyai anak, karena dengan membandingkan 2Raja 20:6 dan
2Raja 21:1 kita bisa tahu bahwa Manasye baru lahir 3 tahun
setelah peristiwa ini.
Tidak
mungkin Tuhan merencanakan kematian Hizkia pada saat itu karena itu
akan menyebabkan:
1. JanjiNya kepada Daud dalam
2Sam 7:12-16 tidak akan tergenapi. Bandingkan ini dengan ay 6
akhir: ‘oleh
karena Daud, hambaKu’.
Ini menunjukkan bahwa doa Hizkia itu dikabulkan karena janji Tuhan
kepada Daud dalam 2Sam 7:12-16 ini.
2. Janji tentang Mesias / Yesus
juga tidak akan terjadi, karena Yesus lahir dari keturunan Hizkia
maupun Manasye (Mat 1:9-10).
Kalau
demikian, bagaimana penafsiran yang benar tentang cerita ini? Tuhan
merencanakan bahwa kematian Hizkia terjadi pada usia 54 tahun (39 +
15). Tetapi pada usia 39 tahun Hizkia sakit dan hampir mati. Kalau
Tuhan memang menghendaki kematian Hizkia, Ia bisa mendiamkan saja hal
itu (tanpa mengirim Yesaya untuk memberitakan kematiannya). Tetapi
Tuhan tidak menghendaki kematian Hizkia, dan karena itu ia
mengirimkan Yesaya untuk memberitakan kematian Hizkia. Hizkia
tersentak dan lalu berdoa, dan Tuhan mengabulkan permohonannya,
sehingga akhirnya terlaksanalah rencana Allah, yang menunjukkan bahwa
Hizkia mati pada usia 54 tahun (2Raja 18:2).
Tetapi
kalau demikian apakah kata-kata Tuhan dalam ay 1 itu merupakan dusta?
Tidak! Hizkia betul-betul akan mati, andaikata ia tidak berdoa.
Tetapi Tuhan sendiri menggerakkan Hizkia untuk berdoa, dan Tuhan
mengabulkan doa itu, sehingga rencana Tuhan yang terlaksana.
Perhatikan
beberapa komentar tentang bagian ini:
a. E.
J. Young: “Unless
there is special intervention, Hezekiah will die. ... Only a
miraculous intervention of God could deliver the king’s life; and
this God would not do, unless first the king turned to Him in
supplication. Thus, Hezekiah must learn how fully his life lay in
God’s hands”
(= Kecuali ada intervensi khusus, Hizkia akan mati. ... Hanya
intervensi yang bersifat mujijat dari Allah bisa melepaskan sang
raja; dan ini tidak akan dilakukan oleh Allah, kecuali sang raja
lebih dulu berpaling kepadaNya dalam permohonan. Demikianlah Hizkia
harus belajar betapa hidupnya sepenuhnya terletak di tangan Allah)
- ‘Isaiah’,
hal 508-509.
b. E.
J. Young: “God
has heard the king’s prayer. The prayer does not move God to change
His purposes, for He is the unchangeable one; but God now reveals to
Hezekiah what His purposes were”
(= Allah telah mendengar doa sang raja. Doa tidak menggerakkan Allah
untuk mengubah rencanaNya, karena Ia adalah seseorang yang tak
berubah; tetapi sekarang Allah menyatakan rencanaNya kepada Hizkia)
- ‘Isaiah’,
hal 512.
c. Calvin:
“But
it may be thought strange that God, having uttered a sentence, should
soon afterwards be moved, as it were, by repentance to reverse it;
for nothing is more at variance with his nature than a change of
purpose. I reply, while death was threatened against Hezekiah, still
God had not decreed it, but determined in this manner to put to the
test the faith of Hezekiah. We must, therefore, suppose a condition
to be implied in that threatening; for otherwise Hezekiah would not
have altered, by repentance or prayer, the irreversible decree of
God. But the Lord threatened him in the same manner as he threatened
Gerar for carrying off Sarah, (Gen. 20:3) and as he threatened the
Ninevites (Jonah 1:2; and 3:4). ... God threatened the death of
Hezekiah, because he was unwilling that Hezekiah should die; ... And
thus we must suppose an implied condition to have been understood,
which Hezekiah, if he did not immediately perceive it, yet afterwards
in good time knew to have been added”
[= Tetapi kelihatannya aneh bahwa Allah, setelah mengucapkan suatu
kalimat / hukuman / vonis, lalu setelah itu digerakkan, seakan-akan
oleh suatu pertobatan / penyesalan lalu membaliknya; karena tidak ada
apapun yang lebih bertentangan dengan sifat alamiahNya dari pada
suatu perubahan rencana. Saya menjawab, sekalipun kematian diancamkan
terhadap Hizkia, tetap Allah tidak menetapkannya, tetapi menentukan
dengan cara ini untuk menguji iman Hizkia. Karena itu kita harus
menganggap bahwa ada syarat yang diberikan secara tidak langsung
dalam ancaman itu; karena kalau tidak Hizkia tidak akan mengubah,
oleh pertobatan atau doa, ketetapan Allah yang tidak bisa berubah.
Tetapi Tuhan mengancamnya dengan cara yang sama seperti Ia mengancam
Gerar karena mengambil Sara (Kej 20:3), dan seperti Ia mengancam
Niniwe (Yun 1:2 dan 3:4). ... Allah mengancamkan kematian Hizkia,
karena Ia tidak mau Hizkia mati; ... Dan demikianlah kita harus
menganggap bahwa ada syarat tersembunyi yang harus dimengerti, yang
jika tidak langsung dimengerti oleh Hizkia, pasti dimengertinya
belakangan] -
‘Isaiah’,
hal 157-158.
Catatan:
anehnya, dalam tafsirannya tentang 2Raja 20:3, Adam Clarke memberikan
tafsiran yang kira-kira sama dengan kata-kata Calvin di atas ini.
Adam
Clarke (tentang 2Raja 20:3):
“Hezekiah
knew that, although the words of Isaiah were delivered to him in an
absolute form, yet they were
to be conditionally understood;
else he could not have prayed to God to reverse a purpose which he
knew to be irrevocable”
(= Hizkia tahu bahwa, sekalipun kata-kata Yesaya disampaikan
kepadanya dalam bentuk yang mutlak, tetapi kata-kata itu harus
dimengerti secara bersyarat;
karena kalau tidak, ia tidak akan berdoa kepada Allah untuk membalik
suatu rencana yang ia tahu tidak bisa dibatalkan).
d. Calvin:
“This
might indeed, at first sight appear to be absurd; for we were created
on the condition of not being able to pass, by a single moment, the
limit marked out for us; as Job also says, ‘Thou hast appointed his
bounds which he cannot pass.’ (Job 14:5). But the solution is easy.
What is said about an extended period must be understood to refer to
the views of Hezekiah”
[= Sekilas pandang ini kelihatannya memang menggelikan; karena kita
diciptakan dengan suatu batasan yang dipilih bagi kita, yang tidak
bisa dilewati sesaatpun; seperti Ayub juga berkata: ‘batas-batasnya
sudah Kautetapkan, sehingga tidak dapat dilangkahinya’ (Ayub 14:5).
Tetapi pemecahannya mudah. Apa yang dikatakan sebagai masa
perpanjangan harus dimengerti menunjuk pada pandangan Hizkia]
- ‘Isaiah’,
hal 160.
e. Calvin:
“For
why did the Lord send Jonah to the Ninevites to foretell the ruin of
the city? Why did he through Isaiah indicate death to Hezekiah? For
he could have destroyed both the Ninevites and Hezekiah without any
messenger of destruction. Therefore he had in view something other
than that, forewarned of their death, they might discern it coming
from a distance. Indeed, he did not wish them to perish, but to be
changed lest they perish”
(= Mengapa Tuhan mengirimkan Yunus ke Niniwe untuk meramalkan
kehancuran kota itu? Mengapa Ia, melalui Yesaya, menyatakan kematian
kepada Hizkia? Karena Ia bisa menghancurkan baik Niniwe maupun Hizkia
tanpa utusan kehancuran. Karena itu Ia mempunyai maksud yang lain
dari itu; diperingatkan lebih dulu tentang kematian mereka, mereka
melihat kematian itu datang dari jauh. Memang, Ia tidak menginginkan
supaya mereka mati, tetapi supaya mereka diubah supaya mereka jangan
mati) -
‘Institutes of the
Christian Religion’,
Book I, Chapter XVII, No 14.
-bersambung-
Tidak ada komentar:
Posting Komentar