IV) Kalau
sudah waktunya Tuhanlah yang memanggil manusia itu pulang / membunuh
manusia itu.
1) Setan
membunuh? Ya, tetapi hanya kalau Tuhan mengijinkan / menghendakinya.
a) Kasus
anak-anak Ayub maupun Ayubnya sendiri.
Ayub
1:12-21 - “(12)
Maka firman TUHAN kepada Iblis: ‘Nah,
segala yang dipunyainya ada dalam kuasamu; hanya janganlah engkau
mengulurkan tanganmu terhadap dirinya.’
Kemudian pergilah Iblis dari hadapan TUHAN. (13) Pada suatu hari,
ketika anak-anaknya yang lelaki dan yang perempuan makan-makan dan
minum anggur di rumah saudara mereka yang sulung, (14) datanglah
seorang pesuruh kepada Ayub dan berkata: ‘Sedang lembu sapi
membajak dan keledai-keledai betina makan rumput di sebelahnya, (15)
datanglah orang-orang Syeba menyerang dan merampasnya serta memukul
penjaganya dengan mata pedang. Hanya aku sendiri yang luput, sehingga
dapat memberitahukan hal itu kepada tuan.’ (16) Sementara orang itu
berbicara, datanglah orang lain dan berkata: ‘Api telah menyambar
dari langit dan membakar serta memakan habis kambing domba dan
penjaga-penjaga. Hanya aku sendiri yang luput, sehingga dapat
memberitahukan hal itu kepada tuan.’ (17) Sementara orang itu
berbicara, datanglah orang lain dan berkata: ‘Orang-orang Kasdim
membentuk tiga pasukan, lalu menyerbu unta-unta dan merampasnya serta
memukul penjaganya dengan mata pedang. Hanya aku sendiri yang luput,
sehingga dapat memberitahukan hal itu kepada tuan.’ (18) Sementara
orang itu berbicara, datanglah orang lain dan berkata: ‘Anak-anak
tuan yang lelaki dan yang perempuan sedang makan-makan dan minum
anggur di rumah saudara mereka yang sulung, (19) maka tiba-tiba angin
ribut bertiup dari seberang padang gurun; rumah itu dilandanya pada
empat penjurunya dan roboh menimpa orang-orang muda itu, sehingga
mereka mati.
Hanya aku sendiri yang luput, sehingga dapat memberitahukan hal itu
kepada tuan.’ (20) Maka berdirilah Ayub, lalu mengoyak jubahnya,
dan mencukur kepalanya, kemudian sujudlah ia dan menyembah, (21)
katanya: ‘Dengan telanjang aku keluar dari kandungan ibuku, dengan
telanjang juga aku akan kembali ke dalamnya. TUHAN yang memberi,
TUHAN
yang mengambil,
terpujilah nama TUHAN!’”.
Ayub
2:3-6 - “(3)
Firman TUHAN kepada Iblis: ‘Apakah engkau memperhatikan hambaKu
Ayub? Sebab tiada seorangpun di bumi seperti dia, yang demikian saleh
dan jujur, yang takut akan Allah dan menjauhi kejahatan. Ia tetap
tekun dalam kesalehannya, meskipun engkau telah membujuk Aku melawan
dia untuk mencelakakannya tanpa alasan.’ (4) Lalu jawab Iblis
kepada TUHAN: ‘Kulit ganti kulit! Orang akan memberikan segala yang
dipunyainya ganti nyawanya. (5) Tetapi ulurkanlah tanganMu dan
jamahlah tulang dan dagingnya, ia pasti mengutuki Engkau di
hadapanMu.’ (6) Maka firman TUHAN kepada Iblis: ‘Nah, ia dalam
kuasamu; hanya
sayangkan nyawanya.’”.
Ayub 42:11b
- “Mereka
menyatakan turut berdukacita dan menghibur dia oleh karena segala
malapetaka yang telah ditimpakan TUHAN kepadanya
...”.
Calvin:
“For
the story here written, showeth us how we be in God’s hand, and
that it lieth in him to determine of our lives, and to dispose of the
same according to his good pleasure:
and that it is our duty to submit ourselves unto him with all
humbleness and obedience: and that it is good reason, that
we should be wholly his, both to live and die:
and specially that when it pleaseth him to lay his hand upon us,
although we perceive not for what cause he doth it, yet we should
glorify him continually, acknowledging him to be just and upright,
and not to grudge against him”
(= Karena
cerita yang ditulis di sini menunjukkan kepada kita bahwa kita ada
dalam tangan Allah, dan Dialah yang menentukan hidup kita, dan
mengatur / membuangnya sesuai kehendakNya:
dan adalah merupakan kewajiban kita untuk menundukkan diri kita
sendiri kepadaNya dengan segala kerendahan hati dan ketaatan: dan
merupakan pertimbangan yang baik bahwa
kita adalah milikNya sepenuhnya, baik hidup atau mati:
dan khususnya pada waktu Ia berkenan untuk meletakkan tanganNya atas
kita, sekalipun kita tidak mengerti mengapa Ia melakukan hal itu,
tetapi kita harus memuliakan Dia secara terus menerus, mengakui Dia
sebagai adil dan lurus / benar, dan tidak bersungut-sungut terhadap
Dia) -
‘Sermons on Job’,
hal 1.
b) Kasus
nubuat nabi Mikha.
1Raja
22:19-23 - “(19)
Kata Mikha: ‘Sebab itu dengarkanlah firman TUHAN. Aku telah melihat
TUHAN sedang duduk di atas takhtaNya dan segenap tentara sorga
berdiri di dekatNya, di sebelah kananNya dan di sebelah kiriNya. (20)
Dan TUHAN berfirman: Siapakah yang akan membujuk Ahab untuk maju
berperang, supaya ia tewas di Ramot-Gilead? Maka yang seorang berkata
begini, yang lain berkata begitu. (21) Kemudian tampillah suatu roh,
lalu berdiri di hadapan TUHAN. Ia berkata: Aku ini akan membujuknya.
TUHAN bertanya kepadanya: Dengan apa? (22) Jawabnya: Aku akan keluar
dan menjadi roh dusta dalam mulut semua nabinya. Ia berfirman:
Biarlah engkau membujuknya, dan engkau akan berhasil pula. Keluarlah
dan perbuatlah demikian! (23) Karena itu, sesungguhnya TUHAN telah
menaruh roh dusta ke dalam mulut semua nabimu ini, sebab TUHAN telah
menetapkan untuk menimpakan malapetaka kepadamu.’”.
Keil & Delitzsch (tentang
1Raja 22:22): “The
words of Jehovah, ‘Persuade Ahab, thou wilt be able,’ and
‘Jehovah has put a lying spirit,’ etc., are not to be understood
as merely expressing the permission of God, ... According to the
Scriptures, God does work evil, but without therefore willing it and
bringing forth sin. ... Jehovah has ordained that Ahab, being led
astray by a prediction of his prophets inspired by the spirit of
lies, shall enter upon the war, that he may find therein the
punishment of his ungodliness”
(= Kata-kata Yehovah, ‘Bujuklah Ahab, engkau akan bisa’, dan
‘Yehovah telah meletakkan roh dusta’, dst, tidak
boleh dimengerti sebagai semata-mata menyatakan ijin Allah,
... Menurut Kitab Suci, Allah mengerjakan malapetaka, tetapi tanpa
menginginkannya dan melahirkan / menimbulkan dosa. ... Yehovah
telah menentukan
bahwa Ahab, disesatkan oleh nubuat dari nabi-nabinya yang diilhami
oleh roh dusta, akan maju berperang, supaya ia mendapatkan di
dalamnya hukuman atas kejahatannya)
- hal 277.
Catatan:
Adam Clarke, seorang Arminian, menafsirkan semua ini hanya sebagai
diijinkan oleh Allah.
Calvin:
“God
wills that the false king Ahab be deceived; the devil offers his
services to this end; he is sent, with a definite command, to be a
lying spirit in the mouth of all the prophets (1Kings 22:20,22). If
the blinding and insanity of Ahab be God’s judgment, the figment of
bare permission vanishes: because it would be ridiculous for the
Judge only to permit what he wills to be done, and not also to decree
it and to command its execution by his ministers”
[= Allah menghendaki bahwa raja Ahab yang tidak benar ditipu; setan
menawarkan pelayanannya untuk tujuan ini; ia dikirim, dengan perintah
yang pasti, untuk menjadi roh dusta dalam mulut semua nabi
(1Raja 22:20,22). Jika
pembutaan dan kegilaan Ahab adalah penghakiman Allah, isapan jempol
tentang ‘sekedar ijin’ hilang: karena adalah menggelikan bagi
sang Hakim untuk hanya mengijinkan apa yang Ia kehendaki untuk
dilakukan, dan tidak juga menetapkannya dan memerintahkan
pelaksanaannya oleh pelayan-pelayanNya]
- ‘Institutes of the
Christian Religion’,
Book I, Chapter
XVIII, no 1.
2) Manusia membunuh? Lagi-lagi
ya, tetapi hanya kalau Tuhan mengijinkan / menghendakinya.
a) Mat 10:28-31 - “(28)
Dan janganlah kamu takut kepada mereka yang dapat membunuh tubuh,
tetapi yang tidak berkuasa membunuh jiwa; takutlah terutama kepada
Dia yang berkuasa membinasakan baik jiwa maupun tubuh di dalam
neraka. (29) Bukankah burung pipit dijual dua ekor seduit? Namun
seekorpun dari padanya tidak akan jatuh ke bumi di luar kehendak
Bapamu. (30) Dan kamu, rambut kepalamupun terhitung semuanya. (31)
Sebab itu janganlah kamu takut, karena kamu lebih berharga dari pada
banyak burung pipit”.
Calvin
(tentang Luk 12:5):
“if
we fear God, who is the Lord of body and soul, we have no reason to
fear men, whose power goes no farther than the body. With regard to
the statement that men ‘have
power to kill the body,’ Christ
made it by way of concession. God allows wicked men to enjoy such a
degree of liberty, that they are swelled with confidence in their own
power, imagine that they may attempt any thing, and even succeed in
terrifying weak minds, as if they could do whatever they pleased. Now
the proud imaginations of wicked men, as if the life of the godly
were placed at their disposal, is utterly unfounded: for God keeps
them within limits, and restrains, whenever it pleases him, the
cruelty and violence of their attacks. And yet they are said to ‘have
power to kill’ by
his permission, for he often permits them to indulge their cruel
rage. Besides, our Lord’s discourse consists of two parts. First,
in order to instruct us to bear with composure the loss of the bodily
life, he bids us contemplate both eternal life and eternal death, and
then arrives gradually at this point, that the protection of our life
is in the hand of God”
(= jika kita takut kepada Allah, yang adalah Tuhan dari tubuh dan
jiwa, kita tidak mempunyai alasan untuk takut kepada manusia, yang
kuasanya tidak pergi lebih jauh dari pada tubuh. Berkenaan
dengan pernyataan bahwa orang-orang ‘mempunyai kuasa untuk membunuh
tubuh’, Kristus membuat pernyataan itu dengan cara kelonggaran /
pemberian hak.
Allah mengijinkan orang-orang jahat untuk menikmati tingkat kebebasan
seperti itu, supaya mereka menggelembung dengan keyakinan pada kuasa
mereka sendiri, mengkhayalkan bahwa mereka bisa mengusahakan apapun,
dan bahkan berhasil dalam membuat takut pikiran-pikiran yang lemah,
seakan-akan mereka bisa melakukan apapun yang mereka senangi. Tetapi
khayalan
yang sombong dari orang-orang yang jahat, seakan-akan hidup dari
orang-orang saleh diletakkan dalam tangan mereka, sama sekali tidak
berdasar: karena Allah menjaga mereka dalam batasan-batasan, dan
kekangan-kekangan, kapanpun itu memperkenan Dia, kekejaman dan
kekerasan dari serangan-serangan mereka.
Tetapi mereka dikatakan ‘mempunyai kuasa untuk membunuh’ dengan
ijinNya, karena Ia sering mengijinkan mereka untuk
memuaskan kemarahan mereka yang kejam. Disamping itu, pembicaraan
Tuhan kita terdiri dari dua bagian. Pertama, untuk mengajar kita
untuk menanggung dengan tenang / sabar kehilangan hidup jasmani, Ia
meminta kita untuk merenungkan baik hidup yang kekal dan kematian
kekal, dan lalu secara bertahap sampai pada titik ini, bahwa
perlindungan
dari hidup kita ada dalam tangan Allah).
Calvin
(tentang Mat 10:29):
“‘Are
not two sparrows sold for a farthing?’ Christ
proceeds farther, as I have already hinted, and declares that
tyrants, whatever may be their madness, have no power whatever even
over the body: and that therefore it is improper in any persons to
dread the cruelty of men, as if they were not under the protection of
God. In the midst of dangers, therefore, let us remember this second
consolation. As God is the guardian of our life, we may safely rely
on his providence; nay, we do him injustice, if we do not entrust to
him our life, which he is pleased to take under his charge. Christ
takes a general view of the providence of God as extending to all
creatures, and thus argues from the greater to the less, that we are
upheld by his special protection. There is hardly any thing of less
value than sparrows,
(for
two
were
then sold
for a farthing, or,
as Luke states it, five for two farthings,) and yet God has his eye
upon them to protect them, so that nothing happens to them by chance.
Would He who is careful about the sparrows
disregard
the life of men?”
[= ‘Bukankah burung pipit dijual dua ekor seduit?’ Kristus
melanjutkan lebih jauh, seperti sudah saya beri petunjuk, dan
menyatakan bahwa tiran-tiran,
bagaimanapun adanya kegilaan mereka, tidak mempunyai kuasa apapun
bahkan atas tubuh:
dan bahwa karena itu adalah tidak benar dalam diri siapapun untuk
takut pada kekejaman manusia, seakan-akan mereka tidak berada di
bawah perlindungan Allah. Karena itu, di tengah-tengah bahaya,
hendaklah kita mengingat penghiburan kedua ini. Karena Allah adalah
penjaga hidup kita, kita bisa dengan aman bersandar pada
ProvidensiaNya; bahkan, kita melakukan ketidak-adilan kepadaNya, jika
kita tidak mempercayakan kepadaNya hidup kita, yang Ia berkenan untuk
mengambilnya ke bawah tanggung jawab / pemeliharaanNya. Kristus
mengambil / menerima suatu pandangan umum tentang Providensia Allah
sebagai diperluas pada semua makhluk, dan lalu berargumentasi dari
yang lebih besar kepada yang lebih kecil, bahwa kita ditegakkan oleh
perlindungan khususNya. Hampir tidak ada yang harganya / nilainya
lebih rendah dari burung pipit, (karena pada saat itu dua ekor dijual
seduit, atau, seperti Lukas menyatakannya, lima ekor untuk dua duit,)
tetapi Allah memperhatikan mereka untuk melindungi mereka, sehingga
tak
ada apapun terjadi pada mereka karena kebetulan.
Apakah
Ia yang begitu hati-hati terhadap burung pipit tidak mempedulikan
hidup manusia?].
b) Yoh 19:10-11 - “(10)
Maka kata Pilatus kepadaNya: ‘Tidakkah Engkau mau bicara dengan
aku? Tidakkah Engkau tahu, bahwa aku berkuasa untuk membebaskan
Engkau, dan berkuasa juga untuk menyalibkan Engkau?’ (11) Yesus
menjawab: ‘Engkau tidak mempunyai kuasa apapun terhadap Aku,
jikalau kuasa itu tidak diberikan kepadamu dari atas.
Sebab itu: dia, yang menyerahkan Aku kepadamu, lebih besar
dosanya.’”.
Calvin
(tentang Yoh 19:11):
“Some
explain this in a general sense, that nothing is done in the world
but by the permission of God; as if Christ had said, that Pilate,
though he thinks that he can do all things, will do nothing more than
God permits. The statement is, no doubt, true, that this world is
regulated by the disposal of God, and that, whatever may be the
efforts of wicked men, still they cannot even move a finger but as
the secret power of God directs”
(= Beberapa orang menjelaskan ini dalam arti yang umum, bahwa tak
ada apapun yang dilakukan / terjadi dalam dunia kecuali oleh ijin
dari Allah;
seakan-akan Kristus terlah berkata, bahwa Pilatus, sekalipun ia
berpikir bahwa ia bisa melakukan segala sesuatu, tidak akan melakukan
apapun lebih dari yang Allah ijinkan. Pernyataan itu, tak diragukan,
adalah benar, bahwa dunia ini diatur oleh pengaturan / penetapan /
kontrol Allah, dan bahwa apapun
yang diusahakan oleh orang-orang jahat, tetap mereka bahkan tidak
bisa menggerakkan satu jari kecuali sebagaimana kuasa rahasia dari
Allah mengarahkan).
Lenski
(tentang Yoh 19:11):
“Silent
before, Jesus now answers. For silence would mean that Jesus knows
that Pilate has the power over him which he proudly claims. Jesus
pricks that proud assertion with the direct contradiction, ‘Thou
hast no power over me at all.’ ... Yet in a certain sense he has
power: it has been given to him from above. Jesus is not thinking of
Caesar as having invested Pilate with power but of God whose
providence had allowed a man of Pilate’s stamp to be placed in the
procurator’s office at this time. ... Pilate
is to know that it is not he who holds Jesus in his hand; a higher
hand holds Pilate”
(= Tadinya diam, sekarang Yesus menjawab. Karena diam akan berarti
bahwa Yesus tahu bahwa Pilatus mempunyai kuasa atas Dia yang dengan
sombong ia claim. Yesus menusuk pernyataan yang sombong itu dengan
suatu kontradiksi yang langsung. ‘Engkau tidak mempunyai kuasa atas
Aku sama sekali’. ... Tetapi dalam suatu arti tertentu ia mempunyai
kuasa: itu telah diberikan kepadanya dari atas. Yesus bukan sedang
berpikir tentang Kaisar yang telah menobatkan Pilatus dengan kuasa,
tetapi tentang Allah yang providensiaNya telah mengijinkan seorang
dari karakter Pilatus untuk ditempatkan dalam jabatan gubernur pada
saat itu. ... Pilatus
harus tahu bahwa bukan ia yang memegang / menggenggam Yesus dalam
tangannya; sebuah tangan yang lebih tinggi memegang / menggenggam
Pilatus).
c) Wah 6:11
- “Dan
kepada mereka masing-masing diberikan sehelai jubah putih, dan kepada
mereka dikatakan, bahwa mereka harus beristirahat sedikit waktu lagi
hingga genap
jumlah kawan-kawan pelayan dan saudara-saudara mereka, yang akan
dibunuh sama seperti mereka”.
Istilah
‘genap’
menunjukkan bahwa jumlah orang yang dibunuh sudah ditentukan.
William
Hendriksen: “Thus
these souls of the martyrs must enjoy their heavenly repose ‘for a
little time’ until every elect one has been brought into the fold
and the
number of the martyrs is full.
God knows the exact number. It has been fixed from eternity in His
decree. Until that number has been realized on earth the day of final
judgment cannot come”
(= Demikianlah jiwa-jiwa dari para martir ini harus menikmati
istirahat surgawi mereka ‘untuk sedikit waktu lagi’ sampai setiap
orang pilihan telah dibawa ke dalam kandang dan jumlah
dari para martir telah genap.
Allah tahu jumlah yang pasti. Itu
telah dipastikan dari kekekalan dalam ketetapanNya.
Sampai jumlah itu telah dicapai di bumi, hari penghakiman akhir tidak
bisa datang) -
‘More Than
Conquerors’, hal
106.
d) Bangsa
membunuh bangsa; itu merupakan pekerjaan Tuhan!
1. 2Taw 36:17 - “TUHAN
menggerakkan raja orang Kasdim melawan mereka.
Raja itu membunuh teruna mereka dengan pedang dalam rumah kudus
mereka, dan tidak menyayangkan teruna atau gadis, orang tua atau
orang ubanan - semua
diserahkan TUHAN ke dalam tangannya”.
Ini
menunjukkan bahwa kekejaman orang Kasdim terhadap Yehuda, yang jelas
merupakan suatu dosa, adalah pekerjaan Tuhan.
2. Yer 19:7-9 - “(7)
Aku akan menggagalkan rancangan Yehuda dan Yerusalem di tempat ini
dan Aku
akan membuat mereka rebah oleh pedang di depan musuh mereka dan oleh
tangan orang-orang yang ingin mencabut nyawa mereka.
Aku akan membiarkan mayat-mayat mereka dimakan oleh burung-burung di
udara dan oleh binatang-binatang di bumi. (8) Aku akan membuat kota
ini menjadi kengerian dan menjadi sasaran suitan. Setiap orang yang
melewatinya akan merasa ngeri dan bersuit karena segala pukulan yang
dideritanya. (9) Aku
akan membuat mereka memakan daging anak-anaknya laki-laki dan daging
anak-anaknya perempuan, dan setiap orang memakan daging temannya,
dalam keadaan susah dan sulit yang ditimbulkan musuhnya kepada mereka
dan oleh orang-orang yang ingin mencabut nyawa mereka”.
Tuhan
membuat orang Yehuda mati oleh pedang lawan (Yer 19:7), dan
membiarkan mayat mereka dimakan burung dan binatang (Yer 17:8), dan
lalu dalam Yer 19:9 ini dikatakan sesuatu yang mengerikan dimana
Tuhan membuat
mereka memakan daging anaknya dan daging temannya sendiri! Pembunuhan
dan bahkan perbuatan kanibal ini merupakan pekerjaan Tuhan! Bdk. juga
dengan Yeh 5:8-10 Yes 49:26.
Yeh
5:8-10 - “(8)
sebab itu beginilah firman Tuhan ALLAH: Lihat, Aku, ya Aku sendiri
akan menjadi lawanmu dan Aku akan menjatuhkan hukuman kepadamu di
hadapan bangsa-bangsa. (9) Oleh karena segala perbuatanmu yang keji
akan Kuperbuat terhadapmu yang belum pernah Kuperbuat dan yang tidak
pernah lagi akan Kuperbuat. (10) Sebab itu di tengah-tengahmu
ayah-ayah akan memakan anak-anaknya dan anak-anak memakan ayahnya dan
Aku akan menjatuhkan hukuman kepadamu, sedang semua yang masih
tinggal lagi dari padamu akan Kuhamburkan ke semua penjuru angin”.
Yes
49:26 - “Aku
akan memaksa orang-orang yang menindas engkau memakan dagingnya
sendiri, dan mereka akan mabuk minum darahnya sendiri, seperti orang
mabuk minum anggur baru, supaya seluruh umat manusia mengetahui,
bahwa Aku, TUHAN, adalah Juruselamatmu dan Penebusmu, Yang Mahakuat,
Allah Yakub.’”.
3. Yer 43:10-11 - “(10)
lalu katakanlah kepada mereka: Beginilah firman TUHAN semesta alam,
Allah Israel: Sesungguhnya, Aku
mengutus orang untuk menjemput Nebukadnezar, raja Babel, hambaKu itu,
supaya ia mendirikan takhtanya di atas batu-batu yang telah Kusuruh
sembunyikan ini, dan membentangkan permadani kebesarannya di atasnya.
(11) Dan apabila ia datang, ia akan memukul tanah Mesir: Yang ke
maut, ke mautlah! Yang ke tawanan, ke tawananlah! Yang ke pedang, ke
pedanglah!”.
Ayat
ini menunjukkan bahwa peristiwa dimana Babilonia menghancurkan Mesir,
merupakan pekerjaan Tuhan .
4. Yer 47:6-7 - “(6)
Ah, pedang
TUHAN,
berapa lama lagi baru engkau berhenti? Masuklah kembali ke dalam
sarungmu, jadilah tenang dan beristirahatlah! (7) Tetapi bagaimana ia
dapat berhenti? Bukankah TUHAN
memerintahkannya?
Ke Askelon dan ke tepi pantai laut, ke sanalah Ia menyuruhnya!’”.
Ayat
ini menyatakan pedang Firaun / Mesir yang membunuhi orang Filistin,
sebagai ‘pedang Tuhan’, dan pembantaian itu sebagai perintah
Tuhan!
Catatan:
kalau dikatakan Tuhan memerintahkan, seringkali itu harus diartikan
bukan bahwa Tuhan betul-betul memberi firman yang memerintahkan,
tetapi hanya bahwa Tuhan mengatur terjadinya hal itu. Contoh: 1Raja
17:4,9 - “(4)
Engkau dapat minum dari sungai itu, dan burung-burung gagak telah
Kuperintahkan
untuk memberi makan engkau di sana.’ ... (9) ‘Bersiaplah, pergi
ke Sarfat yang termasuk wilayah Sidon, dan diamlah di sana.
Ketahuilah, Aku telah memerintahkan
seorang janda untuk memberi engkau makan.’”.
5. Yer 50:9 - “Sebab
sesungguhnya, Aku
menggerakkan dan membangkitkan
terhadap Babel sekumpulan bangsa-bangsa yang besar dari utara; mereka
akan mengatur barisan untuk melawannya, dari sanalah kota itu akan
direbut. Panah-panah mereka adalah seperti pahlawan yang mujur, yang
tidak pernah kembali dengan tangan hampa”.
Tuhan
menggerakkan bangsa-bangsa besar dari Utara untuk menghancurkan
Babel.
6. Hab 1:6,12
- “(6)
Sebab, sesungguhnya, Akulah
yang membangkitkan orang Kasdim,
bangsa yang garang dan tangkas itu, yang melintasi lintang bujur bumi
untuk menduduki tempat kediaman, yang bukan kepunyaan mereka. ...
(12) Bukankah Engkau, ya TUHAN, dari dahulu Allahku, Yang Mahakudus?
Tidak akan mati kami. Ya TUHAN, telah
Kautetapkan dia untuk menghukumkan; ya Gunung Batu, telah Kautentukan
dia untuk menyiksa”.
Tuhan
membangkitkan / menentukan orang Kasdim untuk membunuh / menghukum /
menyiksa.
7. Zakh 14:2 - “Aku
akan mengumpulkan segala bangsa
untuk memerangi Yerusalem; kota itu akan direbut, rumah-rumah akan
dirampoki dan perempuan-perempuan akan ditiduri. Setengah dari
penduduk kota itu harus pergi ke dalam pembuangan, tetapi selebihnya
dari bangsa itu tidak akan dilenyapkan dari kota itu”.
Ayat
ini mengatakan bahwa Tuhan bekerja mengumpulkan segala bangsa untuk
memerangi Yehuda / Yerusalem dan mengalahkannya, lalu merampok dan
bahkan melakukan pemerkosaan di sana.
e) Ini
juga mencakup kasus dimana seseorang membunuh dirinya sendiri; itu
juga merupakan pekerjaan Tuhan.
1Taw 10:4,14
- “(4)
Lalu berkatalah Saul kepada pembawa senjatanya: ‘Hunuslah pedangmu
dan tikamlah aku, supaya jangan datang orang-orang yang tidak
bersunat ini memperlakukan aku sebagai permainan.’ Tetapi pembawa
senjatanya tidak mau, karena ia sangat segan. Kemudian Saul
mengambil pedang itu dan menjatuhkan dirinya ke atasnya.
... (14) dan tidak meminta petunjuk TUHAN. Sebab
itu TUHAN membunuh dia
dan menyerahkan jabatan raja itu kepada Daud bin Isai”.
Sekalipun
dalam ay 4 dikatakan bahwa Saul mati bunuh diri, tetapi dalam
ay 14 tetap dikatakan ‘Tuhan
membunuh dia’.
Matthew
Henry (tentang 1Taw 10:14):
“Saul
slew himself, and yet it is said, God slew him. What is done by
wicked hands is yet done ‘by the determinate counsel and
foreknowledge of God’”
(= Saul membunuh dirinya sendiri, tetapi dikatakan, ‘Allah membunuh
dia’. Apa yang dilakukan oleh tangan-tangan yang jahat tetap
dilakukan ‘oleh rencana yang ditetapkan dan pra-pengetahuan
Allah’).
3) Hal-hal yang ‘kebetulan’
membunuh? Ya, kalau Tuhan mengijinkan / menghendakinya, dan semua itu
tetap diatur oleh Tuhan.
a) Kel 21:13
- “Tetapi
jika pembunuhan itu tidak disengaja, melainkan
tangannya ditentukan Allah melakukan itu,
maka Aku akan menunjukkan bagimu suatu tempat, ke mana ia dapat
lari”.
KJV:
‘but God deliver him
into his hand’ (=
tetapi Allah menyerahkannya ke dalam tangannya).
RSV/NASB:
‘but God let him
fall into his hand’
(= tetapi Allah membiarkannya jatuh ke dalam tangannya).
NIV:
‘but God lets it
happen’ (= tetapi
Allah membiarkannya terjadi).
Yang
dimaksud dengan ‘pembunuhan yang tidak disengaja’ itu dijelaskan
/ diberi contoh dalam Ul 19:4-5, yaitu orang yang pada waktu
mengayunkan kapak, lalu mata kapaknya terlepas dan mengenai orang
lain sehingga mati.
Ul
19:4-5 - “(4)
Inilah ketentuan mengenai pembunuh yang melarikan diri ke sana dan
boleh tinggal hidup: apabila ia membunuh sesamanya manusia dengan
tidak sengaja dan dengan tidak membenci dia sebelumnya, (5) misalnya
apabila seseorang pergi ke hutan dengan temannya untuk membelah kayu,
ketika tangannya mengayunkan kapak untuk menebang pohon kayu, mata
kapak terlucut dari gagangnya, lalu mengenai temannya sehingga mati,
maka ia boleh melarikan diri ke salah satu kota itu dan tinggal
hidup”.
Hal
seperti ini kelihatannya ‘kebetulan’, tetapi toh Kel 21:13 itu
mengatakan bahwa hal itu bisa terjadi karena ‘tangannya
ditentukan Allah melakukan itu’.
Jadi, jelas bahwa hal-hal yang kelihatannya kebetulan sekalipun hanya
bisa terjadi kalau itu sesuai kehendak / Rencana Allah.
Calvin
(tentang Kel 21:13):
“it
must be remarked, that Moses declares that accidental homicide, as it
is commonly called, does not happen by chance or accident, but
according to the will of God, as if He himself led out the person,
who is killed, to death. By whatever kind of death, therefore, men
are taken away, it is certain that we live or die only at His
pleasure; and surely, if not even a sparrow can fall to the ground
except
by
His will, (Matthew 10:29,) it would be very absurd that men created
in His image should be abandoned to the blind impulses of fortune.
Wherefore it must be concluded, as Scripture elsewhere teaches, that
the term of each man’s life is appointed, with which another
passage corresponds, ‘Thou turnest man to destruction, and sayest,
Return, ye children of men.’ (Psalm 90:3.) It is true, indeed, that
whatever has no apparent cause or necessity seems to us to be
fortuitous; and thus, whatever, according to nature, might happen
otherwise we call accidents,
(contingentia;)
yet in the meantime it must be remembered, that what might else
incline either way is governed by God’s secret counsel, so that
nothing is done without His arrangement and decree”
[= harus diperhatikan, bahwa Musa menyatakan bahwa pembunuhan yang
bersifat kebetulan, seperti yang biasanya disebut, tidak terjadi oleh
kebetulan, tetapi sesuai / menurut kehendak Allah, seakan-akan Ia
sendiri membimbing orang, yang dibunuh / terbunuh, pada kematian.
Karena itu, oleh jenis kematian apapun, orang-orang diambil, adalah
pasti bahwa kita hidup dan mati hanya pada perkenanNya; dan pastilah,
jika bahkan seekor burung pipit tidak bisa jatuh ke tanah kecuali
oleh kehendakNya (Mat 10:29), adalah sangat menggelikan bahwa manusia
yang diciptakan menurut gambarNya harus ditinggalkan pada perubahan
nasib yang buta. Karena itu haruslah disimpulkan, sebagaimana Kitab
Suci di bagian lain mengajarkan, bahwa masa hidup dari setiap orang
ditetapkan, dengan mana text yang lain sesuai, ‘Engkau
membelokkan manusia kepada kehancuran / kebinasaan, dan berkata:
‘Kembalilah, hai anak-anak manusia!’ (Maz 90:3, KJV). Memang
benar bahwa apapun yang tidak mempunyai penyebab yang jelas atau
keharusan, bagi kita kelihatannya merupakan kebetulan; dan
demikianlah, apapun, menurut alam, bisa terjadi sebagai apa yang kita
sebut kebetulan, tetapi pada saat yang sama harus diingat, bahwa apa
yang bisa menyimpangkan ke arah manapun diperintah oleh rencana
rahasia Allah, sehingga tak ada apapun yang terjadi tanpa pengaturan
dan ketetapanNya].
Maz
90:3 - “Engkau
mengembalikan manusia kepada debu,
dan berkata: ‘Kembalilah, hai anak-anak manusia!’”.
b) 1Raja 22:34 - “Tetapi
seseorang menarik panahnya dan menembak
dengan sembarangan saja
dan mengenai raja Israel di antara sambungan baju zirahnya. Kemudian
ia berkata kepada pengemudi keretanya: ‘Putar! Bawa aku keluar dari
pertempuran, sebab aku sudah luka.’”.
Kitab
Suci Indonesia: ‘menembak
dengan
sembarangan saja’.
KJV/RSV:
‘drew a bow at
a venture’
(= menarik busurnya secara
untung-untungan).
NIV/NASB:
‘drew his bow at
random’
(= menarik busurnya secara
sembarangan).
Catatan:
Kata bentuk jamaknya muncul dalam 2Sam 15:11 dan dalam Kitab
Suci Indonesia diterjemahkan ‘tanpa
curiga’.
NIV:
‘quite innocently’
(= dengan tak bersalah).
NASB:
‘innocently’
(= dengan tak bersalah).
KJV/RSV:
‘in their
simplicity’ (=
dalam kesederhanaan mereka).
Pulpit
Commentary: “An
unknown, unconscious archer. The arrow that pierced Ahab’s corselet
was shot ‘in simplicity,’ without deliberate aim, with no thought
of striking the king. It was an unseen Hand that guided that chance
shaft to its destination. It was truly ‘the arrow of the Lord’s
vengeance.’”
(= Seorang pemanah yang tak dikenal, dan yang tak menyadari
tindakannya. Panah yang menusuk pakaian perang Ahab ditembakkan
‘dalam kesederhanaan’, tanpa tujuan yang disengaja, dan tanpa
pikiran untuk menyerang sang raja. Adalah
‘Tangan yang tak kelihatan’ yang memimpin ‘panah kebetulan’
itu pada tujuannya. Itu betul-betul merupakan ‘panah pembalasan
Tuhan’)
- hal 545.
Pulpit
Commentary: “how
useless are disguises when the providence of Omniscience is
concerned! Ahab might hide himself from the Syrians, but he could not
hide himself from God. Neither could he hide himself from angels and
devils, who are instruments of Divine Providence, ever influencing
men, and even natural laws, or forces of nature”
(= betapa tidak bergunanya penyamaran pada waktu providensia dari
Yang Mahatahu yang dipersoalkan! Ahab bisa menyembunyikan dirinya
dari orang Aram, tetapi ia tidak bisa menyembunyikan dirinya dari
Allah. Ia juga tidak bisa menyembunyikan dirinya dari malaikat dan
setan, yang merupakan alat-alat dari Providensia Ilahi, yang selalu
mempengaruhi manusia, dan bahkan hukum-hukum alam, atau kuasa /
kekuatan alam)
- hal 552.
Pulpit
Commentary: “The
chance shot. The success of Ahab’s device only served to make the
blow come more plainly from the hand of God. Benhadad’s purpose
could be baffled, but not His. There is no escape from God”
(= Tembakan kebetulan. Sukses dari muslihat Ahab hanya berfungsi
untuk membuat kelihatan dengan lebih jelas bahwa serangan itu datang
dari tangan Allah. Tujuan / rencana Benhadad bisa digagalkan /
dihalangi, tetapi tidak tujuan / rencanaNya. Tidak ada jalan untuk
lolos dari Allah)
- hal 557.
Jadi,
ini lagi-lagi menunjukkan bahwa tidak ada ‘kebetulan’. Semua yang
kelihatannya merupakan kebetulan, diatur oleh Allah.
c) 2Raja 1:1-4 - “(1)
Pada
suatu hari jatuhlah Ahazia dari kisi-kisi kamar atasnya yang ada di
Samaria, lalu menjadi sakit.
Kemudian dikirimnyalah utusan-utusan dengan pesan: ‘Pergilah,
mintalah petunjuk kepada Baal-Zebub, allah di Ekron, apakah aku akan
sembuh dari penyakit ini.’ (3) Tetapi berfirmanlah Malaikat TUHAN
kepada Elia, orang Tisbe itu: ‘Bangunlah, berangkatlah menemui
utusan-utusan raja Samaria dan katakan kepada mereka: Apakah tidak
ada Allah di Israel, sehingga kamu ini pergi untuk meminta petunjuk
kepada Baal-Zebub, allah di Ekron? (4) Sebab itu beginilah
firman TUHAN: Engkau tidak akan bangun lagi dari tempat tidur, di
mana engkau berbaring, sebab engkau pasti akan mati.’
Lalu pergilah Elia”.
Tentang kejatuhan Ahazia dari
kisi-kisi kamar atas dalam 2Raja 1:2, Pulpit Commentary memberikan
komentar sebagai berikut: “The
fainéant king came to his end in a manner: 1. Sufficiently
simple. Idly lounging at the projecting lattice window of his palace
in Samaria - perhaps leaning against it, and gazing from his
elevating position on the fine prospect that spreads itself around -
his support suddenly gave way, and he was precipitated to the ground,
or courtyard, below. He is picked up, stunned, but not dead, and
carried to his couch. It is, in common speech, an accident - some
trivial neglect of a fastening - but it terminated this royal career.
On
such slight contingencies does human life, the change of rulers, and
often the course of events in history, depend.
We cannot sufficiently ponder that our existence hangs by the finest
thread, and that any trivial cause may at any moment cut it short
(Jas. 4:14). 2. Yet providential. God’s providence is to be
recognized in the time and manner of this king’s removal. He had
‘provoked to anger the Lord God of Israel’ (1Kings 22:53), and
God in this sudden way cut him off. This is the only rational view of
the providence of God, since, as we have seen, it is from the most
trivial events that the greatest results often spring. The whole can
be controlled only by the power that concerns itself with the
details. A remarkable illustration is afforded by the death of
Ahaziah’s own father. Fearing Micaiah’s prophecy, Ahab had
disguised himself on the field of battle, and was not known as the
King of Israel. But he was not, therefore, to escape. A man in the
opposing ranks ‘drew a bow at a venture,’ and the arrow, winged
with a Divine mission, smote the king between the joints of his
armour, and slew him (1Kings 22:34). The same minute providence which
guided that arrow now presided over the circumstances of Ahaziah’s
fall. There is in this doctrine, which is also Christ’s (Matt.
10:29,30), comfort for the good, and warning for the wicked. The good
man acknowledges, ‘My times are in thy hand’ (Ps. 31:15), and the
wicked man should pause when he reflects that he cannot take his out
of that hand”
[= Raja yang malas sampai pada akhir hidupnya dengan cara: 1. Cukup
sederhana. Duduk secara malas pada kisi-kisi jendela yang menonjol
dari istananya di Samaria - mungkin bersandar padanya, dan memandang
dari posisinya yang tinggi pada pemandangan yang indah di sekitarnya
- sandarannya tiba-tiba patah, dan ia jatuh ke tanah atau halaman di
bawah. Ia diangkat, pingsan, tetapi tidak mati, dan dibawa ke dipan /
ranjangnya. Dalam pembicaraan umum itu disebut suatu kecelakaan /
kebetulan - suatu kelalaian yang remeh dalam pemasangan (jendela /
kisi-kisi) - tetapi itu mengakhiri karir kerajaannya. Pada
hal-hal kebetulan / tak tentu yang remeh seperti ini tergantung hidup
manusia, pergantian penguasa / raja, dan seringkali rangkaian dari
peristiwa-peristiwa dalam sejarah.
Kita tidak bisa terlalu banyak dalam merenungkan bahwa keberadaan
kita tergantung pada benang yang paling tipis, dan bahwa setiap saat
sembarang penyebab yang remeh bisa memutuskannya (Yak 4:14).
2. Tetapi bersifat providensia. Providensia
ilahi / pelaksanaan rencana Allah harus dikenali dalam waktu dan cara
penyingkiran raja ini. Ia telah ‘menimbulkan kemarahan / sakit hati
Tuhan, Allah Israel’ (1Raja 22:54), dan Allah dengan cara mendadak
ini menyingkirkannya. Ini merupakan satu-satunya pandangan rasionil
tentang providensia Allah, karena, seperti telah kita lihat, adalah
dari peristiwa yang paling remehlah sering muncul akibat yang
terbesar. Seluruhnya bisa dikontrol hanya oleh kuasa yang
memperhatikan hal-hal yang kecil. Suatu ilustrasi yang hebat / luar
biasa diberikan oleh kematian dari ayah Ahazia sendiri. Karena takut
pada nubuat Mikha, Ahab menyamar dalam medan pertempuran, dan tidak
dikenal sebagai raja Israel. Tetapi hal itu tidak menyebabkannya
lolos. Seseorang dari barisan lawan ‘menarik busurnya secara
untung-untungan / sembarangan’ dan anak panah itu, terbang dengan
misi ilahi, mengenai sang raja di antara sambungan baju zirahnya, dan
membunuhnya (1Raja 22:34). Providensia yang sama seksamanya,
yang memimpin anak panah itu, sekarang memimpin / menguasai situasi
dan kondisi dari kejatuhan Ahazia.
Dalam doktrin / ajaran ini, yang juga merupakan ajaran Kristus
(Mat 10:29-30), ada penghiburan untuk orang baik / saleh, dan
peringatan untuk orang jahat. Orang baik mengakui: ‘Masa hidupku
ada dalam tanganMu’ (Maz 31:16), dan orang jahat harus
berhenti ketika ia merenungkan bahwa ia tidak bisa mengambil masa
hidupnya dari tangan itu]
- hal 13-14.
Catatan:
1Raja 22:53 dalam Kitab Suci Inggris adalah 1Raja 22:54
dalam Kitab Suci Indonesia.
4) Hal-hal lain, seperti
keputusan seseorang, yang menyebabkan dia sendiri atau orang lain
mati, semuanya juga ditentukan dan diatur terjadinya oleh Tuhan.
a) 2Sam 17:14
- “Lalu
berkatalah Absalom dan setiap orang Israel: ‘Nasihat Husai, orang
Arki itu, lebih baik dari pada nasihat Ahitofel.’ Sebab TUHAN
telah memutuskan, bahwa nasihat Ahitofel yang baik itu digagalkan,
dengan maksud supaya TUHAN mendatangkan celaka kepada Absalom”.
b) Ul 2:30 - “Tetapi
Sihon, raja Hesybon, tidak mau memberi kita berjalan melalui
daerahnya, sebab TUHAN,
Allahmu, membuat dia keras kepala dan tegar hati,
dengan maksud menyerahkan dia ke dalam tanganmu, seperti yang terjadi
sekarang ini”.
Ayat
ini mengatakan bahwa Allahlah yang mengeraskan hati Sihon supaya bisa
menyerahkannya ke tangan Israel.
c) Yos 11:20 - “Karena
TUHAN
yang menyebabkan hati orang-orang itu menjadi keras, sehingga mereka
berperang melawan orang Israel,
supaya mereka ditumpas, dan jangan dikasihani, tetapi dipunahkan,
seperti yang diperintahkan TUHAN kepada Musa”.
Ayat
ini mengatakan bahwa Allah mengeraskan hati orang Kanaan supaya
mereka tidak dikasihani tetapi ditumpas.
d) Hak
9:22-24 - “(22)
Setelah tiga tahun lamanya Abimelekh memerintah atas orang Israel,
(23) maka Allah
membangkitkan semangat jahat di antara Abimelekh dan warga kota
Sikhem, sehingga warga kota Sikhem itu menjadi tidak setia kepada
Abimelekh,
(24) supaya kekerasan terhadap ketujuh puluh anak Yerubaal dibalaskan
dan darah mereka ditimpakan kepada Abimelekh, saudara mereka yang
telah membunuh mereka dan kepada warga kota Sikhem yang membantu dia
membunuh saudara-saudaranya itu”.
Ayat
ini mengatakan bahwa ‘Allah
membangkitkan semangat jahat’
[KJV/RSV/NIV/NASB/ ASV: ‘God
sent an evil spirit’
(= Allah mengirim suatu roh jahat)] dalam
diri orang-orang tertentu, supaya memberontak terhadap Abimelekh
(anak Yerubaal / Gideon), supaya Ia bisa menghukum baik Abimelekh
maupun orang-orang Sikhem karena pembunuhan yang mereka lakukan
terhadap anak-anak Yerubaal / Gideon yang lain dalam Hak 9:1-5.
e) 1Sam 2:22-25 - “(22)
Eli telah sangat tua. Apabila didengarnya segala sesuatu yang
dilakukan anak-anaknya terhadap semua orang Israel dan bahwa mereka
itu tidur dengan perempuan-perempuan yang melayani di depan pintu
Kemah Pertemuan, (23) berkatalah ia kepada mereka: ‘Mengapa kamu
melakukan hal-hal yang begitu, sehingga kudengar dari segenap bangsa
ini tentang perbuatan-perbuatanmu yang jahat itu? (24) Janganlah
begitu, anak-anakku. Bukan kabar baik yang kudengar itu bahwa kamu
menyebabkan umat TUHAN melakukan pelanggaran. (25) Jika seseorang
berdosa terhadap seorang yang lain, maka Allah yang akan mengadili;
tetapi jika seseorang berdosa terhadap TUHAN, siapakah yang menjadi
perantara baginya?’ Tetapi
tidaklah didengarkan mereka perkataan ayahnya itu, sebab TUHAN hendak
mematikan mereka”.
f) 2Taw 25:17-20 - “(17)
Kemudian Amazia, raja Yehuda, mengadakan perundingan, lalu menyuruh
orang kepada Yoas bin Yoahas bin Yehu, raja Israel, mengatakan: ‘Mari
kita mengadu tenaga!’ (18) Tetapi Yoas, raja Israel, menyuruh orang
kepada Amazia, raja Yehuda, mengatakan: ‘Onak yang di gunung
Libanon mengirim pesan kepada pohon aras yang di gunung Libanon,
bunyinya: Berikanlah anakmu perempuan kepada anakku laki-laki menjadi
isterinya. Tetapi binatang-binatang hutan yang ada di gunung Libanon
itu berjalan lewat dari sana, lalu menginjak onak itu. (19) Pikirmu,
engkau sudah mengalahkan Edom, sebab itu hatimu mengangkat-angkat
dirimu untuk mendapat kehormatan. Sekarang, tinggal saja di rumah.
Untuk apa engkau menantang malapetaka, sehingga engkau jatuh dan
Yehuda bersama-sama engkau?’ (20) Tetapi
Amazia tidak mau mendengarkan; sebab hal itu telah ditetapkan Allah
yang hendak menyerahkan mereka ke dalam tangan Yoas,
karena mereka telah mencari allah orang Edom”.
-bersambung-