Baptisan harus selam, kalau tidak seperti Kain yang beri persembahan
hasil bumi dan bukan binatang. Kata Yunani BAPTIZO artinya dicelup /
direndam. Jadi, orang yang dibaptis percik sama saja dengan belum
dibaptis! (ajaran Suhento Liauw dalam seminar Eskatologi di Surabaya,
tanggal 1 Juni 2012)
Tanggapan
Budi Asali:
Dalam
seminar itu mula-mula ia mengatakan baptisan itu bukan merupakan
sesuatu yang hakiki untuk keselamatan, tetapi anehnya pada waktu
menekankan keharusan baptisan selam, ia mengatakan bahwa orang yang
menggunakan baptisan percik adalah seperti Kain, yang bukannya
mempersembahkan binatang tetapi mempersembahkan tanaman. Bukankah ia
menjadikannya sebagai sesuatu yang bersifat hakiki / mutlak untuk
keselamatan? Ia secara bodoh mengajarkan sesuatu yang bertentangan
dengan ajarannya di bagian depan.
Ajaran
Baptis dari dulu adalah bahwa baptisan tidak menyelamatkan. Tetapi
kaum Baptis serius menanggapi perintah Tuhan untuk membaptiskan!
Bukan memercikkan atau menuangkan, atau mengibarkan bendera atas,
atau mengelap badannya, atau yang lainnya! Dr. Suhento Liauw telah
membuat jelas di awal bahwa baptisan tidak menyelamatkan. Lalu dia
membandingkan baptisan percik dengan Kain yang mengubah binatang
menjadi tanaman. Oleh Budi Asali ini dilihat sebagai pertentangan,
karena Kain tidak selamat.
Tanggapan
balik Budi Asali:
Tidak,
pada awalnya Suhento Liauw mengatakan bahwa Kain salah dalam memberi
persembahan, karena bukan binatang. Habel yang benar, beri binatang,
jadi ada darah. Jadi, kesalahan Kain sifatnya hakiki!
Lalu
Suhento Liauw memutlakkan baptisan selam, dan menyamakan dengan
tindakan Kain, berarti ia menjadikan cara / mode baptisan sebagai
sesuatu yang hakiki!
Baik
Suhento Liauw, maupun Dji Ji Liong, maupun anda saat ini, tak bisa
mengharmoniskan hal itu. Kalian berusaha menyimpangkannya! Jangan
harap lakukan hal seperti itu dalam debat tanggal 24 Agustus nanti!
Ini
karena dia melihat analoginya terletak pada kondisi keselamatannya.
Padahal dalam suatu perbandingan akan dua hal, tidak semua aspek
dibandingkan. Nah, apa yang sama antara baptisan percik dengan korban
Kain? 1. Keduanya semestinya menggambarkan keselamatan. Baptisan
menggambarkan kematian dan kebangkitan bersama Yesus (Roma 6:3-4).
Korban domba (binatang) menggambarkan pengorbanan Yesus. 2. Keduanya
menyelewengkan gambaran ini. Pemercikan tidak menggambarkan mati dan
bangkit bersama Yesus. Tanaman yang dikorbankan Kain juga tidak
menggambarkan Yesus Kristus. Inilah letak persamaannya, dan inilah
aspek yang diperbandingkan oleh Dr. Suhento Liauw. Sayang sekali,
perjudice Budi Asali membuat dia gagal melihat hal ini. Bukannya dia
menafsirkan pengajaran Dr. Suhento Liauw berdasarkan pernyataannya
yang awal, dia malah mencari kesalahan. Dengan asumsi dan teknik yang
sama inilah banyak kritik “menemukan” pertentangan dalam Alkitab.
Tetapi kalau kita tidak berprasangka, kita bisa
mengharmonisasikannya.
Tanggapan
balik Budi Asali:
Ro
6:3-4 sama sekali tak berurusan dengan baptisan, apalagi selam,
percik atau apapun! Baca kalimat dari ayat itu baik-baik!
Ro
6:3-4 - “(3) Atau tidak tahukah kamu, bahwa kita semua yang telah
dibaptis dalam Kristus, telah dibaptis dalam kematianNya? (4) Dengan
demikian kita telah dikuburkan
bersama-sama dengan Dia oleh
baptisan dalam kematian, supaya, sama seperti Kristus telah
dibangkitkan dari antara orang mati oleh kemuliaan Bapa, demikian
juga kita akan hidup dalam hidup yang baru”.
Merupakan
suatu penafsiran yang dipaksakan kalau ada orang yang menganggap ayat
ini sebagai ayat yang mendukung baptisan selam. Ayat ini hanya
memaksudkan bahwa baptisan (tentu saja harus didahului dengan iman
yang sejati kepada Kristus) mempersatukan
kita dengan Kristus, sehingga kita mati dengan Dia, dikubur dengan
Dia, dan bangkit dengan Dia.
Charles
Hodge: “The
reference is not to the mode of baptism, but to its effect. Our
baptism unites us to Christ, so that we died with him, and rose with
him” (= Ini tidak menunjuk
pada cara baptisan, tetapi akibat / hasilnya. Baptisan kita
mempersatukan kita dengan Kristus, sehingga kita mati dengan Dia, dan
bangkit dengan Dia) - ‘Romans’,
hal 300.
Tafsiran
anda tentang text ini gugur, dan dengan demikian gugur juga seluruh
kata-kata anda di atas.
Tak
ada prejudice (= prasangka) dari pihak saya. Bahkan dalam seminar itu
ada juga seorang pemuda yang bertanya tentang hal yang sama. Dia juga
prejudice? Kok bisa 2 orang kebetulan punya prejudice yang sama? Saya
percaya, yang punya prejudice itu adalah anda! Pertanyaan kami berdua
sangat logis, dan sah, dan seharusnya dijawab. Mengapa Suhento Liauw
menghindari pertanyaannya dengan membahas panjang lebar tentang
baptisan selam? Kalau memang seminar itu ada rekamannya, dengarkan!
Andaikata baptisan percik memang salah, dan
selam adalah satu-satunya yang benar, saya tanya: kalau seseorang,
karena yakin bahwa percik sudah cukup, dan tidak diselam, tetapi ia
percaya Yesus dengan sungguh-sungguh dan dengan benar, ia
selamat atau tidak???
Kata
Yunani BAPTIZO memang bisa berarti ‘celup’ atau ‘rendam’,
tetapi tidak harus berarti seperti itu! Akan saya buktikan dari
penggunaan kata itu dalam Alkitab sendiri.
1.
Mark 7:4 - “dan
kalau pulang dari pasar mereka juga tidak makan kalau tidak lebih
dahulu membersihkan dirinya. Banyak warisan lain lagi yang mereka
pegang, umpamanya hal mencuci (BAPTISMOUS)
cawan,
kendi dan perkakas-perkakas tembaga”.
KJV:
‘And
when they come from the market, except they wash, they eat not. And
many other things there be, which they have received to hold, as the
washing of cups, and pots, brasen vessels, and of tables’ (=
Dan pada waktu mereka pulang dari pasar, kecuali mereka mencuci,
mereka tidak makan. Dan banyak hal-hal lain yang mereka terima untuk
dipegang, seperti pencucian cawan, belanga / panci, bejana / tempat
dari tembaga, dan meja-meja).
Kata-kata
‘and
of tables’
(=
dan meja-meja) tidak ada dalam terjemahan-terjemahan yang lain,
tetapi footnote NIV memberikan keterangan bahwa ada beberapa
manuscripts yang kuno yang memberikan kata-kata itu.
Kalau
kata-kata itu memang orisinil, maka itu makin jelas membuktikan bahwa
pembaptisan / pencucian dalam ayat ini tidak dilakukan dengan
merendam, karena bagaimana mungkin orang merendam meja? Berapa
besarnya bak cuci yang dibutuhkan? Jauh lebih masuk akal, bahwa
pencucian dilakukan dengan mencurahkan air ke benda yang akan dicuci
tersebut. Dan kalau kata-kata itu tidak orisinil, tetap aneh bahwa
orang mencuci belanga, dsb dengan cara merendam. Biasanya orang
mencuci barang-barang itu dengan mencurahkan air ke benda tersebut.
2.
Luk 11:38 - “Orang
Farisi itu melihat hal itu dan ia heran, karena Yesus tidak mencuci
(EBAPTISTHE)
tanganNya
sebelum makan”.
Orang
mencuci tangan tidak harus merendam tangannya dalam air, tetapi bisa
dengan mencurahkan air pada tangan. Jadi jelas bahwa ‘baptis’ di
sini tidak harus berarti ‘celup / selam’.
3.
1Kor 10:2 - ‘dibaptis
dalam awan dan dalam laut’.
Kata
Yunaninya adalah EBAPTISANTO. Dua hal yang harus diperhatikan:
a.
Orang Israel berjalan di tempat kering (Kel 14:22). Yang terendam air
adalah orang Mesir!
b.
Awan tidak ada di atas mereka, tetapi di belakang mereka (Kel
14:19-20). Juga awan itu tujuannya untuk memimpin / melindungi
Israel; itu bukan awan untuk memberi hujan. Kalau toh awan itu
memberi hujan, itu lebih cocok dengan baptisan percik, bukan selam.
Jadi jelas bahwa orang Israel tidak direndam / diselam dalam awan dan
dalam laut!
Barnes’
Notes: “This
passage is a very important one to prove that the word baptism does
not necessarily mean entire immersion in water. It is perfectly clear
that neither the cloud nor the waters touched them”
(=
Text ini adalah text yang sangat penting untuk membuktikan bahwa kata
baptisan tidak harus berarti penyelaman seluruhnya di dalam air.
Adalah sangat jelas bahwa baik awan maupun air tidak menyentuh
mereka).
4.
Ibr 9:10 - “karena
semuanya itu, di samping makanan minuman dan pelbagai macam
pembasuhan (BAPTISMOIS),
hanyalah peraturan-peraturan untuk hidup insani, yang hanya berlaku
sampai tibanya waktu pembaharuan”.
Catatan:
ada edisi Kitab Suci Indonesia yang mengatakan ‘pelbagai
macam persembahan’.
Ini salah cetak, dan dalam edisi yang baru sudah diperbaiki.
Terjemahan
Lama: ‘berbagai-bagai basuhan’.
NASB:
various washings (=
bermacam-macam pembasuhan).
NIV:
various ceremonial washings (=
bermacam-macam pembasuhan yang bersifat upacara keagamaan).
RSV:
various ablutions (=
bermacam-macam pembersihan / pencucian).
KJV:
divers washings (=
bermacam-macam pembasuhan).
Kata
Yunaninya
adalah BAPTISMOIS. Jadi terjemahan hurufiahnya adalah ‘bermacam-macam
baptisan’.
Kalau
kita memperhatikan kontex dari Ibr 9 itu, maka pasti Ibr 9:10 ini
menunjuk pada ‘pemercikan’ dalam Ibr 9:13,19,21. Karena itu jelas
bahwa di sini kata ‘baptis’ tidak diartikan selam / celup, tetapi
percik.
Untuk
membuktikan makna baptizo
sebenarnya
tidak terlalu sulit bagi mereka yang terbuka pikirannya, bukan
sekedar mempertahankan praktek gerejanya. Baiklah, saya akan kutipkan
saja dari lexicon (kamus). Kita mulai dengan lexicon Liddell and
Scott. Mengapa Liddell and Scott? Karena Liddell and Scott adalah
lexicon Yunani klasik. Artinya, tidak seperti banyak lexicon lain
yang bersifat religius (dan oleh karena itu berpotensi terdapat bias
karena sebagian ditulis oleh pendukung 'pemercikan'), Liddell and
Scott (disingkat LS), terutama mengkaji arti kata Yunani secara
sekuler. Memang PB mereka masukkan juga dalam pertimbangan, tetapi
mereka melihat secara luas ke tulisan-tulisan Yunani klasik. Lexicon
ini memberitahu kita apa arti
baptizo
bagi
orang di jalanan Yunani pada zaman Yesus.
Dalam
Bibleworks, LS memberikan definisi berikut:
“βαπτίζω,
f. Att. ιῶ,
to
dip in or
under
water; metaph.,
βεβαπτισμένοι
soaked
in wine, Plat.;
ὀφλήμασι
βεβ.
over
head and ears in
debt, Plut. 2.
to
baptize, τινά
N.T.:-Pass.,
βαπτίζεσθαι
εἰς
μετάνοιαν, εἰς
ἄφεσιν
ἁμαρτιῶν
Ib.:-Med.
to
get oneself baptized, Ib.
Hence βάπτισμα”
Catatan:
komputer saya kelihatannya tak punya font yang tepat sehingga muncul
kotak2.
LS
hanya memberikan dua poin. Poin nomor 2-nya tidak banyak menolong
untuk kita, karena sekedar memberitahu bahwa kata ini muncul juga
dalam PB, dan diterjemahkan “to baptize.” Namun yang ingin kita
tahu adalah arti literal dari baptizo.
Orang-orang berbahasa Yunani di zaman Yesus, ketika membaca kata
baptizo,
apakah yang mereka tangkap? LS hanya memberikan satu: Arti literal
dari baptizo
bagi
orang Yunani adalah: “to dip” (mencelupkan).
Ada
pengertian metafor, itu jelas. Semua kata dalam bahasa apapun bisa
dipakai secara figuratif. LS memberi contoh dalam tulisan Plato
(tercelup dalam anggur) dan Plutarch (terbenam dalam hutang).Dalam
Perjanjian Baru, LS memberikan sekedar “to baptize,” yang tidak
lebih dari transliterasi. Jadi,orang-orang di zaman Yesus yang
berbahasa Yunani, ketika mendengarkan kata “baptizo,” mengerti
kata itu sebagai “to dip,” atau “to immerse” (mencelupkan,
membenamkan, menyelamkan).
Tanggapan
balik Budi Asali:
Saya
punya kamus / lexicon Liddell dan Scott, dan kamus itu menurut saya
relatif cukup tipis, dan khususnya
pemberian arti juga sangat ringkas.
Dalam
kata BAPTIZO, pemberian arti dalam kamus LS itu hanya
6 baris!
Saya
sangat sering mengutip dari buku kutipan-kutipan dalam bahasa Inggris
dan lalu menterjemahkannya menggunakan Kamus. Kalau kamus tipis yang
digunakan, biasanya hanya arti-arti yang umum yang diberikan. Tetapi
kamus tebal, seperti Webster, maka arti-arti yang tidak umumpun juga
diberikan.
Jadi,
mengingat Kamus LS itu tipis, jelas ia tidak memberikan semua arti
dari BAPTIZO, tetapi memberikan arti utama saja dari BAPTIZO.
Tetapi
dalam Lexicon dari Walter Bauer (hal 131), yang jauh lebih lengkap
dari kamus LS, ia
memberikan penjelasan / arti tentang kata BAPTIZO dalam kira-kira
152 baris (hal 131-132), lebih dari 1 halaman penuh!
Di
sana diberikan arti lain selain ‘immersion’ (pencelupan), yaitu
‘wash’ (mencuci). Juga dihubungkan dengan ‘Jewish ritual
washing’ (pencucian ritual Yahudi), dan diberi contoh ayat seperti
yang saya gunakan, yaitu Mark 7:4 dan Luk 11:38.
Anda
mengatakan bahwa Kamus LS itu sekuler???
Terus terang saya baru tahu sekarang. Tetapi saya bertanya-tanya
‘kalau sekuler mengapa pada point ke 2 ia menghubungkan dengan
Perjanjian Baru’?
Saya
berpendapat, mengingat kita sedang membicarakan sesuatu yang rohani,
dan bukan sekuler,
justru
adalah sangat tidak tepat untuk menggunakan kamus sekuler!
Contoh:
kamus Inggris - Indonesia karangan John M. Echols dan Hassan Shadily,
jelas adalah kamus sekuler.
Kalau kita mencari arti dari kata yang rohani,
seperti ‘grace’, dalam kamus itu, apa yang kita dapatkan? ‘gaya
yang lemah gemulai, keanggunan, keapikan’, lalu ‘perpanjangan
waktu’, lalu ‘doa kecil’. Bagus sekali bukan? Tak ada arti
‘kasih karunia’ sama sekali!
Cari
lagi kata ‘gracious’ dalam kamus itu, dan arti yang diberikan
adalah ‘sangat ramah’. Hebat sekali!
Sekarang
kembali pada Ibr 9:10 itu. Di situ jelas digunakan kata Yunani
BAPTISMOIS. Jadi terjemahan hurufiahnya adalah ‘bermacam-macam
baptisan’. Kalau BAPTIZO memang harus berarti ‘pencelupan’ /
‘perendaman’, mengapa di sini tak ada satu versi Alkitabpun yang
menterjemahkan demikian? Kitab Suci Indonesia menterjemahkan
‘pembasuhan’, dan Kitab Suci bahasa Inggris menterjemahkan
‘washings’ (= pencucian / pembasuhan), atau ‘ablutions’ (=
pembersihan / pencucian)!
Mau
bukti lebih banyak lagi dari buku tafsiran, lexicon, dictionary,
encyclopedia?
James Strong,
A Concise Dictionary: wash.
(Libronix).
Barclay
M. Newman, Jr. (A Concise Greek - English Dictionary of the New
Testament): baptize, wash.
Vincent
(tentang Mark 7:4): “In
Classical Greek the primary meaning is "to immerse." Thus,
Polybius (i., 51, 6), describing a naval battle of the Romans and
Carthaginians, says, "They SANK ebaptizon
many
of the shiPs." Josephus
("Jewish
War," iv.,
3,
3), says of the crowds which flocked into Jerusalem at the time of
the siege, "They OVERWHELMED ebaptisan
the
city." In a metaphorical sense Plato
uses
it of drunkenness: DROWNED in drink (bebaptismenoi,
"Symposium," 176); of a youth OVERWHELMED baptizomenon
with
the argument of his adversary ("Euthydemus," 277). In the
Septuagint the verb occurs four times: Isa
21:4,
"Terror hath frighted me." Septuagint, "Iniquity
baptizes me" baptizei;
2
Kings 5:15,
of Naaman's DIPPING himself in the Jordan river. ebaptisato;
Jdt
12:7,
Judith WASHING herself ebaptizeto
at
the fountain; Ecclus
31:25,
being BAPTIZED baptizomenos
from
a dead body. The New Testament use of the word to denote submersion
for a religious purpose, may
be traced back to the Levitical washings. See Lev
11:32 (of
vessels); Lev
11:40 (of
clothes); Num
8:6-7 (sprinkling
with purifying water); Ex
30:19,21 (of
washing hands and feet). The word appears to have been at that time
the technical term for such washings (compare Luke
11:38;
Heb
9:10;
Mark
7:4),
and could not therefore have been limited to the meaning of
"immerse." Thus, the washing of pots and vessels for
ceremonial purification could not have been by plunging them in
water, which would have rendered impure the whole body of purifying
water. The word may be taken in the sense of washing or sprinkling.
"The
Teaching of the Apostles"
(see the notes at Matt
10:10)
throws light on the elastic interpretation of the term, in its
directions for baptism. "Baptize-in living (i.e., running)
water. But if thou hast not living water, baptize in other water; and
if thou canst not in cold, then in warm. But if thou hast neither,
pour
water upon the head thrice
into the name of the Father, and of the Son, and of the Holy Spirit"
(Chapter VII)”
(= ).
Easton’s
Bible Dictionary (tentang ‘baptism’):
“The
words "baptize" and "baptism" are simply Greek
words transferred into English. This was necessarily done by the
translators of the Scriptures, for no literal translation could
properly express all that is implied in them. The
mode of baptism can in no way be determined from the Greek word
rendered "baptize." Baptists say that it means "to
dip," and nothing else. That is an incorrect view of the meaning
of the word.
It means both (1) to dip a thing into an element or liquid, and (2)
to
put an element or liquid over or on it.
Nothing
therefore as to the mode of baptism can be concluded from the mere
word used.
The word has a wide latitude of meaning, not only in the New
Testament, but also in the LXX. Version of the Old Testament, where
it is used of the
ablutions
and baptisms required by the Mosaic law. These were effected by
immersion, and by
affusion and sprinkling;
and the
same word, "washings" (Heb
9:10,13,19,21)
or "baptisms," designates them all.
In the New Testament there cannot be found a single
well-authenticated instance of the occurrence of the word where it
necessarily means immersion. Moreover, none of the instances of
baptism recorded in the Acts of the Apostles (2:38-41;
8:26-39; 9:17,18; 22:12-16; 10:44-48; 16:32-34)
favours the idea that it was by dipping the person baptized, or by
immersion, while in
some of them such a mode was highly improbable.
The gospel and its ordinances are designed for the whole world, and
it cannot be supposed that a form for the administration of baptism
would have been prescribed which
would in any place (as in a tropical country or in polar regions) or
under any circumstances be inapplicable or injurious or impossible.
Baptism and the Lord's Supper are the two symbolical ordinances of
the New Testament. The Supper represents the work of Christ, and
Baptism the work of the Spirit. As
in the Supper a small amount of bread and wine used in this ordinance
exhibits in symbol the great work of Christ, so in Baptism the work
of the Holy Spirit is fully seen in the water poured or sprinkled on
the person in the name of the Father, Son, and Holy Ghost.
That which is essential in baptism is only "washing with water,"
no mode being specified and none being necessary or essential to the
symbolism of the ordinance. The
apostles of our Lord were baptized with the Holy Ghost (Matt
3:11)
by his coming upon them (Acts
1:8).
The fire also with which they were baptized sat upon them. The
extraordinary event of Pentecost was explained by Peter as a
fulfilment of the ancient promise that the Spirit would be poured out
in the last days (2:17).
He uses also with the same reference the expression shed forth as
descriptive of the baptism of the Spirit (33).
In the Pentecostal baptism "the apostles were not dipped into
the Spirit, nor plunged into the Spirit; but the Spirit was shed
forth, poured out, fell on them (11:15),
came upon them, sat on them."
That was a real and true baptism. We are warranted from such language
to conclude that in like manner when water is poured out, falls,
comes upon or rests upon a person when this ordinance is
administered, that person is baptized. Baptism
is therefore, in view of all these arguments "rightly
administered by pouring or sprinkling water upon the person."”
(= ).
Catatan:
satu hal ingin saya tekankan dari kutipan di atas ini. Murid-murid
Yesus dibaptis dengan Roh Kudus. Dengan cara bagaimana? Direndam
dengan Roh Kudus? Nonsense! Roh Kudus dalam bentuk seperti nyala api
hinggap di atas mereka (Kis 2:3) dan Roh Kudus turun
ke atas orang-orang percaya,
dan itu oleh Petrus dianggap sama seperti waktu Roh Kudus turun ke
atas mereka (Kis 11:15).
Kis
11:15 - “Dan ketika aku mulai berbicara, turunlah
Roh Kudus ke atas mereka,
sama seperti dahulu ke atas
kita”.
McClintock
and Strong Encyclopedia (tentang ‘baptism’):
“Baptism.
A rite of purification or initiation, in which water is used; one of
the sacraments
(q.v.)
of the Christian Church. The word baptism
is
simply an Anglicized form of the Greek baptismo/$,
a verbal noun from bapti/zw
(likewise
Anglicized "baptize"), and this, again, is a derivative
from ba/ptw,
the predominant signification of which latter is to whelm
or
"dye," Lat. tingo.
Not
being a verb implying motion, bapti/zw
is
properly followed in Greek by the preposition e)n,
denoting the means
or
method (with the "instrumental dative"), which has
unfortunately, in the Auth. Engl. Vers., often been rendered by the
ambiguous particle "in," whereas it really (in this
connection) signifies only with
or
by,
or at most merely designates the locality where the act is performed.
The derivative verb and noun are sometimes used with reference to
ordinary lustration, and occasionally with respect to merely secular
acts; also in a figurative sense. In certain cases it is followed by
the preposition ei)$,
with the meaning "to," "for," or "unto,"
as pointing out the design
of
the act, especially in phrases (comp. pisteu/ein
ei)$)
expressive of the covenant or relation of which this rite was the
seal. (In Mark
1:9,
the ei)$
depends
upon h@lqen
preceding;
and in Mark
14:20,
there is a constructio
praegnans by
which some other verb of motion is to be supplied before the
preposition.) On these and other applications of the Greek word, see
Robinson's Lex.
of the N. T. s.v.;
where, however (as in some other Lexicons), the statement that the
primary force of the verb is "to dip, immerse," etc., is
not sustained by its actual usage and grammatical construction. This
would always require e)n,
"into," after it; which occurs in 15 examples only out of
the exhaustive list (175) adduced by Dr. Conant (Meaning
and Use of Baptizein,
N. Y. 1860); and a closer and more critical examination will show
that it is only the context and association of the word that in any
case put
this
signification upon it, and it is therefore a mere gloss or inference
to assign this as the proper sense of the term. The significations
"plunge," "submerge," etc., are here strictly
derived,
as cognates, from the more general and primitive one of that complete
envelopment with a liquid which a thorough wetting, saturation, or
dyeing usually implies. In like manner, Dr. E. Beecher (in a series
of articles first published in the Am.
Bib. Repos. during
1840 and 1841) has mistaken the allied or inferential signification
of
purification for
the primitive sense of the word, whereas it is only the result
expected or attendant in the act of washing. See further below. As
preliminary to the theological discussion of this subject, it will be
proper here to discuss, more fully than can be conveniently done
elsewhere, the classical and Biblical uses of the word, and some
subordinate topics, reserving the controverted points for later
consideration. I. Philological Usage of the Word bapti/zein.
—
1. By
Classical Writers. —
No instance occurs in these writers of the use of ba/ptisma,
and only one in a very late author (Antyllus) of the use of its
equivalent baptismo/$;
but the verb occurs frequently, especially in the later writers. It
is used to designate: (1.) The
washing of an object by dipping it into water,
or
any other fluid,
or
quasi-fluid,
for
any purpose whatever:
as ba/ptison
seauto\n ei)$ qa/lassan,
"bathe yourself by going into the sea" (Plut. Maor.
p.
166 A.); bapti/zein
to\n Dio/nuson pro\$ th\n qa/lattan (Ibid.
p.
914). (2.) The
plunging or sinking of an object:
as Ou)de\
ga\r toi=$ a)kolu/mboi$ bapti/zesqai sumbai/nei cu/lwn tro\pon
e)pipola/zousi,
where bapti/zesqai,
in the sense of "submersed," is contrasted with
e)pipola/zousi,
in the sense of "float;" e)n
u%dasi gene/sqai th\n porei/an sune/bh, me/xri o)mfalou=
baptizome/nwn,
being
in
water up to the navel (Strabo, Geogr.
xiv,
p. 667); mo/li$
e%w$ tw=n mastw=n o%i pezoi\ baptizo/menoi die/bainon (Polyb.
in).
So Pindar says (Pyth.
2:145),
a)ba/ptisto/$
ei)mi, fello\$ w%$,
where the cork of the fisherman is. styled unbaptized, in contrast
with the net which sinks into the water. From this, by metonomy of
cause for effect, is derived the sense to
drown,
as e)ba/ptis)
ei)$ to\n oi@non,
"I whelmed him in the wine" (Julian AEgypt. Anacreont.).
(3.) The
covering over of any object by the flowing or pouring of a fluid on
it;
and metaphorically (in the passive), the being
overwhelmed or oppressed:
thus the Pseudo-Aristotle speaks of places full of bulrushes and
sea-weeds, which, when the tide is at the ebb, are not baptized (i.
e. covered by the water), but at full tide are flooded over (Mirabil.
Auscult. §
137, p. 50, in Westermann's edit. of the Script.
Rer. Mir. Gr.);
Diodorus Siculus (bk. 1) speaks of land animals being destroyed by
the river overtaking them (diafqei/retai
baptizo/mena);
Plato and Athenaeus describe men in a state of ebriety as baptized
(Sympos.
p.
176 B.; and Deipnos.v.);
and the former says the same of a youth overwhelmed with sophistry
(Euthyd.
277
D.); Plutarch denounces the forcing of knowledge on children beyond
what they can receive as a process by which the soul is baptized (De
Lib. educ.);
and he speaks of men as baptized by debts (Galbae,
c.
21);
Diodorus Siculus speaks of baptizing people with tears (bk. 1, c.,
3); and Libanius says, "He who hardly bears what he now bears,
would be baptized by a little addition" (Epist.
310),
and "I am one of those baptized by that great wave" (Ep.
25).
(4.) The
complete drenching of an object,
whether
by aspersion
or immersion;
as )Asko\$
bapti/zh|, du=nai de\ toi ou) qe/mi$ e)sti,
"As a bladder thou shalt be washed (i. e. by the waves breaking
over thee), but thou canst not go down" (Orac.
Sibyll. de Athenis,
ap. Plutarch, Thesei).
From this it appears that in classical usage bapti/zein
is
not fixed to any special mode of applying the baptizing element to
the object baptized; all that is implied by the term is, that the
former is closely in contact with the latter, or that the latter is
wholly in the former. 2. By
the Septuagint. —
Here the word occurs only four times, viz. 2
Kings 5:14:
"And Naaman went down and baptized himself (e)bapti/sato)
seven times in the river Jordan," where the original Hebrew is
lB)f=y!w^,
from lb^f*,
to dip,
plunge,
immerse;
Isa
21:4,6 Iniquity
baptizes me" (h(
a)nomi/a me bapti/zei),
where the word is plainly used in the sense of overwhelm,
answering to the Hebrews tu^B*,
to
come upon suddenly,
to
terrify;
Jdt
12:7,
"She went out by night . . . and baptized herself
(e)bapti/zeto)
at the fountain;" and Ecclus
31:30,
[Ecclus
1:34],
"He who is baptized from a corpse" (baptizome/no$
a)po\ nekrou=),
etc. In these last two instances the word merely denotes washed,
without indicating any special mode by which this was done, though in
the former the circumstances of the case make it improbable that the
act described was that of bathing
(comp.
Num
19:19).
In the Greek, then, of the Sept., bapti/zein
signifies
to
plunge,
to
bathe,
or to
overwhelm. It
is never used to describe the act of one who dips another object into
a fluid, or the case of one who is dipped by another. 3. In
the New Testament. —
Confining our notice here simply to the philology of the subject, the
instances of this usage may be classified thus: (1.) The
verb or noun alone,
or
with the object baptized merely:
as baptisqh=nai,
Matt
3:13,14;
baptisqei/$,
Mark
16:16;
bapti/zwn,
Mark
1:4;
bapti/swntai,
7:4; bapti/cei$,
John
1:25;
e)ba/ptisa,
1
Cor 1:14,
etc.; ba/ptisma
au)tou=,
Matt
3:7;
e^n
ba/ptisma,
Eph
4:5;
ba/ptisma,
Col
2:12; 1 Peter 3:21,
etc.; baptismou\$
pothri/wn,
Mark
7:4,8;
baptismw=n
didaxh=$,
Heb
6:2;
diafo/roi$
baptismoi=$,
9:10. (2.) With
addition of the element of baptism:
as e)n
u%dati,
Mark
1:8,
etc.; e)n
pneu/mati a(gi/w| kai\ puri/,
Matt
3:11,
etc.; u%dati,
Luke
3:16,
etc. The force of e)n
in
such formulse has by some been pressed, as if it indicated that the
object of baptism was in the element of baptism; but by most the e)n
is
regarded as merely the nota
dativi,
so that e)n
u%dati means
no more than the simple u%dati,
as the e)n
ploi/w| of
Matt
14:13,
means no more than the ploi/w|
of
Mark
6:32.
(See Matthiae, sec. 401, obs. 2; Kuhner, sec. 585, Anm. 2.) Only in
one instance does the accusative appear in the N. T., Mark
1:9,
where we have ei)$
to\n )Iorda/nhn,
and this can hardly be regarded as a real exception to the ordinary
usage of the N. T., because ei)$
here
is local rather than instrumental. In connection with this may be
noticed the phrases katabai/nein
ei)$ to\ u%dwr,
and a)pobai/nein
e)k or
a)po\
tou= u%dato$.
According to some, these decisively prove that the party baptized, as
well as the baptizer, went down into
the
water, and came up out
of
it. But, on the other hand, it is contended that the phrases do not
necessarily imply more than that they went to (i. e. to the margin
of) the water and returned thence. (3.) With
specification of the end or purpose for which the baptism is
effected. This
is usually indicated by ei)$:
as bapti/zonte$
ei)$ to\ o&noma,
Matt
28:19,
and frequently; e)bapti/sqhmen
ei)$ Xristo/n . . . ei)$ to\n qa/naton au)tou=,
Rom
6:3,
al.; ei)$
to\n Mwush=n e)bapti/sqhsan,
1
Cor 10:3;
ei)$
e%n sw=ma e)bapti/sqhmen,
12:13;
baptisqh/tw
e%kasto$ . . . ei)$ a&fesin a(martiw=n,
Acts
2:38,
etc. In these cases ei)$
retains
its proper significancy, as indicating the terminus
ad quem,
and tropically, that
for which,
or with
a view to which
the thing is done, modified according as this is a person or a thing.
Thus, to be baptized for Moses, means to be baptized with a view to
following or being subject to the rule of Moses; to be baptized for
Christ means to be baptized with a view to becoming a true follower
of Christ; to be baptized for his death means to be baptized with a
view to the enjoyment of the benefits of his death; to be baptized
for the remission of sins means to be baptized with a view to
receiving this; to be baptized for the name of any one means to be
baptized with a view to the realization of all that the meaning of
this name implies, etc. In one passage Paul uses u(pe\r
to
express the end or design of baptism, baptizo/menoi
u(pe\r tw=n nekrw=n,
1
Cor 15:29;
but here the involved idea of substitution
justifies
the use of the preposition. Instead of a preposition, the genitive of
object is sometimes used, as ba/ptisma
metanoi/a$ Luke
3:3,
al.= ba/ptisma
ei)$ metanoi/an,
the baptism which has metanoi/a
as
its end and purpose. (4.) With
specification of the ground or basis on which the baptism rests. This
is expressed by the use of e)n
in
the phrases e)n
o)no/mati ti/no$,
and once by the use of e)pi/
with
the dative, Acts
2:38:
"to be baptized on the name of Christ, i. e. so that the baptism
is grounded on the confession of his name" (Winer, p. 469). Some
regard these formulae as identical in meaning with those in which
ei)$
is
used with o&noma,
but the more exact scholars view them as distinct. The two
last-mentioned usages are peculiar to the N. T., and arise directly
from the new significancy which its writers attached to baptism as a
rite. II. Non-ritual Baptisms mentioned in the N. T. — These are:
1. The baptism of utensils
and articles of furniture,
Mark
7:4,8.
2. The baptism of persons,
Mark
7:3,4; Luke 11:38,
etc. These are the only instances in which the verb or noun is used
in a strictly literal sense in the N. T. and there may be some doubt
as to whether the last instance should not be remanded to the head of
ritual baptisms. These
instances are chiefly valuable as bearing on the question of the mode
of
baptism; they show that no special mode is indicated by the mere use
of the word baptize, for the washing of cups, of couches, and of
persons is accomplished in a different manner in each case: in the
first by dipping, or immersing, or rinsing, or pouring, or simply
wiping with a wet cloth; in the second by aspersion and wiping; and
in the third by plunging or stepping into the bath.
3. Baptism
of affliction,
Mark
10:38,39; Luke 12:50.
In both these passages our Lord refers to his impending sufferings as
a baptism which he had to undergo. Chrysostom, and some others of the
fathers, understand this objectively, as referring to the purgation
which his sufferings were to effect (see the passages in Suicer,
Thes.
s.v.
ba/ptisma,
1:7); but this does not seem to be the idea of the speaker. Our Lord
rather means that his sufferings were to come on him as a mighty
overwhelming torrent (see Kuinol on Matt
20:22,23;
Blomfield, ibid.).
Some interpreters suppose there is an allusion in this language to
submersion as essential to baptism (see Olshausen in loc.;
Meyer on Mark
10:38);
but nothing more seems to be implied than simply the being
overwhelmed in a figurative sense, according to what we have seen to
be' a common use of the word by the classical writers. 4. Baptism
with the Spirit,
Matt
3:11; Mark 1:8; Luke 3:16; John 1:33; Acts 1:5; 11:16; 1 Cor 12:13.
In the first of these passages it is said of our Lord that he shall
baptize with the Holy Spirit and with fire. Whether this be taken as
a hendiadys = the Spirit as fire, or as pointing out two distinct
baptisms, the one by the Spirit, the other by fire; and whether, on
the latter assumption, the baptism by fire means the destruction by
Christ of his enemies, or the miraculous endowment of his apostles,
it does not concern us at present to inquire. Respecting the intent
of baptism by the Spirit, there can be little room for doubt or
difference of opinion; it is obviously a figurative mode of
describing the agency of the Divine Spirit given through and by
Christ, both in conferring miraculous endowments and in purifying and
sanctifying the heart of man. By this Spirit the disciples were
baptized on the day of Pentecost, when "there appeared unto them
cloven tongues of fire, and it sat upon each of them; and they were
all filled with the Holy Ghost, and they began to speak with tongues
as the Spirit gave them utterance" (Acts
2:3,4);
by this Spirit men are saved when they are "born again of water
and of the Spirit" (John
3:5);
when they receive "the washing of regeneration and renewing of
the Holy Ghost" (Titus
3:5);
and when there is the putting away from them of the filth of the
flesh, and they have the answer of a good conscience toward God (1
Peter 3:21);
and by this Spirit believers are baptized for one body, when through
his gracious agency they receive that Spirit, and those impulses by
which they I are led to realize their unity in Christ Jesus (1
Cor 12:11).
Some
refer to the Spirit's baptism also, the apostle's expression, e^n
ba/ptisma,
Eph
4:5;
but the common and more probable opinion is that the reference here
is to ritual baptism as the outward sign of that inner unity which
the ei)$
Ku/rio$ and
the mi/a
pi/sti$ secure
and produce (see Alford, Ellicott, Meyer, Matthies, etc. etc. in
loc.).
In this figurative use of the term "baptism" the tertium
comparationis is
found by some in the Spirit's being viewed as the element in
which
the believer is made to live, and in which he receives the
transforming influence; while others find it in the biblical
representation of the Spirit as coming upon men, as poured upon them
(Isa
32:15; Zech 12:10; Joel 2:28; Acts 2:17),
and as sprinkled on them like clean water (Ezek
36:25).
5.
Baptism
for Moses. —
In 1
Cor 10:2,
the apostle says of the Israelites, "And they all received
baptism ('the middle voice is selected to express a receptive
sense,'
Meyer) for Moses (ei)$
to\n Mwush=n e)bapti/santo)
in (or by, e)n)
the cloud, and in (or by) the sea." In the Syr. ei)$
r.
M. is translated "by the hand of Moses;" and this is
followed by Beza and others. Some render una
cum Mose;
others, aupiciis
Mosis;
others, in
Mose,
i. e. "sub ministerio et ductu Mosis" (Calvin), etc. But
all these interpretations are precluded by the proper meaning of
ei)$.
and
the fixed significance of the phrase bapti/zein
ei=$ in
the N. T. The only rendering that can be admitted is "for
Moses," i. e. with a view to him, in reference to him, in
respect of him. "They were baptized for Moses. i. e. they became
bound to fidelity and obedience, and were accepted into the covenant
which God then made with the people through Moses" (Ruckert in
loc.;
see also Meyer and Alford on the passage).”
(= ).
Nelson’s
Bible Dictionary (tentang ‘baptism’):
“The
Form of Baptism.
The final major issue is the method or form of baptism-whether by
immersion, pouring, or sprinkling. On this issue, Christian groups
organize into two major camps-those which insist upon the exclusive
use of immersion, and those which permit and practice other forms.
The immersionist position-This group insists that immersion is the
only valid form of baptism. One of their strongest arguments revolves
around the Greek word for baptism in the New Testament. Its
predominant meaning is "to immerse" or "to dip,"
implying that the candidate was plunged beneath the water. But there
are also other arguments that strongly suggest that immersion was the
form of baptism used in the early church. The Didache,
a manual of Christian instruction written in A.D.
110-120,
stated that immersion should be used generally and that other forms
of baptism should be used only when immersion was not possible. In
addition, the circumstances involved in some of the biblical
descriptions of baptism imply immersion. Thus, John the Baptist was
baptizing in Aenon near Salim, "because there was much water
there" (John
3:23).
Jesus apparently went down into the water to be baptized by John
(Matt
3:16).
The Ethiopian said, "See, here is water. What hinders me from
being baptized?" (Acts
8:36).
The symbolism involved in baptism also seems to argue that immersion
was the biblical mode, according to those groups that practice
immersion exclusively. Rom
6:4-6 identifies
baptism with the believer's death (and burial) to sin and
resurrection to new life, as well as the death and resurrection of
Christ. Only immersion adequately depicts this meaning, according to
the immersionist position. The
pluralistic position -
Holders of this view believe that immersion, pouring, and sprinkling
are all appropriate forms of baptism. They point out that the Greek
word for baptism in the New Testament is sometimes ambiguous in its
usage. While its most common meaning in classical Greek was to dip,
to plunge, or to immerse, it also carried other meanings as well.
Thus, the question cannot be resolved upon linguistic grounds.
These groups also argue from inference that immersion must not have
been the exclusive method used in New Testament times. For
example, could John have been physically capable of immersing all the
persons who came to him for baptism? Did the Philippian jailer leave
his jail to be baptized? If not, how would he have been immersed? Was
enough water for immersion brought to Cornelius' house? Or, did the
apostle Paul leave the place where Ananias found him in order to be
immersed? Those groups that use sprinkling or pouring also point out
that immersion may not be the best form for showing what baptism
really means. They see the major meaning of baptism as purification.
They point out that the various cleansing ceremonies in the Old
Testament were performed by a variety of means-immersion, pouring,
and sprinkling (Mark
7:4; Heb 9:10).
Others note the close association between baptism and the outpouring
of the Holy Spirit, which was from above. Thus, in their view, true
baptism requires the symbolism of pouring rather than immersion”
(= ).
Fausset’s
Bible Dictionary (tentang ‘baptism’):
“Figuratively,
death is called a "baptism" (Matt
20:22; Mark 10:38; Luke 12:50).
The
Greek word does not necessarily mean immersion of the whole body:
compare Mark
7:3-4; Luke 11:38; Heb 9:10)”
(= ).
TIDAK
ADA SATU LEXICON-pun yang memberikan arti “to sprinkle”
(memercik) kepada kata
baptizo.
Tanggapan
balik Budi Asali:
Lucu
sekali, siapa pernah bilang bahwa kata BAPTIZO bisa berarti
‘memercik’? Saya tak pernah punya pikiran seperti itu. Saya hanya
menekankan bahwa sekalipun arti utama dari BAPTIZO adalah ‘menyelam,
merendam, mencelup’, tetapi juga ada arti lain, seperti ‘mencuci’,
yang tidak harus dilakukan dengan merendam / mencelup!
Tetapi
bagaimana kalau rumus anda di atas saya terapkan kembali kepada anda
di sini? Anda berkata boleh menafsir sesuatu yang tak ada dalam textv
Alkitab, asal textnya tidak menentang hal itu. Sekarang lexicon tak
memberi arti ‘sprinkle’ tetapi kan juga tak mengatakan bahwa
BAPTIZO artinya bukan ‘sprinkle’??? Berdasarkan rumus anda
sendiri, itu sah-sah saja, bukan????
Seorang
anggota jemaat kami pernah jalan-jalan ke Yunani. Dia bertanya di
situ kepada orang lokal, apa kata yang dipakai untuk mengindikasikan
penyelaman. Jawabannya adalah: baptizo.
Kalau untuk pemercikan? Rantizo.
Sebenarnya ini hal yang bisa dikonfirmasi langsung ke kedutaan Yunani
hari ini!
Tanggapan
balik Budi Asali:
Hmmm,
dia bertanya secara salah, atau setidaknya bertanya secara kurang
lengkap. Seharusnya setelah tanya itu, ia tanya lagi, apakah
itu adalah satu-satunya
arti dari BAPTIZO, dan tidak
ada arti lain?
Kalau jawabannya tetap ‘ya’ maka, atau orang itu bodoh, atau
Alkitab salah. Mau yang mana? Soalnya Alkitab, seperti sudah saya
beri 4 contohnya, pernah menggunakan kata BAPTIZO bukan dalam arti
‘menyelam / merendam / mencelup’!
Kalau
anda mengatakan orang Yunani semua pinter Yunani, pikirkan apakah
orang Indonesia semua pinter bahasa Indonesia? Apakah semua orang
Amerika pinter bahasa Inggris? Mereka sering berkata “He don’t
...”, “I don’t know nothing”, “Long time no see”, dsb!!!
Kedutaan Yunani pasti sama saja!
Kalau
Budi Asali tidak mau percaya kepada saya, kedutaan Yunani, ataupun
Liddell dan Scott, mungkin dia mau percaya kepada Calvin, salah satu
panutannya. Calvin berkata, “The word baptize, signifies to
immerse; and the rite of immersion was observed by the ancient
church.” (Institutes of Christian Religion, book iv, ch. 15).
Terjemahan: “Kata membaptis berarti menyelamkan; dan ritus
penyelaman
dilakukan oleh gereja mula-mula.”
Tanggapan
balik Budi Asali:
Hmmm,
saya bukan menjadikan Calvin panutan saya sebagaimana anda dan
orang-orang di gereja anda menjadikan Suhento Liauw panutan kalian!
Baca buku-buku saya, atau tanyakan kepada jemaat saya, dan anda akan
tahu bahwa saya sering tidak setuju dan bahkan menyalahkan Calvin.
Memang dalam doktrin-doktrin besar, seperti predestinasi dsb, kalau
saya tak setuju dengan dia, saya tidak bisa dan tidak boleh menyebut
diri saya sebagai Calvinist. Tetapi kalau hanya penafsiran tentang
hal kecil-kecil, saya sering tidak setuju dengan dia, dan saya tetap
adalah Calvinist!
Juga
anda tidak menunjukkan bahwa sebelum kalimat itu Calvin mengatakan
bahwa baptisan boleh dilakukan dengan cara apapun, dalam arti tidak
harus selam (sekalipun ia menganggap bahwa BAPTIZO artinya menyelam /
merendam).
Calvin:
“But
whether the person being baptized should be wholly immersed, and
whether thrice or once, whether he should only be sprinkled with
poured water - these details are of no importance, but ought to be
optional to churches according to the diversity of countries.
Yet the word ‘baptize’ means to immerse, and it is clear that the
rite of immersion was observed in the ancient church”
(= ) - ‘Institutes of the Christian Religion’, book IV, ch 15, no
19.
Apakah
ia tidak konsisten dalam hal ini? Tidak. Dia tahu / menganggap bahwa
baptisan hanya simbol. Kalau simbol maka tak harus dilakukan persis
seperti yang disimbolkan. Karena baptisan merupakan simbol / tanda
penyucian dosa, maka dengan percikpun boleh. Sebaliknya kalau kalian
mau persis, maka seharusnya kalian bukan hanya menyelam orang, karena
kalau demikian hanya bagian luar yang bersih. Apa gunanya hanya
bagian luarnya yang bersih, tetapi dalamnya tidak? Kan seperti
kecaman Yesus terhadap ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi bahwa
mereka seperti kuburan yang luarnya bersih tetapi dalamnya penuh
dengan tulang yang membusuk! Jadi, kalian juga harus memasukkan air
ke mulutnya, atau beri obat urus-urus / garam Inggris, dan juga
melakukan ‘colon hydro therapy’ (pembersihan usus dengan air
melalui dubur) kepadanya!
Juga
mengapa tuntutan ‘harus persis’ tidak diterapkan pada Perjamuan
Kudus / Perjamuan Tuhan? Bukankah Perjamuan Kudus menyimbolkan tubuh
Kristus yang dihancurkan dan darah Kristus yang dicurahkan? Saya
tanya, bagaimana anda membuat roti jadi kecil-kecil? Dengan pisau?
Itu salah! Kristus dihancurkan tubuhnya dengan cambuk Romawi! Jadi,
kalau ‘mau persis’, hancurkan rotinya dengan cambuk Romawi, lalu
gunakan dalam Perjamuan Kudus, itu baru cocok! Juga darah Kristus
dicurahkan dengan cambuk Romawi, paku-paku, dan tombak. Jadi kalau
mau Perjamuan Kudus, jangan botol anggur dituangkan. Itu salah dan
tidak Alkitabiah! Botol anggur harus dicambuki dengan cambuk Romawi,
lalu dipaku, lalu ditusuk tombak! Hehehe, pasti heboh Perjamuan
Tuhan, yang kalian lakukan!
Jelas
bukan, bahwa kalau cuma / tanda / simbol, tak perlu dan bahkan tak
mungkin semuanya dibuat persis! Kalau semua dibuat persis, akan
menjadi lelucon, atau lebih tepat, kegilaan!
Juga,
apakah Calvin memang menganggap bahwa satu-satunya arti dari BAPTIZO
adalah merendam / mencelup? Kelihatannya tidak, karena dalam
tafsirannya tentang Luk 11:38 ia berkata sebagai berikut:
Calvin:
“God
had prescribed in his Law certain kinds of washings,
that by means of them he
might train his people usefully to the consideration of true purity.
The Jews, not satisfied with this moderate portion had added many
other washings,
and more especially, that no person should partake of food till he
had been washed
with the water of purification, as Mark relates more minutely,
(7:3,4,) and as is also evident from John, (2:6.)”.
Jadi,
baik dalam Luk 11:38 maupun Mark 7:4 (ini 2 dari 4 ayat yang saya
gunakan di atas) Calvin mengartikan BAPTIZO sebagai ‘washing’
(= pembasuhan / pencucian)!
Luther:
“The term baptism, is a Greek word. It may be rendered a
dipping,
when we dip something in water, that it may be entirely covered with
water. And though the custom be quite abolished among the generality
(for neither do they entirely dip children, but only sprinkle them
with a little water,) nevertheless they ought to be wholly immersed,
and presently to be drawn out again; for the etymology of the word
seems to require it” (dalam karyanya De
Sacramento Baptismi dikutip
dari karya Dr. Du Veil
tentang
Kis. 8:38). Terjemahan: “Istilah baptisan, adalah kata Yunani. Ia
dapat diterjemahkan suatu
pencelupan,
[seperti] ketika kita mencelupkan sesuatu ke dalam air, sehingga
seluruhnya tertutup oleh air. Dan walaupun kebiasaan ini sudah hampir
hilang pada umumnya (karena mereka tidak mencelupkan anak-anak
sepenuhnya, tetapi hanya memercik mereka dengan sedikit air,) namun
mereka seharusnya sepenuhnya diselamkan, dan segera ditarik keluar
lagi; karena etimologi kata ini kelihatannya mengharuskan demikian.”
Beza:
“Christ commanded us to be baptized; by which word it is certain
immersion is signified . . . . Nor does baptizein
signify
to wash, except by consequence: for it properly signifies to immerse
. . . To be baptized in water, signifies no other than to be immersed
in water, which is the external ceremony of baptism” (Epistola II.
ad Thom. Tilium, [apud Spanhem. Dub. Evang. Pars iii. Dub. 24]
Annotat. in Marc. vii. 4. Acts xix. 3; Matt. Iii. 11., dikutip dalam
Abraham Booth, Paedobaptism
Examined,
vol 1. hal. 42). Terjemahan: “Kristus memerintahkan kita untuk
dibaptis; dengan kata ini sudah pasti penyelaman yang dimaksudkan . .
. . Dan baptizein
tidak
berarti mencuci, kecuali sebagai konsekuensi [dari penyelaman]:
karena tepatnya dia berarti menyelamkan . . . Dibaptis dalam air
berarti tidak lain dari diselamkan di dalam air, yang adalah seremoni
eksternal baptisan.”
Tanggapan
balik Budi Asali:
Kalau
Calvin saja saya tak setujui dalam hal ini, apalagi Luther dan Beza!
Ingat
bahwa Luther, Calvin, Beza, hidup di zaman ketika semua orang di
Universitas harus belajar Yunani! Jadi, mereka ini orang-orang yang
sangat kenal bahasa Yunani, bukan seperti banyak spekulan hari ini.
Lebih lanjut lagi, mereka bukanlah orang Baptis! Mereka tidak punya
incentif untuk mendukung posisi Baptis. Justru karena itulah
kesaksian mereka semakin berharga! Para reformator ini, dalam praktek
bergereja mereka, memang melakukan pemercikan. Tetapi mereka tidak
membenarkan tindakan mereka atas dasar arti kata baptizo.” Mereka
satu suara bersaksi bahwa “baptizo” berarti “menyelamkan,
mencelupkan” dan tidak berarti “memercik.” Kiranya anak cucu
rohani mereka mau sejujur mereka!
Tanggapan
balik Budi Asali:
Mereka
mengerti Yunani, ya? Tetapi ingat bahwa penyelidikan tentang bahasa
Yunani terus berkembang dan dimunculkan hukum-hukum bahasa Yunani dsb
yang belum ada pada saat itu. Ini menyebabkan mereka sering salah
menafsir dalam ayat-ayat yang berhubungan dengan hukum-hukum yang
baru keluar setelah jaman mereka! Saya bisa memberikan contohnya
kalau anda minta, khususnya dari Calvin (karena saya banyak gunakan
buku2nya, sedangkan saya jarang menggunakan buku-buku Luther, apalagi
Beza), tetapi saya kira ini menyimpang terlalu jauh.
Tak
usah repot-repot mengutip kata-kata siapapun dalam hal ini, karena
saya lebih percaya Alkitab / Firman Tuhan dari pada kata-kata orang
manapun, termasuk Calvin! Dan Alkitab menggunakan BAPTIZO, sedikitnya
4 x, dalam arti ‘bukan selam’!
Hmm,
mereka anda anggap jujur ya???? Saya akan pegang kata-kata anda ini!
Ini berlaku untuk kata-kata / pengajaran mereka yang lain???
Anda
sok jujur, dan menganjurkan para Calvinist untuk jujur. Sekarang saya
mau jujur saja dengan anda: saya
tidak menganggap anda, maupun Suhento Liauw, sebagai orang jujur!
Kalian pendusta dan pemfitnah!
Dan saya sudah membuktikannya! Anda senang dengan kejujuran saya?
Atau anda menghendaki saya berdusta dan bersikap munafik?
Para
reformator ini kelihatannya membenarkan praktek pemercikan mereka
karena mayoritas orang di zaman mereka melakukannya, dan mereka tidak
menggangap mempertahankan cara “baptisan” sebagai sesuatu yang
penting. Di poin ini, saya tidak setuju dengan mereka, karena Tuhan
memerintahkan untuk “membaptis,” sehingga kalau kita
tidak“membaptis,”melainkan “memercik,” itu berarti kita belum
melakukan perintah Tuhan.
Tanggapan
balik Budi Asali:
Nonsense!
Tuhan memang memerintahkan untuk membaptis, tetapi tidak ada petunjuk
apapun bahwa Ia mengharuskan itu dilakukan dengan selam! Juga BAPTIZO
artinya bukan hanya ‘selam’!
Selain
para reformator, ada saksi-saksi lain: bapa-bapa gereja. Epistle of
Barnabas menggambarkan baptisan sebagai turun ke dalam, lalu keluar
lagi dari air. Shepherd of Hermas, dengan bahasa yang figuratif yang
tinggi, menggambarkan baptisan sebagai batu yang menggelinding masuk
air (dia pakai batu dalam konteks batu sebagai pembangun gereja).
Clemens dari Alexandria menggambarkan baptisan seperti lahir dari
air, seperti kelahiran dari seorang ibu. Irenaeus menggambarkan
baptisan seperti Naaman yang mencelupkan diri ke sungai Yordan (semua
di atas dari Norman Fox, The
Rise and Use of Pouring and Sprinkling for Baptism,
dicetak ulang oleh Vance Publications, 2001, hal. 487).
Tanggapan
balik Budi Asali:
Tradisi
maupun bapa-bapa gereja bukan tolok untuk kebenaran!
Di
gereja Katolik , penyelaman dilakukan hingga abad ke-13. Oleh sebab
itu, Thomas Aquinas, yang hidup di pertengahan abad 13, masih
berkata: “It is safer to baptize by immersion, because this is the
common practice.” (dikutip oleh H. Harvey, Dale's
Theory of Baptism,
hal. 158, dicetak ulang oleh Vance Publication 2001).
Tanggapan
balik Budi Asali:
Hmmm,
mengutip hanya sebagian! Licik sekali. Ini kata-kata lengkapnya.
Schaff:
“Thomas Aquinas (d.
1274) says, that although it may be safer to baptize by immersion,
yet pouring and
sprinkling are also allowable”
[= Thomas Aquinas (mati tahun 1274) berkata, bahwa sekalipun adalah
lebih aman untuk membaptis dengan penyelaman, tetapi
penuangan dan pemercikan juga diijinkan]
- ‘History
of the Christian Church’,
vol II, hal 250 (footnote).
Sebagai
tambahan saya beri satu kutipan lagi.
Schaff:
“In
Ireland aspersion seems
to have been practiced very early along with immersion.
‘Trine immersion, with
the alternative of aspersion,
is ordered in the earliest extant Irish Baptismal Office, in the
composition of which, however, Roman influence is strongly marked.’
F. E. Warren, The Liturgy and Ritual of the CeItic Church, Oxford
(Clarendon Press), 1881, p. 65”
[= Di Irlandia pemercikan
kelihatannya telah dipraktekkan sangat awal bersama-sama dengan
penyelaman. ‘Tiga kali
pencelupan / penyelaman, dengan
alternatif pemercikan,
diperintahkan dalam sisa yang paling awal dari Kantor Baptisan orang
Irlandia, tetapi yang dalam penyusunannya pengaruh Roma sangat
terlihat jejaknya’. F. E.
Warren, The Liturgy and Ritual of the CeItic Church, Oxford
(Clarendon Press), 1881, p. 65]
- ‘History
of the Christian Church’,
vol II, hal 250 (footnote).
Brunner,
seorang sejarahwan Katolik, menulis tentang sejarah Roma Katolik:
“Seribu tiga ratus tahun, baptisan biasanya dan rutinnya adalah
penyelaman seseorang di bawah air, dan hanya dalam kasus luar biasa
pemercikan atau penuangan dengan air; yang terakhir ini (percik dan
tuang), lebih lanjut, diperdebatkan sebagai suatu cara baptisan; ya
bahkan dilarang.” (Ibid.) Perubahan Gereja Roma dari selam kepada
percik bukan karena mereka mendapatkan arti baru dari kata baptizo,
tetapi karena theolog Roma percaya Gereja punya kuasa untuk mengubah
bentuk sakramen. Gereja-gereja Yunani, hingga hari ini menolak
pemercikan! Kalau Katolik di Barat, yang menggunakan Latin, lambat
laun bergeser, gereja-gereja yang berbahasa Yunani (contoh Ortodoks
Yunani), hingga hari ini menolak pemercikan, dan tidak mengakuinya
sebagai baptisan. Menurut mereka kata baptizo
tidak
mengizinkan pemercikan! Saya rasa
gereja-gereja yang berbahasa Yunani ini jauh lebih tahu arti bahasa
mereka sendiri.
Tanggapan
balik Budi Asali:
Saya
tanya: kamus apapun, komentar penafsir manapun, termasuk Calvin,
dibandingkan dengan Alkitab sendiri dalam menggunakan kata itu, yang
mana yang lebih kuat??? Jawab ini, Steven! Jadi, ayat-ayat yang saya
gunakan, itu jauh lebih menentukan dari pada semua yang lain.
Juga
kalau dikatakan bahwa gereja Katolik melakukan baptisan selam sampai
1300 tahun, saya sangat meragukan. Ada bukti? Kata-kata Thomas
Aquinas bukan bukti. Memangnya dia Paus? Dan bahwa Didache yang
ditulis pada abad ke 2 sudah menyetujui baptisan non selam,
menunjukkan betapa tak masuk akalnya kalau baptisan hanya dilakukan
dengan selam sampai 1300 tahun. Nanti di bawah bisa dilihat bahwa
pada jaman Cyprian (abad ke 3 sudah ada baptisan non selam. Dan pada
waktu hal itu diserang, Cyprian menulis untuk mempertahankan /
membela baptisan non selam itu (Schaff, vol II, hal 249-250).
Saya
akan beri kutipan dari ‘Catechism of the Catholic Church’ yang
dikeluarkan tahun 1992, yang pada point 1239 berbunyi sebagai
berikut: “The
essential rite of the sacrament follows: Baptism properly speaking.
It signifies and actually brings about death to sin and entry into
the life of the Most Holy Trinity through configuration to the
Paschal mystery of Christ. Baptism is performed in the most
expressive way by triple immersion in the baptismal water. However,
from ancient times it has also been able to be conferred by pouring
the water three times over the candidate's head”.
Saya
hanya terjemahkan bagian yang saya garis-bawahi: “Tetapi, dari
jaman kuno
itu juga telah bisa diberikan dengan penuangan air tiga kali atas
kepala sang kandidat / calon (orang yang akan dibaptis)”.
Bahwa
kata-kata ‘dari jaman kuno’ menunjuk pada tahun 1300, menurut
saya adalah mustahil!
Schaff:
“The
‘Teaching of the Twelve Apostles’ (ch. 7,) enjoins baptism, after
catechetical instruction, in these words: ‘Baptize into the name of
the Father, and of the Son, and of the Holy Ghost in
living (running) water.
But if thou hast not
living water, baptize into other water; and if thou canst not in
cold, then in warm. But if thou hast neither, pour
water upon the head thrice,
into the name of the Father, Son, and Holy Ghost’ (Matt 28:19)”
[= The Teaching of the Twelve Apostles (ch 7) memerintahkan baptisan,
setelah pengajaran katekisasi, dengan kata-kata ini: ‘Baptislah
dalam nama dari Bapa, dan dari Anak, dan dari Roh Kudus di
/ dalam air hidup (mengalir). Tetapi jika engkau tak punya air hidup,
baptislah ke dalam air yang lain; dan jika engkau tidak bisa dalam
air dingin, maka dalam air panas. Tetapi jika engkau tak punya yang
manapun, Tuangkanlah air
ke atas kepala tiga kali,
dalam nama dari Bapa, Anak, dan Roh Kudus (Mat 28:19)]
- ‘History of the Christian
Church’, vol II, hal 247.
Encyclopedia
Britannica 2009 (dengan entry ‘didache’):
“the
oldest surviving Christian church order, probably written in Egypt or
Syria in the 2nd century.”
(= hukum / pengaturan tertua yang masih ada dari gereja Kristen,
mungkin ditulis di Mesir atau Syria pada abad ke 2).
Jadi, ‘DIDACHE’ atau ‘The Teaching of
the Twelve Apostles’ yang sudah ada pada abad ke 2, sudah
mengijinkan baptisan tuang / non selam!
Dalam
kalimat terakhir anda mengatakan “Gereja-gereja
Yunani, hingga hari ini menolak pemercikan! Kalau Katolik di Barat,
yang menggunakan Latin, lambat laun bergeser, gereja-gereja yang
berbahasa Yunani (contoh Ortodoks Yunani), hingga hari ini menolak
pemercikan, dan tidak mengakuinya sebagai baptisan. Menurut mereka
kata baptizo
tidak
mengizinkan pemercikan! Saya rasa
gereja-gereja yang berbahasa Yunani ini jauh lebih tahu arti bahasa
mereka sendiri”.
Anda
pakai kata ‘rasa’? Anehnya di bawah pada waktu saya mengatakan
‘rasanya’, anda berkata ‘jangan pakai rasa’! Usiamu baru 30an
dan anda sudah pikun? Baca ayat-ayat ini!
Ro
2:1 - “Karena itu, hai manusia,
siapapun juga engkau, yang menghakimi orang lain, engkau sendiri
tidak bebas dari salah. Sebab, dalam menghakimi orang lain, engkau
menghakimi dirimu sendiri, karena engkau yang menghakimi orang lain,
melakukan hal-hal yang sama”.
Mat 7:1-5
- “(1) ‘Jangan kamu menghakimi, supaya kamu tidak dihakimi. (2)
Karena dengan penghakiman yang kamu pakai untuk menghakimi, kamu akan
dihakimi dan ukuran yang kamu pakai untuk mengukur, akan diukurkan
kepadamu. (3) Mengapakah engkau melihat selumbar di mata saudaramu,
sedangkan balok di dalam matamu tidak engkau ketahui? (4)
Bagaimanakah engkau dapat berkata kepada saudaramu: Biarlah aku
mengeluarkan selumbar itu dari matamu, padahal ada balok di dalam
matamu. (5) Hai orang munafik, keluarkanlah dahulu balok dari matamu,
maka engkau akan melihat dengan jelas untuk mengeluarkan selumbar itu
dari mata saudaramu.’”.
Ingat
bahwa pada waktu Romawi menundukkan Yunani, justru bahasa Yunani
menjadi bahasa umum dari orang-orang Romawi dan lalu otomatis di
seluruh kekaisaran Romawi. Jadi, jangan anggap orang Yunani sebagai
yang paling mengerti bahasa Yunani!
Juga
jangan pikir bahwa orang yang lebih mengerti bahasa asli Alkitab,
pasti lebih bagus pengertiannya. Sekalipun saya tidak meremehkan
bahas asli, tetapi saya yakin bahwa sekalipun seseorang menguasai
bahasa asli Alkitab, tak ada jaminan sama sekali bahwa ia bisa
mengerti isi Alkitab dengan baik! Mengapa? Karena bahasa asli bukan
satu-satunya faktor yang dibutuhkan untuk mengerti Alkitab! Buktinya
orang-orang Yahudi (ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi) pada
jaman Yesus mengerti bahasa asli Alkitab, baik Ibrani, Aram, Yunani,
tetapi bagaimana pengertian mereka? Mereka sesat, menolak Yesus, dan
bahkan membunuh Dia!
Bagaimana
dengan ayat-ayat yang dikutip oleh Budi Asali?
1.
Markus 7:4 “... hal
mencuci cawan, kendi dan perkakas-perkakas tembaga dan meja-meja”
(saya
memang
percaya kata “meja-meja” ada pada orisinal, karena saya percaya
Textus Receptus adalah teks
yang
dipelihara).
LAI
menerjemahkan baptismois
(yang
sebenarnya berbeda dari
baptizo,
namun cognate/satu akar) dengan mencuci di sini. Beza mengatakan
(kutipan di atas) bahwa baptizo tidak
berarti “mencuci” kecuali sebagai konsekuensi dari suatu
penyelaman/pencelupan. Lexicon Thayer setuju, dan dalam definisinya
tentang baptizo:
“1. properly,
to dip repeatedly, to immerge,
submerge (of vessels sunk, Polybius
1, 51, 6; 8, 8, 4; of animals, Diodorus 1, 36). 2.
to cleanse by dipping or
submerging, to wash, to make clean with water.”
Setelah
memberikan arti utama baptizo sebagai
“menyelamkan,” Thayer memberikan arti kedua: membersihkan dengan
cara mencelupkan atau menaruh di dalam air. Jadi jelas, bahwa baptizo
berarti menyelamkan, tetapi dalam
konteks bisa berarti mencuci, tetapi tetap mempertahankan arti
utamanya: mencelupkan/memasukkan ke dalam air. Dalam hal ini Thayer
setuju dengan Beza. Dengan kata lain, baptizo
tidak bisa berarti “mencuci dengan
cara dipercik”
atau “mencuci dengan cara dilap,” tetapi “mencuci dengan
memasukkan ke dalam air / mencelup.”
Tanggapan
balik Budi Asali:
Mengatakan
BAPTISMOIS berbeda dengan BAPTIZO sama dengan mengatakan bahwa dalam
bahasa Inggris kata ‘go’ berbeda dengan ‘going’! Jangan
mengada-ada, seakan-akan saya orang tolol! Beda bagaimanapun tak
masalah, yang penting kata dasarnya sama!
Perhatikan
baik-baik point ke 2 yang saya garis-bawahi itu. Dalam point 2 itu ia
memberikan 3 arti. Yang anda bicarakan itu hanya arti pertama. Arti
kedua (to wash) dan arti ketiga (to make clean with water) tak ia
katakan dengan
mencelupnya!
Mencuci
tangan dengan mencelup? Kelihatannya anda tidak membaca (atau
pura-pura tidak membaca) tanggapan balik saya terhadap murid anda
yang bernama Dji Ji Liong itu. Saya kutipkan di sini untuk anda.
Lagi2
logikanya, org yg hrs hemat air tentu tak mencuci tangan dg merendam.
Disamping itu, William Barclay, yg jago dlm urusan tradisi, latar
belakang dsb, mengatakan sbb dlm tafsirannya ttg Mark 7:1-4 (yg juga
membicarakan ttg cuci tangan yg sama spt dlm Luk 11:38): “There
were definite and rigid rules for the washing of hands. Note that
this hand-washing was not
in the interests of hygienic purity; it was ceremonial
cleanness which was at
stake. Before every meal, and between each of the courses, the hands
had to be washed, and they had to be washed in a certain way. The
hands, to begin with, had to be free of any coating of sand or mortar
or gravel or any such substance. The
water for washing had to be kept in special large stone jars,
so that it itself was clean in the ceremonial sense and so that it
might be certain that it had been used for no other purpose, and that
nothing had fallen into it or had been mixed with it. First, the
hands were held with finger tips pointing
upwards; water
was poured over them and had to run at least down to the wrist;
the minimum amount of water was one quarter of a log, which is equal
to one and a half egg-shells full of water. While the hands were
still wet each hand had to be cleansed with the fist of the other.
That is what the phrase about using the fist means; the fist of one
hand was rubbed into the palm and against the surface of the other.
This meant that at this stage the hands were wet with water; but that
water was now unclean because it had touched unclean hands. So, next,
the hands had to be held with finger tips pointing downwards and
water had to be poured over them in such a way that it began at the
wrists and ran off at the finger tips.
After all that had been done the hands were clean”.
Ngerti
bahasa Inggris, nak? Kalau tidak, tanya kakek gurumu, ya nak? Atau
baca tanggapan Pdt Esra thdp tulisanmu, yg juga memberikan kutipan
dari William Barclay, tetapi dlm versi Indonesia. Dan asal tahu saja,
nak, Barclay ini jago dlm urusan tradisi dan kebudayaan pd jaman itu
di tempat itu! Dan ia mengatakan bahwa tradisi cuci tangan ini airnya
dicurahkan, bukan tangannya direndamkan ke dalam air, nak! Lebih
cocok dg baptis tuang, nak, tidak cocok dg baptis selam.
Demi
pembaca yang tidak mengerti bahasa Inggris, saya jelaskan saja dengan
kata-kata saya, apa yang Barclay katakan di atas (bagian yang penting
saja).
Tradisi
cuci tangan, yang bersifat ritual, dari orang-orang Yahudi pada saat
itu adalah: air diletakkan dalam guci batu yang besar yang khusus.
Dalam mencuci tangan, tangan harus diposisikan dengan jari-jari
menghadap ke atas, lalu air dituangkan
ke atasnya, dan harus mengalir sedikit sampai ke pergelangan tangan.
Setelah itu tangan diposisikan dengan jari-jari menghadap ke bawah,
dan air dituangkan
dari pergelangan sampai mengalir ke ujung jari-jari tangan.
Anda
tak mau percaya kata-kata Barclay, Steven? Memang, dia bisa saja
salah, sekalipun dia jago dalam urusan tradisi. Tetapi saya punya
ayat Alkitab untuk mendukung pandangan / kata-katanya berkenaan
dengan tradisi ‘cuci tangan’ ini.
2Raja
3:11 - “Tetapi
bertanyalah Yosafat: ‘Tidak adakah di sini seorang nabi TUHAN,
supaya dengan perantaraannya kita meminta petunjuk TUHAN?’ Lalu
salah seorang pegawai raja Israel menjawab, katanya: ‘Di
sini ada Elisa bin Safat, yang dahulu melayani
Elia.’”.
Terjemahan
Indonesia menuliskan ‘melayani’. Ini salah terjemahan; bandingkan
dengan terjemahan KJV (atau pilih versi bahasa Inggris yang lain
sesuka anda).
KJV:
‘Here
is Elisha the son of Shaphat, which poured
water on
the hands of Elijah’
(= Di sini ada Elisa bin Safat, yang dulu menuangkan
air pada tangan Elia).
Ini
Firman Tuhan, Steven, bukan lagi kata-kata Barclay, dan jelas-jelas
menunjukkan tradisi cuci tangan pada saat itu! Ini memang berbeda
dengan tradisi cuci tangan dalam Mark 7:4, karena yang ini adalah
tradisi cuci tangan biasa (bukan ritual). Mereka menuangkan air,
bukan merendam tangan di dalam air! Masih mau ditolak???? Kalau masih
ditolak, kamu menolak Firman Tuhan, bukan menolak aku!
Jamieson,
Fausset & Brown (tentang 2Raja 3:11):
“Which
poured water on the hands of Elijah - i.e., was his servant - this
being one of the common offices of a servant; for the custom is not
to plunge one’s hands
into a basin, but to hold them out, so that a servant may pour
water on the hands of his master”
(= Yang menuangkan
air pada tangan Elia - yaitu, adalah pelayannya - ini mereka salah
satu dari kewajiban umum dari seorang pelayan; karena kebiasaan
/ tradisinya bukanlah mencelupkan
tangan seseorang ke dalam sebuah baskom,
tetapi mengulurkan mereka / tangan itu, sehingga seorang pelayan bisa
menuangkan
air pada tangan dari tuannya).
Kita
bertanya, adakah sesuatu di ayat ini yang membuat arti literal
“menyelamkan” atau “mencuci dengan cara memasukkan ke dalam
air” tidak mungkin? Tidak ada! Cawan, kendi, dan perkakas, dan
bahkan meja, bisa saja dimasukkan ke dalam air. Tidak ada yang tidak
mungkin di sini. Mencuci cawan, kendi, dan perkakas dengan cara
mencelup sama sekali bukan hal yang luar biasa. Tukang siomai saja
sering melakukannya! Saya sering melihat seorang tukang siomai
mencuci piring dan perabot-perabotnya dengan cara memasukkan
benda-benda itu ke dalam ember yang penuh berisi air.
Tanggapan
balik Budi Asali:
Omong
kosong! Text harus diartikan bukan sekedar dari kata-kata text itu,
tetapi juga berdasarkan tradisi mencuci pada jaman itu! Kalau
menafsirkan tanpa peduli tradisi saat itu, ya payah! Saat ini saya
bicara tentang mencuci tangan, bukan barang-barang lain dalam Mark
7:4.
Sekarang
bagaimana dengan mencuci barang-barang lain dalam Mark 7:4? Tentu
saja, semua penjaja makanan yang pakai rombong, punya
hanya seember air yang dibawa kemana-mana dan jarang diganti.
Sehingga dalam mencuci apapun, mereka memasukkan barang itu (piring,
sendok, garpu) ke ember itu; apakah menjadi bersih atau makin kotor,
mereka tak peduli. Lain halnya kalau orang mencuci di rumah. Hanya
orang bodoh yang mencuci banyak piring, gelas, sendok dan garpu, lalu
mencelupkannya satu per satu dalam seember besar air. Baru dipakai
untuk satu piring saja, seluruh air dalam ember sudah menjadi kotor,
dan harus diganti. Yang waras adalah menuangkan sedikit demi sedikit,
sehingga menjaga kebersihan air dalam ember!
Ah,
mungkin anda bertanya, bagaimana dengan meja? Patut
dicamkan bahwa kata meja di sini bukan seperti meja kita hari ini
yang tingginya semeter lebih. Kata Yunaninya adalah kline
(dasar kata “recline” dalam
Inggris), dan lebih seperti tempat pembaringan, di tempat lain
diterjemahkan tempat tidur. Tetapi juga bukan tempat tidur besar King
Size misalnya! Ini adalah tempat tidur portable, yang bisa
dibawa-bawa oleh satu orang. “Maka dibawa oranglah kepada-Nya
seorang lumpuh yang terbaring di tempat tidurnya (kline)”
(Mat. 9:2). “Bangunlah, angkatlah tempat tidurmu (kline)
dan pulanglah ke rumahmu!” (Mat. 9:6). “Lalu datanglah beberapa
orang mengusung seorang lumpuh di atas tempat tidur (kline)”
(Luk. 5:18). Kata ini memang bisa juga diterjemahkan meja, karena
cara makan orang Yahudi pada waktu
itu adalah dengan berbaring pada sisi mereka. Jadi, adat istiadat
yang sangat berbeda. Meja atau
tempat tidur ini mirip suatu “usungan” karenanya rupanya mudah
dibawa ke manamana. Apakah tidak mungkin untuk menyelamkan kline
ini? Jauh dari tidak mungkin, ini
mungkin sekali. Dan karena teks sudah
memberitahu kita bahwa ada “penyelaman meja,” maka baiklah kita
percaya!
Tanggapan
balik Budi Asali:
Hmmm,
dalam Bible Works 7 kata KLINE dalam Mat 9:2 itu bisa diartikan ‘bed’
(= ranjang), dan bisa juga ‘couch’ (= semacam dipan). Jangan
dipukul rata semua artinya jadi sama!
Yang
dipakai oleh orang lumpuh dalam Mat 9 itu tentu saja ‘bed’,
tetapi yang dibicarakan dalam ayat yang kita persoalkan adalah
‘couch’ / semacam dipan itu. Dan tradisi mereka dalam duduk
makan, khususnya pada Paskah, adalah recline (bersandar, setengah
duduk, setengah berbaring) pada dipan itu. Karena digunakan untuk
banyak orang, tidak mungkin dipan itu begitu kecil sehingga bisa
dicuci dengan direndam! Bahkan dipan manapun tidak mungkin dicuci
dengan direndam! Jangan extrim! Lama-lama anda mengatakan bahwa
pesawat terbang, kapal, kapal selampun bisa dicuci dengan direndam.
Tentu saja bisa, kalau mencucinya di laut!
Kata-kata
anda yang terakhir, yang saya garis-bawahi, saya kutip ulang. “Dan
karena teks sudah memberitahu kita bahwa ada “penyelaman meja,”
maka baiklah kita percaya!”.
Cara
argumentasi anda lucu sekali. Text memberitahu kita bahwa ada
penyelaman
meja? Textnya
tidak memberitahu demikian,
kecuali ‘asumsi anda bahwa BAPTIZO itu berarti selam’, dimasukkan
ke dalam text! Ini adalah EISEGESIS, bukan EXEGESIS!
Perhatikan
kata-kata anda di atas yang saya beri garis bawah ganda. Bagus anda
peduli dengan tradisi makan mereka, dan saya setuju dengan anda dalam
hal ini. Tetapi persoalannya, apakah anda juga setuju dengan tradisi
mereka dalam mencuci tangan yang sudah saya kutipkan dari Barclay di
atas, lebih-lebih karena di sana saya sudah menambahkan ayat Firman
Tuhan yaitu 2Raja 3:11???
Sepertinya
kaum pemercikan agak terbalik logikanya. Mestinya mereka mencari
bagaimana kata baptizo dipakai
secara umum pada waktu penulisan PB. Lihat saja karya-karya klasik
Yunani, semuanya memakai baptizo
sebagai pencelupan/penyelaman, baik
literal maupun figuratif. Jadi ketika ada ayat yang berkata
“pen-baptisan” cawan, kendi, tembaga, dan meja, sebaiknya kita
terima kata-kata itu, bukannya malah mau mendefinisikan ulang
baptizo.
Tanggapan
balik Budi Asali:
Tak
ada siappun yang mendefiniskan ulang kata itu. Artinya memang bisa
mencelup, bisa juga mencuci. Dan kalau mencuci tak harus direndam!
Sebagai
ilustrasi: kalau misalnya di koran suatu hari kita membaca judul:
“Mobil tercelup di sungai Ciliwung.” Nah, mobil bukanlah sesuatu
yang biasanya dicelup. Tetapi, membaca headline itu, apakah kita jadi
meragukan arti kata “tercelup”?
Perlukan kita mengganti definisi “celup” dengan “mencuci”?
Tentu tidak. Mengapa? Karena arti kata “celup” sudah tidak
diragukan lagi. Jadi, walaupun mobil tidak biasa dicelup,
headline itu justru mengungkapkan sesuatu yang luar biasa, tetapi
nyata.
Tanggapan
balik Budi Asali:
Hmm,
saya turuti saya kegilaan anda. Kalau anda membaca surat kabar yang
mengatakan ‘mobil tercelup
di sungai Ciliwung’, apakah anda artikan terendam total,
atau terendam sebagian?
Saya tak tahu kedalaman sungai tersebut, tetapi mungkinkah merendam
total
sebuah mobil? Kalau bisa, bagaimana kalau beritanya berbunyi ‘bis
tercelup
di sungai Ciliwung’? Kalau masih bisa terendam total,
bagaimana kalau ‘pesawat terbang tercelup
di sungai Ciliwung’?
Pada
waktu suatu kata mempunyai beberapa (lebih dari satu) arti, tentu
harus dipilih mana arti yang paling benar. Kata ‘heart’ artinya
bisa ‘jantung’, bisa ‘hati’. Kalau ‘broken heart’, tentu
diartikan ‘patah hati’,
tetapi kalau ‘heart attack’ tentu harus diartikan ‘serangan
jantung’!
Apakah ini dianggap sebagai ‘mendefinisikan ulang’ kata ‘heart’??
Bagi
orang-orang Yunani yang membaca Perjanjian Baru di abad pertama, arti
baptizo tidak
diragukan lagi, yaitu “mencelup, menyelamkan, membenamkan.”
Tanggapan
balik Budi Asali:
Nonsense,
karena kalau demikian Mark 7:4 dan Luk 11:38 itu tak bakal ada dalam
Alkitab. Juga dua ayat lain yang saya gunakan, karena dalam ke 4 ayat
tersebut BAPTIZO tidak berarti ‘merendam’.
Tak
perlu orang-orang Yunani, semua orang dalam kekaisaran Romawi bisa
bahasa Yunani. Para penulis Perjanjian Baru adalah orang-orang Yahudi
(kecuali Lukas), tetapi mereka menulis dalam bahasa Yunani! Dan
mereka tahu bahwa BAPTIZO tidak hanya berarti ‘celup / rendam’
karena kalau tidak, mereka tak akan menggunakan kata itu dalam
ayat-ayat seperti Mark 7:4, Luk 11:38, 1Kor 10:2, Ibr 9:10.
Saya
bisa mengutip banyak sekali otoritas bahasa tentang hal ini, tetapi
kesaksian Calvin, Luther, dan Beza, yang adalah kaum pemercik!,
cukuplah. Kita tidak perlu tidak percaya bahwa orang-orang Yahudi
yang superstitious,
dan sangat terikat oleh berbagai kebiasaan dan adat, merendam kline
(meja/usungan) mereka. Apakah kita
perlu mencari definisi lain dari kata “telan,” karena sulit
dipercaya bahwa ikan menelan Yunus? Ataukah kita percaya kata
Alkitab?
Tanggapan
balik Budi Asali:
Kalau
setiap orang yang anda kutip, bobot dari kutipannya 1 kg, anda boleh
cari berapa orangpun bobotnya tak akan terlalu besar. Tetapi saya
menggunakan ayat-ayat Alkitab, dan itu masing-masing bobotnya 100
ton!
Yang
jelas dalam mem‘baptis’ tangan, saya sudah memberikan dasar yang
kelewat jelas bagi orang-orang yang tidak tegar tengkuk, bahwa itu
artinya bukan merendam!
Hmm,
‘menelan Yunus?’. Bagaimana kalau kalimatnya begini, “Karena
terbukti kalah dalam argumentasi, Steven Liauw harus menelan
kembali kata-kata yang telah ia ucapkan”??? Apakah artinya anda
betul-betul menelan
tulisan anda bersama kertas dimana anda menuliskan argumentasi itu???
O maaf, saya mendefinsikan ulang kata ‘menelan’!
2.
Lukas 11:38 “Orang Farisi itu melihat hal itu dan ia heran, karena
Yesus tidak mencuci tangan-Nya sebelum makan.” Komentar Budi Asali:
“Orang mencuci tangan tidak harus merendam tangannya dalam air,
tetapi bisa dengan mencurahkan air pada tangan. Jadi jelas bahwa
‘baptis’ di sini tidak harus berarti ‘celup / selam'.” Dalam
argumentasinya, Budi Asali malah menjadikan kata “mencuci”
dalam bahasa Indonesia sebagai standar untuk menentukan arti baptizo.
Ini jelas salah, dan adalah logika
yang terbalik. “Mencuci” dalam
bahasa Indonesia memang tidak harus celup, tetapi baptizo
haruslah mengandung makna itu.
Sekali lagi, kutipan Beza pantas diulang: “. . . Dan
baptizein
tidak
berarti mencuci, kecuali sebagai konsekuensi [dari penyelaman]:
karena benarnya dia berarti menyelamkan”
Tanggapan
balik Budi Asali:
Ini
sama dengan Mark 7:4, dan sudah saya jelaskan di atas. Itu cukup bagi
orang yang tidak tegar tengkuk. Saya tak peduli Beza ngomong apa,
kalau kata-katanya tak sesuai dengan Alkitab!
3.
1 Korintus 10:2 “mereka semua telah dibaptis dalam awan dan dalam
laut.”
Justru
lebih tidak mungkin lagi diartikan “mereka dipercik dalam awan dan
dalam laut” atau “mereka dituang
dalam awan dan dalam laut.” Kita mengerti kata baptizo
di sini dalam pengertian
figuratifnya. Ini sering juga dipakai dalam Yunani klasik. Orang
dikatakan terbaptis dalam
hutang. Atau terbaptis dalam
kesedihan. Ini pemakaian figuratif, tetapi tetap terjangkar kepada
arti literalnya: penyelaman/pencelupan. Jadi artinya: orang itu
terbenam / terliputi oleh hutang, kesedihan, dll. Orang Israel ketika
melewati laut Merah dikatakan “dibaptis dalam awan dan dalam laut.”
Ini cocok sekali dimengerti: mereka terliputi
dalam awan dan dalam laut! Membaca Firman Tuhan harus hati-hati!
Tidak dikatakan mereka dibaptis dalam air
laut, tetapi dalam laut saja! Mereka
melalui tanah kering waktu itu, tidak ada airnya, tetapi tetap
melalui lautnya! Di kiri dan kanan mereka ada air laut Merah, di atas
kepala mereka ada awan, suatu gambaran yang sangat jelas bahwa mereka
“terliputi dalam awan dan dalam laut!” Sekali lagi kita lihat
bahwa pemakaian Alkitab cocok dengan pemakaian seluruh karya Yunani
klasik, bahwa baptizo artinya
“celup/selam/benam.”
Tanggapan
balik Budi Asali:
Siapa
yang mengartikan mereka ‘dipercik’? Penekanan saya hanya bahwa
BAPTIZO tidak harus selam! Saya tidak pernah mengatakan artinya
menjadi ‘percik’!
Hmmm,
sekarang anda sendiri mengganti arti dari BAPTIZO menjadi
‘terliputi’! Lucu sekali! Anda ‘mendefinisikan ulang’ kata
itu?????
Dari
tadi anda gunakan ‘celup, rendam’! Kalau seseorang dicelup /
direndam di dalam air, bisakah ia sama sekali tidak tersentuh oleh
air itu? Mustahil bukan? Definisi ‘celup’ (dalam air) ya orangnya
harus basah kuyup! Tetapi bangsa Israel dalam 1Kor 10:2 ini sama
sekali tidak tersentuh baik oleh air maupun oleh laut!
Kalau
anda katakan membaca Firman Tuhan harus hati-hati, karena tak
dikatakan ‘air laut’, tetapi hanya ‘laut’, maka saya juga
bisa katakan, bahwa tak dikatakan ‘dasar laut’, tetapi hanya
‘laut’!
Anda
selalu ribut soal definisi, arti kata dan sebagainya. Sekarang telan
kembali itu, Steven! Mana ada ‘direndam’ tetapi ‘tak
tersentuh’?
Awan
di
atas
mereka? Anda mengubah Alkitab, Steven!
Kel
14:19-20 - “(19)
Kemudian bergeraklah Malaikat Allah, yang tadinya berjalan di depan
tentara Israel, lalu berjalan di belakang mereka; dan tiang
awan itu bergerak dari
depan mereka, lalu berdiri
di belakang mereka. (20)
Demikianlah tiang itu berdiri
di antara tentara orang Mesir dan tentara orang Israel;
dan oleh karena awan itu menimbulkan kegelapan, maka malam itu lewat,
sehingga yang satu tidak dapat
mendekati yang lain,
semalam-malaman itu”.
Ayatnya
mengatakan ‘dalam awan DAN dalam laut’. Awan di depan lalu pindah
ke belakang mereka, jadi tak menyentuh, apalagi merendam mereka! Laut
juga tak menyentuh, apalagi merendam mereka. Dasar laut menyentuh
mereka, tetapi jelas tak merendam mereka!
Saya
kutip ulang kata-kata Barnes.
Barnes’
Notes:
“This
passage is a very important one to prove that the word baptism does
not necessarily mean entire immersion in water. It is perfectly clear
that neither the cloud nor the waters touched them”
(=
Text ini adalah text yang sangat penting untuk membuktikan bahwa kata
‘baptisan’ tidak harus berarti penyelaman seluruhnya di dalam
air. Adalah sangat jelas bahwa baik awan maupun air tidak menyentuh
mereka).
4.
Ibr. 9:10 “karena semuanya itu, di samping makanan minuman dan
pelbagai macam pembasuhan. . “
Saya
sungguh tidak melihat bagaimana ayat ini bertentangan dengan
kesaksian yang hampir universal bahwa baptizo
berarti suatu penyelaman, atau
“pembasuhan berdasarkan penyelaman.” Tidak ada di ayat ini yang
mengharuskan arti lain. Budi Asali berkata, “pasti Ibr 9:10 ini
menunjuk pada ‘pemercikan’ dalam Ibr 9:13,19,21.” Padahal tidak
ada yang PASTI dalam penarikan kesimpulannya itu. Malah sudah jelas,
berdasarkan arti dari baptizo,
bahwa Ibrani 9:10 PASTI tidak merujuk kepada rantizo
di 9:13, 19, dan 21. 1) Kata Yunani
yang dipakai berbeda. 2) Tidak ada lexicon yang memberikan “to
sprinkle” sebagai arti dari baptizo.
3) Tidak pernah ada satu pun pemakaian baptizo
dalam karya Yunani sekuler yang
berarti “memercik.” 4) Ada banyak pembasuhan dalam Hukum Taurat
yang tidak ada kaitannya dengan “pemercikan” darah, misalnya:
“Kemudian haruslah imam mencuci pakaiannya dan membasuh tubuhnya
dengan air, sesudah itu masuk ke tempat perkemahan, dan imam itu
najis sampai matahari terbenam.” (Bil. 19:7) Sehingga heran sekali,
berdasarkan logika apakah bahwa baptismois
di ayat 10 “pasti” mengacu
kepada rantizo di
ayat 13, 19, dan 21, padahal arti kedua kata ini sama sekali berbeda?
Tanggapan
balik Budi Asali:
Cara
argumentasi seperti ini sebetulnya sudah sama dengan memfitnah,
karena saya tak pernah mengatakan bahwa BAPTIZO artinya adalah ‘to
sprinkle’ (= memercik)!!! Dimana saya katakan itu???
Anda
tidak melihat, karena anda tak peduli dengan kontextnya. Anda hanya
terpancang dengan kata BAPTIZO yang anda anggap hanya punya satu arti
yaitu ‘menyelam / merendam’. Sekarang mari kita perhatikan
kontextnya.
Ibr
9:8-15 - “(8) Dengan ini Roh Kudus menyatakan, bahwa jalan ke
tempat yang kudus itu belum terbuka, selama kemah yang pertama itu
masih ada. (9) Itu adalah kiasan masa sekarang. Sesuai dengan itu
dipersembahkan korban dan persembahan yang tidak dapat menyempurnakan
mereka yang mempersembahkannya menurut hati nurani mereka, (10)
karena semuanya itu, di samping makanan minuman dan pelbagai macam
pembasuhan
(Yunani: BAPTISMOIS),
hanyalah peraturan-peraturan untuk hidup insani, yang hanya
berlaku sampai tibanya waktu pembaharuan.
(11) Tetapi Kristus telah datang sebagai Imam Besar untuk hal-hal
yang baik yang akan datang: Ia telah melintasi kemah yang lebih besar
dan yang lebih sempurna, yang bukan dibuat oleh tangan manusia,
--artinya yang tidak termasuk ciptaan ini, -- (12) dan Ia telah masuk
satu kali untuk selama-lamanya ke dalam tempat yang kudus bukan
dengan membawa darah domba jantan dan darah anak lembu, tetapi dengan
membawa darah-Nya sendiri. Dan dengan itu Ia telah mendapat kelepasan
yang kekal. (13) Sebab, jika
darah domba jantan dan darah lembu jantan dan percikan abu lembu muda
menguduskan mereka yang najis,
sehingga mereka disucikan secara lahiriah, (14) betapa lebihnya darah
Kristus, yang oleh Roh yang kekal telah mempersembahkan diri-Nya
sendiri kepada Allah sebagai persembahan yang tak bercacat, akan
menyucikan hati nurani kita dari perbuatan-perbuatan yang sia-sia,
supaya kita dapat beribadah kepada Allah yang hidup. (15) Karena itu
Ia adalah Pengantara dari suatu perjanjian yang baru, supaya mereka
yang telah terpanggil dapat menerima bagian kekal yang dijanjikan,
sebab Ia telah mati untuk menebus pelanggaran-pelanggara yang telah
dilakukan selama perjanjian yang pertama”.
Ay
10nya berbicara tentang ‘pelbagai macam pembasuhan (baptisan)’,
yang jelas menunjuk pada suatu penyucian. Dan itu dikatakan hanya
berlaku sampai tiba masa pembaharuan (ay 10). Masa pembaharuan itu
pasti menunjuk kepada kedatangan dan pengorbanan Kristus, yang
dibicarakan dalam ay 11-12. Dan dalam ay 12 sudah dikontraskan antara
darah domba dengan darah Kristus. Lalu ay 13 kembali membicarakan apa
yang tadi dibicarakan dalam ay 10, dan ay 13 mengatakan ‘tentang
darah domba jantan dan darah lembu jantan dan percikan abu lembu muda
menguduskan mereka yang najis’. Ini bicara tentang pemercikan yang
menyucikan. Jadi, bagaimana ini bisa tidak menunjuk pada apa yang
tadi dikatakan dalam ay 10??
Sekali
lagi, saya tidak mengatakan bahwa BAPTIZO artinya
memercik. Tetapi kata BAPTISMOIS dalam ay 10 jelas menunjuk
pada pemercikan yang
dibicarakan dalam ay 13. Point saya hanya satu: BAPTIZO tidak harus
berarti ‘menyelam / merendam’.
Bahwa anda mengharuskan BAPTIZO berarti
merendam memberikan anda beban lebih besar dari pada saya. Saya hanya
butuh satu ayat yang menunjukkan bahwa BAPTIZO digunakan bukan dalam
arti merendam. Dan saya memberikan 4 ayat. Kalaupun ada 1 atau 2 atau
3 yang bisa anda gugurkan, tetap ada yang benar, yang memastikan
bahwa Alkitab tidak selalu menggunakan BAPTIZO dalam arti ‘menyelam
/ merendam’. Anda hanya
menang, kalau anda bisa membuktikan tanpa keraguan tentang ke 4 ayat
saya, bahwa semuanya berarti ‘merendam’.
Dan saya sangat tidak percaya bahwa anda berhasil melakukan itu! Jika
anda gagal dalam satu ayat saja, maka saya yang menang!
Argumentasi-argumentasi
lain bahwa bahwa baptisan tidak harus dilakukan dengan selam, tetapi
boleh dengan percik, adalah:
Para
pendukung pemercikan berkata bahwa baptizo
tidak harus berarti menyelamkan,
tetapi bisa juga arti-arti lain. Tetapi dengan argumentasi ini,
sebenarnya mereka telah membuat kata “baptizo” tidak memiliki
arti yang jelas. Jadi, menurut mereka apakah baptizo?
Menyelam sekaligus memercik, sekaligus menuang, sekaligus mencuci.
Jika ada gereja hari ini yang mulai melakukan “baptisan” dengan
cara mengelap badan yang bersangkutan, mungkin itu akan masuk juga ke
dalam arti baptizo!
Tidak ada paralelnya di bahasa mana pun di dunia, bahwa satu kata
berarti sekaligus “mencelupkan,” sekaligus “memercik,”
sekaligus “menuang.” Sungguh ini adalah kekonyolan.
a)
Ada banyak kasus dimana rasanya tidak mungkin dilakukan baptisan
selam.
Jangan
pakai rasa! Tidak ada kasus dalam Kitab Suci yang mustahil
Tanggapan
balik Budi Asali:
Tidak
ada yang mustahil? Ya, jadi non selam juga tidak mustahil, bukan?
Anda
sendiri di atas pakai kata ‘rasa’, bung!
Hmm,
kata-kata anda sama seperti yang digunakan Dji Ji Liong! Ia
mengatakan “Jangan pakai rasa-rasa, dong
Pak ?..........(bagaimana mungkin Bapak membangun doktrin/pengajaran
dengan perasaan?)”.
Saya
kutip saja jawaban saya kepada dia dalam hal ini.
Dlm
berargumentasi, kdg2 memang ada argumentasi yg tidak bisa dipastikan
100 %, tetapi 95 % atau 99 %, dan kalau aku menggunakan argumentasi
yg spt itu, aku
secara jujur menggunakan kata ‘rasanya’ atau kata yg sejenis dg
kata itu.
Kalau cuma yakin 99 % mengapa dipakai? Semua org berargumentasi dg
cara itu, nak! Dan dlm beragumentasi ttg ‘ketidak-harusan’
menggunakan baptisan selam, aku menggunakan beberapa / banyak
argumentasi yg aku yakin 99 % ini, shg beberapa dr argumentasi yg
meyakinkannya cuma 99 %, pd waktu digabungkan, menjadi mustahil utk
salah! Ngerti, nak? Kata2mu yg tahu2 lari kpd ‘perasaan’ cuma
membuktikan ketololanmu!
Dalam
Kitab Suci ada banyak contoh dimana baptisan tidak dilakukan di
sungai. Juga tidak diceritakan adanya kolam yang memungkinkan
baptisan selam (Kis 2:41 Kis 9:18 Kis 10:47- 48 Kis 16:33). Kis 16:33
adalah contoh yang paling kuat untuk menunjukkan bahwa baptisan tidak
dilakukan dengan penyelaman karena hal itu terjadi di dalam penjara!
Charles
Hodge, seorang ahli theologia Reformed dan pendukung baptisan percik,
berkata:
“In
Acts 2:41, three thousand persons are said to have been baptized at
Jerusalem apparently in one day at the season of Pentecost in June;
and in Acts 4:4, the same rite is necessarily implied in respect to
five thousand more. ... There is in summer no running stream in the
vicinity of Jerusalem, except the mere rill of Siloam of a few rods
in length; and the city is and was supplied with water from its
cistern and public reservoirs. From neither of these sources could a
supply have been well obtained for the immersion of eight thousand
persons. The same scarcity of water forbade the use of private baths
as a general custom” [=
Dalam Kis 2:41, dikatakan bahwa 3000 orang dibaptiskan di Yerusalem,
dan itu jelas terjadi dalam satu hari pada musim Pentakosta di bulan
Juni; dan dalam Kis 4:4, secara tidak langsung bisa dipastikan bahwa
upacara yang sama dilakukan terhadap 5000 orang lebih. ... Pada musim
panas, tidak ada sungai mengalir di Yerusalem dan sekitarnya, kecuali
sungai kecil dari Siloam yang panjangnya beberapa rod (NB: 1 rod = 5
meter); dan kota itu, baik sekarang maupun dulu, disuplai dengan air
dari bak / tangki air dan waduk / kolam air milik / untuk umum. Tidak
ada dari sumber-sumber ini yang bisa menyuplai air untuk menyelam
8000 orang. Kelangkaan air yang sama melarang penggunaan bak mandi
pribadi sebagai suatu kebiasaan umum] -
‘Systematic Theology’,
vol III, hal 534.
Catatan:
Kis 4:4 seharusnya ‘menjadi 5000 orang’, bukan ‘bertambah
dengan 5000 orang’.
Charles
Hodge lalu menambahkan sebagai berikut: “The
baptismal fonts still found among the ruins of the most ancient Greek
churches in Palestine, as at Tekoa and Gophna, and going back
apparently to very early times, are not large enough to admit of
baptism of adult persons by immersion, and were obviously never
intended for that use” (=
Bak-bak untuk membaptis yang ditemukan di antara reruntuhan dari
gereja-gereja Yunani kuno di Palestina, seperti di Tekoa dan Gophna,
dan jelas berasal dari waktu yang sangat awal, tidak cukup besar
untuk baptisan orang dewasa dengan cara penyelaman, dan jelas tidak
pernah dimaksudkan untuk penggunaan seperti itu) -
‘Systematic Theology’,
vol III, hal 534.
Benarkah
pada hari Pentakosta tidak mungkin dilakukan “pencelupan” /
“penyelaman” kepada 3000 orang? Apakah Hodge atau Budi Asali ada
di sana? Bukankah baik Hodge maupun Asali tidak bisa 100% memastikan
bahwa tidak ada cara untuk “menyelamkan” orang di hari
Pentakosta? Jadi, bahwa tidak ada cukup air, semuanya hanyalah
spekulasi! Apakah kita perlu meragukan arti literal dari sebuah kata,
hanya karena kata itu dipakai dalam suatu situasi yang bagi pikiran
kita sulit? Pemakaian Yunani atas kata baptizo
sudah terdokumentasi dengan jelas,
dan semuanya mengacu kepada menyelamkan.
Satu-satunya alasan untuk mencari definisi lain untuk kata ini adalah
karena alasan doktrinal, yaitu untuk membenarkan pemercikan!
Tanggapan
balik Budi Asali:
Hari
Pentakosta itu bulan Juni, dan itu musim panas! Sehingga air yang
sudah jarang menjadi makin jarang. Itu yang Hodge maksudkan! Bukankah
dalam berargumentasi anda juga menggunakan logika? Dalam musim panas
di daerah seperti itu, bagaimana bisa ada air yang berlimpah-limpah?
Anda mengatakan saya dan Hodge tidak bisa yakin 100 % tentang
kepastian tak ada cukup air untuk menyelam orang dewasa. Sekarang
saya balik. Anda bisa yakin 100 % bahwa disana, pada masa / musim
panas seperti itu, ada air yang cukup untuk merendam orang dewasa?
Kalau ya, apa dasar keyakinannya? Asal yakin? O pasti karena anda
anggap kata BAPTIZO artinya hanya bisa satu, yaitu ‘merendam’.
Dari tadi argumentasi / senjata anda cuma satu itu saja. Kasihan deh
lu! Tetapi saya sudah hancurkan argumentasimu yang mengatakan bahwa
artinya harus ‘merendam’!
Tidak,
pengertian doktrinal tidak menyebabkan kami melakukan EISEGESIS!
Pengertian tentang keadaan disana pada musim panas, lalu jumlah orang
yang begitu banyak, orang Kristen sebagai orang-orang yang dimusuhi
oleh Yahudi maupun Romawi, dan khususnya arti yang BAPTIZO yang tidak
harus ‘merendam’!
Bukan
definisi lain, tetapi memang arti lain selain ‘merendam’ itu ada,
dan sudah saya buktikan di atas!
Kita
telah melihat sebelumnya bahwa baptisan percik baru mulai menjadi
trend sekitar abad ke- 13.
Tetapi kapankah tercatat tentang pemercikan/penuangan pertama? Dalam
tulisan-tulisan para “Bapa Gereja,” acuan kepada
pemercikan/penuangan muncul pertama di tulisan Cyprian
(pertengahan abad ke-3 M). Dalam surat Cyprian kepada Magnus, ia
berkata: “You have also inquired, dearest son, what I think
concerning those who, in sickness and debility, have laid hold on the
grace of God, whether they are to be regarded as Christians in
regular standing, seeing they have not been immersed in the
water of salvation,
but it has merely been poured upon them. So far as my poor ability
comprehends the matter, I consider that in the
sacraments which pertain to salvation,
when the case is one of strict necessity and God grants his
indulgence, divine simpler methods confer the whole benefit upon
believers. And it should not disturb any that the sick are only
sprinkled or poured upon, since the Holy Scriptures says [Here he
quotes Ezekiel xxxvi, 25: 'Then will I sprinkle clean water upon
you,' and certain passages in Numbers about the sprinkling of the
water of purification]. Whence it appears that the sprinkling of
water has equal efficacy with the full bath of salvation.” (Norman
Fox, “The Rise of the Use of Pouring and Sprinkling for Baptism”
The Baptist Review 4 (Oct-Dec 1882), hal. 486, reprinted by Vance
Publication, 2001)
Terjemahan:
“Kamu juga telah bertanya, anakku, apa yang saya pikir tentang
mereka yang, dalam kesakitan dan kelumpuhan, telah mendapat kasih
karunia Allah, apakah mereka dapat dianggap Kristen sebagaimana yang
lain, karena mereka tidak diselamkan ke dalam air
keselamatan,
tetapi hanyalah dituangkan ke atas mereka. Sejauh kemampuan saya yang
buruk dapat memahami masalah ini, saya menganggap bahwa dalam
sakramen
yang berhubungan dengan keselamatan,
ketika kasusnya adalah terpaksa dan Allah mengizinkan, metode ilahi
yang lebih sederhana memberikan benefit yang penuh kepada orang-orang
percaya.Dan janganlah orang sakit itu cemas karena hanya dipercik
atau dituangkan air, karena Kitab Suci berkata, [Di sini dia mengutip
Yehezkiel 36:25: 'Aku akan mencurahkan kepadamu air jernih,' dan
perikop tertentu dalam Bilangan tentang pemercikan air pentahiran].
Dari sana kelihatannya pemercikan air memiliki manfaat yang sama
dengan mandi keselamatan yang sepenuhnya.”
Ada
beberapa poin yang memimpin kepada kesimpulan yang kuat dalam kutipan
Cyprian ini:
1.
Mengingat
bahwa surat Cyprian ini ditulis sekitar tahun 250, jadi hanya 150
tahun terpisah dari Rasul terakhir, Yohanes, Cyprian kemungkinan
besar
kenal dengan orang-orang yang ayahnya pernah bertemu para Rasul dan
melihat para Rasul membaptis.
Tanggapan
balik Budi Asali:
Anda
mengatakan ‘Kita
telah melihat sebelumnya bahwa baptisan percik baru mulai menjadi
trend sekitar abad ke- 13’.
Itu sudah saya hancurkan!
‘Kemungkinan
besar’?? Jangan pakai ‘kemungkinan’ sekalipun ‘besar’,
Liauw! Hehehe, lucu sekali. Anda melarang saya pakai ‘rasa’
tetapi anda sendir pakai ‘rasa’, dan sekarang anda pakai
‘kemungkinan’! ‘Kemungkinan’, sekalipun besar, tetap adalah
‘kemungkinan’! Makan kata-katamu sendiri!
Kalau
‘kemungkinan’ anda benar, bukankah ini justru bisa menyebabkan
Cyprian, yang tahu kalau rasul-rasul (setidaknya ada yang pernah)
membaptis dengan percik, lalu ia mengijinkan percik?
2.
Bahwa
pada tahun 250 M, muncul pertanyaan, apakah sah seseorang dipercik,
mengindikasikan bahwa para Rasul tidak pernah memercik! Apalagi para
hari Pentakosta! Kalau para Rasul memercik pada hari Pentakosta,
pertanyaan yang dijawab oleh Cyprian ini tidak mungkin akan muncul!
Siapakah yang akan meragukan pemercikan jika para Rasul memang
memercik? Tidak ada!
Tanggapan
balik Budi Asali:
Penganalisaan
yang terlalu dangkal! Mengapa tidak mungkin orang itu bertanya?
Apakah tidak mungkin bahwa pada saat itu sudah ada pro kontra tentang
percik atau tuang atau selam, dan orang itu tidak mengerti tentang
yang mana yang benar, sehingga lalu bertanya kepada Cyprian? Dan
kalau dilihat dari kata-kata Schaff di bawah, maka terlihat dengan
jelas bahwa itu memang kasusnya!
3.
Cyprian
memang dalam surat ini menyetujui pemercikan (yang adalah kesalahan),
tetapi perhatikan bagaimana dia menjawabnya: a) dengan keraguan; dia
tidak pasti benar; dia menggunakan bahasa yang rendah hati: 'so far
as my poor ability comprehends'; b) dengan mengacu kepada Perjanjian
Lama, mengutip Yehezkiel dan Bilangan; c) Tidak
sama sekali mengutip Perjanjian Baru.
Jadi,
terlihat bahwa Cyprian sama sekali tidak menyangsikan bahwa dalam
Perjanjian Baru, baptisan adalah penyelaman.
Cyprian yang fasih Yunani memang tidak mungkin meragukan poin ini!
Tetapi sayang sekali, belum ada Hodge pada zaman Cyprian, untuk
mengingatkan Cyprian bahwa di Yerusalem tidak ada cukup air untuk
membaptis 3000 orang, sehingga mereka perlu dipercik! Kalau begitu,
Cyprian bisa lebih lega menjawab pertanyaan tersebut!
Tanggapan
balik Budi Asali:
Saya
tak tahu bagaimana anda menggunakan bahasa. Tetapi dari sudut saya,
itu sama sekali bukan keraguan, tetapi hanya menunjukkan kerendahan
hatinya. Dan bahwa Cyprian meragukan kata-katanya jelas merupakan
omong kosong, yang terlihat dari kata-kata Schaff di bawah ini.
Schaff:
“Baptism
by pouring water from a shell or vessel or from the hand on the head
of the candidate very early occurs also and was probably considered
equivalent to immersion. The Didache
allows pouring in
cases of scarcity of water. But afterwards this mode was applied only
to infirm or sick persons; hence called clinical baptism. The
validity of this baptism was even doubted by many in the third
century; and Cyprian
wrote in its defence,
taking the ground that the mode of application of water was a matter
of minor importance, provided that faith was present in the recipient
and ministrant.
According to ecclesiastical law clinical baptism at least
incapacitated for the clerical office”
(=) - ‘History
of the Christian Church’,
vol II, hal 249-250.
Saya
beri terjemahan bebas dan untuk yang penting saja:
Baptisan
dengan penuangan juga sudah terjadi pada masa yang sangat awal, dan
mungkin dianggap sama seperti penyelaman. Didache (ditulis abad ke 2)
mengijinkan penuangan dalam kasus jarang ada air. Tetapi belakangan
cara ini hanya digunakan untuk orang sakit. Keabsahan dari baptisan
tuang ini diragukan oleh banyak orang pada abad ke 3, dan Cyprian
menulis sebuah tulisan untuk membela baptisan tuang ini,
dan sebagai dasar ia mengatakan bahwa cara pemberian air adalah
persoalan remeh, asal iman ada dalam diri orang yang dibaptis maupun
yang membaptis.
Sekarang
saya tanya: Cyprian ragu-ragu
bahwa baptisan non selam itu boleh? Nonsense! Dia yakin
itu boleh, dan karena itu ia
menulis pembelaan terhadap baptisan tuang / percik / non selam.
Ia meremehkan cara
pemberian air dalam baptisan,
asal yang dibaptis dan yang membaptis beriman!
Kata-kata
yang anda kutip entah dari buku mana itu, sebetulnya merupakan
sebagian dari tulisan Cyprian tentang kontroversi ini.
Untuk
lebih meyakinkan lagi, kita pelajari saja bagaimana tulisan Cyprian
yang membela baptisan percik / tuang tersebut! Saya juga tak mengutip
seluruh surat tentang hal ini, tetapi hanya yang penting-penting
saja, tetapi kutipan saya lebih lengkap dari kutipan anda.
Cyprian:
“To
Magnus, on Baptizing the Novatians, and Those
Who Obtain Grace on
a Sick-Bed. ....
12. You have asked also,
dearest son, what I thought of those who obtain God’s grace in
sickness and weakness, whether they are to be accounted legitimate
Christians, for that they are not to be washed, but sprinkled, with
the saving water. In this point, my diffidence and modesty prejudges
none, so as to prevent
any from feeling what he thinks right, and from doing what he feels
to be right. As far as
my poor understanding conceives it, I think that the divine benefits
can in no respect be mutilated and weakened; nor can anything less
occur in that case, where, with full and entire faith both of the
giver and receiver, is accepted what is drawn from the divine gifts.
For in the sacrament of salvation the contagion of sins is not in
such wise washed away, as the filth of the skin and of the body is
washed away in the carnal and ordinary washing, as that there should
be need of saltpetre and other appliances also, and a bath and a
basin wherewith this vile body must be washed and purified. Otherwise
is the breast of the believer washed; otherwise is the mind of man
purified by the merit of faith. In the sacraments of salvation, when
necessity compels, and God bestows His mercy, the divine methods
confer the whole benefit on believers; nor ought it to trouble any
one that sick people seem to be sprinkled or affused, when they
obtain the Lord’s grace, when Holy
Scripture speaks by the mouth of the prophet Ezekiel, and says, ‘Then
will I sprinkle clean water upon you, and ye shall be clean: from alI
your filthiness and from all your idols will I cleanse you. And I
will give you a new heart, and a new spirit will I put within you.’
Also in Numbers: ‘And
the man that shall be unclean until the evening shall be purified on
the third day, and on the seventh day shall be clean: but if he shall
not be purified on the third day, on the seventh day he shall not be
clean. And that soul shall be cut off from Israel: because the water
of sprinkling hath not been sprinkled upon him.’
And again: ‘And the
Lord spake unto Moses saying, Take the Levites from among the
children of Israel, and cleanse them. And thus shalt thou do unto
them, to cleanse them: thou shall sprinkle them with the water of
purification.’ And
again: ‘The water of
sprinkling is a purification.’
Whence it appears that the
sprinkling also of water prevails equally with the washing of
salvation; and that when this is done in the Church, where the faith
both of receiver and giver is sound, all things hold and may be
consummated and perfected by the majesty of the Lord and by the truth
of faith. 13. But,
moreover, in respect of some calling those who have obtained the
peace of Christ by the saving water and by legitimate faith, not
Christians, but Clinics, I do not find whence they take up this name,
unless perhaps, having read more, and of a more recondite kind, they
have taken these Clinics from Hippocrates or Soranus. ... if
any one think that those have gained nothing by having only been
sprinkled with the saving water, but that they are still empty and
void, let them not be deceived, so as if they escape the evil of
their sickness, and get well, they should seek to be baptized.
... 15. But if any one is moved by this, that some of those who are
baptized in sickness are still tempted by unclean spirits, let him
know that the obstinate wickedness of the devil prevails even up to
the saving water, but that in baptism it loses all the poison of his
wickedness. An instance of this we see in the king Pharaoh, who,
having struggled long, and delayed in his perfidy, could resist and
prevail until he came to the water; but when he had come thither, he
was both conquered and destroyed. And
that that sea was a sacrament of baptism,
the blessed Apostle
Paul declares, saying, ‘Brethren, I would not have you ignorant how
that all our fathers were under the cloud, and all passed through the
sea, and were all baptized unto Moses in the cloud and in the sea;’
and he added, saying, ‘Now all these things were our examples.’
... 16. This, finally, in very fact also we experience, that those
who are baptized by urgent necessity in sickness,
and obtain grace, are free from the unclean spirit wherewith they
were previously moved, and live in the Church in praise and honour,
and day by day make more and more advance in the increase of heavenly
grace by the growth of their faith. And, on the other hand, some
of those who are baptized in health, if subsequently they begin to
sin, are shaken by the return of the unclean spirit, so that it is
manifest that the devil is driven out in baptism by the faith of the
believer, and returns if the faith afterwards shall fail.
... 17. I have replied, dearest son, to your letter, so far as my
poor ability prevailed; and I have shown, as far as I could, what I
think; prescribing to no one, so as to prevent any prelate from
determining what he thinks right, as he shall give an account of his
own doings to the Lord, according
to what the blessed Apostle Paul in his Epistle to the Romans writes
and says: ‘Every one of us shall give account for himself: let us
not therefore judge one another.’
I bid you, dearest son, ever heartily farewell”
(= ) - ‘Ante-Nicene
Father’, Epistle 75 (dari
PC Study Bible 5).
Kesimpulan
/ ringkasan dari kutipan-kutipan panjang yang saya beri tanpa
terjemahan itu:
Pada
jaman itu memang kebanyakan mempraktekkan baptisan selam, tetapi lalu
muncul problem, karena bagaimana membaptis orang sakit, yang bahkan
tak bisa bangun dari ranjangnya, dengan baptisan selam? Lalu orang
membaptis orang-orang sakit itu dengan percik / tuang. Tetapi muncul
orang-orang hyper-critical, yang mempermasalahkan, apakah itu sah
atau tidak! (Catatan:
orang-orang hyper-critical seperti ini banyak juga jaman sekarang,
termasuk orang-orang dari GBIA Graphe!) Dan Magnus, yang kelihatannya
adalah anak dari Cyprian, menanyakan itu kepada Cyprian. Dan Cyprian
lalu membuat tulisan ini, yang membela baptisan percik / tuang / non
selam ini!
Dan dalam bagian ‘Elucidation’ dari
tulisan Cyprian ini (no XX), dikatakan sebagai berikut: “St.
Cyprian seems to be the earliest apologist for sprinkling”
(= Santo Cyprian kelihatannya adalah apologist yang paling awal
tentang percik/ baptisan percik).
Tidak
mengutip Perjanjian Baru, heh? Pertama, mengutip Perjanjian Lama sama
sekali tak ada salahnya, dan menurut saya, ayat dalam Yehezkiel,
maupun Bilangan, memang tepat. Kedua ia memang mengutip Perjanjian
Baru, cuma
bagian itu tidak anda kutip
(dengan sengaja? untuk bohongi orang?). Atau penulis buku yang anda
kutip itu yang kurang ajar sehingga hanya mengutip sebagian saja?
Lihat bagian yang saya beri garis bawah ganda dan warnai merah, itu
beberapa kutipan dari Paulus [1Kor
10:1-6
(catatan: ini text yang saya pakai juga untuk mendukung baptisan
percik / tunga / non selam!!!); Roma
14:12-13]
dan juga bagian-bagian, yang biarpun bukan kutipan kata per kata,
tetapi jelas diambil dari kitab-kitab Injil (Mat
12:43-45)!
Itu dari Perjanjian Lama atau dari Perjanjian Baru???? Jadi,
bagaimana tentang kata-kata anda yang saya kutip ulang di sini “Tidak
sama sekali mengutip Perjanjian Baru.
Jadi,
terlihat bahwa Cyprian sama sekali tidak menyangsikan bahwa dalam
Perjanjian Baru, baptisan adalah penyelaman.
Cyprian yang fasih Yunani memang tidak mungkin meragukan poin
ini!”????
Telan itu kembali, Steven!! Mengutip sebagian, lalu menyimpulkan??
Hmmm, persis seperti yang sering dilakukan oleh Saksi-Saksi Yehuwa!
Bahkan
seandainya Cyprian tidak mengutip Perjanjian Baru, kata-kata anda tak
masuk akal. Cyprian, katakanlah membela baptisan percik hanya dengan
menggunakan Perjanjian Lama, tetapi seperti anda katakan, ia yakin
bahwa Perjanjian Baru memerintahkan baptisan selam. Bukankah lucu?
Jadi ia menabrakkan Perjanjian Lama dengan Perjanjian Baru? Anda
mencoba memamerkan logika anda, yang sebetulnya tidak ada!
Cyprian
lahir di Carthage, Tunisia, Afrika Utara, dan menjadi uskup di sana 2
tahun setelah baptisannya (yang terjadi pada tahun 245-246 M.) -
Schaff vol II, hal 843,845.
Jadi,
dari mana ia tahu apapun tentang Yerusalem, bahwa di sana kurang air
dsb? O, pasti dia pernah ikut tour ke Yerusalem naik pesawat! Hehehe.
Kalau dia naik unta, pasti dia sudah mati di tengah jalan jauh
sebelum mencapai Yerusalem! O ada kemungkinan lain. Mungkin ia dapat
penglihatan atau mimpi tentang Yerusalem! Karena Schaff mengatakan
(hal 843) bahwa ‘he
believed, like Tertullian and others, in visions and dreams’
(= ia percaya, seperti Tertullian dan yang lain-lain, pada
penglihatan dan mimpi)!
Hodge
hidup dalam jaman yang jauh lebih modern (abad 19), sehingga jauh
lebih memungkinkan baginya untuk betul-betul mengunjungi Israel, atau
belajar dengan benar tentang Israel dari orang-orang yang pernah
kesana, dari pada Cyprian yang hidup pada abad ke 3!
Jadi,
Hodge dibandingkan dengan Cyprian, saya tak ragu-ragu sedikitpun (tak
pakai ‘rasa’ di sini), Hodge pasti lebih bagus dan lebih sehat,
dalam pengertian ataupun kepercayaan!
Apalagi
dalam hal baptisan, mereka berdua ternyata sepakat, bahwa baptisan
percik / non selam memang diijinkan. Jadi, seandainya Hodge hidup
pada jaman itu, ia tak perlu memberitahu apapun kepada Cyprian
berkenaan dengan hal itu. Sebaliknya, mereka akan saling menguatkan,
dan mereka
mungkin sekali akan membicarakan betapa tololnya, dan tidak
Alkitabiahnya, orang-orang yang memutlakkan baptisan selam!
4.
Bahwa
Cyprian menganggap baptisan sebagai bagian dari keselamatan, sakramen
yang berhubungan dengan keselamatan. Ini adalah kesesatan. Tetapi ini
memperlihatkan bahwa asal muasal munculnya praktek pemercikan adalah
menyimpangnya makna baptisan. Ketika baptisan dianggap menyelamatkan,
maka bayi pun harus dibaptis. Orang sakit pun harus dibaptis. Dan
karena mereka tidak bisa dibaptis, maka dipercik pun jadilah!
Tanggapan
balik Budi Asali:
Hmmm,
mengapa bayi tak bisa diselam? Mengapa orang sakit tidak bisa
diselam? Kalau mereka punya keyakinan bahwa selam itu merupakan
keharusan mutlak, maka mereka tak akan mengubah hal itu! Bayi tak
akan mati karena diselam selama 1-2 detik, demikian juga dengan orang
tua atau orang sakit.
Musa
tak menyunat anak keduanya, mungkin karena kasihan karena anak
pertama menderita karena penyunatan. Tetapi kelalaian itu menyebabkan
Tuhan hampir membunuh dia (Kel 4). Apakah ia, atau istrinya, lalu
mengubah keharusan
mutlak
‘memotong kulit khatan’ menjadi ‘menggunting kuku’nya?
Apalagi
kalau itu dianggap menyelamatkan, maka pasti tak akan ada yang berani
mengganti!
Bukankah
aneh, kalau Cyprian, yang percaya bahwa baptisan itu menyelamatkan,
tetap mengubah baptisan dari selam menjadi percik, kecuali ia
diyakinkan oleh Alkitab, bahwa hal itu memang diijinkan?
Juga,
bisakah anda beri bukti dari buku sejarah yang cukup berotoritas
bahwa ajaran sesat itu yang menyebabkan munculnya baptisan percik?
Anda cuma ngomong tanpa bukti! Saya, sebaliknya, melalui kutipan dari
tulisan Cyprian itu, dengan pasti bisa mengatakan, bahwa problem
mula-mula adalah bagaimana membaptis orang sakit, yang sudah percaya
tetapi belum dibaptis, dengan baptisan selam?
Memang Cyprian percaya hal yang sesat, bahwa baptisan menyelamatkan.
Tetapi kalau kita sekarang ini punya kepercayaan yang benar, yaitu
hanya iman yang menyelamatkan, apakah kita tidak membaptis orang
sekarat, yang sudah percaya, tetapi belum dibaptis???? Bukan untuk
menyelamatkan dia, karena dia sudah selamat. Tetapi sebagai ketaatan
terhadap perintah Tuhan. Lalu bagaimana anda membaptis orang sekarat
itu? Tetap dengan selam?
Saya
ingin tambahi satu kutipan dari buku sejarah Schaff.
Schaff:
“Prof. Norman Fox and
other Baptist writers, think that ‘neither infant baptism nor the
use of pouring and sprinkling for baptism would ever have been
thought of but for the superstitious idea that baptism was necessary
to salvation.’ But
this idea prevailed among the fathers and in the Greek church fully
as much as in the Roman, while it is rejected in most Protestant
churches where sprinkling is practiced”
[= Prof. Norman Fox and penulis-penulis Baptis yang lain, berpikir /
menganggap bahwa ‘baptisan bayi ataupun penggunaan penuangan dan
pemercikan untuk baptisan tidak akan pernah dipikirkan kecuali karena
gagasan / kepercayaan yang bersifat takhyul bahwa baptisan adalah
perlu untuk keselamatan’. Tetapi
gagasan / kepercayaan ini berlaku di antara bapa-bapa (gereja) dan
dalam Gereja Yunani sepenuhnya sama banyaknya seperti dalam gereja
Roma, sedangkan itu ditolak dalam kebanyakan gereja-gereja Protestan
dimana pemercikan dipraktekkan]
- ‘History
of the Christian Church’,
vol II, hal 250-251 (footnote).
Tadi
di atas anda mengatakan gereja-gereja Yunani mempraktekkan selam,
tetapi mereka percaya baptisan perlu untuk keselamatan. Juga di
Gereja Roma Katolik, menurut anda selam dipraktekkan sampai tahun
1300, padahal mereka juga percaya baptisan perlu untuk keselamatan.
Sebaliknya, dalam gereja-gereja Protestan, pandangan itu ditolak
tetapi orang Protestan (kecuali yang ‘exentrik’) pada umumnya
mempraktekkan pemercikan!
Jadi,
tuduhan anda ngawur total, bukan? Itu bukan saja tuduhan yang ngawur,
tetapi juga fitnahan. Tak heran, kalian bapa dan anak memang punya
nature yang suka memfitnah, dan dengan demikian kalian pasti jadi
alat favorit dari setan!
Mengenai
pernyataan Hodge bahwa ditemukan bak baptisan yang tidak bisa dipakai
untuk pencelupan, ini saya ragukan, karena Hodge tidak menyertakan
gambarnya (atau ada?): 1) entah
memang itu bukan bak baptisan; 2) atau
sebenarnya memang cukup untuk mencelupkan.
Dalam gerejagereja Baptis, tidak jarang baptisan dilakukan
menggunakan kolam mainan anak-anak, yang airnya selutut orang dewasa.
Si petobat duduk di kolam mainan itu, lalu dia dibaringkan.
Sebaliknya, saya punya buku berjudul Archaeology of Baptism (382
halaman), yang mendokumentasikan bukti-bukti Arkeologi tentang
baptisan, termasuk foto-foto bak-bak baptisan ataupun lukisan konsep
baptisan! Dari hasil penelitian Arkeologi, tidak dapat diragukan
bahwa gerejagereja mula-mula mempraktekkan baptisan, bukan
pemercikan!Apalagi menyinggung gereja-gereja Yunani! Gereja-gereja
Yunani hingga hari ini murni mempraktekkan penyelaman, dan mereka
tidak mau menerima pemercikan sebagai baptisan! Ini karena
mereka
mengerti bahasa mereka sendiri.
Tanggapan
balik Budi Asali:
Hodge
menulis Systematic Theology dan buku tafsiran, bukan komik bergambar!
Anda
mengatakan ‘entah’ tetapi lalu mengatakan ‘atau sebenarnya
memang cukup untuk mencelupkan’. Hehehe. ‘Entah’ berarti tak
tahu, tetapi menebak-nebak!
Kalau
Hodge katakan ‘tidak cukup’, saya yakin ahli theologia ini tidak
begitu bodoh / gila, sehingga mengatakan ‘tidak cukup’ padahal
maksud sebenarnya ‘cukup’! Anda sendiri sekarang mendefinisikan
ulang suatu kata sehingga berlawanan dengan arti sebenarnya! Kalau
‘tidak cukup’ bisa berarti ‘cukup’, lalu mesti menjelaskan
bagaimana untuk betul-betul menyatakan ‘tidak cukup’? Harus
berkata ‘tiiiiiiiidaaaaaak cukup’???? Atau, haruskah ia berkata
‘tidak cukup, ya artinya tidak cukup, goblog!’. Lucunya, anda
salahkan saya mengartikan kata BAPTIZO, sebagai ‘mencuci’,
padahal ada kamus yang memang mengatakan demikian! Yang mana yang
gila?
Persetan
dengan praktek gereja Baptis. Pasti tak sama dengan apa yang Hodge
katakan.
Foto-foto
itu dari tahun berapa dan dimana? Tanpa penjelasan! Mungkin dari abad
ke 20? Dan di Jakarta, di gereja yang namanya GRAPHE????
Lukisan?
Hmmm, seperti Leonardo Da Vinci dalam melukis secara tolol Perjamuan
Kudus yang Yesus lakukan dengan murid-muridNya?
Hasil
penelitian arkeologi yang mana?
O
ya? Gereja Yunani yang mana? Anda pernah ke sana dan meneliti setiap
gereja yang ada?
Anda
percaya foto, lukisan, gereja Yunani, omongan orang, dsb, tetapi saya
percaya Alkitab, yang sudah saya buktikan di atas.
Mengenai
kasus pembaptisan keluarga
Kornelius, sama sekali tidak ada kesulitan. Mengingat bahwa arti
umum dan literal dari baptizo
adalah
menyelamkan, para pendukung pemercikan haruslah mampu membuktikan
bahwa penyelaman tidak bisa dilakukan. Ini tidak dapat mereka
lakukan. Apalagi dalam kasus kepala penjara Filipi, Alkitab tidak
mengatakan bahwa baptisan terjadi dalam penjara! (Apakah Budi Asali
menambahi Alkitab di sini?) Malahan konteks memberitahu kita bahwa
Paulus tidak lagi dalam penjara, tetapi sudah diberi keleluasaan oleh
kepala penjara. Sekali lagi, pendukung pemercikan harus bisa
membuktikan bahwa 100% tidak bisa dilakukan penyelaman, barulah
mereka bisa memakai perikop ini. Jelas mereka tidak bisa membuktikan
hal tersebut. Kaum Baptis hanya perlu memberikan satu alternatif yang
mungkin: misalnya, bisa saja mereka turun ke sungai kecil di dekat
rumah kepala penjara, bisa saja ada bak di dalam penjara, bisa saja
ada bak di rumah kepala penjara, dll. Dengan adanya satu saja
alternatif yang MUNGKIN terjadi, sudah gugur argumen para pemercik di
sini.
Tanggapan
balik Budi Asali:
O
sekarang anda katakan arti umum! Apa maksudnya? Jadi ada arti khusus?
Saya tak perlu membuktikan bahwa dalam kasus Kornelius tidak mungkin
dilakukan penyelaman. Saya membuktikan melalui penggunaan Alkitab
terhadap kata Yunani BAPTIZO, yang sudah saya lakukan di atas.
Dalam
baptisan di penjara, lagi-lagi anda memberikan jawaban yang kurang
lebih sama dengan Dji Ji Liong. Saya jadi ragu-ragu apakah Dji Ji
Liong itu memang ada dan memang memberikan sanggahan itu, atau anda
yang jadi Dji Ji Liong???
Saya
kutip saja jawaban saya kepada Dji Ji Liong.
Kis
16:29-34 - “(29) Kepala
penjara itu menyuruh membawa suluh, lalu berlari masuk dan dengan
gemetar tersungkurlah ia di depan Paulus dan Silas. (30) Ia
mengantar mereka ke luar, sambil
berkata: "Tuan-tuan, apakah yang harus aku perbuat, supaya aku
selamat?" (31) Jawab mereka: "Percayalah kepada Tuhan Yesus
Kristus dan engkau akan selamat, engkau
dan seisi rumahmu."
(32) Lalu mereka memberitakan firman Tuhan kepadanya dan
kepada semua orang yang
ada di rumahnya. (33)
Pada jam itu juga kepala penjara itu membawa mereka dan membasuh
bilur mereka. Seketika itu juga ia dan keluarganya memberi diri
dibaptis. (34) Lalu ia
membawa mereka ke rumahnya
dan menghidangkan makanan kepada mereka. Dan ia sangat bergembira,
bahwa ia dan seisi rumahnya telah menjadi percaya kepada Allah”.
Saya
kutip buku saya sendiri ttg Kisah Rasul:
“Baptisan
dilakukan di dalam penjara. Memang ay 30 mengatakan mereka
‘keluar’, tetapi
mereka baru betul-betul keluar dari penjara dalam ay 34,
sehingga kata ‘keluar’ dalam ay 30 mungkin sekedar berarti
bahwa mereka
pergi dari penjara bagian dalam (bdk. ay 24), ke penjara bagian
luar dimana lebih banyak cahaya dan udara segar.
Karena penjara tidak mempunyai kolam, di sini hampir pasti tidak
digunakan baptisan selam. Dari sini terlihat dengan jelas bahwa
baptisan selam bukanlah satu-satunya cara membaptis yang benar!”.
Sekarang
saya bahas kata2mu lagi. Coba perhatikan text di atas pd bagian yg
saya cetak miring. Ay 31 itu tentu tak bisa diartikan bahwa kalau
kepala penjara percaya maka ia selamat dan seisi rumahnya juga
selamat. Juga tak bisa diartikan bahwa kalau ia percaya dan selamat,
maka seisi rumahnya dijanjikan utk juga percaya dan selamat. Tetapi
maksudnya ia hrs percaya maka ia selamat, seisi rumahnya juga harus
percaya maka mereka juga selamat. Krn itu ia tak mau hanya ia yg
mendengar injil, tetapi ia mengajak seisi rumahnya utk juga ikut
mendengar injil dr Paulus.
Sekarang
ay 32, nak! Kamu katakan ini sudah ada di rumah kepala penjara? Dasar
goblok! Kata2 ‘yg
ada di rumahnya’
tidak menunjuk pd tempat dimana mrk berada, tetapi menjelaskan kata
‘semua
orang’ (jadi,
maksudnya ‘seluruh keluarganya’).
Bible
Knowledge Commentary:
“The
words ‘and your household’ mean those members of his house”.
Catatan:
yang tulis buku tafsiran ini adalah John Walvoord! Embahnya
dispensationalist modern!
Jadi,
pemberitaan injil dilakukan masih di dlm penjara. Lalu mrk dibaptis,
juga masih di dlm penjara. Setelah semua selesai, maka dlm ay 34
mereka keluar dari penjara dan pergi ke rumah kepala penjara, dan
makan disana.
Tafsiranmu,
nak, yg bilang dlm ay 33, mrk pergi ke kolam atau sungai, lalu
kembali ke rumah kepala penjara, kamu dpt dr ayat mana? Alkitab
mbahmu ada ayat spt itu??? Alangkah alkitabiahnya, betul2 cocok dg
nama ‘alkitabiah’ dr GBIA!!
Justru
terbalik. Anda yang harus membuktikan bahwa memang dilakukan baptisan
selam dalam setiap peristiwa! Seperti sudah saya katakan, sekarang
saya ulang lagi. Beberapa contoh yang ‘rasanya’ tidak mungkin (99
% tidak mungkin) dilakukan selam, pada waktu semua itu digabungkan,
secara praktis membuat pasti bahwa ada yang bukan selam. Dan satu
contoh sudah lebih dari cukup.
Sekarang
mari kita melihat baptisan sida-sida dalam Kis 8:26-40. Apakah ini
adalah baptisan selam? Ada 2 hal yang perlu diperhatikan dari bagian
ini:
1.
Kis 8:36 - ‘ada air’.
Yunani:
TI HUDOR [a certain water / some
water (= air tertentu / sedikit
air)]. Jadi ini menunjuk pada sedikit air, sehingga tidak
memungkinkan baptisan selam.
Charles
Hodge: “He was travelling
through a desert part of the country towards Gaza, when Philip joined
him, ‘And as they went on their way they came unto a certain water
(EPI TI HUDOR, to some water)’.There is no known stream in that
region of sufficient depth to allow of the immersion of a man” [=
Ia sedang bepergian melalui bagian padang pasir dari negara itu
menuju Gaza, ketika Filipus bergabung dengannya, ‘Dan ketika mereka
melanjutkan perjalanan mereka mereka sampai pada air tertentu (EPI TI
HUDOR, kepada sedikit air)’. Di daerah itu tidak diketahui adanya
sungai dengan kedalaman yang cukup untuk memungkinkan penyelaman
seorang manusia] - ‘Systematic
Theology’, vol III, hal 535.
Wow,
benarkah Hodge bisa memastikan bahwa tidak ada air dekat situ yang
dapat dipakai sebagai tempat baptisan? Apakah Hodge pernah mensurvei
setiap jengkal tanah antara Palestina dan Etiopia? Kalau pun pernah,
pastilah sia-sia! Karena selama ribuan tahun antara kisah Filipus dan
Hodge, topografi sungai bisa jadi sudah berubah total! Dalam lebih
dari 1000 tahun, sungai besar pun sudah bisa hilang. Ini argumen yang
sungguh tidak berbobot. Sebaliknya, penggunaan
kata baptizo dalam
masyarakat Yunani sebagai “menyelamkan,” seharusnya membuat kita
percaya
kata-kata Alkitab. Lagipula, kalau memang sida-sida dipercik, kenapa
perlu ambil air dari sungai kecil yang kotor? Padahal beberapa tetes
dari persediaan air minum bersih saja sudah mencukupi!
Tanggapan
balik Budi Asali:
Hmmm,
mengapa kata-kata saya tentang TI HUDOR (sedikit air) tidak
ditanggapi? Ini Firman Tuhan! Dan anda abaikan begitu saja? Saya
lihat anda tak punya senjata lain apapun selain mengatakan bahwa
BAPTIZO harus berarti menyelam / merendam. Arti itu sudah tidak
mungkin digunakan di sini pada waktu hanya ada sedikit air.
Kata-kata
Hodge, saya tak tahu ia dasarkan pada apa, tetapi kalau ia
mengatakan, pasti ia tidak sembarangan. Dan kata-katanya sesuai
dengan kata-kata TI HUDOR itu! Jadi, persetan dengan topography yang
berubah dsb, yang
anda sendiri juga tak bisa pastikan!
Topography padang pasir tak akan berubah banyak, kecuali ada banjir
Nuh di antara jaman itu dan jamannya Hodge!
Dan
bagaimana anda tahu kalau Hodge mengetahui daerah itu pada jaman
sekarang, dan bukannya pada jaman dulu? Ia bisa membaca banyak
buku-buku berkenaan dengan hal itu, yang ditulis oleh orang-orang
pada jaman itu, sehingga topographynya adalah dari jaman itu!
Hehehe,
lagi-lagi argumentasi yang sama dengan Dji Ji Liong! Air minum? Siapa
yang bilang dia bawa? Dia bisa bawa semangka, air jeruk, buah-buahan
yang banyak airnya dan sebagainya, tetapi tak bisa gunakan air
semangka dsb untuk membaptis bukan? Kalaupun dia bawa air minum, itu
sangat dia butuhkan, dan bisa saja ia tahu di dekat sana ada sedikit
air yang cukup untuk membaptis, sehingga untuk apa mengorbankan air
minumnya?
Air
sungai yang kotor? Siapa yang bicara tentang air sungai yang kotor?
Tahu dari mana kalau itu sungai dan kotor? Baik Alkitab maupun saya
atau Hodge tak pernah katakan itu. Anda sendiri berkhayal untuk
bohongi orang? Kita tak tahu air yang sedikit itu berupa apa, jadi
tak usah berspekulasi. Yang jelas ada sedikit air. Dan andaikatapun
kotor, tetap lebih baik pakai air itu dari pada mengorbankan air
minum yang sangat penting di padang pasir (itu kalau dia tak bawa
semangka dsb!).
2.
Kis 8:38-39 berkata ‘turun
ke dalam air ... keluar dari air’.
Apakah
ini menunjuk pada baptisan selam? Seperti pada baptisan Yesus,
istilah ini bisa diartikan 2 macam, yaitu:
a.
Sida-sida itu betul-betul terendam total, lalu keluar dari air.
b.
Sida-sida itu turun ke dalam air yang hanya sampai pada lutut atau
mata kakinya, lalu keluar dari air.
Bagaimana
dengan alternatif ketiga: Sida-sida turun ke dalam air yang sampai ke
perut/dada? Apakah ini tidak mungkin?
Tanggapan
balik Budi Asali:
Poinnya
anda tak mengerti. Anda betul-betul payah! Cuma 2 alternatif, atau
terendam total, atau terendam sebagian. Sampai dada, atau leher, atau
mata kaki, atau lutut, itu tetap sebagian.
Untuk
mengetahui yang mana yang benar dari 2 kemungkinan ini, bacalah Kis
8:38-39 itu sekali lagi. Perhatikan bahwa di situ dikatakan: “dan
keduanya turun ke dalam air, baik Filipus maupun sida-sida itu, dan
Filipus membaptis dia. Dan setelah mereka keluar dari air, ...”.
Kalau
istilah ‘turun ke dalam air’ dan ‘keluar dari air’ diartikan
sebagai baptisan selam, itu menunjukkan bahwa Filipus, sebagai orang
yang membaptis, juga ikut diselam! Ini jelas tidak mungkin. Jadi dari
2 kemungkinan di atas, yang benar adalah kemungkinan kedua. Ini juga
cocok dengan point pertama di atas yang menunjukkan bahwa air di situ
cuma sedikit, sehingga tidak memungkinkan baptisan selam.
Keduanya
turun ke dalam air! Hal yang sangat tidak perlu dilakukan hanya untuk
melakukan pemercikan! Setelah turun ke dalam air, barulah Filipus
membaptis sida-sida, yaitu mencelupkan dia. Lalu keduanya keluar lagi
dari air itu! Kaum Baptis tidak mengatakan bahwa di ayat ini “turun
ke dalam air” itu adalah baptisannya! Turun ke dalam air itu
memungkinkan Filipus membaptis sida-sida! Setelah “turun ke air”
barulah sida-sida dibaptis. Lalu mereka kedua keluar dari air. Yang
ditekankan kaum Baptis adalah: kalau memang ini pemercikan, sama
sekali tidak perlu turun ke air (biar hanya semata kaki pun), cukup
diambil sedikit, jauh lebih praktis. Faktanya, gereja-gereja pemercik
hari ini sama sekali tidak mencari sungai untuk melakukan pemercikan
mereka! Dan mereka tidak turun ke air untuk melakukan pemercikan!
Tanggapan
balik Budi Asali:
Anda
tak tahu apapun tentang sikon tempat itu bagaimana bentuknya
kedalamannya dsb, tetapi berani komentar! Bisa karena tradisinya
memang keduanya masuk ke air, bisa juga sikonnya mengharuskan
keduanya turun ke air. Misalnya, air ada dalam lubang yang cukup
dalam (2 meter), tetapi ketinggian air hanya 50 cm. Kalau hanya
sida-sida yang masuk, bagaimana Filipus menjangkau kepala sida-sida
itu? Pakai galah?
Anda
tak menjawab argumentasi saya, seperti yang biasa anda lakukan
(jangan mimpi melakukan itu dalam debat nanti kalau tidak mau saya
sikat habis. Saya tak mau ada argumentasi saya yang tidak dijawab).
Kedua orang itu disatukan sebagai subyek dengan hanya satu predikat /
kata kerja, sehingga kalau yang satu terendam, yang lain juga harus
terendam.
Untuk
lebih jelasnya saya kutipkan lagi kata-kata saya kepada Dji Ji Liong.
Lukas,
sebagai penulis kitab Kisah Rasul, secara menekankan, menggabungkan
Filipus dan sida-sida sebagai subyek, dan menggunakan hanya
satu kata kerja untuk subyek gabungan itu.
Mari kita perhatikan textnya sekali lagi.
Ay 38-39a:
(38) Lalu orang Etiopia itu menyuruh menghentikan kereta itu, dan
keduanya
turun ke dalam air,
baik Filipus maupun sida-sida
itu, dan Filipus membaptis
dia. (39a) Dan setelah mereka
keluar dari air,
...”.
Keterangan:
a) Untuk kata kerja ‘turun’ subyeknya
digabungkan, yaitu ‘keduanya’. Lalu ditekankan lagi dengan
kata-kata ‘baik Filipus maupun sida-sida itu’.
b) Untuk
kata kerja ‘keluar’, subyeknya digabungkan lagi, yaitu ‘mereka’.
Karena
itu, kalau kata-kata ‘turun ke dalam air’ diartikan sebagai
‘terendam di bawah permukaan air’ untuk sida-sida (yang
menunjukkan baptisan selam), maka
itu juga harus berlaku untuk Filipus.
Dan
kalau kata-kata ‘keluar dari air’ diartikan ‘keluar dari bawah
permukaan air’ untuk sida-sida (yang menunjukkan baptisan selam),
maka lagi-lagi itu juga harus
berlaku untuk Filipus.
Dan
ini jelas tidak mungkin! Bagaimana mungkin yang dibaptis direndam di
bawah air bersama-sama dengan yang membaptis?
Lenski:
“Those who make the words
‘they both went down EIS, into, the water’ a part of the
baptismal act in order to obtain immersion by means of EIS To
HUDOR, ‘into the water,’ prove too much: Philip went down under
the water as well as the eunuch”
(= Mereka yang membuat kata-kata ‘keduanya turun ke dalam EIS, ke
dalam, air’ sebagian dari tindakan baptisan untuk mendapatkan
baptisan selam dengan cara EIS TO HUDOR, ‘ke dalam air’,
membuktikan terlalu banyak: Filipus maupun sida-sida turun ke bawah
air / permukaan air) - hal 347.
Lenski:
“The difficulty lies in
AMPHOTEROI, ‘both,’ Luke even adding: ‘both Philip and the
eunuch.’ To be sure, EIS and EK are correlatives; as far as the one
takes ‘into,’ so far the other takes ‘out of.’ But these
prepositions apply to ‘both Philip and the eunuch.’ Take your
choice: ‘to’ the water, ‘from’ the water; or stepping ‘into’
and again stepping ‘out of’ the water; or ‘down under’ the
water and again ‘up from under’ the water. Total immersion if you
prefer, but for ‘both.’ Not we but Luke combine them”
(= Kesukarannya terletak dalam AMPHOTEROI,
‘keduanya’, dan Lukas bahkan menambahkan ‘baik Filipus maupun
sida-sida itu’. Memang EIS dan EK berhubungan; kalau yang satu
diartikan ‘ke dalam’ maka yang lain diartikan ‘keluar dari’.
Tetapi kata-kata depan ini
berlaku untuk Filipus maupun sida-sida. Tentukan pilihanmu: ‘ke’
air, ‘dari’ air; atau melangkah ‘ke dalam’ dan lalu melangkah
‘keluar dari’ air; atau ‘turun ke bawah’ air dan lalu ‘naik
dari bawah’ air. Engkau boleh memilih perendaman total, tetapi
untuk ‘keduanya’. Bukan kami, tetapi Lukas, menggabungkan mereka)
- hal 347.
b)
Hal-hal lain yang mendukung baptisan percik:
1.
Penekanan arti baptisan adalah sebagai simbol penyucian /
purification.
Padahal dalam Kitab Suci purification
selalu disimbolkan dengan percikan:
a.
Kel 24:8 - Kitab Suci Indonesia salah terjemahan, karena kata
‘menyiramkannya’ seharusnya adalah ‘memercikkannya’. NIV:
‘sprinkled’ (=
memercikkan).
b.
Kel 29:16,21 - Kitab Suci Indonesia salah terjemahan, karena kata
‘kausiramkan’ seharusnya adalah ‘percikkanlah’ [NIV:
‘sprinkle’ (=
percikkanlah)].
c.
Im 7:14 - Kitab Suci Indonesia salah terjemahan, karena kata
‘menyiramkan’ seharusnya adalah ‘memercikkan’ [NIV:
‘sprinkles’ (=
memercikkan)].
d.
Im 14:7,51 - ‘memercik’.
e.
Im 16:14 - ‘memercikannya’.
f.
Bil 8:7 - ‘percikkanlah’.
g.
Bil 19:18 - ‘memercikkannya’.
h.
Yes 52:15 (NIV) - ‘He will sprinkle
many nations’ (= Ia akan memerciki
banyak
bangsa).
i.
Ibr 9:13 - ‘percikan’.
j.
Ibr 9:19,21 - ‘memerciki’ dan ‘dipercikinya’.
k.
Ibr 10:22 - Kitab Suci Indonesia salah terjemahan, karena kata ‘telah
dibersihkan’
seharusnya
adalah ‘telah diperciki’ [NIV: ‘sprinkled
to cleanse’ (= diperciki untuk
membersihkan)].
l.
Ibr 12:24 - ‘darah pemercikan’.
Salah,
baptisan adalah tanda pertobatan (Mat. 3:11), dan gambaran
identifikasi dengan kematian, penguburan, dan kebangkitan Yesus (Roma
6:3-4)! Bagaimanakah pemercikan menggambarkan kematian, penguburan
dan kebangkitan Yesus? Sama sekali tidak bisa.
Tanggapan
balik Budi Asali:
Baptisan
tanda pertobatannya? Bukan tanda dari pengampunan / pembersihan dosa
karena pertobatan itu? Lalu mengapa harus menggunakan air, yang
secara umum memang fungsinya adalah sebagai pembersih?
Ro
6:3-4 sudah saya jelaskan di depan. Silahkan dilihat lagi.
2.
Luk 3:16 - ‘Aku membaptis kamu dengan air’ (I
baptize you with water).
Kata
‘with water’ /
‘dengan air’ (Yunani: HUDATI) ini tidak cocok diartikan sebagai
selam, karena kita tidak berkata ‘aku menyelam kamu dengan air’
tetapi kita berkata ‘aku menyelam kamu di dalam air’. Tetapi
kalau baptisan itu adalah percik / tuang, maka katakata ‘dengan
air’ itu cocok. Mat 3:11 memang menggunakan kata Yunani EN, tetapi
kata EN bukan hanya bisa diartikan sebagai in
(= di dalam), tetapi juga sebagai
with (=
dengan).
Lukas
3:16 sangat bisa sekali diterjemahkan: I baptize you in water! (di
dalam air!) Entah memang penguasaan Yunani Budi Asali sangat kurang,
atau dia pura-pura tidak tahu. Hudati adalah bentuk datif dari kata
benda hudor.
Bentuk datif ini dalam konteks Lukas 3;16 bisa diterjemahkan
instrumentatif (dengan
air) atau secara locative (dalam
air).
Tanggapan
balik Budi Asali:
Anda
mungkin pinter bahasa Yunani tetapi bodoh dalam melihat kontext.
Masalah anda, anda sangat sering beri komentar tentang ayat, tanpa
menuliskan ayatnya, apalagi kontextnya.
Saya
ingin ingatkan, saya tak mau ini terjadi dalam acara debat. Kalau mau
gunakan ayat, harus tunjukkan dan bacakan ayatnya!
Luk
3:16 - “Yohanes menjawab dan berkata kepada semua orang itu: ‘Aku
membaptis kamu dengan air, tetapi Ia yang lebih berkuasa dari padaku
akan datang dan membuka tali kasutNyapun aku tidak layak. Ia akan
membaptis kamu dengan Roh Kudus dan dengan api”.
Dalam
ayat ini, Yohanes Pembaptis jelas mengkontraskan
dirinya dengan Yesus, dan apa
yang Ia lakukan dengan apa yang akan Yesus lakukan.
Apa
yang ia lakukan? Membaptis dengan
air. Apa yang Yesus akan lakukan? Membaptis dengan
Roh Kudus dan dengan
api. Ini cocok.
Tetapi
tafsiran anda: apa yang ia lakukan? Membaptis di
dalam
air. Apa yang Yesus akan lakukan? Membaptis dengan
Roh Kudus dan dengan
api. Ini sama sekali tak cocok!
Yang
ada dalam bentuk / kasus datif bukan hanya air (HUDATI), tetapi juga
‘Roh Kudus’ (PNEUMATI HAGIOI) dan ‘api’ (PURI). Kalau ‘air’
dianggap sebagai locative (bersifat sebagai tempat), itu bukan hanya
aneh (karena ‘air’ bukanlah tempat), tetapi itu juga mengharuskan
kontrasnya, yaitu ‘Roh Kudus’ dan ‘api’, juga dianggap
sebagai locative, sehingga menjadi ‘membaptis dalam
Roh Kudus dan dalam
api’, yang merupakan suatu kegilaan!
Sebaliknya,
kalau semua dianggap instrumentatif (bersifat sebagai alat), maka
semua cocok. Jadi yang benar adalah Yohanes Pembaptis membaptis
dengan
air, sedangkan kontrasnya, Yesus membaptis dengan
Roh Kudus dan dengan
api.
Dalam
Matius 3:11, digunakan preposisi en,
yang diakui bisa diartikan in.
Tetapi, pembaca lupa diberitahu bahwa primary
meaning dari en
adalah “di dalam.” Dalam KJV, en
diterjemahkan “in” sebanyak 1874
kali, dan diterjemahkan “with” hanya 134 kali. Jadi, membaptis en
hudati, sebenarnya jauh lebih kuat
diterjemahkan “di dalam air” daripada “dengan air” karena
pemakaian en primernya
adalah “dalam” bukan “dengan.”
Tanggapan
balik Budi Asali:
Luk
3:16 paralel dengan Mat 3:11. Karena itu kalau di atas saya sudah
membuktikan bahwa Luk 3:16 itu harus diterjemahkan ‘with’, maka
pasti yang Mat 3:11 juga harus demikian! Kalau tidak maka kedua ayat
itu akan bertentangan!
Baik
dalam Mat 3:11 maupun dalam Luk 3:16, semua Alkitab bahasa Inggris
yang saya tahu menterjemahkan dengan ‘with’ (dengan)!!! Mereka
salah semua dan penterjemahnya goblog semua????
Argumentasi
anda tak punya kekuatan sama sekali. Kalau karena 1874 x diambil arti
utamanya, apakah itu berarti selalu
harus pakai arti utama? Berarti yang 134 x itu juga salah semua? Lucu
sekali! Itu menjadikan ‘in’ bukan sebagai arti utama tetapi
sebagai arti satu-satunya!
Saya
tanya: kata Yunani PNEUMA arti utamanya apa? ‘Roh’ bukan? Hitung
sendiri berapa kali diterjemahkan ‘roh’. Tetapi dalam 1Yoh 4:1-3,
sekalipun memang diterjemahkan ‘roh’, tetapi artinya apa? Artinya
adalah ‘pengajar (firman)’!
1Yoh
4:1-3 - “(1)
Saudara-saudaraku yang kekasih, janganlah percaya akan setiap roh,
tetapi ujilah roh-roh
itu, apakah mereka berasal dari Allah; sebab banyak nabi-nabi
palsu yang telah muncul dan
pergi ke seluruh dunia. (2) Demikianlah kita mengenal Roh Allah:
setiap roh
yang mengaku, bahwa Yesus Kristus telah datang sebagai manusia,
berasal dari Allah, (3) dan setiap roh,
yang tidak mengaku Yesus, tidak berasal dari Allah. Roh
itu adalah roh
antikristus dan tentang dia telah kamu dengar, bahwa ia akan datang
dan sekarang ini ia sudah ada di dalam dunia”.
Jadi,
sekalipun 99 % diterjemahkan sebagai ‘roh’ dan juga diartikan
sebagai ‘roh’ tetapi ada tempat dimana diartikan sebagai
‘pengajar’. Kontext menuntut hal itu!
Lagipula,
ada kasus Markus 1:9, “...dan Ia dibaptis di sungai
Yordan oleh Yohanes” yang memakai preposisi eis
ton Iordanen (di dalam Yordan).
Preposisi eis berarti
di dalam, dan tidak bisa diterjemahkan dengan!
Tanggapan
balik Budi Asali:
Anda
licik sekali dalam berargumentasi! Ayat tak ditulis, sehingga
seakan-akan ayat ini paralel dengan Luk 3:16 dan Mat 3:11???? Mari
kita lihat ayatnya.
Mark
1:9 - “Pada waktu itu
datanglah Yesus dari Nazaret di tanah Galilea, dan Ia dibaptis di
sungai Yordan oleh Yohanes”.
Sekarang
terlihat bahwa ini ayat yang sangat berbeda, dan bukan paralel dengan
Mat 3:11 dan Luk 3:16 di atas.
Perbedaan
yang lain, ayat ini tidak menggunakan kata ‘air’. Yang ada adalah
‘S. Yordan’ (the Jordan)!
Lalu
anda katakan di sini digunakan kata Yunani EIS, yang artinya ‘di
dalam’. Nanti dulu, jangan terlalu cepat! Menterjemahkan kata depan
selalu sukar, karena susunan kalimat yang berbeda dalam bahasa yang
berbeda. Saya
setuju EIS artinya ‘in’, tetapi apa artinya ‘in’ dalam bahasa
Indonesia?
Sekalipun bisa, tetapi tidak harus berarti ‘di dalam’ atau
‘dalam’. Misalnya, ‘I believe in
Jesus Christ’, artinya ‘Aku percaya kepada
Yesus Kristus’. Kalau ‘I live in
Surabaya’, artinya ‘Aku tinggal di
Surabaya’.
Dalam
Mark 1:9, saya beranggapan kata depan dalam bahasa Indonesia yang
harus dipilih adalah ‘di’, bukan ‘dalam’. Dan Kitab Suci
Indonesia memang menterjemahkan ‘di’!
Kesimpulan:
baptisan selam bukan satu-satunya baptisan yang sah. Karena itu kalau
saudara sudah dibaptis dengan baptisan percik atau tuang, jangan
percaya kepada orang-orang bodoh yang mengharuskan saudara dibaptis
ulang dengan baptisan selam. Ingat bahwa pada waktu saudara dibaptis
ulang, saudara menghina baptisan yang pertama!
Kesimpulan:
Orang yang dipercik belum dibaptis. Jadi, maukah anda menaati
perintah Tuhan untuk dibaptis, ataukah anda mau mencari lagi alasan
lain untuk membenarkan tradisi yang tidak alkitabiah? Masih banyak
argumen lain untuk melakukan penyelaman daripada pemercikan. Misalnya
Yohanes 3:23, dll. Lagipula, pemercikan hanyalah setengah kesalahan.
Kesalahan yang lebih fatal adalah “baptis” bayi.
Tanggapan
balik Budi Asali:
Yoh
3:23 - “Akan tetapi
Yohanespun membaptis juga di Ainon, dekat Salim, sebab
di situ banyak air,
dan orang-orang datang ke situ untuk dibaptis”.
Memang
dalam ayat ini, dikatakan ‘banyak air’, maka banyak orang
menafsirkan bahwa di sini terjadi baptisan selam. Tetapi ingat, tak
ada kata apapun yang menyatakan secara explicit bahwa itu memang
penyelaman! Jadi, paling-paling anda bisa berkata ‘rasanya’ itu
adalah baptisan selam. Tetapi anda sendiri mengatakan ‘jangan pakai
rasa’, masakan sekarang mau anda langgar sendiri????
Juga,
kalau anda menemukan satu atau beberapa kasus dalam Alkitab dimana
memang digunakan baptisan selam, itu tak ada artinya. Karena anda
memutlakkan / mengharuskan penyelaman, maka anda harus membuktikan
bahwa setiap kasus baptisan dalam Alkitab, adalah baptisan selam!
Silahkan kuliah lagi sampai dapat S4 atau S5, sampai janggut anda
sampai di lutut, supaya bisa membuktikan hal itu! Hehehe.
Baptisan
bayi? Hehe, saya tak takut debat tentang hal ini, tetapi ini
menyimpang terlalu jauh. Tetapi saya beri kutipan sedikit.
Encyclopedia
Britannica 2009 (tentang ‘baptism’):
“Most
of those baptized in the early church were converts from Greco-Roman
paganism and therefore were adults. Both
the New Testament and the Church Fathers of the 2nd century make it
clear that the gift of salvation belongs to children,
however. Tertullian
seems to have been the first to object to infant Baptism, suggesting
that by the 2nd century it was already a common practice.
It remained the accepted method of receiving members in the Eastern
and Western churches, except in the case of adult converts.”.
Ngak ada arah babtisan adalah percik di alkitab tetapi lebih cenderung ke selam karenanya sekalipun saya ngak masalah tetapi jika di suruh membabtis ya saya lebih milih selam sekalipun lebih repot:
BalasHapusMereka melanjutkan perjalanan mereka, dan tiba di suatu tempat yang ada air. Lalu kata sida-sida itu: "Lihat, di situ ada air; apakah halangannya, jika aku dibaptis?"
(Sahut Filipus: "Jika tuan percaya dengan segenap hati, boleh." Jawabnya: "Aku percaya, bahwa Yesus Kristus adalah Anak Allah.")Lalu orang Etiopia itu menyuruh menghentikan kereta itu, dan keduanya turun ke dalam air, baik Filipus maupun sida-sida itu, dan Filipus membaptis dia.kis 8:36-38
Kalau babtis percikkenapa harus keduanya turun ke air di ketera juga bisa pakai air minum he he he
Kalau babtis percikkenapa harus keduanya turun ke air di ketera juga bisa pakai air minum he he he
HapusTanggapan : Mereka ada di padang gurun yang tandus. Kalau mereka mati kehausan gara2 air minumnya dipakai untuk membaptis, kamu mau tanggung jawab?
Terserah Anda mau baptis percik atau selam, itu tak jadi soal. Yang penting menggunakan media air dan dibaptis didalam nama Bapa, Anak dan Roh Kudus.
BalasHapusMengenai kisah pembaptisan sida-sida Etiopia, itu sudah dibahas di artikel diatas.
Silahkan menyimak dengan baik.