Limited Atonement atau sering dikenal dengan penebusan
terbatas adalah pemahaman Kalvinis yang percaya bahwa Yesus Kristus tidak menanggung semua dosa manusia karena sifat penebusan
itu terbatas hanya untuk orang-orang pilihan. Mengapa? Karena ini adalah
konsekuensi dari teori Total Depravity dan Unconditional Electionnya Kalvinis.
Manusia yang total hancur, tidak bisa merespon dan tidak bisa percaya, maka
dalam penyelamatan manusia, Allah harus memilih manusia tanpa melihat
kondisinya (unconditional election) dan ternyata Allah hanya memilih sebagian
dari manusia yang total inability itu sesuai dengan kehendakNya, yang mana Ia
suka Ia pilih dan sebaliknya yang tidak disukaiNya dibiarkan masuk neraka.
Akhirnya muncullah teori penebusan yang terbatas, yakni penebusan hanya untuk
orang pilihan saja.
Beberapa hal yang harus diperhatikan berkenaan dengan Limited Atonement
Kalvinis ini;
1. Limited Atonement tidak terlalu berpengaruh
dalam sistematika teologi Kalvinis, asalkan tetap berpegang teguh pada poin
kedua, Unconditional Election.
2. Kalau Limited Atonement
salah, maka Unconditional Election menjadi kurang tajam.
Tanggapan Budi Asali:
Point 1 bertentangan dengan point 2. Kalau memang ‘tidak terlalu
berpengaruh’, kok bisa membuat ‘Unconditional
Election’ ‘menjadi kuirang tajam’? Dasar tak punya logika!
3. Point Limited
Atonement ini yang paling sulit mereka pertahankan. Banyak kalangan Kalvinis
yang tidak mau memegang poin ini (kalangan Baptis Kalvinis, kecuali Kalvinis
Reformed), karena banyak ayat yang mengatakan “kematian Yesus untuk semua
manusia.”
Tanggapan Budi Asali:
Yang tidak percaya point 3 saya anggap bukan sebagai ‘Calvinist’,
tetapi paling-paling sebagai semi-Calvinist / semi-Reformed! Semua Calvinists /
ahli theologia Reformed percaya point 3, yaitu ‘Limited Atonement’ (= Penebusan Terbatas).
Berikut saya akan menuliskan beberapa argument Kalvinis
berkenaan dengan Limited Atonoment. Argumen ini akan dibagi menjadi dua bagian
besar, yang pertama adalah argumentasi berdasarkan logis, dan yang kedua adalah
argumentasi berdasarkan alkitab.
Argumen Logis:
1. Kalau Allah menebus semua
manusia, seharusnya semua manusia selamat.
2. Kalau Yesus
Kristus mati menanggung semua dosa manusia, dan ternyata ada yang tidak
selamat, maka Allah tidak fair dan Allah telah menghukum 2 kali. Artinya dosa
pertama sudah ditanggungkan kepada Yesus, tetapi pada akhir zaman manusia
dihukum lagi di Neraka. Ini berarti 2 kali penghukuman.
3. Penebuasan kalian (non
Kalvinis) adalah penebusan yang tidak menyelamatkan. Karena semua telah
ditebus, tetapi ternyata tidak semua selamat. Selain itu, hanya bisa
menyelamatkan kalau ada andil manusia untuk percaya.
Tanggapan Budi Asali:
Kalimat terakhir, yang saya garis-bawahi, ngawur. Kami tidak pernah
menganggap bahwa Arminian mengajarkan iman / percaya sebagai andil manusia.
Kami menganggap bahwa dalam teologia Arminian, ada ‘andil manusia’,
karena alasan sebagai berikut: Menurut Arminian, semua manusia sejak lahir
telah diberi kasih karunia (Prevenient Grace), yang menyebabkan semua manusia
bisa percaya. Sekarang tergantung manusia itu sendiri mau percaya atau tidak.
Kalau ia mau percaya, ia diselamatkan. Kalau ia tidak mau percaya, ia tidak
diselamatkan. Jadi keputusan akhir ada di tangan manusia, dan bukan di tangan
Allah.
Sekarang, mengapa orang-orang tertentu mau percaya sedangkan
orang-orang lain tidak mau? Tidak bisa tidak, ini menunjukkan bahwa yang mau,
lebih baik dari yang tidak mau. Jadi, di sinilah kami menganggap bahwa dalam
teologia Arminian keselamatan terjadi karena adanya ‘andil manusia’. Tetapi
perlu diketahui bahwa ini merupakan kesimpulan kami, bukan ajaran Arminian
sendiri. Mereka sendiri (yang sungguh-sungguh Arminian) tetap berkeras bahwa
mereka tidak punya andil dalam keselamatan mereka.
4. Analogi Adam
I dan Kristus sebagai Adam ke II. Adam jatuh dan semua keturunannya menjadi
orang berdosa, bukan berpotensi untuk berdosa, tetapi menjadi orang berdosa.
Demikian juga Yesus Adam ke-II bukan berpotensi untuk menyelamatkan, tetapi Ia
menyelamatkan orang pilihan itu.
5. Apakah tidak
percaya Yesus itu dosa? Bila ya! Bukankah Yesus telah menanggung semua dosa manusia
termasuk dosa ketidakpercayaannya? Inilah alasan Allah hanya memilih
orang-orang pilihan saja.
Jawaban untuk Argumen Logis Kalvinis
1. Satu hal yang gagal Kalvinis lihat dan tekankah adalah penebusan
adalah satu hal dan aplikasi penebusan adalah hal yang berbeda. Singkatnya kita
harus bisa membedakan antara penebusan dan aplikasinya.
Penebusan Kristus: Ketersediaan penebusan bersifat universal
Aplikasi:
Bersifat pribadi, melalui percaya
Bagi Kalvinis
tidak ada perbedaan antara Penebusan dan Aplikasi Penebusan. Tetapi apakah
benar demikian? Ketika Tuhan Yesus tersalib, ia menyediakan keselamatan untuk
dosa dunia (universal), tetapi untuk memperolehnya bersifat personal atau
secara pribadi.
Tanggapan Budi Asali:
Omong kosong tolol dan bersifat memfitnah lagi. Semua Calvinist tahu
dan memang membedakan antara ‘penebusan’ (yang Kristus lakukan) dan ‘aplikasinya’
(oleh pekerjaan Roh Kudus dalam diri orang pilihan).
Yang dibicarakan dalam ‘Limited
Atonement’ (= Penebusan Terbatas), bukan ‘aplikasinya’, tetapi ‘penebusan’
itu sendiri.
Yesus mati dengan design / rancangan untuk menebus orang-orang
pilihan saja.
Dan aplikasinya, Allah / Roh Kudus hanya melahir-barukan dan
memberikan iman kepada orang-orang pilihan yang ditebus Kristus itu, sehingga
hanya mereka yang bisa percaya.
Kis 13:48 - “Mendengar itu
bergembiralah semua orang yang tidak mengenal Allah dan mereka memuliakan
firman Tuhan; dan semua orang yang ditentukan Allah untuk hidup yang kekal,
menjadi percaya”.
Sebab jika tidak ada perbedaan antara penebusan dan
aplikasi untuk ‘orang-orang pilihan’ seharusnya waktu lahir mereka tidak
terlahir sebagai orang berdosa karena sudah
menerima penebusan dan aplikasinya. Bukan berarti saya percaya universalisme tetapi melalui
hal ini saya ingin menekankan adanya perbedaan antara penebusan dengan
aplikasinya.
Tanggapan Budi Asali:
Karena kata-kata awal (premis dasar) sudah salah, maka jelas
kesimpulan Liauw ini juga salah.
Dari mana kok tahu-tahu muncul ‘universalisme’? Orang ini memang tak
punya logika!
Untuk lebih memahami hal ini kita dapat mengingat peristiwa
domba korban ketika bangsa Israel akan keluar dari tanah Mesir.
- Menyembelih
domba (penebusan)
- Menaruh darah
di ambang pintu (aplikasinya)
Dari hal ini
kita dapat melihat bahwa dalam Domba paskah penebusan dan aplikasinya berbeda.
Sekalipun domba itu sudah mati, mereka harus mengoles darahnya di ambang pintu.
Jika darahnya tidak di oleskan di ambang pintu, maka anak-anak pertama mereka
akan binasa seperti bangsa Mesir. Ini tidak hanya
berlaku untuk bangsa Israel saja, setiap orang
yang tidak menghendaki anak sulungnya mati, maka ia harus memotong domba dan
mengoles darahnya di ambang pintu. Sekalipun domba
mereka sembelih, tetapi jikalau mereka tidak mengoleskan darah domba itu di
ambang pintu anak-anak mereka juga akan meninggal. Namun setelah itu,
ternyata banyak yang binasa ketika keluar dari tanah Mesir.
Tanggapan Budi Asali:
Ini ilustrasi konyol, sekalipun ceritanya diambil dari Alkitab,
tetapi ditafsirkan secara kacau balau.
Pertanyaannya, apakah ada orang yang menyembelih domba tetapi tidak
mengoles darah domba itu di ambang pintu mereka? Kalau mereka menyembelih
domba, jelas mereka sudah beriman pada kata-kata / perintah Tuhan. Jadi,
mustahil mereka tidak juga mengoleskan darah domba itu di ambang pintu mereka.
Dan faktanya, tak ada orang Israel yang mengalami kematian anak sulung pada
saat itu!
Bdk. Kel 11:4-7 - “(4)
Berkatalah Musa: ‘Beginilah firman TUHAN: Pada waktu tengah malam Aku akan
berjalan dari tengah-tengah Mesir. (5) Maka tiap-tiap anak sulung di tanah
Mesir akan mati, dari anak sulung Firaun yang duduk di takhtanya sampai kepada
anak sulung budak perempuan yang menghadapi batu kilangan, juga segala anak
sulung hewan. (6) Dan seruan yang hebat akan terjadi di seluruh tanah Mesir,
seperti yang belum pernah terjadi dan seperti yang tidak akan ada lagi. (7)
Tetapi kepada siapa juga dari orang Israel, seekor
anjingpun tidak akan berani menggonggong, baik kepada manusia maupun kepada
binatang, supaya kamu mengetahui, bahwa TUHAN membuat perbedaan antara orang
Mesir dan orang Israel”.
Dan Liauw ini mengatakan bahwa “Ini tidak hanya
berlaku untuk bangsa Israel saja”.
Jadi berlaku juga bagi orang Mesir?
Juga apakah ada orang menyembelih domba untuk orang lain?
Setiap domba punya tujuan khusus, untuk siapa ia disembelih! Tak ada domba yang
disembelih untuk ‘siapa saja / semua orang’! Ini menunjuk kepada ‘Limited Atonement’ (= Penebusan
Terbatas)!
Perhatikan 2 kalimat terakhir dari
kata-kata Liauw di atas. Ia berkata “Sekalipun domba
mereka sembelih, tetapi jikalau mereka tidak mengoleskan darah domba itu di
ambang pintu anak-anak mereka juga akan meninggal. Namun setelah itu,
ternyata banyak yang binasa ketika keluar dari tanah Mesir.”.
Bukankah lucu sekali? Kapan dan dimana
‘banyak yang binasa’ dari kalangan Israel?
2. Kematian Kristus sama sekali
tidak bergantung jumlah manusia. Analogi Kalvinis mengenai hal ini tidak benar.
Satu hal yang harus kita ingat, analogi logika manusia belum tentu benar,
karena kebenaran tidak hanya bergantung kepada logika. Logika memang bisa
membantu dalam menemukan kebenaran, tetapi logika bukanlah sumber kebenaran.
Bila bergantung pada analogi, maka ini bisa berakibat buruk, karena tergantung
analogi siapa dan apa? Bisa saja kita
ganti analoginya menjadi suatu ketersediaan bukan penghukuman. Misalnya
analogi “ketersediaan” Allah menyedikan beras untuk semua orang agar tidak
kelaparan, tetapi ada yang tidak mengambil beras, maka ia sendiri yang akan
mengalami kelaparan dan Allah sama sekali tidak menghukumnya dua (2) kali.
Tanggapan Budi Asali:
Pada waktu Calvinist mengatakan bahwa hukuman dosa orang-orang yang
sudah dipikul / ditanggung oleh Kristus tidak mungkin dipikul / ditanggung LAGI
oleh orang yang berbuat dosa, itu bukan
analogi! Itu adalah kenyataannya / realitanya!
Kalau mau pakai analogi yang Alkitabiah maka kita bisa menggambarkan
dosa sebagai ‘hutang’. Bahwa ini Alkitabiah, terlihat dari banyak bagian
Alkitab, yang memang menggambarkan dosa sebagai hutang, misalnya:
Luk 7:40-48 - “(40) Lalu Yesus berkata
kepadanya: ‘Simon, ada yang hendak Kukatakan kepadamu.’ Sahut Simon:
‘Katakanlah, Guru.’ (41) ‘Ada
dua orang yang berhutang kepada seorang pelepas uang.
Yang seorang berhutang lima
ratus dinar, yang lain lima
puluh. (42) Karena mereka tidak sanggup membayar, maka ia menghapuskan
hutang kedua orang itu. Siapakah di antara mereka yang akan
terlebih mengasihi dia?’ (43) Jawab Simon: ‘Aku kira dia yang paling banyak dihapuskan
hutangnya.’ Kata Yesus kepadanya: ‘Betul pendapatmu
itu.’ (44) Dan sambil berpaling kepada perempuan itu, Ia berkata kepada Simon: ‘Engkau
lihat perempuan ini? Aku masuk ke rumahmu, namun engkau tidak memberikan Aku
air untuk membasuh kakiKu, tetapi dia membasahi kakiKu dengan air mata dan
menyekanya dengan rambutnya. (45) Engkau tidak mencium Aku, tetapi sejak Aku
masuk ia tiada henti-hentinya mencium kakiKu. (46) Engkau tidak meminyaki
kepalaKu dengan minyak, tetapi dia meminyaki kakiKu dengan minyak wangi. (47) Sebab
itu Aku berkata kepadamu: Dosanya yang banyak itu telah diampuni,
sebab ia telah banyak berbuat kasih. Tetapi orang yang sedikit diampuni,
sedikit juga ia berbuat kasih.’ (48) Lalu Ia berkata kepada perempuan itu: ‘Dosamu
telah diampuni.’”.
Bandingkan juga dengan Perumpamaan orang yang berhutang 10.000
talenta.
Mat 18:21-35 - “(21) Kemudian
datanglah Petrus dan berkata kepada Yesus: ‘Tuhan, sampai berapa kali aku harus
mengampuni saudaraku jika ia berbuat
dosa terhadap aku? Sampai tujuh kali?’ (22) Yesus berkata
kepadanya: ‘Bukan! Aku berkata kepadamu: Bukan sampai tujuh kali, melainkan
sampai tujuh puluh kali tujuh kali. (23) Sebab hal Kerajaan Sorga seumpama
seorang raja yang hendak mengadakan perhitungan dengan hamba-hambanya. (24)
Setelah ia mulai mengadakan perhitungan itu, dihadapkanlah kepadanya seorang
yang berhutang sepuluh ribu talenta. (25) Tetapi karena
orang itu tidak mampu melunaskan hutangnya,
raja itu memerintahkan supaya ia dijual beserta anak isterinya dan segala
miliknya untuk pembayar hutangnya.
(26) Maka sujudlah hamba itu menyembah dia, katanya: Sabarlah dahulu, segala hutangku
akan kulunaskan. (27) Lalu tergeraklah hati raja itu oleh belas kasihan akan
hamba itu, sehingga ia membebaskannya dan menghapuskan hutangnya.
(28) Tetapi ketika hamba itu keluar, ia bertemu dengan seorang hamba lain yang berhutang
seratus dinar kepadanya. Ia menangkap dan mencekik kawannya itu, katanya: Bayar
hutangmu! (29) Maka sujudlah kawannya itu dan
memohon kepadanya: Sabarlah dahulu, hutangku
itu akan kulunaskan. (30) Tetapi ia menolak dan menyerahkan kawannya itu ke dalam
penjara sampai dilunaskannya hutangnya. (31) Melihat itu
kawan-kawannya yang lain sangat sedih lalu menyampaikan segala yang terjadi
kepada tuan mereka. (32) Raja itu menyuruh memanggil orang itu dan berkata
kepadanya: Hai hamba yang jahat, seluruh hutangmu
telah kuhapuskan karena engkau memohonkannya kepadaku. (33) Bukankah engkaupun
harus mengasihani kawanmu seperti aku telah mengasihani engkau? (34) Maka
marahlah tuannya itu dan menyerahkannya kepada algojo-algojo, sampai ia
melunaskan seluruh hutangnya. (35) Maka BapaKu yang di
sorga akan berbuat demikian juga terhadap kamu, apabila kamu masing-masing
tidak mengampuni saudaramu dengan segenap hatimu.’”.
Sekarang kalau pada waktu Yesus mati di salib, Ia hanya mati untuk
orang-orang pilihan, maka itu berarti hanya ‘hutang’ dosa mereka yang Ia
bayar. Dan karena hutang dosa mereka telah Ia bayar, mereka sendiri tidak
mungkin ditagih lagi, kecuali Allah tidak adil!
Tetapi Liauw ini menciptakan suatu analogi / ilustrasi yang tidak
Alkitabiah tentang Allah menyediakan beras untuk semua orang. ‘Beras’nya sudah
tidak Alkitabiah, dan ‘semua orang’nya juga tidak Alkitabiah.
Kalau mau dipaksakan untuk menggunakan ilustrasi beras ini, maka
mungkin ilustrasinya adalah sebagai berikut: Allah memang memberikan beras
untuk sebagian orang saja, sehingga yang sebagian itu tidak mungkin
tidak punya / tidak kebagian beras. Sedangkan sebagian yang lain, yang tidak
diberi, bagaimanapun juga tidak akan menerima beras!
3. Konsep penebusan kalian
(non Kalvinis) tidak menyelamatkan karena aplikasi dan penebusannya itu
terpisah? Penebusan Kristus memang tidak bergantung dari aplikasinya tetapi
aplikasi adalah syarat supaya keselamatan untuk manusia. Analoginya tuan A
memberi mobil kepada seseorang agar ia bisa bekerja (itu adalah anugerah dari
tuan A). Ketika ia menerima mobil itu, maka saat itu juga ia memperoleh
aplikasinya, yakni ketika ia menggunakan mobil yang sudah disediakan tuan A.
Tanggapan Budi Asali:
Mbulet saja kalau bicara. Tadi sudah bicara tentang penebusan dan aplikasi,
sekarang balik ke sini lagi.
Calvinist percaya bahwa penebusan memang berbeda dengan aplikasinya.
Tetapi Calvinist percaya bahwa Roh Kudus mengaplikasikan penebusan Kristus
hanya untuk orang-orang pilihan, yang memang merupakan obyek penebusan Kristus!
4. Ada perbedaan
antara keturunan Adam I dan Adam ke II. Keturunan Adam I terjadi secara
otomatis melalui persetubuhan manusia secara biologis, tetapi keturunan Adam ke
II harus melalui kelahiran kembali, yakni percaya kepada Yesus Kristus.
Tanggapan Budi Asali:
Apa urusannya ini dengan topik yang dibicarakan? Dasar tak punya
logika!
Saya hanya ingin tanggapi pandangan mereka (Arminian) bahwa
kelahiran kembali disamakan / diidentikkan dengan percaya kepada Kristus.
Bagaimana caranya kamu dilahirkan oleh mamamu, Liauw? Bukankah kamu
pasif total? Ia melahirkan, kamu dilahirkan! Adakah apapun yang kamu lakukan, supaya kamu dilahirkan?
Jelas tak ada, bukan?
Tetapi pada waktu kamu percaya, sekalipun iman itu anugerah, tetap
yang beriman adalah kamu! Kamu yang percaya Yesus!
Jadi, mustahil lahir baru = iman / percaya kepada Kristus!
5. Yesus mati untuk dosa ketidakpercayaan juga? Satu hal yang Kalvinis tidak tahu, bahwa: penebusan dan
aplikasi itu berbeda. Bagaimana supaya dosa ketidakpercayaan itu ditanggung,
maka orang tersebut harus percaya.
Tanggapan Budi Asali:
Omongan konyol dan fitnah! Calvinist jelas juga tahu bahwa penebusan
berbeda dengan aplikasinya.
John Owen (Kalvinis) menyatakan: Orang-orang pilihan secara aktual
diselamatkan → ditebus → dibenarkan saat Kristus disalibkan. Penebusan
terjadi, bukan pada saat Allah membuka jalan agar mereka bisa lewat
kalau mau atau seperti Allah membuka pintu supaya mereka bisa masuk bila mau.
Tetapi Allah menyelamatkan mereka, karena Allah telah menentukan mereka
selamat.
Tanggapan Budi Asali:
Fitnah lagi. Dimana John Owen mengatakan ini, Liauw? Semua Calvinist
percaya bahwa sekalipun orang-orang pilihan dosanya ditebus di kayu salib,
tetapi secara actual (sungguh-sungguh) mereka diselamatkan pada saat mereka
percaya.
Jika yang diamini oleh Kalvinis
benar, bahwa penebusan terjadi ketika Kristus mati, maka seharusnya semua
orang pilihan tidak lahir dalam dosa. Lalu bagaimana dengan orang-orang
Perjanjian Lama? Hal ini tidak dapat mereka jelaskan.
Tanggapan Budi Asali:
Premis dasarnya sudah salah, kesimpulannya pasti juga salah.
Untuk orang-orang kudus jaman Perjanjian Lama penebusan Kristus
memang harus berlaku surut, kalau tidak, semua mereka masuk neraka!
Jadi yang alkitabiah adalah penebusan dan aplikasinya
berbeda. Ketika Kristus mati, Ia membawa penebusan untuk semua manusia. Namun
aplikasi dari penebusan itu terjadi ketika manusia percaya kepada Tuhan sebagai
satu-satunya juruselamat mereka.
Tanggapan Budi Asali:
Lagakmu seperti mengatakan sesuatu yang sangat brilian, Liauw! Semua
orang kristen yang benar tahu ini dan percaya ini!
Argument Alkitab Kalvinis Berkenaan Dengan Limited Atonement
Rasionalisasi dari total depravity dan unconditional election Kalvinis merujuk
kepada limited atonement, yang mengarah kepada kesimpulan bahwa Kristus mati
untuk sebagian manusia. Untuk menyokong argumennya, Kalvinis akan mencomot
ayat-ayat untuk memaksakan pemahaman mereka, contohnya:
- Matius 1:21 “menyelamatkan umatNya”
- Mat 20:28 “banyak orang”
- Mat 26:28 “ditumpahkan bagi banyak orang”
- Yohanes 10:15 “nyawaNya bagi domba-dombaNya”
- Kis 20:28 “bagi jemaat Allah”
- Efesus 5:25 “jemaat”
- Ibrani 9:28 “Kristus menanggung banyak dosa manusia”
Setelah mencomot ayat-ayat di atas, Kalvinis akan berteriak dan menyatakan
bahwa Kristus mati untuk sekelompok orang dan bukan untuk semua orang.
Tanggapan Budi Asali:
Omong kosong, Liauw. Argumentasi Calvinist kamu berikan hanya
sedikit supaya orang menganggap Calvinisme itu salah?
Mau argumentasi-argumentasi yang lain?
1) Waktu Kristus mati, sudah ada orang-orang yang
masuk neraka. Apakah Kristus tetap mati untuk mereka?
2) Ada banyak orang mati
tanpa pernah mendengar Injil. Apakah Kristus mati untuk mereka, tetapi lalu
mengatur supaya mereka sampai mati tidak pernah mendengar Injil?
3) Doa terbatas Kristus dalam Yoh 17:9,20 - “(9) Aku berdoa untuk mereka. Bukan untuk dunia Aku berdoa, tetapi
untuk mereka, yang telah Engkau berikan kepadaKu, sebab mereka adalah milikMu
... (20) Dan bukan untuk mereka ini saja Aku berdoa, tetapi juga untuk
orang-orang, yang percaya kepadaKu oleh pemberitaan mereka;”.
Mungkinkah Ia mati untuk
orang-orang bagi siapa Ia tidak mau berdoa?
4) Anda percaya bahwa Kristus mati sebagai
‘pengganti’ bukan? Kalau ia mati bagi si A, lalu si A tetap masuk neraka,
dimana penggantian itu?
5) Dll.
Pemahaman yang Alkitabiah:
Apakah di antara ayat-ayat di atas ada kata “hanya!”
Tentu tidak ada! Di setiap ayat tadi tidak ada kata “hanya” Dengan demikian
tidak tertutup kemungkinanYesus juga menebus semua orang. Dalam Matius1:21, ini
mengacu kepada Israel bukan kepada
orang pilihan. Domba itu selalu identik dengan Israel dan tidak semua
Israel diselamatkan.
Tanggapan Budi
Asali:
Hmmm, omongan
bodoh.
Sekarang bagaimana dengan Yoh 3:16 - “Karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah
mengaruniakan AnakNya yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepadaNya
tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal”? Di sini juga tidak
dikatakan bahwa ‘hanya’ orang percaya yang dapat hidup yang kekal. Jadi, tidak
tertutup kemungkinan orang yang tidak percaya juga dapat hidup yang kekal? Begitu,
Liauw?
Anda sendiri menafsirkan Mat 25:41 - “Dan Ia akan berkata juga kepada mereka yang di sebelah kiriNya:
Enyahlah dari hadapanKu, hai kamu orang-orang terkutuk, enyahlah ke dalam api
yang kekal yang telah sedia untuk Iblis dan malaikat-malaikatnya” dengan
mengatakan bahwa neraka itu dari pertamanya dimaksudkan untuk setan, bukan
untuk manusia. Padahal di dalam ayat itu juga tak ada kata ‘hanya’. Kok anda
tambahi seenakmu sendiri?
Dari ayat-ayat kami yang telah anda sebutkan di atas, dan
digabungkan dengan ayat-ayat lain dan argumentasi-argumentasi kami yang lain,
maka barulah kami menyimpulkan bahwa Kristus
mati HANYA untuk orang-orang pilihan!
Calvinist bukan orang-orang yang gegabah dalam menafsirkan. Kami
bukan seperti anda, Liauw!
Sekarang perhatikan bagian akhir dari kata-kata Liauw di atas. Ia
berkata “Dalam
Matius1:21, ini mengacu kepada Israel bukan kepada
orang pilihan. Domba itu selalu identik dengan Israel dan tidak semua
Israel diselamatkan.”.
Mat 1:21 - “Ia akan melahirkan anak
laki-laki dan engkau akan menamakan Dia Yesus, karena Dialah yang akan
menyelamatkan umatNya dari dosa mereka.’”.
Kalau ‘umatNya’ hanya mengacu kepada Israel, dan bukan kepada orang-orang pilihan, maka
hanya Israel yang bisa selamat! Ini nonsense! Bandingkan
dengan komentar / tafsiran Calvin tentang Mat 1:21 di bawah ini.
Calvin (tentang
Mat 1:21): “‘He shall save his people from
their sins.’ ... But he is expressly called the Savior of the Church.
... By Christ’s ‘people’ the
angel unquestionably means the Jews, to whom he was appointed as Head and King;
but as the Gentiles were shortly afterwards to be ingrafted into the stock of
Abraham, (Romans 11:17,) this promise of salvation
is extended indiscriminately to all who are incorporated by faith in
the ‘one body’ (1 Corinthians 12:20) of the Church” [= ‘Ia akan menyelamatkan umatNya dari dosa-dosa mereka’. ... Tetapi Ia disebut secara
explicit / jelas sebagai Juruselamat dari Gereja. ... Dengan ‘umat Kristus’ sang malaikat dengan tak bisa diragukan memaksudkan orang-orang Yahudi, bagi siapa Ia ditetapkan sebagai
Kepala dan Raja; tetapi karena orang-orang non
Yahudi tak lama setelah itu dimasukkan /
dicangkokkan ke dalam keturunan Abraham, (Ro 11:17), janji keselamatan ini diperluas secara tak membedakan kepada semua yang dimasukkan / digabungkan oleh iman ke dalam ‘satu tubuh’ (1Kor
12:20) dari Gereja].
Ro 11:17 - “Karena itu apabila beberapa cabang telah
dipatahkan dan kamu sebagai tunas liar telah dicangkokkan di antaranya
dan turut mendapat bagian dalam akar pohon zaitun yang penuh getah”.
Galatia 2:19 “Sebab aku telah mati oleh
hukum taurat untuk hukum taurat, supaya aku hidup untuk Allah. Aku telah
disalibkan dengan Kristus” Apakah penebusan hanya
untuk Paulus saja? Tidak! Jadi logika pemaksaan dalam argumentasi alkitab versi
Kalvinis ini salah dan tidak alkitabiah.
Tanggapan Budi Asali:
Ayat ini tidak bicara tentang penebusan, Liauw! Paulus mengatakan ia
‘telah disalibkan dengan Kristus’, dan itu tidak ada urusannya dengan
penebusan. Maksudnya sebagaimana Kristus telah mati di salib, ia (Paulus) juga
mati bagi dunia / dosa dan sebagainya.
Jika kita mau membuka hati kita untuk mempelajari
firman Tuhan dengan saksama, justru semua ayat di atas menguatkan argumentasi
Kristus mati untuk semua manusia. Mengapa? Dari beberapa ayat yang dikutip tadi
dikatakan bahwa Kristus mati untuk umatNya, darahNya ditumpahkan untuk banyak
orang, nyawaNya bagi domba-dombaNya, bagi jemaat Allah, dan juga untuk Paulus,
yang berarti Kristus mati untuk semua orang. Bukankah hal ini justru menekankan
bahwa Kristus mati untuk semua orang?
Tanggapan Budi Asali:
Argumentasi yang luar biasa tololnya!
Banyak orang, berarti bukan semua.
Dan perhatikan bahwa ‘jemaat Allah’, ‘domba’, ‘umat’, dan ‘Paulus’,
semua adalah orang-orang pilihan!
Disulap bagaimana kok tahu-tahu jadi ‘semua orang’???
Memang kata “banyak” belum berarti “semua” tetapi kata “banyak” dengan “semua” tidak
harus bertentangan. “Semua” itu pasti banyak, tetapi kata “banyak” belum
tentu semua. Analogi: Seorang guru berkata kepada murid-muridnya, "Besok
semua remedial." Lalu guru itu berkata kepada orang ketiga: “Besok banyak
siswa yang remedial."
Catatan
dari Budi Asali: ‘Remedial’ = pengobatan, atau,
‘berhubungan dengan perbaikan’. Orang sok pinter ini senang menggunakan kata-kata
yang tak dimengerti orang, supaya kelihatan pinter! Dia memang membutuhkan
‘remedial’!
Tanggapan Budi Asali: perhatikan kata-kata Liauw di atas, yang saya garis-bawahi. ‘Tidak
harus’. Saya setuju itu. Tetapi ‘tidak harus’ bisa berarti ‘bisa’, bukan? Semua
tergantung kontextnya. Misalnya dikatakan: “tahun ini sekolah itu prestasinya
buruk, karena banyak muridnya yang tidak lulus”. Apakah di sini
‘banyak’ berarti ‘semua’?
Jadi, ‘banyak’ memang tidak harus
bertentangan dengan ‘semua’, tetapi bisa bertentangan
dengan ‘semua’! Dan pada waktu kita melihat ayat-ayat lain dan
argumentasi-argumentasi lain, maka dalam hal ini saya berpendapat bahwa
‘banyak’ memang bertentangan dengan ‘semua’!
Roma
5:15 “Tetapi karunia Allah tidaklah sama dengan
pelanggaran Adam. Sebab, karena pelanggaran satu orang semua orang telah
jatuh di dalam kuasa maut, jauh lebih besar lagi kasih karunia Allah dan
karuniaNya, yang dilimpahkanNya, atas semua
orang karena satu orang, yaitu Yesus Kristus.” Kata
“semua orang” sebenarnya “banyak orang”(πολλοι) yang bisa juga berarti semua.
Tanggapan Budi Asali:
Omong kosong. Kalau kata-kata ‘semua (banyak) orang’ yang kedua
(yang saya beri garis bawah ganda), diartikan betul-betul ‘semua orang secara
mutlak’, maka yang terjadi adalah Universalisme, yaitu ajaran sesat yang
mengatakan bahwa pada akhirnya semua orang, tanpa kecuali, akan masuk surga!
Roma
5:19 “jadi sama seperti ketidaktaatan satu orang semua
orang telah menjadi orang berdosa, demikian pula oleh ketaatan satu orang semua
orang menjadi orang benar.” Kata “semua orang menjadi
benar” memiliki pengertian yang sama dengan “banyak orang menjadi benar” dengan
kata πολλοι. Jadi, manusia dibenarkan pada saat percaya kepada Yesus
Kristus, maka kata”banyak” sama dengan semua orang
yang telah percaya.
Tanggapan Budi Asali:
‘Semua orang yang telah percaya’ tidak sama dengan ‘semua orang’
dalam arti yang mutlak! Bukankah kamu sedang berusaha untuk membuktikan bahwa
‘banyak’ tidak harus bertentangan dengan ‘semua’ (dalam arti mutlak)? Justru
kamu gagal membuktikan bahwa ‘banyak’ bisa berarti ‘semua dalam arti mutlak’.
Masalah Kata "Dunia"
Menurut pemahaman Kalvinis kata dunia memiliki
beberapa pengertian. Dengan mengutip Lukas 2:1 Kaisar mensensus seluruh dunia,
tapi nyatanya hanya sekitar wilayah kekuasaan kaisar Agustinus saja dan tidak
sampai ke daratan China. Jadi, kata
“dunia” di dalam Alkitab memiliki beberapa pengertian, yaitu:
1. Dunia di sini adalah dunia orang pilihan.
2. Dunia, mengacu kepada dunia eskatologi, dimana seluruh dunia akan percaya
kepada Yesus.
Tanggapan Budi Asali:
Hmm, jangan ngawur saja, Liauw! Saya tak pernah tahu ‘dunia’ bisa
diartikan seperti ini (point 2.)! Kalau ada tolong tunjukkan ayatnya, Liauw!
3. Dunia secara
etnis, mengasihi “orang pilihan” dari segala etnis bukan Israel saja.
4. Dunia secara geografi, “orang pilihan” dari segala tempat.
Tanggapan Budi Asali:
Kamu memang orang bodoh, Liauw. Coba perhatikan, apa bedanya point
1., 3., dan 4.???
Memang kata “dunia” bisa untuk beberapa pengertian.
Tetapi bukan seperti yang Kalvinis paksakan, bahkan terkadang kata “dunia”
mempunyai pengertian yang bertentangan dengan Allah. Dunia ini adalah dunia
dalam pengertian umum, yang mana mereka (Kalvinis) menambahi kata “orang-orang
pilihan” yang tidak ada dalam Alkitab. Ini adalah penambahan yang dilakukan
oleh kelompok Kalvinis untuk memaksakan konsep mereka ke dalam Alkitab.
Tanggapan Budi Asali:
Penambahan yang tidak ada dalam Alkitab, Liauw?
Aku beri satu contoh saja, untuk membuktikan ngawurnya pernyataanmu!
2Kor 5:19 - “Sebab
Allah mendamaikan dunia dengan diriNya oleh Kristus dengan tidak
memperhitungkan pelanggaran mereka. Ia telah mempercayakan berita pendamaian
itu kepada kami”.
Dalam ayat ini, kalau ‘dunia’ diartikan ‘semua
orang di dunia’, maka akan menjadi Universalisme (ajaran yang mengatakan
bahwa pada akhirnya semua manusia akan masuk surga), yang jelas merupakan suatu
ajaran sesat. Karena itu, kata ‘dunia’
dalam ayat ini harus diartikan ‘orang
percaya / pilihan’.
Pemahaman yang Alkitab Mengenai Kata Dunia
I Yoh 2:2 “Dan Ia adalah pendamaian untuk segala dosa kita, dan bukan untuk
dosa kita saja, tetapi juga untuk dosa seluruh dunia.” Ini
adalah ayat yang menakutkan bagi Kalvinis secara khusus yang percaya Limited
Atonement. Bukan dosa kita saja tetapi dosa seluruh dunia. Ada kontras antara
kata “kita” dan “dunia.” Dengan demikian kematian Yesus Kristus adalah untuk
orang pilihan dan orang lain.
Bagi Kalvinis ”kata “kita” di situ adalah hanya para rasul dan seluruh
dunia adalah orang-orang percaya di dunia. Tetapi apakah benar kata “kita”
hanya untuk para rasul? Secara konteks kata “kita” tidak mendukung konsep
Kalvinis, karena dalam 1 Yoh 1:9 kata kita adalah untuk orang-orang percaya. 1
Yoh 1:10 juga
menunjukkan “kita” adalah orang percaya.
Tanggapan Budi Asali:
Perhatikan kata-kata Liauw yang saya garis-bawahi itu! Itu kurang
ajar dan fitnah, juga fitnah yang tolol! Calvinist mana yang percaya bahwa
‘kita’ dalam 1Yoh 2:2 hanya ‘para rasul’? Apakah rasul Yohanes menulis surat ini kepada para rasul? Banyak penafsir
menganggap bahwa rasul Yohanes menuliskan surat ini pada akhir abad pertama, dalam waktu
yang berdekatan dengan penulisan Injil Yohanes dan kitab Wahyu. Lalu rasul mana
yang masih hidup pada saat itu? O pasti rasul Yohanes menulis suratnya ke surga
ya, Liauw?
Lalu ia mengatakan kata ‘kita’ dalam kontext ayat itu menunjuk
kepada orang-orang percaya (1Yoh 1:9,10). Ya, tetapi orang percaya yang mana?
Orang-orang percaya dari kalangan Yahudi! Itu akan saya buktikan di
bawah
Penafsiran Calvinisme yang benar tentang kata ‘kita’ dan kata ‘dunia’
dalam 1Yoh 2:2: kata ‘kita’ menunjuk kepada ‘orang-orang Kristen Yahudi’
sedangkan kata ‘dunia’ menunjuk kepada ‘orang-orang pilihan di seluruh dunia’.
Mau pembahasan lengkap tentang ayat ini, Liauw? Baca ini:
1Yoh 2:1-2 - “(1) Anak-anakku, hal-hal ini kutuliskan kepada kamu, supaya kamu
jangan berbuat dosa, namun jika seorang berbuat dosa, kita mempunyai seorang
pengantara pada Bapa, yaitu Yesus Kristus, yang adil. (2) Dan Ia adalah
pendamaian untuk segala dosa kita, dan bukan untuk dosa kita saja, tetapi juga untuk dosa seluruh dunia”.
Orang Arminian menafsirkan bahwa:
1. Kata ‘kita’ menunjuk kepada ‘orang percaya’.
2. Kata ‘dunia’ menunjuk kepada ‘semua orang’.
Tetapi orang Calvinist / Reformed menafsirkan bahwa:
1. Kata ‘kita’ menunjuk kepada ‘orang percaya dari bangsa Yahudi / orang Yahudi Kristen’.
2. Kata ‘dunia’ menunjuk kepada ‘orang percaya di seluruh dunia (= elect)’.
R. C. Sproul: “The biggest problem with definite or
limited atonement is found in the passage that the Scriptures use concerning
Christ’s death ‘for all’ or for the ‘whole world.’ The world for whom Christ
died cannot mean the entire human family. It must refer
to the universality of the elect (people from every tribe and nation) or the
inclusion of Gentiles in addition to the world of the Jews. It was a Jew
who wrote that Jesus did not die merely for our sins but for the sins of the
whole world. Does the word ‘our’ refer to ‘believers’ or to ‘believing Jews’?”
[= Problem terbesar dengan penebusan tertentu atau terbatas ditemukan dalam
text yang digunakan Kitab Suci mengenai kematian Kristus ‘untuk semua orang’
atau untuk ‘seluruh dunia’. ‘Dunia’ untuk siapa Kristus mati tidak bisa berarti
‘seluruh umat manusia’. Itu harus menunjuk pada
‘keuniversalan dari orang pilihan’ (orang-orang dari setiap suku dan bangsa)
atau pemasukan dari orang-orang non Yahudi sebagai tambahan kepada dunia
orang-orang Yahudi. Adalah seorang Yahudi yang menulis bahwa Yesus tidak
mati semata-mata untuk dosa-dosa kita, tetapi untuk dosa-dosa seluruh dunia. Apakah
kata ‘kita’ menunjuk kepada ‘orang-orang percaya’ atau ‘orang-orang Yahudi yang
percaya’?] - ‘Chosen by God’, hal
206-207.
Apa dasarnya untuk mempercayai penafsiran Reformed
tentang bagian ini?
1. Kita
perlu tahu kepada siapa surat Yohanes ini ditujukan.
Owen (hal 331) mengatakan
bahwa sekalipun seluruh Kitab Suci ditujukan dan berguna bagi seluruh gereja,
tetapi ada bagian-bagian dari Kitab Suci yang ditujukan secara khusus kepada
orang-orang tertentu atau gereja-gereja tertentu, dan dengan demikian mempunyai
tujuan khusus berkenaan dengan orang-orang atau gereja-gereja tersebut.
Surat Yohanes yang pertama
ini ditujukan kepada orang Yahudi Kristen.
John Owen: “though we have nothing written
expressly denominating them to whom this epistle was primarily directed, ... by
clear and evident deduction, it may be made more than probable that it was
intended to the Jews, or believers of the circumcision” (= sekalipun kami
tidak mempunyai apa-apa yang menyatakan bagi siapa surat ini terutama
ditujukan, ... melalui deduksi yang jelas dan nyata bisa terlihat dengan jelas
bahwa surat ini dimaksudkan untuk orang-orang Yahudi, atau orang-orang percaya
dari golongan orang yang bersunat) - ‘The
Works of John Owen’, vol 10, hal 331.
Alasannya:
a. Yohanes adalah rasul untuk orang Yahudi.
Gal 2:9 - “Dan setelah melihat kasih karunia yang dianugerahkan kepadaku, maka Yakobus, Kefas (Petrus) dan Yohanes, yang dipandang sebagai sokoguru
jemaat, berjabat tangan dengan aku (Paulus) dan dengan Barnabas sebagai tanda persekutuan, supaya kami pergi kepada orang-orang
yang tidak bersunat dan mereka kepada orang-orang yang bersunat”.
Karena itu baik Yakobus (Yak 1:1) maupun Petrus (1Pet 1:1) menuliskan
suratnya kepada orang-orang Yahudi dalam perantauan / penyebaran (dispersion); sedangkan Paulus menuliskan
surat-suratnya kepada orang-orang non Yahudi (Gentiles). Karena itu sangat besar kemungkinannya bahwa rasul
Yohanes menuliskan suratnya dengan orang-orang Yahudi
Kristen sebagai tujuan utama.
b. 1Yoh 2:7 - kata-kata ‘perintah lama yang telah ada
padamu dari mulanya’ tidak memungkinkan surat ini untuk non Yahudi,
karena orang non Yahudi tidak mempunyai perintah lama.
Kalau memang Yohanes
menujukan suratnya kepada orang Yahudi Kristen, maka jelas bahwa kata ‘kita’
dalam 1Yoh 2:2 adalah rasul Yohanes bersama orang-orang Yahudi Kristen
tersebut.
1Yoh 2:1-2 - “(1) Anak-anakku, hal-hal ini kutuliskan
kepada kamu, supaya kamu jangan berbuat dosa, namun jika seorang berbuat dosa,
kita mempunyai seorang pengantara pada Bapa, yaitu Yesus Kristus, yang adil.
(2) Dan Ia adalah pendamaian untuk segala dosa kita, dan bukan untuk dosa kita saja, tetapi juga untuk dosa seluruh dunia”.
John Owen: “The opposition that the apostle
makes between us and the world in this very place is sufficient to manifest
unto whom he wrote. As a Jew, he reckoneth himself with and among the believing
Jews to whom he wrote, and sets himself with them in opposition to the residue
of believers in the world; and this is usual with this apostle, wherein how he
is to be understood, he declares in his Gospel, chap. 11:51,52” (=
Pertentangan yang dibuat oleh sang Rasul antara ‘kita’
dan ‘dunia’ di tempat ini adalah cukup untuk
menunjukkan bagi siapa ia menulis. Sebagai seorang Yahudi, ia menganggap
dirinya sendiri bersama dan di antara orang-orang Yahudi yang percaya, kepada
siapa ia menulis, dan mempertentangkan ‘dirinya
sendiri bersama mereka’ dengan ‘sisa orang-orang
percaya di dunia ini’; dan ini merupakan sesuatu yang biasa bagi sang
rasul, dimana ia harus dimengerti sebagaimana yang ia nyatakan dalam Injilnya,
pasal 11:51-52) - ‘The Works of John
Owen’, vol 10, ‘The Death of Christ’,
hal 331-332.
Yoh 11:51-52 - “(51) Hal itu dikatakannya
bukan dari dirinya sendiri, tetapi sebagai Imam Besar pada tahun itu ia
bernubuat, bahwa Yesus akan mati untuk bangsa itu, (52) dan bukan untuk bangsa itu saja, tetapi juga untuk mengumpulkan
dan mempersatukan anak-anak Allah yang tercerai-berai”.
John Owen: “‘He,’ saith he, ‘is the
propitiation for our sins,’ - that is, our sins who are believers of the Jews;
and lest by this assertion they should take occasion to confirm themselves in their
former error, he adds, ‘And not for ours only, but for the sins of the
whole world,’ or, ‘The children of God scattered abroad,’ as John 11:51-52, of
what nation, kindred, tongue, or language soever they were” (= ‘Ia’,
katanya, ‘adalah pendamaian untuk dosa-dosa kita’,
- yaitu, dosa-dosa kita yang adalah orang-orang percaya dari bangsa Yahudi; dan supaya
penegasan ini tidak menyebabkan mereka meneguhkan diri mereka sendiri dalam kesalahan mereka yang semula, ia menambahkan,
‘Dan bukan untuk dosa-dosa kita saja, tetapi
juga untuk dosa-dosa seluruh dunia’, atau,
‘Anak-anak Allah yang tercerai-berai’ seperti dalam Yoh 11:51-52, dari bangsa,
keluarga / kaum, bahasa apapun mereka itu) - ‘The Works of John Owen’, vol 10, hal 332.
Catatan: yang dimaksudkan dengan ‘kesalahan mereka yang semula’, adalah
pandangan Yahudi / Yudaisme yang mengatakan bahwa keselamatan hanyalah untuk
bangsa Yahudi saja.
John Owen: “So that we have not here an
opposition between the effectual salvation of all believers and the ineffectual
redemption of all others, but an extending of the same effectual
redemption which belonged to the Jewish believers to all other believers, or
children of God throughout the whole world” (= Dengan demikian di sini kita
tidak mempunyai suatu pertentangan / kontras antara ‘keselamatan yang efektif
dari semua orang percaya’ dan ‘penebusan yang tidak efektif dari semua
yang lain’, tetapi suatu perluasan dari penebusan yang sama-sama efektif
yang dimiliki ‘orang-orang Yahudi yang percaya’ kepada ‘semua orang percaya
yang lain’, atau anak-anak Allah di seluruh dunia) - ‘The Works of John Owen’, vol 10, hal 332.
2. Tujuan Yohanes dengan bagian ini.
Tujuan Yohanes dengan
1Yoh 2:2 itu adalah: menghibur orang percaya pada saat mereka jatuh ke
dalam dosa atau gagal dalam mentaati Firman Tuhan. Ini terlihat dari dari ayat
yang persis mendahuluinya yaitu 1Yoh 2:1.
1Yoh 2:1-2 - “(1) Anak-anakku, hal-hal ini kutuliskan
kepada kamu, supaya kamu jangan berbuat dosa, namun jika seorang berbuat dosa,
kita mempunyai seorang pengantara pada Bapa, yaitu Yesus Kristus, yang adil.
(2) Dan Ia adalah pendamaian untuk segala dosa kita,
dan bukan untuk dosa kita saja, tetapi juga untuk dosa seluruh dunia”.
Jadi adalah aneh kalau
Yohanes tahu-tahu mengatakan bahwa Kristus mati untuk menebus seluruh dunia.
Jauh lebih cocok kalau ia berkata bahwa Kristus mati untuk semua orang pilihan.
Dan mengingat bahwa dari ‘seluruh dunia’ yang ditebus Kristus
itu ternyata ada banyak yang dibinasakan / dihukum, maka lebih-lebih lagi itu
tidak merupakan suatu penghiburan bagi orang-orang kristen yang jatuh ke dalam
dosa itu.
John Owen: “the aim and intention of the
apostle in these words, it is to give consolation to believers against their
sins and failings: .... if he should extend that whereof he speaks, namely, -
that Christ was a propitiation to all and every one, - I cannot conceive how
this can possibly make any thing to the end proposed, or the consolation of
believers; for what comfort can arise from hence to them, by telling them that
Christ died for innumerable that shall be damned?” (= tujuan dan maksud
dari sang rasul dengan kata-kata ini adalah untuk memberikan penghiburan kepada
orang-orang percaya terhadap dosa-dosa dan kegagalan / kejatuhan mereka: ...
jika ia memperluas hal tentang mana ia berbicara, yaitu, - bahwa Kristus
merupakan pendamaian bagi semua dan setiap orang, - saya tidak bisa mengerti
bagaimana ini bisa melakukan sesuatu bagi tujuan yang dimaksudkan, yaitu
penghiburan orang-orang percaya; karena penghiburan apa bisa muncul dari sini
bagi mereka, dengan memberitahu mereka bahwa Kristus telah mati untuk banyak
orang yang akan dihukum?) - ‘The
Works of John Owen’, vol 10, hal 332-333.
3. Sekarang kita membahas kata ‘pendamaian’ dalam 1Yoh 2:2.
1Yoh 2:1-2 - “(1) Anak-anakku, hal-hal ini kutuliskan
kepada kamu, supaya kamu jangan berbuat dosa, namun jika seorang berbuat dosa,
kita mempunyai seorang pengantara pada Bapa, yaitu Yesus Kristus, yang adil. (2) Dan Ia adalah pendamaian untuk segala dosa kita, dan bukan untuk dosa kita saja,
tetapi juga untuk dosa seluruh dunia”.
NASB/KJV: ‘Propitiation’. Artinya lihat catatan di
bawah.
NIV: ‘Atoning sacrifice’ (= Korban yang menebus).
RSV: ‘Expiation’. Artinya lihat catatan di bawah.
Catatan:
a. Kata ‘to propitiate’
artinya adalah:
·
‘to cause to become
favorably inclined’ (= menyebabkan seseorang jadi mempunyai kecenderungan yang baik).
·
‘to win or regain the good
will of’ (=
memenangkan atau mendapatkan kembali maksud / kecenderungan yang baik).
·
‘to appease’ (= menenangkan / meredakan
amarah, biasanya dengan memenuhi tuntutan).
·
‘to conciliate’ (= mendamaikan).
b. Kata ‘to expiate’ artinya
adalah:
·
‘to make satisfaction or
atonement’
(= membuat pemuasan atau penebusan).
·
‘to appease’ (= menenangkan / meredakan
amarah, biasanya dengan memenuhi tuntutan).
·
‘to propitiate’. Artinya lihat di atas.
·
‘to make amends or
reparation for (wrongdoing or guilt)’ [= membayar kerugian atau melakukan perbaikan untuk
(tindakan salah atau kesalahan)].
·
‘to atone for’ (= menebus untuk).
·
‘to pay the penalty of’ (= membayar hukuman dari).
Catatan: semua definisi / arti ini
saya ambil dari Webster’s New World
Dictionary (College Edition).
Kata bahasa Yunaninya adalah
HILASMOS yang merupakan suatu kata benda. Kata ini hanya digunakan 2 x dalam
Perjanjian Baru yaitu dalam 1Yoh 2:2 ini dan dalam 1Yoh 4:10 - “Inilah kasih itu:
Bukan kita yang telah mengasihi Allah, tetapi Allah yang telah mengasihi kita
dan yang telah mengutus AnakNya sebagai pendamaian bagi dosa-dosa kita”.
Kata kerjanya, yaitu
HILASKOMAI, juga digunakan hanya 2 x, yaitu dalam:
¨
Ibr 2:17 - “Itulah sebabnya, maka dalam segala
hal Ia harus disamakan dengan saudara-saudaraNya, supaya Ia menjadi Imam Besar
yang menaruh belas kasihan dan yang setia kepada Allah untuk mendamaikan dosa seluruh bangsa”.
¨
Luk 18:13 - “Tetapi pemungut cukai
itu berdiri jauh-jauh, bahkan ia tidak berani menengadah ke langit, melainkan
ia memukul diri dan berkata: Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini”.
Disamping itu, Owen
(hal 333) mengatakan bahwa ada suatu kata benda Yunani lain yang mempunyai
arti yang sama, yaitu HILASTERION, yang juga digunakan 2 x, yaitu dalam:
*
Ro 3:25 - “Kristus Yesus telah
ditentukan Allah menjadi jalan pendamaian karena iman, dalam darahNya. Hal ini dibuatNya untuk menunjukkan
keadilanNya, karena Ia telah membiarkan dosa-dosa yang telah terjadi dahulu
pada masa kesabaranNya”.
*
Ibr 9:5 - “dan di atasnya kedua kerub kemuliaan
yang menaungi tutup
pendamaian. Tetapi
hal ini tidak dapat kita bicarakan sekarang secara terperinci”.
Dalam Ibr 9:5 ini kata
tersebut diambil dari Kel 25:17 - “Juga
engkau harus membuat tutup pendamaian
dari emas murni, dua setengah hasta panjangnya dan satu setengah hasta lebarnya”.
KJV/RSV/NASB: ‘a mercy-seat’ (= suatu pusat / kedudukan belas
kasihan).
NIV: ‘an atoning cover’ (= tutup pendamaian).
Dalam bahasa Ibrani
kata-kata ‘tutup
pendamaian’ itu adalah CAPPORETH, yang berasal dari kata dasar CAPHAR,
yang artinya ‘to cover’ (= menutupi).
John Owen: “This plate or mercy-seat was so
called because it was placed upon the ark, and covered it, as the wings of the
cherubim hovered over that; the mystical use hereof being to hide, as it were,
the law or rigid tenor of the covenant of works which was in the ark, God
thereby declaring himself to be pacified or reconciled, the cause of anger and
enmity being hidden” (= Pelat atau ‘pusat / kedudukan belas kasihan’ ini
disebut demikian karena itu ditempatkan di atas tabut perjanjian, dan
menutupinya, seperti sayap-sayap dari kerub-kerub ada di atasnya; arti simbolis
/ rohani dari hal ini adalah seakan-akan untuk menyembunyikan hukum Taurat atau
arti / kecenderungan yang keras dari perjanjian tentang perbuatan baik yang ada
di dalam tabut perjanjian, dengan cara demikian Allah menyatakan bahwa diriNya
sendiri ditenangkan atau diperdamaikan, dengan disembunyikannya penyebab
kemarahan dan permusuhan) - ‘The
Works of John Owen’, vol 10, hal 333.
Bdk. Kel 25:16-17 - “(16) Dalam tabut itu haruslah kautaruh loh hukum, yang akan Kuberikan kepadamu. (17)
Juga engkau harus membuat tutup pendamaian (CAPPORETH) dari emas murni, dua setengah hasta
panjangnya dan satu setengah hasta lebarnya”.
Jadi loh-loh batu
bertuliskan 10 hukum Tuhan dimasukkan ke dalam tabut perjanjian dan lalu
ditutup dengan tutup pendamaian (CAPPORETH) itu, menyimbolkan tuntutan hukum
Taurat yang ditutup oleh Kristus.
Bdk. Ro 3:25 - “Kristus Yesus telah
ditentukan Allah menjadi jalan pendamaian (HILASTERION) karena iman, dalam darahNya. Hal ini
dibuatNya untuk menunjukkan keadilanNya, karena Ia telah membiarkan dosa-dosa
yang telah terjadi dahulu pada masa kesabaranNya”.
Calvin mempunyai pandangan
yang serupa dengan pandangan John Owen. Dalam tafsirannya tentang
Kel 25:16-17 ini, Calvin berkata: “Yet
I doubt not but that Moses alludes in this word to a metaphorical meaning, for
the law requires a covering to conceal our transgressions. And it is probable
that, when Paul calls Christ HILASTERION, (Rom. 3:25,) and John HILASMON, (1John
2:2,) they both refer to this figure, because God was propitiated towards
believers by the covering of the Law” [= Saya tidak meragukan bahwa dalam
kata ini (maksudnya kata CAPPORETH)
Musa menunjuk secara tak langsung pada arti kiasan, karena hukum membutuhkan
tutup untuk menyembunyikan pelanggaran-pelanggaran kita. Dan adalah mungkin
bahwa pada waktu Paulus menyebut Kristus HILASTERION (Ro 3:25), dan Yohanes menyebutNya
HILASMON (1Yoh 2:2), mereka berdua menunjuk pada gambaran ini, karena
Allah diperdamaikan dengan orang-orang percaya oleh penutupan hukum Taurat] - hal 156.
Catatan: kata HILASMOS sebetulnya
sama dengan HILASMON. Perbedaannya hanya karena letaknya yang berbeda dalam
kalimat.
Calvin melanjutkan: “For
as long as the law stands forth before God’s face it subjects us to His wrath
and curse; and hence it is necessary that the blotting out of our guilt should
be interposed, so that God may be reconciled with us. Nor is it without reason
that David exclaims, after he has proclaimed the righteousness of law, ‘Who can
understand his errors?’ (Ps. 19:12.) Whence we gather that, without a
propitiation, the law does not bring us near to God, but accuses us before Him”
[= Karena selama hukum Taurat tampak di hadapan Allah, maka hukum Taurat itu
menyebabkan kita menjadi sasaran murka dan kutukNya; dan karena itu adalah
perlu bahwa penghapusan kesalahan kita diletakkan di antaranya, sehingga Allah
bisa diperdamaikan dengan kita. Juga bukan tanpa alasan bahwa Daud berseru,
setelah ia menyatakan kebenaran hukum Taurat, ‘Siapa yang bisa mengerti
kesalahan-kesalahannya?’ (Maz 19:13). Dari mana kita mendapatkan bahwa
tanpa pendamaian, hukum Taurat tidak membawa kita dekat kepada Allah, tetapi
menuduh kita di hadapanNya] - hal 156.
Catatan: Maz 19:13a versi Kitab Suci Indonesia salah terjemahan.
Maz 19:13a - “Siapakah yang dapat mengetahui kesesatan?”.
KJV: ‘Who can understand his
errors?’ (= Siapa bisa mengerti kesalahan-kesalahannya?).
RSV: ‘But
who can discern his errors?’ (= Tetapi siapa bisa mengenali kesalahan-kesalahannya?).
NIV/NASB: ‘Who can
discern his errors?’ (= Siapa
bisa mengenali kesalahan-kesalahannya?).
Dari semua ini Owen lalu
menyimpulkan: “HILASMOS and HILASTERION, both translated ‘a propitiation,’ ... do signify that which was done
or typically effected by the mercy-seat, namely, to appease, pacify, and
reconcile God in respect of aversation for sin. ... the meaning being, to
appease, or pacify, or satisfy God for sin, that it might not be imputed to
them towards whom he was so appeased. ... From all which it appeareth that the
meaning of the word HILASMOS, or ‘propitiation,’ which
Christ is said to be, is that whereby the law is covered, God appeased and
reconciled, sin expiated, and the sinner pardoned; whence pardon, and remission
of sin is often placed as the product and fruit of his blood-shedding, whereby
he was a ‘propitiation,’ Matt. 26:28; Eph. 1:7; Col. 1:14; Heb. 9:22; Rom.
3:25, 5:9; 1John 1:7; 1Pet. 1:2; Revelation 1:5” [= HILASMOS dan HILASTERION, keduanya diterjemahkan ‘pendamaian’, ...
menunjukkan apa yang dilakukan atau diakibatkan secara simbolis oleh pusat / kedudukan belas kasihan (tutup pendamaian), yaitu menenangkan, meredakan kemarahan, dan mendamaikan Allah
berkenaan dengan penolakan karena dosa. ... artinya adalah menenangkan, atau
meredakan kemarahan, atau memuaskan Allah untuk dosa, sehingga dosa itu tidak
diperhitungkan kepada mereka terhadap siapa Ia ditenangkan / diredakan
kemarahanNya. ... Dari semua ini terlihat bahwa arti dari kata HILASMOS,
atau ‘pendamaian’, yang menunjuk kepada Kristus, adalah
hal dengan mana hukum ditutup, Allah ditenangkan / diredakan kemarahannya
(dengan jalan dipenuhi tuntutanNya) dan diperdamaikan, dosa ditebus / dipuaskan
/ dibayar hukumannya, dan orang berdosa itu diampuni; dari mana pengampunan
dosa sering diperkenalkan sebagai hasil dan buah dari pencurahan darahNya,
dengan jalan mana Ia menjadi ‘pendamaian’, Mat 26:28; Ef 1:7; Kol 1:14; Ibr
9:22; Ro 3:25; Ro 5:9; 1Yoh 1:7; 1Pet 1:2; Wah 1:5] - ‘The Works of John Owen’, vol 10, hal 334.
John Owen: “From that which hath been said,
the sense of the place is evident to be, that Christ hath so expiated sin, and
reconciled to God, that the sinner is pardoned and received to mercy for his
sake, and that the law shall never be produced or brought forth for his
condemnation. Now, whether this can be tolerably
applied to the whole world (taking it for all and every man in the world), let
all the men in the world that are able judge. Are the sins of every
one expiated? Is God reconciled to every one? Is every sinner pardoned? Shall
no one have the transgression of the law charged on him? Why, then, is not
every one saved? Doubtless, all these are true of every believer, and of no one
else in the whole world. For them the apostle affirmed that Christ is a
propitiation; ... He is also a propitiation only by faith, Rom. 3:25; and surely none have faith but the believers: and, therefore,
certainly it is they only throughout the world for whom alone Christ is a
propitiation. Unto them alone God says, ... ‘I will be propitious,’ - the great
word of the new covenant, Heb. 8:12, they alone being covenanters” [= Dari apa yang telah dikatakan, artinya jelas adalah bahwa Kristus
menebus dosa sedemikian rupa, dan memperdamaikan dengan Allah, sehingga orang
berdosa diampuni dan diterima pada belas kasihan demi Dia, dan bahwa hukum
Taurat tidak akan pernah dibuat atau menimbulkan untuk penghukumannya. Sekarang, apakah ini bisa diterapkan kepada seluruh dunia
(diartikan sebagai semua dan setiap manusia dalam dunia), biarlah semua orang pandai / mampu berpikir di
dunia ini menilai. Apakah dosa-dosa dari
setiap orang ditebus? Apakah Allah didamaikan dengan setiap orang? Apakah
setiap orang berdosa diampuni? Apakah tidak seorangpun dituntut karena
pelanggaran hukum? Kalau demikian, mengapa tidak setiap orang diselamatkan? Tidak
diragukan, semua ini benar untuk setiap orang percaya,
dan tidak untuk siapapun yang lain di seluruh dunia.
Untuk orang-orang percaya ini sang rasul menegaskan bahwa Kristus adalah
pendamaian; ... Ia juga adalah pendamaian oleh / karena iman, Ro 3:25; dan
jelas bahwa tidak seorangpun mempunyai iman kecuali orang-orang percaya: dan,
karena itu, jelas bahwa hanya mereka sajalah di seluruh dunia untuk siapa
Kristus adalah pendamaian. Bagi mereka sajalah Allah berkata: ... ‘Aku akan
menaruh belas kasihan’, kata-kata yang agung dari perjanjian yang baru, Ibr 8:12, hanya mereka sajalah orang-orang yang termasuk dalam perjanjian] - ‘The Works of John Owen’, vol 10, hal 334-335.
Ibr 8:12 - “Sebab Aku akan menaruh
belas kasihan (HILEOS) terhadap kesalahan mereka dan tidak lagi mengingat
dosa-dosa mereka”.
Kesimpulan tentang kata ‘pendamaian’
dalam 1Yoh 2:2 ini:
Dalam HILASMOS / pendamaian
ini tercakup:
a. Hukum ditutup / dipuaskan.
b. Allah diperdamaikan dan ditenangkan / dipenuhi
tuntutanNya.
c. Dosa ditebus / dibayar hukumannya.
d. Orang berdosa diampuni.
Kalau hal-hal ini ditujukan kepada ‘setiap
orang di dunia’ maka akan menimbulkan Universalisme.
4. Sekarang kita membahas kata-kata ‘seluruh dunia’ dalam 1Yoh 2:2.
John Owen: “The ‘whole world’ can signify no
more than ‘all nations,’ ‘all the families of the earth,’ ‘all flesh,’ ‘all
men,’ ‘all the ends of the world.’ These surely are expressions equivalent
unto, and as comprehensive of particulars as ‘the whole world;’ but now all
these expressions we find frequently to bear out believers only, but as of all
sorts, and throughout the world” (= Kata-kata ‘seluruh dunia’ artinya tidak
lebih dari pada ‘semua bangsa-bangsa’, ‘semua keluarga-keluarga di bumi’,
‘semua daging’, ‘semua manusia’, ‘segala ujung-ujung bumi / dunia’. Ini jelas
merupakan ungkapan yang sama dengan, dan mencakup sama banyaknya orang seperti
kata ‘seluruh dunia’; tetapi ungkapan-ungkapan tersebut sering menunjuk kepada
orang-orang percaya saja, tetapi dari semua jenis, dan di seluruh dunia) - ‘The Works of John Owen’, vol 10, hal
336.
Contoh:
a. Maz 98:3 - “Ia mengingat kasih
setia dan kesetiaanNya terhadap kaum Israel, segala ujung bumi telah melihat keselamatan yang dari pada Allah kita”.
b. Maz 22:28 - “Segala ujung bumi akan mengingatnya dan berbalik
kepada TUHAN; dan segala kaum dari bangsa-bangsa akan sujud menyembah di hadapanNya”.
c. Maz 72:11b - “dan segala bangsa menjadi hambanya!”.
d. Yoel 2:28a
/ Kis 2:17a - “Kemudian dari pada
itu akan terjadi, bahwa Aku akan mencurahkan RohKu ke atas semua manusia”.
e. Luk 3:6 - “dan semua orang akan melihat keselamatan yang dari Tuhan.’”.
Bandingkan juga dengan Wah 5:9-10 - “(9) Dan mereka menyanyikan suatu nyanyian baru katanya: ‘Engkau layak
menerima gulungan kitab itu dan membuka meterai-meterainya; karena Engkau telah
disembelih dan dengan darahMu Engkau telah membeli mereka bagi Allah dari tiap-tiap suku
dan bahasa dan kaum dan bangsa. (10) Dan Engkau telah membuat mereka menjadi suatu
kerajaan, dan menjadi imam-imam bagi Allah kita, dan mereka akan memerintah
sebagai raja di bumi.’”.
Owen menambahkan bahwa kata-kata ‘seluruh
dunia’ bisa menunjuk pada ‘semua
orang yang tidak percaya / reprobate’,
seperti dalam:
·
Wah 12:9 - “Dan naga besar itu, si ular tua, yang disebut Iblis atau Satan, yang
menyesatkan seluruh dunia, dilemparkan ke bawah; ia dilemparkan ke bumi,
bersama-sama dengan malaikat-malaikatnya”.
·
1Yoh 5:19 - “Kita tahu, bahwa kita berasal dari Allah
dan seluruh dunia berada di bawah kuasa si jahat”.
Owen lalu berkata: kalau demikian, mengapa kata-kata ‘seluruh dunia’ itu tidak bisa dipakai untuk menunjuk pada
sebaliknya, yaitu ‘semua orang percaya /
pilihan’? Ia lalu memberi contoh Kol 1:6 - “yang sudah sampai kepada kamu. Injil itu berbuah dan berkembang di seluruh dunia, demikian juga di antara kamu sejak
waktu kamu mendengarnya dan mengenal kasih karunia Allah dengan sebenarnya”.
Owen lalu menyimpulkan tentang kata-kata ‘seluruh dunia’ ini sebagai berikut: “there is nothing at all in the words themselves that
should enforce any to conceive that all and every man in the world are denoted
by them, but rather believers, even all that did or should believe, throughout
the whole world, in opposition only to believers of the Jewish nation” (= tidak ada apapun sama sekali dalam kata-kata itu sendiri yang
mengharuskan siapapun untuk memahaminya sebagai semua
dan setiap orang dalam dunia, tetapi harus dipahami sebagai orang-orang percaya, yaitu mereka yang sudah percaya atau
akan percaya, di seluruh dunia, dikontraskan dengan orang-orang percaya dari bangsa Yahudi saja) - ‘The Works of John Owen’, vol 10, hal 337.
John Owen: “‘The whole world,’ then, in this
place, is the whole people of God (opposed to the Jewish nation), scattered abroad throughout the
whole world” [= Maka, ‘seluruh dunia’ di tempat ini, adalah seluruh umat Allah (dikontraskan dengan bangsa Yahudi), yang tersebar di seluruh dunia] -
‘The Works of John Owen’, vol 10, hal
337-338.
Calvin (tentang Yoh 1:29): “And
when he says, ‘the sin OF THE WORLD,’ he extends
this favor indiscriminately to the whole human race; that the Jews might not
think that he had been sent to them alone” (= Dan ketika
ia berkata, ‘dosa dunia’, ia memperluas kebaikan ini secara tak pandang bulu
kepada seluruh umat manusia; supaya orang-orang Yahudi tidak berpikir bahwa Ia
telah diutus kepada mereka saja).
Calvin (tentang 1Yoh 2:2): “Here
a question may be raised, how have the sins of the whole world been expiated? I
pass by the dotages of the fanatics, who under this pretense extend salvation
to all the reprobate, and therefore to Satan himself. Such a monstrous thing
deserves no refutation. They who seek to avoid this absurdity, have said that
Christ suffered sufficiently for the whole world, but efficiently only for the
elect. This solution has commonly prevailed in the schools. Though then I allow
that what has been said is true, yet I deny that it is suitable to this
passage; for the design of John was no other than to make this benefit common
to the whole Church. Then under the word all
or whole, he does not include the reprobate, but designates those who
should believe as well as those who were then scattered through various parts
of the world. For then is really made evident, as it is meet, the grace of
Christ, when it is declared to be the only true salvation of the world” (= Di sini
bisa ditanyakan, bagaimana dosa dari seluruh dunia telah ditebus? Saya
mengabaikan kebodohan dari orang-orang fanatik, yang dengan alasan ini
meluaskan keselamatan kepada semua orang reprobate
/ orang yang ditentukan untuk binasa, dan karena itu kepada Setan sendiri. Hal
yang mengerikan seperti itu tidak layak mendapatkan bantahan. Mereka yang
berusaha untuk menghindari hal yang menggelikan ini, telah berkata bahwa
Kristus menderita secara cukup untuk seluruh dunia, tetapi secara efisien hanya
untuk orang pilihan. Penyelesaian / solusi ini telah berlaku secara umum di
sekolah-sekolah / aliran-aliran. Sekalipun saya mengakui bahwa apa yang telah
dikatakan itu adalah benar, tetapi saya menyangkal bahwa itu cocok untuk text
ini; karena tujuan Yohanes tidak lain dari membuat
keuntungan / manfaat ini berlaku untuk seluruh Gereja. Jadi dalam kata ‘semua’ atau ‘seluruh’, ia tidak memasukkan
orang-orang reprobate / orang yang
ditentukan untuk binasa, tetapi menunjuk mereka yang percaya dan mereka yang
pada saat itu tersebar di berbagai bagian dunia).
Dari
pembahasan 4 point di atas ini terlihat dengan jelas bahwa penafsiran
Reformedlah yang benar. Dan dengan penafsiran ini maka 1Yoh 2:2 tidaklah
bertentangan dengan doktrin ‘Limited
Atonement’ (= Penebusan Terbatas).
Ini contoh pembahasan yang seksama, Liauw! Bukan seperti
pembahasanmu yang kacangan itu!
Bahkan di dalam Surat 1 Yohanes kurang lebih ada
sekitar 21 kali kata kosmos/dunia muncul, tetapi tidak ada satupun yang
mengacu kepada orang pilihan. Justru kata “dunia” di sini lebih menekankan
kontras rohani dengan system duniawi. Jadi apa alasan kita untuk percaya bahwa
kata “dunia” dalam 1 Yoh 2:2 adalah untuk orang-orang pilihan? Apakah ini tidak
lebih dari suatu pemaksaan konsep oleh Kalvinis? Jika telusuri lagi dalam Surat
1 Yohanes, terutama ketika kita membaca 1 Yoh 5:19 kata “dunia” jelas-jelas
mengacu kepada orang-orang yang tidak percaya “dunia ini berada di bawah kuasa
si jahat”
Tanggapan Budi Asali:
Siapa bilang tidak ada satupun kata ‘dunia’ yang mengacu kepada
orang-orang pilihan dalam 1Yoh?
1Yoh 4:14 - “Dan kami telah melihat
dan bersaksi, bahwa Bapa telah mengutus AnakNya menjadi Juruselamat dunia”.
Bdk. Yoh 4:42 - “dan mereka berkata kepada perempuan itu: ‘Kami
percaya, tetapi bukan lagi karena apa yang kaukatakan, sebab kami sendiri telah
mendengar Dia dan kami tahu, bahwa Dialah benar-benar Juruselamat dunia.’”.
Tentang Yoh 4:42, John Owen memberi komentar: “A
Saviour of men not saved is strange” (= Seorang Juruselamat dari manusia
yang tidak selamat merupakan sesuatu yang aneh) - ‘The Works of John Owen’, vol 10, hal 327.
John Owen sendiri mengatakan bahwa Kristus disebut ‘Juruselamat dunia’ karena tidak ada
Juruselamat lain di dunia ini (bdk. Kis 4:12), dan karena Kristus adalah Juruselamat
orang-orang pilihan di seluruh dunia (Owen, vol 10, hal 342).
Sekarang saya tanya balik, dimana dalam 1Yoh ini kata ‘dunia’
menunjuk kepada ‘semua orang di dunia’ (secara mutlak, tanpa kecuali? Saya
berikan di bawah ini semua ayat dalam 1Yoh yang menggunakan kata ‘dunia’.
1Yoh 2:2 Dan Ia adalah pendamaian untuk segala dosa
kita, dan bukan untuk dosa kita saja, tetapi juga untuk dosa seluruh dunia.
Ini ayat yang dipersoalkan, jangan jangan dihitung.
1Yoh 2:15
Janganlah kamu mengasihi dunia dan
apa yang ada di dalamnya. Jikalau orang mengasihi dunia, maka kasih akan Bapa tidak ada di dalam orang itu.
Di sini kata ‘dunia’ kelihatannya menunjuk pada ‘keduniawian’.
1Yoh
2:16 Sebab semua yang ada di dalam dunia, yaitu keinginan daging dan keinginan mata serta
keangkuhan hidup, bukanlah berasal dari Bapa, melainkan dari dunia.
Di sini kata ‘dunia’ kelihatannya menunjuk pada ‘keduniawian’.
1Yoh
2:17 Dan dunia ini sedang lenyap dengan keinginannya, tetapi orang yang
melakukan kehendak Allah tetap hidup selama-lamanya.
Di sini kata ‘dunia’ kelihatannya menunjuk pada ‘keduniawian’, atau
kepada ‘bumi’.
1Yoh
3:1 Lihatlah, betapa besarnya kasih yang
dikaruniakan Bapa kepada kita, sehingga kita disebut anak-anak Allah, dan
memang kita adalah anak-anak Allah. Karena itu dunia tidak mengenal kita, sebab dunia tidak mengenal Dia.
Di sini kata ‘dunia’ menunjuk kepada ‘orang-orang yang tidak percaya’.
1Yoh
3:13 Janganlah kamu heran,
saudara-saudara, apabila dunia
membenci kamu.
Di sini kata ‘dunia’ menunjuk kepada ‘orang-orang yang tidak percaya’.
1Yoh
4:1 Saudara-saudaraku yang kekasih,
janganlah percaya akan setiap roh, tetapi ujilah roh-roh itu, apakah mereka
berasal dari Allah; sebab banyak nabi-nabi palsu yang telah muncul dan pergi ke
seluruh dunia.
Di sini kata ‘dunia’ menunjuk pada ‘bumi’ ini (dunia secara fisik).
1Yoh
4:3 dan setiap roh, yang tidak mengaku
Yesus, tidak berasal dari Allah. Roh itu adalah roh antikristus dan tentang dia
telah kamu dengar, bahwa ia akan datang dan sekarang ini ia sudah ada di dalam dunia.
Di sini kata ‘dunia’ menunjuk pada ‘bumi’ ini (dunia secara fisik).
1Yoh
4:4 Kamu berasal dari Allah,
anak-anakku, dan kamu telah mengalahkan nabi-nabi palsu itu; sebab Roh yang ada
di dalam kamu, lebih besar dari pada roh yang ada di dalam dunia.
Di sini kata ‘dunia’ menunjuk pada orang-orang yang tidak percaya.
1Yoh
4:5 Mereka berasal dari dunia; sebab itu mereka berbicara tentang hal-hal duniawi dan dunia mendengarkan mereka.
Di sini kata ‘dunia’ menunjuk pada orang-orang yang tidak percaya.
1Yoh
4:9 Dalam hal inilah kasih Allah
dinyatakan di tengah-tengah kita, yaitu bahwa Allah telah mengutus Anak-Nya
yang tunggal ke dalam dunia, supaya kita hidup oleh-Nya.
Di sini kata ‘dunia’ menunjuk pada ‘bumi’ ini (dunia secara fisik).
1Yoh
4:14 Dan kami telah melihat dan
bersaksi, bahwa Bapa telah mengutus Anak-Nya menjadi Juruselamat dunia.
Di sini kata ‘dunia’ menunjuk kepada orang-orang pilihan di seluruh dunia.
1Yoh 4:17 Dalam hal inilah kasih Allah sempurna di
dalam kita, yaitu kalau kita mempunyai keberanian percaya pada hari
penghakiman, karena sama seperti Dia, kita juga ada di dalam dunia ini.
Di sini kata ‘dunia’ menunjuk pada ‘bumi’ ini (dunia secara fisik).
1Yoh
5:4 sebab semua yang lahir dari Allah,
mengalahkan dunia. Dan inilah kemenangan yang mengalahkan dunia: iman kita.
Di sini kata ‘dunia’ menunjuk kepada ‘orang-orang yang tidak percaya’.
1Yoh
5:5 Siapakah yang mengalahkan dunia, selain dari pada dia yang percaya, bahwa Yesus adalah
Anak Allah?
Di sini kata ‘dunia’ menunjuk kepada ‘orang-orang yang tidak percaya’.
1Yoh
5:19 Kita tahu, bahwa kita berasal dari
Allah dan seluruh dunia berada di bawah kuasa si jahat.
Di sini kata ‘dunia’ menunjuk kepada ‘orang-orang yang tidak percaya’.
Ada satu kali lagi
kata KOSMOS muncul dalam 1Yoh, yaitu:
1Yoh 3:17 Barangsiapa mempunyai harta duniawi dan melihat
saudaranya menderita kekurangan tetapi menutup pintu hatinya terhadap
saudaranya itu, bagaimanakah kasih Allah dapat tetap di dalam dirinya?
Di sini kata ‘dunia’ dikontraskan dengan ‘surgawi’ atau ‘rohani’.
Jadi, dalam
semua ayat-ayat dalam 1Yoh yang menggunakan kata ‘dunia’ justru tak ada satupun
yang artinya adalah ‘semua manusia di dunia tanpa kecuali!
Beberapa ayat yang menyatakan bahwa penebusan Kristus untuk semua
manusia.
• Yesaya 53:6 “Kita sekalian sesat seperti domba, masing-masing kita mengambil
jalannya sendiri, tetapi TUHAN telah menimpakan kepadanya kejahatan kita
sekalian.”
• 2
Korintus 5:14 “Sebab kasih Kristus yang menguasai kami, karena
kami telah mengerti, bahwa jika satu orang sudah mati untuk semua orang, maka
mereka semua sudah mati.”
• 1 Timotius 2:6 “yang telah menyerahkan diri-Nya sebagai tebusan bagi semua
manusia: itu kesaksian pada waktu yang ditentukan.”
• 1 Timotius 4:10 “Itulah sebabnya kita
berjerih payah dan berjuang, karena kita menaruh pengharapan kita kepada Allah
yang hidup, Juruselamat semua manusia, terutama mereka yang percaya.” Ayat ini
secara gamblang menggambarkan penebusan dan aplikasi dari penebusan tersebut.
Hal ini sangat jelas karena ada kontras yang begitu nyata antara semua manusia
dan orang percaya. Kristus mati untuk semua manusia, tetapi aplikasi dari
penebusan itu adalah ketika kita percaya.
• Ibrani 2:9 “Tetapi Dia, yang untuk waktu yang singkat dibuat sedikit lebih
rendah dari pada malaikat-malaikat, yaitu Yesus, kita lihat, yang oleh karena
penderitaan maut, dimahkotai dengan kemuliaan dan hormat, supaya oleh kasih
karunia Allah Ia mengalami maut bagi semua manusia.”
Tanggapan Budi
Asali:
Saya awali dengan
kata-kata John Owen.
John Owen: “The second argument, wherewith our
adversaries make no less flourish than with the former, is raised from those
places of Scripture where there is mention made of all
men and every man, in the business of
redemption. With these bare and naked words, attended with swelling, vain
expressions of their own, they commonly rather
proclaim a victory than study how to prevail” (= Argumentasi yang
kedua, dengan mana musuh-musuh kita tumbuh dengan subur, sama seperti dengan
argumentasi yang terdahulu, didapatkan dari tempat-tempat dalam Kitab Suci
dimana disebutkan tentang ‘semua orang’ dan ‘setiap orang’, dalam pekerjaan penebusan. Dengan
kata-kata telanjang ini, disertai dengan pernyataan-pernyataan yang sombong dan
sia-sia dari mereka sendiri, mereka secara umum
lebih memproklamirkan suatu kemenangan dari pada belajar bagaimana untuk menang)
- ‘The Works of John Owen’, vol 10,
hal 343.
Ada beberapa hal yang akan saya
berikan sebagai jawaban dalam hal ini:
a) Dalam Kitab Suci, kata ‘semua’ tidak selalu berarti ‘semua’;
seringkali artinya adalah ‘semua elect / orang dalam Kristus’.
Ini
sebetulnya juga berlaku dalam pembicaraan sehari-hari. Misalnya kalau dalam
suatu kelas saya berkata: ‘Semua diam!’, maka tentu saya tidak memaksudkan
semua orang dalam dunia tanpa kecuali, tetapi hanya memaksudkan ‘semua orang
yang ada di dalam kelas’. Jadi, kata ‘semua’ harus ditafsirkan sesuai dengan
kontextnya!
Dalam semua ayat-ayat di bawah
ini, kalau kata ‘semua’ betul-betul diartikan ‘semua’, maka ini akan menjadi
ajaran Universalisme.
1. Yoh 12:32 - “dan Aku, apabila Aku ditinggikan dari bumi, Aku akan menarik semua orang datang kepadaKu”.
Calvin (tentang Yoh 12:32): “‘I will draw all
men to myself.’ The word ‘all,’ which
he employs, must be understood to refer to the children of God, who belong to
his flock. Yet I agree with Chrysostom, who says that Christ used the universal
term, all, because the Church
was to be gathered equally from among Gentiles and Jews, according to that
saying, ‘There shall be one shepherd, and one sheepfold,’ (John 10:16.)” [= ‘Aku akan menarik semua orang datang kepadaKu’. Kata ‘semua’, yang ia gunakan, harus dimengerti menunjuk
kepada anak-anak Allah, yang termasuk dalam
kawanan dombaNya. Tetapi saya setuju dengan Chrysostom, yang mengatakan bahwa Kristus menggunakan istilah universal, ‘semua’, karena Gereja
harus dikumpulkan secara sama dari orang-orang non Yahudi dan dari orang-orang
Yahudi, sesuai dengan kata-kata ‘mereka akan menjadi satu kawanan dengan satu
gembala’, (Yoh 10:16).].
Dalam penafsiran tentang Yoh 12:32 ini, bahkan Adam Clarke, yang
adalah seorang Arminian, juga menafsirkan seperti Calvin, dan menganggap bahwa
kata-kata ‘semua orang’ di sini
menunjuk kepada orang Yahudi dan orang non Yahudi.
Adam Clarke (tentang Yoh 12:32): “‘I, if I be
lifted up from the earth, will draw all men unto me.’ After I shall have died
and risen again, by the preaching of my word and the influence of my Spirit, I
shall attract and illuminate both Jews and Gentiles” (= Aku,
jika Aku ditinggikan dari bumi, akan menarik semua orang kepadaKu’. Setelah Aku
mati dan bangkit lagi, oleh pemberitaan firmanKu dan pengaruh dari RohKu, Aku
akan menarik dan mencerahi baik orang Yahudi maupun
orang non Yahudi).
2. Kis 2:17-18 - “(17) Akan terjadi pada
hari-hari terakhir - demikianlah firman Allah - bahwa Aku akan mencurahkan
RohKu ke atas semua
manusia; maka anak-anakmu laki-laki dan perempuan akan bernubuat, dan teruna-terunamu
akan mendapat penglihatan-penglihatan, dan orang-orangmu yang tua akan mendapat mimpi. (18) Juga ke atas hamba-hambaKu laki-laki dan perempuan akan Kucurahkan RohKu pada hari-hari itu dan mereka akan bernubuat”.
Kata ‘manusia’ di sini secara
hurufiah adalah ‘daging’ (KJV: ‘flesh’). Dalam bahasa Yunani digunakan
kata SARX yang artinya memang ‘daging’. Jadi, kalau ini mau diartikan semua
manusia, akan berarti bahwa Roh Kudus dicurahkan bukan hanya kepada orang
percaya tetapi juga kepada orang yang tidak percaya! Ini jelas mustahil, karena
Kitab Suci secara sangat jelas mengatakan bahwa dalam jaman Perjanjian Baru, Roh
Kudus diberikan hanya kepada semua orang percaya saja.
Bandingkan dengan:
·
Yoh 7:38-39 - “(38) Barangsiapa
percaya kepadaKu, seperti yang dikatakan
oleh Kitab Suci: Dari dalam hatinya akan mengalir aliran-aliran air hidup.’
(39) Yang dimaksudkanNya ialah Roh yang akan diterima oleh mereka yang percaya kepadaNya; sebab Roh itu belum datang, karena Yesus belum
dimuliakan”.
·
Kis 2:38 - “Jawab Petrus kepada mereka: ‘Bertobatlah dan hendaklah kamu masing-masing memberi dirimu
dibaptis dalam nama Yesus Kristus untuk pengampunan dosamu, maka kamu akan menerima karunia Roh Kudus”.
·
Ef 1:13 - “Di dalam Dia kamu juga - karena kamu telah
mendengar firman kebenaran, yaitu Injil keselamatanmu - di dalam Dia kamu juga,
ketika kamu percaya, dimeteraikan dengan Roh Kudus, yang dijanjikanNya itu”.
Lenski, yang adalah seorang Arminian, juga mengartikan sebagai semua
orang percaya di seluruh dunia.
Lenski (tentang Kis 2:17): “‘Upon all flesh’ is universal
but not absolute; v. 38 shows both, ‘everyone’ may receive the Holy
Spirit but only by repentance and faith” (= ‘ke atas semua daging’ bersifat universal tetapi tidak mutlak; ay 38 menunjukkan keduanya ‘setiap orang’ bisa menerima Roh Kudus
tetapi hanya oleh pertobatan dan iman).
Kis 2:38 - “Jawab Petrus
kepada mereka: ‘Bertobatlah dan hendaklah kamu masing-masing memberi dirimu
dibaptis dalam nama Yesus Kristus untuk pengampunan dosamu, maka kamu akan
menerima karunia Roh Kudus”.
3. Maz 22:28 - “Segala ujung bumi akan mengingatnya dan berbalik
kepada TUHAN; dan segala
kaum dari bangsa-bangsa akan sujud menyembah di hadapanNya”.
KJV: ‘All the ends of the world shall remember and turn unto the LORD: and all the kindreds of the nations shall worship before thee’ (= Semua ujung-ujung bumi akan mengingat dan kembali kepada TUHAN; dan semua keluarga dari bangsa-bangsa akan menyembah di hadapanMu).
Kalau dibaca lebih banyak, maka akan lebih menyolok lagi.
Maz 22:28-32 - “(28) Segala ujung bumi akan mengingatnya dan berbalik kepada TUHAN; dan segala kaum dari bangsa-bangsa akan sujud menyembah di hadapanNya. (29) Sebab Tuhanlah
yang empunya kerajaan, Dialah yang memerintah atas bangsa-bangsa. (30) Ya, kepadaNya akan sujud menyembah semua orang sombong di bumi, di hadapanNya akan berlutut semua orang yang turun ke dalam debu, dan orang yang tidak dapat
menyambung hidup. (31) Anak-anak cucu akan beribadah kepadaNya, dan akan menceritakan tentang
TUHAN kepada angkatan yang akan
datang. (32) Mereka akan
memberitakan keadilanNya kepada bangsa yang akan lahir
nanti, sebab Ia telah
melakukannya”.
Catatan:
a. Kata-kata ‘orang sombong’
diterjemahkan secara sama oleh RSV, tetapi KJV/ASV menterjemahkan ‘fat’ (= gemuk), dan NIV menterjemahkan ‘the rich’ (= orang kaya), dan NASB/NKJV
menterjemahkan ‘the prosperous’ (=
orang yang makmur). Kata-kata ini menunjuk kepada orang-orang yang kaya /
berkedudukan tinggi.
b. Lalu ‘semua orang yang turun ke dalam debu’
dan ‘orang yang tidak dapat menyambung
hidup’ (ay 30b) diartikan oleh Calvin sebagai orang yang begitu rendah /
hina sehingga kelihatannya seperti orang mati. Penafsir-penafsir lain (Clarke,
Barnes) menafsirkan ini sebagai orang-orang yang sekarat.
c. Jelas
bahwa text ini menunjuk pada semua jenis / kelompok manusia.
Calvin (tentang Maz 22:29): “If it is objected, that the whole world has never
yet been converted, the solution is easy. A comparison is here made between
that remarkable period in which God suddenly became known every where, by the
preaching of the gospel, and the ancient dispensation, when he kept the
knowledge of himself shut up within the limits of Judea. Christ, we know,
penetrated with amazing speed, from the east to the west, like the lightning’s
flash, in order to bring into the Church the Gentiles from all parts of the
world” (= Jika
ada keberatan, bahwa seluruh dunia belum dipertobatkan, penyelesaiannya mudah.
Suatu perbandingan dibuat di sini antara periode yang hebat
/ luar biasa dalam mana Allah tiba-tiba menjadi dikenal dimana-mana, oleh
pemberitaan Injil, dan jaman kuno, pada waktu Ia menjaga pengetahuan tentang diriNya sendiri
tertutup di dalam batasan-batasan dari Yudea. Kita tahu bahwa Kristus menembus dengan kecepatan yang mengherankan,
dari Timur ke Barat, seperti cahaya petir, untuk membawa ke dalam Gereja
orang-orang non Yahudi dari semua bagian dari dunia).
John Owen: “The whole strength of this
argument lies in the ambiguity of the word ‘all,’ which being of various
significations, and to be interpreted suitably to the matter in hand and the
things and persons whereof it is spoken, ... That ‘all’ or ‘all men’ do not
always comprehend ‘all and every man that were, are, or shall be,’ may be made
apparent by near five hundred instances from the Scripture” (= Seluruh
kekuatan dari argumentasi ini terletak dalam arti yang tidak pasti dari kata
‘semua’, yang mempunyai bermacam-macam arti, dan harus ditafsirkan sesuai
dengan persoalan yang sedang ditangani dan hal-hal dan orang-orang yang
dibicarakan, ... Bahwa ‘semua’ atau ‘semua orang’ tidak selalu berarti ‘semua
dan setiap orang, yang dahulu ada, sedang ada, atau akan ada’ bisa dibuat jelas
oleh hampir 500 contoh-contoh dari Kitab Suci) - ‘The Works of John Owen’, vol 10, hal 344.
Arthur W. Pink: “In Scripture the word ‘all’ (as
applied to humankind) is used in two senses - absolutely, and relatively. In
some passages it means ‘all without exception’; in others it signifies ‘all
without distinction’. Which of these meanings it bears in any particular
passage must be determined by the context and decided by a comparison of
parallel scriptures” [= Dalam Kitab Suci kata ‘semua’ (pada saat diterapkan
kepada umat manusia) digunakan dalam 2 arti, secara mutlak dan secara relatif. Dalam text-text tertentu kata itu berarti
‘semua tanpa perkecualian’; dalam text-text yang lain kata itu menunjuk ‘semua tanpa perbedaan’. Yang mana dari arti-arti ini yang dikandung oleh text
tertentu harus ditentukan oleh kontextnya dan diputuskan oleh perbandingan dari
bagian-bagian Kitab Suci yang paralel] - ‘The Sovereignty of God’, hal 65.
b) Pembahasan
Ro 5:18.
Ro 5:18 - “Sebab itu, sama
seperti oleh satu pelanggaran semua orang beroleh penghukuman, demikian pula
oleh satu perbuatan kebenaran semua orang
beroleh pembenaran untuk hidup”.
Sebetulnya dibaca sepintas
lalu saja sudah terlihat bahwa kata-kata ‘semua
orang’ yang kedua (yang saya garis bawahi) tidak mungkin betul-betul
diartikan ‘semua orang’, karena
kalau diartikan demikian akan menimbulkan Universalisme.
c) Pembahasan
1Kor 15:22.
1Kor 15:22 - “Karena sama seperti semua orang mati dalam persekutuan dengan Adam, demikian pula semua orang akan dihidupkan kembali dalam persekutuan dengan Kristus”.
Catatan: kata-kata yang saya coret itu
seharusnya tidak ada.
Sama seperti dalam kasus Ro 5:18 di atas, kata-kata ‘semua orang’ yang kedua (yang saya beri garis bawah ganda) tidak mungkin diartikan
betul-betul menunjuk kepada ‘semua
orang’, karena kalau diartikan demikian, akan menimbulkan ajaran Universalisme.
Bahkan Lenski sendiri, yang adalah seorang Arminian, menafsirkan bahwa
kata-kata ‘semua orang’ yang pertama
betul-betul menunjuk kepada ‘semua orang’, tetapi kata-kata ‘semua orang’ yang kedua, menunjuk
hanya kepada ‘orang-orang percaya’ saja.
d) Pembahasan
2Kor 5:14-15.
2Kor 5:14-15 - “(14) Sebab kasih
Kristus yang menguasai kami, karena kami telah mengerti, bahwa jika satu orang
sudah mati untuk semua
orang, maka mereka semua sudah mati. (15) Dan Kristus telah
mati untuk semua orang, supaya mereka yang hidup, tidak lagi hidup untuk
dirinya sendiri, tetapi untuk Dia, yang telah mati dan telah dibangkitkan untuk
mereka”.
Ada beberapa hal yang
perlu dibahas tentang text ini:
1. 2Kor 5:14 - “Sebab kasih Kristus
yang menguasai kami, karena kami telah mengerti, bahwa jika satu orang sudah
mati untuk semua orang, maka mereka semua sudah mati”.
Kata ‘mati’ yang ditujukan
untuk ‘semua orang’ / ‘mereka’ di sini, jelas tidak menunjuk
pada kematian jasmani, tetapi kematian rohani. Dan kematian
rohani ini bukan dalam arti ‘mati dalam dosa’ tetapi ‘mati terhadap dosa’.
John Owen: “All those of whom the apostle
treats are proved to be dead, because Christ died for them: ... What death is
it which here is spoken of? Not a death natural, but
spiritual; ... not that which is in sin, but that which is unto
sin” (= Semua mereka yang dibicarakan oleh sang rasul dibuktikan
sebagai mati, karena Kristus telah mati untuk mereka: ... Kematian apa yang
dibicarakan di sini? Bukan kematian alamiah, tetapi
kematian rohani; ... bukan kematian dalam dosa, tetapi kematian terhadap
dosa) - ‘The Works of John
Owen’, vol 10, hal 351.
Calvin (tentang 2Kor 5:14-15): “‘If one died for all.’ This design is
to be carefully kept in view - that ‘Christ
died for us, that we might die to ourselves.’ The exposition is also to
be carefully noticed - that to ‘die to
ourselves is to live to Christ;’ or if you would have it at greater
length, it is to renounce ourselves, that we may live to Christ; for Christ redeemed us with this view - that he
might have us under his authority, as his peculiar possession” (= ‘Jika satu orang sudah mati untuk semua orang’. Rancangan
ini harus terus diperhatikan - bahwa ‘Kristus telah mati untuk kita, supaya kita bisa
mati bagi diri kita sendiri’. Exposisi / penjelasannya juga harus diperhatikan dengan seksama -
bahwa ‘mati bagi diri kita sendiri adalah hidup bagi Kristus’; atau jika engkau menginginkannya
dengan lebih panjang / lebih jelas, itu adalah menyangkal diri kita sendiri, sehingga kita
bisa hidup bagi Kristus; karena Kristus menebus kita dengan pandangan ini - supaya Ia bisa
memiliki kita di bawah otoritasNya, sebagai milikNya yang khusus).
Jadi penafsiran Calvin
menganggap bahwa ay 15 merupakan penjelasan lebih lanjut dari ay 14b.
2Kor 5:14-15 - “(14) Sebab kasih
Kristus yang menguasai kami, karena kami telah mengerti, bahwa jika satu orang sudah mati untuk semua
orang, maka mereka semua sudah mati. (15) Dan Kristus telah mati untuk semua orang,
supaya mereka yang hidup, tidak lagi hidup untuk dirinya sendiri, tetapi untuk
Dia, yang telah mati
dan telah dibangkitkan untuk mereka”.
Catatan: bagian yang saya beri garis bawah
ganda merupakan penjelasan dari bagian yang saya beri garis bawah tunggal.
Karena itu kata-kata ‘semua orang’
ini hanya bisa menunjuk kepada orang-orang percaya.
2. 2Kor 5:15 - “Dan Kristus telah mati
untuk semua orang, supaya mereka yang hidup, tidak lagi hidup untuk
dirinya sendiri, tetapi untuk Dia, yang telah mati dan telah dibangkitkan untuk
mereka”.
Kata-kata ‘semua orang’
menunjuk kepada orang-orang yang sama dengan kata ‘mereka’, untuk siapa Kristus dibangkitkan (ay 15 akhir). Dan
kalau Kristus dibangkitkan untuk ‘mereka’, maka ‘mereka’ pasti dibenarkan (Ro 4:25). Karena itu, ini pasti menunjuk kepada ‘orang-orang yang percaya’.
John Owen: “The resurrection of Christ is
here conjoined with his death: ‘He died for them, and rose again.’ Now, for
whomsoever Christ riseth, he riseth for their ‘justification,’ Rom. 4:25; and they must be justified, chap. 8:34. Yea, our adversaries
themselves have always confessed that the fruits of the resurrection of Christ
are peculiar to believers” (= Di sini kebangkitan
Kristus digabungkan dengan kematianNya: ‘Dia, yang telah mati dan telah dibangkitkan untuk mereka’. Sekarang, untuk siapapun Kristus
bangkit, Ia bangkit untuk ‘pembenaran’ mereka, Ro 4:25; dan mereka harus
dibenarkan, pasal 8:34. Ya, musuh-musuh kita sendiri selalu
mengaku bahwa buah-buah dari kebangkitan Kristus merupakan sesuatu yang khas
untuk orang-orang percaya) - ‘The Works of John Owen’, vol 10, hal 351.
Ro 4:25 - “yaitu Yesus, yang telah
diserahkan karena pelanggaran kita dan dibangkitkan karena pembenaran kita”.
KJV: ‘and was raised again for our justification’ (= dan
dibangkitkan untuk pembenaran kita).
Ro 8:34 - “Kristus Yesus, yang
telah mati? Bahkan lebih lagi: yang telah bangkit, yang juga duduk di sebelah
kanan Allah, yang malah menjadi Pembela bagi kita?”.
3. Kontext juga menunjukkan bahwa orang-orang ini
menunjuk kepada orang-orang percaya / pilihan.
2Kor 5:14-21 - “(14) Sebab kasih
Kristus yang menguasai kami, karena kami telah mengerti, bahwa jika satu orang
sudah mati untuk semua orang, maka mereka semua sudah mati. (15) Dan Kristus
telah mati untuk semua orang, supaya mereka yang hidup, tidak lagi hidup untuk
dirinya sendiri, tetapi untuk Dia, yang telah mati dan telah dibangkitkan untuk
mereka. (16) Sebab itu kami tidak lagi menilai seorang jugapun menurut ukuran
manusia. Dan jika kami pernah menilai Kristus menurut ukuran manusia, sekarang
kami tidak lagi menilaiNya demikian. (17) Jadi siapa yang ada di dalam Kristus, ia adalah ciptaan
baru: yang lama
sudah berlalu, sesungguhnya yang baru sudah datang. (18) Dan semuanya ini dari
Allah, yang dengan perantaraan Kristus telah mendamaikan kita dengan diriNya dan yang telah mempercayakan pelayanan pendamaian itu
kepada kami. (19) Sebab Allah mendamaikan dunia dengan diriNya oleh Kristus dengan
tidak memperhitungkan pelanggaran mereka. Ia telah mempercayakan berita pendamaian itu kepada kami. (20) Jadi
kami ini adalah utusan-utusan Kristus, seakan-akan Allah menasihati kamu dengan
perantaraan kami; dalam nama Kristus kami meminta kepadamu: berilah dirimu
didamaikan dengan Allah. (21) Dia yang tidak mengenal dosa telah dibuatNya
menjadi dosa karena kita, supaya dalam Dia kita dibenarkan oleh Allah”.
Orang-orang yang hidup bagi
Kristus, yang dibicarakan oleh Paulus dalam ay 15 ini adalah:
a. Orang-orang yang telah menjadi ciptaan baru
(ay 17).
b. Orang-orang yang diperdamaikan dengan Allah
(ay 18).
c. Orang-orang terhadap siapa Allah tidak
memperhitungkan pelanggarannya (ay 19).
d. Orang-orang yang dibenarkan oleh Allah
(ay 21).
Karena itu, ini pasti
menunjuk kepada orang-orang percaya saja.
e) Pembahasan
1Tim 2:3-6.
1Tim 2:3-6 - “(3) Itulah yang baik dan yang berkenan
kepada Allah, Juruselamat kita, (4) yang menghendaki
supaya semua orang diselamatkan dan
memperoleh pengetahuan akan kebenaran. (5) Karena Allah itu esa dan esa pula Dia yang menjadi pengantara antara
Allah dan manusia, yaitu manusia Kristus Yesus, (6) yang telah menyerahkan
diriNya sebagai tebusan bagi semua manusia:
itu kesaksian pada waktu yang ditentukan”.
Mari kita melihat dulu
kontext dari text yang dibahas secara keseluruhan.
1Tim 2:1-6 - “(1) Pertama-tama aku menasihatkan: Naikkanlah permohonan,
doa syafaat dan ucapan syukur untuk semua orang, (2) untuk raja-raja dan
untuk semua pembesar, agar kita dapat hidup tenang dan tenteram dalam segala
kesalehan dan kehormatan. (3) Itulah yang baik dan yang berkenan kepada
Allah, Juruselamat kita, (4) yang menghendaki supaya semua
orang diselamatkan dan memperoleh pengetahuan akan kebenaran. (5)
Karena Allah itu esa dan esa pula Dia yang menjadi pengantara antara Allah dan
manusia, yaitu manusia Kristus Yesus, (6) yang telah
menyerahkan diriNya sebagai tebusan bagi semua manusia: itu
kesaksian pada waktu yang ditentukan”.
Catatan: perhatikan ada 3 x
kata-kata ‘semua orang / manusia’
dalam text ini, yaitu dalam ay 1, ay 4, ay 6. Sebetulnya untuk ay 6, hanya ada
kata ‘semua’; kata ‘orang / manusia’ tidak ada. Tetapi
dalam ay 1 dan ay 4 kata ‘orang’
memang ada.
Ada 2 hal yang dibahas oleh John
Owen:
1. Apa yang dimaksud dengan ‘kehendak Allah’ di sini.
John Owen mengatakan (hal
344) bahwa istilah ‘kehendak Allah’ mempunyai 2 kemungkinan arti, yaitu:
a. Rencana kekal dari Allah.
b. Perintah Allah.
Catatan: tak ada yang menganggap
bahwa Allah punya 2 kehendak seperti yang dituduhkan oleh Lenski. Yang ada
adalah: kalau kata-kata ‘kehendak Allah’ itu muncul, maka ada 2 kemungkinan
arti. Sebetulnya ada kemungkinan arti yang ke 3, yaitu hal yang, kalau terjadi,
menyenangkan Allah.
Kalau dari 2 arti di atas kita
mengambil arti kedua, maka arti ayat ini adalah sebagai berikut: Allah
memerintahkan semua manusia untuk menggunakan cara-cara dengan mana mereka bisa
mendapatkan keselamatan. Dengan demikian ayat ini menjadi sama seperti
Kis 17:30 - “Dengan tidak memandang lagi zaman
kebodohan, maka sekarang Allah memberitakan kepada manusia, bahwa di
mana-mana semua mereka harus bertobat”.
KJV: ‘And the times of this
ignorance God winked at; but now commandeth all men every where to
repent’ (= Allah pura-pura tidak melihat jaman kebodohan ini; tetapi
sekarang memerintahkan semua orang di mana-mana untuk bertobat).
John Owen sendiri memilih
arti pertama, dimana ‘kehendak Allah’
menunjuk pada ‘rencana kekal dari Allah’.
Alasan Owen adalah: kehendak Allah dalam 1Tim 2:4 itu merupakan dasar /
landasan dari doa kita dalam 1Tim 2:1-2. Bdk. 1Yoh 5:14 - “Dan inilah keberanian
percaya kita kepadaNya, yaitu bahwa Ia mengabulkan doa kita, jikalau kita
meminta sesuatu kepadaNya menurut kehendakNya”.
Kalau diambil arti ke 3,
maka itu tak bertentangan dengan predestinasi maupun ‘Limited Atonement’ (= Penebusan Terbatas).
2. Siapa ‘semua orang’ / ‘semua manusia’ di sini.
Jelas bahwa ‘semua orang / manusia’ di sini tidak
berarti betul-betul ‘semua dan setiap
orang di seluruh dunia’, karena:
a. Paulus sendiri menggunakan kata-kata ‘semua orang’ dalam ay 1. Dalam
arti apa? Perhatikan ay 2nya! Untuk jelasnya lihat 1Tim 2:1-2 secara
keseluruhan: “(1) Pertama-tama aku menasihatkan: Naikkanlah
permohonan, doa syafaat dan ucapan syukur untuk semua orang, (2) untuk raja-raja dan untuk semua pembesar, agar kita dapat hidup tenang dan
tenteram dalam segala kesalehan dan kehormatan”.
John Owen menyimpulkan dari sini (hal 346) bahwa yang dimaksud
dengan ‘semua orang’ adalah ‘orang-orang dari semua jenis, kedudukan,
kondisi, dan tingkatan’.
Calvin juga menafsirkan secara sama.
Calvin (tentang 1Tim 2:4): “the Apostle simply means, that there is no people and no rank in the
world that is excluded from salvation; because God wishes that the gospel
should be proclaimed to all without exception. Now the preaching of the gospel
gives life; and hence he justly concludes that God invites all equally to
partake salvation. But the present discourse relates to classes of men, and not
to individual persons; for his sole object is, to include in this number
princes and foreign nations. That God wishes the doctrine of salvation to be
enjoyed by them as well as others, is evident from the passages already quoted,
and from other passages of a similar nature” (= sang Rasul hanya memaksudkan, bahwa disana tidak ada bangsa atau rangking / pangkat di dunia yang dikeluarkan dari
keselamatan; karena Allah menginginkan supaya injil
diproklamirkan kepada semua orang tanpa kecuali. Pemberitaan injil memberikan
kehidupan; dan karena itu ia secara benar menyimpulkan bahwa Allah mengundang
semua orang secara sama untuk mengambil bagian dalam keselamatan. Tetapi pembicaraan sekarang ini berhubungan dengan semua golongan manusia,
dan bukan dengan pribadi-pribadi / individu-individu; karena satu-satunya obyeknya adalah, mencakup
dalam bilangan / jumlah ini pangeran-pangeran dan bangsa-bangsa asing. Bahwa Allah ingin doktrin keselamatan untuk dinikmati oleh mereka
maupun oleh orang-orang lain, adalah jelas dari text yang sudah dikutip, dan
dari text-text lain yang sifatnya mirip).
Bdk. 1Tim 2:1-2 - “(1)
Pertama-tama aku menasihatkan: Naikkanlah permohonan, doa syafaat dan ucapan
syukur untuk semua orang, (2) untuk raja-raja dan untuk semua
pembesar, agar kita dapat
hidup tenang dan tenteram dalam segala kesalehan dan kehormatan.”.
Di sini Paulus menyuruh berdoa bukan hanya untuk orang-orang yang baik
kepada mereka, tetapi juga kepada raja dan pembesar, yang biasanya dibenci oleh
orang-orang Kristen, karena golongan orang ini menindas mereka. Dan mengingat
saat itu Israel dijajah Romawi,
maka jelas bahwa raja-raja dan pembesar-pembesar itu adalah orang-orang Romawi
/ non Yahudi.
Calvin (tentang 1Tim 2:5): “as
there is one God, the Creator and Father of all, so he says that there is but
one Mediator, through whom we have access to the Father; and that this Mediator
was given, not only to one nation, or to a small number of persons of some
particular rank, but to all; because the fruit of the sacrifice, by which
he made atonement for sins, extends to all. ... The universal term ‘all’
must always be referred to
classes of men, and not to persons; as if he had said, that not only Jews, but
Gentiles also, not only persons of humble rank, but princes also, were redeemed
by the death of Christ” [= sebagaimana
disana ada satu Allah, Pencipta dan Bapa dari semua orang, demikian juga ia
berkata bahwa disana hanya ada satu Pengantara, melalui siapa kita mendapatkan
jalan masuk kepada Bapa; dan bahwa Pengantara ini diberikan, bukan hanya bagi satu bangsa, atau bagi
sejumlah kecil orang-orang dari kedudukan tertentu, tetapi bagi semua; karena buah dari korban, dengan mana Ia membuat penebusan
untuk dosa-dosa, diperluas kepada semua. ... Istilah universal ‘semua’ harus
selalu dihubungkan dengan golongan-golongan
manusia, dan bukan kepada pribadi-pribadi; seakan-akan ia telah mengatakan, bahwa
bukan hanya
orang-orang Yahudi, tetapi juga orang-orang non Yahudi, bukan hanya orang-orang
dari kedudukan rendah, tetapi juga pangeran-pangeran, ditebus oleh kematian Kristus].
b. Kita diharuskan
berdoa untuk ‘semua orang’, padahal
dari antara ‘semua orang’ itu pasti
ada orang-orang yang ditentukan untuk binasa dan yang melakukan dosa yang
membawa maut, tentang siapa kita tidak diperintahkan untuk berdoa (Owen, hal
346) .
1Yoh 5:16 - “Kalau ada
seorang melihat saudaranya berbuat dosa, yaitu dosa yang tidak mendatangkan
maut, hendaklah ia berdoa kepada Allah dan Dia akan memberikan hidup kepadanya,
yaitu mereka, yang berbuat dosa yang tidak mendatangkan maut. Ada dosa yang
mendatangkan maut: tentang itu tidak kukatakan, bahwa ia harus berdoa”.
c. ‘Semua orang
yang diselamatkan’ (ay 4a) pasti sama dengan orang-orang yang ‘memperoleh pengetahuan akan kebenaran’ (ay 4b).
Padahal Kitab Suci jelas
menunjukkan bahwa Tuhan tidak menghendaki semua
orang memperoleh pengetahuan tentang kebenaran. Ini terlihat dari:
·
Maz 147:19-20 - “(19) Ia memberitakan firmanNya kepada
Yakub, ketetapan-ketetapanNya dan hukum-hukumNya kepada Israel. (20) Ia tidak berbuat
demikian kepada segala bangsa, dan hukum-hukumNya tidak mereka kenal. Haleluya!”.
·
Kis 14:16,30 - “(16) Dalam zaman yang
lampau Allah membiarkan
semua bangsa menuruti jalannya masing-masing, ... (30) Dengan tidak memandang lagi zaman kebodohan, maka sekarang Allah memberitakan kepada manusia,
bahwa di mana-mana semua mereka harus bertobat”.
·
Kol 1:26 - “yaitu rahasia yang tersembunyi dari abad ke abad dan dari turunan ke
turunan, tetapi yang sekarang dinyatakan kepada orang-orang kudusNya”.
·
Mat 11:25-26 - “(25) Pada waktu itu berkatalah Yesus: ‘Aku
bersyukur kepadaMu, Bapa, Tuhan langit dan bumi, karena semuanya itu Engkau
sembunyikan bagi orang bijak dan orang pandai, tetapi Engkau nyatakan kepada orang kecil. (26) Ya Bapa, itulah yang berkenan kepadaMu”.
·
Mat 13:10-17 - “(10) Maka datanglah
murid-muridNya dan bertanya kepadaNya: ‘Mengapa Engkau berkata-kata kepada
mereka dalam perumpamaan?’ (11) Jawab Yesus: ‘Kepadamu diberi karunia untuk mengetahui rahasia
Kerajaan Sorga,
tetapi kepada mereka tidak. (12) Karena siapa yang mempunyai, kepadanya akan
diberi, sehingga ia berkelimpahan; tetapi siapa yang tidak mempunyai, apapun
juga yang ada padanya akan diambil dari padanya. (13) Itulah sebabnya Aku berkata-kata dalam
perumpamaan kepada mereka; karena sekalipun melihat, mereka tidak melihat dan
sekalipun mendengar, mereka tidak mendengar dan tidak mengerti. (14) Maka pada mereka genaplah
nubuat Yesaya, yang berbunyi: Kamu akan mendengar dan mendengar, namun tidak
mengerti, kamu akan melihat dan melihat, namun tidak menanggap. (15) Sebab hati
bangsa ini telah menebal, dan telinganya berat mendengar, dan matanya melekat
tertutup; supaya
jangan mereka melihat dengan matanya dan mendengar dengan telinganya dan
mengerti dengan hatinya, lalu berbalik sehingga Aku menyembuhkan mereka. (16) Tetapi berbahagialah matamu
karena melihat dan telingamu karena mendengar. (17) Sebab Aku berkata kepadamu:
Sesungguhnya banyak
nabi dan orang benar ingin melihat apa yang kamu lihat, tetapi tidak melihatnya,
dan ingin mendengar apa yang kamu dengar, tetapi tidak mendengarnya”.
Owen (hal 347) juga
mengatakan bahwa ‘semua manusia’
dalam 1Tim 2:6 juga harus berarti sama dengan kata-kata ‘semua orang’ dalam 1Tim 2:1b,4.
Dan Owen lalu menyimpulkan bahwa ‘semua manusia’
di sini harus diartikan sebagai ‘semua
orang pilihan, dari semua jenis / golongan’, dan ia membandingkan ini
dengan Wah 5:9 yang ia katakan sebagai ayat penafsir dari 1Tim 2:6 ini.
Wah 5:9 - “Dan mereka menyanyikan suatu nyanyian baru katanya: ‘Engkau layak
menerima gulungan kitab itu dan membuka meterai-meterainya; karena Engkau telah
disembelih dan dengan darahMu Engkau telah membeli mereka bagi Allah dari tiap-tiap suku dan bahasa dan
kaum dan bangsa”.
f) Pembahasan
tentang 1Tim 4:10.
1Tim 4:10 - “Itulah sebabnya kita
berjerih payah dan berjuang, karena kita menaruh pengharapan kita kepada Allah yang hidup, Juruselamat semua
manusia, terutama mereka yang percaya”.
1. Penafsiran Arminian tentang 1Tim 4:10.
Adam Clarke: “‘Who is the Saviour of all men’.
Who has provided salvation for the whole human race, and has freely offered it
to them in his word and by his Spirit. ‘Specially of those that believe’. What
God intends for ALL, he actually gives to them that believe in Christ, who died
for the sins of the world, and tasted death for every man. As all have been
purchased by his blood so all may believe; and consequently all may be saved.
Those that perish, perish through their own fault” (= ‘Yang adalah
Juruselamat dari semua manusia’. Yang telah menyediakan keselamatan untuk seluruh umat
manusia, dan telah menawarkannya secara cuma-cuma kepada mereka dalam firmanNya
dan oleh RohNya. ‘Khususnya dari mereka yang percaya’. Apa yang Allah maksudkan untuk SEMUA, Ia betul-betul memberikannya kepada mereka yang percaya
kepada Kristus, yang mati untuk dosa-dosa dunia, dan merasakan kematian untuk setiap orang. Karena semua telah dibeli oleh darahNya maka semua bisa percaya; dan karena itu semua bisa diselamatkan. Mereka yang binasa, binasa karena kesalahan mereka sendiri) - hal 603.
Keberatan: kalau Allah hanya
menyediakan keselamatan itu tetapi orang-orang itu tidak menerimanya (tidak
percaya kepada Kristus), bagaimana Allah bisa disebut sebagai Juruselamat
mereka?
2. Penafsiran Reformed tentang 1Tim 4:10.
Tentang 1Tim 4:10 ini, John Owen berkata:
“That God the Father is
often called Saviour I showed before, and that he is here intended, as is
agreed upon by all sound interpreters, so also it is clear from the matter in
hand, which is the protecting providence of God, general towards all,
special and peculiar towards his church” (= Bahwa Allah Bapa sering disebut Juruselamat telah saya
tunjukkan sebelumnya, dan bahwa di sini Ialah yang dimaksudkan, seperti yang
disetujui oleh semua penafsir yang sehat; dan juga merupakan sesuatu yang jelas
dari persoalan yang sedang kita tangani, yang merupakan providensia Allah yang melindungi, secara umum bagi semua
orang, secara khusus dan khas bagi gerejaNya) - ‘The Works of John Owen’, vol 10, ‘The Death of Christ’, hal 190.
John Owen melanjutkan: “For
the subject, ‘He,’ it is God the Father, and not Christ the mediator; and for
the predicate, it is a providential preservation, and not a purchased salvation
that is intimated; - that is, the providence of God protecting and
governing all, but watching in an especial manner for the good of them that are
his” (= Untuk subyeknya, ‘Ia’ adalah Allah Bapa,
dan bukan Kristus sang Pengantara; dan untuk
predikatnya, itu adalah pemeliharaan yang bersifat providensial, dan bukan menyatakan
suatu keselamatan yang dibeli; - yaitu,
providensia Allah yang melindungi dan memerintah semua, tetapi menjaga
dengan cara yang khusus demi kebaikan mereka yang adalah milikNya)
- ‘The Works of John Owen’, vol 10, ‘The Death of Christ’, hal 191.
Jadi ada 2 hal yang
ditekankan oleh John Owen dalam kedua kutipan di atas, yaitu:
a. Subyek dari ayat itu bukanlah Yesus tetapi Bapa.
b. Kata ‘Juruselamat’ di sini bukanlah dalam
persoalan keselamatan rohani, tetapi keselamatan jasmani / duniawi.
Calvin mempunyai pandangan /
penafsiran yang sama dengan Owen.
Calvin: “the word swthr is here a general term, and
denotes one who defends and preserves. He means that the kindness of God
extends to all men” [= kata swthr (SOTER - Juruselamat) di sini merupakan suatu istilah yang bersifat umum, dan menunjuk pada seseorang yang mempertahankan / membela dan memelihara.
Ia memaksudkan bahwa kebaikan Allah menjangkau semua manusia] - hal 112.
Calvin:
“The
word ‘Saviour’ is not here taken in what we call its proper and strict meaning,
in regard to the eternal salvation which God promises to his elect, but it is
taken for one who delivers and protects. ... In this sense he is called ‘the
Saviour of all men;’ not in regard to the spiritual salvation of their souls,
but because he supports all his creatures. In this way, therefore, our Lord is the
Saviour of all men; that is, his goodness extends to the most wicked, who are
estranged from him” (= Kata ‘Juruselamat’ di sini tidak diambil dalam arti sebenarnya dan ketat, berkenaan
dengan keselamatan kekal yang dijanjikan Allah kepada orang-orang pilihanNya,
tetapi menunjuk
kepada seseorang yang membebaskan dan melindungi. ... Dalam arti ini
Ia disebut ‘Juruselamat semua manusia’; bukan
berkenaan dengan keselamatan rohani dari jiwa-jiwa mereka, tetapi
karena Ia menyokong
semua makhluk ciptaanNya. Dengan cara ini Tuhan kita adalah
Juruselamat semua manusia; yaitu, kebaikanNya menjangkau orang-orang yang
paling jahat, yang jauh dari Dia) - hal 111-112 (footnote).
William Hendriksen
memberikan bermacam-macam penafsiran tentang ayat ini dengan jawaban dari
pihaknya, yaitu:
a. Allah adalah Juruselamat dari semua manusia,
dalam arti bahwa pada akhirnya Ia betul-betul menyelamatkan semua manusia
(Universalisme).
Bantahannya:
·
Universalisme bertentangan dengan ajaran Kitab Suci.
·
Kata-kata ‘terutama mereka yang
percaya’ pada akhir dari 1Tim 4:10 itu menjadi tidak ada
artinya.
1Tim 4:10 - “Itulah sebabnya kita
berjerih payah dan berjuang, karena kita menaruh pengharapan kita kepada Allah
yang hidup, Juruselamat
semua manusia, terutama
mereka yang percaya”.
b. Allah betul-betul memberikan keselamatan
kepada semua golongan manusia.
Bantahannya: ini juga tak sesuai dengan
kata-kata ‘terutama
mereka yang percaya’ pada akhir dari ayat ini.
c. Allah menginginkan / menghendaki keselamatan
semua manusia, tetapi kehendakNya digagalkan oleh ketidak-percayaan. Ini
merupakan tafsiran Arminian, seperti yang diberikan oleh Adam Clarke dan Lenski
di atas.
Bantahannya:
·
text ini mengatakan bahwa Allah adalah Juruselamat, berarti seharusnya
Ia betul-betul menyelamatkan.
·
kehendak / rencana Allah tidak mungkin gagal (bdk. Ayub 42:2 Yes 14:24,26-27 Yes 46:10-11).
d. Allah mampu
menyelamatkan semua manusia; tetapi hanya orang-orang percaya yang betul-betul
Ia selamatkan.
Bantahannya: text itu mengatakan bahwa
Allah adalah Juruselamat semua manusia [Lit: ‘who is the Saviour of all men’ (= yang adalah
Juruselamat semua manusia)], bukannya sekedar mampu
menyelamatkan semua manusia.
Lalu Hendriksen mengatakan
bahwa untuk mengerti ayat ini kita harus mempelajari arti dari kata ‘Juruselamat’, dan ia lalu menunjukkan sederetan
ayat-ayat yang dalam LXX / Septuaginta (Perjanjian Lama berbahasa Yunani)
menggunakan kata SOTER (= Juruselamat), yaitu:
¨
Hak 3:9 - “Lalu berserulah orang Israel kepada TUHAN, maka TUHAN
membangkitkan seorang penyelamat bagi orang Israel, yakni Otniel, anak Kenas adik
Kaleb”.
¨
Neh 9:27 - “Lalu Engkau
menyerahkan mereka ke tangan lawan-lawan mereka, yang menyesakkan mereka. Dan
pada waktu kesusahan mereka berteriak kepadaMu, lalu Engkau mendengar dari
langit dan karena kasih sayangMu yang besar Kauberikan kepada mereka orang-orang yang menyelamatkan mereka dari tangan lawan mereka”.
¨
Obaja 21 - “Penyelamat-penyelamat akan naik ke atas gunung Sion untuk
menghukumkan pegunungan Esau; maka Tuhanlah yang akan empunya kerajaan itu”.
¨
Ul 32:15 - “Lalu menjadi gemuklah Yesyurun, dan
menendang ke belakang, - bertambah gemuk engkau, gendut dan tambun - dan ia
meninggalkan Allah yang telah menjadikan dia, ia memandang rendah gunung
batu keselamatannya [Lit: ‘the rock of
his Saviour’ (= batu
karang Juruselamatnya)]”.
Catatan: perhatikan bahwa dalam
ayat-ayat di atas kata SOTER (= Juruselamat) tidak digunakan dalam hubungannya
dengan keselamatan rohani / hidup yang kekal,
tetapi dalam hubungannya dengan keselamatan jasmani /
duniawi / sementara.
Ayat-ayat lain yang bisa
diperhatikan dalam persoalan ini adalah: Yes 43:3,11 Yes 45:15,21
Yes 49:26 Yes 60:16 Yer 14:8
Hos 13:4.
Hendriksen juga mengatakan
bahwa Allah sering disebut sebagai Juruselamat, karena Ia telah
menyelamatkan Israel dari Mesir, seperti dalam:
*
Maz 25:5 - “Bawalah aku berjalan dalam
kebenaranMu dan ajarlah aku, sebab Engkaulah Allah yang menyelamatkan aku [NIV: ‘you are God my Saviour’ (= Engkau adalah Allah Juruselamatku)],
Engkau kunanti-nantikan sepanjang hari”.
*
Maz 106:21 - “Mereka melupakan Allah yang telah menyelamatkan mereka, yang telah melakukan hal-hal yang
besar di Mesir”.
Tetapi Ia ‘tidak berkenan kepada bagian yang terbesar dari mereka’ (1Kor
10:5).
William Hendriksen lalu mengatakan: “In a sense, therefore, he was the Saviour
or Soter of all, but especially of those who believed. With the latter, with
them alone, he was ‘well pleased.’” (= Karena itu, dalam arti tertentu Ia adalah
Juruselamat atau SOTER dari semua, tetapi terutama dari mereka yang percaya. Hanya kepada yang terakhir inilah Ia berkenan) - hal 155.
Hendriksen juga menyoroti
Yes 63:8-10 - “(8) Bukankah Ia berfirman: ‘Sungguh, merekalah
umatKu, anak-anak yang tidak akan berlaku curang,’ maka Ia menjadi
Juruselamat mereka (9) dalam segala kesesakan mereka. Bukan seorang duta atau utusan, melainkan Ia
sendirilah yang menyelamatkan mereka; Dialah yang menebus mereka dalam
kasihNya dan belas kasihanNya. Ia mengangkat dan menggendong mereka selama
zaman dahulu kala. (10) Tetapi mereka memberontak dan mendukakan Roh KudusNya; maka Ia berubah
menjadi musuh mereka, dan Ia sendiri berperang melawan mereka”.
Ayat ini juga menunjukkan
bahwa sekalipun orang-orang yang dibicarakan itu mempunyai Allah sebagai Juruselamat mereka (dalam persoalan jasmani),
tetapi mereka tidak diselamatkan (secara rohani).
Hendriksen lalu
menyimpulkan: “According
to the Old Testament, then, God is Soter not only of those who enter his
everlasting kingdom but in a sense also of others, indeed, of all
those whom he delivers from temporary disaster” [= Jadi,
menurut Perjanjian Lama Allah adalah SOTER (Juruselamat) bukan
hanya dari mereka yang memasuki kerajaanNya yang kekal, tetapi dalam
arti tertentu juga dari orang-orang lain, dari semua mereka yang Ia bebaskan dari bencana sementara] - hal 155.
Ia menambahkan lagi bahwa
baik dalam Perjanjian Lama maupun Perjanjian Baru kebaikan Allah ditunjukkan
kepada semua orang dan bahkan kepada binatang dan tanaman (Maz 36:7 Maz 104:25-28
Maz 145:9,16,17
Yun 4:10-11 Mat 5:45 Luk 6:35
Kis 17:25,28).
William Hendriksen: “In the New Testament this
teaching is continued, ... He preserves, delivers, and in that
sense ‘saves,’ and that ‘saving’ activity is by no means confined to the elect! On the Voyage Dangerous (to Rome) God ‘saved’ not only Paul but all
those who were with him (Acts 27:22,31,44)” [= Dalam Perjanjian Baru ajaran ini dilanjutkan, ... Ia memelihara,
membebaskan, dan dalam arti itu ‘menyelamatkan’, dan aktivitas ‘penyelamatan’
itu sama sekali tidak terbatas pada orang-orang pilihan! Dalam pelayaran yang berbahaya ke
Roma, Allah ‘menyelamatkan’ bukan hanya Paulus tetapi semua mereka yang ada
bersama dengan dia (Kis 27:22,31,44)] - hal 155.
Bdk. Kis 27:22,31,44 - “(22) Tetapi sekarang, juga dalam kesukaran ini, aku menasihatkan kamu, supaya
kamu tetap bertabah hati, sebab tidak seorangpun di antara kamu yang akan binasa, kecuali kapal ini. ... (31) Karena
itu Paulus berkata kepada perwira dan prajurit-prajuritnya: ‘Jika mereka tidak
tinggal di kapal, kamu
tidak mungkin selamat.’ ... (44) dan supaya orang-orang lain menyusul dengan mempergunakan
papan atau pecahan-pecahan kapal. Demikianlah mereka semua selamat naik ke darat”.
William Hendriksen: “This is really all that is
needed in clarification of our present passage, 1Tim 4:10. What the apostle
teaches amounts, accordingly, to this, ‘We have our hope set on the living God,
and in this hope we shall not be disappointed, for not only is he a kind God,
hence the Soter (Perserver, Deliverer) of all men, showering blessings upon them,
but he is in a very special sense the Soter (Savior) of those who by faith
embrace him and his promise, for to them he imparts salvation, everlasting life
in all its fulness’” [= Inilah yang dibutuhkan dalam penjelasan tentang
text kita saat ini, 1Tim 4:10. Apa yang diajarkan oleh sang rasul adalah ini:
‘Kami meletakkan pengharapan kami pada Allah yang hidup, dan dalam pengharapan
ini kami tidak akan dikecewakan, karena Ia bukan hanya merupakan Allah yang
baik, yang merupakan SOTER (Pemelihara, Pembebas) dari semua orang, yang mencurahkan berkatNya kepada mereka, tetapi dalam arti yang sangat khusus Ia adalah SOTER
(Juruselamat) dari mereka yang dengan iman memeluk Dia dan janjiNya, karena kepada mereka Ia memberikan
keselamatan, hidup yang kekal dalam seluruh kepenuhannya’] - hal 156.
Kesimpulan:
kata SOTER bisa menunjuk pada Juruselamat dalam keselamatan jasmani, bisa juga menunjuk pada Juruselamat dalam
keselamatan rohani. Dalam arti pertama, Allah adalah SOTER dari semua orang. Dalam arti kedua Allah hanyalah SOTER dari
orang-orang pilihan. Karena itulah maka ada kata-kata ‘terutama mereka yang percaya’.
Dengan demikian jelaslah bahwa ayat ini tidak mendukung Universal Atonement (= Penebusan
Universal) ataupun menentang Limited
Atonement (= Penebusan terbatas).
g) Tit 2:11 - “Karena kasih karunia
Allah yang menyelamatkan semua
manusia sudah nyata”.
Catatan: ayat ini diterjemahkan secara
berbeda-beda.
KJV: ‘For the grace of God that bringeth salvation hath appeared to
all men’ (= Karena kasih karunia Allah yang membawa keselamatan telah
muncul / tampak kepada semua orang).
RSV: ‘For the
grace of God has appeared for the salvation of all men’ (= Karena kasih
karunia Allah telah muncul / tampak untuk keselamatan semua orang).
NIV: ‘For the
grace of God that brings salvation has appeared to all men’ (= Karena kasih
karunia Allah yang membawa keselamatan telah muncul / tampak kepada semua orang).
NASB: ‘For the
grace of God has appeared, bringing salvation to all men’ (= Karena kasih
karunia Allah telah muncul / tampak, membawa keselamatan bagi semua orang).
Dari terjemahan KJV / NIV tak terlihat bahwa Allah menyelamatkan semua
orang, tetapi hanya bahwa keselamatan itu muncul / tampak (= ditawarkan) kepada
semua orang, sehingga jelas bahwa ayat ini tidak bertentangan dengan doktrin Limited
Atonement (= Penebusan Terbatas).
Adam Clarke: “Literally
translated, the words stand thus: ‘For the grace of God, that which saves, hath
shone forth upon all men.’ Or, as it is expressed in the margin of our King
James Version: ‘The grace of God, that bringeth salvation to all men, hath
appeared.’ Since God’s grace signifies God’s favour, any benefit received from
him may be termed God’s grace. In this place, and in Col
1:6, the Gospel, which points out God’s infinite mercy to the world, is termed
the grace of God; for it is not only a favour of infinite worth in itself, but
it announces that greatest gift of God to man, the incarnation and atoning
sacrifice of Jesus Christ. Now it cannot be said, except in a very refined and
spiritual sense, that this Gospel had then appeared to all men; but it may be well
said that it bringeth salvation to all men; this is its design; and it was to
taste death for every man that its author came into the world. There is a
beauty and energy in the word epephanee,
hath shined out, that is rarely noted; it seems to be a metaphor taken from the
sun. As by his rising in the east and shining out, he enlightens, successively,
the whole world; so the Lord Jesus, who is called the Sun of righteousness, Mal
4:2, arises on the whole human race with healing in his wings. And as the
light and heat of the sun are denied to no nation nor individual, so the grace
of the Lord Jesus, this also shines out upon all; and God designs that all
mankind shall be as equally benefited by it in reference to their souls, as
they are in respect to their bodies by the sun that shines in the firmament of
heaven. But as all the parts of the earth are not immediately illuminated, but
come into the solar light successively, not only in consequence of the earth’s
diurnal revolution round its own axis, but in consequence of its annual
revolution round its whole orbit; so this Sun of righteousness, who has shined
out, is bringing every part of the habitable globe into his divine light; that
light is shining more and more to the perfect day; so that gradually and
successively he is enlightening every nation, and every man; and, when his
great year is filled up, every nation of the earth shall be brought into the
light and heat of this unspotted, uneclipsed, and eternal Sun of righteousness
and truth. Wherever the Gospel comes, it brings salvation - it offers
deliverance from all sin to every soul that hears or reads it. As freely as the
sun dispenses his genial influences to every inhabitant of the earth, so freely
does Jesus Christ dispense the merits and blessings of his passion and death to
every soul of man. From the influences of this spiritual Sun no soul is
reprobated anymore than from the influences of the natural sun. In both cases,
only those who willfully shut their eyes, and hide themselves in darkness, are
deprived of the gracious benefit” (= Diterjemahkan secara hurufiah,
kata-katanya adalah demikian: ‘Karena kasih karunia Allah, itu yang
menyelamatkan, telah bersinar / memancar kepada semua orang’. Atau, seperti
dinyatakan di catatan tepi dari KJV kita: ‘kasih karunia Allah, yang membawa
keselamatan kepada semua orang, telah tampak / muncul’. Karena kasih karunia
Allah menunjukkan kebaikan Allah, manfaat apapun yang diterima dari Dia bisa
disebut kasih karunia Allah. Di tempat ini, dan dalam
Kol 1:6, Injil, yang menunjukkan belas kasihan yang tak terbatas dari Allah
kepada dunia, disebut kasih karunia Allah; karena itu bukan hanya suatu
kebaikan yang nilainya tak terbatas dalam dirinya sendiri, tetapi itu
mengumumkan karunia terbesar dari Allah kepada manusia itu, inkarnasi dan
korban penebusan dari Yesus Kristus. Tak bisa
dikatakan, kecuali dalam arti yang sangat diperhalus dan rohani, bahwa Injil
ini pada saat itu sudah muncul / tampak kepada semua orang; tetapi bisa
dikatakan dengan baik bahwa Injil itu membawa keselamatan kepada semua orang;
ini adalah rancangan dari Injil; dan adalah
untuk mencicipi kematian untuk setiap oranglah Penciptanya datang ke dalam
dunia. Di sini ada suatu keindahan
dan kekuatan dalam kata EPEPHANEE, telah bersinar / memancar, yang jarang
diperhatikan; itu kelihatannya merupakan suatu kiasan yang diambil dari
matahari. Seperti terbitnya dan memancarnya
matahari di Timur dan, ia menerangi seluruh dunia secara berurutan; demikianlah
Tuhan Yesus, yang disebut Surya kebenaran, Mal 4:2, muncul kepada seluruh umat
manusia dengan kesembuhan pada sayapNya. Dan seperti terang dan panas dari
matahari tidak ditahan dari bangsa atau individu manapun, demikian juga kasih
karunia dari Tuhan Yesus, ini juga bersinar kepada semua orang; dan Allah
merancang supaya seluruh umat manusia akan mendapatkan manfaat secara sama
olehnya berkenaan dengan jiwa mereka, seperti mereka mendapat manfaat
berkenaan dengan tubuh mereka oleh matahari yang bersinar di cakrawala dari
langit. Tetapi seperti tidak semua bagian dari bumi diterangi dengan segera,
tetapi datang pada sinar matahari berturut-turut, bukan hanya dalam konsekwensi
dari perputaran tiap hari pada porosnya, tetapi dalam konsekwensi dari
perputaran tahunan sekeliling orbitnya; demikian juga Surya kebenaran ini, yang
telah bersinar, sedang membawa setiap bagian dari dunia yang dihuni kepada
terang ilahiNya; sehingga terang itu bersinar makin lama makin terang sampai
tengah hari; sehingga perlahan-lahan dan berturut-turut, Ia sedang menerangi setiap
bangsa, dan setiap orang; dan pada waktu tahunNya yang agung dipenuhi, setiap
bangsa dari bumi akan dibawa ke dalam terang dan panas dari Surya kebenaran
yang tak berbercak, tak tertutup dan kekal ini. Dimanapun Injil datang, itu membawa keselamatan - itu menawarkan pembebasan dari semua dosa
kepada setiap jiwa yang mendengar atau membacanya. Seperti bebasnya
matahari membagikan pengaruhnya yang ramah / periang kepada setiap penduduk
bumi, demikian juga Yesus Kristus membagikan jasa / manfaat dan berkat dari
penderitaan dan kematianNya kepada setiap jiwa manusia. Dari pengaruh dari Surya rohani ini tak ada jiwa yang ditentukan binasa seperti tak ada jiwa yang tidak mendapat pengaruh dari matahari
alamiah. Dalam kedua kasus,
hanya mereka yang secara sengaja menutup mata mereka, dan menyembunyikan diri
mereka sendiri dalam kegelapan, tidak mendapatkan manfaat yang penuh kasih
karunia).
Kol 1:6 - “yang sudah sampai kepada kamu. Injil itu
berbuah dan berkembang di seluruh dunia, demikian juga di antara kamu sejak
waktu kamu mendengarnya dan mengenal kasih
karunia Allah dengan sebenarnya”.
Mal 4:2 - “Tetapi kamu yang takut akan namaKu, bagimu
akan terbit surya kebenaran dengan kesembuhan pada sayapnya. Kamu akan keluar dan berjingkrak-jingkrak seperti anak
lembu lepas kandang”.
Tanggapan saya:
1. Dengan
ilustrasi seperti itu, bagaimana Adam Clarke menjelaskan fakta, dalam Alkitab
maupun dalam kehidupan sekarang ini, tentang banyak sekali orang, yang sampai
mati tak pernah mendengar Injil?
Clarke kelihatannya juga memikirkan hal ini, dan ia berusaha memecahkan
problem ini dengan berkata sebagai berikut: “Light
being created, and in a certain measure dispersed, at least three whole days
before the sun was formed; (for his creation was a part of the fourth day’s
work;) so, previously to the incarnation of Christ, there was spiritual light
in the world; for he diffused his beams while his orb was yet unseen. And even
now, where by the preaching of his Gospel he is not yet manifested, he is that
true light which enlightens every man coming into the world; so that the moral
world is no more left to absolute darkness, where the Gospel is not yet
preached, than the earth was the four days which preceded the creation of the
sun, or those parts of the world are where the Gospel has not yet been
preached” [= Terang diciptakan, dan dalam ukuran tertentu
disebarkan, sedikitnya 3 hari penuh sebelum matahari dibentuk; (karena
penciptaan matahari merupakan sebagian dari pekerjaan pada hari keempat);
demikian juga sebelum inkarnasi Kristus, disana ada terang rohani dalam dunia;
karena Ia menyebarkan sinarNya sementara bulatan bumiNya belum terlihat. Dan
bahkan sekarang, dimana oleh pemberitaan InjilNya Ia belum dinyatakan, Ia
adalah terang yang sejati itu, yang menerangi setiap orang yang datang ke dalam
dunia; sehingga dunia moral tidak ditinggalkan dalam kegelapan mutlak, dimana
Injil belum diberitakan, sama seperti bumi ada selama 4 hari yang mendahului
penciptaan matahari, atau bagian-bagian dari dunia itu dimana Injil belum diberitakan].
Jawaban saya:
Ini adalah penyamaan
dari dua hal yang sama sekali tidak sama dan merupakan pengalegorian yang tidak
pada tempatnya!
Memang sebelum
inkarnasi, ada terang dari hukum Taurat, sehingga orang-orang yang mempunyai
hukum Taurat, bisa saja selamat. Tetapi bagaimana dengan orang-orang yang tidak
punya hukum Taurat? Mereka memang mempunyai hukum hati nurani, tetapi bisakah ‘terang
itu’ menyelamatkan? Mustahil! Karena Ro 2:12 berbunyi: “Sebab semua orang yang
berdosa tanpa hukum Taurat akan binasa tanpa hukum Taurat; dan semua orang yang berdosa di bawah hukum Taurat
akan dihakimi oleh hukum Taurat”.
Dan keadaan ini (adanya banyak orang yang sampai mati tidak pernah
mendengar Injil) akan berlangsung sampai kedatangan Kristus yang keduakalinya.
Tetapi bagaimana dengan Mat 24:14?
Mat 24:14 - “Dan Injil Kerajaan ini akan diberitakan di seluruh dunia menjadi
kesaksian bagi semua bangsa, sesudah itu barulah tiba kesudahannya.’”.
Ayat ini tidak bisa
ditafsirkan secara mutlak, bahwa Kristus baru akan datang kalau setiap orang
sudah mendengar Injil. Ayat ini hanya bisa diartikan bahwa secara umum
Injil sudah diberitakan di semua negara dan bangsa.
2. Dalam dua
kalimat yang terakhir, ia menganggap bahwa siapapun yang tidak mendapatkan
manfaat dari Injil, itu adalah karena kesalahan mereka sendiri, yang menutup
mata mereka sendiri, bukan karena mereka ditentukan untuk binasa (reprobate).
Tetapi dalam kasus orang yang sampai mati tak pernah mendengar Injil, jelas
bahwa mereka tidak mendapat manfaat dari Injil bukan karena mereka sengaja
menutup mata! Berapapun lebarnya mereka membuka mata mereka, mereka tak akan
mendapatkan manfaat dari injil, yang tidak pernah sampai ke mata / telinga
mereka!
Ro 10:13-14,17
- “(13) Sebab, barangsiapa yang berseru
kepada nama Tuhan, akan diselamatkan. (14) Tetapi bagaimana mereka dapat
berseru kepadaNya, jika mereka tidak percaya kepada Dia? Bagaimana mereka dapat percaya kepada Dia,
jika mereka tidak mendengar tentang Dia.
Bagaimana mereka mendengar tentang Dia, jika tidak ada yang memberitakanNya?
... (17) Jadi, iman timbul dari
pendengaran, dan pendengaran
oleh firman Kristus”.
3. Pada bagian
yang saya beri garis bawah ganda, Clarke mula-mula mengatakan ‘membawa keselamatan’ tetapi lalu mengubahnya menjadi ‘menawarkan pembebasan’. Padahal dua istilah ini sangat berbeda!
4. Clarke
menggunakan ayat ini untuk menentang, baik predestinasi maupun penebusan
terbatas. Tetapi kalau ayat-ayat ini diterjemahkan seperti dalam KJV / NIV,
tentu saja dengan penafsiran bahwa kata-kata ‘all men’ (= semua orang) tidak dimutlakkan, maka ayat ini tidak
menentang kedua doktrin Reformed / Calvinisme ini!
Lenski: “Here
is the universality of this saving grace, which is in direct contradiction to
Calvin’s limited grace” (= Di sini ada ke-universal-an dari kasih karunia yang menyelamatkan,
yang ada dalam kontradiksi langsung dengan kasih karunia yang terbatas dari
Calvin).
Padahal di bagian awal dari tafsirannya tentang ayat ini Lenski mengakui
bahwa text dari ayat ini membicarakan golongan-golongan manusia.
Lenski: “This
summary of ‘the teaching’ presents the salvation purchased and won for all men,
... Paul reserves this summary until the last because it is not pertinent only
to ‘slaves’ (v. 9), for he admonishes all
the different classes of Christians to do good works. He speaks of slaves
only as being one of these classes; nor can this gospel summary be restricted
to slaves” [= Ringkasan dari ‘pengajaran’ ini menyajikan keselamatan yang telah
dibeli dan dimenangkan untuk semua orang, ... Paulus mencadangkan ringkasan ini
sampai akhir karena itu berhubungan bukan hanya dengan ‘budak-budak /
hamba-hamba’ (ay 9), karena ia menasehati semua golongan-golongan yang berbeda dari orang-orang Kristen untuk melakukan perbuatan / pekerjaan baik. Ia berbicara tentang
budak-budak / hamba-hamba sebagai salah satu dari golongan-golongan ini; juga
ringkasan Injil ini tidak bisa dibatasi kepada budak-budak / hamba-hamba].
Calvin (tentang Tit 2:11): “‘Bringing
salvation to all men,’ That it is common to all is expressly testified by him on
account of the slaves of whom he had spoken. Yet he does not mean individual
men, but rather describes individual classes, or various ranks of life” (= ‘Membawa keselamatan kepada semua orang’, Bahwa itu bersifat umum bagi semua orang disaksikan secara
jelas olehnya karena budak-budak tentang siapa ia telah berbicara. Tetapi ia tidak memaksudkan orang-orang secara individu, tetapi
sebaliknya menggambarkan golongan-golongan individu, atau bermacam-macam
kedudukan dari kehidupan).
Catatan: kontext memang
berkenaan dengan hamba-hamba.
Tit 2:9-11 - “(9) Hamba-hamba hendaklah taat kepada tuannya dalam
segala hal dan berkenan kepada mereka, jangan membantah, (10) jangan curang,
tetapi hendaklah selalu tulus dan setia, supaya dengan demikian mereka dalam
segala hal memuliakan ajaran Allah, Juruselamat kita. (11) Karena kasih karunia
Allah yang menyelamatkan semua manusia sudah nyata”.
William Hendriksen: “It brought this salvation to ‘all men.’ ...
Here in Titus 2:11 the context makes the meaning very clear. Male or female,
old or young, rich or poor: all
are guilty before God, and from them all
God gathers his people. Aged men, aged women, young women, young(er) men, and
even slaves (see verses 1–10) should live consecrated lives, for the grace of God has appeared
bringing salvation to men of all
these various groups or classes. ‘All men’ here in verse 11 = ‘us’ in verse 12.
Grace did not bypass the aged because they are aged, nor women because they are
women, nor slaves because they are merely slaves, etc. It dawned upon all, regardless of age, sex, or
social standing. Hence, no one can derive, from the particular group or caste
to which he belongs, a reason for not living a Christian life” [= Itu membawa
keselamatan ini kepada ‘semua orang’. ... Di sini dalam Tit 2:11 kontextnya
membuat sangat jelas. Laki-laki atau perempuan, tua atau muda, kaya atau miskin:
semua bersalah di hadapan Allah, dan dari mereka semua Allah mengumpulkan
umatNya. Laki-laki tua, perempuan-perempuan tua, perempuan-perempuan muda,
laki-laki (yang lebih) muda, dan bahkan hamba-hamba (lihat ayat 1-10) harus
menjalani hidup yang dikuduskan, karena kasih karunia Allah telah muncul /
tampak membawa keselamatan kepada orang-orang dari semua kelompok-kelompok dan
golongan-golongan yang bermacam-macam ini. ‘Semua orang’ di sini dalam ay 11 = ‘kita’ dalam ay 12.
Kasih karunia tidak mem-by-pass / melewati yang tua karena mereka tua, atau
perempuan karena mereka adalah perempuan, atau hamba karena mereka adalah
semata-mata hamba, dsb. Itu menyingsing kepada semua, tak tergantung pada usia,
jenis kelamin, ataupun kedudukan sosial. Jadi, tak seorangpun bisa mendapatkan,
dari kelompok atau kasta / golongan khusus dimana mereka termasuk, suatu alasan
untuk tidak menjalani suatu kehidupan Kristen].
Tit 2:1-12 - “(1)
Tetapi engkau, beritakanlah apa yang sesuai dengan ajaran yang sehat: (2) Laki-laki yang tua hendaklah hidup sederhana,
terhormat, bijaksana, sehat dalam iman, dalam kasih dan dalam ketekunan. (3)
Demikian juga perempuan-perempuan yang tua,
hendaklah mereka hidup sebagai orang-orang beribadah, jangan memfitnah, jangan
menjadi hamba anggur, tetapi cakap mengajarkan hal-hal yang baik (4) dan dengan
demikian mendidik perempuan-perempuan muda
mengasihi suami dan anak-anaknya, (5) hidup bijaksana dan suci, rajin mengatur
rumah tangganya, baik hati dan taat kepada suaminya, agar Firman Allah jangan
dihujat orang. (6) Demikian juga orang-orang muda;
nasihatilah mereka supaya mereka menguasai diri dalam segala hal (7) dan jadikanlah
dirimu sendiri suatu teladan dalam berbuat baik. Hendaklah engkau jujur dan
bersungguh-sungguh dalam pengajaranmu, (8) sehat dan tidak bercela dalam
pemberitaanmu sehingga lawan menjadi malu, karena tidak ada hal-hal buruk yang
dapat mereka sebarkan tentang kita. (9) Hamba-hamba
hendaklah taat kepada tuannya dalam segala hal dan berkenan kepada mereka,
jangan membantah, (10) jangan curang, tetapi hendaklah selalu tulus dan setia,
supaya dengan demikian mereka dalam segala hal memuliakan ajaran Allah, Juruselamat
kita. (11) Karena kasih karunia Allah yang menyelamatkan semua manusia sudah nyata. (12) Ia mendidik kita supaya kita
meninggalkan kefasikan dan keinginan-keinginan duniawi dan supaya kita hidup bijaksana, adil dan beribadah di dalam
dunia sekarang ini”.
h) Pembahasan
Ibr 2:9.
Ibr 2:9 - “Tetapi Dia, yang untuk waktu yang singkat dibuat sedikit lebih rendah
dari pada malaikat-malaikat, yaitu Yesus, kita lihat, yang oleh karena
penderitaan maut, dimahkotai dengan kemuliaan dan hormat, supaya oleh kasih
karunia Allah Ia
mengalami maut bagi semua manusia”.
KJV: ‘he ... should taste death for every man’ (= Ia ... merasakan / mengecap kematian untuk setiap orang).
Penafsiran Arminian tentang Ibr 2:9 ini.
1. Penafsiran Adam Clarke.
Adam Clarke: “It was a custom in ancient times
to take off criminals by making them drink a cup of poison. ... The reference
in the text seems to point out the whole human race as being accused, tried, found guilty, and condemned, each having his own poisoned cup to
drink; and Jesus, the wonderful Jesus, takes the cup out of the hand of each, and cheerfully and with alacrity
drinks off the dregs! Thus having drunk every man’s poisoned cup, he tasted that death which they must have endured, had not their cup been drunk by another” (= Merupakan kebiasaan pada jaman
kuno untuk membunuh para kriminil dengan memaksa mereka meminum secawan racun.
... Referensi dalam text ini kelihatannya menunjuk seluruh umat manusia sebagai orang-orang yang dituduh,
diadili, dinyatakan bersalah, dan dijatuhi hukuman, masing-masing mempunyai cawan racunnya sendiri
untuk diminum; dan Yesus, Yesus yang luar biasa, mengambil cawan itu dari
tangan masing-masing, dan dengan gembira dan rela meminum sampah / ampas tersebut!
Demikianlah setelah meminum cawan beracun dari setiap orang, Ia merasakan kematian yang harus mereka alami, seandainya cawan mereka tidak diminum oleh orang lain) - hal 697.
Clarke lalu mambandingkan cawan beracun ini dengan cawan dalam
Mat 26:39 - “Maka Ia maju sedikit, lalu sujud dan berdoa,
kataNya: ‘Ya BapaKu, jikalau sekiranya mungkin, biarlah cawan ini lalu dari padaKu, tetapi
janganlah seperti yang Kukehendaki, melainkan seperti yang Engkau kehendaki.’”.
Dan Clarke lalu mengatakan lagi: “But without his drinking it, the salvation
of the world would have been impossible; and therefore he cheerfully drank it
in the place of every human soul, and thus made atonement for the sin of the whole world” (= Tetapi jika Ia tidak meminumnya, keselamatan dari
dunia adalah mustahil; dan karena itu Ia dengan gembira meminumnya untuk
menggantikan setiap jiwa manusia, dan dengan demikian membuat penebusan untuk dosa seluruh dunia) - hal 697.
Ada 2 hal yang perlu diberikan sebagai komentar tentang kata-kata Clarke
ini:
a. Clarke terlalu
gegabah dan terlalu cepat dalam mengatakan bahwa text ini menunjuk kepada seluruh umat manusia. Ia sama sekali tidak memperhatikan
kontext, seperti yang dilakukan oleh para penafsir Reformed di bawah.
b. Kalau memang
cawan beracun, yang merupakan hukuman dosa setiap orang / seluruh umat manusia
itu, sudah diminum oleh Kristus, mengapa masih ada
orang yang akhirnya harus masuk neraka? Cawan beracun mana lagi yang harus
mereka minum?
2. Penafsiran Albert Barnes.
Barnes’ Notes: “‘For every man.’ For all - uper pantoV - for each and all - whether Jew or Gentile, bond or free, high or low,
elect or non-elect. How could words affirm more clearly, that the atonement
made by the Lord Jesus was unlimited in its nature and design? How can we
express that idea in more clear or intelligible language? That this refers to
the atonement is evident - for it says that he ‘tasted death’ for them. The
friends of the doctrine of general atonement do not desire any other than
Scripture language in which to express their belief. It expresses it exactly -
without any need of modification or explanation. The advocates of the doctrine
of limited atonement cannot thus use Scripture language to express their
belief. They cannot incorporate it with their creeds, that the Lord Jesus ‘tasted
death for every man.’ They are
compelled to modify it, to limit it, to explain it, in order to prevent error
and misconceptions. But that system cannot be true which requires men to shape
and modify the plain language of the Bible, in order to keep men from error!” [= ‘Untuk setiap orang’. Untuk semua
- uper pantoV - untuk setiap dan semua orang - baik Yahudi maupun
non Yahudi, budak atau orang merdeka, tinggi atau rendah, pilihan dan non
pilihan. Bagaimana kata-kata bisa menegaskannya dengan lebih jelas, bahwa
penebusan yang dibuat oleh Tuhan Yesus adalah tak terbatas dalam sifatnya dan
rencana / tujuannya? Bagaimana kita bisa menyatakan gagasan itu dalam bahasa
yang lebih jelas / bisa dimengerti? Bahwa text ini menunjuk pada penebusan adalah jelas -
karena text ini mengatakan bahwa Ia ‘merasakan kematian’ untuk mereka. Teman-teman dari
doktrin penebusan umum (tak terbatas) tidak menginginkan apapun selain bahasa
Kitab Suci untuk menyatakan kepercayaan mereka. Text
itu menyatakannya secara persis / tepat - dengan tidak membutuhkan modifikasi /
perubahan atau penjelasan. Para pendukung dari doktrin penebusan terbatas tidak bisa menggunakan
bahasa Kitab Suci seperti itu untuk menyatakan kepercayaan mereka. Mereka tidak
bisa memasukkannya ke dalam credo / pengakuan iman mereka, bahwa Tuhan Yesus
‘merasakan kematian untuk setiap orang’.
Mereka terpaksa memodifikasinya, membatasinya, menjelaskannya, untuk mencegah
kesalahan dan kesalah-pahaman. Tetapi sistim yang mengharuskan orang untuk
membentuk dan memodifikasi bahasa yang jelas dari Alkitab untuk mencegah manusia
dari kesalahan, tidak mungkin benar] - hal 1238.
Tanggapan saya:
Ini lagi-lagi merupakan suatu ucapan bodoh dari orang yang mau menerima
Kitab Suci apa adanya. Kalau memang Kitab Suci harus selalu diterima apa adanya, untuk apa Albert
Barnes sendiri menulis buku tafsiran? Memang ada ayat-ayat
Kitab Suci yang harus dimengerti apa adanya, tetapi juga ada banyak ayat Kitab
Suci yang tidak bisa diterima apa adanya, tetapi harus ditafsirkan sambil
memperhatikan kontext atau ayat-ayat lain dari Kitab Suci, dan ayat-ayat yang termasuk golongan kedua ini tentu saja tidak bisa
dimasukkan begitu saja ke dalam credo / pengakuan iman.
Misalnya: Yoh 14:28b, dimana Yesus berkata: ‘Bapa lebih besar dari pada Aku’. Siapa yang mau menerima kata-kata
ini apa adanya dan memasukkan ke dalam credo / pengakuan imannya, selain dari
orang-orang sesat seperti Saksi Yehuwa / Unitarian?
Bahkan Yoh 10:30 yang menunjukkan kesatuan Yesus dengan Bapa,
ataupun Fil 2:6 yang menunjukkan kesetaraan Yesus dengan Allah, tidak bisa
dimasukkan begitu saja ke dalam credo tanpa penjelasan apa-apa.
Bandingkan dengan kata-kata dalam pengakuan Iman Athanasius, no 31: “Equal to the Father in
respect to his divinity, less than the Father in respect to his humanity” (= Setara dengan Sang Bapa dalam hal keilahianNya, lebih rendah dari Sang Bapa dalam
hal kemanusiaanNya).
Bandingkan juga dengan 2 text di bawah ini, yang jelas menunjukkan bahwa
Kitab Suci membutuhkan penjelasan yang baik untuk bisa dimengerti dengan benar.
·
Neh 8:9 - “Bagian-bagian dari pada kitab itu, yakni Taurat Allah, dibacakan
dengan jelas, dengan diberi keterangan-keterangan, sehingga pembacaan dimengerti”.
·
2Pet 3:15b-16 - “(15b) ... Paulus, saudara kita yang
kekasih, telah menulis kepadamu menurut hikmat yang dikaruniakan kepadanya. Hal
itu dibuatnya dalam semua suratnya, apabila ia berbicara tentang
perkara-perkara ini. (16) Dalam surat-suratnya itu ada hal-hal yang sukar difahami, sehingga orang-orang yang tidak
memahaminya dan yang tidak teguh, memutarbalikkannya menjadi kebinasaan mereka
sendiri, sama seperti yang juga mereka buat dengan tulisan-tulisan yang lain”.
Penafsiran Reformed tentang Ibr 2:9 ini.
1. Penjelasan John Owen.
a. Dalam Kitab
Suci, kata-kata ‘semua manusia’ atau
‘setiap orang’ sering digunakan
dalam arti terbatas.
John Owen: “The whole question is, who these
‘all’ are, whether all men universally, or only all those of whom the apostle
there treateth. That this expression, ‘every man’, is commonly in the Scripture
used to signify men under some restriction, cannot be denied” (=
Pertanyaannya adalah: siapa ‘semua orang’ ini, apakah itu adalah semua manusia secara universal, atau hanya
mereka yang sedang dibahas oleh sang rasul di sini. Bahwa ungkapan
‘setiap orang’ ini sering digunakan dalam Kitab Suci untuk menunjuk kepada
orang-orang dalam batasan tertentu, tidak bisa disangkal) - ‘The Works of John Owen’, vol 10, hal
349.
Owen memberi contoh:
·
Kol 1:28 - “Dialah yang kami beritakan, apabila tiap-tiap orang kami nasihati dan tiap-tiap orang
kami ajari dalam segala hikmat, untuk memimpin tiap-tiap orang kepada
kesempurnaan dalam Kristus”.
·
1Kor 12:7 - “Tetapi kepada tiap-tiap orang dikaruniakan penyataan Roh untuk
kepentingan bersama”.
Dalam kedua ayat di atas
ini, jelas bahwa kata-kata ‘tiap-tiap
orang’ tidak mungkin berarti ‘semua
dan setiap orang di seluruh dunia’.
b. Kristus jelas hanya merasakan kematian untuk
orang-orang pilihan.
John Owen: “‘To taste death’, being to drink
up the cup due to sinners, certainly for whomsoever our Saviour did taste of
it, he left not one drop for them to drink after him; he tasted or underwent
death in their stead, that the cup might pass from them which passed not from
him. Now, the cup of death passeth only from the elect, from believers; for
whomsoever our Saviour tasted death, he swallowed it up into victory” (=
‘Merasakan kematian’, meminum cawan yang seharusnya untuk orang-orang berdosa, tentu untuk siapapun Juruselamat kita merasakannya, Ia tidak
meninggalkan setetespun untuk mereka untuk diminum setelah Dia meminumnya;
Ia merasakan atau mengalami kematian di tempat mereka, supaya cawan itu berlalu dari mereka tetapi tidak
berlalu dari Dia. Nah, cawan kematian berlalu hanya
dari orang-orang pilihan, dari orang-orang percaya; untuk siapapun
Juruselamat kita merasakan kematian, Ia menelannya habis ke dalam kemenangan!)
- ‘The Works of John Owen’, vol 10,
hal 349-350.
c. Penulis surat
Ibrani ini menuliskan suratnya untuk orang-orang Yahudi, yang menganggap bahwa
penebusan Yesus hanya dimaksudkan untuk bangsa Yahudi. Untuk itulah penulis
surat Ibrani mengatakan bahwa ‘Yesus
merasakan kematian untuk semua orang’, maksudnya bukan hanya untuk orang Yahudi tetapi juga untuk orang non
Yahudi.
John Owen: “We see an evident appearing
cause that should move the apostle here to call those for whom Christ died
‘all,’ - namely, because he wrote to the Hebrews, who were deeply tainted with
an erroneous persuasion that all the benefits purchased by Messiah belonged
alone to men of their nation, excluding all others; to root out which pernicious
opinion, it behoved the apostle to mention the extent of free grace under the
gospel, and to hold out a universality of God’s elect throughout the world”
(= Kita melihat penyebab yang jelas yang menggerakkan sang rasul di sini
menyebut mereka untuk siapa Kristus mati dengan istilah ‘semua’, yaitu karena ia menulis kepada orang-orang Ibrani / Yahudi, yang mempunyai
kepercayaan yang salah bahwa semua manfaat yang dibeli oleh Mesias hanya
menjadi milik dari bangsa mereka, dengan membuang semua bangsa lain. Untuk
mencabut pandangan yang jahat / merusak ini, adalah perlu bahwa sang rasul
menyebutkan luasnya kasih karunia cuma-cuma di bawah injil, dan bersikeras
tentang keuniversalan dari orang-orang pilihan Allah di seluruh dunia)
- ‘The Works of John Owen’, vol 10,
hal 350.
d. Kontext menunjukkan bahwa kata-kata ‘semua manusia’
atau ‘setiap orang’ di sini menunjuk
hanya kepada orang-orang percaya / pilihan (Owen, hal 350).
Ibr 2:9-15 - “(9) Tetapi Dia,
yang untuk waktu yang singkat dibuat sedikit lebih rendah dari pada
malaikat-malaikat, yaitu Yesus, kita lihat, yang oleh karena penderitaan maut,
dimahkotai dengan kemuliaan dan hormat, supaya oleh kasih karunia Allah Ia mengalami maut bagi semua manusia. (10) Sebab memang sesuai dengan
keadaan Allah - yang bagiNya dan olehNya segala sesuatu dijadikan -, yaitu
Allah yang membawa banyak orang [KJV/RSV/NIV/NASB: ‘many sons’ (= banyak anak-anak)] kepada kemuliaan, juga menyempurnakan Yesus, yang memimpin mereka
kepada keselamatan, dengan penderitaan. (11) Sebab Ia yang menguduskan dan mereka yang dikuduskan, mereka semua berasal dari Satu;
itulah sebabnya Ia tidak malu menyebut mereka saudara, (12) kataNya: ‘Aku akan
memberitakan namaMu kepada saudara-saudaraKu, dan memuji-muji Engkau di
tengah-tengah jemaat,’ (13) dan lagi: ‘Aku akan menaruh kepercayaan kepadaNya,’
dan lagi: ‘Sesungguhnya, inilah Aku dan anak-anak yang telah diberikan Allah kepadaKu.’ (14) Karena anak-anak itu adalah
anak-anak dari darah dan daging, maka Ia juga menjadi sama dengan mereka dan mendapat bagian dalam keadaan mereka, supaya oleh kematianNya Ia memusnahkan dia, yaitu
Iblis, yang berkuasa atas maut; (15) dan supaya dengan jalan demikian Ia
membebaskan mereka yang seumur hidupnya berada dalam perhambaan oleh karena takutnya kepada
maut”.
Kata-kata yang digaris-bawahi itu jelas tidak menunjuk kepada ‘semua orang di dunia ini’, tetapi
menunjuk kepada ‘orang-orang pilihan /
orang-orang percaya’ saja.
2. Penjelasan Arthur W. Pink.
Ibr 2:9b - “Ia mengalami maut bagi semua manusia”.
KJV: ‘he ... should taste death for
every man’ (= Ia ... merasakan / mengecap kematian untuk setiap orang).
Arthur W. Pink mengatakan bahwa sebetulnya dalam bahasa Yunaninya tidak
ada kata ‘manusia’. Jadi
terjemahannya seharusnya adalah ‘Ia
mengalami maut bagi setiap ...’.
Arthur W. Pink: “There is no word whatever in the
Greek corresponding to ‘man’ in our English version. In the Greek it is left in
the abstract - ‘He tasted death for every.’” (= Tidak ada kata apapun dalam
bahasa Yunaninya yang sesuai dengan kata ‘manusia’ dalam versi bahasa Inggris
kita. Dalam bahasa Yunani itu dibiarkan dalam keadaan abstrak - ‘Ia merasakan
kematian untuk setiap’) - ‘The
Sovereignty of God’, hal 67.
Dan Arthur W. Pink
mengatakan bahwa kata-kata selanjutnya, yaitu Ibr 2:10, harus digunakan
untuk menjelaskan bagian terakhir dari Ibr 2:9 itu. Dan Ibr 2:10
berbunyi sebagai berikut: “Sebab memang sesuai dengan keadaan
Allah - yang bagiNya dan olehNya segala sesuatu dijadikan -, yaitu Allah yang
membawa banyak orang kepada kemuliaan, juga menyempurnakan
Yesus, yang memimpin mereka kepada keselamatan, dengan penderitaan”.
Kata ‘orang’ yang saya garis
bawahi merupakan terjemahan yang salah. KJV/RSV/NIV/NASB menterjemahkan ‘sons’ (= anak-anak), karena kata Yunani
yang dipakai adalah HUIOUS yang artinya memang adalah ‘sons’ (= anak-anak).
A. W. Pink lalu mengatakan
(hal 67) bahwa di sini terjadi suatu ellipsis (= penghapusan suatu kata yang
sebetulnya dibutuhkan untuk pengertian kalimat itu, tetapi bisa dimengerti dari
kontextnya). Dan kata itu adalah ‘sons’
(= anak-anak). Jadi, kata ‘anak-anak’ seharusnya disuplai ke dalam ayat itu
tetapi ditulis dengan huruf miring (untuk menandakan bahwa dalam bahasa aslinya
kata itu tidak ada).
A. W. Pink menambahkan lagi:
“Thus
instead of teaching the unlimited design of Christ’s death, Heb. 2:9-10 is in
perfect accord with the other scriptures we have quoted which sets forth the
restricted purpose in the Atonement: it was for the ‘sons’ and not the human
race our Lord ‘tasted death.’” (= Karena itu Ibr 2:9-10 bukannya
mengajarkan rencana / tujuan yang tak terbatas
dari kematian Kristus, tetapi sesuai secara sempurna dengan ayat-ayat Kitab
Suci lain yang telah kami kutip, yang menyatakan tujuan yang terbatas dalam penebusan: adalah untuk ‘anak-anak’ dan bukannya untuk seluruh umat manusia
Tuhan kita ‘merasakan kematian’) - ‘The
Sovereignty of God’, hal 67.
i) Pembahasan
2Pet 3:9.
Tentang 2Pet 3:9 - “Tuhan tidak lalai menepati janjiNya,
sekalipun ada orang yang menganggapnya sebagai kelalaian, tetapi Ia sabar
terhadap kamu, karena Ia menghendaki supaya jangan ada yang binasa, melainkan supaya semua orang berbalik dan bertobat”.
Ayat ini biasanya lebih
sering digunakan untuk menentang doktrin tentang Predestinasi, tetapi
kadang-kadang / bisa juga digunakan untuk menyerang doktrin tentang Limited
Atonement (= Penebusan Terbatas) ini.
Ada 2 hal yang perlu
diperhatikan dan diartikan dengan benar tentang ayat ini, yaitu:
·
kata ‘menghendaki’.
·
kata-kata ‘jangan ada’ dan ‘semua orang’.
Kalau ‘kehendak’ di sini diartikan sebagai kehendak / rencana Allah yang
kekal yang tidak mungkin gagal (Ayub 42:2b), dan kata-kata ‘jangan ada’ dan ‘semua orang’ diartikan ‘semua
orang secara mutlak’, maka ayat ini akan mengajarkan Universalisme (=
ajaran yang mengatakan bahwa akhirnya semua orang akan selamat), yang jelas
merupakan ajaran sesat, dan yang jelas ditentang baik oleh Arminianisme maupun
Reformed / Calvinisme.
Untuk menghindari ajaran
Universalisme ini, ada 2 cara untuk menafsirkan 2Pet 3:9 ini:
1. Kata ‘menghendaki’
ditafsirkan ‘mengingini’ atau
diartikan sebagai ‘kehendak yang bisa
tidak terjadi’; sedangkan kata-kata ‘jangan
ada’ dan ‘semua / semua orang’
diartikan secara mutlak.
Barnes’ Notes: “‘Not willing that any should
perish.’ That is, he does not desire it or wish it. His nature is benevolent,
and he sincerely desires the eternal happiness of all, ... the passage does not
refer to what God will do as the final Judge of mankind, but to what are his
feelings and desire now towards men. ... it would be agreeable to the nature of
God, and to his arrangements in the plan of salvation, if all men should come
to repentance, and accept the offers of mercy; ... since it is in accordance
with his nature that he should desire that all men may be saved; it may be
presumed that he has made an arrangement by which it is possible that they
should be” (= ‘Tidak menghendaki siapapun untuk binasa’. Yaitu, Ia tidak
menginginkannya atau mengharapkannya. SifatNya adalah penuh kebaikan, dan Ia dengan
sungguh-sungguh menginginkan kebahagiaan kekal dari semua, ... text ini tidak menunjuk pada apa yang
Allah akan lakukan sebagai Hakim terakhir bagi umat manusia, tetapi pada
perasaanNya dan keinginanNya sekarang ini tentang manusia. ... adalah cocok dengan sifat dari Allah,
dan dengan pengaturanNya dalam rencana keselamatan, jika semua orang bertobat,
dan menerima tawaran belas kasihan; ... karena itu cocok dengan sifatNya bahwa Ia menginginkan
supaya semua orang bisa diselamatkan; bisa dianggap bahwa Ia telah membuat
suatu pengaturan / rencana yang memungkinkan mereka untuk diselamatkan) - hal
1458.
Catatan:
·
kalau kita membandingkan kata-kata Barnes di sini dengan kata-katanya
di atas (tentang Ibr 2:9), maka terlihat bahwa ia tidak konsisten dengan
kata-katanya sendiri, karena di sini ia tidak menerima kata-kata Kitab Suci itu
apa adanya, tetapi menafsirkannya / menjelaskannya untuk menghindari
Universalisme.
·
kata-kata Barnes yang saya beri garis bawah ganda jelas berbau ‘Universal Atonement’ (= Penebusan
Universal).
Adam Clarke: “as he is willing that all should
come to repentance, consequently he has never devised nor decreed the damnation
of any man, nor has he rendered it impossible for any soul to be saved, either
by necessitating him to do evil, that he might die for it, or refusing him the
means of recovery, without which he could not be saved” (= karena Ia
menghendaki supaya semua bertobat, konsekwensinya Ia tidak pernah merencanakan ataupun
menetapkan kehancuran / hukuman kekal dari siapapun, ataupun membuat mustahil
bagi jiwa yang manapun untuk diselamatkan, apakah itu dilakukan dengan memastikan orang itu untuk
melakukan kejahatan, supaya ia mati karenanya, atau menolak untuk memberinya
cara pemulihan, tanpa hal mana ia tidak bisa diselamatkan) - hal 892.
Baik Barnes maupun Clarke
bukan hanya menghindari Universalisme, tetapi juga mengarahkan ayat ini pada
Arminianisme. Tetapi sebetulnya memungkinkan untuk mengambil tafsiran pertama
ini tanpa mengarahkannya pada Arminianisme, seperti yang kelihatannya dilakukan
oleh Calvin sendiri. Calvin mengatakan bahwa kehendak Allah di sini tidak
menunjuk kepada rencana kekal dari Allah, tetapi menunjuk kepada kehendak Allah
seperti yang dinyatakan dalam Injil, yang menawarkan keselamatan kepada semua
orang.
Calvin: “But it may be asked, If God wishes
none to perish, why is it that so many do perish? To this my answer is, that no
mention is here made of the hidden purpose of God, according to which the
reprobate are doomed to their own ruin, but only of his will as made known to
us in the gospel. For God there stretches forth his hand without a difference
to all, but lays hold only of those, to lead them to himself, whom he has
chosen before the foundation of the world” [= Tetapi bisa ditanyakan: Jika
Allah tidak menginginkan seorangpun untuk binasa, mengapa ada banyak yang
binasa? Terhadap pertanyaan ini jawaban saya adalah bahwa di sini tidak dibicarakan tentang rencana yang tersembunyi
dari Allah, yang menetapkan orang-orang yang ditentukan untuk binasa
(reprobate) pada kehancuran mereka sendiri, tetapi hanya tentang kehendakNya
seperti yang dinyatakan kepada kita dalam injil. Karena disana Allah
mengulurkan tanganNya tanpa pembedaan kepada semua orang, tetapi hanya
menangkap mereka, untuk membimbing mereka kepada diriNya sendiri, yang telah Ia
pilih sebelum penciptaan dunia ini] - hal 419-420.
Bandingkan juga dengan:
a. Yeh 18:23 - “Apakah Aku berkenan kepada kematian orang fasik?
demikianlah firman Tuhan ALLAH. Bukankah kepada pertobatannya supaya ia hidup?”.
b. Yeh 18:32 - “Sebab Aku tidak berkenan kepada kematian seseorang yang harus
ditanggungnya, demikianlah firman Tuhan ALLAH. Oleh sebab itu, bertobatlah,
supaya kamu hidup!’”.
c. Yeh 33:11 - “Katakanlah kepada
mereka: Demi Aku yang hidup, demikianlah firman Tuhan ALLAH, Aku tidak berkenan kepada kematian orang fasik,
melainkan Aku berkenan kepada pertobatan orang fasik itu
dari kelakuannya supaya ia hidup. Bertobatlah, bertobatlah dari hidupmu yang
jahat itu! Mengapakah kamu akan mati, hai kaum Israel?”.
2. Kata ‘menghendaki’
diartikan sebagai rencana yang kekal dari Allah, tetapi kata-kata ‘jangan ada’ dan ‘semua orang’ tidak diartikan secara mutlak, tetapi diartikan
sesuai dengan kontexnya.
Pertama-tama kita perlu
untuk mengetahui terjemahan yang benar dari ayat ini.
2Pet 3:9 - “Tuhan tidak lalai menepati janjiNya,
sekalipun ada orang yang menganggapnya sebagai kelalaian, tetapi Ia sabar
terhadap kamu, karena Ia menghendaki
supaya jangan ada yang binasa, melainkan
supaya semua (orang) berbalik dan
bertobat”.
Kata ‘orang’ saya letakkan dalam tanda kurung, karena sebetulnya tidak
ada dalam bahasa Yunaninya.
KJV/RSV/NIV/NASB: ‘all’ (= semua).
Selanjutnya, kata-kata ‘jangan ada’
maupun ‘semua’
harus diartikan sesuai dengan kontextnya, yang membicarakan ‘kamu’
(2Pet 3:9a). Untuk menafsirkan kata ‘kamu’ ini maka:
a. Perlu diperhatikan bahwa Petrus menujukan
suratnya ini kepada ‘mereka yang
bersama-sama dengan kami memperoleh iman oleh karena keadilan Allah dan
Juruselamat kita, Yesus Kristus’ (2Pet 1:1). Ini adalah orang-orang
yang sama dengan yang dikatakan ‘dianugerahi
janji-janji yang berharga dan yang sangat besar’ (2Pet 1:4). Ini jelas
menunjuk kepada orang-orang Kristen.
b. Kita harus memperhatikan kontext dari
2Pet 3 ini, dan akan terlihat bahwa ‘kamu’ ini adalah orang-orang yang:
·
disebut dengan istilah ‘saudara-saudaraku yang kekasih’ (2Pet 3:1).
·
dikontraskan dengan ‘pengejek-pengejek’ / ‘orang-orang yang hidup menuruti hawa
nafsunya’ dalam 2Pet 3:3, untuk siapa digunakan kata ganti
orang ‘mereka /
nya’.
2Pet 3:1-9 - “(1) Saudara-saudara yang kekasih, ini sudah surat yang kedua, yang kutulis kepadamu. Di dalam kedua surat itu aku berusaha menghidupkan
pengertian yang murni oleh peringatan-peringatan, (2) supaya kamu mengingat akan perkataan yang dahulu
telah diucapkan oleh nabi-nabi kudus dan mengingat akan perintah Tuhan dan
Juruselamat yang telah disampaikan oleh rasul-rasulmu kepadamu. (3) Yang terutama harus kamu ketahui ialah, bahwa pada hari-hari
zaman akhir akan tampil pengejek-pengejek dengan ejekan-ejekannya, yaitu orang-orang yang hidup menuruti hawa
nafsunya. (4) Kata mereka: ‘Di manakah janji tentang kedatanganNya itu? Sebab sejak bapa-bapa
leluhur kita meninggal, segala sesuatu tetap seperti semula, pada waktu dunia
diciptakan.’ (5) Mereka sengaja tidak mau tahu, bahwa oleh
firman Allah langit telah ada sejak dahulu, dan juga bumi yang berasal dari air
dan oleh air, dan bahwa oleh air itu, (6) bumi yang dahulu telah binasa,
dimusnahkan oleh air bah. (7) Tetapi oleh firman itu juga langit dan bumi yang
sekarang terpelihara dari api dan disimpan untuk hari penghakiman dan
kebinasaan orang-orang fasik. (8) Akan tetapi, saudara-saudaraku
yang kekasih, yang satu ini tidak boleh kamu lupakan, yaitu, bahwa di hadapan Tuhan
satu hari sama seperti seribu tahun dan seribu tahun sama seperti satu hari.
(9) Tuhan tidak lalai menepati janjiNya, sekalipun ada orang yang menganggapnya sebagai
kelalaian, tetapi Ia sabar terhadap kamu, karena Ia menghendaki supaya jangan ada yang binasa, melainkan supaya semua orang berbalik dan bertobat”.
Bacaan ini memang membicarakan dan mengkontraskan 2 golongan. Mula-mula
Petrus berbicara kepada golongan yang pertama, yaitu ‘saudara-saudara yang kekasih’ (ay 1), dan
ia menggunakan kata ‘kamu’ atau ‘mu’ (ay 1,2,3).
Lalu Petrus mulai berbicara tentang golongan yang kedua, yaitu ‘pengejek-pengejek’ atau ‘orang-orang yang hidup menuruti hawa
nafsunya’ (ay 3b), dan ia menggunakan kata ‘mereka’ atau ‘nya’ (ay 3b,4,5).
Tetapi mulai ay 8 Petrus kembali berbicara kepada ‘saudara-saudara yang kekasih’ (ay 8a), dan karena itu ia kembali menggunakan kata ‘kamu’ (ay 8,9).
Karena itu jelaslah bahwa kata-kata ‘kamu’ dan ‘semua orang’ dalam ay 9 menunjuk kepada orang kristen /
orang pilihan.
John Owen: “The text is clear, that it is all and only the elect whom he would not have to
perish” (= Textnya jelas, bahwa adalah semua dan
hanya orang pilihan yang tidak Ia kehendaki untuk binasa) - ‘The Works of John Owen’, vol 10, hal
349.
Lagi-lagi,
Liauw, inilah yang namanya membahas dengan seksama!
Ayat-ayat yang Menyatakan Bahwa Kristus Mati untuk Orang-orang yang Akan Binasa
• Ibrani 10:29 “Betapa lebih beratnya hukuman yang harus dijatuhkan atas dia,
yang menginjak-injak Anak Allah, yang menganggap najis darah perjanjian yang
menguduskannya, dan yang menghina kasih karunia?
Tanggapan Budi
Asali:
Ayat ini bisa dipakai oleh orang-orang
Arminian untuk menyerang 3 point dari 5 points Calvinisme, yaitu:
1. Point
ke 2 (tentang Predestinasi).
Kata-kata ‘darah
perjanjian yang menguduskannya’ bisa dipakai sebagai dasar untuk mengatakan
bahwa orang yang dibicarakan ini ditebus oleh darah Kristus, dan karena itu
jelas termasuk orang pilihan. Tetapi dari kata-kata ‘hukuman yang harus
dijatuhkan atas dia’ terlihat bahwa ia akhirnya binasa. Jadi, predestinasi
/ penentuan selamat untuk orang ini ternyata gagal.
2. Point ke 3 (tentang Limited Atonement /
Penebusan Terbatas).
Kata-kata ‘darah
perjanjian yang menguduskannya’ bisa dipakai sebagai dasar untuk mengatakan
bahwa orang yang dibicarakan ini ditebus oleh darah Kristus. Tetapi dari kata-kata
‘hukuman yang harus dijatuhkan atas dia’ terlihat bahwa ia akhirnya
binasa. Jadi, Kristus mati untuk orang yang akhirnya binasa / non pilihan, dan
ini bertentangan dengan doktrin Limited Atonement (= Penebusan
Terbatas).
3. Point ke 5 (tentang Keselamatan yang tidak
bisa hilang / Ketekunan orang-orang kudus).
Kata-kata ‘darah
perjanjian yang menguduskannya’ bisa dipakai sebagai dasar untuk mengatakan
bahwa orang yang dibicarakan ini bukan hanya ditebus oleh darah Kristus, tetapi
juga bahwa orang ini sudah percaya kepada Kristus dan sudah selamat. Tetapi
dari kata-kata ‘hukuman yang harus dijatuhkan atas dia’ terlihat bahwa
ia akhirnya binasa. Jadi, ini menunjukkan bahwa seseorang yang sudah selamat
bisa kehilangan keselamatannya.
Adam
Clarke (tentang Ibr 10:26): “If
we deliberately, for fear of persecution or from any other motive, renounce the
profession of the Gospel and the Author of that Gospel, after having rejected
the knowledge of the truth so as to be convinced that Jesus is the promised
Messiah, ... for such there remaineth no sacrifice for sins; ... Jesus being
now the only sacrifice which God will accept, those who reject him have none
other: therefore their case must be utterly without remedy. This is the meaning
of the apostle, and the case is that of a deliberate apostate - one who has
utterly rejected Jesus Christ and his atonement, and renounced the whole Gospel
system. It has nothing to do with backsliders in our common use of that term. A
man may be overtaken in a fault, or he may deliberately go into sin, and yet
neither renounce the Gospel, nor deny the Lord that bought him. His case is
dreary and dangerous, but it is not hopeless; no case is hopeless but that
of the deliberate apostate, who rejects the whole Gospel system, after having
been saved by grace, or convinced of the truth of the Gospel” (= Jika
kita dengan sengaja, karena takut terhadap penganiayaan atau dari motivasi /
alasan yang lain, meninggalkan pengakuan terhadap Injil dan Pencipta / Sumber
dari Injil itu, setelah menolak pengetahuan tentang kebenaran sehingga
diyakinkan bahwa Yesus adalah Mesias yang dijanjikan, ... untuk orang-orang
seperti itu di sana tidak tersisa korban untuk dosa-dosa; ... Karena sekarang
Yesus adalah satu-satunya korban yang Allah akan terima, mereka yang menolakNya
tidak mempunyai korban yang lain: karena itu kasus mereka haruslah sepenuhnya
tanpa obat. Ini adalah arti dari sang Rasul, dan kasusnya adalah kasus
kemurtadan sengaja - seseorang yang telah sepenuhnya menolak Yesus Kristus dan
penebusanNya, dan meninggalkan seluruh sistim Injil. Itu tidak berhubungan
dengan orang-orang yang mundur / merosot dalam penggunaan umum dari istilah
itu. Seseorang bisa diserang secara tiba-tiba dalam suatu kesalahan, atau ia
bisa dengan sengaja berjalan ke dalam dosa, tetapi tidak meninggalkan Injil,
ataupun menyangkal Tuhan yang telah membelinya. Kasusnya adalah suram dan
berbahaya, tetapi itu bukan tanpa harapan; tak ada
kasus yang tanpa harapan kecuali kasus dari kemurtadan sengaja, yang menolak
seluruh sistim Injil, setelah diselamatkan oleh kasih karunia, atau diyakinkan
tentang kebenaran dari Injil) - hal 757.
Catatan: bagian yang saya garis-bawahi, jelas merupakan pandangan
Arminian. Saya tak beranggapan bahwa orang ini sungguh-sungguh sudah
diselamatkan. Yang seperti ini tidak mungkin murtad.
Penjelasan:
Kita harus membahas Ibr 10:29 dengan
memperhatikan kontextnya, yaitu Ibr 10:25-31 - “(25) Janganlah kita
menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti dibiasakan oleh
beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasihati, dan semakin giat
melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat. (26) Sebab jika kita sengaja
berbuat dosa, sesudah memperoleh pengetahuan tentang kebenaran, maka tidak ada
lagi korban untuk menghapus dosa itu. (27) Tetapi yang ada ialah kematian yang
mengerikan akan penghakiman dan api yang dahsyat yang akan menghanguskan semua
orang durhaka. (28) Jika ada orang yang menolak hukum Musa, ia dihukum mati
tanpa belas kasihan atas keterangan dua atau tiga orang saksi. (29) Betapa
lebih beratnya hukuman yang harus dijatuhkan atas dia, yang menginjak-injak
Anak Allah, yang menganggap najis darah perjanjian yang menguduskannya, dan
yang menghina Roh kasih karunia? (30) Sebab kita mengenal Dia yang berkata:
‘Pembalasan adalah hakKu. Akulah yang akan menuntut pembalasan.’ Dan lagi:
‘Tuhan akan menghakimi umatNya.’ (31) Ngeri benar, kalau jatuh ke dalam tangan
Allah yang hidup”.
1. Ada sesuatu yang perlu diperhatikan, yaitu
bahwa bagian ini menunjuk pada kemurtadan.
Dasar dari pandangan
ini: ay 26 dan ay 28-29 menunjuk pada kemurtadan.
a. Ay 26: “Sebab jika kita sengaja berbuat dosa, sesudah memperoleh
pengetahuan tentang kebenaran, maka tidak ada lagi korban untuk menghapus dosa itu”.
Ini menunjuk pada
kebiasaan yang dilakukan terus menerus; dan ini cocok dengan kemurtadan, karena
‘murtad’ bukanlah tindakan sesaat, tetapi tindakan yang dilakukan terus
menerus.
Pulpit Commentary
(hal 268) mengatakan bahwa kata Yunani yang digunakan untuk ‘berbuat dosa’ adalah suatu participle,
yang berada bukan dalam bentuk aorist
/ lampau, tetapi dalam bentuk present,
dan karena itu menunjukkan suatu kebiasaan terus menerus.
Penafsiran ini
juga sesuai dengan ay 25 yang mendahuluinya, yang juga membicarakan kebiasaan
buruk, yaitu menjauhkan diri dari pertemuan ibadah.
Ay 25: “Janganlah
kita menjauhkan diri dari pertemuan-pertemuan ibadah kita, seperti
dibiasakan oleh beberapa orang, tetapi marilah kita saling menasihati, dan
semakin giat melakukannya menjelang hari Tuhan yang mendekat”.
Calvin
(tentang Ibr 10:26): “Those
who sin, mentioned by the
Apostle, are not such as offend in any way, but such as forsake the Church, and
wholly alienate themselves from Christ. For he speaks not here of this or of
that sin, but he condemns by name those who willfully renounced fellowship with
the Church. But there is a vast difference between particular fallings and a
complete defection of this kind, by which we entirely fall away from the grace
of Christ. And as this cannot be the case with any one except he has been
already enlightened, he says, ‘If we
sin willfully, after that we have received the knowledge of the truth;’ as
though he had said, ‘If we knowingly and willingly renounce the grace which we
had obtained.’” (= Mereka yang berbuat dosa, disebutkan oleh
sang Rasul, bukanlah orang-orang yang melakukan kesalahan dengan sembarang
cara, tetapi orang-orang
yang meninggalkan Gereja, dan sepenuhnya menjauhkan diri mereka sendiri dari
Kristus. Karena ia
berbicara di sini bukan tentang dosa ini atau dosa itu, tetapi ia mengecam
dengan nama / sebutan, mereka yang dengan sengaja meninggalkan persekutuan dengan Gereja. Tetapi ada suatu perbedaan besar antara
kejatuhan-kejatuhan khusus dan suatu tindakan meninggalkan yang lengkap / sempurna dari jenis ini,
dengan mana kita sepenuhnya murtad / jatuh dari kasih karunia Kristus. Dan karena ini tidak bisa merupakan kasus dengan
siapapun, kecuali ia telah diterangi, ia berkata, ‘Jika kita berdosa dengan
sengaja, setelah kita menerima pengetahuan tentang kebenaran’; seakan-akan ia
telah berkata, ‘Jika kita dengan tahu dan sengaja meninggalkan kasih karunia
yang telah kita terima’).
Calvin (tentang Ibr 10:26): “And that the Apostle here refers only to
apostates, is clear from the whole passage; for what he treats of is this, that
those who had been once received into the Church ought not to forsake it, as
some were wont to do. He now declares that there remained for such no sacrifice
for sin, because they had willfully sinned after having received the knowledge
of the truth. But as to sinners who fall in any other way, Christ offers
himself daily to them, so that they are to seek no other sacrifice for
expiating their sins. He denies, then, that any sacrifice remains for them who
renounce the death of Christ, which is not done by any offense except by a
total renunciation of the faith”
(= Dan bahwa sang Rasul di sini menunjuk hanya pada
orang-orang murtad, adalah jelas dari seluruh text; karena apa yang
ia bicarakan adalah ini, bahwa mereka yang telah satu kali diterima ke dalam
Gereja tidak boleh meninggalkannya, seperti beberapa orang biasa melakukannya.
Sekarang ia menyatakan bahwa untuk orang-orang seperti itu di sana tidak tersisa korban untuk dosa, karena mereka telah
berdosa dengan sengaja setelah mendapat pengetahuan
tentang kebenaran. Tetapi berkenaan dengan orang-orang berdosa yang
jatuh dengan cara lain apapun, Kristus menawarkan diriNya sendiri setiap hari
kepada mereka, sehingga mereka tidak boleh mencari korban yang lain untuk
menebus dosa-dosa mereka. Jadi, ia menyangkal bahwa
korban apapun tersisa untuk mereka yang meninggalkan / menyangkal kematian
Kristus, yang dilakukan bukan oleh sembarang pelanggaran kecuali oleh suatu
tindakan meninggalkan iman secara total).
Calvin (tentang Ibr 10:26): “The
clause, ‘after having received the knowledge of the truth,’ was added for the
purpose of aggravating their ingratitude; for he who willingly and with
deliberate impiety extinguishes the light of God kindled in his heart has
nothing to allege as an excuse before God. Let us then learn not only to
receive with reverence and prompt docility of mind the truth offered to us, but
also firmly to persevere in the knowledge of it, so that we may not suffer
the terrible punishment of those who despise it” (= Anak kalimat ‘setelah menerima
pengetahuan tentang kebenaran’, ditambahkan untuk tujuan memperburuk sikap
tidak tahu terima kasih mereka; karena ia yang dengan sukarela dan dengan
kejahatan sengaja memadamkan terang Allah yang dinyalakan dalam hatinya tidak mempunyai
apapun yang akan dinyatakan sebagai suatu
dalih di hadapan Allah. Jadi hendaklah kita belajar bukan hanya untuk
menerima dengan rasa hormat / takut, dan ketundukan langsung dari pikiran
terhadap kebenaran yang ditawarkan kepada kita, tetapi juga dengan teguh
bertekun dalam pengetahuan tentangnya, sehingga kita tidak mengalami
penghukuman yang mengerikan dari mereka yang meremehkan / menghinanya).
b. Ay 28-29: “(28) Jika ada orang
yang menolak hukum Musa, ia dihukum mati tanpa
belas kasihan atas keterangan dua atau tiga orang
saksi. (29) Betapa lebih
beratnya hukuman yang harus dijatuhkan atas dia, yang menginjak-injak Anak
Allah, yang menganggap najis darah perjanjian yang menguduskannya, dan yang
menghina Roh kasih karunia?”.
·
Ay 28: “Jika ada
orang yang menolak hukum Musa, ia dihukum mati tanpa belas kasihan atas keterangan dua
atau tiga orang saksi”.
Apa yang dikatakan oleh
ay 28 ini tidak menunjuk kepada seadanya dosa (karena dalam hukum Musa
tidak semua dosa dihukum mati), tetapi menunjuk kepada dosa kemurtadan, seperti
yang digambarkan dalam Ul 17:2-7 - “(2)
‘Apabila di tengah-tengahmu di
salah satu tempatmu yang diberikan kepadamu oleh TUHAN, Allahmu, ada terdapat
seorang laki-laki atau perempuan yang melakukan apa yang jahat di mata TUHAN,
Allahmu, dengan melangkahi
perjanjianNya, (3) dan
yang pergi beribadah kepada allah lain dan sujud menyembah kepadanya, atau
kepada matahari atau bulan atau segenap tentara langit, hal yang telah Kularang itu; (4)
dan apabila hal itu diberitahukan atau terdengar kepadamu, maka engkau harus
memeriksanya baik-baik. Jikalau ternyata benar dan sudah pasti, bahwa kekejian
itu dilakukan di antara orang Israel, (5) maka engkau harus membawa laki-laki
atau perempuan yang telah melakukan perbuatan jahat itu ke luar ke pintu
gerbang, kemudian laki-laki atau perempuan itu harus kaulempari dengan batu
sampai mati. (6) Atas
keterangan dua atau tiga orang saksi haruslah mati dibunuh orang yang dihukum mati; atas keterangan satu orang saksi saja janganlah ia
dihukum mati. (7)
Saksi-saksi itulah yang pertama-tama menggerakkan tangan mereka untuk membunuh
dia, kemudian seluruh rakyat. Demikianlah harus kauhapuskan yang jahat itu dari
tengah-tengahmu.’”.
Jadi ay 28
ini mendukung tafsiran Calvin tentang ay 26 tadi, bahwa itu bukan
sembarang dosa, tetapi dosa meninggalkan Kristus / Gereja (murtad).
·
Ay 29: “Betapa lebih beratnya hukuman yang harus dijatuhkan atas
dia, yang
menginjak-injak Anak Allah, yang
menganggap najis darah perjanjian yang menguduskannya, dan yang menghina Roh kasih karunia?”.
Ay 29 ini
menunjukkan bahwa hukuman orang yang murtad dalam jaman Perjanjian Baru lebih
berat dari hukuman orang yang murtad pada jaman Perjanjian Lama. Untuk itu
perhatikan kata-kata ‘betapa lebih
beratnya’ pada awal ay 29.
Barclay: “The conviction of the writer to the Hebrew
was that, if under the old law, apostasy was a terrible thing, it had become
doubly terrible now that Christ had come” (= Keyakinan dari penulis surat
Ibrani adalah bahwa jika pada jaman Perjanjian Lama, kemurtadan merupakan
sesuatu yang mengerikan, itu menjadi mengerikan secara dobel karena sekarang
Kristus telah datang) - hal 124.
Dan ay 29 ini
juga menggambarkan kemurtadan jaman Perjanjian Baru itu sebagai:
* menginjak-injak Anak Allah.
* menganggap najis darah perjanjian yang
menguduskannya.
* menghina Roh kasih karunia.
Pulpit Commentary: “The blood of Jesus must be either on the
heart or under the heel” (= Darah Yesus harus berada, atau di hati, atau di
bawah tumit) - hal 274.
Adam Clarke dan Lenski secara explicit bahkan mengatakan bahwa
orang-orang ini adalah orang-orang yang menghujat Roh Kudus.
Adam Clarke (tentang Ibr
10:29): “This is properly the sin against the Holy Spirit,
which has no forgiveness” [= Ini secara tepat merupakan dosa terhadap / menentang Roh Kudus (menghujat Roh Kudus), yang tidak
mempunyai pengampunan].
Lenski (tentang Ibr 10:29): “It is on the basis of this mention of the Spirit, to
which are added Matt. 12:31, 32; Mark 3:28, 29; Luke 12:10, that this sin is
called the sin against the Holy Ghost and the unpardonable sin” [= Adalah berdasarkan
penyebutan Roh ini, pada mana ditambahkan Mat 12:31,32; Mark 3:28,29; Luk
12:10, bahwa dosa ini disebut dosa terhadap /
menentang Roh Kudus (menghujat Roh
Kudus)
dan dosa yang tidak dapat diampuni] - hal 360.
Saya setuju dengan penafsiran mereka ini, karena memang selama seseorang
hanya meninggalkan Kristus, tanpa disertai tindakan menghujat Roh Kudus,
seharusnya ia masih bisa bertobat dan diampuni. Tetapi kalau kemurtadannya
disertai dengan penghujatan terhadap Roh Kudus, maka itu tidak mungkin lagi
bisa diampuni.
2. Ini tidak berarti bahwa orang kristen
sejati bisa murtad.
a. Ada yang
menganggap bahwa orang dalam Ibr 10 ini adalah orang kristen yang
sejati, tetapi juga berpendapat bahwa itu tidak berarti bahwa orang kristen
yang sejati bisa murtad, karena semua ini hanya merupakan suatu pengandaian,
yang tidak betul-betul bisa terjadi.
Barnes’ Notes: “the apostle shows
that if a true Christian were to apostatize, nothing would remain for him but
the terrific prospect of eternal condemnation. ... The apostle does not,
indeed, say that any one ever would thus apostatize from the true religion, nor
is there any reason to believe that such a case has occurred; but, if it should
occur, the doom would be inevitable” (= sang rasul menunjukkan bahwa jika seorang Kristen sejati murtad, tidak ada yang
tertinggal baginya kecuali prospek yang mengerikan dari hukuman kekal. ... Tetapi sang rasul tidak mengatakan bahwa ada orang yang
murtad seperti itu dari agama yang benar, juga tidak ada alasan untuk percaya
bahwa kasus seperti itu telah terjadi; tetapi, jika hal itu terjadi, malapetaka
tidak akan terhindarkan) - hal 1310.
b. Ada yang menganggap bahwa orang yang
dibicarakan di sini adalah orang kristen KTP. Penafsiran ini didasarkan pada ayat-ayat seperti Mat 24:24 Yoh 8:31
1Yoh 2:18-19 dan 2Yoh 9, yang menunjukkan secara explicit bahwa orang
kristen yang sejati tidak mungkin bisa betul-betul sesat / murtad.
John Owen: “The season and circumstance which state the sin intended is, ‘after
we have received the knowledge of the truth.’ There is no question but that by
‘the truth,’ the apostle intends the doctrine of the gospel; and the
‘receiving’ of it is, upon the conviction of its being truth, to take on us the
outward profession of it. Only there is an emphasis in that word, thgnwsin. This word is not used anywhere to express the mere conceptions
or notions of the mind about truth, but such an acknowledgment of it as ariseth
from some sense of its power and excellency. This, therefore, is the
description of the persons concerning whom this sin is supposed: They were such
as unto whom the gospel had been preached; who, upon conviction of its truth,
and sense of its power, had taken upon them the public profession of it. And this
is all that is required to the constitution of this state” [=
waktu / masa dan keadaan yang menyatakan dosa yang dimaksudkan adalah, ‘setelah kita menerima pengetahuan tentang kebenaran’. Tidak ada keraguan
bahwa dengan ‘kebenaran’, sang rasul memaksudkan doktrin / ajaran dari injil;
dan ‘penerimaan’nya, pada keyakinan bahwa itu adalah kebenaran, menunjukkan
kepada kita pengakuan lahiriah tentangnya.
Hanya di sana ada suatu penekanan dalam kata itu, TEN EPIGNOSIN (= ‘the knowledge’ / pengetahuan). Kata ini tidak digunakan dimanapun untuk
menyatakan semata-mata pengertian atau pandangan dari pikiran tentang
kebenaran, tetapi suatu pengakuan tentangnya yang muncul dari pengertian /
perasaan tertentu tentang kuasa dan keunggulan / keindahannya. Karena
itu, ini merupakan penggambaran dari orang-orang berkenaan dengan siapa dosa
ini dianggap: Mereka adalah
orang-orang kepada siapa injil telah diberitakan; yang, pada keyakinan tentang
kebenarannya, dan pengertian / perasaan tentang kuasanya, telah melakukan
pengakuan umum tentangnya. Dan ini adalah
semua yang dibutuhkan bagi pembentukan dari keadaan ini] - ‘The Works of John Owen’, vol 6, hal
530.
Keberatan:
Kalau mereka ini memang orang kristen KTP, mengapa dalam ay 29
dikatakan ‘darah perjanjian yang menguduskannya’?
Jawaban terhadap
keberatan ini:
Matthew Poole: “‘Wherewith he was sanctified;’ ...
to despise that blood by which he thought he was so, and boasted of it, and was
so reputed by the church upon his baptism and profession of his faith, and, as
a member of the church, had a visible relation to it, ...” (= ‘dengan mana
ia dikuduskan’; ... menghina darah itu dengan mana ia kira ia dulunya demikian,
dan membanggakan tentangnya, dan dianggap demikian oleh gereja pada baptisannya
dan pengakuan tentang imannya, dan sebagai seorang anggota gereja, mempunyai
suatu hubungan yang kelihatan dengannya, ...) - hal 857.
Jadi, Matthew
Poole menganggap bahwa orang yang murtad itu disebut demikian (‘dikuduskan
oleh darah perjanjian’), hanya karena ia tadinya mengaku demikian,
atau karena ia diakui oleh gereja sebagai orang kristen, atau karena ia sudah
dibaptis, atau karena ia mengaku sebagai orang kristen, atau karena ia menjadi
anggota gereja, dan sebagainya. Jadi ayat
ini menyebut dia sesuai dengan pengakuannya atau sesuai dengan keadaan
lahiriahnya. Kitab Suci memang sering
menggambarkan orang sesuai pengakuannya / keadaan lahiriahnya (bdk. Yoh
2:23-25 Yoh 6:66 Kis 8:13).
David Dickson mengatakan (hal 60) bahwa pengudusan ini merupakan
pengudusan lahiriah, dimana seseorang dipisahkan dari dunia dan dipersembahkan
untuk melayani Allah oleh panggilan (calling) dan perjanjian (covenant),
dan ini merupakan sesuatu yang berlaku umum untuk gereja yang kelihatan. Dalam
arti seperti ini seluruh / setiap jemaat Israel disebut kudus. Ini berbeda
dengan pengudusan batiniah, yang terjadi karena tinggalnya Roh Kudus dalam diri
seseorang, dan pengudusan batiniah ini hanya bisa terjadi pada diri orang
pilihan.
John Owen kelihatannya mempunyai pandangan yang sama dengan David Dickson.
John Owen: “It
is not real or internal sanctification that is here intended; but it is a
separation and dedication unto God; in which sense the word is often used. ...
those who by baptism, and confession of faith in the church of Christ, were
separated from all others, were peculiarly dedicated to God thereby” (= Bukanlah pengudusan yang sungguh-sungguh dan
di dalam yang dimaksudkan di sini; tetapi itu merupakan suatu pemisahan dan
pendedikasian kepada Allah; dimana arti kata
itu sering digunakan. ... mereka yang oleh baptisan, dan pengakuan iman dalam
gereja Kristus, dipisahkan dari semua orang lain, secara khusus didedikasikan
kepada Allah olehnya) - ‘Hebrews’,
vol 6, hal 545.
Kata ‘menguduskan’
tidak diartikan sebagai ‘menyucikan’, tetapi sebagai suatu tindakan memisahkan
untuk dipersembahkan kepada Allah. Untuk itu perlu diketahui bahwa arti kata
‘kudus’ sebetulnya adalah:
·
‘Berbeda dengan’ / ‘terpisah dari’.
·
‘Dipersembahkan kepada Allah’.
Contoh: bangsa Israel
disebut kudus, karena mereka dipisahkan dari bangsa-bangsa lain / dibedakan
dari bangsa-bangsa lain, dan lalu dipersembahkan / diperuntukkan bagi Allah.
Demikian juga kalau hari Sabat disebut kudus, dan orang kristen disebut kudus.
Juga perhatikan
penggunaan kata ‘dikuduskan’ dan ‘kudus’ dalam 1Kor 7:14 - “Karena
suami yang tidak beriman itu dikuduskan oleh isterinya dan
isteri yang tidak beriman itu dikuduskan oleh suaminya.
Andaikata tidak demikian, niscaya anak-anakmu adalah anak cemar, tetapi
sekarang mereka adalah anak-anak kudus”.
Kita tidak mungkin
mengartikan bahwa kata ‘dikuduskan’ / ‘kudus’ di sini berarti ‘disucikan’ /
‘suci’, karena kalau diartikan demikian, maka seseorang bisa nunut / membonceng
suami / istri / orang tuanya dalam persoalan keselamatan. Jadi ‘dikuduskan’ /
‘kudus’ di sini harus diartikan ‘berbeda dengan’ / ‘terpisah dari’. Jadi,
karena adanya seseorang yang beriman dalam suatu keluarga, maka seluruh
keluarga menjadi ‘berbeda dengan’ keluarga-keluarga yang lain, yang seluruhnya
kafir. Mengapa berbeda? Karena adanya seorang anggota keluarga yang kristen,
sekalipun hal itu tidak menyelamatkan keluarga (kecuali mereka lalu bertobat),
tetapi hal itu menyebabkan keluarga tersebut ‘kecipratan’ berkat, seperti
perlindungan dan pemeliharaan dari Allah, dan sebagainya.
John Murray menafsirkan text
ini secara berbeda. Sama seperti penafsiran Hodge dalam pembahasan tentang
1Kor 8:11 di atas, John Murray beranggapan bahwa sekalipun penebusan
yang dilakukan oleh Kristus hanya memberikan keselamatan kekal kepada
orang-orang pilihan, tetapi juga memberikan
keuntungan-keuntungan jasmani / duniawi yang terbatas hanya dalam kehidupan di
dunia ini kepada orang-orang non pilihan. Karena itu tetap bisa
dikatakan bahwa Kristus mati untuk mereka yang akhirnya binasa.
John Murray: “there are benefits accruing from
the death of Christ for those who finally perish. And in view of this we may
say that in respect of these benefits Christ may be said to have died for those
who are the beneficiaries. In any case it is incontrovertible that even those
who perish are the partakers of numberless benefits that are the fruits of
Christ’s death and that, therefore, Christ’s death sustains to them this
beneficial reference, a beneficial reference, however, that does not extend
beyond this life” (= ada keuntungan-keuntungan
yang didapatkan dari kematian Kristus bagi mereka yang akhirnya binasa.
Dan mengingat akan hal ini kita bisa mengatakan bahwa berkenaan dengan keuntungan-keuntungan ini bisa dikatakan
bahwa Kristus telah mati untuk mereka, yang adalah penerima dari
keuntungan-keuntungan itu. Bagaimanapun juga merupakan sesuatu yang tidak dapat
dibantah bahwa bahkan mereka yang binasa, ikut ambil
bagian dalam keuntungan-keuntungan yang tidak terhitung, yang adalah buah-buah
dari kematian Kristus, dan bahwa karena itu, kematian Kristus
menyuplai mereka keuntungan ini, tetapi itu merupakan suatu keuntungan yang
terbatas dalam kehidupan ini) - ‘Collected
Writings of John Murray’, vol 1, hal 64-65.
Louis Berkhof: “the design of God in the work of
Christ pertained primarily and directly, not to the temporal well-being of men
in general, but to the redemption of the elect; but secondarily and indirectly
it also included the natural blessings bestowed on mankind indiscriminately.
All that the natural man receives other than curse and death is an indirect
result of the redemptive work of Christ” (= rencana Allah dalam pekerjaan
Kristus berhubungan terutama dan secara langsung bukan dengan kesejahteraan
sementara dari manusia secara umum, tetapi dengan penebusan orang-orang
pilihan; tetapi secara sekunder dan tidak langsung itu juga mencakup berkat-berkat
alamiah / biasa yang diberikan kepada umat manusia tanpa pandang bulu. Semua yang diterima oleh manusia duniawi selain kutuk
dan kematian merupakan hasil tidak langsung dari pekerjaan penebusan dari
Kristus) - ‘Systematic
Theology’, hal
438-439.
Yang manapun yang benar dari
penafsiran-penafsiran di atas ini, menunjukkan bahwa Ibr 10:29 tidak
bertentangan dengan doktrin Limited Atonement (= Penebusan Terbatas),
ataupun Predestinasi dan Ketekunan orang-orang kudus.
Lagi,
Liauw, ini yang namanya membahas ayat dengan seksama!
• 2 Petrus 2:1 ”Sebagaimana nabi-nabi palsu dahulu tampil di tengah-tengah umat
Allah, demikian pula di antara kamu akan ada guru-guru palsu. Mereka akan
memasukkan pengajaran-pengajaran sesat yang membinasakan, bahkan mereka akan
menyangkal penguasa yang telah menebus mereka dan dengan jalan demikian segera
mendatangkan kebinasaan atas diri mereka.”
Tanggapan Budi Asali:
2Pet 2:1 - “Sebagaimana
nabi-nabi palsu dahulu tampil di
tengah-tengah umat Allah, demikian pula di antara kamu akan ada guru-guru palsu. Mereka
akan memasukkan pengajaran-pengajaran sesat yang membinasakan, bahkan mereka akan menyangkal Penguasa yang telah menebus mereka dan dengan jalan demikian
segera mendatangkan kebinasaan atas diri mereka”.
Kata-kata
yang saya beri garis bawah ganda diterjemahkan oleh KJV sebagai berikut:
KJV: ‘even
denying the Lord that bought them’ (= bahkan menyangkal Tuhan yang telah
membeli mereka).
Orang-orang yang dibicarakan dalam 2Pet
2:1 ini, jelas bukan orang kristen / orang pilihan, tetapi hanya orang kristen
KTP. Ini terlihat dari beberapa fakta:
1. Mereka disebut ‘guru-guru palsu’ (ay 1,3,17),
dan mereka disamakan dengan ‘nabi-nabi palsu’ dalam Perjanjian
Lama (ay 1).
2. Adanya kalimat “Mereka akan
memasukkan pengajaran-pengajaran sesat yang membinasakan” (ay
1).
3. Neraka
telah disediakan untuk mereka.
2Pet 2:3,17 - “(3) Dan karena serakahnya guru-guru palsu itu akan berusaha mencari
untung dari kamu dengan ceritera-ceritera isapan jempol mereka. Tetapi untuk perbuatan mereka itu hukuman telah lama
tersedia dan kebinasaan tidak akan tertunda.
... (17) Guru-guru palsu itu adalah seperti mata air yang kering, seperti kabut
yang dihalaukan taufan; bagi mereka telah
tersedia tempat dalam kegelapan yang paling dahsyat”.
4. Penggambaran tentang kehidupan mereka dalam
seluruh 2Pet 2 sama sekali tidak menunjukkan bahwa mereka adalah orang
kristen yang sejati.
5. Mereka
digambarkan sebagai ‘anjing’ dan ‘babi’.
2Pet 2:22 - “Bagi mereka cocok apa yang dikatakan peribahasa yang benar ini: ‘Anjing kembali lagi ke
muntahnya, dan babi yang mandi kembali lagi ke kubangannya.’”.
Jadi, digunakannya kata-kata ‘Penguasa
yang telah menebus mereka’ / ‘Tuhan yang telah membeli mereka’
(KJV), tidak menunjukkan bahwa mereka adalah orang kristen yang sejati, tetapi
hanya menggambarkan mereka menurut pengakuan mereka.
Alexander Nisbet: “‘That they should deny the Lord that bought them;’ which is not to be
understood as if either Christ had died for such men (for then they could not
have perished, John 10:11,28), or as if they had expressly denied Christ to be
the Redeemer; for then could they not have prevailed as they did with
professors of Christ (v 2), ... The meaning therefore is that they, being by
profession and in their own and other’s esteem, redeemed ones, should vent
such errors as would in substance tend to the denial of the sovereignty and
Lordship of Christ over His people” [= ‘Bahwa mereka menyangkal Tuhan yang
telah membeli mereka’; yang tidak boleh dimengerti seakan-akan Kristus telah
mati untuk orang-orang seperti itu (karena kalau demikian mereka tidak bisa
binasa, Yoh 10:11,28), atau seakan-akan mereka secara explicit menyangkal
Kristus sebagai Penebus; karena kalau demikian mereka tidak akan bisa diikuti
oleh para pengaku Kristus (ay 2), ... Karena itu artinya adalah bahwa mereka mengaku
sebagai orang-orang yang ditebus, dan juga dalam pandangan mereka sendiri
ataupun orang-orang lain, mereka adalah orang-orang yang ditebus, tetapi mereka menyemburkan
kesalahan-kesalahan yang pada hakekatnya merupakan penyangkalan terhadap
kedaulatan dan keTuhanan dari Kristus atas umatNya] - hal
245.
Matthew Poole: “This is spoken not only of their pretences,
that they should profess themselves redeemed by Christ, but in the style of the
visible church, which should judge them to be so till they declared the
contrary by their wicked actions; ... whosoever professeth himself to be
redeemed by Christ, and yet denies him in his deeds, is said to deny the Lord
that bought him” (= Ini dikatakan bukan hanya
karena kepura-puraan mereka, dimana mereka mengaku diri mereka sendiri ditebus
oleh Kristus, tetapi dalam gaya dari gereja yang kelihatan, yang
harus menilai mereka demikian sampai mereka menyatakan sebaliknya oleh
tindakan-tindakan mereka yang jahat; ... siapapun
mengaku dirinya sendiri ditebus oleh Kristus, tetapi menyangkalNya dalam
perbuatan-perbuatannya, dikatakan menyangkal Tuhan yang telah membeli mereka)
- hal 921.
Louis Berkhof: “that these false teachers are described according to their own
profession and the judgment of charity. They gave themselves out as redeemed
men, and were so accounted in the judgment of the Church while they abode in
her communion” (= bahwa guru-guru palsu ini digambarkan menurut pengakuan mereka sendiri dan
penghakiman / penilaian dari kasih. Mereka menyatakan diri mereka sendiri sebagai
orang-orang yang ditebus, dan dianggap demikian dalam penghakiman / penilaian
dari Gereja sementara mereka tinggal dalam persekutuan Gereja) - ‘Systematic Theology’, hal 397.
Dalam
Alkitab memang ada banyak kasus dimana sesuatu / seseorang digambarkan bukan
menurut faktanya, tetapi menurut kelihatannya / pengakuan orangnya.
Contoh:
a) Yoh 2:23-25 - “(23) Dan sementara
Ia di Yerusalem selama hari raya Paskah, banyak orang percaya dalam namaNya,
karena mereka telah melihat tanda-tanda yang diadakanNya. (24) Tetapi Yesus sendiri tidak mempercayakan diriNya kepada mereka,
karena Ia mengenal mereka semua, (25) dan karena tidak perlu seorangpun memberi
kesaksian kepadaNya tentang manusia, sebab Ia tahu apa yang ada di dalam hati
manusia”.
Perhatikan bahwa
sekalipun dalam ay 23nya dikatakan bahwa orang banyak itu ‘percaya dalam
namaNya’, tetapi ay 24-25nya menunjukkan secara jelas bahwa mereka tidak
sungguh-sungguh percaya kepada Yesus!
b) Yoh 6:66 - “Mulai dari waktu
itu banyak murid-muridNya mengundurkan diri dan tidak lagi mengikut Dia”.
Perhatikan bahwa
orang-orang ini disebut dengan istilah ‘murid’, tetapi mereka ternyata
berhenti mengikut Kristus. Bandingkan dengan Yoh 8:31 - “Maka kataNya kepada
orang-orang Yahudi yang percaya kepadaNya: ‘Jikalau kamu tetap dalam firmanKu,
kamu benar-benar adalah muridKu”. Jelas bahwa berdasarkan Yoh 8:31 ini
orang yang berhenti mengikut Kristus bukanlah benar-benar murid!
c) Yoh 12:42-43 - “(42) Namun banyak juga di antara pemimpin
yang percaya kepadaNya, tetapi oleh karena orang-orang Farisi mereka tidak mengakuinya
berterus terang, supaya mereka jangan
dikucilkan. (43) Sebab mereka lebih suka
akan kehormatan manusia dari pada kehormatan Allah”.
Sekalipun
mula-mula dikatakan bahwa mereka ‘percaya kepadaNya’, tetapi lalu
dikatakan bahwa mereka ‘tidak mengakuinya berterus terang’, dan mereka ‘lebih
suka kehormatan manusia dari pada kehormatan Allah’. Memang mungkin bahwa
di antara orang-orang ini ada yang sungguh-sungguh percaya (seperti Nikodemus
dan Yusuf dari Arimatea), tetapi juga sangat besar kemungkinannya bahwa di
antara mereka ada banyak yang hanya mengaku percaya, tetapi sebetulnya tidak
sungguh-sungguh percaya kepada Yesus.
d) Kis 8:13,20-24
- “(13) Simon sendiri juga menjadi percaya, dan sesudah dibaptis, ia
senantiasa bersama-sama dengan Filipus, dan takjub ketika ia melihat
tanda-tanda dan mujizat-mujizat besar yang terjadi. ... (20) Tetapi Petrus berkata kepadanya: ‘Binasalah
kiranya uangmu itu bersama dengan engkau, karena engkau menyangka,
bahwa engkau dapat membeli karunia Allah dengan uang. (21) Tidak ada bagian atau hakmu dalam
perkara ini, sebab hatimu tidak lurus di hadapan Allah. (22) Jadi bertobatlah dari
kejahatanmu ini dan berdoalah kepada Tuhan, supaya Ia mengampuni niat hatimu
ini; (23) sebab kulihat, bahwa hatimu telah seperti empedu yang pahit dan
terjerat dalam kejahatan.’
(24) Jawab Simon: ‘Hendaklah
kamu berdoa untuk aku kepada Tuhan, supaya kepadaku jangan kiranya terjadi
segala apa yang telah kamu katakan itu.’”.
Simon tukang sihir
juga dikatakan ‘menjadi percaya’ (Kis 8:13a), tetapi dari kata-kata
Petrus yang begitu keras kepadanya dalam Kis 8:20-23, dan tanggapannya
dalam Kis 8:24, sukar untuk membayangkan bahwa ia adalah orang percaya
yang sejati.
e) Luk 8:13 - “Yang
jatuh di tanah yang berbatu-batu itu ialah orang, yang setelah mendengar firman
itu, menerimanya dengan gembira, tetapi mereka itu tidak
berakar, mereka percaya sebentar saja dan dalam masa pencobaan mereka murtad”.
Dari 4
golongan tanah dalam perumpamaan Yesus ini, jelas bahwa hanya tanah golongan 4
(yang berbuah) yang menggambarkan orang kristen yang sejati. Tanah-tanah yang
lain menggambarkan atau orang non Kristen, atau orang kristen KTP. Tetapi Luk
8:13 ini (tanah berbatu) menyebutkan ‘mereka percaya sebentar saja’. Apakah
mereka betul-betul percaya? Tidak. Mereka hanya digambarkan sesuai kelihatannya
atau sesuai pengakuan mereka. Kemurtadan mereka membuktikan mereka tidak
sungguh-sungguh percaya (bdk. 1Yoh 2:19).
f) Kej 1:16-17 - “(16) Maka Allah menjadikan kedua benda penerang yang besar itu, yakni yang lebih besar untuk menguasai siang dan yang lebih kecil untuk menguasai malam, dan
menjadikan juga bintang-bintang. (17) Allah menaruh semuanya itu di cakrawala untuk
menerangi bumi”.
Kej 1:16 menyebutkan ‘matahari dan bulan’ sebagai benda
penerang yang besar. Ada 2 hal yang perlu dipertanyakan di sini:
1. Bukankah
bulan itu bukan benda penerang? Bulan adalah benda gelap yang hanya memantulkan
sinar matahari!
2. Bukankah
bintang-bintang jauh lebih besar dari matahari dan bulan?
Jawab: Alkitab bukanlah buku ilmu
pengetahuan. Alkitab sering menulis dari sudut pandang manusia. Dari sudut
pandang manusia bulan itu bersinar / memberi terang, dan matahari dan bulan
kelihatan lebih besar dari bintang-bintang. Jadi lalu ditulis demikian. Seandainya Musa
menuliskan berdasarkan fakta / pengetahuan modern, maka Kej 1:16 kira-kira
akan berbunyi sebagai berikut: “Maka Allah menjadikan 2 benda yang kecil,
yang satu adalah benda terang untuk menguasai siang dan yang lain adalah benda
gelap yang memantulkan sinar untuk menguasai malam. Dan Allah juga menjadikan
banyak bintang yang jauh lebih besar dari kedua benda tadi”.
Coba pikirkan:
mungkinkah orang-orang jaman dahulu bisa mengerti ayat ini? Apakah mereka tidak
menjadi bingung semua dan menganggap Kitab Suci sebagai suatu omong kosong yang
bertentangan dengan fakta?
Karena itulah
Musa tidak menuliskan menurut fakta / pengetahuan modern, tetapi menurut
kelihatannya. Dan lagi-lagi ini tidak bisa dijadikan sebagai dasar untuk
mengatakan bahwa Kitab Suci salah atau bertentangan dengan ilmu pengetahuan.
Hal yang sama terjadi pada penulisan Maz 19:6-7 dan
Yos 10:12-13 (cerita tentang Yosua yang menghentikan matahari), yang
selah-olah mengajarkan bahwa matahari mengelilingi bumi. Ini juga ditulis bukan
berdasarkan fakta / ilmu pengetahuan modern, tetapi dari sudut pandang manusia,
dan karena itu kita tidak boleh menyimpulkan bahwa Alkitab mengajarkan bahwa
matahari mengelilingi bumi.
William G. T. Shedd: “The inspired writers were permitted to
employ the astronomy and physics of the people and age to which they themselves
belonged, because the true astronomy and physics would have been
unintelligible. If the account of the miracle of Joshua had been related in the
terms of the Copernican astronomy; if Joshua had said, ‘Earth stand thou
still,’ instead of, ‘Sun stand thou still’; it could not have been understood”
(= Penulis-penulis yang diilhami diijinkan untuk menggunakan ilmu perbintangan
dan fisika dari orang dan jaman mereka sendiri, karena ilmu perbintangan dan
fisika yang benar tidak akan dimengerti pada saat itu. Jika cerita tentang
mujijat Yosua diceritakan dengan istilah-istilah dari ilmu perbintangan
Copernicus; jika Yosua berkata: ‘Bumi berhentilah engkau’, dan bukannya
‘Matahari berhentilah engkau’; itu tidak bisa dimengerti pada saat itu) - ‘Shedd’s Dogmatic Theology’,
vol I, hal 104.
William G. T. Shedd lalu menambahkan: “The modern astronomer himself describes the sun as rising and
setting” (= ahli ilmu perbintangan modern sendiri
menggambarkan matahari sebagai terbit dan terbenam) - ‘Shedd’s Dogmatic Theology’,
vol I, hal 104.
William G. T. Shedd menambahkan lagi: “The purpose of the scriptures, says Baronius, is ‘to teach man how
to go to heaven, and not how the heavens go.’”
(= Tujuan dari Kitab Suci, kata Baronius, adalah ‘untuk mengajar manusia
tentang jalan ke surga, dan bukannya bagaimana surga / langit berjalan’) - ‘Shedd’s Dogmatic Theology’,
vol I, hal 104.
Kesimpulan:
Jika ada Kalvinis yang tidak percaya Limited Atonement untuk apa Allah pilih
dan tentukan siapa yang masuk dan tidak ke dalam Surga? Dan bila ada Kalvinis
tidak percaya poin Limited Atonement, maka ia menjadi tidak konsisten dengan
poin-poin Kalvinis yang lain, TULIP. Bila Anda mempercayai bahwa Allah menebus
semua manusia, maka poin Total Depravity dan Unconditional Election menjadi
tidak sah atau tidak benar (tidak berlaku atau gugur) karena konsekuensi dari
Total Depravity dan Unconditional Election adalah Limited Atonement. Ini adalah
adalah sistem yang logis menurut Kalvinis tetapi bukan menurut Alkitab.
Tanggapan Budi Asali:
Bukan menurut Alkitab? Saya sudah buktikan dengan sangat banyak
ayat, yang betul-betul ditafsirkan dengan seksama dan dengan memperhatikan
ayat-ayat lain. Berbeda dengan tafsiran kacangan anda, yang langsung loncat
pada kesimpulan seenaknya sendiri.
Saya sudah patahkan ayat-ayat anda, sekarang saya tantang anda, ayo
jawab argumentasi-argumentasi saya dan ayat-ayat saya!