LUKAS 16:19-31
Lazarus dan Orang Kaya
(2)
oleh : Pdt. Budi Asali, M.Div
Luk 16:19-31 - “(19) ‘Ada seorang kaya yang selalu
berpakaian jubah ungu dan kain halus, dan setiap hari ia bersukaria dalam
kemewahan. (20) Dan ada seorang pengemis bernama Lazarus, badannya penuh
dengan borok, berbaring dekat pintu rumah orang kaya itu, (21) dan ingin
menghilangkan laparnya dengan apa yang jatuh dari meja orang kaya itu. Malahan
anjing-anjing datang dan menjilat boroknya. (22) Kemudian matilah orang miskin
itu, lalu dibawa oleh malaikat-malaikat ke pangkuan Abraham. (23) Orang kaya
itu juga mati, lalu dikubur. Dan sementara ia menderita sengsara di alam maut
ia memandang ke atas, dan dari jauh dilihatnya Abraham, dan Lazarus duduk di
pangkuannya. (24) Lalu ia berseru, katanya: Bapa Abraham, kasihanilah aku.
Suruhlah Lazarus, supaya ia mencelupkan ujung jarinya ke dalam air dan
menyejukkan lidahku, sebab aku sangat kesakitan dalam nyala api ini. (25)
Tetapi Abraham berkata: Anak, ingatlah, bahwa engkau telah menerima segala
yang baik sewaktu hidupmu, sedangkan Lazarus segala yang buruk. Sekarang ia
mendapat hiburan dan engkau sangat menderita. (26) Selain dari pada itu di
antara kami dan engkau terbentang jurang yang tak terseberangi, supaya mereka
yang mau pergi dari sini kepadamu ataupun mereka yang mau datang dari situ
kepada kami tidak dapat menyeberang. (27) Kata orang itu: Kalau demikian, aku
minta kepadamu, bapa, supaya engkau menyuruh dia ke rumah ayahku, (28) sebab
masih ada lima orang saudaraku, supaya ia memperingati mereka dengan
sungguh-sungguh, agar mereka jangan masuk kelak ke dalam tempat penderitaan
ini. (29) Tetapi kata Abraham: Ada pada mereka kesaksian Musa dan para nabi;
baiklah mereka mendengarkan kesaksian itu. (30) Jawab orang itu: Tidak, bapa
Abraham, tetapi jika ada seorang yang datang dari antara orang mati kepada
mereka, mereka akan bertobat. (31) Kata Abraham kepadanya: Jika mereka tidak
mendengarkan kesaksian Musa dan para nabi, mereka tidak juga akan mau
diyakinkan, sekalipun oleh seorang yang bangkit dari antara orang mati.’”.
Apa
yang bisa kita pelajari dari semua ini?
1)
Semua ini menunjukkan adanya kehidupan setelah kematian.
Dan
Kitab Suci jelas menunjukkan bahwa kehidupan yang sekarang ini singkat (Maz 90:10 Yak 4:14), sebaliknya kehidupan setelah kematian itu,
baik di surga maupun di neraka, adalah kekal.
Maz
90:10 - “(9) Sungguh, segala hari kami berlalu karena gemasMu, kami
menghabiskan tahun-tahun kami seperti keluh. (10) Masa hidup kami tujuh
puluh tahun dan jika kami kuat, delapan puluh tahun, dan kebanggaannya adalah
kesukaran dan penderitaan; sebab berlalunya buru-buru, dan kami melayang
lenyap”.
Catatan:
kata ‘keluh’ maksudnya ‘keluhan’. RSV/NASB: ‘a
sigh’ (= suatu keluhan).
Yak
4:14 - “sedang kamu tidak tahu apa yang akan terjadi besok. Apakah arti
hidupmu? Hidupmu itu sama seperti uap yang sebentar saja kelihatan lalu
lenyap”.
Karena
itu bodohlah orang yang menekankan kehidupan yang sekarang ini dan mengabaikan
kehidupan yang akan datang.
2) Dalam kehidupan setelah kematian itu hanya ada 2 tempat
yaitu surga dan neraka.
a)
Surga dan neraka adalah tempat.
William
Hendriksen:
“In
the present parable ‘Hades’ is clearly the place of torments and of
the flame. It is ‘hell’” (= Dalam
perumpamaan ini ‘HADES’ jelas adalah tempat siksaan dan api. Itu
adalah ‘neraka’) - hal 784.
The
Bible Exposition Commentary: New Testament:
“The
permanent place of punishment for the lost is ‘hell,’ the lake of
fire. ... Hell is a place of torment and loneliness” (= Tempat permanen
dari penghukuman untuk orang-orang yang terhilang adalah ‘neraka’, lautan
api. ... Neraka adalah suatu tempat penyiksaan dan kesendirian).
Bible
Knowledge Commentary: “Lazarus
went to Abraham’s side while the rich man... was buried and was in hell, a
place of conscious torment (vv. 24, 28). ... ‘Abraham’s side’
apparently refers to a place of paradise for Old Testament believers at
the time of death (cf. Luke 23:43; 2 Cor 12:4)” [= Lazarus
pergi ke sisi Abraham sementara orang kaya ... dikubur dan ada di neraka, suatu
tempat penyiksaan yang bisa disadari / dirasakan (ay 24,28). ... Sisi
Abraham kelihatannya menunjuk pada suatu tempat dari Firdaus untuk
orang-orang percaya Perjanjian Lama pada saat kematian
(bdk. Luk 23:43; 2Kor 12:4)].
Catatan:
1. Penafsir ini, maupun William Hendriksen di atas,
menganggap cerita Lazarus dan orang kaya ini sebagai perumpamaan, tetapi mereka
toh beranggapan bahwa surga dan neraka merupakan tempat. Memang menurut saya
kalaupun cerita ini dianggap sebagai perumpamaan, itu tidak bisa menghindarkan
seseorang dari fakta bahwa surga dan neraka itu adalah suatu tempat.
2. Bagian akhir dari kata-kata dari Bible Knowledge
Commentary ini perlu diwaspadai karena orang ini bukan orang Reformed, tetapi
dari kalangan Dispensationalisme.
b)
Karena hanya ada 2 tempat setelah kematian, kalau saudara tidak masuk ke
surga, maka tidak ada tempat lain yang tersisa selain neraka! Karena itu
pastikan bahwa saudara sedang menuju ke surga!
Dalam
tafsirannya tentang Yoh 3:16 Leon Morris (NICNT) berkata: “John sets perishing and life
over against one another. He knows no other final state” (= Yohanes mengkontraskan kebinasaan dan kehidupan satu
dengan yang lain. Ia tidak mengenal keadaan akhir yang lain) - hal 230.
Illustrasi:
ada seorang yang suka mengejek orang Kristen. Suatu hari ia bertanya untuk
mengolok-olok, dengan kata-kata sebagai berikut: “Apa
benar Yunus itu ada dalam perut ikan 3 hari?”. Orang Kristen itu tak
terlalu mau meladeni, dan ia berkata: “Tak
tahu. Nanti kalau aku masuk surga, aku tanya Yunusnya sendiri”. Orang itu
lalu berkata: “Bagaimana kalau Yunusnya
tak ada di surga?”. Orang Kristen itu menjawab: “Kalau begitu, kamu yang tanya dia!”.
3)
Setelah kematian, kita akan langsung pergi ke surga atau ke
neraka.
Memang
yang masuk surga atau neraka hanya jiwa / rohnya, sementara tubuhnya harus
menantikan kedatangan Yesus yang kedua-kalinya.
Tetapi,
mengapa dalam cerita ini dikatakan Abraham punya dada, Lazarus punya jari dan
orang kaya punya lidah? Bukankah mereka tidak mempunyai tubuh?
A. H. Strong: “Here
many unanswerable questions may be asked: Had the rich man a body before the
resurrection, or is this representation of a body only figuration? Did the soul
still feel the body from which it was temporarily separated, or have souls in
the intermediate state temporary bodies? However we may answer these questions,
it is certain that the rich man suffers, while probation still lasts for his
brethren on earth” (= Di sini bisa ditanyakan banyak pertanyaan yang tak bisa dijawab: apakah
orang kaya itu mempunyai suatu tubuh sebelum kebangkitan orang mati, atau apakah
gambaran tentang suatu tubuh ini hanya merupakan suatu kiasan? Apakah jiwa tetap
merasakan tubuhnya dari mana jiwa itu dipisahkan sementara, atau apakah jiwa
dalam intermediate state mempunyai tubuh sementara? Bagaimanapun kita
menjawab pertanyaan-pertanyaan ini, adalah jelas bahwa orang kaya itu menderita,
sementara masa percobaan masih berlangsung bagi saudara-saudaranya di bumi /
dunia) - ‘Systematic
Theology’, hal 999-1000.
Kata-kata Strong selanjutnya di bawah ini merupakan jawab atas
pertanyaan-pertanyaan yang ia berikan di atas.
A. H. Strong: “In
the parable of the rich man and Lazarus, the body is buried, yet still the
torments of the souls are described as physical. Jesus here accommodates his
teaching to the conceptions of his time, or, better still, uses material
figures to express spiritual realities” (= Dalam perumpamaan tentang orang kaya dan Lazarus, tubuh
dikuburkan, tetapi tetap siksaan terhadap jiwa digambarkan sebagai bersifat
fisik. Di sini Yesus menyesuaikan ajaranNya dengan konsep-konsep dari jamanNya,
atau lebih tepat, menggunakan kiasan yang bersifat materi untuk menyatakan
kenyataan / fakta rohani) - ‘Systematic Theology’,
hal 1000.
4)
Cerita tentang Lazarus dan orang kaya ini bertentangan dengan:
a)
Pandangan yang menyatakan adanya api pencucian (Roma Katolik).
Doktrin
omong kosong ini memang tidak pernah mempunyai dasar Kitab Suci kecuali yang
diputarbalikkan semaunya sendiri.
b) Pandangan yang berkata bahwa pada saat
mati, jiwa kita terus tertidur di kuburan sampai Yesus datang keduakalinya.
Perhatikan bahwa baik Lazarus maupun orang kaya bukannya tertidur / tidak sadar,
tetapi sebaliknya sangat sadar!
c)
Kepercayaan tentang adanya tempat penantian.
Orang
yang percaya akan adanya tempat penantian mengatakan bahwa antara kematian
sampai kedatangan Yesus yang keduakalinya kita ditaruh di tempat penantian itu.
Tetapi perhatikan cerita ini. Orang kaya itu masih mempunyai 5 saudara yang
masih hidup (ay 28), dan itu menunjukkan bahwa Yesus belum datang
keduakalinya. Tetapi ia sudah ada di neraka dan Lazarus sudah ada di surga. Jadi
jelas bahwa tidak ada tempat penantian.
Memang
sebelum kedatangan Yesus yang keduakalinya, yang masuk surga / neraka hanya jiwa
/ rohnya. Nanti pada saat Yesus datang keduakalinya, akan ada kebangkitan daging
/ orang mati dan barulah jiwa / roh dipersatukan kembali dengan tubuh dan orang
itu masuk surga / neraka secara utuh (tubuh + jiwa / roh).
5) Dalam
keadaan setelah kematian ini keadaan dari dua orang ini menjadi terbalik; dan
kontrasnya menjadi lebih menyolok dari pada ketika mereka berdua masih hidup di
dunia.
a) Kontrasnya terlihat begitu mereka mati,
karena untuk orang kaya hanya dikatakan bahwa ia dikubur, sedangkan untuk
Lazarus dikatakan bahwa ia dibawa oleh malaikat-malaikat ke pangkuan / dada
Abraham.
Wycliffe
Bible Commentary: “The
parable emphasizes that the beggar was carried by angels into paradise; the best
that could be said for the rich man was that he was buried” (= Perumpamaan ini menekankan bahwa si pengemis dibawa oleh
malaikat-malaikat ke dalam Firdaus / surga; yang terbaik yang bisa dikatakan
untuk orang kaya itu adalah bahwa ia dikubur).
b) Orang kaya itu masuk alam maut (HADES),
yang di sini jelas harus diartikan sebagai ‘neraka’.
Ay
23-25: “(23) Orang kaya itu juga mati, lalu dikubur. Dan sementara ia menderita
sengsara di alam maut ia memandang ke atas, dan dari jauh dilihatnya
Abraham, dan Lazarus duduk di pangkuannya. (24) Lalu ia berseru, katanya: Bapa
Abraham, kasihanilah aku. Suruhlah Lazarus, supaya ia mencelupkan ujung
jarinya ke dalam air dan menyejukkan lidahku, sebab aku sangat
kesakitan dalam nyala api ini. (25) Tetapi Abraham berkata: Anak,
ingatlah, bahwa engkau telah menerima segala yang baik sewaktu hidupmu,
sedangkan Lazarus segala yang buruk. Sekarang ia mendapat hiburan dan engkau sangat
menderita”.
Bandingkan
keadaan orang kaya ini dengan penggambaran dalam Maz 49:17-21 - “(17)
Janganlah takut, apabila seseorang menjadi kaya, apabila kemuliaan keluarganya
bertambah, (18) sebab pada waktu matinya semuanya itu tidak akan dibawanya
serta, kemuliaannya tidak akan turun mengikuti dia. (19) Sekalipun ia menganggap
dirinya berbahagia pada masa hidupnya, sekalipun orang menyanjungnya, karena ia
berbuat baik terhadap dirinya sendiri, (20) namun ia akan sampai kepada angkatan
nenek moyangnya, yang tidak akan melihat terang untuk seterusnya. (21) Manusia,
yang dengan segala kegemilangannya tidak mempunyai pengertian, boleh disamakan
dengan hewan yang dibinasakan”.
c)
Lazarus ada di pangkuan / dada Abraham, yang jelas menunjuk pada surga.
William
G. T. Shedd (vol II, hal 599) membuktikan bahwa ‘dada Abraham’
menunjuk pada surga dengan cara yang menarik. Ia menunjuk pada Mat 8:11 - “Aku
berkata kepadamu: Banyak orang akan datang dari Timur dan Barat dan duduk
makan bersama-sama dengan Abraham, Ishak dan Yakub di dalam Kerajaan
Sorga”.
Terjemahan
hurufiah dari Mat 8:11 seharusnya adalah seperti dalam NASB.
NASB:
‘many shall come from east and west, and
recline at the table with Abraham, and Isaac, and Jacob, in the kingdom
of heaven’ (= banyak
orang akan datang dari timur dan barat, dan bersandar / berbaring di meja
dengan Abraham, dan Ishak, dan Yakub, di dalam Kerajaan sorga).
Kata
‘bersandar / berbaring’ ini menunjuk pada cara orang-orang Yahudi makan,
khususnya kalau mereka makan dalam Perjamuan Paskah. Mereka duduk miring ke kiri
sehingga kepala bisa bersandar pada dada dari orang di sebelah kirinya.
Bdk.
Yoh 13:23 - “Seorang di antara murid Yesus, yaitu murid yang
dikasihiNya, bersandar dekat kepadaNya, di sebelah kananNya”.
KJV:
‘Now there was leaning on Jesus’ bosom one of his disciples, whom
Jesus loved’ (= Dan
disana bersandar pada dada Yesus satu dari murid-muridNya, yang dikasihi
oleh Yesus).
Kalau
Lazarusnya bersandar di dada Abraham, sedangkan Abrahamnya ada di surga
(berdasarkan Mat 8:11 di atas), maka jelas bahwa Lazarus juga ada di surga.
Tetapi
Lenski mempunyai pandangan berbeda. Ia menganggap bahwa istilah ‘dada
Abraham’ tidak menunjuk pada perjamuan makan seperti digambarkan di atas,
tetapi hanya sebagai ‘dalam pelukan Abraham’, tetapi ini tetap juga menunjuk
kepada surga.
Lenski:
“‘Abraham’s bosom’ is a Jewish designation for heaven” (= ‘Dada
Abraham’ merupakan penggambaran /
nama Yahudi untuk surga) - hal 849.
d)
Orang kaya yang kehausan dalam api itu minta setetes air kepada Lazarus!
Sekarang ia yang mengemis kepada Lazarus, dan ia tidak bisa mendapatkan
sekalipun hanya setetes air yang begitu diinginkannya! Bukan saja kontras dalam
kehidupan di dunia menjadi terbalik, tetapi juga kontrasnya menjadi bertambah
hebat!
Lenski:
“Do not ask what kind of fire caused the flame by which the rich man was
anguished. ... The fire torments the devils who have no bodies, the spirits of
the damned before they are reunited with their earthly bodies, and finally also
their bodies. ... Much is made of the fire, nothing whatever of the water into
which Lazarus was to dip the tip of his finger. When Jesus speaks of things
incompehensible in comprehensible language, let us therewith rest content”
(= Jangan
bertanya jenis api apa yang menyebabkan nyala api yang menyebabkan orang kaya
itu menderita. ... Api menyiksa setan-setan yang tidak mempunyai tubuh, roh-roh
dari orang-orang yang terkutuk sebelum mereka dipersatukan dengan tubuh-tubuh
duniawi mereka, dan akhirnya juga tubuh-tubuh mereka. ... Banyak dibicarakan
tentang api, tak ada apapun tentang air, ke dalam mana Lazarus harus mencelupkan
ujung jarinya. Pada waktu Yesus berbicara tentang hal-hal yang tidak bisa
dipengerti sepenuhnya dalam bahasa yang bisa dimengerti, hendaklah kita puas
dengan itu)
- hal 854-855.
Lenski:
“All mercy is ended in hell. Even the least mercy as when a mere drop of
water is asked for a tongue that is burned to a crisp; ... He whose tongue daily
tasted the finest wines and the most delectable cooling drinks now burns with
ceaseless flame. Pitiless are the final judgments of God” (= Semua
belas kasihan berhenti di neraka. Bahkan belas kasihan yang terkecil seperti
pada waktu hanya setetes air diminta untuk suatu lidah yang dibakar sampai
kering; ... Ia yang lidahnya setiap hari mencicipi anggur yang terbaik dan
minuman dingin yang paling lezat, sekarang terbakar nyala api yang tak ada
henti-hentinya. Penghakiman akhir dari Allah adalah tanpa belas kasihan)
- hal 855.
6)
Keadaan itu bersifat permanen / tidak bisa berubah (ay 25-26).
Ay
25-26: “(25) Tetapi Abraham berkata: Anak, ingatlah, bahwa engkau telah
menerima segala yang baik sewaktu hidupmu, sedangkan Lazarus segala yang buruk.
Sekarang ia mendapat hiburan dan engkau sangat menderita. (26) Selain dari pada
itu di antara kami dan engkau terbentang jurang yang tak terseberangi, supaya
mereka yang mau pergi dari sini kepadamu ataupun mereka yang mau datang dari
situ kepada kami tidak dapat menyeberang”.
Orang
kaya itu minta Abraham menyuruh Lazarus memberinya setetes air, tetapi Abraham
menolak permintaan itu (ay 25), dan mengatakan bahwa ada jurang yang tak
terseberangi di antara surga dan neraka, sehingga tidak ada yang bisa
menyeberang, baik dari surga ke neraka maupun dari neraka ke surga (ay 26).
Ini bukan hanya menunjukkan bahwa orang-orang di surga, seandainya mereka ingin,
tak akan bisa membantu / meringankan penderitaan orang-orang yang ada di neraka,
dan ini bahkan juga menunjukkan bahwa sekali masuk surga akan selama-lamanya di
surga dan sekali masuk neraka akan selama-lamanya di neraka!
Barnes’
Notes:
“How
can men believe that there will be a restoration of all the wicked to heaven?
The Saviour solemnly assures us that there can be no passage from that world of
woe to the abodes of the blessed. ... If there is any thing certain from the
Scripture, it is, that they who enter hell return no more; they who sink there,
sink for ever” (= Bagaimana
manusia bisa percaya bahwa di sana akan ada suatu pemulihan dari semua
orang-orang jahat ke surga? Sang Juruselamat dengan khidmat meyakinkan kita
bahwa di sana tidak ada jalan lintas dari dunia kesengsaraan ke tempat kediaman
dari orang-orang yang diberkati. ... Jika ada sesuatu yang pasti dari Kitab
Suci, itu adalah, bahwa mereka yang masuk ke neraka tidak akan kembali lagi;
mereka yang tenggelam di sana, tenggelam selama-lamanya)
- hal 235.
Norval
Geldenhuys (NICNT): “After death the time of grace is past - their fate has been sealed
finally and forever” (= Setelah
kematian waktu kasih karunia telah lewat - nasib mereka telah disahkan untuk
terakhir-kalinya dan selama-lamanya)
- hal 426.
Louis
Berkhof:
“Scripture
represents the state of the unbelievers after death as a fixed state. The most
important passage that comes into consideration here is Luke 16:19-31.” (=
Kitab Suci menggambarkan keadaan orang-orang yang tidak
percaya setelah kematian sebagai suatu keadaan yang tetap. Text yang paling
penting untuk dipertimbangkan dalam persoalan ini adalah Luk 16:19-31) - ‘Systematic
Theology’, hal 693.
Kepermanenan
keberadaan di surga dan di neraka ini bertentangan dengan:
a) Ajaran yang mengatakan adanya ‘second chance’ (= kesempatan kedua), yang mengatakan bahwa
kalau seseorang sampai mati tidak percaya Yesus, maka nanti akan diberi
kesempatan kedua, dimana mereka akan diinjili di tempat penantian.
Juga
ajaran Andereas Samudera, yang mengatakan bahwa setelah seseorang mati,
rohnya bisa gentayangan dan merasuk orang yang masih hidup, dan roh ini bisa
diinjili dan bisa bertobat dan diselamatkan.
Ini
semua adalah ajaran sesat, dan jelas bertentangan dengan cerita ini, karena
dalam cerita ini orang kaya itu langsung masuk ke neraka, dan sekalipun
di sana ia jelas sekali menyesal / bertobat, tetapi ia tidak bisa
diselamatkan / diampuni!
Lenski
memberi komentar tentang ay 26 dengan kata-kata sebagai berikut: “The
sense of the statement is that death decides forever, it either heaven or hell. This
is not stressed by those who believe in the realm of the dead and make room for
conversions in its lower part and thus a transfer into the higher part”
(= Arti dari pernyataan ini adalah bahwa kematian menentukan selama-lamanya,
atau surga atau neraka. Ini tidak ditekankan oleh mereka yang percaya pada
dunia orang mati dan membuat kemungkinan untuk
pertobatan-pertobatan di bagian yang lebih rendah dan lalu suatu perpindahan ke
bagian yang lebih tinggi)
- hal 857.
William
Hendriksen:
“it
will become clear that the one great truth here emphasized is that once a person
has died, his soul having been separated from his body, his condition, whether
blessed or doomed, is fixed forever. There is no such thing as a ‘second’
chance” (= akan
menjadi jelas bahwa satu kebenaran besar / agung yang ditekankan di sini adalah
bahwa sekali seseorang telah mati, setelah jiwanya terpisah dari tubuhnya,
kondisinya, apakah diberkati atau dikutuk, tetap selama-lamanya. Tidak ada hal
yang disebut ‘kesempatan kedua’)
- hal 785.
b) Ajaran yang mengatakan bahwa hukuman di
neraka itu hanya bersifat sementara.
Maksudnya,
kalau orang masuk neraka, maka setelah sekian waktu, dimana Allah merasa hukuman
orang itu sudah cukup, maka orangnya akan diangkat dari neraka dan dimasukkan ke
surga. Ini ajaran salah / sesat, dan jelas bertentangan dengan cerita yang
sedang kita bahas ini!
Saya
ingin memberikan beberapa kutipan kata-kata Spurgeon dari khotbahnya tentang Luk 16:26
yang diberi judul ‘The Bridgeless
Gulf’ (= Jurang pemisah yang tidak mempunyai jembatan).
Charles
Haddon Spurgeon: “Human ingenuity has done very much to bridge great gulfs. Scarcely
has the world afforded a river so wide that its floods could not be overleaped;
or a torrent so furious that it could not be made to pass under the yoke. High
above the foam of Columbia’s glorious cataract, man has hung aloft his slender
but substantial road of iron, and the shriek of the locomotive is heard above
the roar of Niagara. This very week I saw the first chains which span the deep
rift through which the Bristol Avon finds its way at Clifton; man has thrown his
suspension bridge across the chasm, and men will soon travel where only that
which hath wings could a little while ago have found a way. There is, however,
one gulf which no human skill or engineering ever shall be able to bridge; there
is one chasm which no wing shall ever be able to cross; it is the gulf which
divide the world of joy in which the righteous triumph, from that land of sorrow
in which the wicked feel the smart of Jehovah’s sword. ... there is a great
gulf fixed, so that there can be no passage from the one world to the other”
(= Kepandaian
manusia telah menjembatani banyak jurang besar. Hampir tidak ada sungai yang
begitu lebar yang tidak bisa diseberangi; atau aliran air yang deras yang tidak
bisa dilalui. Di atas air terjun Kolumbia, manusia telah menggantung jalan dari
besi, dan bunyi lokomotif terdengar di atas gemuruh Niagara. Minggu yang baru
lalu ini saya melihat rantai pertama membentang antara Bristol Avon dan Clifton;
manusia telah membuat jembatan menyeberangi jurang itu, sehingga manusia segera
bisa menyeberangi jurang yang dulunya hanya bisa diseberangi oleh burung yang
bersayap. Tetapi ada satu jurang yang tidak pernah bisa diseberangi oleh
kepandaian dan teknologi manusia; ada satu jurang yang tidak pernah bisa
diseberangi oleh sayap manapun; itu adalah jurang yang memisahkan dunia sukacita
dalam mana orang-orang benar menang; dari tanah kesedihan dalam mana orang-orang
jahat merasakan tajamnya pedang Yehovah. ... disana terbentang suatu jurang yang
besar sehingga tidak bisa ada jalan dari satu dunia ke dunia yang lain)
- ‘A Treasury of Spurgeon on the Life
and Work of Our Lord’, Vol III, ‘The
Parables of Our Lord’, hal 414.
Charles
Haddon Spurgeon: “The lost spirits in hell are shut in for ever” (= Roh-roh yang terhilang dalam neraka dikurung untuk
selama-lamanya)
- ‘A Treasury of Spurgeon on the Life
and Work of Our Lord’, Vol III, ‘The
Parables of Our Lord’, hal 418.
Charles
Haddon Spurgeon: “You do not like the house of God; you shall be shut out of it. You do
not love the Sabbath; you are shut out from the eternal Sabbath” (= Engkau tidak menyukai rumah Allah; engkau akan dihalangi
untuk memasukinya. Engkau tidak mencintai Sabat; engkau dihalangi untuk memasuki
Sabat yang kekal)
- ‘A Treasury of Spurgeon on the Life
and Work of Our Lord’, Vol III, ‘The
Parables of Our Lord’, hal 419-420.
Catatan:
kata-kata ini berhubungan dengan Ibr 4:1-11.
Charles
Haddon Spurgeon: “As nothing can come from hell to heaven, so nothing heavenly can ever
come to hell. ... Nay, Lazarus is not permitted to dip the tip of his finger in
water to administer the cooling drop to the fire-tormented tongue. Not a drop of
heavenly water can ever cross that chasm. See then, sinner, heaven is rest,
perfect rest - but there is no rest in hell; it is labour in the fire, but no
ease, no peace, no sleep, no calm, no quiet; everlasting storm; eternal
hurricane; unceasing tempest. In the worst disease, there are some respites:
spasms of agony, but then pauses of repose. There is no pause in hell’s
torments” (= Sebagaimana
tidak ada apapun yang bisa datang dari neraka ke surga, demikian juga tidak ada
apapun yang bisa datang dari surga ke neraka. ... Tidak, Lazarus tidak diijinkan
untuk mencelupkan ujung jarinya dalam air untuk memberikan tetesan penyejuk
kepada lidah yang disiksa oleh api. Tidak setetes air surgawipun bisa
menyeberangi jurang itu. Maka, lihatlah orang berdosa, surga adalah istirahat,
istirahat yang sempurna - tetapi tidak ada istirahat di neraka; itu merupakan
pekerjaan berat dalam api, tetapi tidak ada kesenangan, tidak ada damai, tidak
ada tidur, tidak ada ketenangan; yang ada adalah angin topan selama-lamanya,
badai yang kekal, angin ribut yang tidak henti-hentinya. Dalam penyakit yang
terburuk, ada istirahat, kekejangan dari penderitaan, tetapi lalu istirahat yang
tenang. Tetapi tidak ada istirahat dalam siksaan neraka)
- ‘A Treasury of Spurgeon on the Life
and Work of Our Lord’, Vol III, ‘The
Parables of Our Lord’, hal 421.
Charles
Haddon Spurgeon: “Heaven is the place of sweet communion with God ... There is no
communion with God in hell. There are prayers, but they are unheard; there are
tears, but they are unaccepted; there are cries for pity, but they are all an
abomination unto the Lord” (= Surga
adalah tempat persekutuan yang manis dengan Allah ... Tidak ada persekutuan
dengan Allah dalam neraka. Di sana ada doa-doa, tetapi mereka tidak dijawab; ada
air mata, tetapi tidak diterima; ada jeritan untuk belas kasihan, tetapi
semuanya merupakan sesuatu yang menjijikkan bagi Tuhan) - ‘A Treasury of
Spurgeon on the Life and Work of Our Lord’, Vol III, ‘The Parables of Our Lord’, hal 421.
Charles
Haddon Spurgeon: “heaven’s blessings cannot cross from the celestial regions to the
infernal prison-house. No, it is sorrow without relief, misery without hope, and
here is the pang of it - it is death without end” (= berkat-berkat surgawi tidak bisa menyeberang dari daerah
surgawi ke rumah penjara neraka. Tidak, itu adalah kesedihan tanpa keringanan,
kesengsaraan tanpa pengharapan, dan inilah kepedihannya - itu adalah kematian
tanpa akhir)
- ‘A Treasury of Spurgeon on the Life
and Work of Our Lord’, Vol III, ‘The
Parables of Our Lord’, hal 422.
Charles
Haddon Spurgeon: “There is only one thing that I know of in which heaven is like hell -
it is eternal. ‘The wrath to come, the wrath to come, the wrath to come,’
for ever and for ever spending itself, and yet never being spent” (= Hanya ada satu hal yang saya ketahui dimana surga itu
seperti neraka, yaitu bahwa itu bersifat kekal. ‘Murka yang akan datang, murka
yang akan datang, murka yang akan datang’ untuk selama-lamanya dan
selama-lamanya menghabiskan dirinya sendiri, tetapi tidak pernah habis) - ‘A Treasury of
Spurgeon on the Life and Work of Our Lord’, Vol III, ‘The Parables of Our Lord’, hal 422.
Kalau
ada saudara yang belum sungguh-sungguh percaya kepada Kristus, renungkanlah
kata-kata Spurgeon yang mengerikan ini, dan cepatlah datang kepada Kristus
sebelum terlambat!
7) Penyesalan
tidak ada gunanya dalam kehidupan setelah kematian (ay 27-31).
Kalau
orang kaya itu begitu ingin bahwa saudara-saudaranya diinjili dan diselamatkan,
maka pasti ia sendiri juga sangat ingin untuk diselamatkan. Mungkin ia berpikir:
‘Andaikata aku dulu mau mempedulikan Injil yang diberitakan
oleh pendeta / orang kristen itu kepadaku ...’. Neraka penuh dengan ‘andaikata’
tetapi semua ‘andaikata’ ini
sia-sia! Kalau mau bertobat dan percaya kepada Yesus, lakukanlah sekarang! Dalam
kehidupan setelah kematian, penyesalan dan semua ‘andaikata’,
tidak berguna!
Norval
Geldenhuys (NICNT): “The Saviour related this parable not in order to satisfy our
curiosity about life after death but to emphasis vividly the tremendous
seriousness of life on this side of the grave - on the choice made here
by us depends our eternal weal or woe” (= Sang
Juruselamat menceritakan perumpamaan ini bukan untuk memuaskan keingin-tahuan
kita tentang kehidupan setelah kematian, tetapi untuk menekankan dengan gamblang
/ hidup keseriusan yang sangat hebat dari kehidupan pada sisi ini dari kubur
- pada pilihan yang kita buat di sini, tergantung kemakmuran /
kesejahteraan atau kesengsaraan kekal kita) - hal 427.
Louis
Berkhof:
“It
(Scripture) also invariably represents the coming final judgment as determined by
the things that were done in the flesh, and never speaks of this as dependent in
any way on what occurred in the intermediate state”
[= Itu (Kitab
Suci) juga selalu menggambarkan bahwa
penghakiman terakhir nanti ditentukan oleh hal-hal yang dilakukan dalam daging,
dan tidak pernah berbicara bahwa hal ini tergantung dengan cara apapun pada apa
yang terjadi pada saat antara kematian seseorang dan kedatangan Yesus yang
keduakalinya]
- ‘Systematic Theology’, hal 693.
2Kor
5:10 - “Sebab kita semua harus
menghadap takhta pengadilan Kristus, supaya setiap orang memperoleh apa yang
patut diterimanya, sesuai dengan yang dilakukannya dalam hidupnya ini,
baik ataupun jahat”.
Perhatikan kata-kata yang saya garis bawahi itu,
yang diterjemahkan secara berbeda oleh Kitab Suci bahasa Inggris.
KJV:
‘in his body’ (= dalam tubuhnya).
RSV/NIV/NASB:
‘in the body’ (= dalam tubuh).
Dalam
bahasa Yunani memang digunakan kata SOMA, yang artinya adalah ‘tubuh’.
Ini ayat yang sangat jelas dan kuat dalam persoalan ini. Penghakiman Kristus pada akhir jaman nanti
hanya tergantung pada apa yang dilakukan seseorang dalam hidupnya / dalam
tubuhnya,
bukan pada apa yang dilakukannya setelah ia mati / ada di
luar tubuhnya.
Jadi, seandainya penginjilan terhadap orang mati
itu memungkinkan untuk dilakukan, dan seandainya
orang mati itu bisa bertobat dan percaya kepada Yesus, itu tetap tidak akan
diperhitungkan dalam penghakiman akhir jaman. Yang
diperhitungkan hanyalah tindakan-tindakannya selama ia berada dalam tubuhnya.
Karena itu, kalau mau bertobat / percaya kepada Kristus,
lakukan itu sekarang! Jangan menunda, karena besok mungkin sudah terlambat!
bersambung