Budi Asali yang
difitnah
(oleh: Pdt. Budi Asali)
I) Tanggapan
jemaat MRII BALI di facebook dan tanggapan balik
Pdt. Esra dan Pdt. Budi Asali terhadapnya.
Beberapa waktu
yang lalu saya membuat suatu tulisan untuk menanggapi / menyerang buku dari Pdt. Sutjipto
Subeno yang berjudul ‘Indahnya
Pernikahan Kristen’, dan tanggapan saya itu saya masukkan ke web-web
yang dikelola oleh jemaat-jemaat saya (Chandra Johan, Cahaya, dan Haryo), dan
juga oleh Pdt. Esra Alfred Soru, dan juga saya kirimkan kepada Pdt. Andi Halim
dari GRII Ngagel Jaya, Surabaya. Mungkin saudara / para pembaca menganggap
bahwa dengan demikian saya mencari gara-gara lebih dulu dalam terjadinya
masalah ini. Tetapi perlu saudara ingat bahwa Pdt. Sutjipto Subeno dalam buku itu,
khususnya pada bagian yang saya bahas, bukan hanya melakukan penipuan terhadap
pembaca, tetapi juga menyerang dan memfitnah ajaran
Reformed / Calvinisme yang sejati dengan mengatakannya sebagai sesat dan tidak
Alkitabiah. Sebagai orang Reformed / Calvinist, tentu saja saya diserang
/ difitnah oleh Pdt. Sutjipto Subeno melalui buku itu, dan karena itulah saya
membuat tulisan untuk menanggapi buku tersebut.
Juga perlu
diketahui bahwa saya tidak mengirimkan pembahasan saya tentang buku Pdt.
Sutjipto Subeno kepada Mey Singa. Entah dari siapa Mey Singa mendapatkan, itu
bukan urusan saya. Dan Mey Singa memasukkan tulisan itu ke facebooknya juga bukan
atas dorongan atau usul dari saya, tetapi atas inisiatifnya sendiri, mungkin
karena ia merasakan tulisan saya sebagai suatu kebenaran, sehingga perlu
dipublikasikan.
Ternyata tulisan
di facebook Mey Singa ini mendapatkan tanggapan dari jemaat-jemaat (baca
‘penyembah-penyembah’) Pdt. Sutjipto Subeno (saya beri
warna biru). Tanggapan-tanggapan yang sangat negatif dan bodoh ini sama sekali tidak membahas tulisan saya secara theologis,
tetapi menyerang diri / pribadi saya, dan bersifat memfitnah! Tanggapan-tanggapan
ini sudah dijawab oleh Pdt. Esra Alfred Soru, rekan saya dari Kupang (saya beri warna hijau). Tetapi saya menganggap
tanggapan dari Pdt. Esra Alfred Soru masih kurang / agak lemah di tempat-tempat
tertentu, dan ada hal-hal yang berhubungan dengan saya yang Pdt. Esra Alfred
Soru memang tak berhak menjawabnya. Karena itu, saya mengcopy seluruh tulisan berkenaan
dengan hal itu dari facebook Mey Singa di bawah ini, dan saya beri tanggapan
tambahan dari saya sendiri (semua dengan warna merah).
Febrianne
Pingkan Carolina Sundah wow seru sekali.. tetapi gimana Mey sendiri,dgn menshare ini
artinya Mey setuju atau tidak... atau abu2.. hehe.. Sebab kalau Mey setuju
dengan pernyataan pak Budi Asali, dilema dong Mey.. dipertanyakan karena Mey
dan keluarga serta anak beribadah dan sekolah minggu di MRII Denpasar yang
gembalanya dr dulu smp skrg Pdt Sutjipto Subeno. Dan pemahaman pengajaran baik
dari mimbar maupun di sekolah minggu semua sinkron dgn ajaran
"Reformed" yang memang jelas berbeda dengan pak Budi Asali..
hihihihihi... ;-D kalau masalah seperti kata pak Budi Asali Reformed palsu,
gadungan atau apa.. Nanti aja ya ditanyakan kalau kita sudah ketemu Tuhan
Yesus.. hahahaha...
Tanggapan
Budi Asali:
Kata-kata
Febrianne ini lucu sekali. Dia sama sekali tak mempedulikan kebenaran! Dan
menurut saya ‘bau ancaman’ terhadap Mey begitu keras sehingga bisa tercium dari
Kutub Utara! Apakah MRII Denpasar sudah menjadi semacam mafia, sehingga anggota
yang tidak setia kepada Pdt. Sutjipto Subeno, betapapun salahnya Pdt.
Sutjipto Subeno, harus ‘dibunuh’??? Kelihatannya ‘pembunuhan’ seperti ini
sudah terjadi dalam diri Yulia, dan sekarang mau dilakukan lagi dalam diri Mey?
“Alangkah indahnya hidup ‘Reformed
gadungan’ / jemaat MRII Denpasar”! Mungkin seharusnya MRII diganti menjadi
singkatan dari ‘Mafia Reformed Injili Indonesia’! Dan
apakah hal seperti ini ada dalam seluruh GRII???? Saya menanyakan ini karena
saya mendengar bahwa semua hamba Tuhan yang keluar dari GRII, karena gegeran
atau dengan cara baik-baik, semuanya diboikot oleh GRII. Kalau memang benar,
apakah gunanya setiap minggu mengucapkan kata-kata dalam 12 Pengakuan Iman
Rasuli, ‘Gereja yang kudus dan am’???
Apakah
karena Mey berbakti di MRII Denpasar yang digembalakan Pdt. Sutjipto Subeno,
dan karena anaknya Mey Sekolah Minggu di sana juga, lalu Mey tak boleh
menyetujui suatu tulisan dari siapapun yang mengkritik Pdt. Sutjipto Subeno? Apakah
Febrianne punya motto ‘right
or wrong, my teacher / pastor’ (= benar atau salah, guruku /
pendetaku)?
Bdk.
1Kor 11:1 - “Jadilah pengikutku, sama seperti aku juga menjadi pengikut
Kristus.”.
Jadi,
selama Paulus ikut Kristus, kita boleh ikut Paulus. Tetapi andaikata Paulus
sesat, maka gilalah orang Kristen yang tetap ikut dia. Kalau untuk Paulus saja
seperti itu, apalagi untuk Pdt. Sutjipto Subeno???
Untuk
Mey: Baca Mat 10:28 - “Dan janganlah kamu takut kepada mereka yang dapat membunuh tubuh,
tetapi yang tidak berkuasa membunuh jiwa; takutlah terutama kepada Dia yang
berkuasa membinasakan baik jiwa maupun tubuh di dalam neraka.”.
Dan Mey,
tanya kepada mereka, bisakah membuktikan kalau tulisan saya salah? Kalau
tulisan saya tentang buku Pdt. Sutjipto Subeno itu salah, apakah di seluruh
GRII tak ada orang yang cukup pintar untuk membuktikan / menunjukkan
kesalahannya? Kasihan sekali, betul-betul mengenaskan! Sebaliknya, kalau
tulisan saya memang benar, dengan memasukkannya ke facebook, Mey telah
memberitakan kebenaran! Lalu apa alasan mereka marah? Bandingkan dengan Gal
4:16 - “Apakah dengan mengatakan kebenaran kepadamu aku telah menjadi
musuhmu?”.
Lalu
Febrianne mengatakan bahwa “pemahaman pengajaran baik dari mimbar maupun di sekolah minggu
semua sinkron dgn ajaran "Reformed" yang memang jelas berbeda dengan
pak Budi Asali”.
Sinkron
dengan Reformed yang mana? Mengapa Reformednya dituliskan dalam tanda petik?
Secara implicit, bukankah Febrianne sudah menyadari / mengakui kalau
Reformednya dia / Pdt. Sutjipto Subeno bukan Reformed yang sejati?
Mimbar
dan Sekolah Minggu sinkron? Tentu saja, karena yang mengajar semuanya berasal
dari satu sumber, bukan dari Alkitab, tetapi dari Pdt. Sutjipto Subeno. Tetapi
kalau sinkron dalam kesalahan,
lalu apanya yang harus / bisa dibanggakan?? Itu sama sinkronnya seperti Herodes
dan Pontius Pilatus (Luk 23:12), atau seperti Yudas Iskariot dan tokoh-tokoh
Yahudi (Mat 26:14-15)!
Febrianne
berkata lagi “kalau masalah seperti
kata pak Budi Asali Reformed palsu, gadungan atau apa.. Nanti aja ya ditanyakan
kalau kita sudah ketemu Tuhan Yesus.. hahahaha...”.
Kita
diberi Alkitab, dan Roh Kudus, salah satu tujuannya adalah untuk menilai apakah
suatu ajaran benar atau tidak. Dan dengan membanding-bandingkan dengan tulisan
para ahli theologia / penafsir Reformed, kita bisa tahu apakah suatu ajaran
betul-betul Reformed atau tidak!
Jadi omongan
Febrianne ini adalah omongan yang menghindari tanggung jawab kita sebagai orang
Kristen. Justru Pdt. Sutjipto Subeno yang memfitnah bahwa Reformed yang
sejati seperti saya (dan Pdt. Andi Halim) tidak punya tanggung jawab dan boleh
hidup semaunya! Tetapi kenyataannya, jemaat Pdt. Sutjipto Subeno sendiri, yang
notabene adalah hasil didikan Pdt. Sutjipto Subeno, yang bersikap seperti itu!
Ironis, bukan?
Kalau
semua kebenaran ditentukan nanti saja pada waktu ketemu Tuhan Yesus, lalu
bagaimana dengan semua ajaran yang betul-betul sesat seperti Saksi Yehuwa,
Mormon dsb? Juga bagaimana dengan agama-agama lain? Apakah kita sebagai orang
Kristen juga harus bersikap seperti itu?
Memang
pada saat nanti ketemu Tuhan Yesus di surga kita akan tahu kebenaran secara
mutlak, tetapi perhatikan 2 hal ini:
1. Febrianne, kamu belum
tentu ketemu Tuhan Yesus di surga. Saya punya firasat kamu hanya akan ketemu
Dia dalam penghakiman akhir jaman, dan lalu ketemu dan bersama setan
selama-lamanya dalam neraka! Mengapa saya punya firasat seperti itu? Karena
kata-katamu menunjukkan kamu tidak
menghargai kebenaran / Firman Tuhan! Dan saya tidak percaya orang seperti
itu bisa adalah orang kristen sungguh-sungguh!
2. Pada saat itu semua sudah
terlambat! Tidak ada pertobatan setelah kematian! Kalau mau bertobat,
bertobatlah sekarang!
Sundoro Tanuwidjaja
musti e tanya ke 'penantang' e, pernikahan nya dia indah nga? Lalu suru tulis
buku tandingan "Indahnya Hidup Perceraian" baru top abis. Kalo cuman
sekedar tantang sini-sana lalu klaim reformed sejati, bilang org lain gadungan...
lagi2 tanya ke 'penantang' e dong ... dia sdh kerjakan apa sih??? Kalo cuman
tantang sana-sini, bangga dgn menang debat tp pernikahan nya ga indah??? Well
kita akhir nya toh sama2 tau siapa yg gadungan & siapa yg sejati; siapa yg
kerja & siapa yg curi sana-sini; siapa yg mengajar kebenaran & siapa yg
tuduh macam2 & buat cerita2 dongeng....
Tanggapan
Budi Asali:
Hmm,
sekarang orang brengsek ini, yang saya sudah lama tahu sering memfitnah saya di
luaran dengan mulut busuknya! Sekedar info bagi pembaca, orang ini dulu
tetangga dengan mertua / ex mertua (nama: Ratna / Yovita) selama
bertahun-tahun, dan Yovita itu adalah juara dunia memfitnah selama puluhan
tahun. Jadi jangan heran kalau Sundoro seperti ini, karena dia telah belajar
pada seekor ular beludak, yang lidahnya bercabang 8! Mungkin waktu ‘sekolah’
dari Yovita, dia lulus dengan predikat magna cum laude!
Dan
pasti otak bodohnya dijejali dengan segala macam fitnahan tentang saya, dan
celakanya orang bodoh ini tak bisa (atau ‘tak mau’) membedakan fitnahan dengan
kebenaran!
Catatan: kalau
ada pembaca yang keberatan dengan kata-kata keras saya, maka baca tulisan saya
di bawah (point II) yang menjelaskan tentang penggunaan kata-kata keras, apakah
itu sesuatu yang Alkitabiah atau tidak!
Ada
beberapa hal yang ingin saya bahas dari kata-kata Sundoro Tanuwidjaja:
Pertama-tama orang
brengsek ini menyeleweng sama sekali dari topik pembicaraan. Saya bahkan sama
sekali tidak mempersoalkan pernikahan ataupun perceraian. Saya mempersoalkan
Pdt. Sutjipto Subeno melakukan dusta dan penipuan dengan tulisan dalam bukunya.
Orang brengsek (maupun Pdt. Sutjipto Subenonya sendiri) ini tidak bisa menjawab
argumentasi saya, lalu menyerang pribadi saya. Hmm, cara yang sesuai dengan cara
Bapaknya (setan)!
Kedua, kalau
pernikahan saya tidak indah, apakah saya tidak boleh bicara tentang pernikahan?
Saya tanya: adakah pendeta / pengkhotbah / pengajar manapun yang bisa melakukan
Hukum yang terutama?
Mat
22:37 - “Jawab Yesus kepadanya: ‘Kasihilah Tuhan, Allahmu, dengan segenap
hatimu dan dengan segenap jiwamu dan dengan segenap akal budimu.”.
Kalau
‘segenap’ itu ditekankan, saya yakin tidak ada siapapun bisa mentaati hukum
ini. Setiap detik kita semua, tanpa kecuali, melanggar hukum ini. Lalu
bagaimana? Karena tak bisa mentaati, kita tak boleh mengajarkannya?
Sundoro
Tanuwidjaja, kamu dapat rumus dari mana bahwa seorang pendeta / pengkhotbah
harus sudah melakukan Firman Tuhan yang mau dia ajarkan? Memang kalau dia
mengajar, dia juga harus berusaha melakukan. Tetapi kalau dia tak berhasil,
tidak bolehkah dia tetap mengajarkannya? Apakah seorang pengkhotbah harus
mengajar sesuai dengan Firman Tuhan / Alkitab, atau sesuai dengan apa yang bisa
dia lakukan / taati dari Alkitab? Kalau pilihanmu adalah yang kedua, maka
nyaris tak ada yang bisa diajarkan oleh pengkhotbah manapun, karena semua
pengkhotbah berdosa dengan sangat banyak sekali! Dan yang jelas Pdt.
Sutjipto Subeno tak boleh mengajar: ‘Jangan berdusta / memfitnah’, karena hidup
pendeta busuk itu dipenuhi dengan dusta dan fitnah! Mungkin dia memang tak
pernah mengajar seperti itu, bahkan mengajar sebaliknya, sehingga hasilnya
adalah murid seperti kamu, yang mulutnya sama busuknya!
Sundoro,
aku mendengar bahwa kamu sendiri juga sering khotbah. Lalu bisakah kamu dengan
jujur berkata bahwa kamu sudah melakukan semua yang kamu khotbahkan? Kalau kamu
jawab ‘Ya’, itu jelas menunjukkan bahwa kamu pendusta; dan kalau kamu jawab ‘Tidak’,
maka kamu menentang tulisanmu sendiri di atas!
Lalu
tentang saya cerai, itu benar, tetapi itu cuma setengah kebenaran. Dan
setengah kebenaran adalah dusta yang utuh! Tetapi tentang cerai ini akan saya
bahas dalam tulisan di bawah nanti, dimana saya akan ceritakan kebenaran yang
seutuhnya!
Tentang
usul konyolmu untuk menulis buku ‘Indahnya Hidup Perceraian’ juga akan saya
bahas di bawah nanti.
Di sini
saya cuma komentar sedikit saja: bahwa tulisan saya yang menyerang secara
theologis dan Alkitabiah bukunya Pdt. Sutjipto Subeno kamu tanggapi dengan
membicarakan perceraianku, yang jelas sama sekali tak ada hubungannya, jelas
sudah menunjukkan betapa rendah dan pengecutnya moral dan jiwamu! Kamu
betul-betul adalah orang brengsek!
Sundoro
Tanuwidjaja, kamu bilang “Kalo cuman sekedar tantang sini-sana
lalu klaim reformed sejati”.
Hmm,
baik Agustinus maupun Calvin sendiri, dan juga semua ahli theologia / penafsir
Reformed suka berdebat dan menantang debat. Baca buku-buku Calvin, maka akan
terlihat dengan jelas bahwa ia berdebat dengan banyak orang yang jumlahnya luar
biasa banyaknya. Ini memang ‘spirit’ / semangat dari Reformed yang sejati! Kami
berdebat untuk menyebarkan dan mempertahankan kebenaran! Tetapi dalam
kalangan ‘Reformed Injili’ dimana gerangan ada hal itu? Waktu tulisan saya
tentang buku Pdt. Sutjipto Subeno ini dipublikasikan di internet / web, ada
satu pembaca yang lalu tulis email atau sms kepada saya dan berkata kurang
lebih sebagai berikut: “dalam kalangan ‘Reformed Injili’ jangankan pendeta-pendeta mereka
debat dengan pendeta lain, dengan orang awampun mereka tak berani!”. Hmm,
betul-betul komentar yang sangat memalukan! Lalu dimana ‘spirit’ Reformed dalam
kalangan ‘Reformed Injili’? Dan kamu justru menyerang saya dalam hal ini? Hehehe,
saya tak peduli gonggonganmu, saya tahu apa yang saya lakukan, dan itu memang
panggilan maupun karunia saya.
Sundoro
Tanuwidjaja, lalu kamu bilang lagi: “lagi2 tanya ke 'penantang' e dong
... dia sdh kerjakan apa sih???”.
Saya
kerjakan apa? Hehehe. Lihat web kami (http://golgothaministry.org). Itu
pekerjaan saya (dan bahkan baru sebagian saja, karena sebagian lain belum
dimasukkan web), dan lalu bandingkan dengan web kalian (GRII Andhika) yang
webnya kosong melompong (yang saya anggap menggambarkan otak Pdt. Sutjipto
Subeno yang juga kosong melompong), hanya ada beberapa tulisan singkat yang
isinya begitu mengenaskan!
Lihat
juga saya (dan Pdt. Esra) debat terbuka melawan:
·
orang-orang sesat dalam kalangan Kristen,
seperti Unitarian, Yahweh-isme, Pria Sejati, Arminian.
·
orang-orang dari agama lain seperti Islam
(saya sudah 6 x debat terbuka melawan mereka)!
Sekarang
saya tanya kembali: apa yang kamu
sudah kerjakan, hai Sundoro Tanuwidjaja? Hanya menggonggong dengan mulut
busukmu kepada orang yang justru sungguh-sungguh bekerja bagi Tuhan? Tetapi
saya tak heran! Karena hal seperti itu selalu terjadi. Pada waktu Maria melakukan
tindakan yang baik dengan mengurapi Yesus dengan minyak wanginya, Yudas
Iskariot mengkritiknya (Yoh 12:3-4)!!
Sundoro
Tanuwidjaja, lalu kamu bilang lagi: “Kalo cuman tantang sana-sini,
bangga dgn menang debat tp pernikahan nya ga indah???”.
Tentang
pernikahanku, nanti aku akan jelaskan di bawah. Aku tanya kamu sendiri,
pernikahanmu sendiri indah atau tidak? Hehehe, tak usah jawab, karena aku tahu
kamu pendusta!
Aku
bangga menang debat? Hehehe, apa itu lebih buruk dari pada ‘bangga karena tak berani debat’? Dan itulah Pdt. Sutjipto Subeno
dan kamu sendiri!
Lalu
kamu bilang lagi: “Well kita akhir nya toh sama2 tau siapa yg gadungan &
siapa yg sejati; siapa yg kerja & siapa yg curi sana-sini;”.
Sama
seperti Febrianne di atas, ‘kita akhirnya toh sama-sama tahu’!
Akhirnya? Itu sudah terlambat! Tidak perlu tunggu ‘akhirnya’,
sekarangpun saya tahu dan saya sudah buktikan siapa yang asli dan siapa yang
palsu / gadungan. Nyatanya kalian tak bisa membantah, sampai terpaksa menyerang
diri / pribadi saya sendiri. Hmmm, memalukan!
Siapa
yang kerja, siapa yang mengajar kebenaran? Sekarangpun saya tahu. Jelas bukan
kamu dan Pdt. Sutjipto Subeno yang kerjanya menyebarkan fitnah. Kalian memang
kerja, tetapi UNTUK SETAN (bapa kalian)!
Siapa
yang curi di sana-sini? Curi apa? Curi domba? Alangkah picik dan kerdilnya
pikiranmu!
Pertama itu
bukan dombamu ataupun dombanya Pdt. Sutjipto Subeno. Itu domba Tuhan / domba
milik Tuhan!
Yoh
10:11,14 - “(11) Akulah gembala yang baik. Gembala yang baik memberikan
nyawanya bagi domba-dombanya; ... (14) Akulah gembala yang baik dan Aku
mengenal domba-dombaKu dan domba-dombaKu mengenal Aku”.
Kedua, kalau
aku mau pakai bahasamu, kamu / Pdt. Sutjipto Subeno juga mencuri dari pendeta /
gereja lain. Jemaat yang mana yang dia hasilkan sendiri, dan berasal dari
kalangan orang kafir / beragama lain? Bahkan coba tanya jemaat dari GRII pusat
(Pdt. Stephen Tong), ada berapa dari mereka yang berasal dari kafir, dan ada
berapa yang ‘hasil curian’ dari gereja lain?
Ketiga, yang
aku (atau Pdt. Andi Halim) ‘curi’, banyak yang belum domba, tetapi kambing,
lalu kami injili dan dengan pekerjaan Tuhan, mereka dijadikan domba!
Keempat,
mereka mau sendiri. Kalau kalian memang memberi makanan yang baik, domba yang
sejati tidak akan meninggalkan kalian. Tetapi kenyataannya kalian memberi
mereka makan sampah, dombanya tentu tidak mau dan cari rumput di tempat lain.
Kambingnya suka sampah dan menetap pada kalian!
Kalau
domba lari dari kalian, jangan picik dan salahkan pendeta lain mencuri domba.
Yang benar, introspeksilah apa yang kalian kerjakan!
Lalu
kamu berkata “siapa yg mengajar kebenaran & siapa yg tuduh macam2
& buat cerita2 dongeng....”.
Tanggapan
Budi Asali:
Siapa
yang mengajar kebenaran? Masih tanya? Hehehe, sudah saya buktikan Pdt. Sutjipto
Subeno mengajar dengan penipuan, dan memutar-balikkan Firman Tuhan! Dan anak
buah bodoh ini masih tanya?
Siapa
tuduh macam-macam & buat cerita-cerita dongeng? Hehehe, tuduhan / serangan
saya disertai banyak sekali kutipan dari para ahli theologia / penafsir
Reformed, dan juga ayat-ayat Alkitab, yang saya tafsirkan dengan benar. Itu
yang kamu anggap sebagai ‘macam-macam dan dongeng’??? Hehehe, lucu sekali.
Tanggapan
Budi Asali:
Hmm,
Febrianne, kamu cuma pinter ngutip, tetapi dari buku apa ya? Aku mau check
benar tidak. Atau hanya kulakan dari orang lain? Dan yang terutama, artinya
apa? Aku kok yakin kamu sendiri nggak ngerti. Asal bicara, seperti gurunya
(Pdt. Sutjipto Subeno).
John E Serang @ all: Manusia
sering kali tidak sadar dengan kondisi hatinya sendiri (Yer. 17:9). Mereka akan
pakai apapun untuk jadi pembenaran terhadap sikap/prilakunya. Be Aware!
Tanggapan
Budi Asali:
Saya
tak mengerti orang ini bicara tentang siapa dan tujuannya apa, jadi saya
abaikan saja.
Esra
Alfred Soru Sundoro Tanuwidjaja : musti e tanya ke
'penantang' e, pernikahan nya dia indah nga? Lalu suru tulis buku tandingan
"Indahnya Hidup Perceraian" baru top abis.
Esra : Kalau menurut saya urusan pernikahannya indah apa tidak, bukan
masalahnya di sini tapi apakah tanggapannya dia benar atau tidak. Itu inti
persoalannya. Menanggapi apa yg dia tulis dengan mempersoalkan kehidupan
pernikahannya menurut saya adalah pengalihan persoalan. Ini dalam dalam ilmu
logika termasuk sesat pikir red hearing.
=====
Sundoro Tanuwidjaja : Kalo cuman sekedar tantang sini-sana lalu
klaim reformed sejati, bilang org lain gadungan... lagi2 tanya ke 'penantang' e
dong ... dia sdh kerjakan apa sih??? Kalo cuman tantang sana-sini, bangga dgn
menang debat tp pernikahan nya ga indah???
Esra : Sama juga persoalannya. Apa yang dia katakan tak bisa disalahkan hanya
karena dia menantang debat. Persoalannya adalah apakah tanggapan dia ke pak
Tjip benar atau tidak? Itu inti persoalannya.
=====
Sundoro Tanuwidjaja : Well kita akhir nya toh sama2 tau siapa yg
gadungan & siapa yg sejati; siapa yg kerja & siapa yg curi sana-sini;
siapa yg mengajar kebenaran & siapa yg tuduh macam2 & buat cerita2
dongeng....
Esra : Saya kira Reformed sejati / gadungan bisa dilihat dari sumber2 reformed
secara umum. Apakah sumber2 reformed secara umum mendukung pandangan pak
Tjip atau pandangan pak Budi. Dan saya kira pak Budi memberikan kutipan yang
sangat banyak dari tokoh2 reformed sehingga itu tak bisa dianggap sebagai
tuduhan / cerita dongeng.
Tanggapan
Budi Asali: Saya betulkan sedikit kata-kata Esra. Bukan ‘secara umum’,
tetapi ‘semua tanpa kecuali’. Tak ada satu ahli theologia / penafsir
Reformedpun yang tidak mempercayai dan mengajarkan bahwa Allah menentukan
segala sesuatu, termasuk dosa. Kalau kalian anggap ada, berikan satu kutipan
saja untuk membuktikannya!
Saran saya kalau memang punya nyali untuk menanggapi, tanggapilah inti
persoalannya, bukan mengangkat kehidupan pribadi yg tidak ada sangkut pautnya
dengan inti persoalan yg dibahas dalam tulisan ini. Ingat bahwa kehidupan
seseorang buruk tak selamanya membuat apa yg dikatakannya selalu salah.
Misalnya ada seorang perokok memberikan statement “MEROKOK ITU MERUSAK
KESEHATAN”. Apakah apa yg dia katakan adalah salah karena dia seorang perokok?
Tentu tidak! Lepas dari dia perokok (itu masalah lain), tetapi statement dia
bahwa merokok itu merusak kesehatan tetap benar.
Jadi sekali lagi, kalau ada yang mau tanggapi, silahkan tanggapi pada inti
persoalannya dan bukan mengangkat isu lain yg tidak ada kaitan dengan inti
masalah
Tanggapan
Budi Asali:
Hmm,
Sundoro Tanuwidjaja karena tidak bisa jawab, lalu bersikap seperti anak usia 3
tahun! Bagus sekali anak buahnya Pdt. Sutjipto Subeno, pasti pendidikannya
berhasil dan berbuah banyak!
Kamu
otaknya kosong, tetapi mau debat / serang aku. Jangankan kamu, gurumupun (Pdt.
Sutjipto Subeno) bukan tandingan muridku! Hehehe.
Esra
Alfred Soru Febrianne Pingkan Carolina Sundah : @pak Esra: setiap manusia
berdosa tdak bisa menentukan yg terbaik bagi dirinya. Perlu anugerah utk itu..
Buat saya pribadi, buku Pdt Sutjipto Subeno jawaban yg menerangkan bahwa kita
tidak sama dengan ajaran saudara muslim kita mengenai takdir jodoh. Mengapa
harus Tuhan yang bertanggungjawab karena kita salah memilih jodoh..
Tanggapan
Budi Asali: Oh, muslim itu saudaramu? Jadi Bapanya sama ya? Lalu
mengapa ajarannya beda bukan main banyaknya? Tetapi ajaran Islampun mengandung kebenaran,
dan dalam hal ‘takdir’ (selama penafsirannya benar) menurut saya mereka benar.
Apakah dalam segala hal kita harus beda ajaran dengan Islam?
Siapa
yang bilang kalau kita salah memilih jodoh, Tuhan yang tanggung jawab? Saya
kira Muslim, dan yang pasti saya sendiri maupun orang-orang Reformed sejati
manapun, tidak pernah mengajarkan demikian. Lagi-lagi fitnah! Dasar tukang
fitnah sama seperti bapaknya (Pdt. Sutjipto Subeno).
Esra : Saya kira juga apa yang dijelaskan pak Budi Asali tidak sama dengan
Islam. Pak Budi tidak mengatakan bahwa Tuhan yang bertanggungjawab karena kita
salah memilih jodoh….. Saya kira anda tidak membaca dengan baik penjelasan pak
Budi. Ajaran Reformed yg sesungguhnya adalah kedaulatan Allah menetapkan segala
sesuatu tetapi sama sekali tidak membuang kebebasan manusia dan tidak pernah
melemparkan kesalahan pada Tuhan atas setiap kesalahan yg dilakukan manusia.
Dalam hal ini pak Tjip menolak penentuan Allah atas jodoh dan menyerahkan itu
pada kebebasan manusia maka dalam hal ini sama dengan doktrin Arminian.
=======
Febrianne Pingkan Carolina
Sundah : Kalau pernikahan kita dalam Kristus, sudah jelas aturannya menurut
Kitab suci,
Tanggapan
Budi Asali:
Hmm, ‘jelas
aturannya menurut Kitab Suci’? Kitab Suci bagian mana? Saya dengar kamu
notaris, jadi mestinya SH. Dan kalau SH seharusnya ngerti bagaimana menafsirkan
hukum, bukan? Menafsir hukum duniawipun tidak bisa hanya lihat satu bagian dan
tutup yang lain. Benar begitu, bukan? Menafsir hukum / firman Tuhan, juga harus
begitu. Jadi, kalau kamu bilang jelas, kamu tidak mempedulikan dua ayat yang saya berikan,
yaitu Mat 5:32 dan Mat 19:9.
Esra
: Inti persoalan adalah apakah jodoh ditetapkan Tuhan atau tidak. Aturannya
memang menurut Kitab Suci. Nah Pak Budi sudah tunjukkan ddengan banyak ayat
Kitab Suci bahwa apa yg diajarkan pak Tjip bahwa jodoh tidak ditentukan Tuhan
adalah salah. Bisa tunjukkan di mana kesalahan ajaran Pak Budi dan dasar
Alkitab untuk itu?
====
Febrianne Pingkan Carolina
Sundah : tdk perduli itu reformed sejati, reformed gadungan atau reformed
moderat, karismatik.. Selama yang kita pegang kitab suci yg sama.. Perceraian
tidak diperbolehkan.
Tanggapan
Budi Asali:
Hmm kamu
tak peduli sejati atau gadungan, bahkan tak peduli Reformed atau kharismatik.
Betul-betul hebat hasil / buah pelayanan Pdt. Sutjipto Subeno! Pasti kamu juga
tak peduli pendeta asli atau gadungan. Makanya dapat Pdt. Sutjipto Subeno!
Mungkin
sekali kamu juga tak peduli apakah itu ‘Yesus’, atau ‘Yesus yang lain / berbeda’,
apakah itu ‘Injil’, atau ‘Injil yang lain / berbeda’, dan apakah itu ‘Roh Kudus’,
atau ‘roh yang lain’? Bandingkan dengan text Alkitab di bawah ini.
Gal
1:6-9 - “(6) Aku heran, bahwa kamu begitu lekas berbalik dari pada Dia, yang
oleh kasih karunia Kristus telah memanggil kamu, dan mengikuti suatu injil
lain, (7) yang sebenarnya bukan Injil. Hanya ada orang yang mengacaukan
kamu dan yang bermaksud untuk memutarbalikkan Injil Kristus. (8) Tetapi
sekalipun kami atau seorang malaikat dari sorga yang memberitakan kepada kamu suatu
injil yang berbeda dengan Injil yang telah kami beritakan kepadamu,
terkutuklah dia. (9) Seperti yang telah kami katakan dahulu, sekarang kukatakan
sekali lagi: jikalau ada orang yang memberitakan kepadamu suatu injil, yang
berbeda dengan apa yang telah kamu terima, terkutuklah dia.”.
2Kor
11:4 - “Sebab kamu sabar saja, jika ada seorang datang memberitakan Yesus
yang lain dari pada yang telah kami beritakan, atau memberikan kepada kamu roh
yang lain dari pada yang telah kamu terima atau Injil yang lain dari
pada yang telah kamu terima.”.
Paulus
heran (Gal 1:6) dan mengutuk pemberita Injil yang lain (Gal 1:8-9). Dan dalam
2Kor 11:4 Paulus mencela jemaat Korintus yang sabar saja terhadap nabi-nabi
palsu yang memberitakan ‘Yesus yang lain’, memberikan ‘roh yang lain’, dan ‘Injil
yang lain’. Alangkah ‘mirip’nya Paulus dengan Febrianne, yang tak peduli
sejati, palsu atau gadungan!
Febrianne,
kamu berkata: “Selama yang kita pegang kitab suci yg sama.. Perceraian
tidak diperbolehkan”.
Ada
beberapa komentar dari saya:
1. Kitab Suci yang cuma
dipegang, tak ada gunanya. Saya kira itu sebabnya kalian begitu bodoh dan sesat
dan mudah dibohongi. Kitab Sucinya cuma dipegang, bukan dibaca / dipelajari!
2. Kitab Sucinya sama, tetapi
penafsirannya bisa seperti langit dengan bumi. Dasar bodoh!
3. Seadanya orang sesat dalam
Kristen juga ‘memegang’ Kitab Suci yang sama. Jadi semua OK bagimu? Bagus
sekali! Ini salah satu hasil pelayanan dan kerja keras Pdt. Sutjipto Subeno!
4. Tentang perceraian saya sudah
beri dasar ayat (Mat 5:32 Mat 19:9),
tetapi kamu tak percaya ayat-ayatnya. Soalnya lagi-lagi adalah: Kitab Sucinya
cuma kamu pegang, bukan pelajari, apalagi percayai!
Esra : Reformed sejati / gadungan itu bukan inti persoalan. Inti persoalannya
adalah apa yg diajarkan pak Tjip bahwa Tuhan tidak menentukan jodoh itu
alkitabiah atau tidak? Soal perceraian, Pak Budi mengajarkan bahwa perceraian
memang tidak diperbolehkan. Tetapi itu tidak mutlak. Ada 1 perkecualian untuk itu yakni apabila
ada kasus perzinahan fisik. Ajaran ini bukan diciptakan pak Budi sendiri tanpa
Kitab Suci. Beliau mendasarkan ajaran itu pada ayat2 Kitab Suci seperti :
Mat 5:32 - “Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang menceraikan
isterinya KECUALI KARENA ZINAH, ia menjadikan isterinya berzinah; dan siapa
yang kawin dengan perempuan yang diceraikan, ia berbuat zinah.”.
Mat 19:9 - “Tetapi Aku berkata kepadamu: Barangsiapa menceraikan isterinya,
KECUALI KARENA ZINAH, lalu kawin dengan perempuan lain, ia berbuat zinah.’”.
Apa artinya kata2 “KECUALI KARENA ZINAH” di situ? Mengutip kata2 Pak Budi Asali
:
“Mat 5:32 dan Mat 19:9 memberikan suatu perkecualian. Kalau perceraian itu
terjadi karena perzinahan, maka pihak yang tidak bersalah diijinkan untuk
menceraikan pihak yang berzinah, dan bahkan menikah lagi dengan orang lain”
Kecuali saudara pakai Alkitab yg beda sehingga tidak ada ayat itu. Tapi kalau
alkitabnya sama, lalu apa arti ayat itu bagi anda?
Esra
Alfred Soru Febrianne Pingkan Carolina Sundah : Sama spt memilih jodoh..
Kalau seseorg memilih jodoh misalnya beda agama.. memang dia bisa bilang itu
jodoh dari Tuhan (baca:ditetapkan Tuhan). Lalu org berselingkuh ketauan, lalu
bercerai, memang dia bisa bilang itu Tuhan yang tetapkan...Itu sih mau2nya dia
sendiri..
Esra : Lagi2 ajaran yg disampaikan pak budi sama sekali tidak mengabaikan
kesalahan manusia dan melempari kesalahan pada Allah. Manusia tetap
bertanggungjawab dengan semua pilihannya yg salah, tetapi dari sudut pandang
kedaulatan Allah, semua itu sudah ada dalam ketetapan Allah.
Saya kasih perbandingan saja :
Matius 18:7 : “….memang penyesatan harus ada, tetapi celakalah orang yang
mengadakannya.
Siapa yg menetapkan penyesatan harus ada? Tentu bukan manusia tetapi Tuhan.
Tetapi siapa yg disalahkan? Tuhan? Tidak! Penyesatnya yg disalahkan dan karena
itu dikatakan “celakalah orang yang mengadakannya”.
Prinsip sepertiini yg diajarkan pak Budi. Pak Budi sama sekali tidak melempari
kesalahan2 manusia pada Tuhan. Sebaliknya Pak Tjip menyangkali kedaulatan Allah
secara mutlak dalam hal penentuan jodoh.
=======
Febrianne Pingkan Carolina
Sundah : Seharusnya kalau org KRISTEN SEJATI (bukan bicara reformed sejati),
dia hanya akan memandang apa yang Tuhan inginkan.. Mencari setiap hari belas
kasihan Tuhan untuk hidup lebih berkenan, lebih kudus. Bahkan dalam setiap dosa
& kesalahan termasuk salah pilih jodoh, mohon Tuhan menguatkan untuk
membayar harga dari kesalahannya sendiri dan bertekun utk tdk mengulangi.
Tanggapan
Budi Asali:
Apakah
Kristen sejati atau Reformed sejati sama saja, dalam arti kamu bukan
kedua-duanya! Kata-katamu cuma kata-kata munafik, sok suci. Kalian ahli-ahli
Taurat dan orang-orang Farisi abad 21! Apakah dengan memfitnah aku, kamu
‘memandang apa yang Tuhan inginkan’, ‘hidup lebih berkenan, lebih kudus’? Hmm,
betul-betul munafik dan sok suci!
Bdk.
Luk 18:9-14 - “(9) Dan kepada beberapa orang yang menganggap dirinya benar dan
memandang rendah semua orang lain, Yesus mengatakan perumpamaan ini: (10) ‘Ada dua orang pergi ke
Bait Allah untuk berdoa; yang seorang adalah Farisi dan yang lain pemungut
cukai. (11) Orang Farisi itu berdiri dan berdoa dalam hatinya begini: Ya Allah,
aku mengucap syukur kepadaMu, karena aku tidak sama seperti semua orang lain, bukan
perampok, bukan orang lalim, bukan pezinah dan bukan juga seperti pemungut
cukai ini; (12) aku berpuasa dua kali seminggu, aku memberikan sepersepuluh
dari segala penghasilanku. (13) Tetapi pemungut cukai itu berdiri jauh-jauh,
bahkan ia tidak berani menengadah ke langit, melainkan ia memukul diri dan
berkata: Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini. (14) Aku berkata
kepadamu: Orang ini pulang ke rumahnya sebagai orang yang dibenarkan Allah dan
orang lain itu tidak. Sebab barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan
dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan.’”.
O ya,
waktu bahan ini saya khotbahkan di gereja saya tanggal 31 Juli 2013, seorang
jemaat mengatakan: ‘Kata-kata Febrianne itu bahasanya Pdt. Sutjipto Subeno!’. Hai
pendeta cebol, apakah benar kamu yang tulis dan berlindung di belakang
penyembahmu? Kalau ya, kamu pengecut terbesar di alam semesta!
Esra : Ini mengulang kesalahapahaman anda bahwa seolah2 pak Budi ajarkan kalau
Tuhan menentukan segala sesuatu maka manusia tidak bersalah pada saat dia
melakukan dosa/pelanggaran. Tanggapan ini saya lihat hanya lahir dari
kesalahapahaman anda pada apa yg diajarkan pak budi. Ada menyerang apa yg tidak diajarkan. Ini
strawman namanya, salah 1 sesat pikir dalam ilmu logika.
Tanggapan
Budi Asali: Esra, orang brengsek ini, maupun gurunya, tidak salah
paham. Mereka memang sengaja memutar-balikkan, dan memfitnah! Tadinya saya
pikir Febrianne tak seburuk Sundoro Tanuwidjaja, tetapi sekarang ternyata mereka
berdua punya mulut busuk dan bau yang sama. Tak heran, gurunya juga begitu
kok! Dua anjing belajar dari seekor serigala!
=====
Febrianne Pingkan Carolina
Sundah : Bukan malah sibuk berdebat, tetap berkubang dalam dosa dan mencari
pembenaran diri dengan memakai ilmu pengetahuan teologi..
Tanggapan
Budi Asali:
Seandainya saya memang
berdosa seperti kalian fitnahkan, tulisan saya itu sama sekali tak ada
hubungannya dengan ‘dosa saya’ itu. Dalam tulisan saya itu tidak ada pembelaan
apapun berkenaan dengan ‘dosa’ saya, dasar moron / dungu!
Debat
itu salah, ya? Mari kita bandingkan pandanganmu dengan ayat Alkitab / Firman
Tuhan.
Kis
18:27-28 - “(27) Karena Apolos ingin menyeberang ke Akhaya, saudara-saudara di
Efesus mengirim surat
kepada murid-murid di situ, supaya mereka menyambut dia. Setibanya di Akhaya
maka ia, oleh kasih karunia Allah, menjadi seorang yang sangat berguna bagi
orang-orang yang percaya. (28) Sebab
dengan tak jemu-jemunya ia membantah orang-orang Yahudi di muka umum dan
membuktikan dari Kitab Suci bahwa Yesus adalah Mesias.”.
Firman
Tuhan mengatakan bahwa Apolos menjadi orang yang sangat berguna bagi
orang-orang percaya, SEBAB ia
berdebat terus menerus. Dan kamu salahkan orang yang sibuk berdebat? Tentu saja
kamu tak tahu ayat ini. Soalnya Kitab Sucimu cuma kamu pegang terus, sih!
Pelajari Kitab Suci, dan pelajari dengan benar, bukan pada guru bodoh seperti
Pdt. Sutjipto Subeno!
Kalau
debat itu salah, bagaimana mungkin Stefanus berdebat di bawah pimpinan / dorongan
Roh Kudus?
Kis 6:9-10
- “(9) Tetapi tampillah beberapa orang dari jemaat Yahudi yang disebut
jemaat orang Libertini - anggota-anggota jemaat itu adalah orang-orang dari
Kirene dan dari Aleksandria - bersama dengan beberapa orang Yahudi dari Kilikia
dan dari Asia. Orang-orang itu bersoal
jawab dengan Stefanus, (10) tetapi mereka tidak sanggup melawan hikmatnya dan Roh yang mendorong dia berbicara.”.
Kalau
ada banyak orang Kristen mengatakan debat itu salah, maka Alkitab justru
mengharuskan orang Kristen berdebat.
1Pet
3:15 - “Tetapi kuduskanlah Kristus di dalam hatimu sebagai Tuhan! Dan siap
sedialah pada segala waktu untuk memberi pertanggungan jawab kepada tiap-tiap
orang yang meminta pertanggungan jawab dari kamu tentang pengharapan yang
ada padamu, tetapi haruslah dengan lemah lembut dan hormat,”.
Catatan:
1. Kata-kata ‘lemah
lembut’ diterjemahkan dari kata PRAUTETOS (PRAUTES), yang menurut
William Barclay (dan banyak penafsir lainnya) artinya sangat berbeda dengan ‘lemah
lembut’ dalam arti yang pada umumnya kita maksudkan. Tetapi saya
merasa di sini bukan waktunya membahas arti kata ini. Kalau mau tahu baca
exposisi injil Matius saya pada pembahasan Mat 5:5.
Saya sendiri tak
pernah lemah lembut kalau berhadapan dengan nabi-nabi palsu, apalagi yang tegar
tengkuk. Mengapa? Karena saya tak melihat satu contohpun dari Alkitab ada
orang beriman dan saleh manapun (termasuk Yesus - baca Mat 23!) yang bersikap
lemah lembut pada waktu berhadapan dengan nabi-nabi palsu. Dan Pdt.
Sutjipto Subeno dan para penyembahnya adalah contoh terhadap siapa saya
bersikap / berargumentasi dengan keras!
2. Kata ‘hormat’ lebih
tepat diterjemahkan ‘fear’ (= takut)
seperti dalam KJV, atau ‘reverence’
(rasa hormat yang begitu tinggi sampai ada rasa takut di dalamnya) seperti
dalam NASB/RSV. Dan yang dimaksudkan adalah rasa takut / hormat kepada Tuhan
(Calvin dan banyak penafsir lain).
3. Kata ‘pertanggungan
jawab’ diterjemahkan dari kata Yunani APOLOGIAN, dari mana
diturunkan kata bahasa Inggris ‘apologetic’
[= pembelaan (suatu kepercayaan)].
Yang
ingin saya tanyakan: dengan tak berani dan tak pernah berdebat, bagaimana Pdt.
Sutjipto Subeno dan anak buahnya mentaati 1Pet 3:15 ini? Hmmm, taat firman
Tuhan, ya??? Ayo ahli hukum, jawab saya!
Calvin
(tentang 1Pet 3:15-16): “he requires such constancy in
the faithful, as boldly to give a reason for their faith to their adversaries.
And this is a part of that sanctification which he had just mentioned;
for we then really honour God, when we neither fear nor shame hinders us from
making a profession of our faith. ... He bids them only to be ready to give an
answer, lest by their sloth and the cowardly fear of the flesh they should
expose the doctrine of Christ, by being silent, to the derision of the ungodly.
... we ought to be prompt in avowing our faith, so as to set it forth whenever
necessary, lest the unbelieving through our silence should condemn the religion
we follow” (= ia menghendaki keteguhan / kesetiaan dalam diri orang-orang
percaya, sehingga dengan berani memberikan alasan untuk iman mereka kepada
musuh-musuh mereka. Dan ini adalah sebagian dari pengudusan
yang baru ia sebutkan; karena kita sungguh-sungguh menghormati Allah, pada
waktu rasa takut atau malu tidak menghalangi kita untuk membuat suatu pengakuan
tentang iman kita. ... Ia hanya meminta mereka untuk siap sedia untuk
memberi jawaban, supaya jangan karena kemalasan dan rasa takut dari daging
yang bersifat pengecut, mereka berdiam diri dan membuka ajaran Kristus terhadap
ejekan dari orang-orang jahat. ... kita harus cepat dalam mengakui iman
kita, supaya bisa menyatakannya kapanpun diperlukan, supaya jangan orang-orang
yang tidak percaya mengecam agama yang kita ikuti karena diam / bungkamnya
kita) - hal 108.
Esra
: Debat tidak pernah salah sesuai Kitab Suci kalau itu untuk meluruskan ajaran
yg bengkok. Siapa yg berkubang dalam dosa? Pak Budi? Hati2 anda bisa jatuh pada
dosa penghakiman yang tidak mempunyai dasar. Juga darimana anda tahu bahwa itu
adalah mencari pembenaran diri dengan memakai ilmu pengetahuan teologi..? Bisa
berikan bukti dan dasarnya? Kalau tidak, ini fitnahan!
======
Febrianne Pingkan Carolina
Sundah : Jangan sampe kepala orang Reformed Sejati besaaar tetapi hatinya
kering kecil dan keras, sampai tidak punya kepekaan mendengar suara Tuhan,
lebih sibuk membedah buku daripada membedah hatinya sendiri.. Karena pada akhirnya
yang perlu kita kuatirkan.. waktu ketemu Tuhan Yesus, apakah DIA mengenal
kita???.. Jangan2 sibuk berdebat, mengisi pikiran dengan segala buku dan
filsafat teologi tingkat tinggi, lalu waktu ketemu Tuhan Yesus, Tuhan bilang..
"Maaf AKU tidak mengenal engkau.. enyahlah dari hadapanKU.".
Lalu kita didepan Tuhan bilang..." Tapi Tuhan... saya Reformed Sejati
/Reformed Klasik loooh Tuhan..". Kira2 ada pengaruhnya tidak yaa..
hehehe...;-D ..
Tanggapan
Budi Asali:
Yang
benar adalah ‘kepala orang Reformed gadungan yang besar’. Pdt. Sutjipto Subeno
sudah sangat terkenal (notorious - terkenal buruk) dalam ke-arogan-annya! Dan
hatinya kecil (kalau ada) dan picik bukan main!
Kuatir
hari terakhir? Hehe, kuatirkan dirimu sendiri! Dan dari kata-katamu “Karena
pada akhirnya yang perlu kita kuatirkan.. waktu ketemu Tuhan Yesus,
apakah DIA mengenal kita???”, kelihatannya kamu memang kuatir.
Cuma jangan gunakan kata ‘kita’, karena baik Esra
maupun aku tak kuatir apapun tentang hal itu. Kami yakin bahwa kami adalah anak-anak
Tuhan dan hamba-hamba Tuhan yang benar, sehingga tak ada kekuatiran seperti
itu. Kamu kuatir, aku tidak heran, karena salah seorang jemaatku (Khe Kie)
mengatakan bahwa Pdt. Sutjipto Subeno menyalahkan orang Kristen yang yakin
masuk surga. Hehehe, lucu sekali. Aku justru yakin orang Kristen yang tak yakin
masuk surga itu, sebetulnya cuma orang kristen KTP.
Hmm,
mau menggunakan Alkitabpun tak becus. Dimana Yesus berkata ‘maaf’????
Saya
kira kata-katamu kamu ambil dari text di bawah ini:
Mat
7:21-23 - “(21) Bukan setiap orang yang berseru kepadaKu: Tuhan, Tuhan! akan
masuk ke dalam Kerajaan Sorga, melainkan dia yang melakukan kehendak BapaKu
yang di sorga. (22) Pada hari terakhir banyak orang akan berseru kepadaKu:
Tuhan, Tuhan, bukankah kami bernubuat demi namaMu, dan mengusir setan demi
namaMu, dan mengadakan banyak mujizat demi namaMu juga? (23) Pada waktu itulah
Aku akan berterus terang kepada mereka dan berkata: Aku tidak pernah mengenal
kamu! Enyahlah dari padaKu, kamu sekalian pembuat kejahatan!’”.
Dari
mana kamu baca kata ‘maaf’ itu, Febrianne? Hakim akhir jaman ‘minta
maaf’ pada waktu menjatuhkan vonisNya?? Bagus sekali, Yesuspun
kamu fitnah!
Baru
saja di Singapura seorang pendeta bersaksi bahwa Tuhan minta maaf
kepadanya, dan karena itu dia dikecam banyak orang, sampai masuk internet.
Hehehe, ternyata anak buah Pdt. Sutjipto Subeno itu segolongan dengan pendeta
gila dari Singapura itu. Ternyata ada ‘roh minta maaf’ yang mengilhami kalian
berdua! Seandainya dua orang gila ini dikawinkan, pasti melahirkan sang anti
Kristus!
Esra : Di sini kita dalam rangka menguji ajaran seseorang sesuai Kitab Suci
atau tidak. Kita tidak dalam rangka menilai kehidupan pribadi orang. Apalagi
kita tidak tahu apa2 terhadap inti persoalan yang jelasnya. Kalau tidak tahu
apa2, Firman Tuhan menasihatkan kita supaya tidak menghakimi. Coba kita kembali
pada inti persoalan, APAKAH MENURUT KITAB SUCI, TUHAN MENETUKAN SEGALA SESUATU
TERMASUK JODOH ATAU TIDAK. Saya sama sekali belum lihat tanggapan di sini yg
persoalkan inti masalah. Semua menyerang pada sasaran yg salah.
=====
Febrianne Pingkan Carolina
Sundah : Jadi intinya pak Esra.. Memang Reformed yg diajarkan Pdt Sutjipto
Subeno dengan yang diajarkan pak Budi Asali/Pak Andi Halim tidak sama.. katanya
sih itu penekanannya Reformed Klasik dan Reformed Moderat..
Tanggapan
Budi Asali:
Eh,
masih mengakui ajaran Pdt. Sutjipto Subeno sebagai ‘Reformed’???? Memang
pendusta! Ajaran dia Arminian, bukan Reformed, moron! Tak ada Reformed klasik
atau moderat. Itu akan saya jelaskan di bawah. Yang ada hanya ‘Reformed’ atau
‘Arminian’ / ‘bukan Reformed’! Yang terakhir ini adalah kalian dan guru kalian!
Esra : Tidak sama jelas! Tetapi kalau dua pihak mendasarkan ajarannya pada
Kitab Suci, pasti ada yg salah memahami Kitab Suci. Maka tugas kita untuk
mencaritahu bahkan memperdebatkan manakah yg sesuai Kitab Suci dan mana yg
tidak sesuai.
Esra
Alfred Soru Febrianne Pingkan Carolina Sundah : Buat saya, ga terlalu
penting.. karena yang terpenting segala doktrin itu bisa membuat saya hidup
menjadi lebih takut Tuhan, lebih hati2 melangkah dalam hidup dan lebih cepat
bertobat dan kembali kepada Tuhan sewaktu berdosa.
Tanggapan
Budi Asali:
Memang,
ajaran Kitab Suci ga penting, ajaran Pdt. Sutjipto Subeno yang paling penting!
Ini hasil pelayanan Pdt. Sutjipto Subeno! Bagi diapun ajaran Pdt. Stephen Tong
lebih penting dari pada Kitab Suci.
Hehehe,
kenyataannya kalian semua guru dan murid-murid, berani sekali dalam berbuat
dosa, memfitnah saya tanpa bukti apapun!
Mereka
seperti kebanyakan orang tolol dalam gereja yang berkata: ‘Tak perlu
banyak-banyak belajar Kitab Suci, yang penting bagaimana melaksanakan ajaran
Kitab Suci’. Lucu, gila dan tolol. Bagaimana menjalankan kalau tidak mengerti, atau
mengerti secara salah? Dasar tak punya logika!
Esra : jadi anda anggap apa yg diajarkan Kitab Suci / tidak bukan hal yg
penting? Yg penting hidup baik? Sikap anda berbeda dengan Paulus. Paulus tidak
peduli orangnya baik seperti apa bahkan malaikat sekalipun tapi kalau ajarannya
sesat, ia kutuk.
Gal 1:6 Aku heran, bahwa kamu begitu lekas berbalik dari pada Dia, yang oleh
kasih karunia Kristus telah memanggil kamu, dan mengikuti suatu injil lain, 1:7
yang sebenarnya bukan Injil. Hanya ada orang yang mengacaukan kamu dan yang
bermaksud untuk memutarbalikkan Injil Kristus. 1:8 Tetapi sekalipun kami atau
seorang malaikat dari sorga yang memberitakan kepada kamu suatu injil yang
berbeda dengan Injil yang telah kami beritakan kepadamu, terkutuklah dia. 1:9 Seperti
yang telah kami katakan dahulu, sekarang kukatakan sekali lagi: jikalau ada
orang yang memberitakan kepadamu suatu injil, yang berbeda dengan apa yang telah
kamu terima, terkutuklah dia.
Sebaliknya
ketika kehidupan seseorang buruk, sepanjang ajarannya benar, Yesus malah
menyuruh mendengarkan mereka. Menuruti ajaran itu tetapi tidak menuruti
perbuatannya.
Mat 23:1 Maka berkatalah Yesus kepada orang banyak dan kepada murid-murid-Nya,
kata-Nya: 23:2 "Ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi telah menduduki
kursi Musa. 23:3 Sebab itu turutilah dan lakukanlah segala sesuatu yang mereka
ajarkan kepadamu, tetapi janganlah kamu turuti perbuatan-perbuatan mereka,
karena mereka mengajarkannya tetapi tidak melakukannya.
Saya kuatir fanatisme kita pada seseorang membuat kita menerima apapun yg
diajarkan tidak peduli itu salah menurut Kitab Suci dan dan ketidaksukaan kita
pada seseorang membuat kita mengabaikan apapun yang dikatakan orang tersebut
walaupun yg dikatakannya benar dari Kitab Suci.
=====
Febrianne Pingkan Carolina Sundah : Dan rasanya sejak bergabung di
GRII dibwah Pdt Sutjipto Subeno kami org2 yg memang memiliki hati rindu
diubahkan merasakan dampak positif & banyak pencerahan mengenai Kekudusan,
bagaimana hidup Kristen yg selalu waspada terhadap jebakan iblis (jangan
diplintir dg mengartikan kita mengaku org kudus ya.. ledbih tepatnya sedang
dalam proses pengudusan)
Tanggapan
Budi Asali:
Lagi-lagi
bahasanya Pdt. Sutjipto Subeno!
Hmm,
bagaimana mungkin kalian waspada terhadap jebakan iblis? Kalianlah jebakannya!
Hmm, alangkah
munafiknya! Bau ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi kalian sampai ke sini.
Sampai mau muntah aku! Kalian cuma rindu memfitnah! Kalian memang sedang dalam
proses, bukan proses pengudusan, melainkan proses pemurtadan!
Asal
tahu saja, dalam Alkitabpun banyak orang-orang sesat / tidak percaya yang
mengaku kalau hidupnya saleh. Contoh:
1. Ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi.
Banyak sekali, tak perlu saya beri contoh.
2. Pemuda kaya yang datang
kepada Yesus. Ia mengaku sudah melakukan seluruh hukum Taurat!
Mat 19:16-20 - “(16) Ada seorang
datang kepada Yesus, dan berkata: ‘Guru, perbuatan baik apakah yang harus
kuperbuat untuk memperoleh hidup yang kekal?’ (17) Jawab Yesus: ‘Apakah
sebabnya engkau bertanya kepadaKu tentang apa yang baik? Hanya Satu yang baik.
Tetapi jikalau engkau ingin masuk ke dalam hidup, turutilah segala perintah
Allah.’ (18) Kata orang itu kepadaNya: ‘Perintah yang mana?’ Kata Yesus:
‘Jangan membunuh, jangan berzinah, jangan mencuri, jangan mengucapkan saksi
dusta, (19) hormatilah ayahmu dan ibumu dan kasihilah sesamamu manusia seperti
dirimu sendiri.’ (20) Kata orang muda itu kepadaNya: ‘Semuanya itu telah
kuturuti, apa lagi yang masih kurang?’”.
3. Paulus sebelum ia
bertobat.
Fil 3:4-6 - “(4) Sekalipun
aku juga ada alasan untuk menaruh percaya pada hal-hal lahiriah. Jika ada orang
lain menyangka dapat menaruh percaya pada hal-hal lahiriah, aku lebih lagi: (5)
disunat pada hari kedelapan, dari bangsa Israel, dari suku Benyamin, orang
Ibrani asli, tentang pendirian terhadap hukum Taurat aku orang Farisi, (6)
tentang kegiatan aku penganiaya jemaat, tentang kebenaran dalam mentaati
hukum Taurat aku tidak bercacat.”.
Jadi,
bagi saya, kalau orang-orang brengsek ini mengaku hidup saleh, hehehe, saya
tidak percaya. Nonsense!! Dari fitnahan mereka yang begitu banyak sudah jelas
mereka sangat bejat!
Esra : Saya senang mendengar itu, tetapi itu tak menjadi alasan bahwa semua yg
diajarkan pak Tjip pasti benar. Dia manusia yg terbatas, bisa salah juga dalam
penafsiran. Karena itu perasaan tidak boleh jadi patokan tetapi Kitab Suci. Itu
spirit Reformed. Bandingkan :
Kis 17:11 : Orang-orang Yahudi di kota
itu lebih baik hatinya dari pada orang-orang Yahudi di Tesalonika, karena
mereka menerima firman itu dengan segala kerelaan hati dan SETIAP HARI MEREKA
MENYELIDIKI KITAB SUCI UNTUK MENGETAHUI, APAKAH SEMUANYA ITU BENAR DEMIKIAN.
======
Febrianne Pingkan Carolina
Sundah : Mengenai debat2an.. Maaf saya orang awam, bukan sarjana teologi, saya
tdk pandai berdebat.. Tetapi kalau hidup orang yg menamakan diri "Reformed
SEJATI" berzinah, bercerai, menipu, cinta uang, berdusta, dll.. Lebih baik
saya milih jadi reformed gadungan saja ya pak.. ;-D
Tanggapan
Budi Asali:
Hmm,
kalau sudah terdesak lalu berkata demikian. Dasar pengecut, guru dan murid sama
saja, tak ada yang berani debat! Waktu saya masih orang awam, saya beberapa
kali debat dengan pendeta, dan menang!
Gurumu kan sarjana theologia,
bukan? Tetapi Pdt. Sutjipto Subeno tetap pengecut! Kapan dia debat? Hehehe!
Catatan: Saya
tahu gelar M. Th. nya Pdt. Sutjipto Subeno karbitan, tanpa sekolah! Bagus
sekali sekolahnya Pdt. Stephen Tong membagi-bagikan gelar dengan begitu
gampang! Hanya merevisi thesis S1nya, tanpa kuliah / sekolah apapun, lalu dapat
M. Th.! Dulu kita memaki-maki Bethany
seperti itu, sekarang ternyata GRII juga seperti itu! Memalukan!
Siapa
‘Reformed sejati yang berzinah, bercerai, menipu, cinta uang, berdusta dll’? Orang
brengsek ini tak sebutkan nama, tetapi secara implicit pasti saya yang dimaksud!
Bisakah buktikan? Tanpa bukti, kamu pemfitnah! Sebagai seorang SH kamu pasti
mengerti hal ini. Tetapi saya tak heran. Kalau guru kencing berdiri, pasti
muridnya kencing berlari. Jadi murid lebih pintar dari gurunya, dalam hal
kencing!
Esra : Kalau ada yg seperti itu, yg salah adalah orangnya bukan ajaran Reformed
sejatinya yang diyakini berdasarkan Kitab Suci. Adalah tidak bijaksana untuk
membuang ajaran Reformed sejati yg berdasarkan Kitab Suci karena hidup seorang
pengikutnya yg diduga tidak sesuai dengan yg diajarkan. Itu sama bodohnya
dengan seorang anak SD yg tidak mau percaya bahwa 5 + 5 = 10 sesuai ajaran guru
matematikanya karena dia melihat ternyata guru matematikanya hidup jahat.
Febrianne Pingkan Carolina
Sundah Esra: "jadi anda anggap apa yg diajarkan Kitab Suci / tidak
bukan hal yg penting? Yg penting hidup baik? Sikap anda berbeda dengan Paulus.
Paulus tidak peduli orangnya baik seperti apa bahkan malaikat sekalipun tapi
kalau ajarannya sesat, ia kutuk." pak Esra Yth.. mohon jgn memlintir
kata2 saya, hal tersebut bukan maksud untuk berkata kitab suci tidak hal
penting melainkan perbuatan baik.. tetapi untuk menyatakan bagaimana
integritas seorang Kristen dalam kehidupan dan teori itu penting... Sebaliknya,
orang atheis juga bisa punya doktrin Reformed yg kuat.. kalau mmg maksud
bapak yang penting benar secara doktrin... Jadi, saya juga tidak bilang Pak
Tjip yg sama2 manusia berdosanya pasti benar.. Tetapi, apa yang diajarkannya
seperti yg pak Tong ajarkan, TELADAN HIDUP, MENJAGA KEKUDUSAN dan PUNYA
INTEGRITAS ANTARA IMAN, ETIKA & TINDAKAN NYATA.. itu yang harus dilihat..
Kalau tidak, mau reformed kelas tinggi, tetapi hidup tidak karuan, integritas
tidak ada, etika dlm hidup dan pelayanan berantakan, orang seperti itu harusnya
berdoa dulu sebelum mengajar.. supaya nama Tuhan tidak dipermalukan. Karena,
banyak teman2 diluar Reformed yg mentertawakan orang Reformed yg katanya pintar
berdebat, tetapi kelakuan nol.. Nah... orang yg benar2 reformed sejati harusnya
teori beres, tindakan beres, itu baru Reformed sejati bukan gadungan. hehehe..
Kalau mslh guru matematika jelas berbeda, itu bukan guru teologi.. Jadi,
hidupnya tidak beres masih bisa diampuni... guru matematika gitu pak.. tidak
ada hubungan dengan kekekalan.. Ini guru teologi, mengajar tentang Tuhan..
Kesimpulan: REFORMED SEJATI; adalah org yg punya TELADAN HIDUP, MENJAGA
KEKUDUSAN dan PUNYA INTEGRITAS ANTARA IMAN, ETIKA & TINDAKAN NYATA,
Reformed gadungan: sebaliknya.;-D
Tanggapan
Budi Asali:
Lagi-lagi
bahasa Pdt. Sutjipto Subeno! Kelihatan dari pendewaan terhadap Pak Tong yang
memang merupakan ciri khasnya! Saya makin lama makin yakin pendeta busuk dan
pengecut itu yang tulis ini dan menggunakan nama salah satu penyembahnya!
Mungkin
orang-orang di luar Reformed itu mentertawakan kalian (karena mereka tak bisa
bedakan mana Reformed yang asli, sehingga kalian dianggap asli). Memang yang
banyak gembar gembor tetapi kelakuannya nol itu Pdt. Sutjipto Subeno! Eh, dia
bukan nol, tetapi minus! Nanti di bawah akan saya buktikan.
Esra
tak memelintir apapun dari kata-katamu, Febrianne! Kamu memang berbicara
seperti itu. Kata-kata ‘tak peduli’ di atas (tak peduli Reformed sejati,
gadungan, atau bahkan kharismatik’) sudah menunjukkan hal itu!
Orang
ateis bisa Reformed? Lihat orang bodoh dan gila ini! Dia sedang memamerkan
kebodohannya / kegilaannya! Orang Reformed itu percaya kedaulatan Allah, itu
penekanan terkuat. Lalu bagaimana orang ateis, yang tidak percaya adanya Allah,
bisa Reformed? Itu sama dengan mengatakan bahwa kambing / serigala bisa adalah
domba! Dasar bodoh!
Kata-katamu
pada bagian kesimpulan bukan main bodohnya! Reformed atau tidak, itu bukan
tergantung kehidupannya, tetapi memang tergantung kepercayaan dan ajarannya!
Seandainya
ateis bisa Reformed, maka kalianlah (guru dan murid-murid) orang-orangnya!
Dan
tentang ilustrasi Esra berkenaan dengan guru matematika, Febrianne menjawab “Kalau
mslh guru matematika jelas berbeda, itu bukan guru teologi.. Jadi, hidupnya
tidak beres masih bisa diampuni... guru matematika gitu pak.. tidak ada
hubungan dengan kekekalan.”. Kamu SH kok bodoh bukan main sih? Tak
bisa mengerti ilustrasi yang begitu sederhana! Kepalamu isinya apa?
Dan guru
matematika tidak ada hubungan dengan kekekalan? Itu teori siapa? Guru kek,
notaris kek, pendeta kek, semua berhubungan dengan kekekalan! Dasar tolol!
Gambaranmu
tentang Reformed sejati aku yakin sama sekali tak sesuai dengan Pdt. Sutjipto
Subeno! Jadi, memang benar, dia Reformed gadungan! Bahkan menurut aku, dia Kristen
gadungan!
Febrianne Pingkan Carolina
Sundah Petrus 2:2: 1)Sebagaimana nabi2 palsu dahulu tampil di tengah2 umat
Allah, demikian pula di antara kamu akan ada GURU2 PALSU. Mereka akan
memasukkan pengajaran2 sesat yang membinasakan, bahkan mereka akan menyangkal
Penguasa yang telah menebus mrk & dgn jalan demikian segera mendatangkan
kebinasaan atas diri mereka. 2) Banyak org akan mengikuti cara hidup mereka
yang DIKUASAI HAWA NAFSU dan karena mereka Jalan Kebenaran akan dihujat. 3) Dan
krn serakahnya guru2 palsu itu akan berusaha mencari untung dari kamu dengan
cerita2 isapan jempol mereka. Tetapi untuk perbuatan mereka itu hukuman telah
lama tersedia dan kebinasaan tidak akan tertunda"
Febrianne Pingkan Carolina
Sundah Petrus2:18: 18)Sebab mereka mengucapkan kata2 yg congkak dan hampa
dan mempergunakan hawa nafsu cabul untuk memikat org2 yg baru saja melepaskan
diri dari mereka yg hidup dlm kesesatan..19)Mereka menjanjikan kemerdekaan kpd
org lain, pdhl mereka sendiri hamba2 kebinasaan... (silakan baca seluruh
ayatnya.. yg ditutup dengan ... 22) Bagi mereka cocok apa yg dikatakan
peribahasa yg benar ini: Änjing kembali lagi kemuntahnya dan babi yg mandi
kembali lg ke kubangannya" .. Nah pak Esra, jadi kalo begini kan kita bukan hy cukup
lihat dia mengajar kebenaran dan doktrin yg super benar.. mengerikan juga hanya
melihat ajaran benar, kelakuan jauh dr kebenaran... rasanya kalau guru
matematika spt kt pak Esra mmg tdk masalah.. ttp guru injil, Hamba Tuhan... tdk
bisa dipisahkan antara tindakan dan pengajaran. "I do what I think and I
think what I believe" Dr. Francis Schaeffer. TQ ya pak sharing2nya..
Selamat melayani!
Esra Alfred Soru Esra: "jadi anda anggap apa yg diajarkan Kitab Suci / tidak bukan
hal yg penting? Yg penting hidup baik? Sikap anda berbeda dengan Paulus. Paulus
tidak peduli orangnya baik seperti apa bahkan malaikat sekalipun tapi kalau
ajarannya sesat, ia kutuk."
Febrianne Pingkan Carolina Sundah : pak Esra Yth.. mohon jgn
memlintir kata2 saya, hal tersebut bukan maksud untuk berkata kitab suci tidak
hal penting melainkan perbuatan baik.. tetapi untuk menyatakan bagaimana integritas
seorang Kristen dalam kehidupan dan teori itu penting...
Esra : Ini kalimat lengkap anda :
“Jadi intinya pak Esra.. Memang Reformed yg
diajarkan Pdt Sutjipto Subeno dengan yang diajarkan pak Budi Asali/Pak Andi
Halim tidak sama.. katanya sih itu penekanannya Reformed Klasik dan Reformed
Moderat.. Buat saya, ga terlalu penting.. karena yang terpenting segala doktrin
itu bisa membuat saya hidup menjadi lebih takut Tuhan, lebih hati2 melangkah
dalam hidup dan lebih cepat bertobat dan kembali kepada Tuhan sewaktu berdosa.
Jikalau dua pihak mengklaim bahwa ajaran mereka
adalah ajaran Alkitab, dan dalam kenyataannya dua pihak bertentamngan dalam
ajarannya, sudah pasti ada yg salah menafsirkan Alkitab. Jikalau anda anggap
itu tidak terlalu penting, tidakkah berarti salah tafsir Alkitab atau tidak
anda anggap tidak terlalu penting? Itu konsekuensi logis dari statement anda.
Jadi saya sama sekali tidak memplintir kata2 anda.
=====
Febrianne Pingkan Carolina Sundah : Sebaliknya, orang atheis
juga bisa punya doktrin Reformed yg kuat..
Esra : Tidak bisa! Kalau seorang Reformed kuat mana
mungkin jadi orang ateis. Begitu dia jadi ateis, dia bukan Reformed.
=====
Febrianne Pingkan Carolina Sundah : kalau mmg maksud bapak yang
penting benar secara doktrin...
Esra : Yang penting adalah doktrinnya benar dan
kehidupan praktisnya benar. Tapi yg diangkat dalam tulisan ini bukan soal
kehidupan praktis tetapi apakah ajaran Pak Tjip itu memang sesuai Alkitab atau
tidak? Itu kan
yg dipersoalkan. Jangan lari dari esensi tulisan.
Esra
Alfred Soru Febrianne Pingkan Carolina Sundah : Jadi,
saya juga tidak bilang Pak Tjip yg sama2 manusia berdosanya pasti benar..
Tetapi, apa yang diajarkannya seperti yg pak Tong ajarkan, TELADAN HIDUP,
MENJAGA KEKUDUSAN dan PUNYA INTEGRITAS ANTARA IMAN, ETIKA & TINDAKAN
NYATA.. itu yang harus dilihat.. Kalau tidak, mau reformed kelas tinggi, tetapi
hidup tidak karuan, integritas tidak ada, etika dlm hidup dan pelayanan
berantakan, orang seperti itu harusnya berdoa dulu sebelum mengajar.. supaya
nama Tuhan tidak dipermalukan. Karena, banyak teman2 diluar Reformed yg
mentertawakan orang Reformed yg katanya pintar berdebat, tetapi kelakuan nol..
Nah... orang yg benar2 reformed sejati harusnya teori beres, tindakan beres,
itu baru Reformed sejati bukan gadungan. hehehe..
Esra : Itu betul tetapi itu tidak kena mengena
dengan apa yg dibahas disini. Yg dibahas di sini adalah apakah ajaran Pak Tjip
bahwa jodoh tidak ditentukan oleh Tuhan itu benar atau tidak? Itu persoalannya,
kita tidak bicara soal menjaga teladan hidup, kekudusan, dll. Itu penting dan
perlu tetapi bukan dalam konteks tulisan Pak Budi Asali ini. Jaid seharusnya
kalau mau tanggapi tulisan pak Budi, harus lihat apa yg dia persoalkan di sana dan bukan menyerempet
pada apa yg bukan inti maslaah.
Tanggapan
Budi Asali:
Itu
salah, Esra. Saksi-Saksi Yehuwa terkenal hidup baik (hal itu bahkan dimasukkan
dalam Encyclopedia Britannica), tetapi itu TIDAK menjadikan mereka Kristen,
apalagi Reformed! John Wesley terkenal dengan kesalehannya, apakah itu menjadikan
dia Reformed? Dan Khong Hu Cu, kalau kita mau percaya Pdt. Stephen Tong,
terkenal saleh, tetapi itu bahkan tidak menjadikan dia Kristen, apalagi
Reformed!
Dan
kelakuan nol? Yang nol besar adalah kalian, baik dalam pemikiran, ajaran, dan
kelakuan. Memfitnah tak karu-karuan kok bisa-bisanya membanggakan kesalehannya!
Betul-betul munafik!
Febrianne Pingkan Carolina Sundah : Kalau mslh guru matematika
jelas berbeda, itu bukan guru teologi.. Jadi, hidupnya tidak beres masih bisa
diampuni... guru matematika gitu pak.. tidak ada hubungan dengan kekekalan..
Ini guru teologi, mengajar tentang Tuhan.. Kesimpulan: REFORMED SEJATI; adalah
org yg punya TELADAN HIDUP, MENJAGA KEKUDUSAN dan PUNYA INTEGRITAS ANTARA IMAN,
ETIKA & TINDAKAN NYATA, Reformed gadungan: sebaliknya.;-D
Tanggapan
Budi Asali:
Akan
saya buktikan di bawah (point IV) apakah Pdt. Sutjipto Subeno punya integritas
atau tidak! Hehehe. Tunggu tanggal mainnya!
Sekarang
bandingkan kata-katamu dengan pengakuan dari Paulus sendiri di bawah ini:
1Tim
1:15 - “Perkataan ini benar dan patut diterima sepenuhnya: ‘Kristus Yesus
datang ke dunia untuk menyelamatkan orang berdosa,’ dan di antara mereka
akulah yang paling berdosa.”.
Catatan: untuk kalimat
yang saya garis-bawahi, semua Kitab Suci bahasa Inggris menggunakan present
tense! Jadi Paulus tidak berbicara tentang masa lalunya, tetapi dia bicara
dengan saat itu (pada saat ia sudah menjadi rasul)!
Ro 7:15,18
- “(15) Sebab apa yang aku perbuat, aku tidak tahu. Karena bukan
apa yang aku kehendaki yang aku perbuat, tetapi apa yang aku benci, itulah yang
aku perbuat. ... (18) Sebab aku tahu, bahwa di dalam aku, yaitu di dalam
aku sebagai manusia, tidak ada sesuatu yang baik. Sebab kehendak memang ada
di dalam aku, tetapi bukan hal berbuat apa yang baik.”.
Jadi,
kalau itu definisimu tentang Reformed sejati, maka yang Reformed sejati hanya
Yesus dan para malaikat-malaikat!
Yang
cocok dengan teorimu yang munafik dan sok suci itu adalah contoh-contoh d bawah
ini:
1. Paulus sebelum ia
bertobat.
Fil 3:4-6 - “(4) Sekalipun
aku juga ada alasan untuk menaruh percaya pada hal-hal lahiriah. Jika ada orang
lain menyangka dapat menaruh percaya pada hal-hal lahiriah, aku lebih lagi: (5)
disunat pada hari kedelapan, dari bangsa Israel, dari suku Benyamin, orang
Ibrani asli, tentang pendirian terhadap hukum Taurat aku orang Farisi, (6)
tentang kegiatan aku penganiaya jemaat, tentang kebenaran dalam mentaati
hukum Taurat aku tidak bercacat.”.
2. Orang-orang Farisi,
seperti dalam perumpamaan Yesus.
Luk 18:9-14 - “(9) Dan kepada beberapa orang yang menganggap dirinya benar dan
memandang rendah semua orang lain, Yesus mengatakan perumpamaan ini: (10) ‘Ada dua orang pergi ke
Bait Allah untuk berdoa; yang seorang adalah Farisi dan yang lain pemungut
cukai. (11) Orang Farisi itu berdiri dan berdoa dalam hatinya begini: Ya
Allah, aku mengucap syukur kepadaMu, karena aku tidak sama seperti semua orang
lain, bukan perampok, bukan orang lalim, bukan pezinah dan bukan juga seperti
pemungut cukai ini; (12) aku berpuasa dua kali seminggu, aku memberikan
sepersepuluh dari segala penghasilanku. (13) Tetapi pemungut cukai itu
berdiri jauh-jauh, bahkan ia tidak berani menengadah ke langit, melainkan ia
memukul diri dan berkata: Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini. (14) Aku
berkata kepadamu: Orang ini pulang ke rumahnya sebagai orang yang dibenarkan
Allah dan orang lain itu tidak. Sebab barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan
dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan.’”.
Bandingkan
juga dengan Luk 16:15 - “Lalu Ia berkata kepada mereka: ‘Kamu
membenarkan diri di hadapan orang, tetapi Allah mengetahui hatimu. Sebab apa
yang dikagumi manusia, dibenci oleh Allah.”.
Esra : Jadi seandainya seseorang mengajarkan bahwa
Yesus adalah Allah, Alkitab adalah Firman Allah. Tapi ternyata dalam
kelakuannya tidak beres, apakah yg ia ajarkan bahwa Yesus adalah Allah dan
Alkitab adalah Firman Allah menjadi salah? Tentu tidak! Apa yg dia ajarkan
tetap benar walaupun perilaku hidupnya tidak benar. Karena itu ujian pada
sebuah ajaran bukan pada perilaku pengajarnya tetapi pada Alkitab sebagai
dasarnya.
Esra
Alfred Soru Febrianne Pingkan Carolina Sundah : Petrus
2:2: 1)Sebagaimana nabi2 palsu dahulu tampil di tengah2 umat Allah, demikian
pula di antara kamu akan ada GURU2 PALSU. Mereka akan memasukkan pengajaran2
sesat yang membinasakan, bahkan mereka akan menyangkal Penguasa yang telah
menebus mrk & dgn jalan demikian segera mendatangkan kebinasaan atas diri
mereka. 2) Banyak org akan mengikuti cara hidup mereka yang DIKUASAI HAWA NAFSU
dan karena mereka Jalan Kebenaran akan dihujat. 3) Dan krn serakahnya guru2
palsu itu akan berusaha mencari untung dari kamu dengan cerita2 isapan jempol
mereka. Tetapi untuk perbuatan mereka itu hukuman telah lama tersedia dan
kebinasaan tidak akan tertunda"
Esra : Ini tak ada sangkut pautnya dengan apa yg
dibahas.
=====
Febrianne Pingkan Carolina Sundah : Petrus2:18: 18)Sebab mereka
mengucapkan kata2 yg congkak dan hampa dan mempergunakan hawa nafsu cabul untuk
memikat org2 yg baru saja melepaskan diri dari mereka yg hidup dlm
kesesatan..19)Mereka menjanjikan kemerdekaan kpd org lain, pdhl mereka sendiri
hamba2 kebinasaan... (silakan baca seluruh ayatnya.. yg ditutup dengan ... 22)
Bagi mereka cocok apa yg dikatakan peribahasa yg benar ini: Änjing kembali lagi
kemuntahnya dan babi yg mandi kembali lg ke kubangannya" ..
Esra : Ini juga tak ada sangkut pautnya dengan inti
persoalan yg dibahas.
Tanggapan
Budi Asali:
Esra,
ada sangkut pautnya. Text Alkitab itu cocok untuk mereka!
======
Febrianne Pingkan Carolina
Sundah : Nah pak Esra, jadi kalo begini kan
kita bukan hy cukup lihat dia mengajar kebenaran dan doktrin yg super benar..
mengerikan juga hanya melihat ajaran benar, kelakuan jauh dr kebenaran...
rasanya kalau guru matematika spt kt pak Esra mmg tdk masalah.. ttp guru injil,
Hamba Tuhan... tdk bisa dipisahkan antara tindakan dan pengajaran. "I do
what I think and I think what I believe" Dr. Francis Schaeffer. TQ ya pak
sharing2nya.. Selamat melayani!
Tanggapan
Budi Asali:
Sharing?
Esra (maupun saya) bukan sharing, tetapi membantah / menghancurkan fitnahan
kalian!
Kalau
ada dua pengajar firman, yang pertama ajarannya bagus / sehat, tetapi hidupnya
tidak benar, dan yang kedua hidupnya ‘saleh’ tetapi ajarannya sesat dan menipu
orang, maka yang mana yang harus dipilih? Entah dengan pilihan dari orang-orang
tolol ini, tetapi kalau saya, saya pilih yang pertama. Bahwa hidup dia yang
buruk, itu urusan dia dengan Tuhan, biar Tuhan yang hajar dia. Kalau saya pilih
yang kedua, ajaran sesat dan penipuan pengajar itu, sangat bisa meracuni otak /
pengertian Firman saya sehingga menyesatkan saya! Kalau orang-orang tolol ini
memilih yang kedua, suruh mereka belajar kepada Saksi-Saksi Yehuwa saja! Mat
23:1-3 jelas membenarkan pilihan saya. Demikian juga Ul 13:1-5 - “(1)
Apabila di tengah-tengahmu muncul seorang nabi atau seorang pemimpi, dan ia
memberitahukan kepadamu suatu tanda atau mujizat, (2) dan apabila tanda atau
mujizat yang dikatakannya kepadamu itu terjadi, dan ia membujuk: Mari kita
mengikuti allah lain, yang tidak kaukenal, dan mari kita berbakti kepadanya,
(3) maka
janganlah engkau mendengarkan perkataan nabi atau pemimpi itu; sebab
TUHAN, Allahmu, mencoba kamu untuk mengetahui, apakah kamu sungguh-sungguh
mengasihi TUHAN, Allahmu, dengan segenap hatimu dan dengan segenap jiwamu. (4)
TUHAN, Allahmu, harus kamu ikuti, kamu harus takut akan Dia, kamu harus
berpegang pada perintahNya, suaraNya harus kamu dengarkan,
kepadaNya harus kamu berbakti dan berpaut. (5) Nabi atau pemimpi itu
haruslah dihukum mati, karena ia telah mengajak murtad terhadap TUHAN, Allahmu,
yang telah membawa kamu keluar dari tanah Mesir dan yang menebus engkau dari
rumah perbudakan - dengan maksud untuk menyesatkan engkau dari jalan yang
diperintahkan TUHAN, Allahmu, kepadamu untuk dijalani. Demikianlah harus
kauhapuskan yang jahat itu dari tengah-tengahmu.”.
Kalau
berdasarkan text ini Pdt. Sutjipto Subeno, bukan hanya tak boleh didengarkan,
tetapi harus dihukum mati! Ia memang mengajak para anak buahnya untuk ‘menyembah’
dirinya sendiri dan Pdt. Stephen Tong!
Pdt.
Andi Halim pernah mengatakan bahwa pada saat ada acara gabungan dengan Pdt.
Sutjipto Subeno, Pdt. Sutjipto Subeno memperingati dia supaya jangan
berkhotbah bertentangan dengan ajaran Pdt. Stephen Tong! Bukan supaya
jangan bertentangan dengan Alkitab / Firman Tuhan, tetapi jangan bertentangan
dengan ajaran Pdt. Stephen Tong! Apakah artinya itu kalau bukan mengajak
orang menjadikan Pdt. Stephen Tong ‘allah lain’? Pdt. Sutjipto Subeno memang memberikan
ajaran sesat, dan seharusnya dihukum mati!
Esra : Memang betul bahwa hidup seseorang seharusnya
sejalan dengan apa yg dia ajarkan. Tetapi tak selamanya orang yang hidupnya
tidak beres berarti ajarannya salah. Ada
kemungkinan hidup seseorang tidak beres tapi ajarannya beres dan alkitabiah dan
karena itu layak didengarkan.
Mat 23:1 Maka berkatalah Yesus kepada orang banyak
dan kepada murid-murid-Nya, kata-Nya: 23:2 "Ahli-ahli Taurat dan
orang-orang Farisi telah menduduki kursi Musa. 23:3 Sebab itu turutilah dan
lakukanlah segala sesuatu yang mereka ajarkan kepadamu, tetapi janganlah kamu
turuti perbuatan-perbuatan mereka, karena mereka mengajarkannya tetapi tidak
melakukannya.
Kalau saya mau mengikuti cara berpikir yg sama, saya
bisa balik berkata. Bagaimana dengan tulisan pak Tjip. Jelas2 pak Tjip menipu
pembacanya dalam urusan bahasa Ibrani yang telah dibuktikan salah. Pak Tjip
mengkhotbahkan kebenaran tetapi menipu pembaca dalam urusan bahasa Yunani.
Apakah anda juga mau menolak ajaran pak Tjip yg lain karena dalam kasus bahasa
Ibrani ini ia telah menipu pembaca?
John E Serang @ all:
"awasilah dirimu dan awasilah ajaranmu, bertekunlah dalam semuanya itu,
karena dengan berbuat demikian engkau akan menyelamatkan dirimu dan semua orang
yang mendengar engkau"
Tanggapan
Budi Asali:
Orang
ini, untuk kedua-kalinya memberi komentar yang tidak jelas arahnya ataupun
artinya. Hanya kutip ayat Alkitab, lalu diartikan apa? Dan diterapkan kepada
siapa?
Dari
sudut saya ayat ini cocoknya untuk memberi peringatan kepada Pdt. Sutjipto
Subeno, yang jelas-jelas memutar-balikkan Kitab Suci.
Bdk.
2Pet 3:15-16 - “(15) Anggaplah kesabaran Tuhan kita sebagai kesempatan bagimu untuk
beroleh selamat, seperti juga Paulus, saudara kita yang kekasih, telah menulis
kepadamu menurut hikmat yang dikaruniakan kepadanya. (16) Hal itu dibuatnya
dalam semua suratnya, apabila ia berbicara tentang perkara-perkara ini. Dalam
surat-suratnya itu ada hal-hal yang sukar difahami, sehingga orang-orang
yang tidak memahaminya dan yang tidak teguh imannya,
memutarbalikkannya menjadi kebinasaan mereka sendiri, sama seperti yang juga
mereka buat dengan tulisan-tulisan yang lain.”.
Sampai
di sini pembahasan tulisan di facebooknya Mey Singa sudah selesai, dan sekarang
saya akan sambung dengan penjelasan-penjelasan lain.
Catatan: setelah
tulisan ini selesai dan bahkan sudah saja ajarkan kepada jemaat saya, saya
mendapat berita dari Henry (suami Mey Singa) bahwa ada lagi beberapa tanggapan
dari jemaat MRII Bali. Tetapi saya jawab ‘tak
usah diberikan saya, saya sudah cukup tanggapi yang dua ini’.
Saya memang tak mau dengar gonggongan dari anjing-anjing geladak lain dari Pdt.
Sutjipto Subeno. Saya akan tangani saja serigalanya (lihat point IV di bawah),
dari pada menangani terlalu banyak anjing-anjing.
II) Bahasa kasar dari Pdt.
Budi Asali.
Saya
ingin menambahkan sedikit penjelasan ini, karena saya mendengar ada orang-orang
yang menganggap bahwa bahasa saya kasar, tak cocok untuk seorang pendeta dan
sebagainya.
Mari
kita melihat beberapa kutipan di bawah dari kata-kata Calvin.
Calvin (tentang
Luk 5:1-11 / Mat 4:18-25): “When our Lord
chose persons of this description it was not because he preferred ignorance to
learning: as some fanatics do, who are delighted with their ignorance, and fancy
that, in proportion as they hate literature, they approach the nearer to the
apostles”
(= Pada waktu Tuhan kita memilih orang-orang seperti ini itu bukanlah karena Ia
lebih senang orang bodoh dari pada yang terpelajar, seperti yang dilakukan
oleh beberapa orang fanatik, yang senang dengan
kebodohan mereka, dan berkhayal bahwa makin mereka membenci literatur
makin mereka mirip dengan rasul-rasul).
Calvin (tentang
Mat 5:28): “The
hypocrisy of the Papist, therefore, is
too gross and stupid, when they affirm that lust is not a sin, until
it gain the full consent of the heart. But we need not wonder, that they make
sin to be so small a matter; for those who ascribe righteousness to the merit
of works must be very dull and stupid in
judging their sins” (= Karena
itu, kemunafikan dari para pengikut Paus adalah
terlalu menyolok dan bodoh, pada waktu mereka menegaskan bahwa nafsu
bukanlah dosa, sampai nafsu itu mendapatkan persetujuan penuh dari hati. Tetapi
kita tidak perlu heran, bahwa mereka membuat dosa menjadi persoalan yang begitu
kecil; karena mereka yang mempercayai kebenaran karena perbuatan baik pasti sangat tumpul dan bodoh dalam menghakimi /
menilai dosa-dosa mereka) - hal 290-291.
Calvin
(tentang Mat 6:9): “as it
would be the folly and madness of presumption,
to call God our Father, except on the ground that, through our union to the
body of Christ, we are acknowledged as his children, we conclude, that there is
no other way of praying aright, but by approaching God with reliance on the
Mediator” (= sebagaimana merupakan kelancangan yang bodoh dan gila untuk menyebut
Allah Bapa kita, kecuali atas dasar bahwa melalui persatuan kita dengan tubuh
Kristus, kita diakui sebagai anak-anakNya, kami menyimpulkan bahwa tidak ada
jalan lain untuk berdoa dengan benar, kecuali dengan mendekati Allah dengan
bersandar pada sang Pengantara) - hal 317-318.
Calvin (tentang
Mat 20:20-23): “Is he not
worse than stupid who, amidst so many deaths, entertain himself at
his ease by drawing pictures of a triumph?” (= Bukankah
ia lebih dari bodoh yang di tengah-tengah begitu banyak kematian,
menghibur dirinya sendiri untuk kesenangannya dengan menggambar gambar-gambar
kemenangan?) - hal 419.
Calvin (tentang Mat 24:36): “And surely that man must be singularly mad,
who would hesitate to submit to the ignorance which even the Son of God himself
did not hesitate to endure on our account” (= Dan jelaslah bahwa orang itu
pasti luar biasa / istimewa gilanya, yang segan untuk tunduk pada ketidaktahuan,
yang bahkan Anak Allah sendiri tidak segan untuk memikulnya demi kita).
Calvin (tentang
Yoh 9:14): “We are taught by this example that, if
we would follow Christ, we must excite the wrath of the enemies of the Gospel;
and that they who endeavour to effect a compromise between the world and
Christ, so as to condemn every kind of offences, are
altogether mad, since Christ, on the contrary, knowingly and
deliberately provoked wicked men” (= Kita diajar oleh contoh ini bahwa,
kalau kita mau mengikut Kristus, kita pasti membangkitkan kemarahan musuh-musuh
Injil; dan bahwa mereka yang berusaha mengadakan kompromi antara dunia dan
Kristus, sehingga mengecam / mengutuk semua ketersinggungan / batu sandungan, adalah gila semuanya / sepenuhnya, karena Kristus
sebaliknya secara sadar dan sengaja membuat marah orang-orang jahat itu).
Calvin (tentang
Yoh 12:13): “We cannot bless Christ without cursing the Pope and the sacrilegious tyranny
which he has raised up against the Son of God” (= Kita tidak
bisa memuji Kristus tanpa mengutuk Paus dan
kelaliman yang melanggar kesucian yang ia bangkitkan menentang Anak
Allah).
Calvin (tentang
Yoh 17:20): “But woe to
the Papists, whose faith is so far removed
from this rule, that they are not ashamed to
vomit out this horrid blasphemy, that
there is nothing in Scripture but what is ambiguous, and may be turned in a
variety of ways.”
(= Tetapi celakalah / terkutuklah para pengikut Paus,
yang imannya digeser begitu jauh dari peraturan ini, sehingga mereka tidak malu untuk memuntahkan hujatan yang mengerikan
ini, bahwa di sana tidak ada apapun dalam Kitab Suci kecuali apa
yang berarti ganda, dan bisa dibelokkan dengan bermacam-macam cara.) - hal 182.
Calvin (tentang
Mat 26:52): “Certain doctors ... have
ventured to proceed to such a pitch of impudence
as to teach, that the sword was not taken from Peter, but he was commanded to
keep it sheathed until the time came for drawing it; and hence we perceive how
grossly and shamefully those dogs have
sported with the word of God”
(= Doktor-doktor tertentu ... telah berspekulasi sampai pada suatu puncak kekurang-ajaran sehingga mengajar
bahwa pedang itu tidak diambil dari Petrus, tetapi ia diperintahkan untuk menyimpannya
dalam sarungnya sampai waktunya tiba untuk menariknya / menggunakannya; dan
karena itu kami merasa / mengerti betapa menyoloknya / kotornya dan
memalukannya anjing-anjing itu telah
mempermainkan firman Allah) - hal 246.
Calvin (tentang
Yoh 18:28): “these
hypocrites, though they are so full of malice, ambition, fraud,
cruelty, and avarice, that they almost infect heaven
and earth with their abominable smell, are only afraid of external
pollutions”
(= orang-orang munafik ini, sekalipun
mereka begitu penuh dengan kedengkian / kebencian, ambisi, penipuan /
kecurangan, kekejaman, dan ketamakan, sehingga mereka hampir mempengaruhi / menjangkiti surga dan bumi dengan bau mereka
yang menjijikkan, takut hanya pada polusi lahiriah) - hal 205.
Calvin (tentang
Yoh 19:15): “We see, then, what insanity had seized them. Let us suppose that
Jesus Christ was not the Christ; still they have no excuse for acknowledging no
other king but Cesar.” (= Kita
melihat kegilaan apa yang menyerang mereka.
Sekalipun kita anggap / andaikan bahwa Yesus Kristus bukanlah Kristus; tetap
mereka tidak mempunyai alasan untuk mengakui tidak ada raja lain selain
Kaisar.) - hal 224.
Calvin (tentang
Yoh 19:25-27): “Those
men, therefore, are fools, who think that the Apostles relinquished their
property, and came to Christ naked and empty; but they are worse than fools,
who make perfection to consist in beggary”
(= Karena itu, orang-orang itu adalah orang-orang
tolol, yang berpikir bahwa rasul-rasul melepaskan milik mereka; dan
datang kepada Kristus dengan telanjang dan kosong; tetapi
mereka lebih dari tolol, yang menganggap bahwa kesempurnaan terdiri
dari pengemisan / kemiskinan) - hal 233.
Calvin (tentang
Yoh 20:22): “So
much the more detestable is the sacrilege of the Papists, who seize
and claim for themselves the honour which belongs to the Son of God; for their
mitred bishops, when they make priests, have the
effrontery to boast of breathing the Holy Spirit on them. But the
fact plainly shows how different their stinking
breath is from the Divine breathing of Christ; for what else is it that
they do than to change horses into asses?”
(= Makin lebih menjijikkan pelanggaran dari para
pengikut Paus, yang merampas dan mengclaim untuk diri mereka
sendiri kehormatan yang merupakan milik dari Anak Allah; karena uskup-uskup
mereka, pada waktu mereka membuat imam / pastor, mempunyai kelancangan / kekurang-ajaran untuk membanggakan
tentang penghembusan Roh Kudus kepada mereka. Tetapi fakta secara jelas
menunjukkan betapa berbedanya nafas busuk mereka
dari penghembusan Ilahi dari Kristus; karena apa yang
mereka lakukan selain mengubah kuda menjadi keledai?) - hal 268.
John Calvin: “But
while the Lord did this once, he did not mean that we should also do it. In the same way also, the
apostles laid on hands for the time when it pleased the Lord that the visible
graces of the Holy Spirit be distributed at their prayers, not in order that
their descendants should in mimicry only and without profit counterfeit a cold
and empty sign, as these apes do”
(= Tetapi sementara Tuhan melakukan hal ini satu kali, Ia tidak memaksudkan
bahwa kita juga harus melakukannya. Dengan cara yang sama juga, rasul-rasul
meletakkan tangan pada waktu yang memperkenan Tuhan bahwa kasih karunia yang
kelihatan dari Roh Kudus dibagi-bagikan pada saat mereka berdoa, bukan supaya
keturunan mereka menirunya dan tanpa guna memalsukan suatu tanda yang dingin
dan kosong, seperti yang dilakukan monyet-monyet ini) - ‘Institutes
of the Christian Religion’, Book IV, Chapter XIX, no 7.
John Calvin: “the
Lord did many things which he did not intend as examples for us. The Lord said
to his disciples, ‘Receive the Holy Spirit’ (John 20:22, Vg.). He also said to
Lazarus, ‘Lazarus, come forth’ (John 11:43, Vg.). He said to the paralytic,
‘Rise up and walk’ (Matt. 9:5, Vg.; cf. John 5:8). Why do they not say the same
to all dead men and paralytics? ... If they try to do this, they rival God and
all but challenge him to a contest, but are very far from being effective, and
by their inept gesture do nothing but mock Christ. Indeed, they are so shameless as to dare affirm that they
confer the Holy Spirit. But how true that is, experience teaches, which cries
out that all those who are consecrated as priests
are turned from horses into asses, from fools into madmen”
[= Tuhan melakukan banyak hal-hal yang tidak dimaksudkanNya sebagai teladan
bagi kita. Tuhan berkata kepada murid-muridNya, ‘Terimalah Roh Kudus’ (Yoh
20:22, Vg). Ia juga berkata kepada Lazarus, ‘Lazarus, marilah keluar’ (Yoh
11:43, Vg). Ia berkata kepada orang lumpuh, ‘Bangunlah dan berjalanlah’ (Mat
9:5, Vg; bdk. Yoh 5:8). Mengapa mereka tidak mengatakan yang sama kepada semua
orang mati dan orang lumpuh? ... Jika mereka berusaha untuk melakukan ini,
mereka menyaingi Allah dan nyaris menantang Dia dalam suatu pertandingan,
tetapi mereka jauh dari effektif, dan oleh gerakan mereka yang janggal mereka
tidak melakukan apapun kecuali mengejek Kristus. Memang, mereka begitu tidak tahu malu sehingga berani
menegaskan bahwa mereka memberikan Roh Kudus. Tetapi apakah ada kebenaran dalam
hal itu, kami belajar dari pengalaman, yang berteriak dengan keras bahwa semua yang ditahbiskan sebagai imam / pastor, diubahkan dari
kuda menjadi keledai, dari orang-orang tolol menjadi orang-orang gila] - ‘Institutes
of the Christian Religion’, Book IV, Chapter XIX, no 29.
John
Calvin: “Hence
we conclude that by a heinous sacrilege these rascals tear apart those things which the prophet joined together with an
inviolable bond. ... What devilish madness is it to pretend that the use of Scripture, which leads the children of
God even to the final goal, is fleeting or temporal?” (= Maka kami menyimpulkan bahwa oleh suatu pelanggaran yang keji bangsat-bangsat / bajingan-bajingan ini menyobek / memisahkan hal-hal itu yang sang nabi persatukan
dengan suatu ikatan yang tak dapat diganggu gugat. ... Kegilaan besar apakah itu untuk menganggap bahwa penggunaan Kitab Suci, yang membimbing
anak-anak Allah bahkan pada tujuan akhir, sedang menghilang atau bersifat
sementara?) - ‘Institutes of the Christian Religion’, Book I,
Chapter IX, no 1.
Calvin
mengirimkan bukunya ‘Institutes of the
Christian Religion’ kepada Servetus, lalu Servetus mengembalikannya dengan
banyak serangan / keberatan terhadap ajaran-ajaran Calvin dalam buku itu. Apa
yang lalu dikatakan oleh Calvin?
Philip
Schaff: “‘There
is hardly a page,’ says Calvin, ‘that is not defiled by his vomit’” (= ‘Hampir tidak ada satu halamanpun,’ kata Calvin, ‘yang
tidak dikotori oleh muntahnya’) - ‘History of the Christian Church’, vol
VIII, hal 324.
Philip Schaff berkata:
·
“Calvin was,
as he himself confessed, not free from impatience, passion, and anger, which
were increased by his physical infirmities; but he
was influenced by an honest zeal for the purity of the Church, and not by
personal malice”
(= Calvin, seperti yang diakuinya sendiri, tidaklah bebas dari ketidaksabaran,
nafsu dan kemarahan, yang diperhebat oleh kelemahan fisiknya; tetapi ia dipengaruhi oleh semangat yang jujur untuk
kemurnian Gereja, dan bukan oleh kebencian / kedengkian pribadi) - ‘History of the Christian Church’, vol
VIII, hal 493.
·
“His
intolerance sprang from the intensity of his
convictions and his zeal for the truth” (=
Ketidak-adaan toleransinya timbul dari intensitas
keyakinannya dan semangatnya untuk kebenaran) - ‘History of the Christian Church’, vol
VIII, hal 839.
Saya
sangat setuju dengan kata-kata Schaff ini. Menurut saya orang yang tidak marah,
tetapi tetap lembut menghadapi orang-orang sesat, munafik, pendusta dan
pemfitnah, justru adalah orang-orang yang tidak peduli / menghargai kebenaran.
Orang yang cinta dan menjunjung tinggi kebenaran, pasti akan benci pada
kesesatan!
Saya
sudah menunjukkan kata-kata keras / kasar dari Calvin, dan sekarang saya akan memberikan
contoh-contoh bahasa kasar dalam Alkitab:
1) Sikap dan kata-kata Elia
pada saat ia berbicara kepada nabi-nabi Baal.
1Raja 18:27 - “Pada
waktu tengah hari Elia mulai mengejek mereka,
katanya: ‘Panggillah lebih keras, bukankah dia allah? Mungkin ia merenung,
mungkin ada urusannya, mungkin ia bepergian; barangkali ia tidur, dan belum
terjaga.’”.
Perhatikan: apakah Elia hormat
kepada nabi-nabi palsu itu? Tidak, ia mengejek mereka!
2) Sikap / kata-kata Daud
terhadap / tentang orang-orang yang meninggalkan Taurat.
Maz 119:21,51,53,69,78,85
- “(21) Engkau menghardik orang-orang
yang kurang ajar, terkutuklah orang yang menyimpang dari perintah-perintahMu. ...
(51) Orang-orang yang kurang ajar
sangat mencemoohkan aku, tetapi aku tidak menyimpang dari TauratMu. ... (53)
Aku menjadi gusar terhadap orang-orang fasik, yang meninggalkan TauratMu. ...
(69) Orang yang kurang ajar
menodai aku dengan dusta, tetapi aku, dengan segenap hati aku akan memegang
titah-titahMu. ... 78) Biarlah orang-orang
yang kurang ajar mendapat malu,
karena mereka berlaku bengkok terhadap aku tanpa alasan; tetapi aku akan
merenungkan titah-titahMu. ... (85) Orang-orang
yang kurang ajar telah menggali lobang
bagiku, orang-orang yang tidak menuruti TauratMu.”.
Maz 139:21-22 - “(21)
Masakan aku tidak membenci orang-orang yang membenci Engkau, ya TUHAN, dan
tidak merasa jemu kepada orang-orang yang bangkit melawan Engkau? (22) Aku sama
sekali membenci mereka, mereka menjadi musuhku.”.
Daud menganggap orang-orang
brengsek itu sebagai orang-orang yang kurang ajar, dan ia mengatakan bahwa ia
sangat membenci mereka!
3) Sikap nabi Mikha pada
saat berbicara kepada nabi-nabi palsu dan Ahab.
1Raja 22:8,13-28 - “(8)
Jawab raja Israel
kepada Yosafat: ‘Masih ada seorang lagi yang dengan perantaraannya dapat
diminta petunjuk TUHAN. Tetapi aku membenci dia, sebab tidak pernah ia
menubuatkan yang baik tentang aku, melainkan malapetaka. Orang itu ialah Mikha
bin Yimla.’ Kata Yosafat: ‘Janganlah raja berkata demikian.’ ... (13) Suruhan
yang pergi memanggil Mikha itu, berkata kepadanya: ‘Ketahuilah, nabi-nabi itu
sudah sepakat meramalkan yang baik bagi raja, hendaklah engkau juga berbicara
seperti salah seorang dari pada mereka dan meramalkan yang baik.’ (14) Tetapi
Mikha menjawab: ‘Demi TUHAN yang hidup, sesungguhnya, apa yang akan difirmankan
TUHAN kepadaku, itulah yang akan kukatakan.’ (15) Setelah ia sampai kepada
raja, bertanyalah raja kepadanya: ‘Mikha, apakah kami boleh pergi berperang
melawan Ramot-Gilead atau kami membatalkannya?’ Jawabnya
kepadanya: ‘Majulah dan engkau akan beruntung, sebab TUHAN akan menyerahkannya
ke dalam tangan raja.’ (16) Tetapi raja berkata
kepadanya: ‘Sampai berapa kali aku menyuruh engkau bersumpah, supaya engkau
mengatakan kepadaku tidak lain dari kebenaran demi nama TUHAN?’ (17) Lalu
jawabnya: ‘Telah kulihat seluruh Israel bercerai-berai di
gunung-gunung seperti domba-domba yang tidak mempunyai gembala, sebab itu TUHAN
berfirman: Mereka ini tidak punya tuan; baiklah masing-masing pulang ke
rumahnya dengan selamat.’ (18) Kemudian raja Israel berkata kepada Yosafat:
‘Bukankah telah kukatakan kepadamu: Tidak pernah ia menubuatkan yang baik
tentang aku, melainkan hanya malapetaka?’ (19) Kata Mikha: ‘Sebab itu
dengarkanlah firman TUHAN. Aku telah melihat TUHAN sedang duduk di atas
takhtaNya dan segenap tentara sorga berdiri di dekatNya, di sebelah kananNya
dan di sebelah kiriNya. (20) Dan TUHAN berfirman: Siapakah yang akan membujuk
Ahab untuk maju berperang, supaya ia tewas di Ramot-Gilead? Maka yang seorang
berkata begini, yang lain berkata begitu. (21) Kemudian tampillah suatu roh,
lalu berdiri di hadapan TUHAN. Ia berkata: Aku ini akan membujuknya. TUHAN
bertanya kepadanya: Dengan apa? (22) Jawabnya: Aku akan keluar dan menjadi roh
dusta dalam mulut semua nabinya. Ia berfirman: Biarlah engkau membujuknya, dan
engkau akan berhasil pula. Keluarlah dan perbuatlah demikian! (23) Karena itu,
sesungguhnya TUHAN telah menaruh roh dusta
ke dalam mulut semua nabimu ini,
sebab TUHAN telah menetapkan untuk menimpakan malapetaka kepadamu.’ (24)
Sesudah itu tampillah Zedekia bin Kenaana, ditamparnyalah pipi Mikha serta
berkata: ‘Mana boleh Roh TUHAN pindah dari padaku untuk berbicara kepadamu?’
(25) Tetapi Mikha menjawab: ‘Sesungguhnya engkau akan melihatnya pada hari
engkau lari dari satu kamar ke kamar yang lain untuk menyembunyikan diri.’ (26)
Berkatalah raja Israel:
‘Tangkaplah Mikha, bawa dia kembali kepada Amon, penguasa kota, dan kepada Yoas, anak raja, (27) dan
katakan: Beginilah titah raja: Masukkan orang ini dalam penjara dan beri dia
makan roti dan minum air serba sedikit sampai aku pulang dengan selamat.’ (28) Tetapi
jawab Mikha: ‘Jika benar-benar engkau pulang dengan selamat, tentulah TUHAN
tidak berfirman dengan perantaraanku!’
Lalu disambungnya: ‘Dengarlah, hai bangsa-bangsa sekalian!’”.
Kata-kata Mikha dalam
ay 15b jelas merupakan kata-kata / bahasa sinis. Dan dalam ay 23b ia
mengatakan para nabi palsu itu diberi roh dusta oleh Tuhan!
4) Kata-kata Yohanes
Pembaptis pada saat berbicara kepada orang-orang Saduki dan orang-orang Farisi.
Mat 3:7-12 - “(7)
Tetapi waktu ia melihat banyak orang Farisi dan orang Saduki datang untuk
dibaptis, berkatalah ia kepada mereka: ‘Hai
kamu keturunan ular beludak.
Siapakah yang mengatakan kepada kamu, bahwa kamu dapat melarikan diri dari
murka yang akan datang? (8) Jadi hasilkanlah buah yang sesuai dengan
pertobatan. (9) Dan janganlah mengira, bahwa kamu dapat berkata dalam hatimu:
Abraham adalah bapa kami! Karena aku berkata kepadamu: Allah dapat menjadikan
anak-anak bagi Abraham dari batu-batu ini! (10) Kapak
sudah tersedia pada akar pohon dan setiap pohon yang tidak menghasilkan buah
yang baik, pasti ditebang dan dibuang ke dalam api.
(11) Aku membaptis kamu dengan air sebagai tanda pertobatan, tetapi Ia yang
datang kemudian dari padaku lebih berkuasa dari padaku dan aku tidak layak melepaskan
kasutNya. Ia akan membaptiskan kamu dengan Roh Kudus dan dengan api. (12) Alat
penampi sudah ditanganNya. Ia akan membersihkan tempat pengirikanNya dan
mengumpulkan gandumNya ke dalam lumbung, tetapi debu jerami itu akan dibakarNya
dalam api yang tidak terpadamkan.’”.
Hmmm, alangkah ‘halusnya /
lembutnya’ kata-kata Yohanes Pembaptis!
5) Kata-kata Stefanus pada
saat berkhotbah kepada orang-orang Yahudi / Mahkamah Agama.
Kis 7:51-53 - “(51)
Hai orang-orang yang keras kepala dan
yang tidak bersunat hati dan telinga,
kamu selalu menentang Roh Kudus, sama seperti nenek moyangmu, demikian juga
kamu. (52) Siapakah dari nabi-nabi yang tidak dianiaya oleh nenek moyangmu?
Bahkan mereka membunuh orang-orang yang lebih dahulu memberitakan tentang
kedatangan Orang Benar, yang sekarang telah kamu khianati dan kamu bunuh. (53)
Kamu telah menerima hukum Taurat yang disampaikan oleh malaikat-malaikat, akan
tetapi kamu tidak menurutinya.’”.
6) Kata-kata Paulus dalam
Fil 3:2 - “Hati-hatilah terhadap anjing-anjing, hati-hatilah
terhadap pekerja-pekerja yang jahat, hati-hatilah terhadap penyunat-penyunat
yang palsu,”.
7) Kata-kata Petrus dalam
2Petrus 2:20-22 - “(20) Sebab jika mereka,
oleh pengenalan mereka akan Tuhan dan Juruselamat kita, Yesus Kristus, telah
melepaskan diri dari kecemaran-kecemaran dunia, tetapi terlibat lagi di
dalamnya, maka akhirnya keadaan mereka lebih buruk dari pada yang semula. (21)
Karena itu bagi mereka adalah lebih baik, jika mereka tidak pernah mengenal
Jalan Kebenaran dari pada mengenalnya, tetapi kemudian berbalik dari perintah
kudus yang disampaikan kepada mereka. (22) Bagi mereka cocok apa yang dikatakan
peribahasa yang benar ini: ‘Anjing
kembali lagi ke muntahnya, dan babi yang mandi kembali lagi ke kubangannya.’”.
Kalau Calvin, maupun para
nabi, rasul, dan Yohanes Pembaptis masih saudara salahkan dengan kata-kata
kasar / keras itu, sekarang sekarang saya beri contoh yang tidak mungkin bisa
saudara salahkan, yaitu Yesus sendiri!
a) Yesus sendiri memaki
Herodes sebagai serigala / rubah (Luk 13:32), dan juga memaki-maki ahli-ahli
Taurat dan orang-orang Farisi sebagai ular beludak, bodoh, buta, kuburan,
munafik dsb (Mat 23:13-36).
Luk 13:32 - “Jawab
Yesus kepada mereka: ‘Pergilah dan katakanlah kepada si
serigala itu: Aku mengusir setan dan
menyembuhkan orang, pada hari ini dan besok, dan pada hari yang ketiga Aku akan
selesai.”.
Catatan: KJV/RSV/NIV/NASB: ‘fox’ (= rubah).
Mat 23:13-36 - “(13)
Celakalah kamu,
hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai
kamu orang-orang munafik,
karena kamu menutup pintu-pintu Kerajaan Sorga di depan orang. Sebab kamu
sendiri tidak masuk dan kamu merintangi mereka yang berusaha untuk masuk. (14) [Celakalah
kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang
Farisi, hai kamu orang-orang munafik,
sebab kamu menelan rumah janda-janda sedang kamu mengelabui mata orang dengan
doa yang panjang-panjang. Sebab itu kamu pasti akan menerima hukuman yang lebih
berat.] (15) Celakalah kamu,
hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai
kamu orang-orang munafik,
sebab kamu mengarungi lautan dan menjelajah daratan, untuk mentobatkan satu
orang saja menjadi penganut agamamu dan sesudah ia bertobat, kamu menjadikan
dia orang neraka, yang dua kali lebih jahat dari pada kamu sendiri. (16) Celakalah
kamu, hai
pemimpin-pemimpin buta, yang berkata: Bersumpah
demi Bait Suci, sumpah itu tidak sah; tetapi bersumpah demi emas Bait Suci,
sumpah itu mengikat. (17) Hai
kamu orang-orang bodoh dan orang-orang buta,
apakah yang lebih penting, emas atau Bait Suci yang menguduskan emas itu? (18)
Bersumpah demi mezbah, sumpah itu tidak sah; tetapi bersumpah demi persembahan
yang ada di atasnya, sumpah itu mengikat. (19) Hai
kamu orang-orang buta, apakah yang lebih
penting, persembahan atau mezbah yang menguduskan persembahan itu? (20) Karena
itu barangsiapa bersumpah demi mezbah, ia bersumpah demi mezbah dan juga demi
segala sesuatu yang terletak di atasnya. (21) Dan barangsiapa bersumpah demi
Bait Suci, ia bersumpah demi Bait Suci dan juga demi Dia, yang diam di situ.
(22) Dan barangsiapa bersumpah demi sorga, ia bersumpah demi takhta Allah dan
juga demi Dia, yang bersemayam di atasnya. (23) Celakalah
kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang
Farisi, hai kamu orang-orang munafik,
sebab persepuluhan dari selasih, adas manis dan jintan kamu bayar, tetapi yang
terpenting dalam hukum Taurat kamu abaikan, yaitu: keadilan dan belas kasihan
dan kesetiaan. Yang satu harus dilakukan dan yang lain jangan diabaikan. (24) Hai
kamu pemimpin-pemimpin buta,
nyamuk kamu tapiskan dari dalam minumanmu, tetapi unta yang di dalamnya kamu
telan. (25) Celakalah kamu,
hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai
kamu orang-orang munafik,
sebab cawan dan pinggan kamu bersihkan sebelah luarnya, tetapi sebelah dalamnya
penuh rampasan dan kerakusan. (26) Hai
orang Farisi yang buta, bersihkanlah dahulu
sebelah dalam cawan itu, maka sebelah luarnya juga akan bersih. (27) Celakalah
kamu, hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang
Farisi, hai kamu orang-orang munafik,
sebab kamu sama seperti kuburan yang dilabur
putih, yang sebelah luarnya memang bersih tampaknya, tetapi yang sebelah
dalamnya penuh tulang belulang dan pelbagai jenis kotoran.
(28) Demikian jugalah kamu, di sebelah luar
kamu tampaknya benar di mata orang, tetapi di sebelah dalam kamu penuh
kemunafikan dan kedurjanaan.
(29) Celakalah kamu,
hai ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, hai
kamu orang-orang munafik,
sebab kamu membangun makam nabi-nabi dan memperindah tugu orang-orang saleh
(30) dan berkata: Jika kami hidup di zaman nenek moyang kita, tentulah kami
tidak ikut dengan mereka dalam pembunuhan nabi-nabi itu. (31) Tetapi dengan
demikian kamu bersaksi terhadap diri kamu sendiri, bahwa kamu adalah keturunan
pembunuh nabi-nabi itu. (32) Jadi, penuhilah juga takaran nenek moyangmu! (33) Hai
kamu ular-ular, hai kamu keturunan ular beludak!
Bagaimanakah mungkin kamu dapat meluputkan diri dari hukuman neraka? (34) Sebab
itu, lihatlah, Aku mengutus kepadamu nabi-nabi, orang-orang bijaksana dan
ahli-ahli Taurat: separuh di antara mereka akan kamu bunuh dan kamu salibkan,
yang lain akan kamu sesah di rumah-rumah ibadatmu dan kamu aniaya dari kota ke
kota, (35) supaya kamu menanggung akibat penumpahan darah orang yang tidak
bersalah mulai dari Habel, orang benar itu, sampai kepada Zakharia anak
Berekhya, yang kamu bunuh di antara tempat kudus dan mezbah. (36) Aku berkata
kepadamu: Sesungguhnya semuanya ini akan ditanggung angkatan ini!’”.
Juga bandingkan dengan Mat 7:6
- “‘Jangan kamu memberikan barang yang
kudus kepada anjing
dan jangan kamu melemparkan mutiaramu kepada babi,
supaya jangan diinjak-injaknya dengan kakinya, lalu ia berbalik mengoyak
kamu.’”.
b) Kata-kata Yesus dalam
Wah 22:15 - “Tetapi anjing-anjing
dan tukang-tukang sihir, orang-orang sundal, orang-orang pembunuh,
penyembah-penyembah berhala dan setiap orang yang mencintai dusta dan yang
melakukannya, tinggal di luar.”.
Lalu
mari kita perhatikan Yoh 6:60 - “Sesudah mendengar semuanya itu banyak dari murid-murid Yesus yang
berkata: ‘Perkataan ini keras, siapakah yang sanggup
mendengarkannya?’”.
Perhatikan beberapa
komentar di bawah ini berkenaan dengan komentar dari murid-murid yang
mengatakan bahwa perkataan Yesus itu keras:
1. Calvin: “On
the contrary, it was in their hearts, and not in the saying, that the hardness
lay”
(= Sebaliknya, kekerasan itu terletak di dalam hati mereka, dan bukannya dalam
perkataan Yesus).
2. William Hendriksen: “Yet,
it was not the hardness of the sermon but rather the hardness of their own
heart that had brought about this unfavorable reaction on their part” (= Bukan
kerasnya khotbah melainkan kerasnya hati mereka yang menyebabkan reaksi yang
tidak baik dari pihak mereka).
3. Adam Clarke: “Tell
me whether thou wouldst that I should speak unto thee, a soft lie, or the harsh
truth? The wicked word of a lying world is in general better received than the
holy word of the God of truth” (= Katakan kepadaku apakah kamu
menginginkan bahwa aku mengatakan kepadamu dusta yang lunak / lembut atau
kebenaran yang keras? Perkataan yang jahat dari dunia yang berdusta pada
umumnya diterima dengan lebih baik dari pada firman yang suci dari Allah
kebenaran).
Jadi:
a. Kalau saudara adalah orang kristen yang anti
pengkhotbah keras, maka renungkan kata-kata dari Calvin, William Hendriksen,
dan Adam Clarke di atas!
b. Kalau saudara menjumpai orang kristen, atau
bahkan hamba Tuhan, yang anti pengkhotbah keras, katakanlah kata-kata Calvin,
William Hendriksen, dan Adam Clarke di atas kepada mereka!
c. Kalau saudara mendengar orang Kristen /
pendeta menggunakan kata-kata keras, jangan terlalu cepat menyalahkan mereka!
d. Kalau saudara
menyalahkan saya karena kata-kata keras / kasar yang telah saya berikan di
atas, sadarilah bahwa saudara tidak Alkitabiah! Belajarlah Alkitab lebih banyak
untuk tahu mana yang patut disalahkan dan mana yang tidak! Saya sendiri, tak
peduli betapa banyak orang yang tidak setuju dengan kata-kata keras / kasar
saya, tak merencanakan untuk mengubah hal itu! Standard saya adalah Alkitab,
bukan pandangan dari banyak orang (bahkan hamba Tuhan) yang tidak terlalu
mengerti Alkitab / Firman Tuhan!
Saya bisa memberi lebih banyak
contoh lagi kalau saya mau, tetapi saya kira ini lebih dari cukup. Dari semua
ini jelas bahwa tak harus salah kalau orang Kristen atau bahkan pendeta,
menggunakan kata-kata keras. Dan jelas Pdt. Sutjipto Subeno, Febrianne, dan
Sundoro Tanuwidjaja, layak mendapatkan kata-kata seperti ini! Dan nanti di
bawah saudara bisa melihat bagaimana berbedanya saya berbicara kepada
orang-orang seperti Pdt. Andi Halim, Pdt. David Tong, Pdt. Benyamin Intan, dan
Pdt. Stephen Tong sendiri. Tak ada satu kata kasar / makianpun yang saya
lontarkan kepada mereka. Saya tahu membedakan orang mana yang layak mendapat
makian / kata-kata kasar dan orang mana yang tidak!
III)
Masalah perceraian Pdt. Budi Asali.
1) Fitnah terhadap Budi Asali berkenaan dengan perceraian.
a) Pertama-tama dalam point ini saya berbicara seakan-akan atau seandainya apa yang orang-orang
brengsek ini tuduhkan terhadap saya adalah benar, yaitu saya cerai, saya zinah,
saya hidup bejat / tidak karuan dan sebagainya. Ingat
baik-baik, saya katakan ini hanya sebagai pengandaian.
Sekalipun tidak
secara explicit, tetapi secara implicit, para penyembah Pdt. Sutjipto Subeno
ini mengatakan, bahwa karena saya cerai, berzinah dan hidup bejat, maka ajaran saya
tidak perlu didengarkan. Sekarang mari kita lihat kebenaran dan konsekwensi
dari sikap / kata-kata mereka ini.
1. Saya ingin tanya: apakah kalian (Pdt.
Sutjipto Subeno dan para penyembahnya) membaca kitab Mazmur, kitab Amsal, dsb?
Bukankah
kitab-kitab itu ditulis oleh Daud, dan Salomo (sekalipun untuk kitab Mazmur
tidak seluruhnya tetapi banyak sekali)? Dan bukankah Daud itu bukan hanya pezinah (dengan Batsyeba), tetapi juga pembunuh (dari
Uria), dan polygamist (karena jelas-jelas istrinya banyak)? Dan bukankah Salomo, yang punya 700 istri dan 300 gundik (1Raja
11:3), jelas adalah polygamist dan itu berarti pezinah juga?
Kalau mereka
membaca kitab-kitab itu, saya tanya mengapa membaca tulisan orang yang
berzinah, membunuh, polygamist dsb? Dan mengapa merasa tidak perlu mempedulikan
tulisan saya, karena saya cerai, zinah dsb (ingat, ini
pengandaian)?
Kalian
jelas punya standard ganda, ini sama sekali bukan suatu kehidupan yang baik /
saleh seperti yang dibicarakan secara munafik oleh Febrianne di atas!
2. Mat
23:1-3 - “(1) Maka berkatalah Yesus kepada orang banyak dan
kepada murid-muridNya, kataNya: (2) ‘Ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi
telah menduduki kursi Musa. (3) Sebab itu turutilah dan lakukanlah segala
sesuatu yang mereka ajarkan kepadamu, tetapi janganlah kamu turuti
perbuatan-perbuatan mereka, karena mereka mengajarkannya tetapi tidak
melakukannya.”.
Ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi mengajar secara benar (dalam hal
tertentu) tetapi hidup mereka jahat dan tak sesuai ajaran mereka. Yesus berkata
/ memerintahkan para muridNya untuk tetap mendengarkan mereka, tetapi jangan
meneladani hidup mereka yang jahat.
Jadi,
kalau orang-orang brengsek dari MRII Bali ini mengatakan, Budi Asali cerai dsb,
karena itu tak perlu dihiraukan kata-katanya, apakah mereka mentaati perintah
Yesus ini?
Pdt. Andi Halim mengatakan kepada saya bahwa Pdt. Stephen Tong
melarang Pdt. Andi Halim memakai saya karena alasan keluarga (cerai). Itu
berarti Pdt. Stephen Tong juga tak mentaati Mat 23:1-3 ini!
Tak
heran Pdt. Sutjipto Subeno yang selalu ‘mbebek’ pada Pdt. Stephen Tong juga
seperti itu, dan tak heran juga kalau para penyembah Pdt. Sutjipto Subeno juga
bersikap seperti itu!
Apakah ‘back to the
Bible’
(= kembali kepada Alkitab) masih menjadi motto
kalian??? Kalau ya, apakah itu dibuktikan dengan mau mentaati Mat 23:1-3,
yang termasuk dalam Alkitab?
3. Sangat besar kemungkinannya, bahkan hampir
pasti, Ayub bercerai dengan istri bejatnya, dan istri yang belakangan
melahirkan anak-anak lagi, bukanlah istrinya yang pertama.
Albert Barnes (tentang Ayub 42:13):
“‘He
had also seven sons and three daughters.’ The same number which he had before
his trials. Nothing is said of his wife, or whether these children were, or
were not, by a second marriage. The last mention that is made of his wife is in Job
19:17, where he says that ‘his breath was strange to his wife, though he
entreated her for the children’s sake of his own body.’ The character of this
woman does not appear to have been such as to have deserved further notice than
the fact, that she contributed greatly to increase the calamities of her
husband. It falls in with the design of the book to notice her only in this
respect, and having done this, the sacred writer makes no further reference to
her. The strong presumption is, that the second family of children was by a
second marriage.” (= Tak dikatakan apapun tentang istrinya, atau
apakah anak-anak ini didapatkan dari pernikahan kedua atau tidak. ... Anggapan
yang kuat adalah, bahwa keluarga anak-anak yang kedua adalah oleh pernikahan yang
kedua.).
Catatan: saya hanya menterjemahkan bagian bahasa
Inggris yang saya garis-bawahi.
Jamieson, Fausset & Brown (tentang Ayub 42:13): “The same
number as before: perhaps by a second wife: in Job 19:17 his wife last
mentioned.”
(= Jumlah yang sama seperti sebelumnya: mungkin oleh istri yang kedua:
dalam Ayub 19:17 istrinya disebutkan untuk terakhir kalinya.).
Apakah karena
itu, Ayub juga tak perlu didengarkan?
4. Saya berpendapat, sangat besar juga
kemungkinannya Paulus juga bercerai dengan istrinya.
Memang
berdasarkan 1Kor 9:5 dan 1Kor 7:7-8, banyak orang menganggap Paulus
tidak pernah kawin.
1Kor 9:5 - “Tidakkah kami
mempunyai hak untuk membawa seorang isteri Kristen, dalam perjalanan kami,
seperti yang dilakukan rasul-rasul lain dan saudara-saudara Tuhan dan Kefas?”.
1Kor 7:7-8 -
“(7)
Namun demikian alangkah baiknya, kalau semua orang seperti aku; tetapi setiap
orang menerima dari Allah karunianya yang khas, yang seorang karunia ini, yang
lain karunia itu. (8) Tetapi kepada orang-orang yang tidak kawin dan kepada
janda-janda aku anjurkan, supaya baiklah mereka tinggal dalam keadaan seperti
aku.”.
Ayat-ayat ini
memang menunjukkan bahwa pada saat itu, Paulus tidak punya istri. Tetapi
ayat-ayat ini tidak menunjukkan bahwa ia tak pernah menikah.
Mengingat tradisi
Yahudi, yang memandang rendah semua laki-laki yang tidak kawin dan / atau yang kawin
tetapi tidak punya anak, maka kalau Paulus tidak pernah kawin, ia pasti
dipandang rendah. Juga syarat menjadi anggota Sanhedrin / Mahkamah Agama Yahudi
adalah ‘menikah’. Lalu bagaimana ia bisa menjadi anggota Sanhedrin kalau ia
tidak pernah menikah?
Adam Clarke (tentang 1Kor 7:8):
“And
when he says hoos kagoo, ‘even as I,’ he means that he himself was a
widower; for several of the ancients rank Paul among the married apostles.” (= Dan pada
waktu ia berkata HOOS KAGOO, ‘bahkan / yaitu seperti aku’, ia memaksudkan bahwa
ia sendiri adalah seorang duda; karena beberapa orang-orang kuno menggolongkan
Paulus di antara rasul-rasul yang menikah.).
William Barclay (tentang 1Kor 7:3-7):
“We may be fairly certain that at some
time Paul had been married. (1) We may be certain of that on general grounds.
He was a Rabbi, and it was his own claim that he had failed in none of the
duties which Jewish law and tradition laid down. Now, orthodox Jewish belief
laid down the obligation of marriage. If a man did not marry and have
children, he was said to have ‘slain his posterity’, ‘to have lessened the
image of God in the world’. It was said that seven categories of people were
excommunicated from heaven, and the list began: ‘A Jew who has no wife; or who
has a wife but no children’. God had said: ‘Be fruitful and multiply,’ and,
therefore, not to marry and not to have children was to be guilty of breaking a
positive commandment of God. The age for marriage was considered to be 18; and
therefore it is highly unlikely that so devout and orthodox a Jew as Paul once
was would have remained unmarried. (2) On particular grounds, there is also
evidence that Paul was married. He must have been a member of the Sanhedrin,
for he says that he gave his vote against the Christians (Acts 26:10). It
was a regulation that members of the Sanhedrin must be married men, because
it was held that married men were more merciful. It may be that Paul’s wife
died; it is even more likely that she left him and broke up the home when he
became a Christian, so that he did indeed literally give up all things for
the sake of Christ.” [= Kita
bisa yakin dengan adil / wajar bahwa pada suatu saat
Paulus pernah / telah menikah. (1) Kita bisa pasti / yakin akan hal itu
berdasarkan dasar-dasar yang umum. Ia dulunya adalah seorang Rabi, dan adalah
claimnya sendiri bahwa ia tidak gagal dalam apapun dari kewajiban-kewajiban
yang ditetapkan oleh hukum Taurat dan tradisi Yahudi. Kepercayaan
Yahudi ortodox menetapkan kewajiban untuk menikah. Jika seorang laki-laki
tidak menikah dan mempunyai anak-anak, ia dikatakan sebagai telah ‘membunuh /
membantai keturunannya’, ‘telah mengurangi gambar Allah dalam dunia’. Dikatakan
bahwa 7 kategori dari orang-orang yang dikucilkan dari surga, dan daftar itu
mulai: ‘Seorang Yahudi yang tidak mempunyai istri; atau yang mempunyai istri
tetapi tidak mempunyai anak-anak’. Allah telah berkata: ‘Berbuahlah dan
bertambah banyak / beranak cuculah dan bertambah banyak’, dan karena itu, tidak
menikah dan tidak mempunyai anak-anak adalah bersalah dengan melanggar perintah
yang positif dari Allah. Usia pernikahan dianggap pada 18 tahun; dan karena
itu sangat kecil kemungkinannya bahwa seorang Yahudi yang begitu membaktikan
diri dan ortodox seperti Paulus tetap tidak pernah menikah. (2) Berdasarkan
dasar-dasar khusus / tertentu, di sana
juga ada bukti bahwa Paulus dulunya menikah. Ia pasti adalah anggota dari
Sanhedrin, karena ia berkata bahwa ia memberikan suara menentang orang-orang
Kristen (Kis 26:10). Merupakan suatu peraturan bahwa anggota-anggota
Sanhedrin harus adalah orang-orang laki-laki yang menikah, karena dianggap
/ dipercaya bahwa orang-orang laki-laki yang menikah lebih berbelas kasihan.
Mungkin istri Paulus mati; lebih mungkin lagi bahwa ia (istrinya)
meninggalkannya dan membubarkan / menceraikan rumah tangga pada waktu ia (Paulus)
menjadi orang Kristen, sehingga ia secara hurufiah menyerahkan segala sesuatu demi Kristus.].
Kis 26:10 - “Hal itu kulakukan juga di Yerusalem. Aku bukan
saja telah memasukkan banyak orang kudus ke dalam penjara, setelah aku
memperoleh kuasa dari imam-imam kepala, tetapi aku juga setuju, jika mereka
dihukum mati.”.
Catatan: harus diakui Barclay adalah orang Liberal,
tetapi dalam urusan tradisi jaman Alkitab, ia justru adalah jagonya!
Pulpit Commentary (tentang 1Kor 7:8):
“‘To
the unmarried;’ including widowers. In my ‘Life of St. Paul,’ 1:75-82, I have given my reasons for believing
that St. Paul
was a widower. ‘It is good for them.’ It is an expedient,
honourable, and morally ‘beautiful thing,’ but, as he so distinctly points out
further on, there might be a ‘better’ even to the ‘good.’ ‘Even as I.’ In the
unmarried state, whether as one who had never married, or, as I infer from
various circumstances, as a widower (so too Clemens of Alexandria,
Grotius, Luther, Ewald, etc.); see my ‘Life of St. Paul,’ 1:169). Tertullian and Jerome
(both of them biassed witnesses, and with no certain support of tradition) say
that St. Paul
was never married.”.
Penulis exposisi dari 1Korintus dalam Pulpit Commentary adalah F. W.
Farrar, dan saya akan mengutip buku yang ia sebutkan:
F. W. Farrar: “If, indeed, he was a member of the Sanhedrin, it follows that,
by the Jewish requirements for that position, he must
have been a married man. His official position will be examined hereafter; but,
meanwhile, his marriage may be inferred as probable from passages in his
Epistles. In 1 Cor. 9:5 he asks the Corinthians, ‘Have we not power to lead
about a sister, a wife, as well as other Apostles, and as the brethren of the
Lord, and Kephas?’ This passage is inconclusive, though it asserts his right
both to marry, and to take a wife with him in his missionary journeys if he
thought it expedient. But from 1 Cor. 7:8 it
seems a distinct inference that he classed himself among widowers; for, he says, ‘I say,
therefore, to the unmarried and
widows, it is good for them if they abide
(MEINOOSIN) even as I.’ That by ‘the unmarried’ he here means ‘widowers’ - for
which there is no special Greek word - seems clear, because he has been already
speaking, in the first seven verses of the chapter, to those who have never
been married. To them he concedes, far more freely than to the
others, the privilege of marrying if they considered it conducive to godliness,
though, in the present state of things, he mentions his own personal
predilection for celibacy, in the case of all who had the grace of inward
purity. And even apart from the interpretation of
this passage, the deep and fine insight of Luther had drawn the
conclusion that Paul knew by experience what marriage was, from the wisdom and
tenderness which characterise his remarks respecting it. One who had never been
married could hardly have written on the subject as he has done, nor could he
have shown the same profound sympathy with the needs of all, and received from
all the same ready confidence. ... If we are
right in the assumption that he was married, it seems probable that it was for
a short time only, and that his wife had died. But there is one more
ground which has not, I think, been noticed, which
seems to me to render it extremely probable that Saul, before the time of his
conversion, had been a married man. It is the extraordinary importance attached by the majority
of Jews in all ages to marriage as a moral duty, nay, even a positive command,
incumbent on every man. The Mishna fixes the age of marriage at eighteen, and
even seventeen was preferred. The Babylonist Jews fixed it as early as fourteen.
Marriage is, in fact, the first of the 613 precepts. They derived the duty
partly from the command of Gen. 1:28, partly from allusions to early marriage
in the Old Testament (Prov. 2:17; 5:18), and partly from allegorising
explanations of passages like Eccl. 11:6; Job 5:24. The Rabbis in all ages have laid it down as a stringent
duty that parents should marry their children young; and the one or
two who, like Ben Azai, theoretically placed on a higher level the duty of
being more free from incumbrance in order to study the Law, were exceptions to
the almost universal rule. But even these theorists were themselves married
men. If St. Paul had ever evinced the smallest sympathy with the views of the
Therapeutæ and Essenes - if his discountenancing of marriage, under certain immediate
conditions, had been tinged by any Gnostic fancies about its essential
inferiority - we might have come to a different conclusion. But he held no such
views either before or after his conversion; and certainly, if he lived
unmarried as a Jerusalem
Pharisee, his case was entirely exceptional.”. - ‘Life of St. Paul’, hal 79-82 (Libronix).
Saya tidak menterjemahkan kata-kata Pulpit Commentary maupun dari buku
F. W. Farrar ini. Saya menjelaskan dengan kata-kata saya sendiri bagian-bagian
yang penting. Pada bagian yang saya beri garis bawah ganda, ia memberikan dasar
yang kurang lebih sama dengan yang diberikan oleh Barclay, hanya saja ia
memberikannya secara lebih mendetail.
Lalu saya ingin
jelaskan apa yang Farrar katakan pada bagian yang saya beri garis bawah tunggal
dan beri warna ungu (dan saya tambahkan penjelasan saya sendiri).
1Kor 7:8 - “Tetapi kepada
orang-orang yang tidak kawin dan kepada janda-janda
aku anjurkan, supaya baiklah mereka tinggal dalam keadaan seperti aku.”.
Untuk kata-kata ‘janda-janda’ digunakan kata
Yunani KHERAIS, yang merupakan bentuk feminine, tetapi untuk kata-kata ‘orang-orang
yang tidak kawin’ digunakan kata Yunani AGAMOIS, yang merupakan
bentuk masculine. Farrar berkata bahwa ‘orang-orang yang tidak kawin’ ini menunjuk kepada
‘duda-duda’, karena untuk
orang-orang yang tidak pernah kawin, Paulus sudah membahasnya dalam 1Kor 7:1-7.
Dan untuk duda-duda ini ia menasehati mereka supaya ‘tinggal dalam keadaan seperti aku’, yang
menunjukkan bahwa ia juga adalah seorang duda.
Catatan: apa yang Paulus katakan dalam 1Kor 7 tentang
‘lebih baik tidak kawin’, bukanlah nasehat yang bersifat umum dan mutlak.
Alasannya? 1Kor 7:26 - “Aku
berpendapat, bahwa, mengingat
waktu darurat sekarang, adalah baik bagi manusia untuk tetap dalam
keadaannya.”.
Tetapi Farrar mengatakan bahwa pernikahan Paulus mungkin berlangsung
singkat karena istrinya mati. Barclay juga
memberikan kemungkinan itu, tetapi ia lebih memilih
bahwa istri Paulus menceraikannya pada saat ia menjadi orang Kristen.
Mengapa Barclay lebih memilih Paulus dicerai oleh istrinya, dari pada istri
Paulus meninggal? Ia tidak menjelaskannya, tetapi saya kira, karena kalau istri
Paulus meninggal, mengapa ia tidak pernah menceritakannya? Tetapi kalau
istrinya menceraikannya, ia mungkin tidak mau menceritakan supaya tidak
menjelekkan istrinya. Kalau ini benar, maka Paulus DIceraikan!
Sekarang, apakah orang-orang brengsek dari MRII Bali ini membaca
tulisan-tulisan Paulus?
Dari empat point di atas, kalaupun ada
yang tak setuju dengan point 3 dan 4 karena hanya merupakan suatu kemungkinan
(dan masih ada pro - kontra berkenaan dengan hal itu), tetapi ingat bahwa point
1 dan 2, pasti benar.
Kesimpulan: seandainya benar bahwa saya cerai, zinah dsb, maka selama ajaran saya benar
(dan sampai sekarang belum pernah ada yang membuktikan ajaran saya salah
apalagi sesat), orang-orang yang benar-benar Kristen harus mau mendengar kebenaran yang saya beritakan.
Semua
pendeta, penginjil, pengkhotbah, dosen theologia dsb, adalah orang-orang
berdosa yang semuanya banyak dosanya. Lalu dengan
dasar apa kita membedakan dosa cerai dan zinah dengan dosa-dosa lain seperti
arogan, tamak, munafik, memfitnah, suka menjilat, cinta uang, dsb, sehingga
lalu mengatakan pengkhotbah yang cerai tak perlu didengar tetapi pengkhotbah
yang arogan, tamak, munafik, memfitnah, suka menjilat, cinta uang, dsb, tetap
boleh didengar?
Saya tantang siapapun untuk menjawab pertanyaan ini!
b) Sebetulnya pada saat Sundoro Tanuwidjaja
mengatakan saya cerai, apakah dia memfitnah? Saya berpendapat ‘ya’! Mengapa?
Bukankah dalam faktanya saya memang cerai? Ya, tetapi ia hanya menceritakan
setengah kebenaran (half truth). Memang
menceritakan setengah kebenaran kadang-kadang tidak apa-apa, kalau tidak
memberikan gambaran yang lebih jelek terhadap orang yang sedang jadi bahan
berita. Tetapi kalau menceritakan setengah kebenaran, sehingga menjadikan orang
mempunyai gambaran yang lebih jelek dari yang seharusnya tentang orang yang
dibicarakan, itu bukan hanya dusta, tetapi fitnah!
Misalnya kalau saudara bertemu dengan si A
pada waktu si A pergi ke bioskop dengan istrinya dan seorang wanita lain, dan
saudara lalu menceritakan kepada orang-orang lain bahwa si A pergi dengan
seorang wanita lain (tanpa menceritakan tentang ikut sertanya istrinya), maka itu
jelas adalah penceritaan setengah kebenaran
yang bersifat memfitnah!
Apa yang tidak diceritakan
oleh Sundoro adalah sesuatu yang terpenting, yaitu bahwa saya Dicerai, bukan MENcerai, dan bukan
juga menyetujui perceraian itu! (cerita lebih terperinci dan bukti-bukti
tentang hal ini akan saya berikan di bawah).
Kalau orang lalu
berkomentar: tak ada bedanya ‘mencerai’ atau ‘dicerai’, pokoknya cerai.
Maka kebodohan seperti itu mempunyai konsekwensi bahwa ‘membunuh’ dan ‘dibunuh’
juga sama jeleknya dan sama berdosanya, pokoknya orangnya mati! Juga
‘memperkosa’ dan ‘diperkosa’ sama jahatnya, karena pokoknya terjadi hubungan
sex! Dan demikian juga ‘memfitnah’ dan difitnah’ adalah sama buruknya, pokoknya
hasilnya adalah nama buruk bagi seseorang. Ini semua jelas merupakan suatu
kegilaan!
2) Cerita tentang perceraian versi Budi Asali
(versi yang benar).
Cerita (baca
gosip / fitnah) tentang saya berzinah, sehingga lalu dicerai dsb, sudah banyak
beredar, dan bahkan itu yang paling banyak diketahui / didengar orang. Tetapi
itu cerita versi mereka! Tak usah heran karena di pihak sana ada beberapa / banyak ‘radio amatir’,
yang jauh lebih hebat dari ‘Suara Surabaya’. Yang terutama Yovita (ex mertua
perempuan saya), Sisca (ex istri saya), Pdt. Sutjipto Subeno, Sundoro, Febrianne
dan banyak orang lagi.
Untuk para
pemfitnah ini, dan para pemfitnah yang lain, saya beri peringatan ini:
“Remember: God knows who you are and
what you did, even though I don’t!” (= Ingatlah: Allah tahu siapa kamu dan
apa yang telah kamu lakukan, sekalipun saya tidak tahu!).
Karena itu,
sekarang saya mau menceritakan secara singkat versi saya tentang hal
itu. Kalau para pemfitnah / penggosip saya menceritakan tanpa saksi atau bukti,
saya akan menceritakan dengan saksi / bukti! Bagi pembaca tulisan ini, saudara mau
percaya yang mana itu urusan saudara (dengan Tuhan)!
a) Perceraian dengan istri.
Kami menikah pada
tahun 1991, dan mendapatkan anak (Kevin) pada tahun 1994. Kira-kira mulai 1995,
hubungan kami mulai retak, dan makin lama makin memburuk (karena sifat-sifat
kami memang sangat banyak yang saling bertentangan).
Pada sekitar
tahun 2003, ada seorang cewek dalam gereja saya, yang dekat dengan saya maupun
dengan istri saya. Jadi, mula-mula hubungan kami bertiga baik. Tetapi dalam
hubungan dengan cewek itu saya lalu melihat bahwa ia mempunyai problem, dan
saya merasa harus memberikan counseling kepada dia. Itu membuat dia lebih dekat
lagi dengan saya, dan ini akhirnya membuat istri saya cemburu (buta).
Pada suatu hari
kecemburuan buta itu meledak dengan dia melaporkan persoalan itu, yang ia
anggap sebagai suatu affair / perselingkuhan, kepada majelis / pengurus gereja
saya (waktu itu GKRI Exodus). Ini membuat saya sangat marah, karena saya dan
cewek itu, sekalipun dekat, tidak mempunyai / melakukan affair / perselingkuhan
dalam bentuk apapun, dan tidak ada rencana apapun untuk melakukan
affrair / perselingkuhan / perzinahan. Saya tidak pernah pergi berdua
dengan dia, kecuali 2-3 x mengantar dia dari gereja pulang ke rumahnya yang
membutuhkan waktu hanya sekitar 10 menit, dan kami tidak pernah mampir
kemanapun. Biasanya kalau pergi bertiga (dengan adiknya yang juga cewek, atau
berempat, dengan adiknya yang lain lagi, yang adalah cowok).
Tetapi bagaimanapun
saya mau menjelaskan hal ini kepada istri saya, ia tak mau mendengarkannya.
Mungkin pembaca tahu perempuan biasanya memang lebih condong main perasaan dari
pada logika, apalagi kalau sudah berurusan dengan kecemburuan!
Gegeran makin
hebat sehingga akhirnya pada pertengahan tahun 2004, istri saya membawa anak
kami dan semua barang-barangnya, dan meninggalkan rumah.
Catatan: tindakan meninggalkan rumah (minggat) seperti
ini bukan hal baru, karena sebelumnya sudah pernah terjadi 2 x (masing-masing berlangsung
selama 2-3 bulan), tanpa ada kasus ‘another
woman’ (= wanita lain), jadi hanya karena gegeran biasa. Dan selama waktu
itu, pada saat anak saya kangen / rindu dengan saya dan mau bicara dengan
sayapun tidak diijinkan! Dari sini saya sudah menyimpulkan bahwa perempuan ini (istri
saya) adalah orang yang sangat jahat!
Pada waktu ia
‘minggat’ untuk ke 3xnya ini, saya sudah merasa bahwa ini adalah untuk
selama-lamanya.
Singkat cerita,
pada tahun 2006 ia lalu mengajukan gugatan cerai (saya dengar atas dorongan
orang tuanya, yang notabene adalah jemaat Pdt. Sutjipto Subeno, yang katanya anti
cerai dalam kasus apapun). Gugatan itu dilakukan BUKAN ATAS DASAR PERZINAHAN
(bukti surat
gugatan terlampir), dan ini merupakan sesuatu yang aneh / tak masuk akal. Kalau
saya memang berzinah dan ia bisa membuktikan, mengapa tak menggugat cerai dengan
dasar zinah? Kalau tak punya bukti (dan jelas memang tak punya) mengapa
tetap menggugat cerai?
Pada tahun 2007,
gugatan itu dikabulkan oleh pengadilan negeri. Harap diketahui bahwa kalau satu
pihak secara mutlak sudah tak mau melanjutkan pernikahan, pengadilan pasti
menyetujui perceraian itu. Saya lalu naik banding. Saya naik banding sebetulnya
bukan untuk mempertahankan pernikahan, karena saya tahu itu sudah begitu buruk
dan tidak bisa dipertahankan. Saya naik banding untuk menunjukkan /
membuktikan bahwa perceraian itu sama sekali bukan inisiatif saya, dan memang
tidak saya setujui. Saya berpendapat bahwa bagaimanapun buruknya hubungan
suami - istri, harus tetap dipertahankan. Cerai hanya boleh kalau ada perzinahan
(Mat 5:32 Mat 19:9). Dan dalam hal ini
saya tidak berzinah dengan siapapun. Dia tak punya bukti ataupun saksi sama
sekali!
Pada tanggal 22 -
12 - 2009, gugatan itu dikabulkan lagi / dikuatkan oleh Pengadilan Tinggi, dan
saya tidak naik banding lagi, karena toh tak ada gunanya. Tetapi saya tidak
menandatangani persetujuan apapun berkenaan dengan perceraian itu. Dan 2 minggu
setelah tak ada permohonan banding, maka keputusan itu mempunyai kekuatan hukum
yang sah (awal tahun 2010).
Jadi,
siapa yang mencerai? Istri saya dan pengadilan! Saya DIcerai, bukan MENcerai!
Dan tak ada apapun yang bisa saya lakukan untuk mencegah terjadinya hal itu.
Catatan: kalau
ada yang berzinah, itu mungkin adalah istri saya sendiri. Yang pasti dia
sudah pernah berpacaran dengan cowok lain, pada saat perceraian belum resmi
/ belum disahkan oleh pengadilan! Dan ini diakui bahkan oleh Yovita, dan
juga diketahui oleh banyak orang, dan dilihat oleh sedikitnya 2 orang (yang tak
mau disebut namanya) yang melihat mereka pergi berdua di toko / mall dengan
bergandengan tangan! Bagus sekali! Bagi saya, ini sebetulnya sudah merupakan
perzinahan!
b) Pemecatan saya oleh gereja saya (GKRI
Exodus).
Tuduhan /
fitnahan tanpa bukti dari istri saya (dan mertua perempuan saya) diterima oleh
banyak orang, termasuk oleh gereja saya sendiri (GKRI Exodus).
Gereja yang saya
didik sehingga mengerti Alkitab dengan baik ini tidak mungkin tidak tahu
tentang 1Tim 5:19 - “Janganlah
engkau menerima tuduhan atas seorang penatua kecuali kalau didukung dua atau tiga orang saksi.”.
Dalam kasus saya,
satu saksipun tidak ada, dan bukti juga tidak ada. Dan ingat, yang disebut
‘saksi’ harus orang yang tahu sendiri perkara itu, bukan orang yang mendengar
dari orang lain, dsb.
Bandingkan juga
dengan Ul 19:15-21 - “(15)
‘Satu orang saksi saja tidak dapat menggugat
seseorang mengenai perkara kesalahan apapun atau dosa apapun yang mungkin
dilakukannya; baru atas keterangan dua atau tiga orang saksi perkara itu tidak
disangsikan. (16) Apabila seorang saksi jahat menggugat seseorang
untuk menuduh dia mengenai suatu pelanggaran, (17) maka kedua orang yang mempunyai perkara
itu haruslah berdiri di hadapan TUHAN, di
hadapan imam-imam dan hakim-hakim yang ada pada waktu itu. (18) Maka
hakim-hakim itu harus memeriksanya baik-baik,
dan apabila ternyata, bahwa saksi itu seorang saksi
dusta dan bahwa ia telah memberi tuduhan dusta terhadap saudaranya, (19)
maka kamu harus memperlakukannya sebagaimana ia bermaksud memperlakukan
saudaranya. Demikianlah harus kauhapuskan yang jahat itu dari tengah-tengahmu.
(20) Maka orang-orang lain akan mendengar dan menjadi takut, sehingga mereka
tidak akan melakukan lagi perbuatan jahat seperti itu di tengah-tengahmu. (21)
Janganlah engkau merasa sayang kepadanya, sebab berlaku: nyawa ganti nyawa,
mata ganti mata, gigi ganti gigi, tangan ganti tangan, kaki ganti kaki.’”.
Dilakukan
beberapa kali sidang gereja, dan:
1. Tak pernah satu kalipun istri saya hadir dalam
sidang gereja pada saat saya ada. Dia jelas tak berani hadir dalam
sidang pada saat ada saya, karena dia tahu bahwa semua dusta dan
fitnahnya pasti akan saya hancurkan. Tetapi tak pernah hadirnya dia,
bertentangan dengan Ul 19:17 di atas, yang mengharuskan kedua orang yang
berperkara sama-sama hadir!
2. Majelis / pengurus, bahkan penginjil yang pro
saya dikeluarkan dari ‘rapat’. Memang dalam rapat resmi mereka diikutkan,
tetapi dalam ‘rapat tidak resmi’ mereka tidak diikutkan, padahal di sinilah
semua rencana dan keputusan dibuat!
3. Dalam seluruh proses itu, penginjil resmi
dari GKRI Exodus, yaitu Ev. Edy Purwani, tidak pernah diminta pendapatnya
(karena mereka tahu ia pro saya). Dan sebaliknya mereka minta pendapat dari Ev.
Yakub Tri Handoko (yang sekarang jadi Gembala / pendeta di GKRI Exodus) dan
Andhika Gunawan, yang keduanya bukan majelis / pengurus, bahkan bukan jemaat
kami juga. Betul-betul proses yang lucu! Bukankah persoalan yang begitu
sensitif seperti itu seharusnya dirahasiakan dalam kalangan majelis / pengurus?
Itu sebabnya beberapa bulan setelah saya dikeluarkan Ev. Edy Purwani lalu
mengundurkan diri.
4. Ada
tuduhan-tuduhan yang dilakukan di belakang saya, yang baru saya ketahui dari
salah satu majelis (nama: Dora) setelah saya dipecat. Kalau saja tuduhan konyol
itu diberikan di depan saya, dengan mudah bisa saya hancurkan!
5. Saya tak pernah satu kalipun kalah dalam
perdebatan dalam sidang gereja itu!
6. Dalam surat-surat yang diberikan kepada saya,
yang merupakan hasil rapat, ada begitu banyak dusta / fitnah dan hal-hal yang
gila, yang tidak saya tanggapi, karena saya tahu bahwa segala sesuatu telah
mereka tetapkan dan tak ada apapun dapat mengubah mereka.
7. Hasil sidang-sidang gereja, seperti pada
waktu saya diskors, dan juga pada waktu saya dipecat, bisa diketahui
dan dismskan kepada saya oleh seseorang yang tak dikenal, satu hari SEBELUM sidang
dilakukan / keputusan keluar!!
Ini saya tanyakan
dalam sidang dengan berkata ‘Bagaimana orang yang
kirim sms ini bisa tahu keputusan rapat sebelum rapat dilaksanakan? Atau ia
adalah orang luar yang entah bagaimana bisa menguasai rapat, atau rapat sudah
memutuskan hasilnya sebelum rapat dilaksanakan’. Mereka (Lieman) menjawab:
kebetulan. Jawaban gila dan idiot dari orang dengan lidah bercabang!! Memangnya
saya anak umur 3 tahun? Mengapa tidak bilang saja bahwa Tuhan yang maha tahu
yang kirim sms???
Ini menurut saya membuktikan
secara kelewat jelas bahwa sidang gereja itu sudah diatur / direkayasa, dan karena
itu saya sebut sebagai sidang gereja yang
terkutuk!
Gereja saya, yang
saya didik mati-matian, dengan pengorbanan waktu, tenaga, pikiran (yang juga
berperan membuat perpecahan pernikahan kami menjadi memburuk), selama sekitar
13 tahun (1992-2005), akhirnya memecat saya pada tahun 2005. Betul-betul keputusan
terkutuk, dan mereka yang ikut ambil bagian dalam pemecatan itu
harus bertanggung jawab atas keputusan terkutuk mereka!
Satu hal yang
penting adalah: pemecatan itu dilakukan juga bukan dengan alasan
zinah, karena mereka memang tidak punya saksi dan bukti tentang
hal itu. Jadi mereka memakai alasan ‘karena
hubungan yang tidak baik dengan istri sehingga tak bisa jadi teladan’. Bukti surat pemecatan saya
lampirkan, supaya pembaca bisa melihat alasan pemecatan.
Kesimpulan:
1. Cerai memang ya, tetapi saya dicerai, bukan mencerai.
2. Dan
tentang tuduhan zinah / affair / selingkuh tak pernah ada bukti ataupun saksi.
Jadi, kembali
kepada kelompok Pdt. Sutjipto Subeno, Sundoro, Febrianne dan sebagainya. Mereka
mengatakan cerai, zinah dan sebagainya, berdasarkan apa? Kalian memang pemfitnah biadab!
Pada waktu saya bertanya
kepada Pdt. Sutjipto Subeno (dalam gegeran antara saya dan dia pada tahun 2008)
tentang bukti, dia secara bodoh berkilah, bahwa tidak setiap dosa / tuduhan harus
dibuktikan (bukti email ada pada saya)! Omongan yang luar biasa tolol! Karena
kalau itu benar, maka saya juga bisa menuduh bahwa Pdt. Sutjipto Subeno dan
bahkan Pdt. Stephen Tong, juga berzinah (tak perlu bukti karena tidak setiap
dosa / tuduhan harus dibuktikan!).
Dan bagaimana
dengan gosip yang beberapa bulan lalu beredar bahwa Pdt. Stephen Tong itu homosex?
Tak perlu dibuktikan juga, dan karena itu harus / boleh diterima?
Menurut saya,
dalam sidang manapun yang beradab,
suatu dosa / kesalahan yang bagaimanapun mencurigakannya, kalau tidak bisa
dibuktikan, maka harus dianggap tidak ada! Melakukan sebaliknya merupakan suatu kebiadaban!
3) Sekarang saya ingin bahas omongan gila dari
Sundoro Tanuwidjaja tentang ‘anjuran’ kepada saya untuk menulis buku berjudul ‘indahnya hidup perceraian’.
Keledai bodoh ini
pasti merasa bangga dengan serangan konyolnya dan memikir saya tak bisa menjawab.
Hmmm, bukan Budi Asali kalau tidak bisa menjawab!
Saya bisa saja
menulis buku seperti itu secara bermutu, sekalipun saya memang tak akan
menulisnya.
Saya akan
jelaskan beberapa hal.
a) Apakah hidup dalam perceraian itu
indah?
Jawabannya: pertama-tama,
‘indah’ atau ‘buruk’ itu merupakan istilah-istilah yang relatif. Dunia ini
indah, tetapi kalau dibandingkan dengan surga, pasti luar biasa buruk.
Bahkan Pdt.
Sutjipto Subeno indah wajahnya kalau dia sedang ada di kebun binatang! Dan
Febrianne juga indah bentuk badannya kalau dibandingkan dengan babi atau kuda
nil! Tetapi baik Pdt. Sutjipto Subeno, Febrianne maupun Sundoro Tanuwidjaja,
sangat buruk mulutnya kalau dibandingkan dengan binatang apapun (termasuk ular
beludak!), karena mereka tukang fitnah, sedangkan binatang tidak!
Jadi, apakah hidup dalam
perceraian itu indah? Tergantung dibandingkan dengan apa! Kalau dibandingkan
dengan hidup dalam pernikahan yang harmonis,
tentu saja itu buruk. Tetapi kalau hidup dalam perceraian itu dibandingkan
dengan hidup dalam pernikahan yang buruk,
dengan istri yang berhati busuk, dan mertua bermulut
busuk yang suka memfitnah, maka harus saya katakan bahwa hidup dalam
perceraian itu betul-betul sangat indah!
Tentang mertua
dengan mulut busuk itu, saya ingin infokan, bahkan pada saat hubungan saya
dengan istri masih baik, mertua perempuan bermulut terbusuk di dunia ini (Yovita)
sudah memfitnahkan banyak hal tentang saya. Pada saat saya dipecat dari GRII,
Pdt. Sutjipto Subeno dalam emailnya mengatakan bahwa saya mencuri 80 % jemaat
(bukti email ada pada saya). Tentang omongan dusta dan busuk ini saya ingin
beri beberapa komentar:
1. Sejak awal berdirinya MRII itu (Januari 1989)
sampai terjadi gegeran antara Bpk. Leo Sutanto dengan saya (hanya gara-gara
saya menikah di bukan gedung gereja, yang ia anggap sebagai sesuatu yang salah)
pada sekitar tahun 1991, 85-90 % khotbah, saya yang melakukan, dan tak ada
satupun khotbah dari Bpk. Leo Sutanto. Pdt. Stephen Tong pernah khotbah hanya
1-2 x! Jadi, jemaat itu sebetulnya jemaat siapa? Saya mencuri? Hmmm, si ular
itu fitnah lagi!
2. Pada waktu saya dipecat (tahun 1992) jemaat
terpecah menjadi 3. Sebagian ikut saya (kira-kira cuma sekitar 15-20 orang,
bukan 80 % seperti yang dikatakan oleh ular beludak itu), sebagian ikut mereka,
sebagian lagi hilang (pergi ke gereja lain), mungkin karena kecewa karena
adanya perpecahan itu.
3. Mengapa ada sebagian yang tetap tinggal di
gereja itu, padahal saya pengkhotbah tetapnya? Tidak lain karena mulut busuk Yovita
yang memfitnah saya habis-habisan (pada saat saya dan istri masih baik
hubungannya!).
Satu hal lagi: pada saat
saya baru masuk LRII (sekitar tahun 1988-1989), dan Bpk. Leo Sutanto masih
dekat dengan saya, ia pernah memperingati saya: “Budi, dalam LRII ini ada dua orang yang
mulutnya sangat harus diwaspadai. Yang pertama adalah X (saya tak perlu buka
identitasnya, karena tak ada hubungannya dengan persoalan ini), dan yang kedua
adalah ‘nyonya yang tangannya kutung’!”.
Tak ada nyonya
lain yang tangannya kutung di LRII / MRII selain Yovita (dia memang cacat sejak
lahir), yang belakangan jadi mertua saya! Jadi, kalau mau tahu orangnya, pergi
saja ke GRII Andhika Plaza,
dan cari nyonya dengan tangan kiri yang lebih pendek dari tangan kanannya.
Kalau tanda ini masih kurang jelas, maka saya tambah satu ciri khas lagi,
yaitu: wajahnya berantakan seperti baru ditabrak lokomotif!
Catatan: kalau saudara anggap kata-kata ini kurang
ajar, maka saya katakan: saya memang mau kurang ajar, karena saya merasa salah kalau
saya menghormati perempuan brengsek pemfitnah, yang merusak gereja
habis-habisan seperti ini!
Dan saya memang
membuktikan bahwa kata-kata Bpk. Leo Sutanto itu benar sekali! Nyonya dengan
tangan kutung itu memang bermulut sangat busuk! Tetapi ironisnya, pada saat
Bpk. Leo Sutanto geger dengan saya, dia jadi baik dengan ‘nyonya yang tangannya
kutung’ itu!
Sayang sekali
dalam hal ini yang tahu hanya Bpk. Leo Sutanto dan saya, karena itu merupakan
pembicaraan pribadi. Dan karena itu tidak ada saksi karena Bpk. Leo Sutanto
sudah meninggal dunia.
Baru tadi malam
(tgl 29 Juli 2013), ada seorang tamu (saudara Yohanes dari GKI Pregolan) datang
ke rumah saya dan bertanya, kalau ex istri saya bertobat dan mau kembali dengan
saya, apakah saya mau menerimanya kembali? Saya jawab: menikahi dia dulu merupakan
kesalahan terbesar dalam hidup saya, dan tidak akan saya ulangi dengan
menikahi orang itu untuk kedua-kalinya!
Perhatikan:
pernikahan saya membuat saya dipecat dari gereja saya yang pertama (sekalipun
yang ini bukan salahnya dia), dan perceraian saya membuat saya dipecat dari
gereja saya yang kedua (yang ini jelas salahnya dia).
Jadi, bagi saya, hidup dalam
perceraian jauh lebih indah dari pada hidup dalam pernikahan (dengan perempuan
seperti itu, dan mertua busuk seperti itu). Dan sebetulnya banyak (tidak semua)
orang lain juga seperti itu, hanya saja biasanya mereka berbicara secara
munafik kalau ‘pernikahannya
indah’, dan sebagainya.
b) Sebagai orang Kristen, apalagi pendeta, saya
percaya pada Ro 8:28.
Ro 8:28 - “Kita tahu
sekarang, bahwa Allah turut bekerja dalam segala sesuatu untuk
mendatangkan kebaikan bagi mereka yang mengasihi Dia, yaitu bagi mereka yang
terpanggil sesuai dengan rencana Allah.”.
1. Ayat ini berlaku hanya bagi anak Tuhan yang
sejati, dan saya yakin saya adalah anak Tuhan yang sejati.
2. Kata-kata ‘segala sesuatu’ yang saya
garis-bawahi, berlaku mutlak, dan pasti mencakup perceraian.
Jadi, sekalipun
perceraian itu merupakan sesuatu yang buruk, tetapi kalau sudah terjadi, maka
itu memang ditetapkan dan diatur oleh Tuhan (tanpa membuang tanggung jawab kami
yang bercerai), dan Tuhan turut bekerja dalam hal itu untuk mendatangkan
kebaikan bagi saya. Jadi, mengapa ‘kehidupan dalam perceraian’ tidak indah?
Bagaimana Sundoro
Tanuwidjaja? Puas dengan jawaban saya? Hehehe. Seperti sudah saya katakan,
jangan debat dengan saya. Baik kamu, Febrianne, maupun gurumu (Pdt. Sutjipto
Subeno), terlalu bodoh untuk itu. Cobalah belajar berdebat dengan keledai dulu!
Itu setingkat dengan kemampuan kalian!
IV) ‘Indahnya hidup dan pelayanan’ Pdt. Sutjipto
Subeno.
Mengapa saya
membahas bagian ini? Karena kelihatannya Febrianne dan Sundoro Tanuwidjaja
begitu mengagung-agungkan kesalehan dari Pdt. Sutjipto Subeno, dan juga dalam
gegeran antara saya dan Pdt. Sutjipto Subeno pada sekitar tahun 2008, kelihatannya
ia sendiri juga menganggap dirinya saleh dan saya bejat. Mari kita melihat
sebagian kecil saja dari ‘Indahnya
Hidup dan Pelayanan Pdt. Sutjipto Subeno’.
1) Pdt. Sutjipto Subeno ‘menyetujui’ perceraian
Budi Asali dengan istrinya.
Seperti sudah saya
katakan di depan, saya mendengar berita bahwa istri saya menceraikan saya atas
dorongan mertua saya, yang adalah jemaat dari Pdt. Sutjipto Subeno. Sudah pasti
Pdt. Sutjipto Subeno mengetahui rencana perceraian itu, karena dalam gegeran
antara dia dan saya pada bulan Juni tahun 2008 ia sudah menyebut-nyebut hal itu
(bukti emailnya ada pada saya), padahal perceraian resmi baru terjadi pada awal
tahun 2010 (proses perceraian memakan waktu 3 tahun).
Lalu kalau
jemaatnya menganjurkan perceraian, sedangkan dalam pemikiran Pdt. Sutjipto
Subeno cerai itu salah / dosa dalam keadaan apapun,
apakah dia pernah
menasehati mertua saya, yang adalah jemaatnya itu, untuk menghentikan proses
perceraian itu? Kalau Pdt. Sutjipto Subeno memang menasehati, dan kalau
mereka menolak nasehatnya, seharusnya proses siasat
gerejani harus diberlakukan. Apakah ada hal-hal ini? Sama sekali
tidak ada. Saya bahkan yakin, pada waktu Pdt. Sutjipto Subeno mendengar hal
ini, ia bahkan bersukacita DALAM SETAN, karena ‘musuh besar’nya akan / sedang
mengalami perceraian, yang bisa ia jadikan senjata untuk menyerangnya.
Pertanyaan saya:
salehkah seorang pendeta, yang membiarkan suatu proses perceraian, dan bersukacita
pada saat tahu terjadinya perceraian, yang ia anggap sebagai suatu dosa? Dan sekarang,
ia menyerang saya (memfitnah dimana-mana), karena perceraian yang ia biarkan
terjadi itu!
Febrianne dan
Sundoro Tanuwidjaja, para penyembah Pdt. Sutjipto Subeno, ayo jawab pertanyaan
ini! Alangkah salehnya dewa kalian!
2) Pdt. Sutjipto Subeno menyetujui polygamy.
Dalam jemaatnya di
GRII Andhika Plaza,
ada seorang yang katakanlah bernama Mr. X (sekarang sudah meninggal). Orang ini
adalah orang yang sangat kaya, dan sudah ada di sana
pada waktu saya masih menjadi penginjil di GRII Andhika
Plaza, dan saya tahu bahwa
dia mempunyai dua istri (polygamy). Saya pernah memberitakan dari mimbar
tentang keberdosaan dari polygamy, dan memang saya tujukan untuk dia (tetapi
tanpa menyebut namanya). Tetapi tak lama setelah itu saya dikeluarkan dari
GRII. Dan akhirnya Pdt. Sutjipto Subeno menjadi Gembala di gereja ini.
Pertanyaannya:
pernahkah Pdt. Sutjipto Subeno punya nyali sedikit saja untuk menegur orang
ini? Seharusnya ia melakukan hal itu, dan kalau orang itu tak mau bertobat,
seharusnya ia melanjutkan dengan menjalankan siasat gerejani terhadapnya!
Tetapi ternyata sampai Mr. X itu mati (beberapa bulan yang lalu), ia tetap
aman-aman saja di GRII.
Bukan hanya itu
saja, tetapi ada hal lain berkenaan dengan hal itu, yang jauh lebih buruk lagi.
Seorang jemaat saya bernama Khe Kie (no HP: 0818584461) menceritakan kepada
saya bahwa suatu hari ia menjemput Pdt. Sutjipto Subeno dari bandara dan mereka
lalu makan bersama. Khe Kie (yang diceraikan oleh istrinya, dan istrinya lalu
kawin lagi) bertanya apakah dia (Khe Kie) boleh menikah lagi? Pdt. Sutjipto
Subeno menjawab ‘Tidak
boleh’! Khe Kie lalu tanya: ‘Lalu
mengapa Mr. X itu boleh punya 2 istri?’. Pdt. Sutjipto Subeno
menjawab secara tidak tahu malu: ‘O
dia konglomerat!’.
Waktu Khe Kie menceritakan
cerita itu kepada saya di depan jemaat saya (dalam acara Pemahaman Alkitab GKRI
Golgota tanggal 31 Juli 2013), saya lalu bilang: “Khe Kie, yang salah itu kamu, soalnya
kamu melarat. Kalau kamu kaya / konglomerat, pasti Pdt. Sutjipto Subeno ijinkan
kamu menikah lagi!”.
Hmmm, konglomerat
yang jelas-jelas terbukti polygamy diperbolehkan, tetapi Budi Asali yang perzinahannya
tak bisa dibuktikan, dan lalu diceraikan istri, diserang habis-habisan!
Betul-betul munafik!
Saya yakin
seandainya Eyang Subur bertobat dan masuk GRIInya Pdt. Sutjipto Subeno, dia
pasti akan diterima baik-baik dengan 8-9 istri-istrinya!
Bagaimana pendeta
pengecut, dan mata duitan dengan standard ganda seperti ini bisa dianggap saleh
oleh jemaatnya? Febrianne dan Sundoro Tanuwidjaja, ayo jawab kata-kata saya ini!
Itukah yang kalian sebut INTEGRITAS, KUDUS, dsb????
Dan untuk Pdt.
Stephen Tong dan sinode GRII, bagaimana tanggapan bapak-bapak tentang Pdt.
Sutjipto Subeno dalam hal ini?
3) Pdt. Sutjipto Subeno memerintahkan seorang
istri menceraikan suaminya!
Ada orang bernama Irwan dari
Persekutuan Pemuda Ambon. Ia gegeran dengan istrinya, dan Pdt. Sutjipto Subeno memerintahkan
istrinya untuk menceraikan suaminya, karena yang laki-laki agak gila (menurut
Pdt. Sutjipto Subeno). Akhirnya mereka betul-betul cerai. Ini terjadi sekitar
7-8 tahun lalu. Info dari Pdt. Andi Halim.
Lagi-lagi
standard ganda. Mengajar dalam bukunya bahwa cerai dalam keadaan apapun salah, dan
menyalahkan saya yang mengajar bahwa cerai diijinkan hanya dalam kasus
terjadinya perzinahan (padahal saya punya 2 ayat pendukung, yaitu Mat 5:32 dan
Mat 19:9), tetapi di sini ia memerintahkan istri untuk menceraikan suaminya,
karena suami itu gila (entah benar atau tidak), yang sama sekali tidak ada
dasar Alkitabnya! Alangkah ‘Indahnya
Hidup Pdt. Sutjipto Subeno’!
Dan mengapa hal itu tidak
diterapkan kepada istrinya sendiri? Kalau istri harus menceraikan suami yang gila, maka istri Pdt.
Sutjipto Subeno berdosa karena tidak menceraikan suaminya!
Ayo Febrianne dan
Sundoro Tanuwidjaja, para penyembah Pdt. Sutjipto Subeno, bela ‘allah’mu itu!
Pdt. Stephen Tong
dan sinode GRII, bagaimana tanggapan bapak-bapak tentang perceraian yang
terjadi karena ulah dari salah satu pendeta GRII?
4) Pdt. Sutjipto Subeno mengusir jemaat Pdt.
Andi Halim di gereja Pdt. Andi Halim.
Suatu hari Pdt.
Sutjipto Subeno berkhotbah di GRII Ngagel Jaya (Pdt. Andi Halim adalah gembala
gereja ini). Dalam khotbah, Pdt. Sutjipto Subeno bertanya: siapa dari jemaat sudah
membaca buku dari Momentum lebih dari 50 buku? Ternyata tak ada. Ia lalu turunkan
jadi 30, lalu 20 (entah sampai berapa Pdt. Andi Halim tak ingat persis), tetap
tak ada yang angkat tangan. Pdt. Sutjipto Subeno lalu bilang: “Ini bukti
jemaat ini tidak menghargai gerakan Reformed.”. Bayangkan betapa gilanya
Pdt. Sutjipto Subeno ini! Seorang jemaat yang duduk di depan, bernama Rafael,
menjadi marah dan ngomel-ngomel (bersungut-sungut) dengan suara cukup keras.
Pdt. Sutjipto Subeno marah kepadanya dan menyuruh dia diam. Rafael marah balik
dan bilang bahwa dia tidak akan diam sampai diusir. Eh, Pdt. Sutjipto Subeno lalu
betul-betul mengusir Bpk. Rafael dari ruang kebaktian, dan Bpk. Rafael
betul-betul keluar dari rung kebaktian! Kok ya mau-maunya menurut pada perintah
dari pendeta cebol yang gila ini? Kalau saya jadi Rafael, saya pasti akan lawan
pendeta gila itu!
Cerita ini saya
dapatkan dari Pdt. Andi Halim sendiri dan Pdt. Andi Halim mengatakan bahwa
bukti rekaman ada pada dia, dan menambahkan bahwa gara-gara hal itu Bpk. Rafael
hampir keluar dari GRII. Alangkah ‘Indahnya
Pelayanan Pdt. Sutjipto Subeno’!
Saya memberi
komentar kepada Pdt. Andi Halim: “Kalau
saya jadi kamu, saat itu juga saya seret pendeta pendek itu turun dari mimbar
dan usir dia, dan minta jemaat yang keluar itu untuk kembali.”.
Bayangkan: khotbah di gereja
orang lain, dan usir jemaat orang itu! Pendeta manapun yang ingin jemaatnya
cepat habis, silahkan undang Pdt. Sutjipto Subeno untuk khotbah di gereja
saudara!
Febrianne dan
Sundoro Tanuwidjaja, ayo jawab cerita tentang ‘Indahnya pelayanan Pdt. Sutjipto Subeno’ ini!
5) Pdt. Sutjipto Subeno khotbah dalam seminar di
Universitas Petra,
dan entah karena apa, ia memaki-maki Universitas Petra, dan mengatakan bahwa ini
adalah pendidikan kristen yang kacau.
Setelah ia
selesai khotbah, dan rektor memberi sambutan penutup, rektor mengatakan: “Kalau tahu begini,
saya tak undang anda.”. Info dari Pdt. Andi Halim.
Saya pikir rektor
itu sabar sekali. Lagi-lagi, kalau saya jadi dia, di tengah-tengah khotbah akan
saya turunkan pendeta kurang ajar itu dari mimbar dan usir dia!
Febrianne dan
Sundoro Tanuwidjaja, ayo jawab cerita tentang pelayanan Pdt. Sutjipto Subeno
yang hebat dan berwibawa ini!
6) Pdt. Sutjipto Subeno minta jadi pembicara
tunggal, sampai panitia terpecah.
Di Unair diadakan
retreat, dan panitia memutuskan untuk meminta Pdt. Sutjipto Subeno menjadi salah
satu pengkhotbah dalam retreat itu. Waktu diminta, Pdt. Sutjipto Subeno bilang,
kalau anda undang saya, saya tidak mau digabung dengan pembicara lain. Ini
menyebabkan panitia pecah, karena ada para penyembah Pdt. Sutjipto Subeno yang
mau menyetujui permintaannya sedangkan yang lain menolaknya. Terjadi kira-kira
10 tahun lalu, dan diinfokan oleh Pdt. Andi Halim.
7) Pdt. Sutjipto Subeno tak mau khotbah untuk
sedikit orang.
Lagi-lagi di Unair,
Pdt. Sutjipto Subeno diundang jadi pembicara, dan dia bertanya: ada berapa
orang? Dijawab, 30 orang. Pdt. Sutjipto Subeno bilang dia tak mau kalau hanya
30 orang, harus 500 orang! Info dari Pdt. Andi Halim.
Komentar saya: dia pikir dia
siapa? Jemaatnya sendiri tidak ada 500 orang! Dan sebetulnya 30 orang itu
sesuai dengan postur tubuhnya karena dengan demikian semua bisa melihat dia
pada saat khotbah. Kalau 500 orang, maka orang yang duduk di baris ke 10 dari
depan saja pasti tak bisa melihat pengkhotbah yang tingginya mungkin tak sampai
1,5 meter ini! Hehehe. Kalau Zakheus yang juga pendek (jemaat) tak bisa lihat
Yesus (pengkhotbah), dia bisa naik pohon. Tak masalah. Tetapi kalau jemaat
(banyak laginya) tak bisa lihat pengkhotbahnya, bagaimana? Atau harus diberi
banyak pohon, tangga, dsb, di ruangan dan jemaatnya naik ke pohon dsb itu? Atau
pengkhotbah / pendetanya yang dinaikan pohon?
Febrianne dan
Sundoro Tanuwidjaja, alangkah ‘rendah-hati’nya pendeta sesembahanmu itu! Alangkah
miripnya ‘pelayanan
Pdt. Sutjipto Subeno yang indah’ itu dengan pelayanan Yesus, yang mau
melayani SATU Nikodemus (Yoh 3) dan SATU perempuan Samaria (Yoh 4)!
Kalau Pdt.
Stephen Tong arogan, sekalipun itu salah, tetapi dia memang orang pinter /
pandai, dan jelas punya IQ tinggi. Jadi, saya bisa memaklumi itu sebagai kelemahannya.
Tetapi pendeta pendek ini, tidak punya kepandaian dari Pdt. Stephen Tong,
tetapi meniru sikap arogannya saja. Dan tak ada yang lebih memuakkan dari
seorang Moron
(= dungu) yang bersikap seolah-olah dia Genius!
8) Pdt. Sutjipto Subeno drop out / dikeluarkan
dari SAAT (Seminari Alkitab Asia Tenggara).
Ia dikeluarkan,
karena menentang dosen. Info dari Pdt. Andi Halim.
Dan pada waktu
saya ketemu Pdt. Daniel Tanusaputra (sekitar tahun 2005-2006), yang adalah
dosen SAAT, dan kami membicarakan Pdt. Sutjipto
Subeno, ia
mengatakan: “Orang
ini dari dulu adalah ‘trouble maker’
(= pembuat kekacauan)!”.
Hebatnya sejarah
study dari pendeta cebol ini! Febrianne dan Sundoro Tanuwidjaja, ayo jawab
cerita tentang study yang hebat dari Pdt. Sutjipto Subeno yang indah ini! Dia
drop out / dikeluarkan dari SAAT! Saya heran mengapa orang ini lalu dipungut
oleh Pdt. Stephen Tong! ‘Amazing
Grace’
(= Kasih karunia yang mengherankan)! Tetapi pendeta bejat ini
menyalah-gunakan kasih karunia yang diberikan kepadanya!
9) Pdt. Sutjipto Subeno memaki-maki saya tanpa
alasan.
Beberapa tahun
yang lalu (Juni tahun 2008), gereja kami (GKRI Golgota) pernah mengadakan acara
khusus (saya lupa acara apa), dan satu orang dari kami (nama: Chandra Johan, no
HP: 081-3325-88000), tanpa sepengetahuan saya, meng-email-kan undangan kepada
Pdt. Sutjipto Subeno. Kalau dia tidak mau datang, itu urusan dia. Jangan datang
kan sudah tak
ada masalah? Tetapi bukan hanya itu yang orang gila ini lakukan. Dia kirim
email balasan ke Chandra Johan, dan isinya memaki-maki saya, sebagai bercerai,
hidup tak seperti hamba Tuhan, dan sebagainya. Tak puas hanya dengan tindakan
yang sudah cukup gila itu, Pdt. Sutjipto Subeno juga mem-forward-kan email itu
kepada saya (yang sama sekali tak tahu menahu tentang hal itu). Saya marah
bukan main (jujur saja saya bukan orang sabar, apalagi kalau menghadapi orang
gila seperti ini), dan saya telpon dia dan ajak geger, bahkan saya ajak
berkelahi kalau memang dia bukan pengecut (saya berani lawan dia hanya dengan
satu tangan kiri saja!)! Dan tentu saja pengecut ini tidak berani!
Persoalan ini
saya laporkan kepada sinode GRII pusat, dan kabarnya dia dilabrak, tetapi tanpa
ada permintaan maaf dari dia.
Sampai
sekarangpun Pdt. Sutjipto Subeno memfitnah saya dimana-mana. Cerita datang dari
segala macam penjuru tanah air berkenaan dengan hal itu.
Febrianne dan
Sundoro Tanuwidjaja, bagaimana pendapat kalian tentang pendeta sesembahan
kalian yang lidahnya seperti lidah ular beludak itu?
10) Pdt. Sutjipto Subeno menolak kehadiran Pdt.
Andi Halim di Bali.
Pdt. Sutjipto
Subeno sudah punya MRII di Denpasar, lalu Pdt. Andi Halim membuat seminar.
Pertama-tama didukung oleh Pdt. Sutjipto Subeno, tetapi untuk kedua-kalinya Pdt.
Sutjipto Subeno tidak lagi mau mendukung, dan ia bahkan melarang jemaatnya
untuk mendukung seminar dari Pdt. Andi Halim.
Hebat sekali,
sesama pendeta dari kalangan GRII, tetapi yang satu menolak yang lain. Kalau
motivasi pelayanan Pdt. Sutjipto Subeno adalah untuk memuliakan Tuhan,
seharusnya ia mendukung setiap pelayanan dari hamba Tuhan manapun (selama bukan
nabi palsu). Kalau ia menolak hamba Tuhan dari kalangan lain, saya menganggap
itu sudah salah. Tetapi bahwa ia menolak Pdt. Andi Halim, yang sama-sama dari
GRII, merupakan sesuatu yang tak terbayangkan bagi saya! Jelas sekali
menunjukkan bahwa motivasi pelayanannya adalah EGO!
Belum puas dengan
itu, jemaatnya yang mendukung pelayanan Pdt. Andi Halim (nama: Yulia) diancam,
diteror, dikucilkan dsb!
Apa gunanya dalam
GRII Pdt. Sutjipto Subeno menggunakan 12 Pengakuan Iman Rasuli yang salah satu
kalimatnya berbunyi ‘Gereja
yang kudus dan am’? Alangkah berbedanya pengakuan imannya yang hebat
itu, dengan prakteknya dalam pelayanannya!
Oh ya, mungkin
ada yang beralasan, Pdt. Sutjipto Subeno menganggap Pdt. Andi Halim (dan saya)
sebagai sesat, karena itu maka ditolak. Tetapi kalau itu alasannya, mengapa
seminar pertama dari Pdt. Andi Halim dia dukung?
Febrianne dan
Sundoro Tanuwidjaja, ayo bela pendeta pujaan kalian ini!
Untuk Pdt.
Stephen Tong dan sinode GRII, bagaimana bapak-bapak bersikap berkenaan dengan
hal ini? Karena saya mendengar Pdt. Sutjipto Subeno bahkan melaporkan persoalan
ini kepada sinode / Pdt. Stephen Tong.
Masih banyak hal-hal
lain lagi yang diperbuat oleh Pdt. Sutjipto Subeno, tetapi jikalau semuanya itu
harus dituliskan satu per satu, maka agaknya dunia ini tidak dapat memuat semua
kitab yang harus ditulis itu.
V) Himbauan untuk GRII dan Pdt. Stephen
Tong.
1) Himbauan untuk Pdt. Andi Halim.
Sekalipun Pdt.
Andi Halim sefaham dengan saya dalam hal theologia Reformed, tetapi ada satu
hal yang saya tidak setuju dengan dia, yaitu dalam penggunaan istilah ‘Reformed
klasik’ yang ia gunakan. Mengapa?
Pertama-tama,
saya kira istilah ‘Reformed
klasik’ ini menimbulkan pengertian seakan-akan ada ‘Reformed yang tidak klasik’, padahal ini
tidak pernah ada. Saya kira kalau dari kata-kata para penyembah Pdt. Sutjipto
Subeno muncul istilah ‘Reformed
moderat’, mungkin sekali istilah yang tak pernah ada itu muncul gara-gara
istilah ‘Reformed
klasik’ yang digunakan Pdt. Andi Halim.
Kedua, dalam
buku-buku theologia / tafsiran dari orang-orang Reformed, istilah ini tak
pernah saya lihat. Saya pernah menyatakan ketidak-setujuan saya kepada saudara
Mey, dan saudara Mey memberikan kepada saya jawaban dari Pdt. Andi Halim, yang
mengatakan bahwa di internet istilah ‘Reformed klasik’ itu memang ada.
Tetapi persoalannya, apa arti sebenarnya dari kata ‘klasik’?
Tentang kata bahasa
Inggris ‘Classic’ ada 6 arti yang
diberikan oleh ‘Webster’s New World
Dictionary of the American Language (College Edition)’, tetapi dalam
kasus ini yang memungkinkan untuk diambil cuma 3, yaitu:
a) ‘of the
highest class; most representative of the excellence of its kind; having
recognized worth’ (= dari kelas / golongan yang tertinggi; paling mewakili
dari / tentang keunggulan dari jenisnya; mempunyai nilai yang diakui).
b) ‘in
accordance with established principles of excellence in the arts and sciences’
(= sesuai dengan prinsip-prinsip keunggulan yang diakui dalam seni dan ilmu
pengetahuan).
c) ‘famous
as traditional or typical’ (= terkenal sebagai bersifat tradisi atau
mempunyai sifat-sifat / kwalitet-kwalitet).
Dari arti-arti
ini saya sendiri sama sekali tidak melihat bahwa istilah ‘Reformed
klasik’ itu adalah sejenis Reformed tertentu, dan lalu ada jenis Reformed yang
lain. Sama sekali tidak demikian. Juga pada waktu saya melihat di Google,
tentang ‘Classical Reformed’, maka saya
mendapatkan tulisan yang saya kutipkan di bawah ini (lengkap dengan sumbernya):
“What Is Classical Reformed? With the passage of
years, it becomes evident that all things on this earthly scene are mutable.
Even the church changes with the society around it. This is not altogether to
be decried. Like each successive child born into a family, another generation
has its own face and personality. The church faces an arduous undertaking, with
two mandates. On the one hand, the church is to be the pillar and ground of the
truth, by its stable adherence to Scripture. At the same time, it must learn
how to engage the new order emerging in its day, so that the church is always
bringing the apostolic faith to bear on the conscience of its time. The first
mandate requires tenacity, and the second adaptability. Faced with this
mission, some lose conviction concerning aspects of the doctrine and religious
practice which the church had long understood to be taught by the Word of God.
For those who remain persuaded that the church’s classic confessions of faith
are faithful to Scripture, there must be discernment as to what should be let
go from the past life of the church. Believers five hundred years ago could not
have imagined the society we have today. Many social and technological
developments have an effect for good on the lives of the Lord’s people. But
what ministers and elders, in being admitted to office, have vowed to conserve
are those aspects of the church’s historic identity which are doctrinal or
which constitute specifically religious practice. To
have a classical Reformed persuasion means that one adheres to the same
doctrine and religious practice as that of the Reformation, such as was
embodied in the Reformed confessions of the sixteenth and seventeenth
centuries, in the belief that these are in accord with the Word of God. In
these areas our church seeks to preserve or restore historic doctrine and
practice.” (= Apakah Reformed klasik itu? ... Mempunyai keyakinan /
kepercayaan Reformed klasik berarti bahwa seseorang menganut / setia pada
doktrin dan praktek agamawi yang sama seperti yang dianut oleh Reformasi,
seperti yang diwujudkan dalam pengakuan-pengakuan Reformed dari abad ke 16 dan
17, dalam kepercayaan bahwa hal-hal ini sesuai dengan Firman Allah. Dalam
daerah-daerah / bidang-bidang ini gereja kami mengusahakan untuk memelihara
atau memulihkan doktrin dan praktek yang bersifat sejarah.).
Catatan:
2. Saya hanya menterjemahkan bagian yang saya
garis-bawahi.
Tulisan ini
justru menunjukkan bahwa dengan istilah ‘Reformed klasik’ ia mau
mempertahankan / menjaga theologia Reformed yang sejati dari
perubahan-perubahan, dan tetap mempertahankan theologia Reformed yang sejati dari
abad ke 16 dan 17.
Dari pada menimbulkan
kerancuan karena kesalah-pahaman jemaat, saya merasa Pdt. Andi Halim sebaiknya
membuang istilah ‘Reformed
klasik’ itu. Ajaran yang kita percayai adalah ‘Reformed’, dan ajaran Pdt. Stephen
Tong dan Pdt. Sutjipto Subeno adalah ‘Arminian’ atau paling-paling ‘semi-Reformed’.
Bandingkan dengan
kata-kata Loraine Boettner (seorang ahli theologia Reformed) di bawah ini.
Loraine Boettner: “The
Pelagian denies that God has a plan; the Arminian
says that God has a general plan but not a specific plan; but the Calvinist says that
God has a specific plan which embraces all events in all ages” (= Orang yang
menganut Pelagianisme menyangkal bahwa Allah mempunyai rencana; orang Arminian berkata bahwa Allah mempunyai rencana yang
umum tetapi bukan rencana yang specific; tetapi orang Calvinist mengatakan bahwa Allah
mempunyai rencana yang specific yang mencakup semua peristiwa / kejadian dalam
semua jaman) - ‘The
Reformed Doctrine of Predestination’, hal 22-23.
2) Himbauan kepada semua pendeta / penginjil
dari GRII.
Siapapun anda,
kalau anda memang bukan Reformed, jangan memfitnah kami yang betul-betul
Reformed (saya dan Pdt. Andi Halim), juga jangan memfitnah ajaran Reformed yang
sejati, dengan mengatakan semua itu sebagai Hyper-Calvinisme!
Tidak mungkin
sebagai hamba Tuhan anda tidak menyadari kalau fitnah seperti itu adalah dosa.
Tetapi bisa saja
anda tidak menganggap diri memfitnah, kalau anda tak tahu apa sebenarnya
Hyper-Calvinisme itu. Untuk menjelaskan hal itu, saya kutipkan dari buku Edwin
Palmer di bawah ini.
Edwin H. Palmer: “Hyper-Calvinism.
Diametrically opposite to the Arminian is the hyper-Calvinist. He looks at both
sets of facts - the sovereignty of God and the freedom of man - and, like the
Arminian, says he cannot reconcile the two apparently contradictory forces.
Like the Arminian, he solves the problem in a rationalistic way by denying one
side of the problem. Whereas the Arminian denies the sovereignty of God, the
hyper-Calvinist denies the responsibility of man. He sees the clear Biblical
statements concerning God’s foreordination and holds firmly to that. But being
logically unable to reconcile it with man’s responsibility, he denies the
latter. Thus the Arminian and the hyper-Calvinist, although poles apart, are really
very close together in their rationalism” (= Hyper-Calvinisme. Bertentangan
frontal dengan orang Arminian adalah orang yang hyper-Calvinist. Ia melihat
pada kedua fakta - kedaulatan Allah dan kebebasan manusia - dan, seperti orang
Arminian, ia mengatakan bahwa ia tidak dapat mendamaikan kedua kekuatan yang
tampaknya bertentangan itu. Seperti orang Arminian, ia memecahkan problem itu
dengan cara yang logis dengan menyangkal satu sisi dari problem itu. Sementara
orang Arminian menyangkal kedaulatan Allah, maka penganut
Hyper-Calvinisme meninggalkan fakta tanggung jawab manusia. Ia
melihat pernyataan yang jelas dari Alkitab mengenai penentuan lebih dulu dari
Allah dan memegang hal itu dengan teguh. Tetapi karena tidak mampu
mendamaikannya secara logis dengan tanggung jawab manusia, ia menyangkal tanggung jawab manusia itu. Jadi
orang Arminian dan orang hyper-Calvinist, sekalipun merupakan kutub-kutub yang
bertentangan, sebetulnya sangat dekat dalam cara berpikirnya) - ‘The Five Points of Calvinism’, hal 84.
Catatan: buku ini diterjemahkan dan diterbitkan oleh
LRII / toko buku Momentum, disertai dengan prakata oleh Pdt. Stephen Tong! Juga
LRII / toko buku Momentum menterjemahkan dan menerbitkan buku ‘Systematic Theology’ karangan Louis
Berkhof, yang juga jelas-jelas adalah Reformed sejati seperti saya dan Pdt.
Andi Halim. Baik Edwin Palmer maupun Louis Berkhof, keduanya percaya penetapan
dosa dan segala sesuatu.
Apakah saya atau
Pdt. Andi Halim, atau pandangan Reformed sejati yang kami ajarkan, membuang
tanggung jawab manusia? Sama sekali tidak ada hal seperti itu! Saya
memberitakan Injil luar biasa banyak, dan saya berdebat dengan segala macam
orang sesat dalam kalangan Kristen, bahkan saya berdebat dengan orang-orang
Islam, dengan tujuan untuk memberitakan Injil! Itu tidak mungkin saya
lakukan kalau saya adalah seorang Hyper-Calvinist!
3) Himbauan untuk Pdt. David Tong dan Pdt.
Benyamin Intan.
Dari Pdt. Andi
Halim dan dari beberapa sumber lain, saya mendapat berita bahwa Pdt. David Tong
dan Pdt. Benyamin Intan adalah Reformed sejati, yang mempercayai penetapan dosa
dan segala sesuatu. Tetapi mengapa tak bersuara sama sekali??
Ada orang yang
mengatakan bahwa bapak-bapak berdua tidak mungkin mau ‘merusak’ pelayanan Pdt.
Stephen Tong dengan memberitakan ajaran Reformed yang sejati yang bapak-bapak
percayai. Saya tidak tahu ini benar atau tidak, tetapi kalau ini benar, maka
ini menunjukkan bahwa bapak-bapak lebih mengutamakan pelayanan Pdt. Stephen
Tong dari pada kebenaran yang bapak-bapak percayai! Bandingkan sikap itu dengan
ayat-ayat di bawah ini:
Mat 10:37 - “Barangsiapa
mengasihi bapa atau ibunya lebih dari padaKu, ia tidak layak bagiKu; dan
barangsiapa mengasihi anaknya laki-laki atau perempuan lebih dari padaKu, ia
tidak layak bagiKu.”.
Luk 14:26 - “‘Jikalau
seorang datang kepadaKu dan ia tidak membenci bapanya, ibunya, isterinya,
anak-anaknya, saudara-saudaranya laki-laki atau perempuan, bahkan nyawanya
sendiri, ia tidak dapat menjadi muridKu.”.
Thomas Manton
(tentang Yak 3:17): “If the
chiefest care must be for purity, then peace may be
broken in truth’s quarrel. It is a zealous speech of Luther that rather heaven and
earth should be blended together in confusion than one jot of truth perish” (= Jika
perhatian yang paling utama adalah untuk kemurnian, maka damai boleh dihancurkan dalam pertengkaran kebenaran.
Merupakan suatu
ucapan yang bersemangat dari Luther bahwa lebih baik langit dan bumi bercampur
aduk menjadi satu dari pada satu titik kebenaran binasa) - hal 316.
Calvin, dalam
komentarnya tentang Ef 5:11, berkata: “But
rather than the truth of God shall not remain unshaken, let a hundred worlds
perish”
(= Dari pada kebenaran Allah tergoncangkan, lebih baik seratus dunia binasa).
Kalau orang yang
doktrinnya benar bungkam 1000 bahasa, sedangkan orang yang doktrinnya salah
justru vokal / berkoar kemana-mana (seperti Pdt. Sutjipto Subeno), kemana arah
kekristenan ini jadinya?
Seorang yang bernama Edmund Burke berkata: “All that is necessary for the triumph
of evil is that good men do nothing” (= Semua yang dibutuhkan supaya
kejahatan menang adalah bahwa orang-orang yang baik tidak melakukan apa-apa) - ‘Streams in the Desert’, vol 2, June 13 (ini suatu buku saat
teduh tahunan).
4) Himbauan untuk Pdt. Stephen Tong (dan sinode
GRII).
Untuk Pdt.
Stephen Tong, saya yakin mutlak bahwa bapak tahu kalau ajaran / kepercayaan
bapak jelas ‘bukan Reformed’. Saya sebetulnya tak peduli hal ini, karena
kepercayaan memang tak bisa dipaksakan, dan setiap orang berhak memilih aliran
apapun yang ia sukai.
Yang saya persoalkan
adalah: kalau bapak bukan Reformed, mengapa memakai nama ‘Reformed’? Ini
yang menimbulkan segala masalah. Pdt. Andi Halim mengatakan
kepada saya bahwa bapak pernah mengatakan bahwa aliran GRII memang bukan ‘Reformed’ tetapi ‘Reformed
Injili’. Aliran baru? Tetapi kalau memang demikian, himbauan saya adalah:
bersikaplah konsisten. Dalam setiap
khotbah / pengajaran bapak, jangan sebut diri ‘Reformed’, tetapi sebut diri ‘Reformed
Injili’. Kenyataannya bukan itu yang saya dengar kalau saya mendengar khotbah
/ pengajaran bapak. Bapak hanya menyebut ‘Reformed’! Bukankah itu menimbulkan
kerancuan? Apakah bapak tidak merasakan /
menganggap ini sebagai penipuan terhadap seluruh kekristenan?
Saya kira semua
masalah yang sekarang ada, seperti pertengkaran antara Pdt. Sutjipto Subeno dan
saya / Pdt. Andi Halim, juga fitnah dari para pendeta GRII (bukan semua, tetapi
banyak) terhadap saya / Pdt. Andi Halim / Reformed yang sejati dengan menyebut
kami sebagai Hyper-Calvinist, sumbernya adalah pada
ketidak-konsistenan bapak dalam hal ini. Bapak adalah tokoh yang
didewakan oleh banyak pengikut bapak, dan pendeta-pendeta GRII, sehingga mereka
tidak mau bapak saya sebut sebagai ‘bukan
Reformed’, atau ‘semi-Reformed’, atau bahkan ‘Arminian’, dan akibatnya
mereka membela bapak secara membuta dengan memfitnah saya (dan Pdt. Andi Halim)
sebagai Hyper-Calvinist!
Jadi, saya
memberanikan diri untuk menghimbau kepada bapak, kalau bapak memang peduli
tentang semua pertengkaran / perpecahan ini, dan kalau bapak mau konsisten,
pilihlah satu dari dua hal ini, ubah nama ‘Reformed’ itu, atau ubahlah
pandangan dan ajaran bapak, dan jadilah Reformed yang sejati!
Catatan: saya tidak pernah memusuhi bapak. Sebagai
bukti bahwa saya tak memusuhi bapak, pada waktu Pdt. Suhento Liauw dari Gereja
Baptis Independen Jakarta memfitnah bapak dalam seminarnya yang saya hadiri di
Surabaya, saya membantahnya di depan umum, dan semua ini juga saya masukkan
internet. Juga kalau ada acara yang bapak adakan di Surabaya, saya tak pernah melarang jemaat
saya untuk menghadirinya.
Saya memang
beberapa kali menyerang ajaran / khotbah bapak, dan memasukkannya ke internet.
Tetapi saya melakukan itu semua, sama sekali bukan untuk menjatuhkan bapak,
ataupun merusak nama bapak! Coba bapak pikirkan,
kalau saya menyerang bapak itu, saya dapat keuntungan apa? Sama sekali tidak dapat
keuntungan, malah dapat kerugian, karena sangat banyak orang fanatik terhadap
bapak, dan menjadi marah kepada saya, pada saat saya menyerang bapak.
Itu saya sadari sepenuhnya pada waktu saya menyerang
bapak! Tetapi saya tetap
melakukannya. Mengapa dan untuk apa? Saya melakukan
semua itu demi kebenaran! Saya sadar
bapak punya nama besar, dan itu menyebabkan banyak orang mengaminkan apapun
yang bapak katakan. Karena itu, adalah sangat membahayakan kalau bapak mengajar
salah. Dan karena itu, kalau saya mendengar ajaran salah, apalagi sesat, dari
bapak, saya menulis serangan, supaya orang melihat adanya pandangan alternatif.
Kalau mereka tetap memilih percaya kepada ajaran salah / sesat dari bapak, itu
urusan mereka, tetapi setidaknya saya sudah melakukan tanggung jawab saya.
Tetapi yang jelas, saya tidak melakukan itu karena memusuhi bapak.
Saya tahu banyak
orang di sekeliling bapak senang menjilat bapak, kontras dengan saya yang
‘menyerang’ bapak. Tetapi pikirkan ayat di bawah ini:
Amsal 27:5-6
- “(5)
Lebih baik teguran yang nyata-nyata dari pada kasih yang tersembunyi. (6)
Seorang kawan memukul dengan maksud baik, tetapi seorang lawan mencium secara
berlimpah-limpah.”.
-o0o-
Lampiran:
1. Scan surat
gugatan cerai dari Francisca (lihat siapa yang menggugat cerai, dan apa alasan
cerai).
2. Scan surat-surat / notulen rapat GKRI Exodus
dalam proses pemecatan saya (lihat apa alasan pemecatan).
-o0o-