GOLGOTHA SCHOOL OF MINISTRY
(Rungkut Megah Raya Blok D No 16)
Rabu, tgl 17 Juli 2019, pk 19.00
PDT. BUDI ASALI, M. DIV.
KRISTOLOGI (7)
2) Communicatio Operationum / Apotelesmatum [communication of acts {= pemberian tindakan-tindakan}].
Semua tindakan / perbuatan Kristus, baik yang bersifat:
a) Ilahi, seperti penciptaan, pemeliharaan.
b) Manusia, seperti makan, minum.
c) Gabungan ilahi dan manusia, seperti penebusan.
adalah tindakan / perbuatan dari pribadi Kristus.
Jadi, pada waktu melihat Kristus makan, kita tidak perlu berkata ‘hakekat manusiaNya makan’, tetapi kita bisa berkata ‘Kristus makan’. Pada waktu kita mau mengatakan bahwa Kristus mencipta dan mengatur alam semesta, kita tidak perlu berkata ‘hakekat ilahiNya mencipta dan mengatur alam semesta’, tetapi kita bisa berkata ‘Kristus mencipta dan mengatur alam semesta’.
Catatan: sebutan ‘Yesus’ atau ‘Kristus’ atau penggunaan kata ganti orang (seperti ‘Aku’) untuk Yesus, biasanya menunjuk kepada pribadi.
Contoh:
Mat 27:26 - “Lalu ia membebaskan Barabas bagi mereka, tetapi YESUS disesahnya lalu diserahkannya untuk disalibkan.”.
Kata ‘disesah’ cocoknya untuk hakekat manusia Kristus, tetapi ditujukan kepada pribadiNya (‘Yesus’).
Mat 28:19-20 - “(19) Karena itu pergilah, jadikanlah semua bangsa muridKu dan baptislah mereka dalam nama Bapa dan Anak dan Roh Kudus, (20) dan ajarlah mereka melakukan segala sesuatu yang telah Kuperintahkan kepadamu. Dan ketahuilah, AKU menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman.’”.
Kata-kata ‘menyertai kamu senantiasa sampai kepada akhir zaman’ cocoknya untuk hakekat ilahi Kristus, tetapi ditujukan kepada pribadiNya (‘Aku’).
Illustrasi:
Manusia terdiri dari tubuh + jiwa.
Ada tindakan hanya dari jiwa, seperti berpikir, marah, benci.
Ada tindakan hanya dari tubuh, seperti mencerna makanan, berdenyutnya jantung.
Ada tindakan dari gabungan tubuh dan jiwa, seperti membaca, menulis, berbicara dsb.
Tetapi adalah seluruh pribadi manusia yang marah, mencerna makanan, membaca dsb.
Karena itu kalau kita melihat seseorang (si A) sedang makan / berpikir, kita tidak mengatakan ‘tubuhnya makan’ tetapi ‘Dia / si A makan’. Kita tidak mengatakan ‘jiwanya berpikir’, tetapi ‘Dia / si A berpikir’.
Catatan: lagi-lagi ilustrasi ini hanya cocok untuk orang yang mempercayai Dichotomy, bukan Trichotomy.
3) Communicatio Charismatum / Gratiarum [communication of gifts {= pemberian karunia-karunia}].
Hakekat manusia dari Kristus, sejak saat pertama keberadaanNya, telah diberi bermacam-macam karunia yang mulia.
Misalnya:
a) Dipersatukannya hakekat manusia itu dengan LOGOS, dengan mana hakekat manusia itu ditinggikan melebihi semua ciptaan.
G. C. Berkouwer menggunakan Yoh 3:34 sebagai salah satu dasar: “Sebab siapa yang diutus Allah, Dialah yang menyampaikan firman Allah, karena Allah mengaruniakan RohNya dengan tidak terbatas.”. - ‘Studies in Dogmatics: The Person of Christ’, hal 295.
Louis Berkhof berjalan lebih jauh dengan mengatakan bahwa ini menyebabkan hakekat manusia Yesus itu ‘menjadi object pemujaan (adoration)’ - ‘Systematic Theology’, hal 324.
Tetapi G. C. Berkouwer menentang pandangan ini dengan mengatakan: “Reformed theology resisted every form of the deification of the human nature of Christ.” [= Theologia Reformed menentang setiap bentuk pendewaan terhadap hakekat manusia Kristus.] - ‘Studies in Dogmatics: The Person of Christ’, hal 295.
Memang pada waktu seseorang bertemu dengan Kristus pada waktu Ia hidup dalam dunia ini, tentu saja orang itu boleh menyembahNya. Tetapi yang disembah sebetulnya adalah pribadi Kristus, atau hakekat ilahiNya, bukan hakekat manusiaNya.
Hal-hal ini memang tidak bisa dipisahkan tetapi bisa dibedakan.
Ini pandangan yang agak berbeda lagi.
John Owen: “Hence the human nature of Christ, in his divine person and together with it, is the object of all divine adoration and worship, Rev. 5:13.” [= Jadi, hakekat manusia dari Kristus, dalam Pribadi Ilahinya dan bersama-sama denganNya, adalah obyek dari semua pemujaan dan penyembahan ilahi, Wah 5:13.] - ‘The Works of John Owen’, vol I, hal 241.
Wah 5:13 - “Dan aku mendengar semua makhluk yang di sorga dan yang di bumi dan yang di bawah bumi dan yang di laut dan semua yang ada di dalamnya, berkata: ‘Bagi Dia yang duduk di atas takhta dan bagi Anak Domba, adalah puji-pujian dan hormat dan kemuliaan dan kuasa sampai selama-lamanya!’”.
Catatan: menurut saya ayat ini tidak menunjukkan kebenaran dari apa yang Owen katakan di atas ini.
Jadi dalam hal ini, pandangan dari orang-orang Reformed tidak seragam!
Saya pribadi, condong pada pandangan G. C. Berkouwer.
Ini dasar saya:
Mat 4:10 - “Maka berkatalah Yesus kepadanya: ‘Enyahlah, Iblis! Sebab ada tertulis: Engkau harus menyembah Tuhan, Allahmu, dan HANYA kepada Dia sajalah engkau berbakti!’”.
‘Manusia Yesus’ bukan Allah, dan karena itu, berdasarkan ayat ini, tidak boleh disembah.
Mari kita melihat pandangan Calvin berkenaan dengan hal itu, dalam komentarnya tentang Fil 2:10. Tetapi sebelumnya kita melihat Fil 2:10 itu sendiri.
Fil 2:9-11 - “(9) Itulah sebabnya Allah sangat meninggikan Dia dan mengaruniakan kepadaNya nama di atas segala nama, (10) supaya dalam nama Yesus bertekuk lutut segala yang ada di langit dan yang ada di atas bumi dan yang ada di bawah bumi, (11) dan segala lidah mengaku: ‘Yesus Kristus adalah Tuhan,’ bagi kemuliaan Allah, Bapa!”.
Calvin (tentang Fil 2:10): “‘Every knee might bow.’ Though respect is shewn to men also be means of this rite, there can nevertheless be no doubt that what is here meant is that adoration which belongs exclusively to God, of which the bending of the knee is a token. ... But here a question arises - whether this relates to the divinity of Christ or to his humanity, for either of the two is not without some inconsistency, inasmuch as nothing new could be given to his divinity; and his humanity in itself, viewed separately, has by no means such exaltation belonging to it that it should be adored as God? I answer, that this, like many things else, is affirmed in reference to Christ’s entire person, viewed as ‘God manifested in the flesh.’ (1 Timothy 3:16.)” [= ‘Setiap lutut bisa bertelut’. Sekalipun hormat yang ditunjukkan kepada manusia juga merupakan cara dari upacara ini, tetapi di sana tidak bisa ada keraguan bahwa apa yang dimaksudkan di sini adalah pemujaan itu yang merupakan milik Allah secara exklusif, tentang mana penekukan lutut adalah sebuah tanda. ... Tetapi di sini suatu pertanyaan muncul - apakah ini berhubungan dengan keilahian Kristus atau dengan kemanusiaanNya, karena yang manapun dari keduanya bukanlah tanpa suatu ketidak-konsistenan, karena tidak ada apapun yang baru bisa diberikan kepada keilahianNya; dan kemanusiaanNya dalam diriNya sendiri, dilihat secara terpisah, pasti tidak mempunyai pemuliaan seperti itu sebagai milikNya sehingga itu harus dipuja sebagai Allah? Saya menjawab, bahwa ini, seperti banyak hal yang lain, ditegaskan / dinyatakan berkenaan dengan seluruh Pribadi Kristus, dipandang sebagai ‘Allah yang dinyatakan dalam daging’. (1Tim 3:16).].
Jadi, Calvin juga berpandangan bahwa secara strict kemanusiaan Yesus, dalam diriNya sendiri, tidak boleh disembah. Yang kita sembah adalah PribadiNya (Allah yang menjadi manusia / The God-Man).
b) Karunia-karunia Roh, khususnya dalam hal intelek, kehendak dan kuasa, dengan mana hakekat manusia itu ditinggikan melebihi makhluk-makhluk ciptaan yang lain. Menurut Louis Berkhof, termasuk di sini ketidak-mungkinannya untuk berbuat dosa (impeccability / non posse peccare). Tetapi untuk yang terakhir ini ada pro kontra lagi, dan saya tidak setuju dengan Louis Berkhof.
Saya tidak melihat contoh-contoh yang diberikan oleh para ahli Theologia Reformed, sehingga ada hal-hal yang membingungkan saya.
Kalau dalam hal intelek, maka contohnya adalah kepandaian yang jelas menonjol sekali dalam diri manusia Yesus, sejak masa kecilNya.
Luk 2:40,46-47,52 - “(40) Anak itu bertambah besar dan menjadi kuat, penuh hikmat, dan kasih karunia Allah ada padaNya. ... (46) Sesudah tiga hari mereka menemukan Dia dalam Bait Allah; Ia sedang duduk di tengah-tengah alim ulama, sambil mendengarkan mereka dan mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada mereka. (47) Dan semua orang yang mendengar Dia sangat heran akan kecerdasanNya dan segala jawab yang diberikanNya. ... (52) Dan Yesus makin bertambah besar dan bertambah hikmatNya dan besarNya, dan makin dikasihi oleh Allah dan manusia.”.
Tetapi G. C. Berkouwer (hal 295) dengan sangat hati-hati menambahkan bahwa ini berbeda dengan ajaran Lutheran yang mengatakan bahwa ada pemberian sifat-sifat dari hakekat ilahi kepada hakekat manusia Yesus. Ini dianggap salah, karena karunia-karunia adalah pemberian dari Roh Kudus kepada manusia Yesus untuk bisa melakukan pelayananNya.
Jadi ayat di atas hanya menunjukkan bahwa Roh Kudus memberikan Yesus kecerdasan yang luar biasa dalam pengertian Kitab Suci, tetapi sama sekali tidak berarti bahwa manusia Yesus menjadi maha tahu karena pemberian sifat itu dari hakekat ilahiNya. Kalau manusia Yesus itu maha tahu, kita tidak akan bisa menjelaskan Mat 24:36, yang menunjukkan bahwa manusia Yesus tidak mengetahui hari Tuhan.
Tetapi dalam hal kehendak, itu membingungkan saya. Apa contohnya? Apakah hanya sekedar bahwa kehendakNya suci?
Kalau dalam hal kuasa, jelas bukan berarti Yesus sebagai manusia itu sebagai superman yang mempunyai kekuatan jasmani yang luar biasa. Tetapi mungkin ‘kuasa’ yang dimaksudkan adalah dalam hal wibawa dan kuasa dalam pengajaran / tindakan.
Yoh 2:14-16 - “(14) Dalam Bait Suci didapatiNya pedagang-pedagang lembu, kambing domba dan merpati, dan penukar-penukar uang duduk di situ. (15) Ia membuat cambuk dari tali lalu mengusir mereka semua dari Bait Suci dengan semua kambing domba dan lembu mereka; uang penukar-penukar dihamburkanNya ke tanah dan meja-meja mereka dibalikkanNya. (16) Kepada pedagang-pedagang merpati Ia berkata: ‘Ambil semuanya ini dari sini, jangan kamu membuat rumah BapaKu menjadi tempat berjualan.’”.
Catatan: coba bayangkan kalau orang biasa melakukan hal ini apakah ia tidak dirajam? Jelas di sini terlihat wibawa Yesus yang luar biasa, sehingga sekalipun ada yang menentangNya tetapi tak ada yang melakukan perlawanan fisik.
Luk 4:28-30 - “(28) Mendengar itu sangat marahlah semua orang yang di rumah ibadat itu. (29) Mereka bangun, lalu menghalau Yesus ke luar kota dan membawa Dia ke tebing gunung, tempat kota itu terletak, untuk melemparkan Dia dari tebing itu. (30) Tetapi Ia berjalan lewat dari tengah-tengah mereka, lalu pergi.”.
Calvin menganggap ini terjadi karena Allah melakukan mujijat, tetapi William Hendriksen membuka peluang (sekalipun tidak memastikan) bahwa sikap Yesus yang tenang dan agung membuat mereka tidak bisa / berani berbuat apa-apa.
Yoh 7:44-46 - “(44) Beberapa orang di antara mereka mau menangkap Dia, tetapi tidak ada seorangpun yang berani menyentuhNya. (45) Maka penjaga-penjaga itu pergi kepada imam-imam kepala dan orang-orang Farisi, yang berkata kepada mereka: ‘Mengapa kamu tidak membawaNya?’ (46) Jawab penjaga-penjaga itu: ‘Belum pernah seorang manusia berkata seperti orang itu!’”.
William Hendriksen mengatakan bahwa penjaga-penjaga itu tidak berani menangkap Yesus karena sangat terkesan oleh kata-kata Yesus. Lenski mengatakan bahwa otoritas, keagungan dan kuasa Yesus membuat mereka tidak berani menangkapNya.
Yoh 18:3-6 - “(3) Maka datanglah Yudas juga ke situ dengan sepasukan prajurit dan penjaga-penjaga Bait Allah yang disuruh oleh imam-imam kepala dan orang-orang Farisi lengkap dengan lentera, suluh dan senjata. (4) Maka Yesus, yang tahu semua yang akan menimpa diriNya, maju ke depan dan berkata kepada mereka: ‘Siapakah yang kamu cari?’ (5) Jawab mereka: ‘Yesus dari Nazaret.’ KataNya kepada mereka: ‘Akulah Dia.’ Yudas yang mengkhianati Dia berdiri juga di situ bersama-sama mereka. (6) Ketika Ia berkata kepada mereka: ‘Akulah Dia,’ mundurlah mereka dan jatuh ke tanah.”.
Lenski menganggap bahwa seluruh pasukan rebah karena kata-kata Yesus ‘Akulah Dia’ dan ini pasti karena kuasa Ilahi. William Hendriksen berkata bahwa sikap, suara, pandangan mata, keagungan Yesus menyebabkan hal ini, tetapi ini juga merupakan suatu tanda dari Yesus bahwa Ia adalah Mesias / Kristus. Leon Morris mengatakan ini disebabkan keagungan Yesus.
Kuasa pengajaranNya terlihat dari ayat ini:
Mat 7:28-29 - “(28) Dan setelah Yesus mengakhiri perkataan ini, takjublah orang banyak itu mendengar pengajaranNya, (29) sebab Ia mengajar mereka sebagai orang yang berkuasa, tidak seperti ahli-ahli Taurat mereka.”.
Catatan: Communicatio Charismatum / Gratiarum ini tidak mengubah hakekat manusia itu menjadi Allah!
D) Ayat-ayat Kitab Suci yang berhubungan dengan Personal Union.
Ada 4 golongan ayat-ayat Kitab Suci:
1) Ayat-ayat yang menggunakan sebutan bagi Kristus dengan sebutan yang berlaku untuk pribadi Kristus, tetapi tidak cocok / berlaku baik untuk hakekat manusia saja maupun untuk hakekat ilahi saja.
Contoh:
a) Yoh 1:29 - Anak Domba Allah.
b) Yoh 5:21-23 - Hakim.
c) Yoh 9:5 - Terang dunia.
d) Yoh 10:9,11 - Pintu, Gembala.
e) Yoh 15:1 - Pokok anggur yang benar.
f) Ro 8:34 - Pembela.
g) Ef 4:15 - Kepala Gereja.
Sebutan-sebutan ini tidak ditujukan kepada Kristus sebagai Allah Anak / LOGOS, juga tidak kepada Kristus sebagai manusia, tetapi kepada Pribadi Kristus (The God-man).
Calvin: “Let this, then, be our key to right understanding: those things which apply to the office of the Mediator are not spoken simply either of the divine nature or of the human.” [= Biarlah ini menjadi kunci bagi kita untuk mendapatkan pengertian yang benar: hal-hal yang berhubungan dengan jabatan dari Pengantara, tidak dikatakan HANYA tentang hakekat ilahi atau manusia.] - ‘Institutes of the Christian Religion’, Book II, chapter XIV, 3.
2) Ayat-ayat yang sebetulnya hanya cocok untuk hakekat ilahi / LOGOS, tetapi ditujukan kepada pribadi Kristus.
Contoh:
a) Yoh 8:58 - “Kata Yesus kepada mereka: ‘Aku berkata kepadamu, sesungguhnya sebelum Abraham jadi, Aku (telah) ada.’”.
Sebetulnya kata-kata ‘ada sebelum Abraham jadi’ hanya berlaku untuk hakekat ilahi, bukan untuk hakekat manusia. Tetapi sekalipun demikian, Yesus tidak berkata ‘sebelum Abraham jadi, hakekat ilahiKu ada’, tetapi Ia berkata ‘sebelum Abraham jadi, Aku (menunjuk pada pribadiNya) ada’.
b) Yoh 17:5 - “Oleh sebab itu, ya Bapa, permuliakanlah Aku padaMu sendiri dengan kemuliaan yang Kumiliki di hadiratMu sebelum dunia ada.”.
Sebetulnya kata-kata ‘memiliki kemuliaan di hadirat Allah sebelum dunia dijadikan’ hanya berlaku untuk hakekat ilahi, bukan untuk hakekat manusia. Tetapi Yesus lagi-lagi menggunakan kata ‘Aku’, yang menunjukkan bahwa kata-kata itu Ia tujukan untuk pribadiNya.
3) Ayat-ayat yang sebetulnya hanya cocok untuk hakekat manusiaNya, tetapi ditujukan kepada pribadi Kristus.
Contoh:
a) Mat 26:37-38 - “(37) Dan Ia membawa Petrus dan kedua anak Zebedeus sertaNya. Maka mulailah Ia merasa sedih dan gentar, (38) lalu kataNya kepada mereka: ‘HatiKu sangat sedih, seperti mau mati rasanya. Tinggallah di sini dan berjaga-jagalah dengan Aku.’”.
Sebetulnya yang bisa merasa sedih dan gentar, seperti mau mati, dsb, hanyalah hakekat manusia, bukan hakekat ilahi. Tetapi ayat-ayat ini menujukannya untuk pribadi Yesus.
b) Hal yang sama bisa saudara jumpai dalam:
Luk 2:40,52 - “(40) Anak itu bertambah besar dan menjadi kuat, penuh hikmat, dan kasih karunia Allah ada padaNya. ... (52) Dan Yesus makin bertambah besar dan bertambah hikmatNya dan besarNya, dan makin dikasihi oleh Allah dan manusia.”.
Luk 24:39-43 - “(39) Lihatlah tanganKu dan kakiKu: Aku sendirilah ini; rabalah Aku dan lihatlah, karena hantu (roh) tidak ada daging dan tulangnya, seperti yang kamu lihat ada padaKu.’ (40) Sambil berkata demikian, Ia memperlihatkan tangan dan kakiNya kepada mereka. (41) Dan ketika mereka belum percaya karena girangnya dan masih heran, berkatalah Ia kepada mereka: ‘Adakah padamu makanan di sini?’ (42) Lalu mereka memberikan kepadaNya sepotong ikan goreng. (43) Ia mengambilnya dan memakannya di depan mata mereka.”.
Yoh 11:35 - “Maka menangislah Yesus.”.
4) Ayat-ayat yang menggunakan sebutan / gelar yang hanya cocok untuk hakekat yang satu, tetapi menggunakan predikat yang hanya cocok untuk hakekat yang lain.
Ini terbagi dalam 2 golongan:
a) Ayat-ayat yang menyebut Kristus dengan sebutan / gelar ilahi, tetapi menggunakan predikat yang hanya cocok untuk hakekat manusia.
Contoh:
1. Kis 20:28 - “Karena itu jagalah dirimu dan jagalah seluruh kawanan, karena kamulah yang ditetapkan Roh Kudus menjadi penilik untuk menggembalakan jemaat Allah yang diperolehNya dengan darah (Anak)Nya sendiri.”.
NIV: “... the church of God, which he bought with his own blood” [= ... jemaat / gereja Allah, yang Ia beli dengan darahNya sendiri].
Catatan: dalam ayat ini TB1 - LAI salah terjemahan karena menterjemahkan ‘darah AnakNya’. Ini dibetulkan dalam TB2 - LAI yang menterjemahkan ‘darahNya’ (menghapus kata ‘Anak’ yang memang sebetulnya tidak ada dalam bahasa aslinya).
Ayat ini menggunakan sebutan / gelar ilahi (‘Allah’), tetapi predikatnya berbicara tentang ‘darah’, yang sebetulnya hanya cocok untuk hakekat manusia Yesus.
2. 1Kor 2:8 - “Tidak ada dari penguasa dunia ini yang mengenalnya, sebab kalau sekiranya mereka mengenalnya, mereka tidak menyalibkan Tuhan yang mulia.”.
Ayat ini menggunakan sebutan / gelar ilahi (‘Tuhan yang mulia’ / ‘The Lord of glory’), tetapi menggunakan predikat ‘menyalibkan’ yang sebetulnya hanya cocok untuk hakekat manusia Yesus.
3. 1Yoh 1:1 - “Apa yang telah ada sejak semula, yang telah kami dengar, yang telah kami lihat dengan mata kami, yang telah kami saksikan dan yang telah kami raba dengan tangan kami tentang Firman hidup - itulah yang kami tuliskan kepada kamu.”.
Ayat ini menggunakan sebutan / gelar ilahi (‘Firman’ / LOGOS), tetapi menggunakan predikat ‘telah kami lihat dengan mata kami’ dan ‘telah kami saksikan dan yang telah kami raba dengan tangan kami’, yang sebetulnya hanya cocok untuk hakekat manusia Yesus.
4. Wah 11:8 - “Dan mayat mereka akan terletak di atas jalan raya kota besar, yang secara rohani disebut Sodom dan Mesir, di mana juga Tuhan mereka disalibkan.”.
Ayat ini menggunakan sebutan / gelar ilahi (‘Tuhan’), tetapi menggunakan predikat ‘disalibkan’ yang sebetulnya hanya cocok untuk hakekat manusia Yesus.
5. Ibr 7:14 - “Sebab telah diketahui semua orang, bahwa Tuhan kita berasal dari suku Yehuda dan mengenai suku itu Musa tidak pernah mengatakan suatu apapun tentang imam-imam.”.
Ayat ini menggunakan sebutan / gelar ilahi (‘Tuhan’), tetapi menggunakan predikat ‘berasal dari suku Yehuda’, yang tentu saja hanya cocok untuk hakekat manusia Yesus.
b) Ayat-ayat yang menyebut Kristus dengan sebutan / gelar manusia, tetapi menggunakan predikat yang hanya cocok untuk hakekat ilahi.
Contoh:
1. Mat 9:6 - “Tetapi supaya kamu tahu, bahwa di dunia ini Anak Manusia berkuasa mengampuni dosa’ - lalu berkatalah Ia kepada orang lumpuh itu -: ‘Bangunlah, angkatlah tempat tidurmu dan pulanglah ke rumahmu!’”.
Ayat ini menggunakan sebutan / gelar manusia (‘Anak Manusia’), tetapi menggunakan predikat ‘berkuasa mengampuni dosa’ yang hanya cocok untuk hakekat ilahi.
2. Mat 12:8 - “Karena Anak Manusia adalah Tuhan atas hari Sabat.’”.
Ayat ini menggunakan sebutan / gelar manusia (‘Anak Manusia’), tetapi menggunakan predikat ‘Tuhan atas hari Sabat’ yang hanya cocok untuk hakekat ilahi.
3. Hal yang sama bisa saudara lihat dalam ayat-ayat seperti:
Mat 13:41 - “Anak Manusia akan menyuruh malaikat-malaikatNya dan mereka akan mengumpulkan segala sesuatu yang menyesatkan dan semua orang yang melakukan kejahatan dari dalam KerajaanNya.”.
Luk 19:10 - “Sebab Anak Manusia datang untuk mencari dan menyelamatkan yang hilang.’”.
Yoh 3:13 - “Tidak ada seorangpun yang telah naik ke sorga, selain dari pada Dia yang telah turun dari sorga, yaitu Anak Manusia.”.
Yoh 6:62 - “Dan bagaimanakah, jikalau kamu melihat Anak Manusia naik ke tempat di mana Ia sebelumnya berada?”.
1Kor 15:47b - “manusia kedua berasal dari sorga.”.
Calvin menjelaskan mengapa hal itu dilakukan dalam Kitab Suci dengan berkata sebagai berikut:
“And they (Scriptures) so earnestly express this union of the two natures that is in Christ as sometimes to interchange them.” [= Dan mereka (Kitab-kitab Suci) begitu sungguh-sungguh mewujudkan kesatuan dari dua hakekat yang ada di dalam Kristus sehingga kadang-kadang menukar / membolak-balik mereka.] - ‘Institutes of the Christian Religion’, book II, chapter XIV, 1.
“But because the selfsame one was both God and man, for the sake of the union of both natures he gave to the one what belonged to the other.” [= Tetapi karena ‘orang’ yang sama adalah Allah dan manusia, demi kesatuan dari kedua hakekat, ia memberikan kepada yang satu apa yang termasuk pada yang lain.] - ‘Institutes of the Christian Religion’, book II, chapter XIV, 2.
-o0o-
Author : Pdt. Budi Asali,M.Div.
Email : golgotha_ministry0@yahoo.com