Pembahasan debat
Calvinisme vs
Arminianisme
di GBIA Graphe Jakarta
tanggal 24
Agustus 2012
Session II
‘Perseverance of the
Saints’
(= Ketekunan orang-orang
kudus)
Biasakah
orang Kristen yang
sejati
kehilangan keselamatan?
Catatan:
1. Makalah ini hanya merupakan tambahan, bagi
orang yang sudah mendengar debat, baik secara langsung maupun melalui rekaman
DVD.
2. Dalam
makalah di bawah ini, bagian yang saya letakkan dalam kotak, adalah keterangan
tambahan, tetapi tidak saya ucapkan dalam acara debat itu sendiri.
1) Fitnahan
Suhento Liauw, Steven Liauw, dan Andrew Liauw.
Karena
memang pembeberan fitnah mereka merupakan tujuan utama saya dalam acara debat
ini, maka ini saya letakkan di no 1.
Catatan:
perlu saudara ketahui bahwa pembeberan fitnah mereka yang kami lakukan,
sebetulnya merugikan kami untuk perdebatan itu sendiri, karena kami kehilangan
waktu untuk berargumentasi. Dan karena argumentasi kami menjadi berkurang, maka
mereka butuh waktu lebih sedikit untuk menjawabnya, dan punya waktu yang lebih
banyak untuk memberikan argumentasi mereka. Tetapi saya tak peduli. Saya
menganggap bahwa dusta dan fitnah mereka harus diketahui umum, dan saya tetap
yakin bahwa dengan waktu debat yang berkurangpun kami tetap bisa mengalahkan
mereka!
a) Fitnahan
tentang Spurgeon.
Pada akhir debat, Suhento Liauw sebagai tuan rumah
memberikan semacam kata penutup, tetapi dalam kata penutup itu dia memberikan
pembelaan terhadap tuduhan kami bahwa ia dan Steven Liauw memfitnah Spurgeon.
Catatan:
Charles Haddon Spurgeon adalah pendeta dan pengkhotbah Inggris yang sangat
terkenal. Ia hidup tahun 1834-1892. Ia adalah pendeta dari gereja Baptis,
tetapi dalam theologia ia adalah Calvinist, dalam arti ia menerima semua 5
point dari Calvinisme. Ia bahkan menerima penentuan dosa dan segala sesuatu
secara mutlak. Perbedaannya dengan Calvinist yang murni dan Calvin sendiri
adalah, sebagai orang Baptis, ia menggunakan baptisan selam, dan tidak
membaptis bayi.
Dalam kata penutupnya, Suhento Liauw mengatakan bahwa
C. H. Spurgeon memang dipengaruhi oleh ajaran
Calvinist, dan HAMPIR memegang 5 point
Calvinisme. Tetapi belakangan (waktu ia sudah lebih tua) ia menolak 3 point. Yang pertama ditolak adalah ‘Limited Atonement’ (= Penebusan
Terbatas), lalu Irresistible Grace (=
Kasih karunia yang tidak bisa ditolak), dan terakhir ‘Unconditional
Election’ (= Pemilihan yang tidak bersyarat). Tetapi point ke 1, Total Depravity (= Kebejatan Total), dan
point ke 5, ‘Perseverance of the Saints’ (= Ketekunan orang-orang kudus)
tetap ia terima terus.
Catatan:
·
saya tak mengerti
apa maksudnya ‘hampir
memegang 5 point Calvinisme’ ini! Kalau ‘hampir’ berarti ‘belum’. Kalau ‘belum’,
bagaimana ia lalu meninggalkan 3 dari 5 point Calvinisme itu?
·
seperti biasa, pemfitnah
brengsek ini mengatakan hal itu tanpa bukti. Mestinya kalau kata-katanya benar,
berikan kutipan yang cukup berotoritas, dari C. H. Spurgeon sendiri, tentang
hal itu! Tetapi kenyataannya, tak ada kutipan satupun! Memang doktor
jadi-jadian! Gelar doktornya 2, tetapi saya meragukan gelar-gelar itu!
Tentu saja, karena Suhento Liauw melakukannya pada kata penutup, saya
tak punya kesempatan untuk membantah dustanya yang tidak tahu malu ini! Karena
itu, sekarang saya ingin memberikan bukti bahwa C. H. Spurgeon memang memegang
5 point, dan tak pernah ada saat ia membuang 3 di antaranya. Bukti yang saya
berikan berupa kutipan-kutipan dari tulisan C. H. Spurgeon sendiri.
1. C. H. Spurgeon mengakui diri sebagai Calvinist,
dan menyatakan Arminianisme sebagai bidat!
C. H. Spurgeon: “We are
Calvinistic Baptists” (= Kami adalah orang-orang
Baptis yang Calvinistik) - ‘The
Metropolitan Tabernacle’, hal 179 (AGES).
Catatan:
perhatikan bahwa sekalipun Spurgeon adalah orang dari gereja Baptis, tak ada
halangan baginya untuk mengakui diri sebagai Calvinist! Bukankah aneh, kalau
orang-orang GBIA ini tak mau disebut Arminian? Ini sikap dari orang-orang yang ‘gagap
theologia’! Baik Calvinisme maupun Arminianisme bisa masuk ke gereja apapun,
dan GBIA jelas adalah Arminian!
C. H. Spurgeon: “The old truth that Calvin preached, that
Augustine preached, that Paul preached, is the truth that I must preach to-day,
or else be false to my conscience and my God” (= Kebenaran yang lama
yang Calvin khotbahkan, yang Agustinus khotbahkan, yang Paulus khotbahkan,
adalah kebenaran yang harus saya khotbahkan hari ini / sekarang, kalau tidak,
itu salah terhadap hati nurani saya dan Allah saya) - ‘Spurgeon’s Autobiography’, vol 1,
chapter 16, hal 179 (AGES).
Spurgeon mengakui ia percaya ajaran Calvin.
C. H. Spurgeon: “There is no soul living who holds
more firmly to the doctrines of grace than I do, and if
any man asks me whether I am ashamed to be called a Calvinist, I answer - I
wish to be called nothing but a Christian; but if
you ask me, do I hold the doctrinal views which were held by John Calvin, I
reply, I do in the main hold them, and rejoice to avow it” (= Tak ada jiwa / orang yang hidup yang memegang / mempercayai dengan lebih
teguh doktrin tentang kasih karunia dari saya mempercayainya, dan jika siapapun
bertanya kepada saya apakah saya malu untuk disebut sebagai seorang Calvinist,
saya menjawab - Saya berharap / ingin tidak disebut sebagai apapun kecuali
sebagai orang Kristen; tetapi jika engkau bertanya kepada saya, apakah saya memegang / mempercayai
pandangan-pandangan doktrinal yang dipegang oleh John Calvin, saya menjawab,
Saya memang terutama memegang / mempercayainya, dan bersukacita untuk
mengakuinya) - ‘Spurgeon’s Autobiography’,
vol 1, chapter 16, hal 189 (AGES).
Catatan: perhatikan bahwa kutipan ini saya ambil
dari bukunya yang berjudul ‘Spurgeon’s
Autobiography’, dan tidak mungkin ada orang menulis otobiographynya pada waktu ia masih
muda!
Karena itu, kata-kata Suhento Liauw
bahwa Spurgeon mula-mula dipengaruhi oleh ajaran Calvinisme, tetapi belakangan
menolak 3 dari 5 point Calvinisme, jelas merupakan omong kosong!
Spurgeon mengakui dirinya sebagai Calvinist, dan mengecam
Arminian sebagai ‘heresy’ (= bidat),
juga ia menunjukkan bahwa ia percaya Predestinasi, Penebusan Terbatas,
Keselamatan tidak bisa hilang. Dan ia menyebut Calvinisme sebagai Injil, dan
yang non Calvinisme sebagai ‘bukan Injil’, yang ia benci / jijik terhadapnya.
C. H. Spurgeon: “The late lamented Mr. Denham has
put, at the foot of his portrait, a most admirable text, ‘Salvation is of the
Lord.’ That is just an epitome of
Calvinism; it is the sum and substance of it. If anyone should ask me what I
mean by a Calvinist, I should reply, ‘He is one who says, Salvation is of the
Lord.’ I cannot find in Scripture any other doctrine than this. It is the
essence of the Bible. ‘He only is my rock and my
salvation.’ Tell me anything contrary to this truth, and it will be a heresy;
tell me a heresy, and I shall find its essence here, that it has departed from
this great, this fundamental, this rock-truth, ‘God is my rock and my
salvation.’ What is the heresy of Rome, but the addition of something to the
perfect merits of Jesus Christ - the bringing in of the works of the flesh, to
assist in our justification? And what is the heresy
of Arminianism but the addition of something to the work of the Redeemer? Every heresy, if brought to the touchstone, will discover itself here. I have my own Private opinion that there is no such thing as preaching
Christ and Him crucified, unless we preach what nowadays is called Calvinism. It is a nickname to call it Calvinism; Calvinism is the gospel, and nothing
else. I do not believe we can preach
the gospel, if we do not preach justification by faith, without works; nor
unless we preach the sovereignty of God in His dispensation of grace; nor
unless we exalt the electing, unchangeable,
eternal, immutable, conquering love of Jehovah; nor do I think we can preach the gospel, unless we base it upon the special and particular redemption of His elect and chosen people which
Christ wrought out upon the cross; nor can I
comprehend a gospel which lets saints fall
away after they are called, and suffers the children of God to be burned in the
fires of damnation after having once believed in Jesus. Such a gospel I abhor. ‘If ever it should come to pass, That sheep of Christ might fall away, My
fickle, feeble soul, alas! Would fall a thousand times a day’” (= Almarhum Mr. Denham telah meletakkan, pada bagian bawah dari fotonya, suatu
text yang mengagumkan, ‘Keselamatan adalah dari Tuhan’. Itu persis merupakan ringkasan
dari Calvinisme; itu adalah ringkasan dan pokok darinya. Jika ada siapapun
bertanya kepada saya apa yang saya maksudkan dengan seorang Calvinist, saya
akan menjawab, ‘Ia adalah orang yang mengatakan, Keselamatan adalah dari
Tuhan’. Saya tidak bisa menemukan dalam Kitab Suci doktrin lain apapun dari
ini. Itu merupakan hakekat dari Alkitab. ‘Ia saja adalah batu karangku dan keselamatanku’. Beritahu
saya apapun yang bertentangan dengan kebenaran ini, dan itu akan merupakan suatu bidat / ajaran sesat; beritahu saya suatu bidat, dan saya akan menemukan
hakekatnya di sini, bahwa ia telah menyimpang dari kebenaran batu karang yang
besar dan bersifat mendasar ini, ‘Allah adalah batu karangku dan
keselamatanku’. Apakah kesesatan dari Roma, kecuali penambahan sesuatu kepada jasa sempurna dari Yesus Kristus -
pemasukan pekerjaan / perbuatan baik dari daging, untuk membantu dalam
pembenaran kita? Dan apa ajaran sesat dari Arminianisme kecuali penambahan dari sesuatu kepada pekerjaan dari sang Penebus? Setiap bidat, jika dibawa pada batu ujian
ini, akan menemukan dirinya sendiri di sini. Saya mempunyai pandangan pribadi saya sendiri bahwa tidak ada
pemberitaan Kristus dan Ia yang tersalib, kecuali kita memberitakan apa yang
sekarang disebut sebagai Calvinisme. Merupakan suatu sebutan yang akrab untuk
menyebutnya Calvinisme; Calvinisme adalah injil, dan tidak ada yang lain. Saya tidak percaya kita bisa
memberitakan injil, jika kita tidak memberitakan pembenaran oleh iman, tanpa
pekerjaan / perbuatan baik; ataupun kecuali kita memberitakan kedaulatan Allah
dalam jaman kasih karuniaNya; ataupun kecuali kita meninggikan kasih yang memilih, yang tidak
berubah, kekal, tetap, dan mengalahkan, dari Yehovah; juga saya tidak berpikir bahwa
kita bisa memberitakan injil, kecuali kita mendasarkannya pada penebusan yang khusus dari
orang-orang pilihan dan umat pilihanNya, yang Kristus lakukan pada kayu salib; juga saya tak bisa mengerti suatu injil yang membiarkan
orang-orang kudus jatuh / sesat setelah mereka dipanggil, dan membiarkan
anak-anak Allah untuk dibakar dalam api penghukuman / kutukan setelah mereka
pernah sekali percaya kepada Yesus. Saya benci / jijik terhadap injil yang seperti itu. ‘Jika pernah terjadi, Bahwa
domba Kristus bisa murtad, astaga, jiwaku yang plin plan, lemah! Akan jatuh seribu
kali sehari’) - ‘Spurgeon’s Autobiography’,
vol 1, chapter 16, hal 184-185 (AGES).
Catatan:
bagian yang saya beri garis bawah ganda dan warna hijau, dikutip oleh Suhento
Liauw (?) dalam tulisannya berjudul ‘Kalvinisme’ (file Graphe - Liauw 9.doc),
dimana ia berkata “‘Kalvinisme
hanyalah nama panggilannya. Kalvinisme adalah Injil, dan tidak lain daripada
itu.’ (Spurgeon)”. Jadi, ia tahu bagian ini (ia bukan mengutip dari
saya, karena saya tak pernah mengutip ini dalam buku-buku / tulisan-tulisan
saya sebelum ini). Jadi seharusnya ia tahu bahwa Spurgeon adalah seorang Calvinist
tulen / murni, yang percaya 5 point Calvinisme. Lalu mengapa ia tetap
mengatakan bahwa Spurgeon hanya percaya point 1 dan 5 dari 5 point Calvinisme??
Jelas-jelas pendusta dan pemfitnah!
2. C. H. Spurgeon percaya 5 point Calvinisme, dan
ia menganggap ke 5 point itu sangat berhubungan sehingga tidak bisa diterima
sebagian dan ditolak sebagian.
Ia memuji ajaran Calvinisme sebagai harmonis dan sangat
berhubungan satu dengan yang lain, sehingga dari pada percaya 2 atau 3 point
lebih baik menolak semuanya. Ini sangat menunjukkan kemustahilan kata-kata
Suhento Liauw dan Steven Liauw bahwa Spurgeon percaya hanya 2 points dari 5
point Calvinisme (point 1 dan 5)!
C. H. Spurgeon: “It has this singular virtue also - it is so coherent in all its parts. You cannot
vanquish a Calvinist. You may think you can, but you cannot. The stones of the
great doctrines so fit into each other, that the more pressure there is applied
to remove them the more strenuously do they adhere. And you may mark, that you cannot receive one
of these doctrines without believing all. Hold for instance that man is utterly depraved, and you draw the
inference then that certainly if God has such a creature to deal with salvation
must come from God alone, and if from him, the offended one, to an offending
creature, then he has a right to give or withhold his mercy as he wills; you
are thus forced upon election, and when you have gotten that you
have all: the others must follow. Some by putting the strain upon their
judgments may manage to hold two or three
points and not the rest, but sound logic I take it
requires a man to hold the whole or reject the whole” [= Itu (Calvinisme) mempunyai kebaikan yang istimewa ini juga
- itu begitu berhubungan secara logis dalam semua bagian-bagiannya. Engkau tidak
bisa menundukkan seorang Calvinist. Engkau mungkin berpikir bahwa engkau bisa,
tetapi engkau tidak bisa. Batu-batu dari doktrin-doktrin yang besar begitu
cocok satu dengan yang lain, sehingga makin besar tekanan yang diberikan di
sana untuk menyingkirkan mereka, makin mereka melekat dengan kuat. Dan engkau bisa
memperhatikan, bahwa engkau tidak bisa menerima satu dari doktrin-doktrin ini
tanpa mempercayai semuanya. Sebagai
contoh peganglah / percayailah bahwa manusia itu bejat sama sekali, dan menarik
kesimpulan bahwa pastilah jika Allah mempunyai makhluk seperti itu untuk
ditangani, keselamatan harus datang dari Allah saja, dan jika keselamatan
datang dari Dia, Yang disakiti / disalahi, kepada makhluk yang bersalah, maka
Ia mempunyai hak untuk memberi atau menahan belas kasihanNya seperti yang Ia
kehendaki; maka engkau akan dipaksa pada pemilihan, dan pada waktu
engkau telah mendapatkan itu engkau mempunyai semua: yang lain-lain harus
mengikuti. Beberapa orang dengan meletakkan ketegangan pada penilaian mereka bisa
mengatur untuk memegang / mempercayai dua atau
tiga point dan tidak sisanya, tetapi logika yang
sehat yang saya ambil menuntut seseorang untuk memegang / mempercayai
seluruhnya atau menolak seluruhnya] - ‘Exposition of
the Doctrines of Grace’, hal 14-15 (AGES).
3. C. H. Spurgeon percaya Total Depravity (= Kebejatan Total).
Spurgeon percaya Total Depravity
(= Kebejatan Total).
C. H. Spurgeon: “I am bound to the doctrine of the depravity
of the human heart, because I find myself depraved in heart, and have daily
proofs that in my flesh there dwelleth no good thing” (= Saya harus percaya pada doktrin tentang kebejatan dari hati manusia,
karena saya mendapati diri saya sendiri bejat dalam hati saya, dan mempunyai
bukti setiap hari bahwa dalam daging saya tidak ada hal yang baik) - ‘Spurgeon’s Autobiography’, vol 1,
chapter 16, hal 184 (AGES).
4. C. H. Spurgeon percaya ‘Unconditional Election’ (= Pemilihan yang tidak bersyarat) dan
menentang ‘Conditional Election’ (=
Pemilihan yang bersyarat).
C. H. Spurgeon: “I suppose there are some persons whose minds
naturally incline towards the doctrine of free-will.
I can only say that mine inclines as naturally towards the doctrines of sovereign grace.
Sometimes, when I see some of the worst characters in the street, I feel as if
my heart must burst forth in tears of gratitude that God has never let me act
as they have done! I have thought, if God had left me alone, and had not
touched me by His grace, what a great sinner I should have been! ... I feel
that I should have been a very king of sinners, if God had let me alone. I cannot understand the
reason why I am saved, except upon the ground that God would have it so. I
cannot, if I look ever so earnestly, discover any kind of reason in myself why
I should be a partaker of Divine grace” (= Saya menganggap ada sebagian / beberapa orang yang pikirannya
condong secara alamiah pada doktrin tentang free will. Saya hanya bisa berkata bahwa pikiran saya
condong secara alamiah pada doktrin tentang kasih karunia yang berdaulat. Kadang-kadang, pada
waktu saya melihat beberapa orang dengan karakter yang terburuk di jalan, saya
merasa seakan-akan jantung / hati saya harus meledak dalam air mata syukur
bahwa Allah tidak pernah membiarkan saya bertindak seperti yang mereka telah
lakukan! Saya telah berpikir, seandainya Allah membiarkan saya sendirian, dan
tidak menyentuh saya dengan kasih karuniaNya, saya akan menjadi orang sangat
berdosa yang bagaimana! ... Saya merasa bahwa saya akan menjadi raja orang
berdosa, seandainya Allah membiarkan saya sendirian. Saya tidak bisa mengerti
alasan mengapa saya diselamatkan, kecuali atas dasar bahwa Allah menghendakinya
demikian. Saya tidak bisa, jika saya melihat dengan
begitu sungguh-sungguh, menemukan jenis alasan apapun dalam diri saya sendiri
yang menyebabkan saya menjadi pengambil bagian dari kasih karunia Ilahi) - ‘Spurgeon’s Autobiography’, vol 1,
chapter 16, hal 180 (AGES).
C. H. Spurgeon: “I did not commence my spiritual
life ... It was He who turned my heart, and brought me down on my knees before
Him” (= Saya tidak memulai kehidupan rohani saya ... Adalah Dia yang
membalikkan hati saya, dan membawa saya untuk berlutut di hadapanNya) - ‘Spurgeon’s Autobiography’, vol 1,
chapter 16, hal 180 (AGES).
Ini cerita pertobatan Spurgeon dari Arminian menjadi
Calvinist!
C. H. Spurgeon: “Well can I remember the manner in which I
learned the doctrines of grace in a single instant. Born,
as all of us are by nature, an Arminian, I
still believed the old things I had heard continually from the pulpit, and did not see the grace of God. When I was
coming to Christ, I thought I was doing it all myself, and though I sought the
Lord earnestly, I had no idea the Lord was seeking me. I do not think the young
convert is at first aware of this. ... One weeknight, when I was sitting in the
house of God, I was not thinking much about the preacher’s sermon, for I did
not believe it. The thought struck me, How did you come to be a Christian? I
sought the Lord. But how did you come to seek the Lord? The truth flashed
across my mind in a moment - I should not have sought Him unless there had been
some previous influence in my mind to make me seek Him. I prayed, thought I,
but then I asked myself, How came I to pray? I was induced to pray by reading
the Scriptures. How came I to read the Scriptures? I did read them, but what
led me to do so? Then,
in a moment, I saw that God was at the bottom of it all, and that He was the
Author of my faith, and so the whole doctrine of grace opened up to me, and from that doctrine I have not departed
to this day, and I desire to make this my constant confession, ‘I ascribe my change wholly to God.’” [= Saya bisa mengingat dengan baik cara dalam mana saya belajar doktrin
tentang kasih karunia dalam satu saat. Dilahirkan, seperti semua orang secara
alamiah, sebagai seorang Arminian, saya tetap percaya hal-hal lama yang telah saya dengar
terus menerus dari mimbar, dan tidak melihat kasih karunia Allah. Pada waktu saya datang kepada Kristus, saya pikir saya
melakukan itu sendiri seluruhnya, dan sekalipun saya mencari Tuhan dengan
sungguh-sungguh, saya tak mempunyai pemikiran bahwa Tuhan sedang mencari saya.
Saya tidak berpikir bahwa petobat-petobat muda / baru mula-mula menyadari
tentang hal ini. ... Suatu minggu malam, pada waktu saya sedang duduk di rumah
Allah, saya tidak banyak memikirkan tentang khotbah si pengkhotbah, karena saya
tidak mempercayainya. Lalu pemikiran menyambar saya, Bagaimana kamu bisa
menjadi orang Kristen? Saya mencari Tuhan. Tetapi bagaimana kamu bisa mencari Tuhan?
Kebenaran menerangi pikiran saya pada satu saat - Saya tidak akan mencari Dia
kecuali telah terjadi semacam pengaruh yang mendahuluinya dalam pikiran saya
yang membuat saya mencari Dia. Saya berdoa, saya kira, tetapi lalu saya
bertanya kepada diri saya sendiri, Bagaimana saya bisa berdoa? Saya dibimbing /
didesak untuk berdoa oleh pembacaan Kitab Suci. Bagaimana saya bisa membaca
Kitab Suci? Saya memang membacanya, tetapi apa yang membimbing saya untuk
melakukannya? Lalu, dalam satu saat, saya melihat bahwa
Allah ada di dasar dari semua itu, dan bahwa Ia adalah Pencipta dari iman saya,
dan dengan demikian seluruh doktrin kasih karunia terbuka bagi saya, dan dari doktrin itu saya tidak pernah menyimpang
sampai hari ini, dan saya ingin untuk membuat ini pengakuan saya yang konstan, ‘Saya menganggap perubahan saya berasal sepenuhnya dari Allah’.] - ‘Spurgeon’s Autobiography’, vol 1,
chapter 16, hal 180-181 (AGES).
C. H. Spurgeon: “I believe the doctrine of
election, because I am quite certain that, if God had not chosen me, I should
never have chosen Him; and I am sure He chose me before I was
born, or else He never would have chosen me afterwards; and He must have elected me for reasons unknown to me, for I
never could find any reason in myself why He should have looked upon me with
special love. So I am forced to accept that great Biblical doctrine” (= Saya percaya doktrin tentang pemilihan, karena saya cukup pasti / yakin
bahwa, seandainya Allah tidak memilih saya, saya tidak akan pernah memilih Dia; dan saya yakin Ia
memilih saya sebelum saya dilahirkan, atau kalau tidak, Ia tidak akan pernah
memilih saya setelah itu; dan Ia pasti telah memilih saya untuk alasan-alasan yang tidak saya ketahui,
karena saya tidak pernah bisa menemukan alasan apapun dalam diri saya sendiri
mengapa Ia harus memandang saya dengan kasih yang khusus. Maka saya dipaksa /
didesak untuk menerima doktrin Alkitab yang agung itu) - ‘Spurgeon’s Autobiography’, vol 1,
chapter 16, hal 182 (AGES).
C. H. Spurgeon: “In the very beginning, ... God loved His chosen creatures. ... Their names
were written on His heart, and then were they dear to His soul. Jesus loved His people before the foundation of the world -
even from eternity!” (= Pada mulanya, ... Allah mengasihi makhluk-makhluk pilihanNya. ... Nama-nama mereka
tertulis di hatiNya, dan maka mereka menjadi kesayangan jiwaNya. Yesus mengasihi
umatNya sebelum dunia dijadikan - bahkan dari kekekalan!) - ‘Spurgeon’s Autobiography’, vol 1,
chapter 16, hal 183 (AGES).
Spurgeon menentang ‘Conditional
Election’ (= Pemilihan yang bersyarat), yang merupakan kepercayaan Arminian.
C. H. Spurgeon: “Did my Savior die for me because
I believed on Him? No; I was not then in existence; I had then no being. Could
the Savior, therefore, have died because I had faith, when I myself was not yet
born? Could that have been possible? Could that have been the origin of the
Savior’s love towards me? Oh! no; my Savior died for me long before I believed. ‘But,’ says someone, ‘He
foresaw that you would have faith; and, therefore, He loved you.’ What did He
foresee about my faith? Did He foresee that I should get that faith myself, and
that I should believe on Him of myself? No; Christ could not foresee that,
because no Christian man will ever say that faith came of itself without the
gift and without the working of the Holy Spirit. I have met with a
great many believers, and talked with them about this matter; but I never knew
one who could put his hand on his heart, and say, ‘I believed in Jesus without
the assistance of the Holy Spirit.’” (= Apakah
Juruselamat saya mati untuk saya karena saya percaya kepadaNya? Tidak; saya
waktu itu belum ada, saat itu saya tidak mempunyai keberadaan. Karena itu,
bisakah sang Juruselamat, telah mati karena saya mempunyai iman, pada saat saya
sendiri belum dilahirkan? Bisakah itu memungkinkan? Bisakah itu merupakan asal
usul dari kasih sang Juruselamat terhadap saya? O, tidak; Juruselamat saya mati
untuk saya lama sebelum saya percaya. ‘Tetapi’, kata seseorang, ‘Ia melihat lebih
dulu bahwa kamu akan mempunyai iman; dan karena itu, Ia mengasihi kamu’. Apa
yang Ia lihat lebih dulu tentang iman saya? Apakah ia melihat lebih dulu bahwa
saya harus mendapatkan iman itu oleh saya sendiri, dan bahwa saya percaya
kepadaNya dari diri saya sendiri? Tidak; Kristus tidak bisa melihat itu, karena
tidak ada orang Kristen akan pernah mengatakan bahwa iman datang dengan
sendirinya tanpa pemberian dan tanpa pekerjaan dari Roh Kudus. Saya telah bertemu
dengan sangat banyak orang percaya, dan berbicara dengan mereka tentang
persoalan ini; tetapi saya tidak pernah mengetahui / mengenal seseorang yang
bisa meletakkan tangannya di hatinya, dan berkata, ‘Saya percaya kepada Yesus
tanpa pertolongan Roh Kudus’.) - ‘Spurgeon’s
Autobiography’, vol 1, chapter 16, hal 183-184 (AGES).
5. C. H. Spurgeon percaya ‘Limited Atonement’ (= Penebusan Terbatas), dan menentang ‘Universal Atonement’ (= Penebusan
Universal).
Loraine Boettner mengutip kata-kata Charles Haddon
Spurgeon:
“If Christ has died for you, you can
never be lost. God will not punish twice for one thing. If God punished Christ
for your sins He will not punish you. ‘Payment God’s justice cannot twice
demand; first, at the bleeding Saviour’s hand, and then again at mine.’ How can
God be just if he punished Christ, the substitute, and then man himself
afterwards?” (= Jika
Kristus telah mati untuk kamu, kamu tidak pernah bisa terhilang. Allah tidak
akan menghukum dua kali untuk satu hal. Jika Allah menghukum Kristus untuk
dosa-dosamu Ia tidak akan menghukummu. ‘Pembayaran keadilan Allah tidak bisa
menuntut dua kali; pertama, pada tangan Kristus yang berdarah, dan lalu lagi
pada tanganku’. Bagaimana Allah bisa adil jika Ia menghukum Kristus, sang
Pengganti, dan lalu manusia itu sendiri setelahnya?) - ‘The
Reformed Doctrine of Predestination’, hal 155.
Catatan: Loraine Boettner tidak menunjukkan dari buku
Spurgeon yang mana dia mendapatkan kata-kata itu. Tetapi itu bukan masalah
karena di bawah ini saya punya kata-kata Spurgeon sendiri, yang mengatakan hal
yang kurang lebih sama.
C. H. Spurgeon: “Memory looks back on past sins with deep sorrow
for the sin, but yet with no dread of any penalty to come; for Christ has paid
the debt of His people to the last
jot and tittle, and received the divine receipt; and unless God can
be so unjust as to demand double payment for one debt, no soul for whom Jesus
died as a substitute can ever be cast into hell. It seems
to be one of the very principles of our enlightened nature to believe that God
is just; we feel that it must be so, and this gives us our terror at first; but
is it not marvelous that this very same belief that God is just, becomes
afterwards the pillar of our confidence and peace! If God is
just, I, a sinner alone and without a substitute, must be punished; but Jesus
stands in my stead and is punished for me; and now, if God is just, I, a
sinner, standing in Christ, can never be punished” (= Ingatan melihat ke belakang kepada dosa-dosa
yang lalu dengan kesedihan yang dalam untuk dosa, tetapi tanpa rasa takut
terhadap hukuman yang akan datang; karena Kristus telah membayar hutang umatNya sampai pada hal yang paling kecil / remeh, dan
telah menerima kwitansi ilahi; dan kecuali Allah itu bisa begitu tidak adil / benar sehingga menuntut
pembayaran dobel untuk satu hutang, tidak ada jiwa, untuk siapa Yesus mati
sebagai pengganti, bisa dicampakkan ke dalam neraka. Kelihatannya merupakan satu prinsip dari diri
kita yang sudah diterangi untuk percaya bahwa Allah itu adil / benar; kita
merasa bahwa haruslah demikian, dan ini mula-mula memberikan kita rasa takut;
tetapi tidakkah merupakan sesuatu yang mengagumkan bahwa kepercayaan yang sama
bahwa Allah itu adil / benar, setelah itu lalu menjadi pilar / tonggak dari
keyakinan dan damai kita! Jika Allah itu
adil / benar, saya, seorang yang berdosa, sendirian dan tanpa seorang
pengganti, harus dihukum; tetapi Yesus telah menggantikan saya dan dihukum
untuk saya; dan sekarang, jika Allah itu adil / benar, saya, seorang yang
berdosa, berdiri dalam Kristus, tidak pernah bisa dihukum) - ‘Morning and Evening’,
September 25, morning.
Catatan: Perhatikan kata-kata ‘His people’ (= umatNya). Kristus mati bukan untuk setiap individu dalam dunia ini,
tetapi untuk ‘umatNya’.
Disamping itu, dia mengatakan bahwa “tidak ada jiwa, untuk siapa Yesus mati sebagai
pengganti, bisa dicampakkan ke dalam neraka”. Kalau Spurgeon mempercayai ‘Universal Atonement’ (= Penebusan Universal), maka dia harus
percaya Universalisme (= pandangan yang mengatakan bahwa pada akhirnya semua
manusia, tanpa kecuali, akan masuk surga), dan itu tidak mungkin! Jadi jelas
Spurgeon mempercayai ‘Limited Atonement’
(= Penebusan Terbatas).
C. H. Spurgeon: “Some persons love the doctrine of universal atonement because they say, ‘It is so
beautiful. It is a lovely idea that Christ should have died for all men; it
commends itself,’ they say, ‘to the instincts of humanity; there is something
in it full of joy and beauty.’ I admit there is, but
beauty may be often associated with falsehood. There is much which I
might admire in the theory of universal redemption, but I will just show what
the supposition necessarily involves. If Christ on His cross intended to save
every man, then He intended to save those who were lost before He died. If the
doctrine be true, that He died for all men, then He died
for some who were in hell before He came into this world, for
doubtless there were even then myriads there who had been cast away because of
their sins. Once again, if it was Christ’s intention to save all men, how deplorably has He been disappointed, for we
have His own testimony that there is a lake which burneth with fire and
brimstone, and into that pit of woe have been cast some of the very persons
who, according to the theory of universal redemption, were bought with His
blood. That seems to me a conception a thousand times more repulsive than any
of those consequences which are said to be associated with the Calvinistic and Christian doctrine of special and
particular redemption. To think that my Savior died for men who were
or are in hell, seems a supposition too horrible for me to entertain. To imagine for a moment that He was the Substitute for all
the sons of men, and that God, having first punished the Substitute, afterwards
punished the sinners themselves, seems to conflict with all my ideas of Divine
justice. That Christ should offer an atonement and satisfaction for
the sins of all men, and that afterwards some of those very men should be
punished for the sins for which Christ had already atoned, appears to me to be
the most monstrous iniquity that could ever have been imputed to Saturn, to
Janus, to the goddess of the Thugs, or to the most diabolical heathen deities.
God forbid that we should ever think thus of Jehovah, the just and wise and
good!” (= Beberapa
orang mengasihi doktrin penebusan universal
karena mereka berkata, ‘Itu adalah begitu indah. Itu merupakan suatu gagasan
yang bagus / sangat menyenangkan bahwa Kristus telah mati untuk semua orang;
itu memuji dirinya sendiri’, kata mereka, ‘bagi naluri manusia; ada sesuatu di
dalamnya yang penuh sukacita dan keindahan’. Saya akui itu ada, tetapi keindahan bisa sering dihubungkan / dicampur dengan
kepalsuan / dusta. Ada banyak hal yang bisa saya kagumi dalam teori
penebusan universal, tetapi saya akan menunjukkan anggapan apa yang pasti terlibat.
Jika Kristus di kayu salib bermaksud untuk menyelamatkan setiap orang, maka Ia
bermaksud untuk menyelamatkan mereka yang terhilang sebelum Ia mati. Jika
doktrin ini benar, bahwa Ia mati untuk semua orang, maka
Ia mati untuk sebagian orang yang telah ada di neraka sebelum Ia datang ke
dalam dunia ini, karena tak diragukan bahwa bahkan pada saat itu
banyak sekali orang yang telah dilemparkan ke sana karena dosa-dosa mereka. Sekali
lagi, jika merupakan maksud Kristus untuk menyelamatkan semua orang, betapa Ia telah dikecewakan secara menyedihkan,
karena kita mempunyai kesaksianNya sendiri bahwa di sana ada danau / laut yang
menyala-nyala dengan api dan belerang, dan ke dalam lubang kesengsaraan itu
telah dilemparkan sebagian orang yang, menurut teori penebusan universal, telah
dibeli dengan darahNya. Itu bagi saya kelihatannya
merupakan suatu pengertian yang seribu kali lebih menjijikkan dari pada
konsekwensi manapun yang dikatakan berhubungan dengan doktrin Calvinist dan Kristen tentang penebusan khusus. Untuk memikirkan bahwa Juruselamat saya mati untuk
orang-orang yang ada di dunia kelihatannya merupakan suatu anggapan yang
terlalu mengerikan bagi saya untuk dimiliki. Untuk
membayangkan sesaatpun bahwa Ia adalah Pengganti bagi semua anak-anak manusia,
dan bahwa Allah, setelah pertama-tama / mula-mula menghukum si Pengganti, dan
setelah itu menghukum orang-orang berdosa itu sendiri, kelihatannya
bertentangan dengan semua gagasan saya tentang keadilan Ilahi. Bahwa Kristus memberikan
suatu penebusan dan pemuasan untuk dosa-dosa dari semua orang, dan bahwa
setelah itu sebagian dari orang-orang itu harus dihukum untuk dosa-dosa untuk
mana Kristus sudah menebus, kelihatan bagi saya sebagai kejahatan yang sangat
besar yang bisa dihubungkan dengan Saturnus, dengan Yanus, dengan dewi-dewi
dari Thugs, atau dengan dewa-dewa kafir yang paling jahat. Allah melarang bahwa
kita pernah berpikir demikian tentang Yehovah, Yang adil dan bijaksana dan
baik!) - ‘Spurgeon’s Autobiography’,
vol 1, chapter 16, hal 188-189 (AGES).
6. C. H. Spurgeon percaya ‘Irresistible Grace’ (= Kasih karunia yang tidak bisa ditolak).
C. H. Spurgeon: “Then, in the fullness of time, He purchased
me with His blood; ... Yea, when He first came to me, did I not spurn Him? When
He knocked at the door, and asked for entrance, did I not drive Him away, ...
Ah, I can remember that I full often did so until, at last, by the power of His effectual grace, He said, ‘I
must, I will come in;’ and then He turned my heart,
and made me love Him. But even till now I
should have resisted Him, had it not been for His grace” (= Maka, pada saat waktunya sudah genap, Ia membeli saya dengan
darahNya; ... Ya, pada saat Ia pertama kali datang kepada saya, tidakkah saya
menolakNya dengan angkuh? Pada waktu Ia mengetok pintu, dan meminta untuk
masuk, tidakkah saya mengusirNya, ... Ah, saya bisa mengingat bahwa saya sering
melakukan demikian, sampai akhirnya, oleh kuasa dari kasih karuniaNya yang efektif, Ia berkata, ‘Saya harus,
saya akan masuk’; dan lalu Ia mengubahkan hati saya, dan membuat saya mengasihi Dia. Tetapi bahkan sampai
sekarang saya akan sudah menolakNya, seandainya itu bukan karena kasih
karuniaNya) - ‘Spurgeon’s Autobiography’,
vol 1, chapter 16, hal 183 (AGES).
C. H. Spurgeon: “effectual calling is a very gracious truth. ...
There are other calls mentioned in Scripture. It is said especially, ‘Many are
called, but few are chosen.’ Now that is not the effectual call which is
intended by the apostle, when he said, ‘Whom he called, them he also justified.’
That is a general call which many men, yea, all men reject, unless there come after it the personal, particular call,
which makes us Christians.” (= panggilan
efektif adalah suatu kebenaran yang sangat murah hati / bersifat kasih karunia. ... Ada panggilan-panggilan
yang lain yang disebutkan dalam Kitab Suci. Dikatakan secara explicit, ‘Banyak
yang dipanggil, tetapi sedikit yang dipilih’. Itu bukanlah panggilan efektif
yang dimaksudkan oleh sang rasul, pada waktu ia berkata, ‘Yang Ia panggil,
mereka juga Ia benarkan’. Itu adalah panggilan umum yang banyak orang, bahkan
semua orang tolak, kecuali di sana datang setelahnya panggilan pribadi, khusus, yang membuat
kita orang-orang Kristen) - ‘Sovereignty’, hal 142,143
(AGES).
7. C. H. Spurgeon percaya ‘Perseverance of the
Saints’ (= Ketekunan orang-orang kudus).
C. H. Spurgeon: “I know that those whom God saves He saves
with an everlasting salvation” (= Saya tahu bahwa mereka yang Allah selamatkan, Ia selamatkan dengan
suatu keselamatan kekal) - ‘Spurgeon’s Autobiography’,
vol 1, chapter 16, hal 179 (AGES).
C. H. Spurgeon: “If one dear saint of God had perished, so
might all; if one of the covenant ones be lost, so may all be; and then there
is no gospel promise true, but the Bible is a lie, and there is nothing in it
worth my acceptance. I will be an infidel at once
when I can believe that a saint of God can ever fall finally. If God hath loved
me once, then He will love me for ever” (= Jika satu orang kudus yang kekasih dari Allah telah binasa, maka
semua juga bisa demikian; jika satu dari orang-orang perjanjian terhilang, maka
semua bisa terhilang; dan lalu di sana tidak ada janji injil yang benar, tetapi
Alkitab adalah suatu dusta, dan di sana tidak ada di dalamnya yang layak untuk
saya terima. Saya akan segera menjadi seorang kafir pada waktu saya bisa percaya bahwa
seorang kudus dari Allah akhirnya bisa murtad. Jika Allah telah sekali
mengasihi saya, maka Ia akan mengasihi saya selama-lamanya) - ‘Spurgeon’s Autobiography’, vol 1,
chapter 16, hal 185 (AGES).
Spurgeon percaya Allah tidak mungkin mengubah rencana,
termasuk pemilihan / predestinasi, sehingga yang dipilih pasti selamat.
C. H. Spurgeon: “God altereth not His plans; why
should He? He is Almighty, and therefore can perform His pleasure. Why should
He? He is the All-wise, and therefore cannot have planned wrongly. Why should
He? He is the everlasting God, and therefore cannot die before His plan is
accomplished. Why should He change? ... ye may change your plans, but He shall never, never change His. Has He told me that His plan is to save
me? If so, I am for ever safe” (= Allah tidak mengubah
rencanaNya; mengapa Ia harus mengubahnya? Ia maha kuasa, dan karena itu bisa
melaksanakan kesenanganNya. Mengapa Ia harus mengubahnya? Ia maha bijaksana,
dan karena itu tidak bisa telah merencanakan secara salah. Mengapa Ia harus
berubah? ... kamu bisa mengubah rencanamu, tetapi Ia tidak akan
pernah, tidak pernah mengubah rencanaNya. Apakah Ia telah memberitahu saya
bahwa rencanaNya adalah untuk menyelamatkan saya? Jika demikian, saya aman
selama-lamanya) - ‘Spurgeon’s Autobiography’,
vol 1, chapter 16, hal 185 (AGES).
Spurgeon menganggap bahwa orang Kristen yang tidak percaya ‘Perseverance
of the Saints’ (= Ketekunan orang-orang kudus) adalah orang yang tidak
bahagia, dan sebaliknya, yang mempercayainya adalah yang paling bahagia, dan
juga bahwa mereka ini adalah orang-orang Kristen yang paling benar.
C. H. Spurgeon: “I do not know how some people,
who believe that a Christian can fall from grace, manage to be happy. It must
be a very commendable thing in them to be able to get through a day without
despair. If I did not believe the doctrine
of the final perseverance of the saints, I think I should be of all men the
most miserable, because I should lack any ground of comfort. ... I believe that the happiest of Christians and the truest of
Christians are those who never dare to doubt God, but who take His Word simply
as it stands, and believe it, and ask no questions, just feeling assured that
if God has said it, it will be so” (= Saya tidak mengerti
bagaimana sebagian orang, yang percaya bahwa seorang Kristen bisa jatuh dari
kasih karunia / murtad, bisa mengatur untuk menjadi bahagia. Merupakan sesuatu
hal yang sangat patut dihargai dalam mereka untuk bisa melewati suatu hari
tanpa putus asa. Seandainya saya tidak percaya doktrin ketekunan akhir orang-orang kudus,
saya pikir saya harus menjadi orang yang paling menyedihkan dari semua orang,
karena saya kekurangan dasar penghiburan apapun. ... Saya percaya bahwa
orang-orang Kristen yang paling bahagia dan orang-orang Kristen yang paling
benar adalah mereka yang tidak pernah berani untuk meragukan Allah, tetapi yang
mengambil firmanNya sebagai adanya, dan mempercayainya, dan tidak menanyakan
pertanyaan-pertanyaan, tetapi hanya merasa yakin bahwa jika Allah telah
mengatakannya, itu akan seperti itu) - ‘Spurgeon’s
Autobiography’, vol 1, chapter 16, hal 186 (AGES).
8. C. H. Spurgeon menentang
free will!
C. H. Spurgeon: “THIS is one of the great guns of the
Arminians, mounted upon the top of their walls, and often discharged with
terrible noise against the poor Christians called Calvinists. I intend to spike
the gun this morning, or, rather, to turn it on the enemy, .... Usually, when
the text is taken, the divisions are: - First, that man has a will. Secondly,
that he is entirely free. Thirdly, that men must make themselves willing to
come to Christ, otherwise they will not be saved. ... It has already been
proved beyond all controversy that free-will is
nonsense. Freedom cannot belong to will any more than ponderability
can belong to electricity. They are altogether different things. Free agency we
may believe in, but free-will is simply ridiculous” (= Ini
adalah satu dari senapan-senapan meriam-meriam yang besar dari orang-orang
Arminian, menjaga pada puncak dari tembok-tembok mereka, dan sering ditembakkan
dengan bunyi yang mengerikan terhadap orang-orang Kristen yang malang yang
disebut Calvinist. Saya bermaksud untuk menghentikan senapan / meriam itu pagi
ini, atau lebih baik lagi, membalikkannya kepada musuh, ... Biasanya, pada
waktu textnya diambil, pembagiannya adalah: - Pertama,
bahwa manusia mempunyai kehendak. Kedua, bahwa
ia sepenuhnya bebas. Ketiga, bahwa manusia
harus membuat diri mereka sendiri mau datang kepada Kristus, atau mereka tidak
akan diselamatkan. ... Telah dibuktikan melampaui semua kontroversi bahwa kehendak bebas
adalah nonsense / omong kosong. Kebebasan tidak bisa merupakan milik dari kehendak
sebagaimana kemampuan mempertimbangkan bisa merupakan milik dari listrik.
Mereka merupakan hal-hal yang sama sekali berbeda. Agen bebas kami bisa
percaya, tetapi kehendak bebas benar-benar menggelikan) - ‘Sermons’,
vol 1, hal 695 (AGES).
b) Andrew
Liauw juga mengutip kata-kata R. C. Sproul Jr, tetapi tanpa menyebut ‘Jr.’.
Ini kutipan yang sama dengan yang dikutip Steven Liauw dalam sesi I,
tetapi Andrew Liauw hanya memberikan terjemahannya. Ini juga fitnah! Tetapi
saya baru menangkap kata-katanya pada waktu saya menonton DVDnya, dan karena
itu dalam debat hal ini tidak saya jawab.
Jadi,
lengkaplah sudah, bapak (Suhento Liauw) dan 2 anaknya (Steven Liauw dan Andrew
Liauw), semuanya adalah pemfitnah!
Karena
itu, sekali lagi saya tekankan, hati-hatilah dengan GBIA Graphe, sekolah theologianya,
yaitu GITS, dan khususnya web mereka, bahkan juga fb (face book) dari
orang-orang dalam kalangan mereka (seperti Dance Suat dan Dede Wijaya), dimana
mereka menyebarkan bisa (venom)
mereka!
2) Steven
Liauw mengatakan bahwa yang dipersoalkan bukanlah ‘apakah orang Kristen bisa
kehilangan keselamatannya?’ tetapi ‘apakah orang Kristen bisa meninggalkan
imannya?’.
Ini bukan serangan / argumentasi dan karena itu dalam debat tak saya
jawab. Sekarang saya tanggapi: apakah dua hal itu bukannya sama saja dari sudut
pandang mereka? Kalau seseorang meninggalkan imannya, bukankah dia kehilangan
keselamatannya? Jelas bahwa orang ini, atau bodoh, atau memang senang bicara
secara berbelit-belit!
3) Tentang
iman sebagai pemberian Allah, Steven Liauw mengatakan bahwa memang iman itu
pemberian, dalam arti ‘Tuhan memberikan kemungkinan untuk beriman, Tuhan memberikan obyek
untuk iman, dsb, bukan dalam arti mekanis bahwa iman ditentukan oleh Allah’.
Ini tidak sempat saya jawab tetapi sebetulnya jelas sekali ia
menyimpangkan arti. Kalau Fil 1:29 mengatakan iman
adalah pemberian, ia ubah menjadi pemberian
kemungkinan untuk beriman,
itu berbeda seperti langit dengan bumi!
Fil 1:29 - “Sebab kepada kamu dikaruniakan bukan saja untuk percaya kepada Kristus, melainkan juga untuk menderita
untuk Dia”.
4) Steven
Liauw memberikan banyak ayat yang menekankan orang harus percaya terus (ini
syarat untuk tetap selamat).
Ini sebetulnya saya jawab dengan Kis 17:22-34, dan
saya katakan ayat-ayat mereka yang banyak itu semua bicara tentang tanggung
jawab. Ini tak bertentangan dengan janji / jaminan Allah, tetapi saling
melengkapi. Tetapi saya memang tak menyebutkan ayat-ayatnya satu per satu,
karena itu akan sangat menghabiskan waktu.
Sekarang saya akan tunjukkan ayat-ayatnya satu per satu supaya bisa
terlihat bahwa semua itu memang ayat-ayat yang berurusan dengan tanggung jawab,
dan sudah saya jawab.
Ini ayat-ayat yang diberikan oleh Steven Liauw:
1Kor 15:2 - “Oleh Injil itu kamu
diselamatkan, asal kamu teguh berpegang padanya,
seperti yang telah kuberitakan kepadamu - kecuali kalau kamu telah sia-sia saja
menjadi percaya”.
Ibr 3:14 - “Karena kita telah
beroleh bagian di dalam Kristus, asal saja kita
teguh berpegang sampai kepada akhirnya pada keyakinan iman kita yang
semula”.
Kol 1:22-23 - “(22) sekarang diperdamaikanNya,
di dalam tubuh jasmani Kristus oleh kematianNya, untuk menempatkan kamu kudus
dan tak bercela dan tak bercacat di hadapanNya. (23) Sebab itu kamu harus bertekun dalam iman, tetap teguh dan tidak
bergoncang, dan jangan mau digeser dari pengharapan Injil, yang
telah kamu dengar dan yang telah dikabarkan di seluruh alam di bawah langit,
dan yang aku ini, Paulus, telah menjadi pelayannya”.
Gal 5:2-6 - “(2) Sesungguhnya, aku,
Paulus, berkata kepadamu: jikalau kamu menyunatkan
dirimu, Kristus sama sekali tidak akan berguna bagimu. (3) Sekali
lagi aku katakan kepada setiap orang yang
menyunatkan dirinya, bahwa ia wajib melakukan seluruh hukum Taurat.
(4) Kamu lepas dari Kristus, jikalau kamu
mengharapkan kebenaran oleh hukum Taurat; kamu hidup di luar kasih
karunia. (5) Sebab oleh Roh, dan karena iman, kita menantikan kebenaran yang
kita harapkan. (6) Sebab bagi orang-orang yang ada di dalam Kristus Yesus hal
bersunat atau tidak bersunat tidak mempunyai sesuatu arti, hanya iman yang
bekerja oleh kasih”.
Ibr 10:38 - “Tetapi orangKu yang
benar akan hidup oleh iman, dan apabila ia
mengundurkan diri, maka Aku tidak berkenan kepadanya.’”.
Jelas semua ayat-ayat ini bicara tentang tanggung
jawab, dan sudah terjawab pada waktu saya menjelaskan Kis 27.
5) Steven
Liauw katakan ia berbeda dengan Arminian karena Arminian percaya keselamatan
bisa hilang kalau orangnya berbuat dosa.
Ia percaya keselamatan bisa hilang kalau orangnya
meninggalkan iman / murtad.
Ini tak saya hiraukan, karena bagi saya mereka memang Arminian, dan
sekalipun ada beda sedikit-sedikit, itu tak menjadikan mereka bukan Arminian.
Saya sendiri tentu juga mempunyai perbedaan sedikit-sedikit dengan Calvin
maupun dengan tokoh-tokoh Reformed / Calvinist, tetapi itu tak berarti saya
bukan Calvinist!
Tetapi ingin saya tambahkan: sebetulnya baik James Arminius
sendiri maupun kelompok Remonstran (Arminian), pada point ke 5 ini tidak
mempunyai keputusan yang tegas untuk menolaknya. Mereka boleh dikatakan netral
dalam point ke 5. Jadi, mereka tak mengatakan bisa atau tidak bisa hilang. Tetapi
point ke 1-4 mereka tolak secara tegas.
Tetapi kelompok GBIA secara tegas mengatakan bahwa orang
kristen yang sejati bisa murtad dan dengan demikian kehilangan keselamatannya!
Jadi, kalau GBIA Graphe menolak disebut Arminian,
maka mungkin lebih tepatnya diganti dengan Hyper-Arminian!
James Arminius: “V. THE PERSEVERANCE OF THE SAINTS. My
sentiments respecting the perseverance of the saints are, that those persons
who have been grafted into Christ by true faith, and have thus been made
partakers of his life-giving Spirit, possess sufficient powers (or strength) to
fight against Satan, sin, the world and their own flesh, and to gain the
victory over these enemies - yet not without the assistance of the grace of the
same Holy Spirit. Jesus Christ also by his Spirit assists them in all their
temptations, and affords them the ready aid of his hand; and, provided they
stand prepared for the battle, implore his help, and be not wanting to
themselves, Christ preserves them from falling. So
that it is not possible for them, by any of the cunning craftiness or power of
Satan, to be either seduced or dragged out of the hands of Christ. But I think
it is useful and will be quite necessary in our first convention, (or Synod) to
institute a diligent inquiry from the Scriptures, whether it is not possible
for some individuals through negligence to desert the commencement of their
existence in Christ, to cleave again to the present evil world, to decline from
the sound doctrine which was once delivered to them, to lose a good conscience,
and to cause Divine grace to be ineffectual. Though I here openly and ingenuously affirm, I
never taught that a true believer can, either totally or finally fall away from
the faith, and perish; yet I will not conceal, that there are passages of
scripture which seem to me to wear this aspect; and those answers to them which
I have been permitted to see, are not of such a kind as to approve themselves
on all points to my understanding. On the other hand, certain passages are
produced for the contrary doctrine (of unconditional perseverance) which are
worthy of much consideration” [= V. Ketekunan
orang-orang kudus. Pandangan saya berkenaan dengan ketekunan orang-orang
kudus adalah, bahwa orang-orang itu yang telah dicangkokkan ke dalam Kristus
oleh iman yang benar, dan dengan demikian telah dibuat menjadi
pengambil-pengambil bagian dari Roh pemberi-hidupNya, memiliki kuasa-kuasa
(atau kekuatan) yang cukup untuk berkelahi melawan setan / Iblis, dosa, dunia
dan daging mereka sendiri, dan untuk mendapatkan kemenangan atas musuh-musuh
ini - tetapi bukannya tanpa pertolongan dari kasih karunia dari Roh Kudus yang
sama. Juga Yesus Kristus oleh RohNya membantu mereka dalam semua
pencobaan-pencobaan mereka, dan memberi mereka pertolongan yang siap dari
tanganNya; dan, asalkan mereka berdiri dengan siap untuk pertempuran, memohon
pertolonganNya, dan tidak kekurangan / menginginkan diri mereka sendiri (?),
Kristus menjaga mereka dari kejatuhan. Sehingga
tidaklah mungkin bagi mereka, oleh keahlian yang licik atau kuasa Iblis yang
manapun, atau dibujuk atau ditarik keluar dari tangan-tangan Kristus. Tetapi
saya berpikir bahwa adalah berguna dan akan cukup perlu dalam konvension kita
yang pertama, (atau Sinode) untuk mengadakan suatu penyelidikan yang rajin dari
Kitab Suci, apakah merupakan sesuatu yang memungkinkan bagi beberapa / sebagian
orang-orang, melalui kelalaian / kesembronoan untuk meninggalkan pemulaian dari
keberadaan mereka dalam Kristus, memegang erat-erat lagi pada dunia yang jahat
sekarang ini, mundur dari doktrin yang sehat yang pernah sekali diberikan
kepada mereka, kehilangan hati nurani yang baik, dan menyebabkan kasih karunia
Ilahi menjadi tidak efektif. Sekalipun
saya di sini secara terbuka dan terus terang / jujur menegaskan, saya tidak
pernah mengajar bahwa seorang percaya yang sejati bisa, atau secara total, atau
akhirnya murtad dari iman, dan binasa; tetapi saya tidak akan menyembunyikan,
bahwa ada text-text Kitab Suci yang kelihatannya bagi saya mempunyai sifat /
karakteristik dari aspek ini; dan jawaban-jawaban terhadap text-text itu, yang
saya telah diijinkan untuk melihat, bukanlah dari jenis sedemikian rupa
sehingga meneguhkan diri mereka sendiri pada semua hal bagi pengertian saya. Di
sisi lain, text-text tertentu dihasilkan untuk doktrin yang sebaliknya (tentang
ketekunan yang tak bersyarat) yang layak untuk mendapatkan banyak pertimbangan] - ‘The Works of James Arminius’, vol I,
hal 254 (Libronix).
R. C. Sproul: “The
Remonstrants. In 1610
followers of Arminius and Episcopius, led by the statesman Johan van
Oldenbarneveldt, drew up a statement of faith called The Remonstrance, which gave their party the name Remonstrants. The Remonstrants
presented their views in a series of five articles that often appear under the
title Articuli
Arminiani sive remonstrantia. Roger Nicole summarizes these five
articles as follows: 1. God elects or reproves on the
basis of foreseen faith or unbelief. 2. Christ died for all men and for every
man, although only believers are saved. 3. Man is so depraved that divine grace
is necessary unto faith or any good deed. 4. This grace may be resisted. 5. Whether all who are truly regenerate will certainly
persevere in the faith is a point which needs further investigation” (= Orang-orang
Remonstrants. Pada tahun 1610 para pengikut dari Arminius dan Episcopius,
dipimpin oleh negarawan Johan
van Oldenbarneveldt, menyusun suatu pernyataan iman yang disebut ‘The Remonstrance’, yang memberi
kelompok mereka nama ‘Remonstrants’.
The Remonstrants menyajikan pandangan-pandangan mereka dalam suatu seri dari
lima artikel yang sering muncul di bawah judul ‘Articuli Arminiani sive remonstrantia’. Roger Nicole
meringkas lima artikel ini sebagai berikut: 1. Allah memilih atau menolak
berdasarkan iman atau ketidakpercayaan yang dilihat lebih dulu. 2. Kristus mati
untuk semua manusia dan untuk setiap manusia, sekalipun hanya orang-orang
percaya yang diselamatkan. 3. Manusia adalah begitu bejat sehingga kasih
karunia ilahi adalah perlu untuk iman dan perbuatan baik. 4. Kasih karunia ini
bisa ditolak. 5. Apakah semua yang
betul-betul lahir baru akan pasti bertekun dalam iman adalah suatu hal / pokok
yang membutuhkan penyelidikan lebih jauh) - ‘Willing to
Believe’ (Libronix), hal 135.
6) Pembahasan
Yer 19:5 - “Mereka telah mendirikan
bukit-bukit pengorbanan bagi Baal untuk membakar anak-anak mereka sebagai
korban bakaran kepada Baal, suatu hal yang tidak
pernah Kuperintahkan atau Kukatakan dan yang tidak pernah timbul dalam hatiKu”.
Sebetulnya ada dua ayat lagi, juga dalam Yeremia, yang bunyinya kurang
lebih sama, yaitu Yer 7:31 dan Yer 32:35.
Yer 7:31 - “Mereka telah mendirikan
bukit pengorbanan yang bernama Tofet di Lembah Ben-Hinom untuk membakar
anak-anaknya lelaki dan perempuan, suatu hal yang
tidak pernah Kuperintahkan dan yang tidak pernah timbul dalam hatiKu”.
Yer 32:35 - “Mereka mendirikan
bukit-bukit pengorbanan untuk Baal di Lembah Ben-Hinom, untuk mempersembahkan
anak-anak lelaki dan anak-anak perempuan mereka kepada Molokh sebagai korban dalam
api, sekalipun Aku tidak pernah memerintahkannya
kepada mereka dan sekalipun hal itu tidak pernah timbul dalam hatiKu,
yakni hal melakukan kejijikan ini, sehingga Yehuda tergelincir ke dalam dosa”.
Ini sudah saya jawab dengan berkata: ayat ini tak ada
urusannya dengan dekrit / penetapan dosa. Ayat ini jelas-jelas berbicara
tentang satu dosa khusus, yaitu mempersembahkan anak sebagai korban, kepada
dewa (Baal). Itu yang tidak pernah Tuhan perintahkan! Dan kalau dikatakan bahwa ‘itu tidak pernah timbul dalam hati
Tuhan’, artinya adalah Tuhan tak pernah memikirkan untuk memerintahkan hal itu, bukannya bahwa Tuhan
tak pernah mendekritkan / menetapkan hal itu!
Saya percaya bahwa Tuhan memang mendekritkan orang-orang itu dalam
mempersembahkan anaknya kepada berhala.
Bandingkan dengan ayat ini: Yer 19:9 - “Aku akan membuat mereka memakan daging anak-anaknya
laki-laki dan daging anak-anaknya perempuan, dan setiap orang memakan
daging temannya, dalam keadaan susah dan sulit yang ditimbulkan musuhnya kepada
mereka dan oleh orang-orang yang ingin mencabut nyawa mereka”.
Kalau Tuhan bisa menetapkan dan mengatur sehingga orang makan anaknya
sendiri lalu apa alasannya Ia tidak bisa menetapkan orang yang mempersembahkan
anaknya kepada dewa?
Tetapi saya tetap berpendapat bahwa Yer 19:5
tidak membicarakan ketetapan Tuhan, tetapi hanya mengatakan bahwa Tuhan tidak
pernah memikirkan untuk menyuruh orang mempersembahkan anaknya kepada dewa.
7) Tentang
Ibr 6:4-6 - “(4) Sebab mereka yang
pernah diterangi hatinya, yang pernah mengecap karunia sorgawi, dan yang pernah
mendapat bagian dalam Roh Kudus, (5) dan yang mengecap firman yang baik dari
Allah dan karunia-karunia dunia yang akan datang, (6) namun yang murtad lagi,
tidak mungkin dibaharui sekali lagi sedemikian, hingga mereka bertobat, sebab
mereka menyalibkan lagi Anak Allah bagi diri mereka dan menghinaNya di muka
umum”.
Mereka mengatakan bahwa kata-kata ‘menyalibkan
lagi Anak Allah bagi diri mereka’ tak
pernah dijawab. Esra mengatakan bahwa Suhento Liauw mengatakan bahwa tak ada
Calvinist yang pernah bisa menjawab bagian ini. Memang text ini text sukar, dan
text sukar selalu mempunyai bermacam-macam penafsiran.
Mereka sendiri menafsirkan bahwa orang-orang itu menyalibkan
Yesus untuk pertama kalinya pada waktu mereka percaya, dan pada waktu murtad
menyalibkan Yesus untuk kedua-kalinya!
Bagi saya tafsiran ini merupakan omong kosong. Setahu saya,
tak pernah ada dimanapun dalam Alkitab, dimana pada saat seseorang percaya, ia
disebut / dianggap sebagai menyalibkan Yesus bagi dirinya!
Dan kalau saya melihat kata-kata dari Ibr 6:6 itu, itu tidak
harus diartikan bahwa penyaliban pertama dari Yesus dilakukan juga oleh mereka.
Sangat memungkinkan untuk diartikan bahwa dulu Yesus pernah disalibkan (untuk
pertama kalinya, bukan oleh mereka), dan kemurtadan mereka ini menyebabkan
seakan-akan Yesus disalibkan untuk kedua-kalinya!
Saya akan memberikan satu penafsiran saja, dan justru dari orang
Arminian!
Adam Clarke (tentang Ibr 6:6): “‘Seeing they crucify to
themselves the Son of God.’ They reject him on the ground that he was an
impostor, and justly put to death. And thus they are said to crucify him to
themselves - to do that in their present apostasy which the Jews did; and they
show thereby that, had they been present when he was crucified, they would have
joined with his murderers” (= ‘Melihat mereka
menyalibkan bagi diri mereka sendiri Anak Allah’. Mereka menolak Dia dengan
dasar bahwa Ia adalah seorang penipu, dan secara adil dibunuh / dihukum mati.
Dan karena itu mereka sendiri dikatakan menyalibkan Dia - melakukan hal itu
dalam kemurtadan mereka saat itu, apa yang telah dilakukan oleh orang-orang
Yahudi; dan mereka menunjukkan dengan itu bahwa seandainya mereka hadir pada
waktu Ia disalibkan, mereka akan sudah bergabung dengan pembunuh-pembunuhNya).
Jadi, apa yang sukar dari text ini? Text ini bukan
problem bagi Calvinist seakan-akan text ini menolak ‘Perseverance of the
Saints’ (= Ketekunan orang-orang kudus).
Dalam debat sudah saya buktikan bahwa 5 hal yang
dikatakan tentang mereka dalam Ibr 6:4-5 tidak membuktikan bahwa mereka adalah
orang kristen yang sejati.
Dan kalau dihubungkan dengan 1Yoh 2:19, yang
mengatakan bahwa yang murtad itu pasti bukan orang yang sungguh-sungguh
Kristen, maka kita memang harus menyimpulkan bahwa orang-orang yang murtad
dalam Ibr 6:4-6, atau dari text lain manapun, adalah orang kristen KTP.
Mereka bukan kehilangan keselamatan, tetapi mereka tidak pernah diselamatkan!
1Yoh 2:19 - “Memang
mereka berasal dari antara kita, tetapi mereka tidak sungguh-sungguh termasuk
pada kita; sebab jika mereka sungguh-sungguh
termasuk pada kita, niscaya mereka tetap bersama-sama dengan kita.
Tetapi hal itu terjadi, supaya menjadi nyata, bahwa tidak semua mereka
sungguh-sungguh termasuk pada kita”.
Catatan:
memang Steven Liauw tak mau menerima penafsiran saya, khususnya tentang
kata-kata ‘pernah mendapat bagian dalam Roh Kudus’. Bukan urusan saya tidak mau menerima atau tidak. Bahwa
dia tidak menerima penafsiran saya, tidak membuktikan bahwa penafsiran saya
salah! Saya juga tidak menerima penafsirannya!
Yang
jelas, kami dari pihak Calvinist bisa menjawab ayat-ayat mereka, termasuk Ibr
6:4-6, sedangkan mereka dari pihak Arminian tidak menjawab banyak sekali
ayat-ayat kami, khususnya yang kami berikan pada setengah bagian pertama dari
sesi II.
Steven Liauw terus menekan dengan membahas lanjutan dari Ibr 6:4-6. Ini
tak saya jawab karena saya menganggapnya tidak punya kekuatan argumentasi. Saya
sudah buktikan bahwa 5 hal dalam ay 4-5 itu tidak harus membuktikan mereka
sebagai orang kristen yang sejati, dan itu sudah cukup.
Tetapi kalau ia mau tahu bagaimana pembahasan kelanjutan dari ayat itu,
maka akan terlihat bahwa kelanjutannya justru mendukung pandangan saya bahwa
yang dibicarakan dalam Ibr 6:4-6 itu adalah orang kristen KTP.
Saya berikan pembahasan itu di sini.
a) Dalam ayat-ayat selanjutnya orang-orang ini
digambarkan sebagai tanah yang sekalipun menerima hujan tetapi hanya
menghasilkan semak duri dan rumput duri.
Ibr 6:7-8 - “(7) Sebab tanah yang menghisap air hujan yang sering turun ke atasnya, dan yang menghasilkan tumbuh-tumbuhan yang berguna bagi mereka yang mengerjakannya,
menerima berkat dari Allah; (8) tetapi jikalau tanah
itu menghasilkan semak duri dan rumput duri, tidaklah ia berguna dan sudah
dekat pada kutuk, yang berakhir dengan pembakaran”.
‘Tanah’ itu bisa diibaratkan sebagai ‘manusia’, ‘air hujan’ diibaratkan sebagai ‘injil’. Jika seseorang bertobat / percaya Yesus dengan
sungguh-sungguh, maka ia diibaratkan sebagai ‘tanah yang menghasilkan
tumbuh-tumbuhan yang berguna’
(ay 7); sedangkan sebaliknya kalau seseorang tidak bertobat / percaya
Yesus dengan sungguh-sungguh, maka ia diibaratkan sebagai ‘tanah yang
menghasilkan semak duri dan rumput duri’
(ay 8a). Orang ini dikatakan ‘tidak berguna’ dan ‘sudah dekat pada kutuk, yang
berakhir dengan pembakaran’ (ay 8b).
Ibr 6:8 ini mirip dengan tanah bersemak duri dalam
perumpamaan Yesus tentang seorang penabur yang menabur di 4 golongan tanah
(Mat 13:7,22), dan ini menunjukkan bahwa orang-orang yang dibicarakan
dalam Ibr 6:4-6 itu hanyalah orang kristen KTP.
b) Dalam ayat-ayat selanjutnya lagi, penulis surat
Ibrani ini mengkontraskan ‘mereka’ (orang-orang dalam ay 4-5) dengan
orang-orang percaya.
Ibr 6:9-10 - “(9) Tetapi, hai saudara-saudaraku yang kekasih, sekalipun kami
berkata demikian tentang kamu, kami yakin, bahwa kamu memiliki sesuatu yang
lebih baik, yang mengandung keselamatan.
(10) Sebab Allah bukan tidak adil, sehingga Ia
lupa akan pekerjaanmu dan kasihmu
yang kamu tunjukkan terhadap namaNya oleh pelayanan
kamu kepada orang-orang kudus, yang masih kamu lakukan sampai
sekarang”.
Catatan: Kata-kata ‘mengandung
keselamatan’ salah terjemahan.
KJV: ‘accompany salvation’ (= menyertai
keselamatan).
Bagian ini jelas mengkontraskan orang-orang percaya sejati dalam ayat
ini dengan orang-orang kristen KTP dalam Ibr 6:4-6. Kontras ini ditekankan
oleh kata ‘Tetapi’ pada awal dari
ay 9. John Owen membicarakan tentang 3 hal dalam ay 9-10 yang
membedakan / mengkontraskan orang-orang dalam ay 9-10 ini dengan orang-orang
kristen KTP dalam ay 4-6.
1. Adanya hal-hal yang
menyertai keselamatan (ay 9).
John Owen: “Afterwards, when he comes to declare his hope and persuasion concerning
these Hebrews, that they were not such as those whom he had before described,
nor such as would so fall away unto perdition, he doth it upon three grounds,
whereon they were differenced from them: as, - (1.) That they had such things as did ‘accompany salvation;’ that
is, such as salvation is inseparable from. None of these things, therefore, had
he ascribed unto those whom he describeth in this place; for if he had so done,
they would not have been unto him an argument and evidence of a contrary end,
that these should not fall away and perish as well as those. Wherefore he
ascribes nothing to these here in the text that doth peculiarly ‘accompany
salvation,’ verse 9” [= Belakangan, pada
waktu ia menyatakan pengharapan dan kepercayaan / keyakinannya berkenaan dengan
orang-orang Ibrani ini, bahwa mereka (ay 9-10)
bukanlah seperti mereka (ay 4-6)
yang telah ia gambarkan sebelumnya, ataupun seperti orang-orang yang murtad
kepada kebinasaan, ia melakukan ini pada tiga dasar / alasan, di atas mana
mereka (ay 9-10) dibedakan dari
mereka (ay 4-6): seperti, - (1)
Bahwa mereka (ay 9-10) mempunyai
hal-hal yang ‘menyertai keselamatan’; yaitu, hal-hal yang tak terpisahkan dari
keselamatan. Karena itu, tak ada dari hal-hal ini yang telah ia anggap
merupakan milik dari mereka (ay 4-6) yang
ia gambarkan di tempat ini: karena seandainya ia melakukan demikian, mereka (ay
4-6) akan menjadi baginya suatu
argumentasi dan bukti dari suatu akhir yang bertentangan, bahwa orang-orang ini
(ay 4-6) tidak akan murtad dan
binasa sama seperti mereka (ay 9-10).
Karena itu ia tidak menganggap apapun dari hal-hal dalam text ini merupakan
milik dari orang-orang dalam text ini (ay 4-6), yang secara khusus ‘menyertai keselamatan’, ay 9] - ‘Hebrews’,
vol 5, hal 72-73.
2. Adanya ‘pekerjaan dan
kasih’ (ay 10).
John Owen: “(2.) He
describes them by their ‘duties of
obedience’ and fruits of faith. This was their ‘work and labor of love’
towards the name of God, verse 10. And hereby, also, doth he difference them
from these in the text, concerning whom he supposeth that they may perish
eternally, which these fruits of saving faith and sincere love cannot do” [= (2.) Ia menggambarkan mereka dengan
‘kewajiban-kewajiban ketaatan’ dan buah-buah dari iman mereka. Ini adalah
‘pekerjaan dan jerih payah kasih’ mereka bagi nama Allah, ay 10. Dan dengan
ini, juga, ia membedakan mereka (ay 9-10) dari orang-orang dalam text ini (ay 4-6), berkenaan siapa ia menganggap bahwa mereka bisa binasa secara kekal,
yang tak bisa dilakukan oleh buah-buah dari iman yang menyelamatkan dan kasih
yang sungguh-sungguh] - ‘Hebrews’, vol 5, hal 73.
3. Adanya
pemeliharaan / penjagaan dari Allah yang tidak melupakan mereka (ay 10).
John Owen: “(3.) He adds,
that in the preservation of those there mentioned the faithfulness of God was concerned: ‘God is not unrighteous to
forget.’ For they were such he intended as were interested in the covenant of
grace, with respect whereunto alone there is any engagement on the faithfulness
or righteousness of God to preserve men from apostasy and ruin; and there is so
with an equal respect unto all who are so taken into the covenant. But of these
in the text he supposeth no such thing; and thereupon doth not intimate that
either the righteousness or faithfulness of God was any way engaged for their
preservation, but rather the contrary” [= (3.) Ia menambahkan, bahwa dalam pemeliharaan /
penjagaan dari mereka yang disebutkan disana, kesetiaan Allah diperhatikan:
‘Allah bukannya tidak benar sehingga melupakan’ (ay 10a). Karena mereka adalah orang-orang yang ia
maksudkan sebagai berminat pada perjanjian kasih karunia, dan hanya berkenaan dengan
mereka saja ada perjanjian tentang kesetiaan dan
kebenaran Allah untuk menjaga / memelihara orang-orang dari kemurtadan dan
kehancuran; dan disana juga perjanjian dengan hubungan yang setara bagi semua
orang yang dimasukkan ke dalam perjanjian. Tetapi tentang orang-orang dalam
text ini (ay 4-6), ia tidak menganggap seperti itu; dan karena itu ia tidak
mengisyaratkan bahwa kebenaran atau kesetiaan Allah dengan cara apapun dijanjikan untuk pemeliharaan / penjagaan
mereka (ay 4-6), tetapi bahkan
sebaliknya] - ‘Hebrews’, vol 5, hal 73.
8) Kis
27 dan ancaman Tuhan terhadap Niniwe.
Setelah lama bingung bagaimana menjawab argumentasi
saya berdasarkan Kis 27, Steven Liauw kelihatannya dapat akal.
Ia lalu mengatakan bahwa apa yang saya
sebut sebagai tanggung jawab dalam Kis 27 itu sebetulnya adalah syarat-syarat
yang Tuhan berikan supaya mereka bisa selamat. Paulus memenuhi syarat-syarat
itu maka mereka selamat.
Ia juga menggunakan cerita Yunus yang menjanjikan
hukuman untuk Niniwe, tetapi ada syarat secara implicit.
Catatan: ini sebetulnya merupakan ancaman, tetapi
Steven Liauw menyebutnya sebagai ‘janji’, supaya cocok dengan janji
hidup yang kekal!
Saya jawab bahwa dalam kasus Niniwe memang saya akui
ada syarat secara implicit, tetapi itu bukan janji, melainkan ancaman hukuman.
Karena saya rasa terlalu singkat (dan juga pada saat itu ada banyak sorakan
mengejek dari pendukung mereka, sehingga mungkin suara saya terganggu), mungkin
mereka tak menangkap maksud saya dan karena itu di sini saya ingin memperjelas.
Kita harus membedakan ‘janji’ dan ‘ancaman’. Kalau ancaman hukuman, maka jelas ada syarat implicit. Mengapa? Karena
seluruh Alkitab mengajarkan bahwa hukuman akan dihapus kalau orangnya bertobat.
Contoh: Ahab.
1Raja 21:17-29 - “(17) Tetapi datanglah
firman TUHAN kepada Elia, orang Tisbe itu, bunyinya: (18) ‘Bangunlah, pergilah
menemui Ahab, raja Israel yang di Samaria. Ia telah pergi ke kebun anggur Nabot
untuk mengambil kebun itu menjadi miliknya. (19) Katakanlah kepadanya,
demikian: Beginilah firman TUHAN: Engkau telah
membunuh serta merampas juga! Katakan pula kepadanya: Beginilah firman TUHAN:
Di tempat anjing telah menjilat darah Nabot, di situ jugalah anjing akan
menjilat darahmu.’ (20) Kata Ahab kepada Elia: ‘Sekarang engkau
mendapat aku, hai musuhku?’ Jawabnya: ‘Memang
sekarang aku mendapat engkau, karena engkau sudah memperbudak diri dengan
melakukan apa yang jahat di mata TUHAN. (21) Sesungguhnya, Aku akan
mendatangkan malapetaka kepadamu, Aku akan menyapu engkau dan melenyapkan
setiap orang laki-laki dari keluarga Ahab, baik yang tinggi maupun yang rendah
kedudukannya di Israel. (22) Dan Aku akan memperlakukan keluargamu sama seperti
keluarga Yerobeam bin Nebat dan seperti keluarga Baesa bin Ahia, oleh karena
engkau menimbulkan sakit hatiKu, dan oleh karena engkau mengakibatkan orang
Israel berbuat dosa. (23) Juga mengenai Izebel TUHAN telah berfirman: Anjing
akan memakan Izebel di tembok luar Yizreel. (24) Siapa dari keluarga Ahab yang
mati di kota akan dimakan anjing dan yang mati di padang akan dimakan burung di
udara.’ (25) Sesungguhnya tidak pernah ada orang seperti Ahab yang
memperbudak diri dengan melakukan apa yang jahat di mata TUHAN, karena ia telah
dibujuk oleh Izebel, isterinya. (26) Bahkan ia telah berlaku sangat keji dengan
mengikuti berhala-berhala, tepat seperti yang dilakukan oleh orang Amori yang
telah dihalau TUHAN dari depan orang Israel. (27) Segera sesudah Ahab mendengar perkataan itu,
ia mengoyakkan pakaiannya, mengenakan kain kabung pada tubuhnya dan berpuasa.
Bahkan ia tidur dengan memakai kain kabung, dan berjalan dengan langkah lamban.
(28) Lalu datanglah firman TUHAN kepada Elia,
orang Tisbe itu: (29) ‘Sudahkah kaulihat, bahwa Ahab merendahkan diri di
hadapanKu? Oleh karena ia telah merendahkan diri di hadapanKu, maka Aku tidak
akan mendatangkan malapetaka dalam zamannya; barulah dalam zaman anaknya Aku
akan mendatangkan malapetaka atas keluarganya.’”.
Perhatikan bahwa kelihatannya ancaman hukuman itu tanpa syarat, tetapi
toh pada saat Ahab bertobat, Tuhan membatalkan / menunda hukuman itu!
Tetapi ini berbeda dengan janji. Memang dalam kasus janjipun, sering
ada syarat. Misalnya:
Mat 16:33 - “Tetapi carilah dahulu Kerajaan Allah dan kebenarannya,
maka semuanya itu akan
ditambahkan kepadamu”.
Yang saya beri garis bawah ganda merupakan janji. Tetapi ada syaratnya,
yaitu bagian yang saya beri garis bawah tunggal.
Tetapi banyak juga janji yang tanpa syarat, seperti janji Tuhan dalam
Kis 27 itu, dan juga janji hidup yang kekal bagi orang yang percaya kepada
Kristus (Yoh 3:16 Kis 16:31).
Jadi, ancaman harus dibedakan dari janji, khususnya janji yang tak
bersyarat. Tetapi kelihatannya pihak Arminian ini menyebut dengan istilah yang
salah. Apa yang seharusnya adalah ‘tanggung jawab’,
mereka sebut sebagai ‘syarat’! Maka semua ajarannya
jadi kacau, karena ‘hidup yang kekal’ menjadi ‘hidup bersyarat’!
Kalau
mau tetap digunakan istilah ‘syarat’, maka bisa diberikan sebagai jawaban,
bahwa sekalipun ada ‘syarat’, Allah sendiri pasti menolong kita sehingga kita
pasti bisa dan mau memenuhi syarat itu. Ini bukan hal aneh, karena dalam hal
syarat keselamatan, yaitu iman, Allah sendiri juga menganugerahkan iman itu
(Fil 1:29). Jadi, ‘syarat’ itu adalah ‘syarat yang tidak mungkin tidak
terpenuhi’!
Tetapi
saya sendiri, tetap lebih condong pada penggunaan istilah ‘tanggung jawab’!
9) Mereka
mengatakan mereka bisa selamat karena mereka mau
percaya Yesus, dan mereka bisa tetap selamat sampai akhir, juga karena mereka mau tetap percaya. Ini dalam acara debat
khususnya ditekankan oleh Andrew Liauw.
Argumentasi / pernyataan ini saya jawab terlalu singkat dalam acara
debat itu, sehingga tak terlalu terlihat. Di sini saya akan membahas dengan
lebih terperinci.
Ada sedikitnya 2 ayat yang menekankan bahwa kemauan / kehendak (will) kita bukanlah penentu hal-hal itu,
karena kemauan kita (dalam hal-hal yang baik) datang dari Tuhan!
a) Fil 2:13 - “karena Allahlah yang mengerjakan di dalam kamu baik kemauan maupun pekerjaan menurut kerelaanNya”.
Ini terjemahannya kurang jelas. Bandingkan dengan terjemahan-terjemahan
Kitab Suci bahasa Inggris di bawah ini:
KJV: “For it is God which worketh in you both to will and to do of his good pleasure” (=
Karena Allahlah yang bekerja dalam kamu baik
untuk menghendaki maupun untuk melakukan
dari kesenanganNya yang baik).
RSV: “for God is at work in you, both to will and to work for his good pleasure” (=
karena Allah bekerja dalam kamu, baik untuk menghendaki maupun untuk mengerjakan untuk
kesenanganNya yang baik).
NASB: “for it is God who is at work in you, both to will and to work for His good pleasure” (=
karena Allahlah yang bekerja dalam kamu, baik
untuk menghendaki maupun untuk mengerjakan
untuk kesenanganNya yang baik).
NIV: “for it is God who works in you to will and to act according to his good purpose”
(= karena Allahlah yang bekerja dalam
kamu untuk menghendaki dan untuk berbuat
menurut rencanaNya yang baik).
Jadi, kalau kita mau / menghendaki, dan kalau kita melakukan sesuatu
yang baik (termasuk percaya kepada Kristus atau tetap percaya kepada Kristus),
itu semua dari Allah! Tanpa pekerjaan Allah, kita tidak akan mau percaya kepada
Kristus ataupun tetap percaya kepada Kristus!
b) Ro 9:16 - “Jadi hal
itu tidak tergantung pada kehendak orang
atau usaha orang, tetapi kepada kemurahan hati Allah”.
Arthur W. Pink: “THE SOVEREIGNTY OF GOD AND THE HUMAN WILL. ‘It is God which worketh in you both to will and to do of His good
pleasure’ (Philippians 2:13). CONCERNING the nature and the power of fallen manwill, the greatest
confusion prevails today, and the most erroneous views are held, even by many
of God’s children. The popular idea now prevailing,
and which is taught from the great majority of pulpits, is that man has a ‘free
will’, and that salvation comes to the sinner through his will co-operating with the Holy
Spirit. To deny the ‘free will’ of
man, i.e. his power to choose that which is good, his native ability to accept
Christ, is to bring one into disfavor at once, even before most of those who
profess to be orthodox. And yet Scripture emphatically
says, ‘It is not of him that
willeth, nor of him that runneth, but of God that showeth mercy’ (Romans 9:16).
Which shall we believe: God, or the preachers?” [= Kedaulatan Allah dan kehendak /
kemauan manusia. ‘Allahlah yang bekerja dalam kamu baik untuk
menghendaki maupun untuk melakukan dari kesenanganNya yang baik’ (Fil 2:13, KJV). Berkenaan dengan sifat
dasar dan kuasa dari kehendak manusia yang jatuh, kebingungan terbesar yang
menang / berlaku pada jaman ini, dan kebanyakan pandangan-pandangan yang salah
yang dipegang, bahkan oleh banyak anak-anak Allah. Gagasan
yang populer yang sekarang sedang menang / berlaku, dan yang diajarkan dari
mayoritas mimbar, adalah bahwa manusia mempunyai ‘kehendak bebas’, dan bahwa
keselamatan datang kepada orang berdosa melalui kehendaknya yang bekerja sama
dengan Roh Kudus. Menyangkal ‘kehendak bebas’ manusia, yaitu kuasa untuk
memilih apa yang baik, kemampuan alamiahnya untuk menerima Kristus, segera
membawa seseorang pada ketidak-senangan, bahkan di hadapan kebanyakan dari
mereka yang mengaku sebagai orang-orang ortodox. Tetapi Kitab Suci secara
menekankan mengatakan, ‘Bukanlah dari dia yang mau /
menghendaki, ataupun dari dia yang berlari / berusaha, tetapi dari Allah, yang
menunjukkan belas kasihan’ (Ro 9:16, KJV). Yang mana yang akan kita
percayai: Allah, atau pengkhotbah-pengkhotbah?] - ‘The Sovereignty of God’ (AGES), hal 117.
Jadi,
pada saat seseorang diinjili dan ia mau percaya, memang dari sudut pandang
manusia, ia yang mau, tetapi dari sudut pandang Tuhan, ia bisa mau karena Allah
bekerja dalam dirinya! Dan sudut pandang Allah ini tak pernah dipedulikan oleh
orang-orang Arminian!
Bdk. 1Kor 12:3b - “tidak ada seorangpun,
yang dapat mengaku: ‘Yesus adalah Tuhan’, selain oleh Roh Kudus.”.
Bdk. Yoh 6:44,65 - “(44) Tidak ada seorangpun yang dapat datang kepadaKu, jikalau ia
tidak ditarik oleh Bapa yang mengutus Aku, dan ia akan Kubangkitkan
pada akhir zaman. ... (65) Lalu Ia berkata: ‘Sebab itu telah Kukatakan
kepadamu: Tidak ada seorangpun dapat datang
kepadaKu, kalau Bapa tidak mengaruniakannya kepadanya.’”.
10)Steven Liauw mengatakan bahwa dosa tidak
bisa menyebabkan orang Kristen kehilangan keselamatan! Lalu apa yang bisa
menyebabkannya? Kalau kita meninggalkan iman / murtad! Jadi supaya tetap
selamat, harus tetap percaya. Jadi, tetap karena iman, dan bukan karena
perbuatan.
Saya kira ini tidak saya jawab dalam debat, karena ini memang tidak
terlalu kelihatan sebagai suatu argumentasi atau serangan, tetapi sebagai suatu
pembelaan. Tetapi di sini saya ingin menjawab / menyerang pembelaan ini.
Dengan kata-katanya itu ia ingin mempertahankan bahwa mereka tetap
percaya keselamatan oleh iman saja. Tetapi
menurut saya itu mustahil dipertahankan. Mengapa? Karena
untuk tetap percaya, pasti ada hal-hal yang harus kita lakukan, seperti
belajar Firman Tuhan dengan rajin dan tekun, berdoa, berbakti, mentaati Firman
Tuhan, melayani dan sebagainya. Kalau hal-hal ini semua
tidak kita lakukan, bisakah kita tetap percaya? Mari kita melihat
bagaimana Firman Tuhan sendiri menjawab pertanyaan ini:
2Pet 1:1-11 - “(1) Dari Simon Petrus,
hamba dan rasul Yesus Kristus, kepada mereka yang bersama-sama dengan kami
memperoleh iman oleh karena keadilan Allah dan Juruselamat kita, Yesus Kristus.
(2) Kasih karunia dan damai sejahtera melimpahi kamu oleh pengenalan akan Allah
dan akan Yesus, Tuhan kita. (3) Karena kuasa ilahiNya telah menganugerahkan
kepada kita segala sesuatu yang berguna untuk hidup yang saleh oleh pengenalan
kita akan Dia, yang telah memanggil kita oleh kuasaNya yang mulia dan ajaib.
(4) Dengan jalan itu Ia telah menganugerahkan kepada kita janji-janji yang
berharga dan yang sangat besar, supaya olehnya kamu boleh mengambil bagian
dalam kodrat ilahi, dan luput dari hawa nafsu duniawi yang membinasakan dunia. (5) Justru karena itu kamu harus dengan sungguh-sungguh
berusaha untuk menambahkan kepada imanmu kebajikan, dan kepada kebajikan
pengetahuan, (6) dan kepada pengetahuan penguasaan diri, kepada penguasaan diri
ketekunan, dan kepada ketekunan kesalehan, (7) dan kepada kesalehan kasih akan
saudara-saudara, dan kepada kasih akan saudara-saudara kasih akan semua orang.
(8) Sebab apabila
semuanya itu ada padamu dengan berlimpah-limpah, kamu akan dibuatnya menjadi
giat dan berhasil dalam pengenalanmu akan Yesus Kristus, Tuhan kita.
(9) Tetapi barangsiapa tidak memiliki semuanya itu,
ia menjadi buta dan picik, karena ia lupa, bahwa dosa-dosanya yang dahulu telah
dihapuskan. (10) Karena itu, saudara-saudaraku, berusahalah sungguh-sungguh,
supaya panggilan dan pilihanmu makin teguh. Sebab jikalau kamu melakukannya,
kamu tidak akan pernah tersandung. (11) Dengan demikian kepada kamu
akan dikaruniakan hak penuh untuk memasuki Kerajaan kekal, yaitu Kerajaan Tuhan
dan Juruselamat kita, Yesus Kristus”.
Perhatikan bahwa ay 5-7 memberikan perintah kepada orang-orang Kristen,
dan ay 8,10 memberikan janji kalau seseorang mentaati perintah itu. Tetapi
ay 9 memberikan ancaman bagi orang-orang Kristen yang tidak melakukan perintah
itu.
Amsal 19:27 - “Hai anakku, jangan lagi
mendengarkan didikan, kalau engkau menyimpang juga dari perkataan-perkataan
yang memberi pengetahuan”.
KJV: ‘Cease, my son, to hear the
instruction that causeth to err from the words of knowledge’ (=
Berhentilah, anakku, untuk mendengar ajaran yang menyebabkan kita menyimpang
dari kata-kata pengetahuan).
NIV: ‘Stop listening
to instruction, my son, and you will stray from the words of knowledge’ (=
Berhentilah mendengar instruksi, anakku, dan engkau akan tersesat dari
kata-kata pengetahuan).
NASB: ‘Cease
listening, my son, to discipline, and you will stray from the words of
knowledge’ (= Berhentilah mendengar, anakku, pada disiplin, dan engkau akan
tersesat dari kata-kata pengetahuan).
Dalam terjemahan dari NIV/NASB maka ayat ini menunjukkan bahwa kalau
seseorang berhenti belajar Firman Tuhan, maka ia akan tersesat!
Amsal 10:17 - “Siapa mengindahkan
didikan, menuju jalan kehidupan, tetapi siapa
mengabaikan teguran, tersesat”.
Luk 21:8 - “JawabNya: ‘Waspadalah, supaya kamu jangan disesatkan. Sebab
banyak orang akan datang dengan memakai namaKu dan berkata: Akulah Dia, dan:
Saatnya sudah dekat. Janganlah kamu mengikuti mereka”.
2Kor 11:3-4 - “(3) Tetapi aku
takut, kalau-kalau pikiran kamu disesatkan dari
kesetiaan kamu yang sejati kepada Kristus, sama seperti Hawa diperdayakan
oleh ular itu dengan kelicikannya. (4) Sebab kamu sabar saja, jika ada seorang datang memberitakan
Yesus yang lain dari pada yang telah kami beritakan, atau memberikan kepada
kamu roh yang lain dari pada yang telah kamu terima atau Injil yang lain dari
pada yang telah kamu terima”.
Ibr 13:9 - “Janganlah kamu disesatkan oleh berbagai-bagai ajaran asing.
Sebab yang baik ialah, bahwa hati kamu diperkuat dengan kasih karunia dan bukan
dengan pelbagai makanan yang tidak memberi faedah kepada mereka yang menuruti
aturan-aturan makanan macam itu”.
Dari
ayat-ayat di atas ini terlihat bahwa untuk bisa tetap percaya kepada Kristus
dan tidak tersesat, memang ada banyak hal-hal yang harus kita lakukan, dan yang
terutama adalah belajar Firman Tuhan dengan rajin dan tekun (dan terutama dengan
benar).
Jadi, saya berpendapat bahwa Steven Liauw gagal untuk membuktikan bahwa
mereka percaya keselamatan oleh iman saja,
karena untuk tetap selamat mereka harus tetap beriman, dan untuk tetap beriman mereka harus melakukan perbuatan-perbuatan tertentu!
Memang
ajaran Arminian berbau ajaran ‘keselamatan karena iman dan perbuatan baik’ yang
merupakan ajaran sesat!
Bagaimana kalau hal ini diterapkan kepada Calvinist? Bagi kami, semua ini
tidak menjadi masalah. Kami percaya bahwa ayat-ayat
itu memang merupakan ayat-ayat yang menunjukkan tanggung jawab yang tetap harus
dilakukan, sekalipun ada jaminan bahwa keselamatan tidak bisa hilang. Mungkinkah orang kristen yang sejati tidak mentaati / tidak
melaksanakan tanggung jawab ini? Tidak mungkin, karena Roh Kudus / Tuhan pasti
akan mendorong orang kristen yang sejati untuk melakukan hal-hal itu, dan
dengan demikian orang kristen yang sejati tidak akan tersesat. Jadi, sandaran
dari Calvinist tetap adalah Tuhan.
11)Steven Liauw berusaha menjawab
argumentasi kami dengan menggunakan kata-kata ‘hidup yang kekal’ yang kami
kontraskan dengan ‘hidup bersyarat’. Ia memberikan jawaban menggunakan
ilustrasi (lagi-lagi hanya ilustrasi, tanpa ayat!) sebagai berikut: kalau saya
memberi mutiara yang kekal kepada pak Budi, dengan syarat pak Budi melakukan
sesuatu, dan kemudian syaratnya tidak dipenuhi, maka saya ambil kembali
mutiaranya, apakah mutiaranya tetap kekal? Tentu tetap kekal. Demikian juga
kalau kita tidak memenuhi syarat untuk tetap selamat, maka hidup yang kekal itu
diambil, dari kita, tetapi hidup itu tetap kekal.
Ini betul-betul jawaban konyol, karena ‘mutiara yang kekal’ jelas
berbeda dengan ‘hidup yang kekal’ dan merupakan sesuatu yang dibuat-buat secara
sangat konyol. Bedanya dimana? Dalam pemberian hidup yang kekal saya yang
tadinya mati menjadi hidup. Kalau hidup itu bisa diambil kembali maka saya mati
(rohani) lagi. Jadi, kalau hidup itu bisa diambil kembali, itu menjadi hidup
yang bersyarat. Ini tak bisa terlihat dalam ilsutasi konyol dari Steven Liauw. Dan
di atas segalanya, lalu bagaimana dengan ilustrasi konyol ini dia bisa menjawab
argumentasi kami yang berikutnya, yang menjamin bahwa ‘mereka pasti tidak akan binasa sampai
selama-lamanya’ (Yoh 10:28)?
12)Penggunaan bahasa Yunani.
Sama seperti dalam session 1, mereka banyak menggunakan kata-kata
bahasa Yunani secara tidak ada gunanya! Untuk memberi kesan kepada
orang-orang bodoh? Atau untuk membuat kami takut? Saya tahu kapan orang
menggunakan bahasa Yunani secara berguna, dan kapan orang menggunakan bahasa
Yunani tanpa ada gunanya. Tetapi sebetulnya Steven Liauw menggunakan
bahasa Yunani ‘bukan tanpa guna’. Ada ‘gunanya’, yaitu
untuk menipu orang! Sebagai contoh:
a) Pada
waktu menggunakan Ibr 6:4-6 Steven Liauw menggunakan kata Yunani:
1.
PHOTIZO (= diterangi - ay 4).
Ini ia tambahi dengan contoh Ibr 10:32 - “Ingatlah akan masa yang lalu. Sesudah kamu menerima terang, kamu banyak menderita oleh
karena kamu bertahan dalam perjuangan yang berat”.
Ini saya katakan juga sebagai orang
kristen KTP.
Tetapi di sini saya ingin meralat
kata-kata saya tentang Ibr 10:32 ini. Kalau dilihat kontextnya kelihatannya
mereka adalah orang kristen yang sejati.
Tetapi kesalahan saya di sini tidak berarti apa-apa bagi argumentasi
mereka.
Karena saya juga sudah menggunakan Yoh 1:9 yang menunjukkan bahwa
orang yang diterangi (dengan kata Yunani tersebut) tidak harus berarti orangnya
sungguh-sungguh percaya.
Hanya saja dalam debat itu, karena waktu yang terbatas, saya tidak
menunjukkan ayatnya di layar LCD, tetapi hanya membacakan luar kepala.
Yoh 1:9 - “Terang yang
sesungguhnya, yang menerangi setiap orang,
sedang datang ke dalam dunia”.
Yang digambarkan dengan ‘terang’ jelas adalah Yesus (baca kontextnya).
Dan dikatakan bahwa Ia ‘menerangi setiap orang’.
Dan kata Yunani yang diterjemahkan ‘menerangi’ juga adalah PHOTIZO. Sekarang,
kalau dalam ayat ini kata itu diartikan harus menunjuk kepada orang percaya,
maka ayat ini menjadi Universalisme, dan ayat ini jelas bertentangan dengan
fakta. Karena dalam faktanya, orang-orang yang diterangi oleh Yesus, tidak
semuanya menjadi percaya!
Bahwa ia memberikan contoh ayat dari surat Ibrani (Ibr 10:32), dan saya
dari Injil Yohanes (Yoh 1:9), tak menjamin apapun bahwa ia yang lebih benar.
Kalau dalam Injil Yohanes kata itu bisa digunakan untuk orang yang tidak
percaya / orang kristen KTP maka jelas bahwa dimanapun juga bisa digunakan
dalam arti seperti itu.
Jadi, sekalipun ada ayat yang mengunakan kata Yunani itu untuk orang
kristen yang sejati, tetapi tidak harus demikian. Kata itu hanya menunjukkan
bahwa orang yang diterangi mendapat pengertian, tetapi apakah ia percaya atau
tidak, tidak ada hubungannya dengan kata itu!
Dalam Bible Works 7 kata itu
diterjemahkan ‘menerangi, menyinari, mencerahi’, dan tak ada penghubungan apapun
dengan iman orang itu.
2. GEUOMAI
(= mengecap - ay 4).
Ini ia tambahi dengan Ibr 2:9 - “Tetapi Dia, yang untuk waktu yang singkat dibuat sedikit
lebih rendah dari pada malaikat-malaikat, yaitu Yesus, kita lihat, yang oleh
karena penderitaan maut, dimahkotai dengan kemuliaan dan hormat, supaya oleh
kasih karunia Allah Ia mengalami (KJV: ‘taste’ / mengecap) maut bagi semua manusia”.
Saya menjawab bahwa memang kata Yunaninya bisa
diartikan seperti itu (mengalami / betul-betul makan), tetapi tidak harus
demikian, karena kata Yunani yang sama juga digunakan untuk Yesus dalam Mat
27:34 - “Lalu mereka memberi Dia minum anggur
bercampur empedu. Setelah Ia mengecapnya, Ia tidak mau meminumnya”.
Kalau dilihat dalam Bible Works 7 maka kata itu memang bisa
diterjemahkan ‘makan’, ‘mengalami’, tetapi juga bisa diartikan betul-betul
hanya ‘mengecap’!
3. METOKHOS
(= mendapat bagian - ay 4).
Ini ia tambahi dengan Ibr 1:9 - “Engkau mencintai keadilan dan membenci kefasikan; sebab itu
Allah, AllahMu telah mengurapi Engkau dengan minyak sebagai tanda kesukaan,
melebihi teman-teman sekutuMu.’”.
Ini merupakan penggunaan ayat yang tidak cocok! Dalam Bible Works 7
kata Yunani METOKHOS yang digunakan, bisa diterjemahkan ‘mengambil bagian’ atau
‘partner’.
Jadi, yang dalam Ibr 6:4 harus diambil arti pertama, sedangkan dalam
Ibr 1:9 harus diambil arti ke 2!
Tetapi Steven Liauw juga menggunakan Ibr 3:14 - “Karena kita telah beroleh
bagian di dalam Kristus, asal saja kita teguh berpegang sampai
kepada akhirnya pada keyakinan iman kita yang semula”.
Dalam hal ini ayatnya cocok, tetapi tetap tidak berarti bahwa kalau di
sini kata itu digunakan untuk orang kristen yang sejati, maka kata itu harus selalu
digunakan untuk orang kristen yang sejati!
Saya sudah menjelaskan dalam debat, bahwa kalau dalam
suatu acara rohani Roh Kudus bekerja, maka semua orang yang hadir ambil bagian
dalam pekerjaan Roh Kudus itu, tetapi itu sama sekali tidak menjamin /
memastikan bahwa orang-orang itu semuanya percaya.
Saya ingin menambahkan sesuatu di sini, untuk memperjelas hal itu.
John Owen mengatakan bahwa Roh Kudus hadir dengan banyak orang
berkenaan dengan pekerjaanNya yang berkuasa, tetapi Ia tidak tinggal dalam diri
orang itu.
John Owen: “the Holy Ghost is
present with many as unto powerful operations, with whom He is not present as
to gracious inhabitation; many are made partakers of Him in spiritual gifts,
who are never made partakers of Him in His saving grace” (= Roh Kudus hadir dengan banyak orang berkenaan dengan
pekerjaan-pekerjaan yang berkuasa, dengan siapa Ia
tidak hadir dalam arti ‘tinggal secara murah hati’; banyak orang
ambil bagian dalam Roh Kudus dalam pemberian-pemberian rohani, yang tidak pernah ambil bagian dari Dia dalam kasih karunia
yang menyelamatkan) - ‘Hebrews, abridged’, hal 97.
John Owen: “to partake of him is to
have a share, part, or portion, in what he distributes by way of spiritual
gifts; ... So Peter told Simon the magician, that he
had no part in spiritual gifts, he was not partaker of the Holy Ghost, Acts
8:21. Wherefore to be ‘partaker of the Holy Ghost,’ is to have a share in and
benefit of his spiritual operations. ... It is one thing for a man to
have a share in and benefit by the gifts of the church, another to be
personally himself endowed with them” (=
mengambil bagian dari Dia artinya mendapatkan bagian dalam apa yang Ia
distribusikan melalui karunia-karunia rohani; ... Demikianlah Petrus
memberitahu Simon tukang sihir bahwa ia tidak mendapat bagian dalam
karunia-karunia rohani, ia bukanlah pengambil bagian dari Roh Kudus, Kis 8:21.
Karena itu menjadi ‘pengambil bagian dari Roh Kudus’ berarti mendapat suatu
bagian dalam, dan manfaat dari, operasi-operasi rohaniNya. ... Bahwa seseorang
‘mendapatkan suatu bagian dalam, dan manfaat oleh, karunia-karunia dari
gereja’, merupakan sesuatu yang sangat berbeda dengan ‘dirinya sendiri diberi
secara pribadi dengan hal-hal itu’) -
‘Hebrews’, vol 5, hal 80-81.
Bdk. Kis 8:17-23 - “(17) Kemudian keduanya
menumpangkan tangan di atas mereka, lalu mereka menerima Roh Kudus. (18) Ketika
Simon melihat, bahwa pemberian Roh Kudus terjadi oleh karena rasul-rasul itu
menumpangkan tangannya, ia menawarkan uang kepada mereka, (19) serta berkata:
‘Berikanlah juga kepadaku kuasa itu, supaya jika aku menumpangkan tanganku di
atas seseorang, ia boleh menerima Roh Kudus.’ (20) Tetapi Petrus berkata
kepadanya: ‘Binasalah kiranya uangmu itu bersama dengan engkau, karena engkau
menyangka, bahwa engkau dapat membeli karunia Allah dengan uang. (21) Tidak ada bagian atau hakmu dalam perkara ini,
sebab hatimu tidak lurus di hadapan Allah. (22) Jadi bertobatlah dari
kejahatanmu ini dan berdoalah kepada Tuhan, supaya Ia mengampuni niat hatimu
ini; (23) sebab kulihat, bahwa hatimu telah seperti empedu yang pahit dan
terjerat dalam kejahatan.’”.
Catatan:
bahwa ‘Roh Kudus’ diartikan menunjuk bukan kepada diri / pribadi Roh Kudus
tetapi pada karunia-karunia dari Roh Kudus, juga terjadi dalam Ibr 2:4.
Ibr 2:4 - “Allah meneguhkan kesaksian mereka oleh
tanda-tanda dan mujizat-mujizat dan oleh berbagai-bagai penyataan kekuasaan dan
karena Roh Kudus, yang dibagi-bagikanNya
menurut kehendakNya”.
KJV/RSV/NIV/NASB: ‘gifts of the Holy Ghost / Spirit’ (= karunia-karunia dari Roh Kudus).
Catatan:
dalam bahasa Yunaninya kata ‘gifts’ (=
karunia-karunia) itu tidak ada.
Barnes’ Notes (tentang Ibr 2:4): “The various influences of the Holy Spirit
enabling them to speak different languages, and to perform works beyond the
power of man; see notes on 1 Cor 12:4-11” (= Pengaruh-pengaruh yang bermacam-macam dari Roh
Kudus yang memampukan mereka untuk berbicara dalam bahasa-bahasa yang berbeda,
dan untuk melakukan pekerjaan-pekerjaan yang ada di luar kemampuan manusia;
lihat catatan tentang 1Kor 12:4-11).
4. PARAPESONTAS
- PARAPIPTO.
Steven Liauw juga membahas kata ‘murtad’ dalam Ibr
6:6. Katanya, kata Yunaninya adalah PARAPESONTAS - PARAPIPTO, yang artinya ‘to fall away, to commit apostasy’, dan
ia terjemahkan ‘jatuh ke samping / keluar’. Dan ia lalu mengatakan bahwa
artinya bukan sekedar berbuat dosa, tetapi murtad.
Padahal kalau dilihat dalam Bible Works 7 kata itu bisa
diartikan ‘to error’ (= berbuat
salah)!
Dan ia lalu memberikan banyak ayat yang menunjukkan
orang kristen yang sejati yang murtad:
a. 1Tim
4:1 - “Tetapi Roh dengan tegas mengatakan bahwa
di waktu-waktu kemudian, ada orang yang akan murtad
lalu mengikuti roh-roh penyesat dan ajaran setan-setan”.
b. 2Tes 2:3
- “Janganlah kamu memberi dirimu disesatkan orang
dengan cara yang bagaimanapun juga! Sebab sebelum Hari itu haruslah datang
dahulu murtad dan haruslah dinyatakan dahulu
manusia durhaka, yang harus binasa,”.
c. Luk
8:13 - “Yang jatuh di tanah yang berbatu-batu
itu ialah orang, yang setelah mendengar firman itu, menerimanya dengan gembira,
tetapi mereka itu tidak berakar, mereka percaya sebentar saja dan dalam masa
pencobaan mereka murtad”.
d. 2Pet
2:20-22 - “(20) Sebab jika mereka, oleh pengenalan
mereka akan Tuhan dan Juruselamat kita, Yesus Kristus, telah melepaskan diri
dari kecemaran-kecemaran dunia, tetapi terlibat lagi di dalamnya, maka akhirnya
keadaan mereka lebih buruk dari pada yang semula. (21) Karena itu bagi mereka
adalah lebih baik, jika mereka tidak pernah mengenal Jalan Kebenaran dari pada
mengenalnya, tetapi kemudian berbalik dari perintah kudus yang disampaikan
kepada mereka. (22) Bagi mereka cocok apa yang dikatakan peribahasa yang benar
ini: ‘Anjing kembali lagi ke muntahnya, dan babi yang mandi kembali lagi ke
kubangannya.’”.
Ini sudah saya jawab, hanya saja untuk 1Tim 4:1 dan
2Tes 3:3 saya tidak menyebutkan ayatnya. Saya katakan bahwa semua ayat yang
menggambarkan orang kristen yang sejati bisa murtad harus diartikan bahwa orang
itu digambarkan sebagai Kristen karena kelihatannya Kristen atau karena ia
mengaku sebagai Kristen (kalau tidak, akan bertentangan dengan 1Yoh 2:19), dan
saya memberikan banyak contoh yang menunjukkan bahwa Alkitab sering sekali
melakukan hal itu.
Steven Liauw berusaha menjawab contoh-contoh saya ini,
tetapi dari banyak contoh yang saya berikan ia hanya menjawab satu, dan itupun
merupakan ‘jawaban yang dipaksakan’.
Tentang 2Pet 2:20-22 sudah saya jawab dalam acara
debat itu, dan demikian juga tentang Luk 8:13.
Tentang Luk 8:13 ini saya tidak yakin bahwa ada penafsir, bahkan dari
kalangan Arminian, yang menganggap bahwa ini menunjuk kepada orang kristen yang
sejati.
Adam Clarke, seorang Arminian keras, memberikan komentar tentang Mat 13:23
- tanah yang subur, dengan kata-kata sebagai berikut:
“Let it be observed, that to hear,
to understand, and to bring forth fruit, are the three grand evidences of a
genuine believer. ... he who is not fruitful, very
fruitful, cannot be a disciple of Christ - see John 15:8” (= Hendaklah diperhatikan, bahwa mendengar,
mengerti, dan mengeluarkan / menghasilkan buah, adalah tiga bukti besar dari
seorang percaya yang sejati. ... ia yang tidak berbuah, sangat berbuah, tidak
bisa adalah seorang murid Kristus - lihat Yoh 15:8).
Catatan:
perhatikan bahwa Adam Clarke memberikan Yoh 15:8 - alegori pokok anggur dan
ranting-rantingnya sebagai contoh! Dalam komentarnya tentang text itu ia juga
memberikan komentar yang kurang lebih sama. Ranting yang tidak berbuah itu
jelas adalah orang kristen KTP, ini dipercayai oleh semua penafsir yang waras,
bahkan dalam kalangan Arminian, tetapi ini disangkal oleh Steven Liauw!
Saya beri lagi tafsiran dari Lenski, yang lagi-lagi adalah seorang
Arminian.
Lenski (tentang Mat 13:21): “But
something is wrong from the start: this man ‘has no root in himself.’ ... He
received the seed but had no root for the seed. The seed was not at fault, it
was entirely the soil. Hence this man is πρόσκαιρος, ‘for a
season,’ ‘transient.’ How transient is at once stated. ‘Tribulation,’ θλῖψις, when pressure is exerted upon us, and ‘persecution,’
when we are made to suffer on account of the Word, arise, and then the trouble
begins for this man who is without good, healthy roots in the soil of his heart” (= Tetapi ada sesuatu yang salah dari awal: orang ini
‘tidak mempunyai akar dalam dirinya sendiri’. ... Ia menerima benih
tetapi tidak mempunyai akar untuk benih. Benihnya tidak salah, yang salah
sepenuhnya adalah tanahnya. Jadi orang ini πρόσκαιρος /
PROSKAIROS, ‘untuk sementara’. Seberapa sementaranya segera dinyatakan.
‘Penindasan’, θλῖψις /
THLIPSIS, pada waktu tekanan digunakan terhadap kita, dan ‘penganiayaan’, pada
waktu kita dibuat menderita karena Firman, muncul, maka problem mulai bagi orang ini yang tanpa kebaikan, akar yang sehat dalam tanah
dari hatinya).
Matthew Henry: “Now that which distinguished this good ground from the rest,
was, in one word, fruitfulness. By this true Christians are distinguished from
hypocrites, that they ‘bring forth the fruits of righteousness; so shall ye be
my disciples,’ John 15:8. He does not say that this
good ground has no stones in it, or no thorns; but there were none that
prevailed to hinder its fruitfulness” (= Yang membedakan
tanah yang baik / subur dari sisanya, adalah, dalam satu kata, ‘keberbuahan’. Oleh ini orang-orang
Kristen yang sejati / sungguh-sungguh dibedakan dari orang-orang munafik, bahwa mereka
‘mengeluarkan / menghasilkan buah-buah kebenaran; dan dengan demikian kamu
adalah murid-muridKu’, Yoh 15:8. Ia tidak mengatakan bahwa tanah yang baik ini tidak mempunyai batu-batu
di dalamnya, atau tidak mempunyai duri-duri; tetapi di sana tidak ada yang
berhasil untuk menghalangi keberbuahannya).
b) Pada
waktu menggunakan 2Pet 2:20-22 untuk membuktikan adanya orang-orang murtad
dalam Alkitab, ia menyoroti kata ‘pengenalan’ dalam 2Pet 2:20 yang katanya berasal dari kata
Yunani EPIGNOSIS, dan kata itu muncul 20 x dalam Alkitab, dan artinya adalah ‘pengenalan penuh yang membawa orangnya kepada iman’!
Dan ia memberi contoh Ro 10:2 dan Ef 1:7 dimana kata Yunani yang sama juga
digunakan.
2Pet 2:20-22 - “(20)
Sebab jika mereka, oleh pengenalan
mereka akan Tuhan dan Juruselamat kita, Yesus Kristus, telah melepaskan diri
dari kecemaran-kecemaran dunia, tetapi terlibat lagi di dalamnya, maka akhirnya
keadaan mereka lebih buruk dari pada yang semula. (21) Karena itu bagi mereka
adalah lebih baik, jika mereka tidak pernah mengenal Jalan Kebenaran dari pada
mengenalnya, tetapi kemudian berbalik dari perintah kudus yang disampaikan
kepada mereka. (22) Bagi mereka cocok apa yang dikatakan peribahasa yang benar
ini: ‘Anjing kembali lagi ke muntahnya, dan babi yang mandi kembali lagi ke kubangannya.’”.
Ro 10:2 - “Sebab aku dapat memberi
kesaksian tentang mereka, bahwa mereka sungguh-sungguh giat untuk Allah, tetapi
tanpa pengertian yang benar”.
Ef 1:17 - “dan meminta kepada
Allah Tuhan kita Yesus Kristus, yaitu Bapa yang mulia itu, supaya Ia memberikan
kepadamu Roh hikmat dan wahyu untuk mengenal
Dia dengan benar.”.
Lalu ia menambahkan bahwa kata kerjanya yaitu
EPIGINOSKO digunakan dalam Kol 1:6.
Kol 1:6 - “yang sudah sampai
kepada kamu. Injil itu berbuah dan berkembang di seluruh dunia, demikian juga
di antara kamu sejak waktu kamu mendengarnya dan mengenal
kasih karunia Allah dengan sebenarnya”.
Semua penggunaan bahasa Yunani ini tidak ada gunanya, karena 2Pet 2:20-22
kontextnya secara sangat menyolok menunjuk bahwa orang-orang yang dibicarakan
adalah ‘guru-guru palsu’ (ay 1,3,17). Juga dalam ay 22 mereka disebut
sebagai ‘anjing’ dan ‘babi’ yang jelas bukan merupakan sebutan bagi orang kristen
yang sejati! Jadi jelas orang-orang yang dibicarakan dalam 2Pet 2:20-22 adalah
orang-orang kristen KTP.
Jadi, mustahil bahwa kata EPIGNOSIS dalam 2Pet 2:20 berarti ‘pengenalan penuh yang membawa orangnya kepada iman’!
Dan memang, dalam Bible Works 7 kata Yunani itu diterjemahkan ‘pengetahuan yang tepat dan benar’, dan sama sekali
tidak dihubungkan dengan apakah orang yang menerima pengetahuan itu menjadi
beriman atau tidak. Ingat, bahwa orang kafirpun bisa mendapat pengetahuan yang
benar!
c) Dalam
acara tanya jawab, ada orang yang bertanya bagaimana kita bisa tahu kalau kita
orang pilihan?
Saya mengatakan bahwa kalau kita sungguh-sungguh
percaya maka kita orang pilihan. Sebagai dasar saya menggunakan Kis 13:48 - “Mendengar itu bergembiralah semua orang yang tidak mengenal
Allah dan mereka memuliakan firman Tuhan; dan semua
orang yang ditentukan Allah untuk hidup yang kekal, menjadi percaya”.
Steven Liauw menanggapi dengan mengatakan bahwa:
1. Dalam
bahasa Yunaninya, kata ‘Allah’ tidak ada dalam Kis 13:48.
Dalam acara tanya jawab, saya tak diberi kesempatan untuk menjawab
balik, dan karena itu saya jawab di sini.
Jawaban saya: sekalipun tak ada kata Allah, jelas yang menentukan
adalah Allah. Kalau bukana/ lalu siapa?
2. Dalam
bahasa Yunani kata yang diterjemahkan ‘ditentukan’ berbeda dengan kata yang pada umumnya digunakan.
Jawaban saya: siapa yang mengharuskan memakai kata yang persis sama?
Kata yang digunakan memang berbeda, tetapi artinya sama, dan ini terbukti dari
terjemahan bahasa Inggris yang semuanya menterjemahkan ‘ditentukan’ atau
‘ditetapkan’.
Kesimpulan
saya: Steven Liauw menggunakan bahasa Yunani memang untuk menipu orang. Dan
saya tahu memang ada banyak pendeta / pengkhotbah seperti itu! Tetapi sekarang
ada software Bible Works 7 atau Bible Works 8, sehingga sebetulnya jemaat
awampun bisa menggunakannya untuk mengecek kebenaran ajaran dari pendeta /
pengkhotbah yang menggunakan bahasa Ibrani / Yunani. Memang tentu ada yang
menggunakannya dengan benar, tetapi banyak yang menggunakannya untuk menipu, dan Steven Liauw adalah salah satu contohnya!
13)Dusta-dusta Steven Liauw yang lain:
a) Dia
mengatakan ada kelompok yang percaya bahwa orang Kristen yang meninggalkan iman
tetap selamat. Kelompok ini namanya ‘once
saved always saved’.
Ini tak saya tangkap dalam debat itu sendiri, dan baru saya tangkap
pada saat nonton DVDnya.
Lalu ia lanjutkan dengan kelompok kedua yang percaya
bahwa orang percaya tak bisa meninggalkan imannya. Dan kelompok ketiga, yang
tidak mau meninggalkan imannya (yang ketiga ini mereka sendiri).
Ini adalah dusta yang kurang ajar, karena yang mereka
sebut dengan kelompok bernama ‘once saved
always saved’ (= sekali selamat selalu selamat’) adalah para Calvinist.
Lalu apa bedanya dengan kelompok kedua? Dan Calvinist mana yang percaya bahwa
orang Kristen yang meninggalkan iman tetap selamat? Dusta
dan fitnah!
b) Dalam
menjelaskan tentang kitab kehidupan ia lagi-lagi memberikan 3 kelompok:
1. Kelompok
yang percaya bahwa semua orang mula-mula tercatat dalam kitab kehidupan, dan
kalau seseorang meninggalkan iman maka namanya dihapus dari kitab kehidupan.
2. Kelompok
yang percaya bahwa hanya orang-orang pilihan yang namanya tercatat dalam kitab
kehidupan dan ini sudah terjadi sejak dunia dijadikan (ini Calvinist).
3. Kelompok
yang Alkitabiah, yang percaya bahwa nama seseorang baru ditulis dalam kitab
kehidupan pada saat percaya, dan dihapuskan kalau ia meninggalkan iman. Ini
pandangan mereka.
Ini lagi-lagi merupakan dusta
yang konyol. Mengapa? Karena tak pernah ada kelompok manapun yang
percaya pandangan pertama. Kalau dia tetap bilang ada, tolong berikan contohnya
/ nama kelompok itu yang sebenarnya! Tak ada kelompok
yang namanya ‘once saved always saved’!
14)Sama seperti dalam session 1, mereka
lagi-lagi menggunakan ilustrasi domino, hanya saja di session 2 mereka (Andrew
Liauw) menggunakan buku-buku sebagai ganti domino.
Dengan illustrasi konyol dan tanpa dasar ayat itu,
mereka mau mengatakan / meyakinkan kami / penonton, bahwa ‘pemilihan yang tidak
bersyarat’ tidak konsisten dengan ‘keselamatan yang bersyarat’. Mereka mengatakan
bahwa kalau ‘pemilihannya tidak bersyarat’, maka ‘keselamatannya juga harus
tidak bersyarat’. Untuk itu mereka menggunakan ilustrasi domino itu.
Saya tidak menjawab omong kosong tolol dan ilustrasi tolol, yang sama
sekali tidak bisa dimengerti ini. Baik saya maupun Esra, dan juga semua jemaat
yang mengikuti debat / menonton debat, tak ada yang mengerti ilustrasi tolol
itu! Sama sekali tak ada logikanya maupun kekuatan argumentasinya!
Saya tetap menegaskan bahwa Calvinisme mempercayai ‘Unconditional Election’ (= Pemilihan yang tidak bersyarat) /
predestinasi, tetapi juga mempercayai bahwa untuk selamat, ada syaratnya, yaitu
percaya kepada Kristus! Dan saya sama sekali tidak bisa melihat apapun yang
tidak konsisten dengan hal ini!
Betul-betul lucu bahwa ini mereka katakan sebagai tidak konsisten,
tetapi pandangan mereka bahwa orang kristen yang sejati bisa meninggalkan iman
dan kehilangan keselamatannya, mereka anggap konsisten dengan keyakinan
keselamatan yang ada pada diri mereka! Jadi, orang
Kristen lain bisa meninggalkan iman, sedangkan mereka tidak, karena mereka tidak mau meninggalkan iman. Lalu
mengapa orang Kristen lain harus mau?
Ini yang benar-benar sangat tidak konsisten, dan pada waktu kami
menyerang ketidak-konsistenan mereka dalam hal ini, mereka tak pernah bisa
menjawab, kecuali hanya berputar-putar dan melakukan debat kusir!
Saya kira untuk mereka dalam hal ini berlaku kata-kata Yesus dalam Mat
7:1-5 - “(1) ‘Jangan kamu menghakimi, supaya kamu
tidak dihakimi. (2) Karena dengan penghakiman yang kamu pakai untuk menghakimi,
kamu akan dihakimi dan ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan
kepadamu. (3) Mengapakah engkau melihat selumbar di mata saudaramu, sedangkan
balok di dalam matamu tidak engkau ketahui? (4) Bagaimanakah engkau dapat
berkata kepada saudaramu: Biarlah aku mengeluarkan selumbar itu dari matamu,
padahal ada balok di dalam matamu. (5) Hai orang munafik, keluarkanlah dahulu
balok dari matamu, maka engkau akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan
selumbar itu dari mata saudaramu.’”.
15)Steven Liauw juga beberapa kali
menekankan pertanyaan, untuk membuktikan bahwa kami (Calvinist) tidak mungkin
bisa yakin akan keselamatan kami.
Ia bertanya: bagaimana mereka bisa yakin bahwa Allah
bukannya hanya menentukan mereka percaya / selamat sebentar saja? Bagaimana
mereka yakin Allah bukannya menentukan mereka untuk murtad 10 tahun lagi?
Saya tidak menjawab pertanyaan tolol ini karena saya anggap semua orang
yang punya nalar akan tahu betapa tidak masuk akalnya pertanyaan itu! Tetapi
dalam tulisan ini saya tetap mau menjelaskan, supaya kalau-kalau ada orang
tolol yang setuju dengan kata-kata Steven Liauw, maka moga-moga penjelasan saya
ini bisa meluruskan orang itu.
Kami adalah Calvinist, yang jelas tidak percaya keselamatan bisa
hilang, dan rencana Allah tidak bisa gagal, dan ini pasti mencakup
predestinasi. Kami tidak pernah percaya ada Allah yang memilih orang untuk
percaya / selamat sebentar saja. Bukankah ini akan bertentangan dengan point ke
2, yaitu ‘Unconditional Election’ (=
Pemilihan yang tidak bersyarat), dan juga dengan point ke 5, yaitu ‘Perseverance
of the Saints’ (= Ketekunan orang-orang kudus)?
Betul-betul
pertanyaan bodoh, dari seseorang yang punya gelar DOKTOR THEOLOGIA!
Tambahan:
1) Saya merasakan ada 2
perbedaan antara session I dan session II.
Dalam session I sekalipun 2 hal itu ada tetapi tak terlalu banyak.
Tetapi dalam session II, 2 hal banyak sekali. Apa 2 hal itu?
a) Applause / tepuk tangan
pendukung Arminian terhadap pendebat mereka, tak peduli omongannya bukan main
tololnya!
b) Sorakan ejekan terhadap
pihak Calvinist.
Mengapa bisa berbeda seperti ini? Saya duga mereka memang
dikomando pada saat istirahat! Mereka kira saya bisa terpengaruh? Saya bukan anak kemarin
sore! Applause untuk mereka maupun ejekan untuk saya, tak akan mempengaruhi
saya. Saya tahu apa yang saya katakan, saya tahu apa yang benar dan salah. Itu
tak akan dipengaruhi oleh applause maupun ejekan.
Tetapi penonton yang tak terlalu mengerti, mungkin bisa terpengaruh.
Karena itu, ini perlu dicamkan pada saat anda menonton acara debat itu, baik
langsung maupun melalui DVD. Sangat sering kata-kata
mereka yang sangat tolol, yang menyimpang dari serangan / argumentasi saya,
diberi applause yang sangat besar, seakan-akan mereka mengatakan sesuatu yang
brilian!
Sikap seperti ini adalah sikap yang tidak jujur terhadap
kebenaran. Tetapi kita tak perlu heran akan hal seperti ini, karena kalau para
pemimpin dan pengajarnya adalah pendusta-pendusta / pemfitnah-pemfitnah,
bisakah anak buahnya tak terpengaruh?
2) Mengapa dalam
session 2 saya tidak memberikan score / penilaian?
Karena menangnya terlalu mutlak. Kami menjawab semua ayat
mereka. Ayat-ayat tentang orang Kristen yang murtad kami jawab dengan
menunjukkan bahwa Alkitab sering menggambarkan bukan sesuai fakta tetapi sesuai
kelihatannya atau pengakuan orangnya. Ayat-ayat yang mereka katakan sebagai
‘syarat’ untuk tetap selamat, kami jawab dengan menggunakan Kis 27 yang jelas
menunjukkan bahwa adanya ‘jaminan’ tidak membuang ‘tanggung jawab’. Keduanya
bukan bertentangan tetapi saling melengkapi. Serangan mereka dengan menggunakan
kitab kehidupan, juga kami jawab dengan mengatakan bahwa kitab kehidupan
merupakan simbol dari predestinasi.
Tetapi sebaliknya, sangat banyak ayat kami yang tidak dijawab,
tetapi dihindari / disimpangkan! Ini sikap pengecut dan licik!
Dan moderator yang katanya bertugas untuk mengawasi pihak
yang menghindari pertanyaan / serangan / argumentasi, hanya diam saja, dan
bahkan menolak protes saya, ketika saya memprotes penyimpangan-penyimpangan
tersebut!
Tetapi dengan segala kecurangan dan kelicikan mereka, (baik
moderator, maupun cara debat mereka yang terus menghindar), dan juga dengan
dukungan munafik dari orang-orang dari kelompok mereka sendiri (baik dengan
memberi applause kepada mereka sekalipun mengatakan hal-hal yang bukan saja tak
ada artinya, tetapi bahkan sangat tolol, maupun dengan memberikan sorakan
mengejek kepada kami), saya yakin bahwa kami pihak Calvinist, menang mutlak
dalam kedua session debat tersebut!
Kemenagan di sesion kedua pasti terjadi di pihak budi azalitetapi di babak pertama sama2 salah.
BalasHapusKalau mau membuat penilaian tandingan, silahkan bro membuat review sendiri yang obyektif dan berdasarkan argumen Alkitabiah.
HapusLihat kesalahan doktrin predestinasi di www.reformed.keysystem.us di komentar eksposisi efesus 04
BalasHapusDisana sudah dijawab/dicounter oleh admin yang bersangkutan.
HapusBaik arminian maupun calvinisme sama2 banyak salahnya terbuktiernyataan doktrinnya ada yang jelas2 bertentangan dengan perkataan alkitab,tapi biar salah bukan di aspek core believe mereka tetap anak2 Tuhan yang terkasih karenanya di satu aspek harus saling mengasihi sebagai saudara seiman dalam Kristus.AMIN
BalasHapusSetuju ngak bro Budi Azali?
Tunjukkan salahnya dan beritahukan kebenarannya (berdasarkan Alkitab). Itu aturan mainnya.
HapusSaya tidak setuju kalau dikatakan bhw doktrin keselamatan bukan termasuk aspek core believe karena Alkitab dipenuhi pemberitaan tentang keselamatan yang dari Tuhan hanya melalui iman kepada Kristus, dan bukan melalui perbuatan baik. Diluar daripada kepercayaan ini maka ia adalah bidat.
Baik Calvinisme maupun Arminianisme percaya pada keselamatan hanya karena iman kepada Kristus.
Walaupun terdapat perbedaan cara pandang keduanya (pertentangan) dalam lima point Calvinisme (TULIP). Dan berdasarkan argumentasi Alkitabiah, saya yakin bahwa Calvinisme benar dalam hal ini dan mencerminkan apa yang Alkitab katakan mengenai keselamatan.
Penulisan nama yang benar adalah Asali bukan Azali.
BTW, saya bukan Budi Asali, saya hanya menampilkan artikel2 yang diterbitkan Beliau.