About us

Golgotha Ministry adalah pelayanan dari Pdt. Budi Asali,M.Div dibawah naungan GKRI Golgota Surabaya untuk memberitakan Injil ke seluruh dunia dan mengajarkan kebenaran firman Tuhan melalui khotbah-khotbah, pendalaman Alkitab, perkuliahan theologia dalam bentuk tulisan maupun multimedia (DVD video, MP3, dll). Pelayanan kami ini adalah bertujuan agar banyak orang mengenal kebenaran; dan bagi mereka yang belum percaya, menjadi percaya kepada Kristus sebagai Tuhan dan Juruselamat pribadinya, dan bagi mereka yang sudah percaya, dikuatkan dan didewasakan didalam iman kepada Kristus.
Semua yang kami lakukan ini adalah semata-mata untuk kemuliaan nama Tuhan Yesus Kristus.

Kami mengundang dengan hangat setiap orang yang merasa diberkati dan terbeban didalam pelayanan untuk bergabung bersama kami di GKRI Golgota yang beralamat di : Jl. Raya Kalirungkut, Pertokoan Rungkut Megah Raya D-16, Surabaya.

Tuhan Yesus memberkati.

Kamis, 14 Juni 2012

TANGGAPAN TERHADAP DJI JI LIONG (MURID DARI BP. SUHENTO LIAUW) - PART 1


Ini artikel pendahuluan yang ditulis oleh Pdt. Budi Asali, M.Div (selanjutnya saya tulis dgn Pak Budi) menanggapi seminar yang diadakan oleh Suhento Liauw di Surabaya, 1 Juni 2012.
http://golgothaministrysby.blogspot.com/2012/06/pembahasan-seminar-suhento-liauw.html
Dan setelah itu, salah seorang muridnya Bp. Suhento Liauw yang bernama Dji ji liong menanggapi tulisan Pak Budi, dan lalu saya tanggapi balik.
Karena keterbatasan waktu saya, saya menanggapi tulisan Dji ji liong dalam dua bagian.
Ini adalah bagian pertama, bagian keduanya dalam waktu dekat pasti akan saya posting.
Tanggapan saya ada dalam warna hitam yang dipertebal (bold).
Sedangkan tulisan Pak Budi (yang dikutip oleh Dji) ada dalam warna ungu, 
dan tulisan Dji ji liong ada dalam warna hitam biasa.
Berikut ini tanggapan balik saya.


Tanggapan seorang murid dari Dr. Suhento Liauw yang bernama Dji ji liong (belum wisuda /Mahasiswa Theologia) untuk Bapak Pdt. Budi Asali, M. Div atas catatan dan tanggapan tgl 7 Juni 2012 yang berjudul:

Tanggapan Cahaya :
Tanggapan seorang murid dari Pdt. Budi Asali, M.Div yang bernama Cahaya Desyanta (kristen awam yang tidak pernah sekolah Theologia) untuk Dji ji liong, S.E (belum wisuda/Mahasiswa Theologia) atas catatan dan tanggapan tgl 12 Juni 2012.


“PEMBAHASAN SEMINAR SUHENTO LIAUW TENTANG ESKATOLOGI.”

Saya ucapkan terima kasih kepada Bapak Dr. Suhento Liauw yg memberikan kesempatan dan izin kepada saya untuk memberikan tanggapan kepada Bapak Pdt. Budi Asali, M. Div.

Sebelum menanggapi catatan dan tanggapan Bapak Pdt. Budi Asali (tgl 7 Juni 2012), saya ingin pembaca memperhatikan beberapa ayat Firman terlebih dahulu:

Amsal 10:13 “Di bibir orang berpengertian terdapat hikmat, tetapi pentung tersedia bagi punggung orang yang tidak berakal budi.
Amsal 10:14 “Orang bijak menyimpan pengetahuan, tetapi mulut orang bodoh adalah kebinasaan yang mengancam.”
Amsal 14:3 “Di dalam mulut orang bodoh ada rotan untuk punggungnya, tetapi orang bijak dipelihara oleh bibirnya.”
Amsal 15:2 “Lidah orang bijak mengeluarkan pengetahuan, tetapi mulut orang bebal mencurahkan kebodohan.”
Amsal 15:14 “ Hati orang berpengertian mencari pengetahuan, tetapi mulut orang bebal sibuk dengan kebodohan.”
Amsal 24:7 “Hikmat terlalu tinggi bagi orang bodoh; ia tidak membuka mulutnya di pintu gerbang.
Pkh. 10:12 “Perkataan mulut orang berhikmat menarik, tetapi bibir orang bodoh menelan orang itu sendiri.”

Tanggapan Cahaya :
Siapa orang berhikmat dan siapa orang bodoh/bebal dalam ayat yang anda kutip diatas, Dji?
Dan apa artinya 'orang berhikmat' dan 'orang bodoh/bebal'?
Hehehe ayat diatas lebih tepat dikenakan kepada diri anda sendiri karena murid tak akan lebih dari gurunya didalam mengekspose kebodohan memahami Alkitab dan menanggapi tulisan Pak Budi.
Kita lihat setelah ini apakah anda termasuk orang berhikmat ataukah orang bodoh dan bebal.


Keterangan: Point-point (dari no. 1 sampai no. 19) adalah catatan Bapak Pdt. Budi Asali, M. Div atas pernyataan-pernyataan Dr. Suhento Liauw dalam acara seminar tgl: 1 Juni 2012 di Surabaya. Karena point-point yang telah ditulis oleh Bapak Pdt. Budi Asali, M. Div ini dikutip dari penjelasan seminar oleh Dr. Suhento Liauw maka tidak tertutup kemungkinan adanya salah kutip/salah paham oleh Bapak Pdt. Budi Asali, M. Div sendiri terhadap penjelasan dari Dr. Suhento Liauw (sesuai warna tulisan aslinya: diblok warna hitam).

Tanggapan Cahaya :
Ya, kemungkinan Pak Budi salah kutip atau salah paham itu ada.
Dan kita lihat dalam point2 tanggapan saya dibawah apakah Pak Budi yang salah kutip atau kamu dan kelompokmu yang ngaco belo.


Untuk informasi lebih lanjut silahkan menghubungi www.graphe-ministry.org untuk mendapatkan penjelasan yang lebih lengkap).
Selamat menikmati dengan teliti tanggapan-tanggapan saya di bawah ini: ( ups…satu lagi: Pembaca bisa memperhatikan setiap “ gaya bahasa” tanggapan yg keluar dari hati Bapak Pdt. Budi Asali, M. Div mengingat ada Firman Tuhan yg berkata: “Mat. 15:18 “Tetapi apa yang keluar dari mulut berasal dari hati dan itulah yang menajiskan orang”):

Tanggapan Cahaya :
Semakin teliti saya membaca tulisan anda, semakin saya tidak percaya bahwa tulisan ini dibuat oleh seorang yang berstatus mahasiswa theologia, tetapi seorang siswa SD.

Lihat saja bagaimana lucunya anda menerapkan Mat 15:18 dan membenturkan secara serampangan kepada orang lain
Apa mengekspose kebodohan dari seorang pemimpin yang berulang kali mengajarkan hal yang salah/bodoh/memfitnah agar orang lain tidak ikut terseret dgn kesalahan/kebodohan/fitnahnya itu salah?Juga lanjutkan baca ayat selanjutnya dimana FT sama sekali tidak menentang hal tsb.

Mat 15:19 Karena dari hati timbul segala pikiran jahat, pembunuhan, perzinahan, percabulan, pencurian, sumpah palsu dan hujat.
15:20 Itulah yang menajiskan orang.


Ngomong2 mengenai "gaya bahasa", bagaimana tanggapan Anda tentang

I Raja-Raja 18:27 Pada waktu tengah hari Elia mulai MENGEJEK mereka, katanya: "Panggillah lebih keras, bukankah dia allah? Mungkin ia merenung, mungkin ada urusannya, mungkin ia bepergian; barangkali ia tidur, dan belum terjaga."
(Elia)

atau

Matius 3:7 Tetapi waktu ia melihat banyak orang Farisi dan orang Saduki datang untuk dibaptis, berkatalah ia kepada mereka: "Hai kamu KETURUNAN ULAR BELUDAK. Siapakah yang mengatakan kepada kamu, bahwa kamu dapat melarikan diri dari murka yang akan datang?
(Yohanes Pembaptis)

atau

Lukas 13:32 Jawab Yesus kepada mereka: "Pergilah dan katakanlah kepada SI SERIGALA itu: Aku mengusir setan dan menyembuhkan orang, pada hari ini dan besok, dan pada hari yang ketiga Aku akan selesai.

23:13 CELAKALAH kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu ORANG-ORANG MUNAFIK, karena kamu menutup pintu-pintu Kerajaan Sorga di depan orang. Sebab kamu sendiri tidak masuk dan kamu merintangi mereka yang berusaha untuk masuk.
23:14 [CELAKALAH kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu ORANG-ORANG MUNAFIK, sebab kamu menelan rumah janda-janda sedang kamu mengelabui mata orang dengan doa yang panjang-panjang. Sebab itu kamu pasti akan menerima hukuman yang lebih berat.]
23:15 CELAKALAH kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu ORANG-ORANG MUNAFIK, sebab kamu mengarungi lautan dan menjelajah daratan, untuk mentobatkan satu orang saja menjadi penganut agamamu dan sesudah ia bertobat, kamu menjadikan dia orang neraka, yang dua kali lebih jahat dari pada kamu sendiri.
23:16 CELAKALAH kamu, hai PEMIMPIN-PEMIMPIN BUTA, yang berkata: Bersumpah demi Bait Suci, sumpah itu tidak sah; tetapi bersumpah demi emas Bait Suci, sumpah itu mengikat.
23:17 Hai kamu ORANG-ORANG BODOH DAN ORANG-ORANG BUTA, apakah yang lebih penting, emas atau Bait Suci yang menguduskan emas itu?
23:18 Bersumpah demi mezbah, sumpah itu tidak sah; tetapi bersumpah demi persembahan yang ada di atasnya, sumpah itu mengikat.
23:19 Hai kamu ORANG-ORANG BUTA, apakah yang lebih penting, persembahan atau mezbah yang menguduskan persembahan itu?
23:20 Karena itu barangsiapa bersumpah demi mezbah, ia bersumpah demi mezbah dan juga demi segala sesuatu yang terletak di atasnya.
23:21 Dan barangsiapa bersumpah demi Bait Suci, ia bersumpah demi Bait Suci dan juga demi Dia, yang diam di situ.
23:22 Dan barangsiapa bersumpah demi sorga, ia bersumpah demi takhta Allah dan juga demi Dia, yang bersemayam di atasnya.
23:23 CELAKALAH kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu ORANG-ORANG MUNAFIK, sebab persepuluhan dari selasih, adas manis dan jintan kamu bayar, tetapi yang terpenting dalam hukum Taurat kamu abaikan, yaitu: keadilan dan belas kasihan dan kesetiaan. Yang satu harus dilakukan dan yang lain jangan diabaikan.
23:24 Hai kamu PEMIMPIN-PEMIMPIN BUTA, nyamuk kamu tapiskan dari dalam minumanmu, tetapi unta yang di dalamnya kamu telan.
23:25 CELAKALAH kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu ORANG-ORANG MUNAFIK, sebab cawan dan pinggan kamu bersihkan sebelah luarnya, tetapi sebelah dalamnya penuh rampasan dan kerakusan.
23:26 Hai ORANG FARISI YANG BUTA, bersihkanlah dahulu sebelah dalam cawan itu, maka sebelah luarnya juga akan bersih.
23:27 CELAKALAH kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu ORANG-ORANG MUNAFIK, sebab KAMU SAMA SEPERTI KUBURAN YANG DILABUR PUTIH, YANG SEBELAH LUARNYA MEMANG BERSIH TAMPAKNYA, TETAPI YANG SEBELAH DALAMNYA PENUH TULANG BELULANG DAN PELBAGAI JENIS KOTORAN.
23:28 DEMIKIAN JUGALAH KAMU, DI SEBELAH LUAR KAMU TAMPAKNYA BENAR DI MATA ORANG, TETAPI DI SEBELAH DALAM KAMU PENUH KEMUNAFIKAN DAN KEDURJANAAN.
23:29 CELAKALAH kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai kamu ORANG-ORANG MUNAFIK, sebab kamu membangun makam nabi-nabi dan memperindah tugu orang-orang saleh
23:30 dan berkata: Jika kami hidup di zaman nenek moyang kita, tentulah kami tidak ikut dengan mereka dalam pembunuhan nabi-nabi itu.
23:31 Tetapi dengan demikian kamu bersaksi terhadap diri kamu sendiri, bahwa kamu adalah keturunan pembunuh nabi-nabi itu.
23:32 Jadi, penuhilah juga takaran nenek moyangmu!
23:33 Hai KAMU ULAR-ULAR, HAI KAMU KETURUNAN ULAR BELUDAK! Bagaimanakah mungkin kamu dapat meluputkan diri dari hukuman neraka?
23:34 Sebab itu, lihatlah, Aku mengutus kepadamu nabi-nabi, orang-orang bijaksana dan ahli-ahli Taurat: separuh di antara mereka akan kamu bunuh dan kamu salibkan, yang lain akan kamu sesah di rumah-rumah ibadatmu dan kamu aniaya dari kota ke kota,
23:35 supaya kamu menanggung akibat penumpahan darah orang yang tidak bersalah mulai dari Habel, orang benar itu, sampai kepada Zakharia anak Berekhya, yang kamu bunuh di antara tempat kudus dan mezbah.
23:36 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya semuanya ini akan ditanggung angkatan ini!"

Matius 7:5 Hai ORANG MUNAFIK, keluarkanlah dahulu balok dari matamu, maka engkau akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar itu dari mata saudaramu."
7:6 "Jangan kamu memberikan barang yang kudus kepada ANJING dan jangan kamu melemparkan mutiaramu kepada BABI, supaya jangan diinjak-injaknya dengan kakinya, lalu ia berbalik mengoyak kamu."

Wahyu 22:15 Tetapi ANJING-ANJING DAN TUKANG-TUKANG SIHIR, ORANG-ORANG SUNDAL, ORANG-ORANG PEMBUNUH, PENYEMBAH-PENYEMBAH BERHALA DAN SETIAP ORANG YANG MENCINTAI DUSTA DAN YANG MELAKUKANNYA, tinggal di luar.
 (Tuhan Yesus)


Kisah 7:51 Hai ORANG-ORANG YANG KERAS KEPALA DAN YANG TIDAK BERSUNAT HATI DAN TELINGA, kamu selalu menentang Roh Kudus, sama seperti nenek moyangmu, demikian juga kamu.
(Stefanus)

Filipi 3:2 Hati-hatilah terhadap ANJING-ANJING, hati-hatilah terhadap PEKERJA-PEKERJA YANG JAHAT, hati-hatilah terhadap PENYUNAT-PENYUNAT YANG PALSU,
(Paulus)

II Petrus 2:22 Bagi mereka cocok apa yang dikatakan peribahasa yang benar ini: "ANJING KEMBALI LAGI KE MUNTAHNYA, DAN BABI YANG MANDI KEMBALI LAGI KE KUBANGANNYA."
(Petrus)
???

Dji, bagaimana anda menilai gaya bahasa mereka?Apakah anda akan menerapkan standar ganda didalam kasus ini?

Apa jadinya kalau membiarkan para pembesar 'rohani' di biarkan terus-menerus membualkan kesalahan/kebodohan/fitnah kepada para murid2nya, kepada jemaatnya, dan kepada orang banyak?Ya..epidemi kesalahan akan melanda banyak orang Kristen yang bakal menjauhkan mereka dari kebenaran, akibat ulah beberapa orang dari kristen fundamental.

Juga bagaimana dengan gaya bahasa anda :  "kampungan", "anak SD", dll itu?


Pada tanggal 1 Juni 2012 yang lalu Pdt. Dr. Suhento Liauw mengadakan acara seminar “ESKATOLOGI” di Surabaya di mana seminar ini juga dihadiri oleh Pdt. Budi Asali, M. Div.

Berikut ini adalah catatan dan tanggapan Pdt. Budi Asali terhadap hal-hal yang dibicarakan Suhento Liauw dalam seminarnya :

Dalam seminar itu, Suhento Liauw mengajarkan hal-hal ini:

1) Seminar berhubungan dengan pengetahuan / pikiran, kalau KKR hanya dengan perasaan. Karena itu dia buat seminar, bukan KKR.

Tanggapan Budi Asali:
Omong kosong, semua tergantung siapa yang berkhotbah dalam seminar atau KKR itu. Kalau yang berkhotbah memang adalah orang-orang yang senang mengobarkan emosi, baik KKR ataupun seminar akan berhubungan dengan perasaan saja. Sebaliknya kalau yang berkhotbah adalah orang-orang yang memang menekankan pendidikan dan pengajaran, maka baik KKR maupun seminar akan berhubungan dengan pikiran dan memberikan pengetahuan.

Tanggapan Dji:
Saya yakin semua orang setuju bahwa seminar tentu lebih MENEKANKAN PENGETAHUAN dari pada KKR. Karena dalam seminar yang diadakan oleh Dr. Suhento Liauw selalu ADA SESI TANYA JAWAB. Sedangkan dalam KKR tidak mungkin ada sesi tanya jawab. Fakta yang sulit dipungkiri bahwa hampir semua KKR mengedepankan emosi (perasaan). Seminar adalah pola belajar yang akademis, seminar berbeda dengan KKR. Seminar bersifat Pendalaman Alkitab (PA) sedangkan KKR bersifat Pendalaman Emosi (Perasaan). Seminar menyelidiki kitab suci (Alkitab) apakah benar demikian, persis seperti dalam Kis 17:11 Orang-orang Yahudi di kota itu lebih baik hatinya dari pada orang-orang Yahudi di Tesalonika, karena mereka menerima firman itu dengan segala kerelaan hati dan setiap hari mereka menyelidiki Kitab Suci untuk mengetahui, apakah semuanya itu benar demikian.

Tanggapan Cahaya :
Jangan terjebak dengan istilah 'seminar' ataupun 'KKR', Dji.
'Seminar' dan 'KKR' adalah hanya istilah saja untuk menyebut suatu jenis kegiatan tertentu.
Bagaimana isi, materi maupun suasana dari seminar/KKR ditentukan oleh panitia dan khususnya pembicara, bukan pada istilah tsb.
Walaupun seminarnya bertemakan tema yang 'wah' dan intelektual tetapi kalau pembicaranya macam Benny Hin, saya yakin didalamnya minim pengetahuan, dan hanya pakai perasaan dengan sedikit otak.
Kalau KKRnya dilakukan oleh Stephen Tong atau Budi Asali (yg orangnya lebih menekankan pengetahuan, walaupun tanpa meninggalkan sama sekali perasaan) tentu KKRnya akan sangat berbobot.
Ngerti? 


2) Kalau ada free will – harus ada pilihan, berbuat dosa atau berbuat baik.

Tanggapan Budi Asali:
Jawaban tentang kebodohan ini tidak saya berikan di sini karena ini berhubungan dengan debat tanggal 24 Agustus 2012 antara Esra + saya vs Steven Liauw + partnernya. Saya tak mau tunjukkan ‘senjata’ saya sebelum debat tanggal 24 Agustus itu terlaksana.

Tanggapan Dji:
Karena Bapak Pdt. Budi Asali, M. Div merasa “belum saatnya” untuk memberikan tanggapan, maka tidak ada yang perlu ditanggapi selain saya hanya melihat Kebenaran dari pernyataan Dr. Suhento Liauw bahwa setiap manusia mempunyai free will (mempunyai kehendak bebas yaitu mempunyai pilihan untuk berbuat dosa atau berbuat baik).

Tanggapan Cahaya :
Hanya karena belum ditanggapi maka anda anggap benar sesuatu itu, tanpa anda 'menyelidiki kitab suci (Alkitab) apakah benar demikian, persis seperti dalam Kis 17:11'?
Jangan terlalu cepat berteriak kemenangan, tetapi belajarlah bagaimana cara untuk menang.


3) Ia percaya komandan setan namanya Lucifer.

Tanggapan Budi Asali:
Ini memang kesalahan yang umum, tetapi salah.

Kata / nama ‘Lucifer’ muncul dalam terjemahan KJV dalam Yes 14:12 (dalam Kitab Suci Indonesia diterjemahkan ‘Bintang Timur’), dan kalau saudara membaca kontextnya jelas bahwa istilah ini menunjuk kepada raja Babel, bukan kepada komandan setan.

Yes 14:4,12,22,23 - “(4) maka engkau akan memperdengarkan ejekan ini tentang raja Babel, dan berkata: ‘Wah, sudah berakhir si penindas sudah berakhir orang lalim! … (12) ‘Wah, engkau sudah jatuh dari langit, hai Bintang Timur, putera Fajar, engkau sudah dipecahkan dan jatuh ke bumi, hai yang mengalahkan bangsa-bangsa! … (22) ‘Aku akan bangkit melawan mereka,’ demikianlah firman TUHAN semesta alam, ‘Aku akan melenyapkan nama Babel dan sisanya, anak cucu dan anak cicitnya,’ demikianlah firman TUHAN. (23) ‘Aku akan membuat Babel menjadi milik landak dan menjadi air rawa-rawa, dan kota itu akan Kusapu bersih dan Kupunahkan,’ demikianlah firman TUHAN semesta alam”.

Yes 14:12 (KJV): ‘How art thou fallen from heaven, O Lucifer, son of the morning! how art thou cut down to the ground, which didst weaken the nations!’.

Calvin (tentang Yes 14:12): “The exposition of this passage, which some have given, as if it referred to Satan, has arisen from ignorance; for the context plainly shows that these statements must be understood in reference to the king of the Babylonians. But when passages of Scripture are taken at random, and no attention is paid to the context, we need not wonder that mistake of this kind frequently arise. Yet it was an instance of very gross ignorance, to imagine that Lucifer was the king of devils, and that the Prophet gave him this name. But as these inventions have no probability whatever, let us pass by them as useless fables” (= Exposisi yang diberikan oleh beberapa orang tentang text ini, seakan-akan text ini menunjuk kepada setan / berkenaan dengan setan, muncul / timbul dari ketidaktahuan; karena kontex secara jelas menunjukkan bahwa pernyataan-pernyataan ini harus dimengerti dalam hubungannya dengan raja Babel. Tetapi pada waktu bagian-bagian Kitab Suci diambil secara sembarangan, dan kontex tidak diperhatikan, kita tidak perlu heran bahwa kesalahan seperti ini muncul / timbul. Tetapi itu merupakan contoh dari ketidaktahuan yang sangat hebat, untuk membayangkan bahwa Lucifer adalah raja dari setan-setan, dan bahwa sang nabi memberikan dia nama ini. Tetapi karena penemuan-penemuan ini tidak mempunyai kemungkinan apapun, marilah kita mengabaikan mereka sebagai dongeng / cerita bohong yang tidak ada gunanya) - hal 442.

Adam Clarke (tantang Yes 14:12): “And although the context speaks explicitly concerning Nebuchadnezzar, yet this has been, I know not why, applied to the chief of the fallen angels, who is most incongruously denominated Lucifer, (the bringer of light!) an epithet as common to him as those of Satan and Devil. That the Holy Spirit by his prophets should call this arch-enemy of God and man the light-bringer, would be strange indeed. But the truth is, the text speaks nothing at all concerning Satan nor his fall, nor the occasion of that fall, which many divines have with great confidence deduced from this text. O how necessary it is to understand the literal meaning of Scripture, that preposterous comments may be prevented!” [= Dan sekalipun kontexnya berbicara secara explicit tentang Nebukadnezar, tetapi entah mengapa kontex ini telah diterapkan kepada kepala dari malaikat-malaikat yang jatuh, yang secara sangat tidak pantas disebut / dinamakan Lucifer (pembawa terang!), suatu julukan yang sama umumnya bagi dia, seperti Iblis dan Setan. Bahwa Roh Kudus oleh nabiNya menyebut musuh utama dari Allah dan manusia sebagai pembawa terang, betul-betul merupakan hal yang sangat aneh. Tetapi kebenarannya adalah, text ini tidak berbicara sama sekali tentang Setan maupun kejatuhannya, ataupun saat / alasan kejatuhan itu, yang dengan keyakinan yang besar telah disimpulkan dari text ini oleh banyak ahli theologia. O alangkah pentingnya untuk mengerti arti hurufiah dari Kitab Suci, supaya komentar-komentar yang gila-gilaan / tidak masuk akal bisa dicegah!] - hal 82.

Tanggapan Dji:
Yesaya 14:1-16 konteksnya berbicara tentang Raja Babel, dan tentu di situ ada OKNUM DI BALIK Raja Babel yaitu Lucifer (Bintang Timur).

Tanggapan Cahaya :
Konteks ayatnya tidak berbicara tentang oknum di balik raja babel, tetapi tentang raja babelnya sendiri.

Yesaya 14:4 maka engkau akan memperdengarkan ejekan ini tentang raja Babel (bukan tentang oknum di belakang raja babel).


Dalam Yesaya 14:12 “Wah, engkau sudah jatuh dari langit, hai Bintang Timur, putera Fajar, engkau sudah dipecahkan dan jatuh ke bumi, hai yang mengalahkan bangsa-bangsa! (konteksnya harus lanjut baca minimal hingga ayat 13-14) Engkau yang tadinya berkata dalam hatimu: Aku hendak naik ke langit, aku hendak mendirikan takhtaku mengatasi bintang-bintang Allah, dan aku hendak duduk di atas bukit pertemuan, jauh di sebelah utara. Aku hendak naik mengatasi ketinggian awan-awan, HENDAK MENYAMAI Yang Mahatinggi!….”

Tanggapan Cahaya :
Anda ini kalau ngomong Yak Yak O tapi kosong melompong.
Suruh orang lain lihat konteks ternyata diri sendiri pandai berkotek.
Kalau mau baca, jangan hanya dilihat ayat 12-14, tetapi juga harus dilihat keseluruhan konteks tsb (ayat 1-27), bukan sebagian teks (ayat 12-14) doang!
Dan juga perlu dilihat genre kitab tsb apa.
Genre kitab Yesaya adalah sastra yang bersifat nubuatan.
Nubuatan itu tentang masa yang akan datang, bukan tentang masa lalu.
Dan juga nubuatan itu tentang raja babel (Yesaya 14:4).
Nubuatan tsb terjadi di bumi, dan terhadap manusia
Yesaya 14:26 Itulah rancangan yang telah dibuat mengenai seluruh bumi, dan itulah tangan yang teracung terhadap segala bangsa.
, bukan di negeri antah berantah atau terhadap malaikat.


Orang yang Sekolah Dasar (SD) saja sudah dapat mengerti dan memahami bahwa konteks di sini adalah menunjuk kepada komandan setan yaitu Lucifer. Tidak mungkin HANYA menunjuk kepada raja Babel dalam pandangan Bpk. Pdt. Budi Asali, M. Div. Jadi, konteksnya jelas menunjuk Lucifer yang ingin mengatasi bintang-bintang Allah, ingin duduk di bukit pertemuan, ingin mengatasi ketinggian awan-awan bahkan ingin MENYAMAI Yang Mahatinggi (Tuhan).

Tanggapan Cahaya :
Kamu bilang konteks..konteks..bukan konteks, tapi kotek, Dji!


Bagaimana mungkin orang sekaliber Bpk. Pdt. Budi Asali, M. Div hanya berkata “ini memang kesalahan yang umum, tetapi salah.” Dan juga TERLIHAT JELAS Bpk. Pdt. Budi Asali, M. Div lebih percaya kpd komentar Calvin dan Adam Clarke yang menyebut (Yes. 14:12) Lucifer ini sebagai “dongeng dan cerita bohong. Dan menganggapnya sebagai sesuatu yang sangat aneh/gila/tidak masuk akal.” Justru menurut saya: Bpk. Pdt. Budi Asali beserta Calvin dan Adam Clarke yang aneh KARENA TIDAK MAU MEMPERCAYAI kata-kata Alkitab itu sendiri.

Tanggapan Cahaya :
Dalam hal eksegesis, kamu sangat buruk sekali.
Seadanya kalimat kamu telan mentah-mentah tanpa mempelajari secara benar.
Apa yang kamu pelajari dari Liauw di GITS, kawan?


4) Waktu Nuh keluar dari bahtera, lalu beri persembahan kepada Allah, dan Allah mencium baunya dan lalu ‘menjadi bahagia’!

Tanggapan Budi Asali:
a) Dari mana gerangan omong kosong itu? Dalam Kitab Suci saya tak ada!

Kej 8:20-22 - “(20) Lalu Nuh mendirikan mezbah bagi TUHAN; dari segala binatang yang tidak haram dan dari segala burung yang tidak haram diambilnyalah beberapa ekor, lalu ia mempersembahkan korban bakaran di atas mezbah itu. (21) Ketika TUHAN mencium persembahan yang harum itu, berfirmanlah TUHAN dalam hatiNya: ‘Aku takkan mengutuk bumi ini lagi karena manusia, sekalipun yang ditimbulkan hatinya adalah jahat dari sejak kecilnya, dan Aku takkan membinasakan lagi segala yang hidup seperti yang telah Kulakukan. (22) Selama bumi masih ada, takkan berhenti-henti musim menabur dan menuai, dingin dan panas, kemarau dan hujan, siang dan malam.’”.

Tanggapan Dji:
Dalam Kejadian 8:21 SECARA JELAS DAN GAMPANG DIMENGERTI bahwa TUHAN mencium persembahan yang HARUM itu. HARUM dalam pengertian bahasa manusia bahwa Tuhan senang atau Tuhan bahagia. Oleh karena itu Tuhan berfirman dalam hatiNya: Aku takkan mengutuk bumi ini lagi……..


Tanggapan Cahaya :
Oh..jadi “harum” bukan berarti “wangi”, namun (menurut Dji) artinya “Tuhan senang atau Tuhan bahagia” ya?
Ck..ckckck...Hebat betul!
Setahu saya, harum itu nama dari Ibu kita Kartini lho!


Saya yakin bahwa Bpk. Budi Asali, M. Div tentu tidak akan ketemu dalam Alkitabnya yg tertulis “lalu bahagia”
Bagaimana mungkin orang seperti Bpk. Pdt. Budi Asali, M. Div tidak bisa mengerti ini?…..hehehehe… sabar ya pak?….

Tanggapan Cahaya :
Dji, saya mencoba membaca teliti tulisanmu (seperti saranmu di awal tulisan), ternyata kamu pandai menyunat frasa yang ditulis orang lain ya?
Pak Budi menulis (mengutip perkataan Liauw Senior) : “lalu ‘menjadi bahagia’”
koq kamu ubah menjadi : “lalu bahagia” ?
Kamu tukang sunat ya?
'Menjadi bahagia' berarti sebelumnya tidak bahagia lalu setelah itu bahagia.
Apa ada ide itu tersirat maupun tersurat di konteks persembahan Nuh di Alkitab?

Hehehe..apa kamu pikir Pak Budi marah sama kamu yang masih anak bau kencur?Pak Budi malah tertawa melihat argumentasimu ini, Dji.


b) Kalau Allah ‘menjadi bahagia’, berarti tadinya tidak bahagia?

Tanggapan Dji:
Ini adalah asumsi Bapak Pdt. Budi Asali, M. Div sendiri yang berlebihan dan membuat pertanyaan ukuran anak SD. Padahal tidak ada pernyataan Dr. Suhento Liauw yang mengatakan “tadinya Allah tidak bahagia”. Allah selalu bahagia sekalipun tidak ada manusia. jadi, jangan membuat asumsi-asumsi yang berlebihan dan konyol, Bapak Pendeta Budi Asali, M. Div!.

Tanggapan Cahaya :
Itu bukan asumsi berlebihan dan konyol. Itu memang arti dari frasa tsb.
Menjadi kaya → berarti sebelumnya miskin, lalu sekarang kaya
Menjadi pintar → berarti sebelumnya bodoh, lalu sekarang pintar
Menjadi bahagia → berarti sebelumnya tidak bahagia/menderita, lalu sekarang bahagia.
Istilah 'menjadi' itu menunjukkan suatu proses transformasi dari sesuatu menuju sesuatu.
Dji, apa dulu waktu sekolah pelajaran bahasa Indonesia kamu sering bolos ya?


5) Darah di ambang pintu (tulah ke 10) diberikan di atas, kiri dan kanan, membentuk salib! Juga ular tembaga ditaruh di atas tiang, supaya tidak melorot diberi kayu horizontal, dan lagi-lagi membentuk salib!

Tanggapan Budi Asali:
Tafsiran kampungan dan menambahi Alkitab (bertentangan dengan Sola Scriptura)!

Kel 12:7 - “Kemudian dari darahnya haruslah diambil sedikit dan dibubuhkan pada kedua tiang pintu dan pada ambang atas, pada rumah-rumah di mana orang memakannya.”.

Memang ada kata-kata ‘kedua tiang pintu’, berarti di kiri dan kanan, lalu ada ‘ambang atas’, berarti di atas, tetapi kalau tidak ada ‘di bawah’, bagaimana bisa membentuk salib???

Lalu tentang peristiwa ular tembaga, mari kita lihat ceritanya dalam Alkitab.

Bil 21:4-9 - “(4) Setelah mereka berangkat dari gunung Hor, berjalan ke arah Laut Teberau untuk mengelilingi tanah Edom, maka bangsa itu tidak dapat lagi menahan hati di tengah jalan. (5) Lalu mereka berkata-kata melawan Allah dan Musa: ‘Mengapa kamu memimpin kami keluar dari Mesir? Supaya kami mati di padang gurun ini? Sebab di sini tidak ada roti dan tidak ada air, dan akan makanan hambar ini kami telah muak.’ (6) Lalu TUHAN menyuruh ular-ular tedung ke antara bangsa itu, yang memagut mereka, sehingga banyak dari orang Israel yang mati. (7) Kemudian datanglah bangsa itu mendapatkan Musa dan berkata: ‘Kami telah berdosa, sebab kami berkata-kata melawan TUHAN dan engkau; berdoalah kepada TUHAN, supaya dijauhkanNya ular-ular ini dari pada kami.’ Lalu Musa berdoa untuk bangsa itu. (8) Maka berfirmanlah TUHAN kepada Musa: ‘Buatlah ular tedung dan taruhlah itu pada sebuah tiang; maka setiap orang yang terpagut, jika ia melihatnya, akan tetap hidup.’ (9) Lalu Musa membuat ular tembaga dan menaruhnya pada sebuah tiang; maka jika seseorang dipagut ular, dan ia memandang kepada ular tembaga itu, tetaplah ia hidup”.

Dimana gerangan ada kata-kata ‘supaya tidak melorot lalu diberi kayu horizontal’? Lagi mengigau, Pak Suhento?

Hal lain yang harus diketahui adalah: sebetulnya kita tidak tahu bagaimana bentuk salib Kristus. Kata ‘salib’ dalam bahasa Yunani adalah STAUROS, dan sebetulnya berarti ‘an upright pole’ (= tiang tegak). Dan salib yang paling awal memang hanya berbentuk satu tiang tegak. Karena itu tak perlu merasa heran kalau Saksi Yehuwa menggunakan tiang tegak sebagai salib Kristus. Tetapi memang belakangan muncul variasi-variasi bentuk salib, sehingga ada yang berbentuk X, Y, T, dan juga seperti salib yang kita kenal. Lalu yang mana yang merupakan salib yang digunakan untuk Yesus? Satu-satunya alasan untuk memilih salib yang paling umum adalah karena dikatakan bahwa di atas kepala Yesus dituliskan kata-kata ‘Yesus dari Nazaret, raja orang Yahudi’. Kalau salib berbentuk X, Y, atau T, dimana tulisan itu mau diletakkan? Jadi, dipilih salib yang kita kenal itu. Tetapi ini argumentasi yang sangat lemah, karena untuk salib yang manapun, bisa diberi tulisan, menggunakan papan yang diikat dengan tali. Apalagi salib yang berbentuk tiang tegak, tentu tak ada masalah dengan pemberian tulisan itu.

Kesimpulan: bahwa salib Yesus dikatakan berbentuk seperti yang sekarang kita kenal, merupakan sesuatu yang sangat tidak pasti!

Tanggapan Dji:
Dr. Suhento Liauw seorang Kristen Fundamental Alkitabiah mengajarkan Alkitab adalah satu-satunya Firman Tuhan (di luar Alkitab tidak ada Firman Tuhan), TIDAK MUNGKIN menambahi Firman Tuhan atau mengurangkan Firman Tuhan, karena itu bertentangan dengan pengajaran dan keyakinannya sendiri.

Tanggapan Cahaya :
Hehehe...sekali lagi, saya tidak terkecoh dgn istilah yang wah namun isinya melompong.
Liauw boleh sebut diri sebagai Alkitabiah dan memiliki slogan sola scriptura, namun kalau diteliti ajarannya dibawah terang FT banyak bertentangan dgn slogan yang dia gembar-gemborkan.
Sangat mungkin sekali pengajarannya kontradiktif dengan slogannya.


Darah di ambang pintu (Domba Paskah dalam tulah ke 10 ) jelas mengacu kepada Yesus Kristus yang disalibkan (Yoh. 1:29 “Pada keesokan harinya Yohanes melihat Yesus datang kepadanya dan ia berkata: “Lihatlah Anak domba Allah, yang menghapus dosa dunia.”) Darah domba paskah yang dibubuhkan kedua tiang pintu dan ambang atas hanya mengingatkan kita bahwa Yesus Kristus disalibkan untuk semua manusia yang berdosa. Adalah sangat mengherankan saya jika Bapak Pendeta Budi Asali, M. Div ini meributkan/mempermasalahkan “bentuk salibnya”. Beliau mengkritik lambang yang dibubuhkan, bukannya melihat inti/hakekat dari perayaan domba paskah dan ular tembaga itu sendiri. Tentang ular tembaga yang dibuat oleh Musa ini Rasul Yohanes berkata: (Yoh. 3:14-15) “Dan sama seperti Musa meninggikan ular di padang gurun, demikian juga Anak Manusia harus ditinggikan, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya beroleh hidup yang kekal.”

Tanggapan Cahaya :
Pak Budi sama sekali tidak mempermasalahkan bhw darah domba paskah di ambang pintu merujuk kepada Yesus (Type-Anty type).
Argumenmu ini menanggapi apa? Tak menanggapi apa-apa, selain ngoceh sendiri.
Lantas bagaimana kamu menanggapi bualan guru besarmu bhw “Darah di ambang pintu (tulah ke 10) diberikan di atas, kiri dan kanan, membentuk salib! Juga ular tembaga ditaruh di atas tiang, supaya tidak melorot diberi kayu horizontal, dan lagi-lagi membentuk salib?”Nah..nah..siapa dulu yang meributkan bentuk salib dengan melakukan eisegesis.


6) Baptisan harus selam, kalau tidak seperti Kain yang beri persembahan hasil bumi dan bukan binatang. Kata Yunani BAPTIZO artinya dicelup / direndam. Jadi, orang yang dibaptis percik sama saja dengan belum dibaptis!

Tanggapan Budi Asali:
Dalam seminar itu mula-mula ia mengatakan baptisan itu bukan merupakan sesuatu yang hakiki untuk keselamatan, tetapi anehnya pada waktu menekankan keharusan baptisan selam, ia mengatakan bahwa orang yang menggunakan baptisan percik adalah seperti Kain, yang bukannya mempersembahkan binatang tetapi mempersembahkan tanaman. Bukankah ia menjadikannya sebagai sesuatu yang bersifat hakiki / mutlak untuk keselamatan? Ia secara bodoh mengajarkan sesuatu yang bertentangan dengan ajarannya di bagian depan.

Kata Yunani BAPTIZO memang bisa berarti ‘celup’ atau ‘rendam’, tetapi tidak harus berarti seperti itu! Akan saya buktikan dari penggunaan kata itu dalam Alkitab sendiri.

1. Mark 7:4 - “dan kalau pulang dari pasar mereka juga tidak makan kalau tidak lebih dahulu membersihkan dirinya. Banyak warisan lain lagi yang mereka pegang, umpamanya hal mencuci (BAPTISMOUS) cawan, kendi dan perkakas-perkakas tembaga”.

KJV: ‘And when they come from the market, except they wash, they eat not. And many other things there be, which they have received to hold, as the washing of cups, and pots, brasen vessels, and of tables’ (= Dan pada waktu mereka pulang dari pasar, kecuali mereka mencuci, mereka tidak makan. Dan banyak hal-hal lain yang mereka terima untuk dipegang, seperti pencucian cawan, belanga / panci, bejana / tempat dari tembaga, dan meja-meja).

Kata-kata ‘and of tables’ (= dan meja-meja) tidak ada dalam terjemahan-terjemahan yang lain, tetapi footnote NIV memberikan keterangan bahwa ada beberapa manuscripts yang kuno yang memberikan kata-kata itu.

Kalau kata-kata itu memang orisinil, maka itu makin jelas membuktikan bahwa pembaptisan / pencucian dalam ayat ini tidak dilakukan dengan merendam, karena bagaimana mungkin orang merendam meja? Berapa besarnya bak cuci yang dibutuhkan? Jauh lebih masuk akal, bahwa pencucian dilakukan dengan mencurahkan air ke benda yang akan dicuci tersebut. Dan kalau kata-kata itu tidak orisinil, tetap aneh bahwa orang mencuci belanga, dsb dengan cara merendam. Biasanya orang mencuci barang-barang itu dengan mencurahkan air ke benda tersebut.

Tanggapan Dji:
Hampir semua mahasiswa theologi tahu apa arti literal / hurufiah kata “BAPTIZ = selam/celup,” sedangkan ”RANTIZ = percik”.

Tanggapan Cahaya :
Selain berarti celup atau rendam, BAPTIZO bisa juga (secara implisit) berarti percik.
Arti kata dilihat dari penggunaannya dalam suatu kalimat.
Saya beri contoh dan penjelasan pada tanggapan saya di bawah.


Bpk. Pdt. Budi Asali, M. Div SENDIRI DI ATAS MENGAKUI bahwa “Dr. Suhento Liauw mengajarkan baptisan itu bukan merupakan sesuatu yang hakiki untuk keselamatan.” Tetapi kemudian justru komentar Bpk. Pdt. Budi Asali, M. Div sendiri yang “menyerang balik” dengan berkata “Dr. Suhento menjadikannya (baptisan) sebagai sesuatu yang bersifat hakiki/mutlak untuk keselamatan?” ini adalah BUKTI FITNAH seorang Bapak yang bernama Pdt. Budi Asali, M. Div, yang bertentangan dengan ajaran guru kami Dr. Suhento Liauw.

Tanggapan Cahaya :
Hehehe..kamu malu ya gurumu ketahuan berlaku kontradiksi lalu meneriaki kebenaran itu sbg fitnah?
DALAM SEMINAR ITU MULA-MULA IA MENGATAKAN BAPTISAN ITU BUKAN MERUPAKAN SESUATU YANG HAKIKI UNTUK KESELAMATANTETAPI ANEHNYA PADA WAKTU MENEKANKAN KEHARUSAN BAPTISAN SELAM, IA MENGATAKAN BAHWA ORANG YANG MENGGUNAKAN BAPTISAN PERCIK ADALAH SEPERTI KAIN, YANG BUKANNYA MEMPERSEMBAHKAN BINATANG TETAPI MEMPERSEMBAHKAN TANAMAN.
Bukankah ia menjadikannya sebagai sesuatu yang bersifat hakiki / mutlak untuk keselamatan? Ia secara bodoh mengajarkan sesuatu yang bertentangan dengan ajarannya di bagian depan.”


Mengenai “Baptizo” dalam Markus 7:4 penggunaan Yunaninya (TR) adalah BAPTISONTAI. Bapak Pdt. Budi Asali, M. Div sendiri juga MENGAKUI bahwa arti Baptizo adalah “celup atau rendam”. Tetapi herannya ia tidak mau menaati perintah baptis itu sendiri, dengan mengatakan kata itu (baptizo) “tidak harus berarti seperti itu (maksudnya tidak harus celup/rendam).”

Kalau ada orang berkata “jalan” tetapi maksudnya “lari” atau ia berkata “duduk” tetapi maksudnya “berdiri”… yah…..akan repot kita memahami omongan orang demikian.

Tanggapan Cahaya :
Markus 7:4 menggunakan kata BAPTISMOS

Mar 7:4 And G2532 when they come from G575 the market, G58 except G3362 they wash, G907 they eat G2068 not. G3756 And G2532 many G4183 other things G243 there be, G2076 which G3739 they have received G3880 to hold, G2902 as the washing G909 of cups, G4221 and G2532 pots, G3582(G2532) brasen vessels, G5473 and G2532 of tables. G2825

Strong's Hebrew and Greek Dictionaries :

G909
βαπτισμός
baptismos
bap-tis-mos'
From G907; ablution (ceremonially or Christian): - baptism, washing.

Kata “BAPTISMOS” berasal dari kata “BAPTIZO”

G907
βαπτίζω
baptizō
bap-tid'-zo
From a derivative of G911; to make whelmed (that is, fully wet); used only (in the New Testament) of ceremonial ablution, especially (technically) of the ordinance of Christian baptism: - baptist, baptize, wash.

Kata “BAPTIZO” diturunkan dari kata “BAPTO”

G911
βάπτω
baptō
bap'-to
A primary verb; to whelm, that is, cover wholly with a fluid; in the New Testament only in a qualified or specific sense, that is, (literally) to moisten (a part of one’s person), or (by implication) to stain (as with dye): - dip.

Mengingat kata Baptismos/Baptizo/Bapto mempunyai arti yang lebih dari satu, yaitu : wash, to makewhelmed, fully wet, cover wholly with a fluid, to moisten, to stain, maka konteks kalimat/perikop menentukan arti dari kata tsb.

Dan Pak Budi sudah memberikan banyak ayat di Alkitab yang mengharuskan kita mengartikan kata Baptizo sesuai konteksnya, yaitu : percik.

Tetapi Dji tidak menanggapi argumen Pak Budi yang Alkitabiah ini dan dengan bebal tetap pada pendiriannya dengan mengambil ilustrasi yang ngawur.

“Jalan”, “lari”, “duduk”, “berdiri”, itu sederetan kata yang berbeda vokal maupun artinya, dan tidak bisa disamakan dgn kasus kata “baptize”.
Kalau mau mengambil ilustrasi yang tepat, kata “heart” mungkin bisa dipakai.
Heart bisa berarti jantung atau hati. Konteks kalimat/frasa menentukan arti yang benar.
Heart attack = tidak bisa diartikan sbg serangan hati, tetapi harus diartikan sbg serangan jantung
Broken heart = tidak bisa diartikan sbg patah jantung, tetapi patah hati.

Sekali lagi, kalau ada suatu kata yang mempunyai lebih dari satu arti, arti yang benar dari kata tsb dilihat dari konteks penggunaan kalimatnya.


Kesimpulan saya: Kalau Alkitab bilangnya “Baptis” maka itu harusnya selam/rendam/celup ke dalam air, bukan percik seperti yang DI-INGIN-KAN oleh Bapak Pdt. Budi Asali, M. Div ini.

Tanggapan Cahaya :
Mahasiswa Theologia itu seharusnya menggunakan akal budinya untuk belajar baik-baik firman Tuhan, jangan asal “pokok'e” (Kalau Alkitab bilangnya “Baptis” maka itu harusnya selam/rendam/celup ke dalam air, bukan percik ) lalu kekeh jumekeh dan klaim kemenangan.


Seharusnya sebagai orang yang mengakui Alkitab satu-satunya firman Tuhan (Sola Scriptura) kita tidak perlu meragukan ada kebiasaan orang Yahudi yang merendam belanga atau meja sekalipun, dengan mencari alasan-alasan yg “aneh” untuk tidak mau menaati Firman Tuhan, dengan gampangnya Bpk. Pdt. Budi Asali, M. Div berkata “biasanya orang mencuci barang-barang itu dengan mencurahkan air ke benda tersebut.” Padahal ini hanya sebuah asumsi praduga beliau belaka. Dari mana Bpk. Pdt. Budi Asali, M. Div mengetahui bahwa “biasanya” orang mencuci barang-barang itu dengan mencurahkan air? Ini adalah praduga tanpa bukti.

Tanggapan Cahaya :
Merendam belanga atau meja adalah asumsi anda belaka tanpa didukung dengan data-data yang akurat dan hanya argument asal-asalan.

Mencuci bisa dengan cara mencurahkan air ke benda-benda, dan itu juga adalah tradisi orang Yahudi.
Saya berikan komentar dari Adam Clarke, seorang ahli theologia, sbb :

And of tables - Beds, couches - ÎºÎ±Î¹ κλινων. This is wanting in BL, two others, and the Coptic. It is likely it means no more than the forms, or seats, on which they sat to eat. A bed or a couch was defiled, if any unclean person sat or leaned on it - a man with an issue - a leper - a woman with child, etc. As the wordβαπτισμους, baptisms, is applied to all these, and as it is contended that this word, and the verb whence it is derived, signify dipping or immersion alone, its use in the above cases refutes that opinion and shows that it was used, not only to express dipping or immersion, but also sprinkling and washing. The cups and pots were washed; the beds and forms perhaps sprinkled; and the hands dipped up to the wrist. (Adam Clark)

Anda dibandingkan Adam Clark ga ada apa-apanya. Bahkan seluruh kepandaian anda tidak ada seujung kukunya dia. Dan Adam Clark adalah seorang yang sangat terpelajar dan sudah menulis banyak buku2 theologia, tafsiran dan komentar2.


Dalam imamat 14:5 “imam harus memerintahkan supaya burung yg seekor disembelih di atas belanga tanah berisi air mengalir (tentu pencucian belanga ini terjadi di dalam sungai), bukan dibasuh atau disiram. ini salah satu contoh ayat yg mendukung belanga di rendam/dicelup di dalam air.

Tanggapan Cahaya :
Ayat diatas sama sekali tidak membicarakan perendaman atau pencelupan belanga di dalam air.
Anda ngelindur ya? Atau Alkitab anda sudah diedit?


2. Luk 11:38 - “Orang Farisi itu melihat hal itu dan ia heran, karena Yesus tidak mencuci(EBAPTISTHE) tanganNya sebelum makan”.

Orang mencuci tangan tidak harus merendam tangannya dalam air, tetapi bisa dengan mencurahkan air pada tangan. Jadi jelas bahwa ‘baptis’ di sini tidak harus berarti ‘celup / selam’.

Tanggapan Dji:
Lukas 11:38 “tidak mencuci” di sini berarti tidak mencuci dengan tidak mencelupkan/tidak merendamkan tangan-Nya ke dalam air. Justru tidak ada bukti kuat bahwa ayat ini bisa berarti mencurahkan air pada tangan. “Mencurahkan air pada tangan” adalah hasil penafsiran Bapak Pdt. Budi Asali, M. Div sendiri untuk mendukung doktrinnya.

Tanggapan Cahaya :
Hehehe...ternyata anda yang jago menafsirkan secara liar dengan memasukkan pandangan sendiri ke dalam Alkitab (eisegesis). Pak Budi secara jujur memberikan adanya dua kemungkinan sesuai dengan arti dari kata “EBAPTISTHE”



3. 1Kor 10:2 - ‘dibaptis dalam awan dan dalam laut’.
Kata Yunaninya adalah EBAPTISANTO.
Dua hal yang harus diperhatikan:

a. Orang Israel berjalan di tempat kering (Kel 14:22). Yang terendam air adalah orang Mesir!
b. Awan tidak ada di atas mereka, tetapi di belakang mereka (Kel 14:19-20). Juga awan itu tujuannya untuk memimpin / melindungi Israel; itu bukan awan untuk memberi hujan. Kalau toh awan itu memberi hujan, itu lebih cocok dengan baptisan percik, bukan selam.

Jadi jelas bahwa orang Israel tidak direndam / diselam dalam awan dan dalam laut!

Barnes’ Notes: “This passage is a very important one to prove that the word baptism does not necessarily mean entire immersion in water. It is perfectly clear that neither the cloud nor the waters touched them” (= Text ini adalah text yang sangat penting untuk membuktikan bahwa kata baptisan tidak harus berarti penyelaman seluruhnya di dalam air. Adalah sangat jelas bahwa baik awan maupun air tidak menyentuh mereka).

Tanggapan Dji:
I Kor. 10:2 “Untuk menjadi pengikut Musa mereka semua (orang-orang Israel yg menyeberangi laut Merah) telah dibaptis dalam awan dan dalam laut.” Paulus sendiri mencatatkan begitu adanya, dan memang begitu fakta sejarahnya.

Tanggapan Cahaya :
Fakta sejarah dari hongkong?
Hahaha...bagaimana bisa anda mengartikan dan percaya bahwa bangsa Israel di baptis = diselam/dicelup/direndam dalam laut merah sedangkan Alkitab menyatakan bahwa di rendam/celup ke dalam air pada waktu itu adalah orang2 Mesir?

Ini fakta sejarah yang Alkitab catat :
Keluaran 14:27 Musa mengulurkan tangannya ke atas laut, maka menjelang pagi berbaliklah air laut ke tempatnya, sedang orang Mesir lari menuju air itu; DEMIKIANLAH TUHAN MENCAMPAKKAN ORANG MESIR KE TENGAH-TENGAH LAUT.
14:28 Berbaliklah segala air itu, lalu menutupi kereta dan orang berkuda dari seluruh pasukan Firaun, yang telah menyusul orang Israel itu ke laut; seorang pun tidak ada yang tinggal dari mereka.
14:29 Tetapi ORANG ISRAEL BERJALAN DI TEMPAT KERING DARI TENGAH-TENGAH LAUT, sedang di kiri dan di kanan mereka air itu sebagai tembok bagi mereka.


Theologi Rasul Paulus mengatakan “mereka semua telah dibaptis dalam awan dan dalam laut. Ini bertentangan dengan theologi Bapak Pdt. Budi Asali, M. Div yang mengatakan “mereka (orang Israel) tidak direndam/diselam dalam awan dan dalam laut!.” Ajaran Dr. Suhento Liauw adalah sama seperti yg diajarkan oleh Rasul Paulus, yaitu melihat orang-orang Israel telah dibaptis dalam awan dan laut, ini bertentangan dengan ajaran Bapak Pdt. Budi Asali, M. Div yg mengatakan mereka tidak dibaptis dalam awan dan dalam laut.

Tanggapan Cahaya :
Yang Paulus maksudkan dgn kata 'dibaptis' disana bukan diselam/direndam karena itu tidak cocok dgn fakta Alkitab di Kel 14:27-29 dan Kel 14:19-20.
Penggunaan kata ‘baptisan / dibaptis’ di sini maksudnya adalah: sama seperti baptisan membawa orang kristen ke bawah Kristus untuk mengikuti / mentaati Dia, maka peristiwa awan dan laut membawa orang Israel ke bawah Musa untuk mengikuti dan mentaatinya.

Charles Hodge: “The cloud and the sea did for them in reference to Moses, what baptism does for us in reference to Christ” (= Awan dan laut berbuat pada mereka dalam hubungannya dengan Musa, apa yang baptisan perbuat pada kita dalam hubungannya dengan Kristus).

Jadi ayat ini sebenarnya tidak berbicara tentang cara baptisan keagamaan. Kalau toh mau dihubungkan dengan cara baptisan keagamaan, maka :
 1. Awan membaptis bangsa Israel dengan cara memberi hujan. Dan cara ini lebih cocok menunjuk pada baptisan percik.
2. Laut tidak membasahi atau merendam bangsa Israel, namun merendam bangsa mesir sehingga mereka binasa.

Atau menurutmu ini berarti baptisan selam itu diperuntukan bagi bangsa kafir dan untuk membinasakan mereka?


Jelas orang Israel berjalan di tempat kering (Kel. 14:22 dan ayat 29) tetapi tempat kering di dalam laut (di tengah-tengah laut). “Sedang di kiri dan di kanan mereka air itu sebagai tembok bagi mereka.” Bukankah ini sudah sangat jelas bahwa mereka semua telah masuk ke dalam laut Merah? Tidakkah ini membuat Bapak Pdt. Budi Asali, M. Div mengerti Baptisan yg dimaksud oleh Rasul Paulus dalam I Kor. 10:2 ?

Tanggapan Cahaya :
Berarti baptisan yang kamu maksud adalah masuk ke dalam air/sungai/kolam yang telah dibendung kanan kirinya sehingga tidak membasahi orang yang dibaptis, seperti bangsa Israel masuk ke tempat kering di tengah2 laut?
Cara baptisan baru : “BAPTISAN KERING”?


…….. atau adakah bangsa Israel melewati laut Merah dengan dipercik/dicurahkan air laut?…atau diteteskan air seperti dugaan Bpk. Budi Asali, M. Div?……… (tidak ada yang salah dengan pernyataan Barnes di atas, karena orang Israel memang awan dan air tidak menyentuh mereka), tetapi ini juga bukan otomatis berarti mereka tidak dibaptis dalam awan dan air, karena Theologi Rasul Paulus meneguhkan bahwa bangsa Israel dibaptis dalam awan dan dalam laut. (1Kor. 10:2). Sekali lagi Bapak Pdt. Budi Asali, M. Div ini bertentangan dengan theologi Paulus.

Tanggapan Cahaya :
Dari frasa 'air laut' disunat menjadi 'air'. Lalu mencoba membuat kalimat :
“tetapi ini juga bukan otomatis berarti mereka tidak dibaptis dalam awan dan air,
karena Theologi Rasul Paulus meneguhkan bahwa bangsa Israel dibaptis dalam awan dan dalam laut. (1Kor.10:2)“

Hmm..hebat benar logika mu, mahasiswa GITS, didalam menyatakan dua hal yang kontradiksi secara frontal. Applause!

Tidak dibaptis dalam awan dan air (laut) = dibaptis dalam awan dan dalam laut ya?
Applause! Applause!! Applause!!!


4. Ibr 9:10 - “karena semuanya itu, di samping makanan minuman dan pelbagai macampembasuhan (BAPTISMOIS), hanyalah peraturan-peraturan untuk hidup insani, yang hanya berlaku sampai tibanya waktu pembaharuan”.

Catatan: ada edisi Kitab Suci Indonesia yang mengatakan ‘pelbagai macampersembahan’. Ini salah cetak, dan dalam edisi yang baru sudah diperbaiki.

Terjemahan Lama: ‘berbagai-bagai basuhan’.
NASB: various washings (= bermacam-macam pembasuhan).
NIV: various ceremonial washings (= bermacam-macam pembasuhan yang bersifat upacara keagamaan).
RSV: various ablutions (= bermacam-macam pembersihan / pencucian).
KJV: divers washings (= bermacam-macam pembasuhan).

Kata Yunaninya adalah BAPTISMOIS. Jadi terjemahan hurufiahnya adalah ‘bermacam-macam baptisan’.

Kalau kita memperhatikan kontex dari Ibr 9 itu, maka pasti Ibr 9:10 ini menunjuk pada ‘pemercikan’ dalam Ibr 9:13,19,21. Karena itu jelas bahwa di sini kata ‘baptis’ tidak diartikan selam / celup, tetapi percik.

Tanggapan Dji:
Dalam Ibrani 9:10 memang bahasa Yunani yang digunakan di situ adalah BAPTISMOIS (LAI.2009 Terjemahkan: pelbagai macam pembasuhan). Ayat ini tidak otomatis mendukung pembasuhan dgn cara percik, karena kata yang dipakai adalah BAPTISMOIS. Jadi, ayat ini justru mendukung pembasuhan dengan cara direndam/dicelup, karena arti Baptis adalah rendam/celup.

Tanggapan Cahaya :
Heb 9:10 Which stood only G3440 in G1909 meats G1033 and G2532 drinks,G4188 and G2532 divers G1313 washings, G909 and G2532 carnal G4561 ordinances, G1345 imposed G1945 on them until G3360 the time G2540 of reformation.G1357

Strong's Hebrew and Greek Dictionaries :

G909
βαπτισμός
baptismos
bap-tis-mos'
From G907; ablution (ceremonially or Christian): - baptism, washing.

Hehehehe...pakai jurus “pokok'e” lagi tanpa belajar bagaimana BAPTISMOS itu mempunyai banyak arti tergantung kalimatnya dan konteksnya atau kaitannya dengan ayat lain dalam satu konteks.
Teruskan coy!


Sedangkan dalam Ibrani 9:13 kasusnya berbeda, (bukan menggunakan BAPTIMOIS) kata yg dipakai adalah RANTIZOUZA dari kata RANTIZ (yg memang harus diterjemahkan percik), Ibr. 9:19 kata yg dipakai adalah ERRANTISEN dari kata RANTIZ (yg memang harus diterjemahkan percik), Ibr. 9:21 kata yg dipakai adalah ERRANTISEN dari kata RANTIZ (yg memang harus diterjemahkan percik).

Jadi, dalam bahasa aslinya (Yunani) Ibr. 9:10 dari kata BAPTISMOIS (celup/rendam) sedangkan dalam Ibr. 9:13, 19, 21 dari kata RANTIZ (percik), bukan dari kata “baptis” seperti dugaan Bapak Pdt. Budi Asali, M. Div di atas yg tidak teliti memperhatikan bahasa Yunani dalam Ibr. 9:13, 19, 21 dengan berkata “karena itu jelas bahwa disini kata “baptis”tidak diartikan selam/celup, tetapi percik.” Padahal dalam bahasa aslinya untuk ke tiga ayat ini (ibr. 9:13, 19, 21) memang menggunakan kata “Rantiz” (bukan kata “Baptiz” yg diduga oleh Bapak Pdt. Budi Asali, M. Div). Jangan disama-ratakan dong Pak?….. kasihan orang yg tidak teliti nanti. Karena dalam ayat Ibrani 9:10 saja yg menggunakan kata Baptiz di situ, yg lainnya memang menggunakan kata Rantiz.
Sekali lagi ini membuktikan keinginan Bpk. Pdt. Budi Asali, M. Div yg ingin mencomot ayat-ayat tertentu (tanpa memperhatikan akar kata ibr. 9:13, 19, 21) untuk mendukung doktrin perciknya.
Tanggapan Cahaya :
Ibrani 9:10 tidak berdiri sendiri terpisah dari Ibrani 9:13,19, dan 21, dimana masih dalam satu konteks tentang pembasuhan (baptismos) atau pemercikan (rhantizō).
Ibrani 9:10 memakai kata “baptismos” yang menunjuk pada Ibrani 9:13, 19 dan 21 yang memakai kata “rhantizo”. Paulus sendiri saat itu sedang menjelaskan mengenai cara penyucian pada zaman PL dan dikaitkan dengan PB.

Ibrani 9:9 - 10 : Itu adalah kiasan masa sekarang. Sesuai dengan itu dipersembahkan korban dan persembahan yang tidak dapat menyempurnakan mereka yang mempersembahkannya menurut hati nurani mereka, karena semuanya itu, di samping makanan minuman dan pelbagai macam pembasuhan (BAPTISMOS), hanyalah peraturan-peraturan untuk hidup insani, yang hanya berlaku sampai tibanya waktu pembaharuan.
...
9:13 Sebab, jika darah domba jantan dan darah lembu jantan dan percikan (RHANTIZO) abu lembu muda menguduskan mereka yang najis, sehingga mereka disucikan secara lahiriah,
...
9:19 Sebab sesudah Musa memberitahukan semua perintah hukum Taurat kepada seluruh umat, ia mengambil darah anak lembu dan darah domba jantan serta air, dan bulu merah dan hisop, lalu memerciki
(RHANTIZO) kitab itu sendiri dan seluruh umat,
...
9:21 Dan juga kemah dan semua alat untuk ibadah dipercikinya (RHANTIZO) secara demikian dengan darah.

Pembaptisan di PB oleh Rasul Paulus digambarkan sebagai simbol penyucian pada zaman PL dengan cara di PERCIKI.
Kesinambungan cara PEMERCIKAN dalam ritual penyucian di PL itu berlanjut di zaman PB dalam PEMBAPTISAN.





Yang mencomot ayat (Ibrani 9:10) dan mengeluarkan dari konteksnya atau relasinya dgn ayat2 lain dalam satu konteks (Ibrani 9:13, 19, dan 21) adalah anda!
Pak Budi tidak menyoroti akar kata Ibrani 9:13, 19 dan 21, dimana disana (di ketiga ayat tsb) tidak terdapat perbedaan arti antara kata asli dengan kata terjemahan ( rhantizo = percik), tetapi Pak Budi hanya menyoroti Ibrani 9:10 dalam hubungannya dgn Ibrani 9:13, 19 dan 21.








ini saya MASIH BELUM MENGUTIP BUKTI-BUKTI bahwa Alkitab mendukung Baptisan selam / rendam / celup ke dalam air.

Tanggapan Cahaya :
Oh...anda masih punya bukti2 tho?
Saya jadi pingin lihat bagaimana lihainya anda bereisegesis ria dengan Alkitab, dengan mengabaikan bagian-bagian Alkitab yang lain yang berhubungan dengannya, sama seperti sebelumnya.


Argumentasi-argumentasi lain bahwa bahwa baptisan tidak harus dilakukan dengan selam, tetapi boleh dengan percik, adalah:

a) Ada banyak kasus dimana rasanya tidak mungkin dilakukan baptisan selam.

Dalam Kitab Suci ada banyak contoh dimana baptisan tidak dilakukan di sungai. Juga tidak diceritakan adanya kolam yang memungkinkan baptisan selam (Kis 2:41 Kis 9:18 Kis 10:47-48 Kis 16:33). Kis 16:33 adalah contoh yang paling kuat untuk menunjukkan bahwa baptisan tidak dilakukan dengan penyela­man karena hal itu terjadi di dalam penjara!

Charles Hodge, seorang ahli theologia Reformed dan pendukung baptisan percik, berkata:

“In Acts 2:41, three thousand persons are said to have been baptized at Jerusalem apparently in one day at the season of Pentecost in June; and in Acts 4:4, the same rite is necessarily implied in respect to five thousand more. … There is in summer no running stream in the vicinity of Jerusalem, except the mere rill of Siloam of a few rods in length; and the city is and was supplied with water from its cistern and public reservoirs. From neither of these sources could a supply have been well obtained for the immersion of eight thousand persons. The same scarcity of water forbade the use of private baths as a general custom” [= Dalam Kis 2:41, dikatakan bahwa 3000 orang dibaptiskan di Yerusalem, dan itu jelas terjadi dalam satu hari pada musim Pentakosta di bulan Juni; dan dalam Kis 4:4, secara tidak langsung bisa dipastikan bahwa upacara yang sama dilakukan terhadap 5000 orang lebih. ...Pada musim panas, tidak ada sungai mengalir di Yerusalem dan sekitarnya, kecuali sungai kecil dari Siloam yang panjangnya beberapa rod (NB: 1 rod = 5 meter); dan kota itu, baik sekarang maupun dulu, disuplai dengan air dari bak / tangki air dan waduk / kolam air milik / untuk umum. Tidak ada dari sumber-sumber ini yang bisa menyuplai air untuk menyelam 8000 orang. Kelangkaan air yang sama melarang penggunaan bak mandi pribadi sebagai suatu kebiasaan umum] - ‘Systematic Theology’, vol III, hal 534.

Catatan: Kis 4:4 seharusnya ‘menjadi 5000 orang’, bukan ‘bertambah dengan 5000 orang’.

Charles Hodge lalu menambahkan sebagai berikut:

“The baptismal fonts still found among the ruins of the most ancient Greek churches in Palestine, as at Tekoa and Gophna, and going back apparently to very early times, are not large enough to admit of baptism of adult persons by immersion, and were obviously never intended for that use” (= Bak-bak untuk membaptis yang ditemukan di antara reruntuhan dari gereja-gereja Yunani kuno di Palestina, seperti di Tekoa dan Gophna, dan jelas berasal dari waktu yang sangat awal, tidak cukup besar untuk baptisan orang dewasa dengan cara penyelaman, dan jelas tidak pernah dimaksudkan untuk penggunaan seperti itu) - ‘Systematic Theology’, vol III, hal 534.

Tanggapan Dji:
Bapak Pdt. Budi Asali, M. Div ini sangat mempercayai kata-kata dari Charles Hodge (dari pada untuk percaya kpd kata-kata dari Alkitab), bahkan ia lupa untuk menganalisa Alkitab dan bahkan lupa untuk menganalisa tulisan Charles Hodge sendiri, sehingga ia berkata “rasanya tidak mungkin dilakukan baptisan selam”. Jangan pakai rasa-rasa, dong Pak ?……….(bagaimana mungkin Bapak membangun doktrin/pengajaran dengan perasaan?)

Tanggapan Cahaya :
Yang dimaksud dengan 'rasanya' itu bukan rasa-rasa (perasaan) tetapi 'dugaan kuat yang pasti', mengingat BAPTIZO mempunyai banyak arti, dan bagaimana kita mengambil arti yang benar konteks sangat menentukan.
Hehehe...hal remeh yang kurang esensi sangat anda perhatikan, tetapi inti argumen tidak pernah anda bahas dengan baik.


Mari kita lihat: (per ayat akan di kupas tuntas):

Tanggapan Cahaya :
Wuih...gaya bahasanya setinggi langit bok : “Mari kita lihat: (per ayat akan di kupas tuntas)”tapi isinya nol!


Kata Alkitab: Kis. 2:41 “Orang-orang yang menerima perkataannya itu memberi diri dibaptis dan pada hari itu jumlah mereka bertambah kira-kira tiga ribu jiwa.” Ayat ini adalah lanjutan dari Kis. 2:1 “Ketika tiba hari Pentakosta, SEMUA ORANG PERCAYA berkumpul di satu tempat”. SEMUA ORANG PERCAYA berarti termasuk 12 Rasul dan 120 orang yg berkumpul juga (pada hari pemilihan Matias jadi Rasul menggantikan Yudas). jadi, ketika jumlah 3.000 orang dibaptis dalam satu hari, itu bukanlah suatu angka yg sulit untuk dibaptis selam, karena yg membaptis tentu bukanlah Rasul Petrus seorang diri. Yang membaptis mereka (3.000 orang) minimal ada 12 orang Rasul yg membaptis atau bisa jadi yg 120 orang itu juga ikut membaptis. Jika 3.000 orang dibagi 132 orang untuk dibaptis maka masing-masing orang hanya membaptis antara 22 atau 23 orang. Jadi, tidak sampai satu jam sudah selesai acara pembaptisan selam. Jadi, mengapa “rasanya tidak mungkin dilakukan baptisan selam” Bapak Budi Asali, M. Div ?…….. Kitab Suci juga TIDAK BERKATA “TIDAK ADA KOLAM DAN TIDAK ADA SUNGAI”. Kitab Suci berkata mereka semua (3.000 orang) dibaptis yang artinya diselam. (entah diselam di kolam atau di sungai, atau di bak mandi itu bukan esensinya, esensinya adalah mereka diselam/dibaptis).

Tanggapan Cahaya :
hahaha...ternyata yang dimaksud dengan “dikupas tuntas” hanya jurus “pokok'e” :“Kitab Suci berkata mereka semua (3.000 orang) dibaptis yang artinya diselam. (entah diselam di kolam atau di sungai, atau di bak mandi itu bukan esensinya, esensinya adalah mereka diselam/dibaptis).” ?
Ah..tak perlu mahasiswa, anak SD aja juga bisa berargumen spt itu.
Tanpa analisa atau argument apa-apa, langsung ambil kesimpulan : “esensinya adalah mereka diselam/dibaptis”.


Mari perhatikan dengan teliti: Systematic Theology Charles Hodge vol. III hal. 534 yg dikutip Bpk. Pdt. Budi Asali, M. Div tidak bisa dijadikan standar kebenaran (karena Charles Hodge berkata “Kis 2:41 terjadi di bulan Juni, di musim panas, tidak ada sungai yg mengalir di Yerusalem dan sekitarnya kecuali sungai kecil dari Siloam). Charles Hodge ingin menutup kemungkinan argument baptis selam, tetapi akhirnya ia sendiri menambahkan “bak-bak untuk membaptis yg ditemukan di antara reruntuhan dari gereja-gereja Yunani kuno di Palestina, seperti di Tekoa dan Gophna dan jelas berasal dari waktu yg sangat awal…”.kemudian Charles Hodge kembali cepat-cepat menutup kemungkinan baptis selam dengan melanjutkan berkata “tidak cukup besar untuk baptisan orang dewasa dengan cara penyelaman, dan jelas tidak pernah dimaksudkan untuk penggunaan seperti itu.” –‘Systematic Theology’-Vol. III hal. 534.

Tanggapan Cahaya :
Dji, kamu dukun terawang ya sehingga bisa menilai bhw Charles Hodge yang adalah seorang ahli teologia kelas dunia yang brilian itu sukanya kebingungan kalau nulis sehingga cepat buka celah kelemahan argumentasi, lalu cepat-cepat balik menutup celah kelemahan argumentasinya?

Charles Hodge sedang menarasikan bagaimana kondisi Yerusalem di musim panas, dimana sangat tidak memungkinkan adanya cukup banyak air untuk membaptis 3000 orang.
Lalu Charles Hodge mengemukakan argumen yang berbeda (namun masih dalam satu topik) bahwa zaman kemudian (setelah zaman para rasul) ada bak2 untuk pemandian di reruntuhan gereja-gereja Yunani kuno di Palestina yang tidak cukup besar untuk pemandian orang dewasa dengan cara diselam.

Charles Hodge menjelaskan DUA FAKTA yang berbeda.
Fakta yang pertama : kondisi Yerusalem pada zaman para rasul mempertobatkan 3000 orang.
Fakta yang kedua : gambaran bak bak pada gereja-gereja Yunani kuno.

Tetapi hebatnya imajinasi Dji memblunder kedua fakta yang berbeda tersebut menjadi cerita yang aneh bin ngawur.


Bapak Pdt. Budi Asali, M. Div terlalu cepat dan terlalu yakin kepada omongan Charles Hodge daripada untuk percaya kepada tulisan Alkitab sendiri. Saran saya untuk Charles Hodge dan Bapak Pdt. Budi Asali, M. Div: BAK-BAK UNTUK MEMBAPTIS YG DITEMUKAN di antara reruntuhan dari gereja-gereja Yunani kuno di Palestina SUDAH JELAS FUNGSINYA YAITU UNTUK MEMBAPTIS SELAM, tidak mungkin BAK-BAK itu untuk dijadikan kolam renang anak sekolah minggu atau untuk pelihara bebek gereja!.

Tanggapan Cahaya :
Hehehe...tolol sekali!
Diawal kalimat diatas kamu mencela Pak Budi karena terlalu cepat percaya dan terlalu yakin kepada omongan Charles Hodge, tetapi kalimat setelahnya kamu sendiri mempercayai dan menggunakan data-data yang dikatakan Charles Hodge tentang bak-bak di reruntuhan gereja-gereja Yunani Kuno di Palestina.


Kata Alkitab: Kis. 9:18 ini adalah pertobatan Rasul Paulus. Paulus melihat cahaya memancar dari langit ketika ia dalam perjalanan ke Damsyik, tetapi ketika Paulus bertobat ia sedang di rumah Yudas alamatnya: Jalan Lurus (Kis. 9:11). Jadi, posisi Paulus bukan sedang dalam perjalanan lagi, tetapi ia ada di rumah Yudas. Jadi, mengapa “rasanya tidak mungkin dilakukan baptisan selam”, Bapak Pdt. Budi Asali, M. Div? Bagaimana mungkin orang sekaliber Pdt. Budi Asali, M. Div bisa berkata “rasanya tidak mungkin dilakukan baptisan selam?” (Padahal dalam ayat ini juga tidak dibilang “tidak ada kolam dan tidak ada sungai di rumah Yudas alamat Jalan Lurus itu”). Dari mana Bpk. Pdt. Budi Asali, M. Div bisa tahu bahwa di rumah Yudas tidak ada kolam/sungai/bak? Sedangkan praduga Bapak tanpa dasar dan bukti.

Tanggapan Cahaya :
Pada kisah pertobatan Rasul Paulus, Alkitab tidak menceritakan adanya kolam/sungai/bak yang memungkinkan baptisan selam dewasa.
Kalau kamu katakan itu tanpa dasar dan bukti, berarti sama dengan kamu mengatakan Alkitab bercerita tanpa dasar dan bukti.


Kata Alkitab: Kis. 10:47-48 Posisi Kornelius (seorang perwira pasukan Italia) sedang di rumahnya sendiri ketika mereka di baptis. Seorang perwira pasukan Italia lebih memungkinkan memiliki kolam pribadi di rumahnya atau minimal bak-bak mandi, atau rumahnya dekat sungai. Jadi, posisi Kornelius bukan sedang di jalanan. Jadi, bagaimana mungkin orang sekaliber Bapak Pdt. Budi Asali, M. Div bisa berkata: “rasanya tidak mungkin dilakukan baptisan selam?” atas alasan apa Bapak berkata demikian? Bukankah ini adalah praduga belaka yg dibangun untuk mendukung doktrin percik?….

Tanggapan Cahaya :
Tahu darimana bahwa perwira pasukan Italia mempunyai kolam pribadi dan itu dimungkinkan untuk baptis selam dewasa?Anda ini ngaco belo, nuduh orang lain praduga tapi diri sendiri yang melakukan dengan melakukan eisegesis.


Kata Alkitab: Kis. 16:33 sekali lagi DENGAN SEMBARANGAN dan TIDAK TELITI Bapak Pdt. Budi Asali, M. Div mengatakan “baptisan tidak dilakukan dengan penyelaman karena hal itu terjadi DI DALAM PENJARA!”

Budi Asali, M. Div ini). Pertanyaan kunci: Di manakah POSISI Paulus, POSISI kepala penjara Filipi dan POSISI keluarganya ketika mereka memberi diri dibaptis? Jawabannya: Kis. 16: 32 mereka ada DI RUMAH kepala penjara, BUKAN sedang di dalam PENJARA seperti yg dikatakan oleh Bapak Pdt. Budi Asali, M. Div di atas.

Konteks Kisah Rasul 16:28-31 posisi Paulus dan kepala penjara masih di penjara, ayat 32 secara jelas memberitahukan kita Posisi Paulus dan kepala penjara sudah di rumah kepala penjara itu, “Lalu mereka memberitakan firman Tuhan kepadanya dan kepada semua orang yang ada di rumahnya. Ayat 33 mereka memberi diri dibaptis (tafsiran saya: dengan pergi ke sungai/kolam, pergi dari rumahnya utk baptisan selam), kemudian ayat 34 mereka kembali lagi ke rumah kepala penjara untuk menjamu makan kpd Paulus. “Lalu ia membawa mereka ke rumahnya dan menghidangkan makanan kepada mereka. Dan ia sangat bergembira, bahwa ia dan seisi rumahnya telah menjadi percaya kepada Allah.”

Jadi, bagaimana mungkin orang sekaliber Bapak Pdt. Budi Asali, M. Div bisa berkata: “rasanya tidak mungkin dilakukan baptisan selam?” atas alasan apa Bapak berkata demikian? Bukankah ini adalah praduga belaka yg tanpa dasar Alkitab sengaja dibangun untuk mendukung doktrin percik?….


Tanggapan Cahaya :
Berikut saya cuplikkan sepenggal bagian khotbah Pak Budi tentang Kisah 16:13-40 sbb :

“Baptisan dilakukan di dalam penjara. Memang ay 30 mengatakan mereka ‘keluar’, tetapi mereka baru betul-betul keluar dari penjara dalam ay 34, sehingga kata ‘keluar’ dalam ay 30 mungkin sekedar berarti bahwa mereka pergi dari penjara bagian dalam (bdk. ay 24), ke penjara bagian luar dimana lebih banyak cahaya dan udara segar. Karena penjara tidak mempunyai kolam, di sini ham-pir pasti tidak digunakan baptisan selam. Dari sini terlihat dengan jelas bahwa baptisan selam bukanlah satu-satunya cara mem-baptis yang benar!” (Budi Asali)

Mengingat kerasnya perintah dari pejabat kota kepada kepala penjara “untuk menjaga mereka dengan sungguh-sungguh.” (ayat 23), dan juga ketakutan kepala penjara terhadap kaburnya/larinya tahanan ke luar penjara :
“Ketika kepala penjara itu terjaga dari tidurnya dan melihat pintu-pintu penjara terbuka, ia menghunus pedangnya hendak membunuh diri, karena ia menyangka, bahwa orang-orang hukuman itu telah melarikan diri.” (ayat 27), maka sangat memungkinkan bahwa kejadian di Kisah 16:23-39 terjadi di seputar penjara dan rumah kepala penjara.

(tafsiran saya: dengan pergi ke sungai/kolam, pergi dari rumahnya utk baptisan selam)”
Lagi-lagi eisegesis, dan anda cuma mengira-ngira bahwa mereka pergi ke sungai/kolam untuk dibaptis selam, tanpa dasar Alkitab.


Mari kita lihat dan teliti Firman Tuhan (jangan ikut sembarangan menuduh seperti Bapak Pdt.

Sekarang mari kita melihat baptisan sida-sida dalam Kis 8:26-40. Apakah ini adalah baptisan selam? Ada 2 hal yang perlu diperhatikan dari bagian ini:

1. Kis 8:36 - ‘ada air’.

Yunani: TI HUDOR [a certain water / some water (= air tertentu / sedikit air)]. Jadi ini menunjuk pada sedikit air, sehingga tidak memungkinkan baptisan selam.

Charles Hodge: “He was travelling through a desert part of the country towards Gaza, when Philip joined him, ‘And as they went on their way they came unto a certain water (EPI TI HUDOR, to some water)’.There is no known stream in that region of sufficient depth to allow of the immersion of a man” [= Ia sedang bepergian melalui bagian padang pasir dari negara itu menuju Gaza, ketika Filipus bergabung dengannya, ‘Dan ketika mereka melanjutkan perjalanan mereka mereka sampai pada air tertentu (EPI TI HUDOR, kepada sedikit air)’. Di daerah itu tidak diketahui adanya sungai dengan kedalaman yang cukup untuk memungkinkan penyelaman seorang manusia] -‘Systematic Theology’, vol III, hal 535.

2. Kis 8:38-39 berkata ‘turun ke dalam air … keluar dari air’.

Apakah ini menunjuk pada baptisan selam? Seperti pada baptisan Yesus, istilah ini bisa diartikan 2 macam, yaitu:

a. Sida-sida itu betul-betul terendam total, lalu keluar dari air.

b. Sida-sida itu turun ke dalam air yang hanya sampai pada lutut atau mata kakinya, lalu keluar dari air.

Untuk mengetahui yang mana yang benar dari 2 kemungkinan ini, bacalah Kis 8:38-39 itu sekali lagi. Perhatikan bahwa di situ dikatakan: “dan keduanyaturun ke dalam air, baik Filipus maupun sida-sida itu, dan Filipus membaptis dia. Dan setelah mereka keluar dari air, …”.

Kalau istilah ‘turun ke dalam air’ dan ‘keluar dari air’ diartikan sebagai baptisan selam, itu menunjukkan bahwa Filipus, sebagai orang yang membaptis, juga ikut diselam! Ini jelas tidak mungkin. Jadi dari 2 kemungkinan di atas, yang benar adalah kemungkinan kedua. Ini juga cocok dengan point pertama di atas yang menunjukkan bahwa air di situ cuma sedikit, sehingga tidak memungkinkan baptisan selam.

Tanggapan Dji:
Kis. 8:36 – “ada air”. Yunani: TI HUDOR [a certain water / some water (= air tertentu / sedikit air)]. “sedikit air” adalah relatif. “Sedikit” bagi orang tertentu bisa berarti “cukup banyak untuk membaptis selam”.

Tanggapan Cahaya :
Kamu pengagumnya Albert Einstein ya sehingga pakai teori relativisme segala?
Kalau Alkitab mengatakan “sedikit air” itu artinya adalah sedikit air, bukan relatif2an.
Anda ini main tebak-tebakan ya? 

Jika Alkitab mendukung baptis percik, maka sudah tentu Sida-sida itu mengeluarkan air minumnya yg dibawanya dalam keretanya atau yg dibawa oleh anak buahnya. (Tidak mungkin seorang sida-sida yg menempuh perjalanan jauh tidak membawa air minum) Mengapa mereka masih melanjutkan perjalanan (dan menunggu) sampai di “suatu tempat yang ada air”? ini sudah sangat jelas bahwa sida-sida itu dibaptis selam.

Tanggapan Cahaya :
Argumentasi yang tolol!
Kalau air minum mereka dipakai untuk membaptis, lha nantinya mereka akan minum pake apa di tengah daerah yang gersang dan panas tersebut?


“Mereka melanjutkan perjalanan mereka (menandakan sida-sida sudah percaya / diselamatkan), dan (sambil menanti dlm perjalanan) tiba di suatu tempat (sungai/kolam) yang ada airnya (tidak mungkin airnya hanya sampai pada lutut / hanya semata kaki, tetapi pasti airnya cukup untuk selam ). Lalu kata sida-sida itu: “Lihat, di situ ada air; apakah halangannya, jika aku dibaptis?”. Seorang sida-sida tidak mungkin “kampungan” turun ke sungai / kolam yg dalam airnya hanya sampai selutut / hanya semata kaki, karena anak SD pun tahu bahwa itu bisa saja berlumpur / air yg kotor.

Tanggapan Cahaya :
“Mereka melanjutkan perjalanan mereka”(ayat 36) bukan menandakan sida-sida sudah percaya, tetapi tadinya perjalanan sida-sida dengan keretanya sempat terhenti karena pertemuan dengan Filipus.
Sida-sida itu percaya SETELAH ayat 36 (ayat 37)

Kisah 8:35 Maka mulailah Filipus berbicara dan bertolak dari nas itu ia memberitakan Injil Yesus kepadanya.
8:36 Mereka melanjutkan perjalanan mereka, dan tiba di suatu tempat yang ada air. Lalu kata sida-sida itu: "Lihat, di situ ada air; apakah halangannya, jika aku dibaptis?"
8:37 [Sahut Filipus: "Jika tuan percaya dengan segenap hati, boleh." Jawabnya: "Aku percaya, bahwa Yesus Kristus adalah Anak Allah."]

Untuk memahami beberapa ayat yang berimpitan aja kamu tak mampu.


Mengenai sedikitnya air yang ada di situ, (seperti yang sudah Pak Budi katakana) Alkitab menggunakan frasa Yunani: TI HUDOR [a certain water / some water (= air tertentu / sedikit air)]


Jadi, Kis. 8:38-39 berkata “turun ke dalam air…..keluar dari air” adalah persis seperti baptisan Yesus / baptisan Yohanes di sungai Yordan. Sehingga sida-sida itu betul-betul terendam total, lalu keluar dari air. Orang yg membaptis yaitu Filipus sudah tentu ikut terendam (tetapi Filipus yg membaptiskan sida-sida itu). Adalah sangat bodoh jika berasumsi atau beranggapan bahwa orang yang membaptis jika “ikut terendam” otomatis sama dengan membaptis ulang diri sendiri. Bukankah Yohanes Pembaptis sendiri juga “ikut terendam” di dalam air ketika ia membaptis Tuhan Yesus?. Orang yg membaptis orang lain tidak mungkin ikut diselamkan! (ini adalah bukti asumsi Bpk. Pdt. Budi Asali, M. Div sendiri). Menurut saya: Filipus jelas TIDAK IKUT DISELAMKAN!, tetapi Filipus ikut terendam sampai pinggang/dada lalu membaptiskan (menyelamkan sida-sida itu).
Jadi, bagaimana mungkin orang sekaliber Bapak Pdt. Budi Asali, M. Div bisa berkata: “rasanya tidak mungkin dilakukan baptisan selam?” atas alasan apa Bapak berkata demikian? Bukankah ini adalah praduga belaka yg tanpa dasar Alkitab sengaja dibangun untuk mendukung doktrin percik?….

Tanggapan Cahaya :
Kisah 8:38 Lalu orang Etiopia itu menyuruh menghentikan kereta itu, dan KEDUANYA TURUN KE DALAM AIR, baik Filipus maupun sida-sida itu, dan Filipus membaptis dia.
8:39 Dan setelah MEREKA KELUAR DARI AIR, Roh Tuhan tiba-tiba melarikan Filipus dan sida-sida itu tidak melihatnya lagi. Ia meneruskan perjalanannya dengan sukacita.

Alkitab mengatakan DUA FAKTA bhw :
 1. KEDUANYA (Filipus dan sida-sida) turun ke dalam air
2. Lalu setelah baptisan, KEDUANYA (Filipus dan sida-sida) keluar dari air.
Itu fakta dari ayat-ayat Alkitab, dan saya tidak menambahi dengan penafsiran apapun.

Lalu bagaimana dengan Dji yang mencoba bereisegesis?
Dji mengatakan bhw hanya sida-sida yang terendam ke dalam air, sedangkan filipus terendam sampai pinggang/dada.
Tafsiran kampungan Dji mencoba menambahi jalannya cerita dengan versi selamnya dia tentang baptisan.


b) Hal-hal lain yang mendukung baptisan percik:

1. Penekanan arti baptisan adalah sebagai simbol penyucian / purification. Padahal dalam Kitab Suci purification selalu disimbolkan dengan percikan:

a. Kel 24:8 – Kitab Suci Indonesia salah terjemahan, karena kata ‘menyiramkannya’ seharusnya adalah ‘memercikkannya’. NIV:‘sprinkled’ (= memercikkan).

b. Kel 29:16,21 – Kitab Suci Indonesia salah terjemahan, karena kata ‘kausiramkan’ seharusnya adalah ‘percikkanlah’ [NIV: ‘sprinkle’ (= percikkanlah)].

c. Im 7:14 – Kitab Suci Indonesia salah terjemahan, karena kata ‘menyiramkan’ seharusnya adalah ‘memercikkan’ [NIV: ‘sprinkles’ (= memercikkan)].

d. Im 14:7,51 – ‘memercik’.

e. Im 16:14 – ‘memercikannya’.

f. Bil 8:7 – ‘percikkanlah’.

g. Bil 19:18 – ‘memercikkannya’.

h. Yes 52:15 (NIV) - ‘He will sprinkle many nations’ (= Ia akan memerciki banyak bangsa).

i. Ibr 9:13 – ‘percikan’.

j. Ibr 9:19,21 – ‘memerciki’ dan ‘dipercikinya’.

k. Ibr 10:22 – Kitab Suci Indonesia salah terjemahan, karena kata ‘telah dibersihkan’ seharusnya adalah ‘telah diperciki’ [NIV: ‘sprinkled to cleanse’ (= diperciki untuk membersihkan)].

l. Ibr 12:24 – ‘darah pemercikan’.

Tanggapan Dji:
Semua ayat yg dikutip oleh Bpk. Pdt. Budi Asali, M. Div di atas ini semuanya berbicara tentang ibadah simbolik di Perjanjian Lama [Ibrani (PB) yg dikutip juga konteksnya berbicara tentang ibadah simbolik]. Ibadah simbolik bukan ibadah hakekat. Percik dalam zaman PL JELAS BERBEDA dengan BAPTISAN orang percaya dalam Perjanjian Baru (Ibadah hakekat). Ini dua hal yg berbeda, jangan disama ratakan untuk membangun/mendukung doktrin percik!.

Tanggapan Cahaya :
Semua ayat yang Pak Budi kutip itu berhubungan satu sama lain dengan historisitas baptisan, dimana didalam PL symbol penyucian digambarkan sebagai percik, sebagaimana penjelasan Rasul didalam Kitab Ibrani 9:10-28


2. Luk 3:16 – ‘Aku membaptis kamu dengan air’ (I baptize you with water).

Kata ‘with water’ / ‘dengan air’ (Yunani: HUDATI) ini tidak cocok diartikan sebagai selam, karena kita tidak berkata ‘aku menyelam kamu dengan air’ tetapi kita berkata ‘aku menyelam kamu di dalam air’. Tetapi kalau baptisan itu adalah percik / tuang, maka kata-kata ‘dengan air’ itu cocok.

Mat 3:11 memang menggunakan kata Yunani EN, tetapi kata EN bukan hanya bisa diartikan sebagai in (= di dalam), tetapi juga sebagai with (= dengan).

Kesimpulan: baptisan selam bukan satu-satunya baptisan yang sah. Karena itu kalau saudara sudah dibaptis dengan baptisan percik atau tuang, jangan percaya kepada orang-orang bodoh yang mengharuskan saudara dibaptis ulang dengan baptisan selam. Ingat bahwa pada waktu saudara dibaptis ulang, saudara menghina baptisan yang pertama!

Tanggapan Dji:
Luk. 3:16 dan Mat. 3:11 Bapak Pdt. Budi Asali, M. Div sendiri mengakui bahwa EN bisa juga diartikan sebagai in (= di dalam). Saya kutipkan lagi pernyataan Bapak Pdt. Budi Asali, M. Div sendiri di atas “tetapi kita berkata “aku menyelam kamu di dalam air.” (entah Bapak Pdt. Budi Asali, M. Div ini sudah mengakui kebenaran ini atau “tidak sengaja” mengakuinya). Bagi orang Yahudi yg menggunakan bahasa Yunani waktu itu tidak sulit untuk memahami “aku menyelam kamu di dalam air.” Hanya praduga dan asumsi belaka yg dibangun oleh Bapak Pdt. Budi Asali, M. Div ini.


Tanggapan Cahaya :
Matius 3:11 Aku membaptis kamu DENGAN AIR sebagai tanda pertobatan, tetapi Ia yang datang kemudian dari padaku lebih berkuasa dari padaku dan aku tidak layak melepaskan kasut-Nya. Ia akan membaptiskan kamu DENGAN ROH KUDUS dan DENGAN API.

Lukas 3:16 Yohanes menjawab dan berkata kepada semua orang itu: "Aku membaptis kamu DENGAN AIR, tetapi Ia yang lebih berkuasa dari padaku akan datang dan membuka tali kasut-Nya pun aku tidak layak. Ia akan membaptis kamu DENGAN ROH KUDUS dan DENGAN API.

Alkitab terjemahan bahasa Ingggris dan bahasa Indonesia sudah tepat didalam mengggunakan kata “with” dan “dengan”.
Kalau menggunakan kata “dalam” maka bagaimana menafsirkan “dalam api”?

Hehe...Pak Budi tidak mengakui apa-apa koq dianggap mengakui...lucu juga kamu. Maksa banget.
Tetapi dengan tololnya Dji tetap bebal dan berlaku sok seperti orang Yahudi berbahasa Yunani, dan menuduh orang lain berasumsi (padahal disaat yang sama justru dia sendiri yang berasumsi sesuai ajarannya dia).


Kesimpulan Dji:
Baptisan SELAM adalah satu-satunya baptisan yang sah. Karena itu, kalau saudara belum dibaptis (selam) maka saudara harus dibaptis ulang (karena saudara pada dasarnya memang belum dibaptis/belum di selamkan) tetapi baru di rantis=di percik. Namun demikian, Baptisan bukan sesuatu yg hakiki dalam keselamatan. Baptisan adalah tanda pertobatan, tanda murid sejati Yesus, tanda orang menggabungkan diri ke dalam satu jemaat lokal yang independent.

Tanggapan Cahaya :
Anda sampai pada kesimpulan dimana dia telah memulainya.
Saya dan Pak Budi tidak menentang baptisan selam, tetapi menentang KEHARUSAN baptisan selam atau baptisan ulang (yang dikarenakan sebelumnya baptisan percik di gereja yang benar).


TIDAK ADA LARANGAN untuk “membaptis ulang” dalam Alkitab. Justru dalam Alkitab Rasul Paulus bahkan membaptis ulang mereka yg awalnya “sudah dibaptis” namun belum mengerti. Silahkan baca: Kis. 19:3-5 “Lalu kata Paulus kepada mereka: “Kalau begitu dengan baptisan manakah kamu telah dibaptis?” Jawab mereka: “Dengan baptisan Yohanes.” Kata Paulus: “Baptisan Yohanes adalah pembaptisan orang yang telah bertobat, dan ia berkata kepada orang banyak, bahwa mereka harus percaya kepada Dia yg datang kemudian dari padanya, yaitu Yesus.” Ketika mereka mendengar hal itu, MEREKA MEMBERI DIRI MEREKA DIBAPTIS (ULANG) dalam nama Tuhan Yesus.”. Haleluya!

Silahkan pembaca menilai mana yg sesuai Alkitab dan mana yg ingin membangun doktrin tanpa dasar!

I Tes. 5:21 “Ujilah segala sesuatu dan peganglah yang baik.”


Tanggapan Cahaya :
Argument from the silence! Alkitab juga tidak melarang memakai narkoba (jangankan melarang, kata ‘narkoba’ aja tidak ada didalam Alkitab). Apa itu berarti kita boleh pakai narkoba?

Baptisan Kristen berbeda dengan baptisan Yohanes.
Mengenai baptisan ulang di Kis 19:3-5 :
 1. Baptisan Yohanes memang tidak berhubungan dengan Roh Kudus. Ini terlihat secara tidak langsung (implicit) dalam Mat 3:11 dimana Yoha-nes sendiri mengatakan bahwa ia hanya membaptis dengan air, tetapi akan datang Yesus yang akan membaptis dengan Roh Kudus.
2. Yohanes Pembaptis melayani / mengajar supaya orang banyak datang kepada Yesus (ay 4b bdk. Yoh 1:6-7,23,26-27,29-37 3:25-30,31-36), tetapi orang-orang ini bukannya datang kepada Kristus, tetapi berhenti pada diri Yohanes.
3. Yohanes tidak membaptis dengan nama Allah Tritunggal (sesuai dengan formula baptisan yang Tuhan Yesus katakan di Matius 28:19 “baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus”)

Satu pertanyaan untuk anda :
"TIDAK ADA LARANGAN untuk “membaptis ulang” dalam Alkitab. Justru dalam Alkitab Rasul Paulus bahkan membaptis ulang mereka yg awalnya “sudah dibaptis” namun belum mengerti"
Oh..jadi walaupun seseorang sudah dibaptis selam namun mereka tidak mengerti, boleh dibaptis ulang?


7) Nama / sebutan Perjamuan Kudus salah, seharusnya Perjamuan Tuhan. Istilah Perjamuan Kudus kita dapat dari Katolik. Perjamuan itu tidak bisa menguduskan, jadi nama itu salah.

Tanggapan Budi Asali:
Saya setuju saja kalau digunakan istilah ‘Perjamuan Tuhan’, karena istilah itu memang ada dalam Alkitab (1Kor 10:21 1Kor 11:20). Tetapi istilah ‘Perjamuan Kudus’ juga tak masalah, karena itu hanya soal istilah. Bahwa itu didapatkan dari Katolik merupakan omong kosong, yang tak akan bisa ia buktikan. Dan siapa gerangan orang bodoh yang mempercayai bahwa Perjamuan Kudus itu menguduskan? Itu merupakan fitnahan terhadap orang-orang yang menggunakan istilah ‘Perjamuan Kudus’.

Tanggapan Dji:
Bapak Pdt. Budi Asali, M. Div sendiri setuju dan mengakui penggunaan yg benar adalah “Perjamuan Tuhan” bukan “Perjamuan Kudus”. tetapi entah alasan apa akhirnya ia bilang penggunaan istilah Perjamuan Kudus “juga tak masalah, karena itu hanya soal istilah.” Beda istilah sudah tentu beda maknanya. Apalagi orang awam yg tidak belajar theologi (atau orang agama lain) sudah pasti ikut terpengaruh oleh “istilah yg salah” itu. Sebagai orang Kristen yang cinta Kebenaran dan menjunjung tinggi Alkitab (Sola Scriptura) maka seharusnyalah orang Kristen yg Alkitabiah menggunakan istilah-istilah yg Alkitabiah pula. Bagaimana mungkin orang sekaliber Bapak Pdt. Budi Asali, M. Div bisa berkata “juga tak masalah, karena itu hanya soal istilah?” sangat mengherankan! Bapak Pdt. Budi Asali, M. Div sudah tahu istilah yg benar tetapi tidak mau menggunakannya. Ada apa ini pak?……….(atau ada udang di balik batu?)…….

Tanggapan Cahaya :
Bukan udang dibalik batu, tapi udang di kepala lu!
Pak Budi tak mempermasalahkan baik istilah Perjamuan Tuhan maupun Perjamuan Kudus.
Dan semua orang ‘nggenah’ yang memakai istilah “Perjamuan Kudus” sama sekali tidak memaksudkan bhw Perjamuan tsb membuat kudus orang yang mengadakannya.
Kalau mau bermain kata, apa “Perjamuan Tuhan” berarti perjamuan tsb membuat orang menjadi Tuhan?
Bahasa Inggris dari Perjamuan Tuhan adalah Lord’s Supper, yang kalau secara ketat diterjemahkan menjadi “Perjamuannya Tuhan”
Juga bahasa Yunaninya adalah : Kuriakos deipnon.
Kalau anda mau jadi fundamental secara ketat (namun tolol), kenapa gak mau pakai istilah Kuriakos deipnon? Bukankah istilah tsb lebih Alkitabiah sesuai bahasa aslinya?
Bukankah anda sola scriptura?


8) Ia tahu cara penggunaan Urim dan Tumim, dan menjelaskannya.

Tanggapan Budi Asali:
Tak ada penafsir yang tahu dengan pasti tentang hal itu. Jangankan cara menggunakannya, bahkan bagaimana bentuk dari Urim dan Tumimpun tidak ada yang tahu. Entah Suhento Liauw belajar dari mimpi atau bagaimana?

Kel 28:30 - “Dan di dalam tutup dada pernyataan keputusan itu haruslah kautaruh Urim dan Tumim; haruslah itu di atas jantung Harun, apabila ia masuk menghadap TUHAN, dan Harun harus tetap membawa keputusan bagi orang Israel di atas jantungnya, di hadapan TUHAN”.

Adam Clarke (tentang Kel 28:30): “‘Thou shalt put in the breastplate of judgment the Urim and the Thummim.’ What these were has, I believe, never yet been discovered. 1. They are nowhere described. 2. There is no direction given to Moses or any other how to make them. … 6. That God was often consulted by Urim and Thummim, is sufficiently evident from several Scriptures; but how or in what manner he was thus consulted appears in none”.

Apa yang dikatakan oleh Bil 27:21 tidaklah menunjukkan cara penggunaan Urim dan Tumim.

Bil 27:21 - “Ia harus berdiri di depan imam Eleazar, supaya Eleazar menanyakan keputusan Urim bagi dia di hadapan TUHAN; atas titahnya mereka akan keluar dan atas titahnya mereka akan masuk, ia beserta semua orang Israel, segenap umat itu.’”.

Tanggapan Dji:
Di sini Bapak Pdt. Budi Asali, M. Div “dengan rendah hati mengakui bahwa ia tidak tahu bentuk Urim-Tumim dan cara menggunakannya”. Makanya, lain kali undang Dr. Suhento Liauw ke gereja seminar lagi, supaya jemaat dan semua orang Kristen menjadi semakin tahu.

Urim – Tumim adalah dua alat yang dipakai Tuhan untuk menyatakan keputusan Tuhan. Urim – Tumim penggunaannya jelas dalam 1 Samuel 14:41 “Lalu berkatalah Saul: “Ya, TUHAN, Allah Israel, mengapa Engkau tidak menjawab hamba-Mu pada hari ini? Jika kesalahan itu ada padaku atau pada anakku Yonatan, ya TUHAN, Allah Israel tunjukkanlah kiranya Urim; tetapi jika kesalahan itu ada pada umat-Mu Israel, tunjukkanlah Tumim,” Lalu didapati Yonatan dan Saul, tetapi rakyat itu terluput.(artinya Tuhan tunjukkan Urim).” Ini adalah salah satu contoh cara penggunaan Urim-Tumim dalam Alkitab.

Tanggapan Cahaya :
Ayat yang anda comot dari 1 Samuel 14:41 itu tak menjelaskan apa-apa mengenai cara penggunaan Urim-Tumim.
Ngawur aja!

--- BERSAMBUNG ---

2 komentar:

  1. Diseluruh alkitab tak ada keterangan kalau yes 14:12 mengacu pada iblis tetapingak salah kalaudi tafsirkan sebagai iblis karena di pl memang banyak lambang , contoh batukarang yang mengikuti israel di nyatakan oleh paulus sebagai kristus (1 kor 10:4)artinya batu karang itu melambangkan kristus ,demikian juga orang totol juga tahu kalau yes 14:12 adalah menyatakantentang raja babel tetapi juga mengacu pada iblis , kalau itu hanya mengacu padaraja babel kapan dia jatuh dari langit dan bagaimana ia naik ke awan bagaimana ia mengatasi bintang2 Allah,sadar cahaya ngak salah itu tentang raja babel tetapi kata di ay 12-14 banyak yang lebih cocok mengacu pada iblis.

    BalasHapus
    Balasan
    1. I Kor 10:4 secara EKSPLISIT memang menyatakan bhw 'batu karang' itu adalah Kristus sedangkan di Yes 14:12 baik secara eksplisit maupun implisit tidak mengarah kepada iblis.

      Saya kutip kembali bagian dari artikel diatas :

      "Konteks ayatnya tidak berbicara tentang oknum di balik raja babel, tetapi tentang raja babelnya sendiri.

      Yesaya 14:4 maka engkau akan memperdengarkan ejekan ini tentang raja Babel (bukan tentang oknum di belakang raja babel).

      Kalau mau baca, jangan hanya dilihat ayat 12-14, tetapi juga harus dilihat keseluruhan konteks tsb (ayat 1-27), bukan sebagian teks (ayat 12-14) doang!
      Dan juga perlu dilihat genre kitab tsb apa.
      Genre kitab Yesaya adalah sastra yang bersifat nubuatan.
      Nubuatan itu tentang masa yang akan datang, bukan tentang masa lalu.
      Dan juga nubuatan itu tentang raja babel (Yesaya 14:4).
      Nubuatan tsb terjadi di bumi, dan terhadap manusia
      Yesaya 14:26 Itulah rancangan yang telah dibuat mengenai seluruh bumi, dan itulah tangan yang teracung terhadap segala bangsa.
      , bukan di negeri antah berantah atau terhadap malaikat."

      Anda mengatakan bahwa : yes 14:12 adalah menyatakantentang raja babel tetapi juga mengacu pada iblis
      Saya tanya : bagian mana dari ayat tsb yang mengacu pada raja babel dan bagian mana yang mengacu pada iblis?

      Hapus